falih ghoniyal haq penurunan kadar bod dan cod pada limbah vinasse menggunakan arang aktif dari...
Post on 22-Feb-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
1/24
1
Program Penelitian Mahasiswa
PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA
PENURUNAN KADAR BOD DAN COD PADA LIMBAH
VINASSE MENGGUNAKAN ARANG AKTIF DARI ECENG
GONDOK (Eichornia crasipe)
Oleh:
Falih Ghoniyal Haq, 5511311006
Hesmita Wijayanti, 5511312014
Bayu Kurniawan, 5511312010
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
MARET, 2014
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
2/24
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA
1. Judul Penelitian :
2. Bidang Penelitian : Teknik
3. Ketua Peneliti
a. Nama : Falih Ghoniyal Haq
b. Jenis Kelamin : Laki - laki
c.
NIM : 5511311006
d. Semester : VI
e.
Fakultas/Program Studi : Teknik/D3 Teknik Kimia
f. Pusat Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT-UNNES
4. Alamat Ketua Peneliti
a.
Alamat Prodi/Telp/Email :
b. Alamat Rumah/Telp/Email :
5. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota 1 : Hesmita Wijayanti
b. Nama Anggota 2 : Bayu Kurniawan
6. Lokasi Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT-UNNES
7. Kerjasama dengan Institusi Lain
a. Nama Institusi : PG. Madukismo, Yogyakarta8.
Lama Penelitian : 2 bulan
9. Biaya yang diperlukan :
a. Sumber dari Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Semarang : Rp. 3.627.000
b. Sumber Lain, sebutkan : Rp.-
Jumlah : Rp. 3.627.000
Semarang, 14 Maret 2014
Menyetujui, Ketua Peneliti
Dekan Fakultas
Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd Falih Ghoniyal Haq
NIDN. 00115026605 NIM. 5511311006
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Prof. Dr. Totok Sumaryanto F., M.PdNIDN. 0017126002
PENURUNAN KADAR BOD DAN COD PADA
LIMBAH VINASSE MENGGUNAKAN
ARANG AKTIF DARI ECENG GONDOK(Eichornia crasipe)
Ngembal Rejo RT 03 RW 06 Kec. Bae Kab.
Kudus/085741531940/fall_gh@rocketmail.com
Gedung E1 Lantai 2 Fakultas Teknik, KampusUnnes Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
Telp. (024)8508101 ext 114
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
3/24
1
A. JUDUL PENELITIAN
PENURUNAN KADAR BOD DAN COD PADA LIMBAH VINASSE
MENGGUNAKAN ARANG AKTIF DARI ECENG GONDOK (Eichornia crasipe)
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi :
a.
Bagian eceng gondok yang digunakan adalah bagian batang dari eceng gondok
(Eichornia crasipe)
b. Aktivator arang aktif yang digunakan adalah asam phospat.
c. Variabel yang digunakan adalah lama pengontakan adsorben dengan limbah vinasse
yaitu 5 hari, 7 hari tanpa pengadukan, 7 hari dengan pengadukan
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah yang sering dihadapi oleh industri etanol saat ini adalah limbah yang
dihasilkan dari produksi etanol. Limbah cair pabrik etanol yaitu vinasse, terutama
pabrik yang berbahan baku molasses, tidak layak dibuang ke lingkungan karena
beberapa faktor, antara lain tingginya kadar organik di dalamnya dengan BOD antara
20.000 - 40.000 mg/l serta COD dapat mencapai 80.000 - 90.000 mg/l dan suhunya
yang tinggi 100oC. Limbah ini tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan air atau
sungai, karena akan mengeliminasi oksigen terlarut di dalamnya yang pada akhirnya
merusak sistem kehidupan biota di sana (Barqi, Iqbal Safirul et al. 2010).
Pengendalian limbah secara cermat dan terpadu harus dilakukan oleh pelaku
industri agar limbah yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu limbah sehingga
volume limbah, konsentrasi dan toksisitas kontaminan limbah dapat diminimalkan.
Penanganan limbah industri pangan yang umum digunakan adalah dengan kolamaerobik, koagulasi dan lumpur aktif (Jenie dan Rahayu, 1993). Kelemahan dari metode
koagulasi dan lumpur aktif adalah dihasilkannya lumpur kimia (sludge) yang cukup
banyak dan diperlukan pengolahan lebih lanjut (Forlink, 2000 dalam Hidayat, 2007).
Pemilihan teknologi pengolahan juga harus disesuaikan dengan karakteristik limbah
yang akan diolah sehingga dapat dicari solusi terbaik dalam pengolahan limbah yang
efisien dan murah (Setiadi 2007 dalam irmanto et al. 2010).
Salah satu alternatif pengolahan limbah cair industri etanol adalah dengan
menggunakan arang aktif. Arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben karena arang
aktif bersifat sangat aktif terhadap partikel yang kontak dengan arang aktif tersebut
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
4/24
2
(Sembiring, 2003). Arang aktif memiliki ruang pori yang sangat banyak dengan ukuran
tertentu yang dapat menangkap partikel yang sangat halus dan menjebaknya disana
(Irmanto et al. 2010).
Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan Andika Endah Valentina (2013), telah
menunjukkan bahwa penggunaan arang aktif dari eceng gondok dapat menurunkan
kadar kekeruhan, COD dan BOD pada air sumur gali di sekitar pabrik gula. Arang aktif
eceng gondok mampu menurunkan kekeruhan sebesar 78,71%, COD sebesar 58,14%
dan BOD sebesar 64.71%.
Berdasarkan uraian diatas, arang aktif yang berasal dari eceng gondok diharapkan
dapat digunakan sebagai adsorben yang murah dan efisien dalam menurunkan kadar
BOD dan COD dalam air limbah industri etanol.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
pengelolaan limbah pabrik etanol adalah debit vinasse yang besar menyebabkan
pengelolaan dengan menggunakan beberapa metode masih menimbulkan dampak lain
yang kurang efisien. Limbah vinasse yang tidak layak untuk langsung dibuang ke
lingkungan karena mempunyai kadar BOD dan COD yang tinggi. Sehingga diperlukan
metode pengolahan limbah yang lebih efisien salah satunya menggunakan metode
adsorbsi arang aktif namun metode tersebut masih jarang digunakan.
E. TUJUAN PENELITIAN
Mengelola limbah pabrik etanol dengan metode yang tepat, sehingga debit vinasse
yang ada akan semakin berkurang. Menurunkan kadar BOD dan COD dalam limbah
vinasse sehingga limbah tersebut layak untuk dibuang ke lingkungan dengan
menggunakan metode adsorbsi arang aktif untuk mengetahui karakteristik metode
tersebut dalam mengelola limbah vinasse.F. KONTRIBUSI PENELITIAN
Industri etanol mempunyai limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, salah
satunya adalah limbah vinasse. Limbah vinasse merupakan limbah hasil penyulingan
yang mempunyai daya polusi 100 kali lebih kuat daripada limbah domestik dan
mempunyai kadar BOD dan COD yang tinggi sehingga tidak dapat langsung dibuang ke
lingkungan. Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti metode untuk mengurangi
kadar BOD dan COD pada limbah vinasse akan tetapi belum ada metode yang tepat
untuk mengelola limbah tersebut. Salah satu alternatif pengolahan limbah vinasse
adalah dengan metode adsorbsi menggunakan arang aktif.
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
5/24
3
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan karbon aktif adalah eceng gondok
karena memiliki pori yang sangat banyak sehingga dapat menjerap partikel yang ada
dalam limbah. Selain itu eceng gondok yang ada di sungai terlihat sebagai tumbuhan
penggangu karena jumlahnya yang banyak dan masih sedikitnya pengolahan yang
menggunakan eceng gondok.
Sehingga, dalam penelitian ini dapat mengetahui karakteristik metode adsorbsi
untuk mengelola limbah industri etanol dan dapat mengurangi eceng gondok yang dapat
menggangu ekosistem di sungai.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah Industri Alkohol dan Spiritus
Industri alkohol dan spiritus sebagai pendayaguna sumber daya alam juga
menghasilkan limbah yang kemudian dibuang kelingkungan. Apabila jumlah limbah
yang dibuang tersebut melampaui daya asimilasi lingkungan maka akan terjadi
pencemaran. Jadi, sebagai pengelola limbah pabrik gula dan mendayagunakannya
menjadi suatu produk, pabrik juga menimbulkan masalah limbah industri yang cukup
serius (Freddy Anantha 2007).
Pabrik di dalam operasinya menghasilkan berbagai macam limbah. Beslag hasil
peragian (tangki fermentasi) tidak seluruhnya ditarik masuk kekolom destilasi. Bahan-
bahan padat yang mengendap di dalam beslag tetap tertinggal dan menetap di bagian
bawah tangki fermentasi, sehingga setiap kali selesai peragian, tangki harus dibersihkan
dengan membuka katup pembuangan di bagian bawah. Bahan padat ini kemudian
disebut sisa peragian yang kemudian dilarutkan dalam air pencucian tangki untuk
dialirkan melalui saluran khusus yang dibuang langsung ke persawahan sekitar pabrik
(Freddy Anantha 2007).
Limbah cair utama yang memiliki daya pencemaran yang cukup tinggi adalah hasilbawah dari kolom destilasi kasar (maise column). Limbah dari proses ini disebut
slop/stillage atau lebih dikenal dengan vinasse(Freddy Anantha 2007).
Pembuangan limbah dalam jumlah besar tanpa penanganan yang tepat akan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh besarnya limbah pabrik etanol
dari proses fermentasi glukosa dari material karbohidrat, berupa limbah vinasse dan
produk etanol yang ikut terbuang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Hingga
saat ini, hampir seluruh industri etanol yang melibatkan proses fermentasi masih kurang
mampu dalam pengolahan limbahnya. Sebagai contoh pabrik spiritus dan etanol di
Cirebon tidak diperbolehkan berproduksi karena pengolahan limbah yang kurang
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
6/24
4
memenuhi peraturan pemerintah Kep-51/MENLH/10/1995 mengenai batas maksimal
kadar COD dalam air sebesar 150 ppm. (Choiruddin Sinaga 2011).
2. Limbah Vinasse
Pabrik etanol menghasilkan limbah cair berbahaya yang biasa disebut vinasse.
Limbah cair ini berasal dari produk bawah hasil destilasi pada proses pembuatan etanol.
Jumlah produk vinasse adalah 9-12 kali lipat dari produksi bioetanol karena jumlah
alkohol pada larutan hasil fermentasi maksimal hanyalah 10%, sisanya ialah limbah
vinassetersebut (Iqbal Safirul B 2012).
Vinasse ini bersifat asam dengan pH berkisar 3,9-4,3 dan suhunya tinggi serta
berbau (Tabel 1).
Tabel 1 Karakteristikslop/stillage
Sifat Keterangan
Debit 480 m per hari
pH 3,94,3
Residu tersuspensi Tinggi
NH3 200 ppm
BOD5, 20oC Sangat tinggi
COD Sangat tinggi
Warna Coklat tua sampai hitam
(Sumber PG Madukismo, 2007)
Hasil analisa laboratorium untuk vinasse atau slop/stillage ini dapat dilihat pada
Tabel 2. Analisa laboratorium untuk vinasse dilakukan dua kali setiap bulan.
Tabel 2 hasil analisa laboratorium untuk vinasse
No Vinasse Suhu (oC) pH BOD
(ppm)
COD (ml/g)
1 Vinasse asli dari
PS
95 4 57.875 115.750
2 Limbah masuk
UPLC
85 4 53.940 107.880
3 Limbah keluar
UPLC
29 4,6 5.023 10.044
(Sumber PG Madukismo, 2007)
Keterangan :
PS : Pabrik spiritus
UPLC : Unit Pengolahan Limbah Cair
Vinassetergolong buangan yang berbahaya, antara lain karena suhunya yang tinggi
100o
C serta memiliki BOD dan COD yang sangat tinggi dengan angka BOD > 30.000
ppm dan COD > 50.000 ppm. Padahal, nilai baku mutu BOD untuk air buangan harus
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
7/24
5
sama atau kurang dari 150 ppm sesuai Kep-51/MENLH/10/1995[2]. Maka, limbah ini
tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan air atau sungai, karena akan mengeliminasi
oksigen terlarut di dalamnya yang pada akhirnya merusak sistem kehidupan biota di
sana. Pengolahan limbah secara biologis terbukti belum menyelesaikan masalah seiring
dengan tingginya BOD dan COD pada limbah vinasse(Iqbal Safirul B 2012).
3. BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
BOD (Biological Oxygen Demand ) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Pemecahan bahan organik
diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan
dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Alaerts dan Santika, 1984).
Berkurangnya oksigen selama oksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk
oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari
mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur
jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya
mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin
banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya (Kristanto, 2002).
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana
pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMNO4. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui
proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7dalam keadaan
asam yang mendidih optimum,
CaHbOc+ Cr2O72-+ H+ E CO2+ H2O + 2Cr
3+
Ag2SO4
Kuning katalisator Hijau
(Alaerts dan Santika, 1984).
Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.
Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang
pada umumnya ada di dalam air buangan untuk memastikan bahwa hampir semua zat
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
8/24
6
organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7masih harus tersisa sesudah
direfluks. K2Cr2O7yang tersisa menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai.
Sisa K2Cr2O7tersebut ditentukan melalui titrasi dengan Ferro Ammonium Sulfat (FAS).
Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut.
6Fe2++ Cr2O72-+ 14H+ 6Fe3++ 2Cr3++ 7H2O
(Alaerts dan Santika, 1984).
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna
hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang
dioksidasi oleh K2Cr2O7(Alaerts dan Santika, 1984).
4.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu
larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu
(adsorben). Dengan cara ini, komponen-komponen dari suatu larutan, baik dari larutan
gas ataupun cairan, bisa dipisahkan satu sama lain (Treybal, 1980). Adsorpsi melibatkan
proses perpindahan massa dan menghasilkan kesetimbangan distribusi dari satu atau
lebih larutan antara fasa cair dan partikel. Pemisahan dari suatu larutan tunggal antara
cairan dan fasa yang diserap membuat pemisahan larutan dari fasa curah cair dapat
dilangsungkan. Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi 2 (dua) jenis :
1. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-menarik
antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorpsi ini melibatkan
gaya-gaya Van der Wals (sebagai kondensasi uap). Jenis ini cocok untuk
proses adsorpsi yang membutuhkan proses regenerasi karena zat yang
teradsorpsi tidak larut dalam adsorben tapi hanya sampai permukaan saja.Pada adsorpsi fisik, adosrbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben
sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian
permukaan lainnya. Permukaan yang ditinggalkan oleh adsorbat dapat
digantikan oleh adsorbat lainnya (multilayer).
2. Adsorpsi Kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat interaksi kimia antara
molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Proses ini pada umumnya
menurunkan kapasitas dari adsorben karena gaya adhesinya yang kuat sehingga
proses ini tidak reversibel. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat
sehingga lapisan yang terbentuk adalah lapisan monolayer.
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
9/24
7
4.1Jenis Adsorben
Adsorben merupakan material berpori dan proses adsorpsi berlangsung di
dinding pori. Adsorben dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu adsorben
tidak berpori (non-porous sorbents) dan adsorben berpori (porous sorbents).
1. Adsorben tidak berpori (non-porous sorbents)
Adsorben tidak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi deposit kristalin
seperti BaSO4 atau penghalusan padatan kristal. Luas permukaan spesifiknya
kecil, tidak lebih dari 10 m2/g dan umumnya antara 0,1 1 m2/g. adsorben
tidak berpori seperti filter karet (rubber filters) dan karbon bergrafit
(graphitized carbon blacks) adalah jenis adsorben tidak berpori yang telah
mengalami perlakuan khusus sehingga luas permukaannya dapat mencapai
ratusan m2/g.
2.
Adsorben berpori
Luas permukaan spesifik adsorben berpori berkisar antara 100 1000 m2/g.
Beberapa jenis adsorben berpori yang telah digunakan secara komersial antara
lain adalah karbon aktif, zeolit, silica gel, activated alumina.
4.2FaktorFaktor Adsorpsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu adsorben: (Arfan, 2006)
1. Jenis Adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting diperhatikan agar proses
adsorpsi dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekul adsorbat
nantinya mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul-
molekul adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang
diameternya lebih kecil dari diameter pori adsorben.b. Kepolaran Zat
Adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul yang lebih polar dibandingkan
dengan molekul yang kurang polar pada kondisi diameter yang sama. Molekul-
molekul yang lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul yang kurang
polar yang telah lebih dahulu teradsorpsi. Pada kondisi dengan diameter yang
sama, maka molekul polar lebih dahulu diadsorpsi.
2. Karakteristik Adsorben
a. Kemurnian Adsorben
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
10/24
8
Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih
murni lebih diinginkan karena memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul adsorbat meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan
volume pori adsorben. Dalam proses adsorpsi, adsorben seringkali diberikan
perlakuan awal untuk meningkatkan luas permukaannya karena luas
permukaan adsorben merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
proses adsorpsi.
3.
Tekanan Absolut
Yang dimaksud tekanan absolut adalah tekanan adsorbat. Pada saat molekul-
molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben, akan terjadi
pembebasan sejumlah energi. Selanjutnya peristiwa adsorpsi ini dinamakan
proses eksotermis. Pada adsorpsi fisika, berkurangnya temperatur akan
menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi dan demikian sebaliknya.
4. Tekanan Adsorbat
Pada adsorpsi fisika, kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang
diadsorpsi. Sebaliknya pada proses kimia kenaikan tekanan adsorbat justru
akan mengurangi jumlah yang teradsorpsi.
5. Karbon Aktif
Karbon aktif atau arang aktif adalah karbon yang sudah diaktifkan sehingga pori-
porinya lebih terbuka dan permukaannya menjadi lebih luas dengan demikian daya
adsorpsinya menjadi lebih besar. Karakteristik karbon aktif meliputi sifat adsorbansinya
dan sifat fisiknya yang meliputi total surface area, density, effective size, dan coefisien
uniformity. Sedangkan sifat kimia dari permukaan (surface dan activated site) sangat
menentukan terjadinya proses adsorbsi , yaitu cenderung untuk lebih mudah mengikat
partikel yang mempunyai sifat yang sejenis, misalnya unsur yang kurang bersifat polar
(non polar) akan lebih mudah terserap pada karbon non polar bila dibandingkan dengan
yang bersifat polar. Volume pori dan luas permukaan karbon aktif merupakan hal yang
sangat penting dalam adsorpsi. Luas permukaan yang besar pada karbon aktif
disebabkan struktur pori-pori. Pori-pori inilah yang menyebabkan karbon aktif
mempunyai kemampuan untuk menyerap (Sudibandriyo, 2003).
Berdasarkan bentuknya karbon aktif dibagi menjadi 3 jenis:
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
11/24
9
1.
Powdered Activated Carbon(PAC) memiliki diameter 50 nm dan berfungsi sebagai pintu masuk adsorbatmenuju ke dalam micropore.
Sifat utama yang membedakan karbon adsorben fase gas dan karbon fase cair
adalah distribusi dan ukuran pori-porinya. Karbon adsorben fase gas biasanya memiliki
jumlah pori-pori paling banyak pada area micropore sedangkan karbon fase cair
memiliki jumlah pori-pori terbanyak pada area mesopore. Namun pada umumnya,
karbon fase cair memiliki luas permukaan hampir sama dengan karbon adsorben fase
gas, tetapi dengan volume pori-pori yang lebih besar.
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
12/24
10
Gambar 2. Pori-pori Karbon Aktif
5.1Proses Pembuatan Karbon Aktif
Secara garis besar, ada tiga tahap pembuatan karbon aktif, yaitu proses dehidrasi,
karbonisasi, dan aktivasi. Ketiga proses ini bertujuan untuk membentuk pori-pori
pada karbon agar mendapatkan luas permukaan besar untuk mengadsorp suatu zat.
Secara umum, mekanisme pembentukan pori pada karbon aktif di setiap tahap.
1. Proses Dehidrasi
Proses dehidrasi bertujuan untuk menghilangkan air yang terkandung di
dalam bahan baku. Caranya yaitu dengan menjemur di bawah sinar matahari
atau pemanasan di dalam oven sampai diperoleh bobot konstan. Dari proses
dehidrasi ini, diperoleh bahan baku yang kering. Hal ini disebabkan oleh
kandungan air dalam bahan baku semakin sedikit.
2. Proses Karbonisasi
Karbonisasi atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu
tertentu dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen sangat terbatas,
biasanya dilakukan di dalam furnace. Proses ini menyebabkan terjadinya
penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentukmetanol, uap asam asetat, tar-tar, dan hidrokarbon. Material padat yang tinggal
setelah karbonisasi adalah karbon dalam bentuk arang dengan pori-pori yang
sempit (Cheremisinoff, 1993).
Karbonisasi dilakukan pada temperatur 400-600oC dalam suatu sistem yang
sedikit mungkin berhubungan dengan udara. Untuk mempertinggi daya serap
karbon perlu dilakukan tahapan selanjutnya yaitu proses aktivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi karbonisasi adalah kadar air, ketebalan
bahan baku, kekerasan bahan baku, udara sekeliling dapur pembakaran
(furnace), dan waktu pemanasan.
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
13/24
11
Selama karbonisasi banyak elemen non karbon, hidrogen, dan oksigen di
ubah menjadi gas oleh dekomposisi pirolisis dari bahan mula-mula, dan atom-
atom karbon bebas mengelompok dalam formasi kristalografis yang dikenal
sebagai kristal grafit. Susunan kristal tidak beraturan, sehingga celah-celah
bebas tetap ada di antaranya dan rupanya hasil dari penumpukan dan
dekomposisi bahan-bahan tar ini mengotori atau paling sedikit memblokir
karbon yang tidak terorganisasi (amorph). Bahan karbon yang demikian
kemudian dapat di aktivasi secara parsial degan mengubah produk tar dengan
memanaskannya dalam aliran gas inert, atau dengan mengekstraksinya
3. Proses Aktivasi
Aktivasi arang bertujuan menghilangkan zat-zat yang menutupi pori-pori
pada permukan arang yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifat baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaan bertambah
besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003). Proses
aktivasi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a. Proses Aktivasi Termal atau Fisika
Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap, dan CO2 (Sembiring, 2003). Metode
aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon
dioksida, nitrogen dan oksigen.
Pada saat pengaktifan dengan gas-gas pengoksidasi, lapisan-lapisan
karbon kristalit yang tidak teratur akan mengalami pergeseran yang
menyebabkan permukaan kristalit atau struktur rongga yang ada pada arang
menjadi terbuka sehingga gas-gas pengaktif dapat mendorong residu-residuhidrokarbon seperti tar, fenol, metanol atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor
yang menempel pada arang dan memperluas permukaannya.
Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450o-700oC dapat
meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif. Bila suhu aktivasi
yang terlalu tinggi beresiko terjadinya oksidasi lebih lanjut pada karbon
sehingga merusak ikatan C-C dalam bidang lempeng heksagonal karbon yang
akan menurunkan luas permukaan internal (Diao et al., 2002). Perbedaan bahan
baku akan menyebabkan variasi suhu pada metode termo. Dalam proses yang
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
14/24
12
menggunakan steam, aktivasi berlangsung secara berkesinambungan karena
reaksi karbon menjadi CO2 adalah eksotermis (Kirk dan Othmer, 1978).
b. Proses Aktivasi Kimia
Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring, 2003). Bahan-
bahan kimia atau aktivator bersifat mengikat air yang menyebabkan air yang
terikat kuat pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi
menjadi lepas. Selanjutnya zat aktivator tersebut akan memasuki pori dan
membuka permukaan arang yang tertutup. Pada saat dilakukan pemanasan,
senyawa pengotor yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terjerap
sehingga luas permukaan karbon aktif semakin besar dan meningkatkan daya
serapnya. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif diantaranya
bersifat asam (HNO3, HCl, H3PO4, H2SO4, dan sebagainya), bersifat basa
(KOH, Ca(OH)2, NaOH, dan sebagainya), dan garam CaCl2, NaCl, MgCl2,
Ca3(PO4)2, ZnCl2, dan sebagainya). Semua bahan aktif ini umumnya bersifat
sebagai pengikat air (Dabrowski et al., 2005; Li et al., 2008)
Salah satu faktor penting dalam aktivasi kimia adalah tingkat impregnasi.
Ini adalah tingkat perbandingan berat antara garam pengaktif anhydrous
dengan bahan kering mula-mula. Pengaruh tingkat perendaman pada porositas
produk yang dihasilkan terlihat dari kenyataan bahwa volume garam dalam
karbon sama dengan volume pori-pori yang di bebaskan oleh ekstraksinya. Jika
tingkat impregnasi ditambah lebih jauh, jumlah diameter pori yang lebih besar
bertambah dan diameter yang lebih kecil berkurang.
6. Eceng Gondok (Eichornia Crasipes)
Eceng gondok (Eichornia Crasipes) merupakan mikrophyta akuatik yang mampumenyerap senyawa-senyawa kimia dalam perairan. Dinyatakan dari berat kering 2.9
ton/ha/th, eceng gondok mampu menyerap fosfor (ortofosfat) sebesar 157 kg dan
nitrogen (Nitrat-NH3) sebanyak 693 kg (Mitchell. 1974 dalam Hanni Daylistio
Rahmaningsih. 2006).
Eceng gondok mampu berkembang biak secara generatif (seksual) dan vegetatif
(aseksual). Perkembangbiakan vegetatif lebih umum dibandingkan generatif. Induk
eceng gondok memperpanjang stolonnya kemudian tumbuh anaknya diujung stolon
(Hanni Daylistio Rahmaningsih, 2006).
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
15/24
13
Pertumbuhan eceng gondok memerlukan cahaya yang cukup. Suhu optimum untuk
pertumbuhannya antara 27 30oC, sehingga di daerah tropik tumbuhan ini dapat
berkembang dengan baik. Pertumbuhan terhenti pada suhu dibawah 10oC atau diatas
40oC, dan akan mati pada suhu dibawah 0oC atau pada 45oC dalam 48 jam (Gopal dan
Sharma, 1981). Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhannya adalah pH. Kisaran
pH optimum untuk pertumbuhannya adalah antara 6-8 (Gopal dan Sharma, 1981). Pada
pH 4, tumbuhan ini menyerap lebih banyak P, dan pada pH 7 lebih banyak menyerap N
dan K (Gopal dan Sharma, 1981). Pada pH 5 eceng gondok bertambah berat keringnya
17.4% atau 8 kali lebih besar dibandingkan pada pH 7 (5.4%). Kemudian pada pH 5
jumlah individu eceng gondok akan berlipat dua setelah 10 15 hari dengan
pertambahan individu 20%/hari dan pertambahan berat basah 13.8%/hari atau sekitar 15
g berat kering/m2/hari (Hanni Daylistio Rahmaningsih, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sukar (1987), pertumbuhan
eceng gondok tertinggi tercapai pada umur 3-4 minggu. Pengukuran laju pertumbuhan
relatif didasarkan pada berat kering yang diukur mulai tahap bertunas sampai tahap
berbunga (Hanni Daylistio Rahmaningsih, 2006).
Menurut Widyaningsih (2007), struktur anatomi eceng gondok terdiri dari struktur
batang, struktur daun dan struktur akar. Batang tanaman eceng gondok (petiola) yang
berbentuk bulat menggembung, di dalamnya penuh dengan ruang- ruang udara yang
berfungsi untuk mengapung di atas permukaan air. Lapisan terluar dari petiola adalah
epidermis. Lapisan epidermis pada eceng gondok tidak berfungsi sebagai alat
perlindungan jaringan, tetapi berfungsi untuk mengabsorbsi gas-gas dan zat-zat
makanan secara langsung dari air. Jaringan di sebelah dalam banyak terdapat jaringan
pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem, dengan letak yang tersebar merata di
dalam parenkim.Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula,
akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat
perkembangbiakan vegetatif. Gambar 3 ini menunjukkan morfologi dari tumbuhan
eceng gondok:
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
16/24
14
Gambar 3. Morfologi Eceng Gondok
Keterangan:
B = Helai daun (leaf blade)
F = Pengapung (float)
I = Leher daun (Isthmus)
L = Ligula
R = akar (Root)
Rh = Akar rambut (root hair)
Rc = Ujung akar
S = Stolon
6.1Kemampuan Eceng Gondok Sebagai Adsorben
Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus. Permukaan
akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan. Dengan
demikian kepadatan organisme dalam system meningkat, terutama nitrifikasi yang
peka menemukan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan pada akar eceng
gondok. Nitrifikasi yang dihasilkannya serta denitrifikasi yang kemudian
berlangsung dalam sedimen, diamati sebagai proses yang memisahkan zat lemas
dalam kolam-kolam eceng gondok (Stowell et all., 1981 dalam Hanni Daylistio
Rahmaningsih. 2006).
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
17/24
15
Kemampuan eceng gondok dalam penyerapan adalah karena adanya vakuola
dalam struktur sel. Mekanisme penyerapan yang terjadi yaitu dengan adanya bahan-
bahan yang diserap menyebabkan vakuola menggelembung, maka sitoplasma
terdorong ke pinggiran sel sehingga protoplasma dekat dengan permukaan sel. Hal
ini menyebabkan pertukaran atau penyerapan bahan antara sebuah sel dengan
sekelilingnya menjadi lebih efisien. Adapun gambaran dari tumbuhan hipotetis
dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini:
Gambar 4. Diagram sebuah sel tumbuhan hipotetis diamati di bawah
mikroskop elektron (Loveless, 1987)
Sebuah sel yang bervakuola dapat mencapai ukuran lebih besar dari pada tanpa
vakuola. Sitoplasma berfungsi sebagai bengkel sel karena di dalamnya
berlangsung sebagian besar kegiatan kimiawi antar sel berlangsung melalui dinding
sel dngan proses difusi dan osmosa (Loveless, 1987 dalam Hanni Daylistio
Rahmaningsih. 2006).
Menurut Loveless (1987), kecepatan penyerapan garam mineral dan unsur hara
ditentukan pula oleh transpirasi dari tumbuhan tersebut. Eceng gondok memiliki
kecepatan transpirasi yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tumbuhan lain
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
18/24
16
seperti kayambang (Salvinia sp.). Kecepatan transpirasi tanaman eceng gondok dua
kali lebih besar dibandingkan kayambang.
H. Metode Penelitian
1.
Alat yang diperlukan
a. Oven
b. Blender
c.
Beaker glass 250 mL
d. Beaker glass 500 mL
e. Beaker glass 1 L
f. Labu takar 100 ml
g.
Pengaduk kaca
h. Pipet ukur 25 ml
i.
Ball filler
j. Loyang
k. Neraca analitik
l.
Gelas arloji
m.Furnace
n.
Corong Buchner
o. Desikator
p. Cawan porselen
q. Mortar
r. Gelas arloji
s. Ayakan 120 mesh
t. Spatula
2. Bahan
a. H3PO49%
b. Akar eceng gondok
c. Aquades
d.
Kertas saring
e. PH meter
f. Limbah vinasse
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
19/24
17
3.
Prosedur penelitian
3.1Persiapan Bahan
1. Eceng gondok yang diperoleh diambil bagian batangnya.
2.
Bagian batang eceng gondok dicuci dengan air bersih untuk
menghilangkan kotoran.
3. Dikeringkan dibawah sinar matahari.
4.
batang eceng gondok yang sudah bersih dan kering dipotong beberapa
bagian.
5. batang eceng gondok siap untuk proses selanjutnya.
3.2
Proses Aktivasi Akar Eceng Gondok
1. Potongan batang eceng gondok yang sudah kering dan bersih dimasukkan
dalam beaker glass.
2. Kemudian ditambah activator H3PO49% dan direndam selama 24 jam.
3. Setelah itu batang eceng gondok ditiriskan
4.
Memasukkan batang eceng gondok ke dalam oven untuk dikeringkan
selama 1 jam pada suhu 200oC
5.
Setelah kering kemudian diaktivasi dengan alat aktivasi (furnace) selama 4
jam pada suhu 400oC.
6.
Arang yang telah diaktivasi kemudian dicuci dengan akuades kemudian
disaring menggunakan corong Buchner
7. Residu hasil penyaringan kemudian dipanaskan di dalam oven selama 2
jam pada suhu 150oC.
8. Arang didinginkan dalam desikator
9.
Kemudian arang dihaluskan dengan mortar10.Dilakukan pengayakan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh
11.Arang siap digunakan untuk analisis penurunan kadar BOD dan COD
3.3Proses Adsorbsi Arang Aktif
1. Sampel air limbah vinasse diambil sebanyak 150 ml dan ditempatkan
dalam beaker glass.
2. Arang aktif sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam sampel vinasse.
3. Diaduk hingga tercampur merata.
4. Didiamkan dalam variabel waktu 5 hari, 7 hari tanpa pengadukan, dan 7
hari dengan pengadukan
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
20/24
18
5.
Analisis kadar BOD dan COD.
I. JADWAL PENELITIAN
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Tahap Pertama (persiapan)
1. Perizinan Sewa Laboraturium
2. Persiapan Alat dan Bahan
B. Tahap Kedua (pelaksanaan)
1. Praktik
2. Analisa Hasil Praktik
C. Tahap Ketiga (monitoring)
1. Penyusunan Laporan
2. Seminar Artikel Ilmiah
3. Penyerahan Laporan
J. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Falih Ghoniyal Haq
b. NIM : 5511311006
c. Semester : 6
d. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
e. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
f. Bidang Keahlian : Teknik Kimia
g. Waktu untuk penelitian ini : 2 bulan
2. Anggota Peneliti 1:
a.Nama Lengkap : Hesmita Wijayanti
b.
NIM : 5511312014
c.
Semester : 4
d.Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
21/24
19
e.
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
f. Bidang Keahlian : Teknik Kimia
g.Waktu untuk penelitian ini: 2 bulan
3.
Anggota Peneliti 2:
a. Nama Lengkap : Bayu Kurniawan
b. NIM : 5511312010
c. Semester : 4
d. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia
e. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
f. Bidang Keahlian : Teknik Kimia
g. Waktu untuk penelitian ini : 2 bulan
K. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Tabel 4. Anggaran Biaya Penelitian
No Kegiatan Jumlah (Rp)
1. Tahap Persiapan
- Kertas HVS
- Double tipe
-
Spidol
- Botol sampel
50.000
20.000
20.000
60.000
Sub total 150.000
2. Tahap Operasional
- Pengadaan Bahan Baku
-
Asam Phospat p.a
- Kertas Saring
-
Aquades 100 L
- Sewa Laboratorium
- Blender
- Beaker Glass 500 mL
-
Beaker Glass 250 mL
- Beaker Glass 1 L
- Cawan Porselen
-
PH meter- Masker
50.000
375.000
100.000
100.000
350.000
350.000
58.000
35.000
105.000
90.000
168.00032.000
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
22/24
20
- Sarung Tangan
-
Pisau
- Loyang
-
Stirer
-
Analisa BOD
- Analisa COD
- Transportasi
30.000
50.000
100.000
84.000
150.000
150.000
200.000
Sub total 2.577.000
3. Penyusunan Laporan
-
Penyusunan dan penggandaan laporan
-
Transportasi
- P3K
-
Dokumentasi
- ATK
100.000
50.000
25.000
150.000
100.000
Sub total 425.000
4. Seminar Penelitian
- Sewa LCD, laptop
-
Penyelenggaraan seminar
- Konsumsi
75.000
150.000
250.000
Sub total 475.000
Total 3.627.000
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
23/24
21
L. LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka
Alaerts G., dan S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air Usaha Nasional.
Surabaya : Indonesia
Anantha, Freedy. 2007. Proses Pengolahan Limbah di PG. Madukismo,
Yogyakarta. Kerja Praktik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Arfan Y. 2006. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Dasar Batubara Dengan
Perlakuan Aktivasi Terkontrol Serta Uji Kinerjanya. Depok :
Departemen Teknik Kimia FT-UI.
Barqi, Iqbal Safirul et al. 2010. Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse
dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran Pada Pabrik Gula
Alkohol Terintegrasi. Skripsi Institut Teknologi Sepuluh November.
Cheremisinoff, P. N., Cheremisinoff, N. P. 1993. Water Treatment and Waste
Recovery. New Jersey: Prentice hall, Englewood Cliffs.
Dabrowski, A., Podkoscielny, P., Hubicki, Z., Barczak, M. 2005. Adsorption of
Phenolic Compounds by Activated Carbona Critical Review.
Chemosphere 58, 10491070
Diao, Y., W.P. Walawender, L.T. Fan. 2002.Bioresource Technol. 81 45.
Irmanto dan Suyata. 2010. Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS
Limbah Cair Industri Tapioka Menggunakan Arang Aktif dari Ampas
Kopi. Disertasi Universitas Jenderal Soedirman.
Kirk, R.E and Othmer, D.F. (1978).Encyclopedia of Chemical Technology. Vol.
5. Interscience Encyclopedia. Inc. New York.
Kristanto, P. 2002.Ekologi Industri. Yogyakarta : Ando Offest
Putro, Agung Nur Hananto dan Sherviena Amanda Ardhiany. 2010. ProsesPengambilan Kembali Bioetanol Hasil Fermentasi dengan Metode
Adsorbsi Hidrophobik. Skripsi Universitas Diponegoro.
Rahmaningsih, Hanni Daylistio. 2006. Kajian Penggunaan Eceng Gondok
(Eichornia crassipe) Pada Penurunan Senyawa Nitrogen Efluen
Pengolahan Limbah Cair PT. Capsulgen Indonesia. Skripsi Institut
Pertanian Bogor.
Safirul B, Iqbal et al. 2012.Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan
Metode Pemekatan dan Pembakaran Pada Pabrik Gula Alkohol
Terintegrasi. Jurnal Teknik POMITS vol.1, No.1, (2012)1-6
-
7/24/2019 Falih Ghoniyal Haq Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah Vinasse Menggunakan Arang Aktif Dari Eceng Go
24/24
22
Sembiring, Sinaga, 2003, Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya);
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara;
Sumatera Utara
Sinaga, Choiruddin dan Annisa Damayanti. 2011. Optimalisasi Reflux Ratio dan
Penggunaan Energi Dalam Proses Destilasi Campuran Ethanol Air.
Skripsi Institut Teknologi Sepuluh November.
Sudibandriyo, M. 2003. A Generalized Ono-Kondo Lattice Model For High
Pressure on Carbon Adsorben, Ph.D Dissertation, Oklahoma State
University
Treybal, R.E.1980. Mass Transfer Operation, Singapore, Mc.Graw Hill, 3rd
edition.
Valentina, Andika Endah et al. 2013.Pemanfaatan Arang Eceng Gondok dalam
Menurunkan Kekeruhan COD, BOD pada Air Sumur. Indonesian Journal
of Chemical Science. 2(2), Agustus 2013, ISSN 22526951
Widyaningsih,T.S., 2007.Penyerapan Logam Cr Total dan CU2+dengan Eceng
Gondok Pada Sistem Air Mengalir. Tesis S2 Universitas Gadjah Mada
top related