surveilans primi.docx

Upload: primi-m-haristiati

Post on 09-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

SURVEILANS PRIMI.docx

TRANSCRIPT

BAB IElemen dalam Surveilans Epidemiologi

A. Sejarah SurveilansSurveilans kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epidemiologi. Namun, dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi surveilans diluar bidang epidemiologi surveilans manjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan secara luas dalam bidang kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).Kata surveilans semula berasal dari bahasa Perancis surveillance yang secara harfiah dapat diartikan sebagai kata mengamati tentang sesuatu, yang dalam bidang kesehatan masayarakat dapat diartikan sebagai upaya monitoring kondisi kesehatan dimasyarakat, dimana hal tersebut bisa dipakai sebagai dasar perencanaan. Namun dalam perjalanannya terjadi beberapa permasalahan yaitu pertama perlu acuan dengan konsep dan definisi serta isi kegiatan yang dimengerti oleh semua pihak, sebab ilmu kesehatan masyarakat melibatkan berbagai macam keilmuan dan keahlian selain epidemiologi. Kedua masih sedikitnya informasi atau tulisan yang secara sistematis melaporkan kegiatan surveilans di Indonesia (Depkes RI, 2006).B. Sejarah Perkembangan Surveilans Ada enam masa perkembangan surveilans (Depkes RI, 2006):1. Abad keempat belas dan kelima belasDimulainya beberapa tindakan yang dianggap sebagai tindakan surveilans antara lain pada tahun 1348 saat terjadi wabah penyakit pneumonia (Pneumonia plague) diangkatlah pengawas kesehatan di negara republik Venesia yang tugasnya mendeteksi dan menolak penumpang yang terkena penyakit ini. Lalu tahun 1377 di Marseilles dan di Venise tahun 1403 dilakukan tindakan penahanan atau dikenal sebagai tindakan karantina yang pertama kali dilakukan bagi penderita dan yang diduga sebagai penyebar penyakit ini.2. Abad keenam belas Undang undang kematian di London atau lebih dikenal dengan London Bills of Mortality pada tahun 1532, namun untuk bidang kesehatan masyarakat beberapa abad kemudian manfaat ilmiahnya baru dirasakan, dan di perkenalkan oleh Jhon Graunt

3. Abad ketujuh belas Pada abad ini pencatatan dilakukan secara sporadis dan hanya dilakukan bila ada wabah pes, yang dilaporkan setip minggunya tentang orang orang yang dikubur dan penyebab kematiannya, lalu di susun laporan statistik kematian dari beberapa paroki dan interpretasikan bagaimana keadaan wabah pes di kota london. Laporan ilmiah pertama disusun oleh Jhon Graunt pada tahun 1662, beliau memperlajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiolagis, dalam buku yang berjudul Natural and Political Observation on the Bills of Mortality4. Abad kedelapan belas Tahun 1776 Johan Peter Frank Melaksanakan tindakan surveilans dengan mengangkat polisi kesehatan di Jerman, yang tugasnya berkaitan dengan pengawasan kesehatan anak sekolah, pencegahan Kecelakaan, pengawasan kesehatan ibu dan Anak, pemeliharaan sanitasi air dan limbah. Yang dikemudian disusun menjadi buku yang menyajikan secara jelas dan rinci tentang kebijaksanaan dalam kesehatan. 5. Abad kesembilan belasDalam buku Superintendant of statistical Departement of the General Registrars Office pada tahun 1839 1879 di Inggris William Farr mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan menginterpretasikan statistik Vital serta menyebarluaskan hasilnya dalam bentuk laporan mingguan, bulanan, dan tahunan. Karena Wiliian Farr dikenal sebagai pendiri Konsep Surveilans secara modern.6. Abad dua puluhPeningkatan pemakaian konsep surveilans untuk pendekatan epidemi dan pencegahan penyakit mulai dikenal pada abad dua puluh. Sebenarnya beberapa negara sudah mulai dari tahun 1878, dan tahun 1925 di amerika semua negara bagian harus melaporkan beberapa penyakit seperti penyakit penyakit infeksi, demam kuning, pes dan cacar air. Dan untuk saat ini penyakit yang dilaporkan bertambah banyak termasuk HIV dan AIDS.

C. Pengertian Surveilans EpidemiologiEpidemiologi menurut WHO (World Health Organization) yaitu Epidemiology is the study of the distribution and determinants of health-related states or events (including disease), and the application of this study to the control of diseases and other health problems. Various methods can be used to carry out epidemiological investigations: surveillance and descriptive studies can be used to study distribution; analytical studies are used to study determinants atau Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan negara yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian (termasuk penyakit), dan aplikasi penelitian ini untuk pengendalian penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Berbagai metode dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan epidemiologi pengawasan dan deskriptif studi dapat digunakan untuk mempelajari distribusi, studi analitis digunakan untuk mempelajari faktor-faktor penentu. Sedangkan Surveilans menurut WHO yaitu Public health surveillance is the continuous, systematic collection, analysis and interpretation of health-related data needed for the planning, implementation, and evaluation of public health practice. Such surveillance can WHO, 2004):1. Serve as an early warning system for impending public health emergencies2. Document the impact of an intervention, or track progress towards specified goals3. Monitor and clarify the epidemiology of health problems, to allow priorities to be set and to inform public health policy and strategies.atau dapat diartikan Surveilans kesehatan masyarakatadalahterus menerus, pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang berhubungan dengan kesehatan yang diperlukan untukperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat. Pengawasan tersebut dapat berupa (WHO, 2004):1. Berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk keadaan darurat kesehatan masyarakat yang akan datang.2. Mendokumentasikan dampak intervensi atau melacak kemajuan menuju tujuan tertentu.3. Memantau dan memperjelas epidemiologi masalah kesehatan, untuk memungkinkan prioritas harus ditetapkandan untuk menginformasikan kebijakan kesehatan masyarakat dan strategi.Jadi, Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang memperbesar risiko terjadinya peningkatan dan penularan penyakit serta masalah-masalah kesehatan tersebut. Agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan data, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggaraan program kesehatan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, profinsi dan pusat (WHO, 2004).

D. Fungsi Surveilans (Depkes RI, 2006)1. Menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung.2. Melakukan monitoring kecendrungan penyakit endemis.3. Mempelajari riwayat alamiah penyakit.4. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi yayasan kesehatan dimasa yang akan dating.5. Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian.6. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas (frekuensi kejadian : kegawatan, biaya, dapat dicegah, dapat dikomukasikan, public intrest).7. Dapat mengidentifikasi kelompok resiko tinggi.

E. Perbedaan Survei , Surveilans, dan Monitoring (Depkes RI, 2006)1. Surveilans :A. Penilaian status kesehatanB. Mengumpulkan, interprestasi data untuk mendeteksi kemungkinan alternative penyelesain masalah kesehatan.C. Tidak spesifik pada penyakit tapi beberapa factor yang menyebabkan timbulnya penyakit.2. Monitoring :A.PenilaianstatuskesehatanB.Evaluasi intervensi (tindakan)C.Penilaiansecara terusmenerusprogrampelayananD. Penilaian secara terus menerus pada program pelayanan kesehatan profesi kesehatan3. Survei :Kegiatan pengumpulan informasi yang berasal dari populasi dan sampelA. Survei pemeriksaan atau penilitian secara komprehensif.B. Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan.C. Survei lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.

F. Konsep Surveilans (WHO, 2004)1. Surveilans : kegiatan yang terus menerus dalam pengumpulan, analisis, interprestasi dan diseminasi data kesehatan 2. Pelayanan Kesehatan memakai data surveilans untuk menjelaskan dan memonitor masalah dengan menyusun prioritas masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi program kesehatan.3. Proses penyakit : Patogen, host, reservoir, vector dan lingkungan, transmisi penyakit, penyebarluasan penyakit.4. Data prospektif dan dapat digunakan 5. Sistem dalam surveilans didasarkan pada informasi yang berasal dari Health Care Provide, Health care Agencies, Public Agencies

G. Jenis Surveilans (Depkes RI, 2006)1. Penerapan metode surveilans epidemiologi, tentu disesuaikan dengan kajian atau dasar kejadian yang memerlukan kegiatan surveilans itu sendiri. Sedikitnya ada 6 jenis surveilans dalam epidemiologi yang sering digunakan, diantaranya sebagai berikut:a. Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang mendeteksi dan memonitor individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.b. Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.c. Surveilans Sindromik (syndromic /multiple disease surveillance) yaitu kegiatan yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.d. Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.e. Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu.f. Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara serempak di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS.

H. Indikator Kinerja Surveilans Indikator kinerja surveilansmerupakan ukuran kualitas suatu sistem kerja. Secara operasional, suatu unit program apabila menyatakan besarnya masalah program, maka wajib didukung oleh sistem kerja informasi yang baik. Baik atau tidak baiknya sistem kerja informasi ini, dinyatakan dengan ukuran atau indikator kinerja surveilans (Pius, 2010). Misalnya, angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta adalah sebesar 225 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2010. Penyataan besarnya angka kesakitan DBD ini, diperoleh dari pengumpulan data dari semua rumah sakit atau hanya sebagian rumah sakit (kelengkapan laporan) ?, seberapa akurat kasus DBD itu sesuai dengan definisi yang telah ditetapkan (keakuratan pengisian variabel) ?, dsb. Kelengkapan laporan dan tingkat keakuratan pengisian variabel DBD tersebut diatas merupakan indikator kinerja untuk mengukur mutu laporan angka kesakitan DBD di Jakarta. Indikator kinerja ini yang disebut indikator kinerja surveilans DBD (Pius, 2010). Indikator kinerja surveilans dapat digunakan sebagai bagian dari monitoring dan evaluasi penyelenggaraan sistem surveilans. Data indikator kinerja surveilans menurut karakteristik waktu dan tempat, dapat menuntun kepada sumber data yang perlu mendapat pembinaan dan dukungan dalam penyelenggaraan sistem surveilans yang lebih baik (Pius, 2010). Indikator kinerja surveilans ini sering rancu dengan tujuan surveilans, dan indikator kinerja program. Kerancuan ini dapat mengakibatkan timbulnya kelemahan manajemen penyelenggaraan sistem surveilans, terutama penyelenggaraan sistem surveilans yang berada dalam satu paket dengan penyelenggaraan intervensi program (Pius, 2010).

I. Sumber Data Surveilans dan Sumber Daya Surveilans 1. Sumber Data SurveilansSecara umum dalam sistem surveilans ada 10 elemen sumber data, yaitu :a. Laporan Kematianb. Laporan Penyakitc. Laporan Wabahd. Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratoriume. Laporan Penyelidikan Peristiwa Penyakitf. Laporan penyelidikan Wabahg. Laporan Surveyh. Laporan Penyelidikan Dstribusi Vektor dan Reservoir Penyakit pada Hewani. Laporan Penggunaan Obat Vaksinj. Laporan Penduduk dan Lingkungan2. Sumber Daya Surveilans1. Sumber Daya SurveilansSumber daya penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi: a. Tenaga ahli epidemiologi (S1,S2,S3). b. Tenaga pelaksana surveilans epidemiologi terlatih asisten epidemiologi lapangan, dan petugas puskesmas terlatih surveilans epidemiologi. c. Manajer unit kesehatan yang mendapat orientasi epidemiologi d. Jabatan fungsional epidemiologi. e. Jabatan fungsional entomologi f. Jabatan fungsional sanitarian g. Jabatan fungsional statistisi h. Sumber daya manusia laboratorium i. Sumber daya manusia lainnya yang terkait 2. Sumber Daya Manusia

J. Sarana yang Diperlukan untuk Melaksanakan Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi (Pius, 2010). 1. Administrasi Sarana Pusata. Jaringanelektromedia b. Komunikasi(telepon,faksimili,SSBdantelekomunikasi lainnya) c. Komputer dan perlengkapannya d. Referensisurveilansepidemiologi,penelitiandankajian kesehatane. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputerf. Peralatan kegiatan surveilans g. Sarana transportasi2. Administrasi Sarana Propinsia. Jaringan elektromedia b. Komputerdanperlengkapannya c. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dantelekomunikasi lainnya) d. Referensi surveilans epidemiologi,penelitian dan kajian kesehatan e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi computerf. Peralatan pelaksanaan surveilans g. Sarana transportasi 3. Administrasi Sarana Kabupaten / Kotaa. Jaringan elektromedia b. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya) c. Komputer dan perlengkapannya d. Referensi surveilans epidemiologi,penelitian dan kajian kesehatan e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer f. Formulir perekaman data surveilans epidemiologi sesuai dengan pedoman g. Peralatan pelaksanaan surveilans h. Sarana transportasi4. Administrasi Sarana Puskesmas dan Rumah Sakita. Komputer dan perlengkapannya b. Komunikasi (telepon, faksimili dan SSB) c. Referensi surveilans epidemiologi, penelitian dan kajian kesehatan d. Pedoman pelaksnaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer e. Formulir perekaman data surveilans epidemiologi sesuai dengan pedoman f. Peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi diPuskesmas dan Rumah Sakit g. Sarana transportasi5. PembiayaanSumber biaya penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan terdiri sumber dana APBN, APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi, Bantuan Luar Negeri, Bantuan Nasional dan Daerah, dan swadaya masyarakat.

J. Jejaring Surveilans Epidemiologi Jejaring Kerja Surveilans Epidemiologi adalah pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis dan peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi yang terdiri dari (Pius, 2010):a. Jaringan kerjasama antara unit-unit surveilans dengan penyelenggara pelayanan kesehatan, laboratorium dan unit penunjang lainnya.b. Jaringan kerjasama antara unit-unit surveilans epidemiologi dengan pusat-pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit surveilans lainnya.c. Jaringan kerjasama unit-unit surveilans epidemiologi antara kabupaten/kota, provinsi dan nasional.d. Jaringan kerjasama unit surveilans dengan berbagai sector terkait nasional, bilateral Negara, regional dan internasional.K. Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi (Depkes RI, 2006)Berdasarkan Metode Pelaksanaana. Surveilans Epidemiologi Rutin TerpaduPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan,dan ataufaktor risiko kesehatan.b. Surveilans Epidemiologi KhususPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi terhadap suatukejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasikhusus kesehatan.c. Surveilans Epidemiologi SentinelPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi padapopulasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanyamasalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yglebih luas.d. Studi EpidemiologiPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit.Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan Dataa. Surveilans AktifPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber datalainnya.b. Surveilans PasifPenyelenggaraan Surveilans Epidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkandata dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.Berdasarkan Pola Pelaksanaana. Pola kedaruratanKegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabahdan atau bencanadan atau bencanab. Pola selain kedaruratanKegiatansurveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencanaBerdasarkan Kualitas Pemeriksaana. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan Kegiatan surveilans dimana data diperolehberdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukungpemeriksaan.b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khususKegiatan surveilans dimana data diperolehberdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

BAB IILangkah Langkah Surveilans Epidemiologi

A. Pengumpulan Data Surveilans EpidemiologiPengumpulan Data adalah pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain. Survei khusus, dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan.Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk. Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya).Menentukan reservoir Transmisi Pencatatan kejadian penyakit dan KLB (WHO, 2004).1. Sumber Data SurveilansSalah satu system pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerus dalam epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber data surveilans, WHO merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapat dipakai :a. Data mortaliatasb. Data morbiditasc. Data pemeriksaan laboratoriumd. Laporan penyakite. Penyelidikan peristiwa penyakitf. Laporan wabahg. Laporan penyelidikan wabahh. Survey penyakit, vector dan reservoiri. Pengunaan obat, vaksin dan serumj. Demografi dan lingkungan2. Macam-macam sumber data menurut (Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003):a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat.c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakatd. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisikae. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.f. Data kondisi lingkungang. Laporan wabahh. Laporan penyelidikan wabah/KLBi. Laporan hasil penyelidikan kasus peroranganj. Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnyak. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.l. Laporan kondisi pangan3. Metode Pengumpulan DataDalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada.Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans dibedakan menurut sumber data yaitu primer dan sekunder.Data primer dikumpulkan secara langsung dari penderita di lokasi dan sarana kejadian penyakit. Data sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin yang ada atau sumber khusus tambahan lain sesuai variabel yang diperlukan. Surveilans secara rutin sering menggunakan cara ini. Ada data tersier yaitu data yang diambil dari hasil kajian, analisis data atau makalah yang telah dipublikasikan.Besarnya sumber data sangat tergantung pada populasi, yaitu data yang diambil dari semua penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit (reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa, kecamatan, kebupaten, provinsi atau negara) (WHO, 2004).Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan cara ini melalui laporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau seluruh wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang dilakukan karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu data yang diambil dari sebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap mewakili seluruh penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung atau berisiko terkena penyakit. Dalam survei khusus cara ini sering dilakukan karena lebih cepat dan murah. Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel basanya dilakukan mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukan unit sampel yang akan dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok (kluster), sehingga langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit sampel secara berurutan, dan menetapkan besar atau jumlah sampel (WHO, 2004).Besar sampel ditentukan oleh populasi penduduk yang akan diwakili dan perkiraan besarnya prevalensi dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel, maikin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya.Bandingkan besar sampel dan ketepatan hasil (lebar range prevalensi yang dihasilkan) pada tabel tertentu. Kemudian unit sampel dipilih sesuai jumlah yang ditentukan, yang bisa dilakukan secara aak (random), sistematik (pilihan berselang seling) atau kombinasi cara tersebut. Cara ini memberikan sampel yang dapat mewakili semua populasi yang diamati.Kadang-kadang sampel terpaksa dipilih sesuai kepentingan pengamatan (selektif, purposive), biasanya bila penyakit sangat jarang terjadi.Cara ini mewakili populasi yang diamati (WHO, 2004).Sampel dapat berganti setiap waktu dan setiap pengamatan, atau dapat berupa sampel tetap untuk diikuti terus selama periode pengamatan (sentinel, kohort).Data dapat dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit atau kematian yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang berlangsung (cross sectional).Data penyakit sesaat tersebut (prevalens) dapat dikumpul dalam suatu periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut point prevalence) atau periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun, disebut period prevalence).Data kejadian di waktu lalu, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sudah terjadi pada waktu lalu (restrospective) (WHO, 2004).Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian sedangkan data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan akan terjadi pada waktu mendatang yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya (prospective). Tujuannya adalah memantau besarnya pengaruh suatu faktor risiko atau intervensi program tertentu timbulnya penyakit atau kematian.Sifat kejadian penyakit yang dipantau berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita yang sudah menderita sakit (dan saat ini masih sakit, sudah sembuh atau sudah meniggal) sejak sebelum pengumpulan data dilakukan.Penemuan kasus lama dapat dipakai untuk menialai efektivitas pengobatan, pelaksanaan pengobatan standar, resistensi, adanya pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku sehingga sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang baru menderita sakit pada saat peiode pengumpulan data dilakukan selanjutnya cara penemuan kasus baru, terutama bila terjadi dalam waktu singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat, yang memerlukan tindak lanjut (WHO, 2004).

4. Alat pengumpulan DataUntuk pengumpulan data surveilans diprlukan alat bantu yang harus disiapkan lebih dulu. Alat bantu pengumpulan data dapat berupa daftar register penderita, kuesioner, formulir, tabel atau cheklist yang memuat variabel yang berkaitan dengan penyakit yang diamati. Alat bantu baku disediakan untuk pengumpulan data rutin. Pada KLB/ wabah perlu dibuatkan alat bantu baru tentang faktor penyebab dan faktor risiko penularan yang berkaitan dengan penyakit pada KLB/wabah tersebut (WHO, 2004).Pengumpulan data membutuhkan serangkaian kegiatan pengelolaan tersendiri oleh tim surveilans meliputi perencanaan kegiatan, pengorganisasian, pembiayaan dan penjadwalan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi hasil pengumpulan data. Pengumpulan data pada Surveilans Epidemilogi Terpadu pada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyimpulkan data dari (Bung, 2008):1. Laporan bulanan Puskesmas 2. Laporan bulanan rumah sakit 3. Laporan bulanan laboratorium 4. Laporan mingguan PWS-KLBPada Puskesmas dan rumah sakit sentinel melaporkan laporan bulanan dari pelayanan kesehatan swasta. Praktik pengumpulan data dari laporan puskesmas, meringkas dalam bentuk tabel.Dari penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan dari pengumpulan data adalah menentukan kelompok/golongan populasi yang berisiko (umur, sex, bangsa, pekerjaan dan lainnya), menentukan jenis agent dan karakteristiknya, menentukan reservoir infeksi, memastikan penyebab trasmisi, dan mencatat kejadian penyakit (Bung, 2008).5. Waktu Pengumpulan DataWaktu pengumpulan data pada sistem surveilans meliputi :1. Rutin bulanan. Laporan yang berkaitan dengan perencanaan dan evaluasi program dari sumber data yang dilakukan oleh Puskesmas yaitu SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas).2. Rutin harian dan mingguan. Laporan tersebut berkaitan dengan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dari kejadian Luar Biasa (KLB).3. Insidensitil adalah laporan sewaktu-waktu seperti laporan W1 untuk Kejadian Luar Biasa (KLB).4. Laporan berdasarkan hasil survei.

B. Pengolahan Data Surveilans EpidemiologiPengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian (Pius, 2010). Mengadakan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena. Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, antara lain memeriksa data mentah sekali lagi, membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara manual ataupun dengan menggunakan komputer (Pius, 2010).Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, perlu pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut. Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan hasil penelitian (Pius, 2010).Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Misalnya dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif, baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif. Lain halnya dalam rancangan penelitian kualitatif, maka pengolahan data menggunakan teknik non statitistik, mengingat data-data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata, bukan angka-angka. Mengingat data lapangan disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan. Perbedaan ini harus dipahami oleh peneliti atau siapapun yang melakukan penelitian, sehingga penyajian data dan analisis kesimpulan penelitian relevan dengan sifat atau jenis data dan prosedur pengolahan data yang akan digunakan. Di atas dikatakan bahwa pengolahan data diartikan sebagai proses mengartikan data lapangan, yang berarti supaya data lapangan yang diperoleh melalui alat pengumpul data dapat dimaknai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga proses penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan (Pius, 2010).Makna penelitian yang diperoleh dalam pengolahan data, tidak sampai menjawab pada analisis kemengapaan tentang makna-makna yang diperoleh. Misalnya dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif, baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif (Pius, 2010).1. Statistik deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan yang berkaitan dengan penyakit dan kesehatan masyarakat berdasarkan hasil pengamatan yang nyata. Misalnya, jumlah kematian karena penyakit tertentu yang terjadi disuatu rumah sakit, banyaknya penderita yang membutuhkan rawat inap dalam satu tahun, atau jumlah tempat tidur yang tersedia di suatu rumah sakit, dan lain-lain. Informasi demikian bersifat administratif.2. Statistik inferensial yang ditujukan untuk menarik kesimpulan ciri-ciri populasi yang dinyatakn dengan parameter populasi melalui perhitungan-perhitungan statistik sampel. Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis berdasarkan teori estimasi dan distribusi probabilitas (to extrapolate) atau untuk membandingkan khasiat obat, prosedur pengobatan, metode pengobatan, dan lain-lain (to contrast).a. Jenis Data1) Data kualitatifData yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.Contonya wanita itu cantik, pria itu tampan, baik, buruk, rumah itu besar dan sebagainya. Data ini biasanya didapat dari wawancara yang bersifat subyektif sebab data tersebut ditapsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif dapat diangkakan dalam bentuk ordinal atau rangking.2) Data kuantitatifData kuantitaif merupakan data yang dihasilkan dari pengukuran, dapat berupa bilangan bulat atau desimal. Berbeda dengan data kualitatif, data kuantitatif hasilnya dinyatakan dalam kuantitas numerik terhadap ciri tertentu yang disebut variabel, misalnya jumlah bakteri yang terdapat dalam sampel air. Pada umumnya, dalam studi tentang perjalanan penyakit terdapat sejumlah variabel, baik yang berkaitan langsung dengan penyakitnya maupun yang tidak berkaitan langsung dengan penyakit yang diderita. Misalnya, jenis kelamin, temperatur, umur pendidikan, dan pekerjaan. Dari uraian diatas jelaslah bahwa meringkas data kuantitatif lebih kompleks dan tidak semudah meringkas data kualitatif

b. Langkah-Langkah Pengolahan Data1) Penyusunan dataData yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk mengecek apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekap semua.Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya dengan penelitian, dan benar-benar otentik.Adapun data yang diambil melalui wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat interviwer.2) Klasifikasi dataKlasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis.3) Pengolahan dataPengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan permasalahan yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan tetapi semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen. Jenis data akan menentukan apakah peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan menggunakan teknik statistika baik statistika non parametrik maupun statistika parametrik. Statistika non parametrik tidak menguji parameter populasi akan tetapi yang diuji adalah distribusi yang menggunakan asumsi bahwa data yang akan dianalisis tidak terikat dengan adanya distribusi normal atau tidak harus berdistribusi normal dan data yang banyak digunakan untuk statistika non parametrik adalah data nominal atau data ordinal.4) Interpretasi hasil pengolahan dataTahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain: interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan sewaktu dalam penelitian.c. Pengolahan Data Penelitian Secara Kualitatif dan Kuantitatifa. Pengolahan Data KualitatifPengolahan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga kegiatan analisis yakni sebagai berikut.i. Reduksi DataReduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan: penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat dilakukan melalui: seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah dipahami.ii. Penyajian Data Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian yang sering digunakan adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan.

b. Pengolahan Data Kuantitatifi. Mengelompokkan DataAda dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tidak memerlukan perhitungan matematis. Sebaliknya, data kuantitatif memerlukan adanya perhitungan secara matematis. Oleh sebab itu, data kuantitatif perlu diolah dan dianalisis antara lain dengan statistik. Untuk mengolah dan menganalisis data, ada dua macam statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian melalui pengukuran.Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi.ii. Kegiatan Awal dalam Mengelompokkan DataAgar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal sebagai berikut.1) Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan memerikasa data ialah :a) Menjumlah data, menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi untuk mengetahuia apakah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Bila terdapat kekurangan maka dapat segera dicari sebabnya lalu diatasi. Sebaliknya, bila terdapat jumlah berlebih yang mungkin terjadi karena pencatatan ganda atau pencacatan subjek studi yang tidak termasuk dalam sampel maka dapat segera diketahui dan diambil tindakan.b) Melakukan koreksi, proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas. Misalnya, memeriksa apakah semua pertanyaan telah diisi dan apakah isi jawaban sesuai dengan pertanyaan atau terdapat tulisan yang kurang jelas atau terdapat kesalahan dalam pengisian, misalya, umur balita 4,5 tahun ditulis 45 tahun. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat dinyatakan kembali kepada responden, tetapi bila cara tersebut tidak dapat dilakukan karena responden tidak dapat dihubungi maka penyelesaian dilakukan oleh peneliti, apakah dibuang atau diganti dengan yang lain.2) Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data. Contohnya, misalkan tingkat pendidikan diberi kode seperti ini :Tidak sekolahkode 0SDkode 1SLTPkode 2SLTAkode 3PT/Akademikode 4Lain-lainkode 53) Tabulating (penyusunan data), yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar degan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode Tally, menggunakan kartu, dan menggunakan komputer.iii. Pengolahan Statistik SederhanaPengolahan statistik adalah cara mengolah data kuantitatif sehingga data mempunyai arti. Biasanya pengolahan data dilakukan dengan beberapa macam teknik, misalnya distribusi frekuensi (sebaran frekuensi) dan ukuran memusat (mean, median, modus).c. Menarik Kesimpulan/VerifikasiSejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.

C. Analisis Deskriptif Data Surveilans EpidemiologiAnalisis Deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sample.A. Jenis-Jenis Analisis Deskriptif Data (Pius, 2010)1. Analisis Data Menurut WaktuAnalisis ini membandingkan jumlah kasus yang diterima selama interval waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama periode waktu sekarang dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu yang sama dalam periode waktu tertentu.2. Analisis Data Menurut TempatYaitu dengan mengetahui tempat pemajan terjadi, bukan tempat laporan berasal, mengetahui kemungkinan sumber-sumber pencegahan akan menjadi sasaran yang efektif, menggunakan computer dan perangkat lunak untuk pemetaan spasial, memungkinkan analisis yang lebih canggih.Analisis deskriptif karakteristik tempat mengacu pada kasus pemetaan.Jika jumlah kasus aktual digunakan, peta dot density paling cocok.Namun, tingkat sering digunakan untuk menjelaskan populasi yang mungkin berbeda di seluruh wilayah geografis.Peta ini disebut daerah-peta atau peta choropeth.Setiap kali struktur penduduk mungkin berbeda di seluruh wilayah geografis, harga standar perlu digunakan untuk membandingkan pola penyakit.3. Analisis Data Menurut OrangAnalisis ini menggunakan data umur, jenis kelamin, rasa tau entitas, status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan pendidikan.Semua data dari orang tersebut harus terlengkapi untuk dapat mengetahui sebab kasus terjadi.

D. Interpretasi secara Deskriptif dan Interferensial (Depkes RI, 2003)Interpretasi Data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan,kriteria ,atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki.Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik.Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya A. Teknik Dalam Melakukan Interpretasi Data1. Menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti2. Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait.3. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian.4. Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitanE. Diseminasi Data Surveilans EpiemiologiMenurut Depkes RI (2003), diseminasi adalah suatukegiatanyang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperolehinformasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Dan diseminasi data Surveilans adalah penyebar luasan informasi, yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program,contohnya:1. Membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan2. Membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan 3. Membuat suatu tulisan di majalah rutin 4. Memanfaatkan media internetBAB IIIStandar dan Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Menurut Standar World Health Organization

A. Standar Pendekatan Surveilans Menurut WHO1. Pendekatan Surveilans IndividuPada jaman dahulu, Pendekatan Surveilans yang digunakan adalah Mendeteksi dan Memonitor individu individu yang mempunyai kontak dengan penyakit penyakit serius, seperti misalnya Pes, Cacar, TBC, Typhus, Demam Kuning, dll. Hal ini disebut Individual Surveillance Approach. Rasionalisasinya adalah Bahwa pendeteksian gejala pada kesempatan pertama (dini) memungkinkan isolasi segera terhadap kontak, dan penyakit dapat dikendalikan. Contoh klasik pendekatan surveilans individu adalah Karantina. 2. Pendekatan Surveilans PenyakitSejak tahun 1950, Amerika Serikat telah menerapkan pendekatan baru dalam Surveillance yang disebut Disease Surveillance Approach (Langmuir 1976). Pendekatan ini mencakup kegiatan antara lain : a. Pengumpulan data yang relevan secara sistematis, b. Evaluasi data terus menerus, c. Desiminasi data kepada pihak terkait. Rasionalisasipendekatan ini adalah bahwa institusi / instansi yang berwenang yang memiliki informasi yang baik dan lengkap tentang distribusi dan kecenderungan penyakit, akan mampu mengambil tindakan perbaikan/penanggulangan yang tepat. 3. Pendekatan Surveilans TerpaduWHO (2001/2002) mengintroduksikan suatu pendekatan baru yaitu : Integrated Surveillance Approach dengan Multi-Disease Approach ; Syndromic Surveillance Approach. Pendekatan ini menekankan Koordinasi, Integrasi dan Sinergi dari semua kegiatan surveilans. Ciri ciri Pendekatan Surveillans Terpadu adalah Memonitor Kumpulam Gejala, bukan memonitor suatu penyakit. Contoh : Sistem Surveilans Terpadu melaporkan Accute Flaccid Paralysis = AFP bukan Folio ; Keuntungan Pendekatan ini adalah : a. Mencegah keterlambatan pemeriksaan laboratorium lintas penyakit, b. Mengisi kesenjangan surveilans antar penyakit

B. Perencanaan Surveilans Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan penetapan tujuan surveilan dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi.

Gambar III.1 Mind mapping dari Pertimbangan dalam Perencanaan Sistem SurveilansC. Pelaksanaan Surveilans Menurut WHOPelaksanaan sistem surveilans (WHO,1999) adalah sebagai berikut:a. Pengumpulan DataPengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik pengumpulan data harus dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus. Tujuan pengumpulan data:1 Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan lain-lain.2 Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.3 Menentukan reservoir infeksinya4 Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.5 Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan barlainan untuk tiap jenis penyakit. Sumber data system surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:a. Pencatatan kematianb. Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit.c. Laporan kejadian luar biasa atau wabah.d. Hasil pemeriksaan laboratorium.e. Penyelidikan peristiwa penyakit menular.f. Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.g. Survey : memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.h. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan.i. Data penggunaan obat- obatan, serum dan vaksin.j. Data kependudukan dan lingkungan.b. Pengolahan, analisa dan interpretasi data Data yang terkumpul segera diolah, dianalisa dan sekaligus diinterpretasikan berdasarkan waktu, tempat dan orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, spot map dan lain-lain agar bisa menjawab masalah-masalah yang ada, sehingga segera dilakukan tindakan yang cepat dan tepat. Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data, dibuat tanggapan dan saran-saran dalam menentukan tindakan pemecahan masalah yang ada.c. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik. Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri olehunit kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarkluaskandengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik (feed back) kepada unit kesehatan pemberi laporan. Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

D. Diseminasi SurveilansDiseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola.Tahap - tahap diseminasi data antara lain (WHO, 2004): a. Menetapkan yang hendak dikomunikasikan dengan tujuan untuk menentukan etiologi dan riwayat aiamiah penyakit serta untuk mendeteksi dan mengendalikan epidemic. b. Menentukan kepada siapa infomasi harus disampaikan : praktisi kesehatan masyarakat, penyedia yankes, organisasi profesi dan organisasi sukarela, pembuat kebijakan, media, public, pendidik.c. Memilih sarana publikasi apakah media elektronik,atau media massad. Memaparkan pesan. Pesan seharusnya dinyatakan : dengan menggunakan format grafik dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan sederhana), pertimbangan satu penolakan tujuan komunikasi (apa yang baru ? ; siapa yang dipengaruhi ? ; apa pekerjaan yang terbaik ? ) e. Menilai dampak dari pesan yang dibuat : apakah informasi surveilans telah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (evaluasi proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang menguntungkan atas masalah kesmas atau kondisi yang menjadi perhatian (evaluasi dampak).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diseminasi data kita mempunyai komponen kunci antara lain: Media, audiens, respon dan penilaian proses.

DAFTAR PUSTAKA

Bung, O. (2008) Pengenalan Bahaya di LingkunganKerja Tersedia di http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/ Diakses 20 September 2014

Departemen Kesehatan Republik Indonesia & WHO Indonesia. (2003). Tersedia di http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/media/FactSheet/FactInd/7_konsumsi_prevalensi.pdf. Diakses 20Agustus 2014.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Pius, W. (2010). Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. PT. Gramata Publishing : Jakarta.

WHO (2004). WHO comprehensive assessment of the National Disease surveilans in Indonesia.Washington DC