asersi manajemen tanggung jawab auditor

Upload: atuanaini

Post on 27-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    1/40

    THE

    BUILDING

    BLOCKS OF

    AUDITING

    ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR,

    TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS

    DAN PROGRAM AUDIT

    Oleh: Redaktur Wau

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    2/40

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Istilah auditing berasal dari kata audire (Bahasa Latin)

    yang berarti mendengar. Seorang yang melakukan fungsi

    auditing dikenal sebagai auditor, yang pada mulanya adalah

    pendengar kritis terhadap suatu pertanggungjawaban yang

    dibacakan oleh penanggungjawab suatu badan usaha.

    Saat ini, auditor merupakan profesi yang telah berkembang

    sesuai kebutuhan. Auditor telah terbagi dalam beberapa jenis

    seperti eksternal auditor dan internal auditor. Tujuan

    pemeriksaan auditor adalah untuk memeriksa dan memperoleh

    keyakinan, apakah kegiatan organisasi usaha dalam hal-hal yang

    material sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

    Untuk mencapai tujuan audit (audit objective), seorang

    auditor harus membuat rencana audit yang terdiri dari prosedur-

    prosedur yang akan dijalankan. Rencana audit tersebut

    dituangkan dalam Audit Program. Dalam perencanaan audit,

    harus dipahami terlebih dahulu the building blocks of auditing

    yang dibagi dalam poin-poin berikut ini:

    1. Asersi manajemen dan Tujuan audit.

    2. Tanggung jawab auditor.

    3. Bukti audit.

    4. Risiko, materialitas, bukti audit.

    5. Program audit.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    3/40

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Teori Auditing

    Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian

    auditing secara baik, berikut ini pendapat beberapa ahli

    akuntansi:

    Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah

    sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

    mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

    pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan

    tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

    pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan,

    serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

    berkepentingan.

    Agoes (2004:1) memberikan definisi dari auditing sebagai

    berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan

    sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

    keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-

    catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan

    tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran

    laporan keuangan tersebut.

    Arens (2003:1) mengatakan auditing sebagai berikut:

    Auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan

    bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu

    entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan

    independent untuk dapat menentukan dan melaporkan

    kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    4/40

    yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh

    seorang yang independent dan kompeten.Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kata kunci dari

    auditing yaitu: proses pemeriksaan, kritis dan sistematis,

    pengumpulan dan evaluasi bukti yang objektif, auditor kompeten

    dan independen, kegiatan dan kejadian ekonomi, kriteria yang

    ditetapkan, dan kewajaran laporan keuangan.

    2.2.

    Asersi Manajemen dan Tujuan Audit

    Asersi merupakan pernyataan manajemen yang

    terkandung di dalam komponen laporan keuangan.

    Klasifikasi asersi (SA 315 par A111):

    1. Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk

    periode yang diaudit:

    a. Keterjadian (occurence): transaksi dan peristiwa yang

    telah terbukukan telah terjadi dan berkaitan dengan

    entitas.

    b. Kelengkapan (completeness): seluruh transaksi dan

    peristiwa yang seharusnya terbukukan telah dicatat.

    c. Keakurasian (accuracy): jumlah-jumlah dan data lainnya

    yang berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang telah

    dibukukan telah dicatat dengan tepat.

    d. Pisah batas (cut-off): transaksi dan peristiwa telah

    dibukukan dalam periode akuntansi yang tepat.

    e. Klasifikasi (classification): transaksi dan peristiwa telah

    dibukukan dalam akun yang tepat.

    2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:

    a. Eksistensi (existence): aset, liabilitas, dan ekuitas ada.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    5/40

    b. Hak dan kewajiban (rights and obligations): entitas

    memiliki atau mengendalikan hak atas aset dan memilikikewajiban atas liabilitas.

    c. Kelengkapan (completeness): seluruh aset, liabilitas, dan

    ekuitas yang seharusnya terbukukan telah dicatat.

    d. Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation):

    aset, liabilitas, dan ekuitas tercantum dalam laporan

    keuangan pada jumlah yang tepat dan penyesuaian

    penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan

    dengan tepat.

    3. Asersi tentang Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:

    a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and

    rights and obligations): peristiwa, transaksi, dan hal-hal

    lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan

    dengan entitas.

    b.

    Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang

    seharusnya tercantum dalam laporan keuangan telah

    disajikan.

    c. Klasifikasi dan keterpahaman (classification and

    understandability): informasi keuangan disajikan dan

    dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan disajikan

    dengan jelas.

    d. Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation):

    informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan

    secara wajar dan pada jumlah yang tepat.

    Tujuan audit umum dan tujuan audit khusus yang terkait

    dengan asersi manajemen akan memberikan kerangka kerja

    untuk mengumpulkan bahan bukti audit yang kompeten dan

    cukup.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    6/40

    Tabel

    Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum AuditAsersi Manajemen Tujuan Umum Audit

    Keberadaan atau

    keterjadian

    Aset dan liabilitas entitas ada pada tanggal

    tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya

    terjadi dalam periode tertentu

    Kelengkapan Semua transaksi dan semua rekening yang

    seharusnya telah disajikan dalam laporan

    keuangan

    Hak dan kewajiban Aset adalah hak entitas dan utang adalah

    kewajiban entitas pada tanggal tertentu

    Penilaian atau

    alokasi

    Komponen aset, utang, pendapatan dan biaya

    telah disajikan dalam laporan keuangan pada

    jumlah yang semestinya

    Penyajian dan

    pengungkapan

    Komponen tertentu dalam laporan keuangan

    telah digolongkan, digambarkan, dan

    diungkapkan secara semestinya

    Tabel

    Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Khusus Audit

    Asersi Manajemen Tujuan audit spesifik berkait transaksi

    yang diterapkan pada penjualan

    Keberadaan atau

    keterjadian

    Penjualan yang dicatat adalah untuk

    pengiriman kepada konsumen yang benar-

    benar ada.

    Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada seluruhnya telah

    dicatat.

    Penilaian atau

    alokasi

    Penjualan yang dicatat adalah sejumlah

    barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    7/40

    dengan benar.

    Hak dan Kewajiban Transaksi Penjualan di klasifikasikan dengantepat.

    Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.

    Penyajian dan

    Pengungkapan

    Transaksi penjualan dicatat dalam buku

    tambahan dengan benar dan diikhtisarkan

    dengan benar.

    2.3.

    Tanggung Jawab Auditor

    Berdasarkan PSA No.02 seksi 110, auditor mempunyai

    tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

    untuk memperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance)

    tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,

    baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh

    karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor

    dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak,

    bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung

    jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna

    memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang

    disebabkan oleh kekeliruan atau kecuranga, yang tidak material

    terhadap laporan keuangan.

    Laporan keuangan merupakan tanggung jawab

    manajemen. Tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan

    pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung

    jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan

    untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang

    ada, diantaranya mencatat, mengolah, meringkas, dan

    melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang

    konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    8/40

    laporan keuangan. Transaksi entitas dan aset, liabilitas dan

    ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan danpengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor

    tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada

    yang diperoleh melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara

    wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam

    tanggung jawab manajemen.

    Auditor Independen dapat memberikan saran tentang

    bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan

    keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari

    manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab

    auditor atas laporan keuangan terbatas pada pernyataan

    pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.

    Berikut beberapa istilah yang disebutkan dalam tanggung

    jawab auditor:

    1. Salah saji material dan tidak material

    Dianggap material bila gabungan berbagai kekeliruan yang

    belum terkoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan

    dapat mengubah atau mempengaruhi berbagai keputusan

    pengguna laporan keuangan.

    2. Keyakinan yang memadai

    Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan

    melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai

    bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji material.

    Laporan auditor yang berisi tentang pendapat auditor atas

    laporan keuangan didasarkan pada konsep perolehan

    keyakinan memadai. Suatu audit tidak memberikan jaminan

    atas akurasi laporan keuangan.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    9/40

    Auditor bertanggung jawab atas tingkat keyakinan yang

    memadai tetapi tidak mutlak karena:a. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas

    populasi.

    b. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran

    yang kompleks, yang mengandung sejumlah

    ketidakpastian serta dapat mempengaruhi berbagai

    peristiwa yang akan datang.

    c.

    Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan

    seringkali sangat sulit dibuktikan, khususnya saat terdapat

    suatu kolusi dalam manajemen perusahaan.

    3. Kekeliruan dan Kecurangan

    Kekeliruan merupakan kesalahan penyajian atas laporan

    keuangan yang tidak disengaja (unintentionally), meliputi

    kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data

    akuntansi yang menjadi sumber penyusunan laporan

    keuangan; estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang

    timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta; dan/atau

    Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan

    dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

    pengungkapan.

    Kecurangan merupakan kesalahan penyajian yang disengaja

    (intentionally), yaitu:

    a. Penggelapan aset (misappropriation of assets).

    b. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial

    reporting).

    4. Skeptism Profesional

    Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan

    bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    10/40

    bahwa mereka telah bersikap tidak jujur harus tetap

    dipertimbangkan.Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi pelanggaran

    hukum:

    a. Menentukan apakah suatu tindakan klien itu dipandang

    sebagai pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada

    diluar kompetensi profesional auditor.

    b. Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat

    tindakan melanggar hukum yang berdampak langsung dan

    material terhadap jumlah dan kecukupan pengungkapan

    dalam laporan keuangan.

    2.4. Bukti Audit

    Menurut Arrens dan Loebbecke (2003), bukti audit adalah

    setiap informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan

    kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang

    ditetapkan.

    Bukti audit merupakan semua media informasi yang

    digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi,

    pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan

    tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak

    semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi

    harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan

    sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal

    sehingga mampu meyakinkan pihak lain.

    Bukti audit didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan

    ketiga yang berbunyi: "Auditor harus memperoleh cukup bukti

    yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki

    dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    11/40

    laporan keuangan yang diaudit".

    Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalahmenentukan jenis dan jumalah bukti audit yang tepat, yang

    diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen

    laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan

    secara wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian

    internal yang efektif atas laporan keuangan.

    Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus

    dikumpulkan dan berapa banyak, yaitu:

    1.Prosedur audit yang akan digunakan;

    2.Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur

    tersebut;

    3.Item-item mana yang akan dipilih dari populasi;

    4.Kapan melaksanakan prosedur tersebut.

    Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan

    dan kecukupan bukti, yang langsung diambil dari standar

    pekerjaan lapangan.

    1.Ketepatan Bukti

    Ketepataan bukti adalah ukuran mutu bukti yang berarti

    relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk

    kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang

    berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan

    sangat membantu dalam meyankinkan auditor bahwa laporan

    keuangan telah disajikan secara wajar.

    a.Relevansi Bukti

    Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit yang akan

    diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat.

    Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien

    belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    12/40

    transaksi kelengkapan). Jika auditor memilih suatu sampel

    dari salinan faktur penjualan dan menelusuri setiap salinantersebut ke dokumen pengiriman terkait, bukti tersebut

    tidak relevan dengan tujuan kelengkapan dan dengan

    demikian bukan merupakan bukti yang tepat untuk tujuan

    tersebut. Prosedur yang relevan adalah menelusuri sampel

    dokumen pengiriman ke salinan faktur penjualan terkait

    untuk menentukan apakah setiap pengiriman barang

    tersebut telah ditagihkan.

    b.Reliabilitas Bukti

    Reliabilitas bukti mengacu pada tingkat dimana bukti

    tersebut dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya.

    Reliabilitas tergantung pada enam karakteristik bukti yang

    dapat diandalkan berikut:

    1) Independensi penyedia bukti

    Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas lebih dapat

    diandalkan daripada yang diperoleh dari dalam entitas.

    Komunikasi dari bank, pengacara, atau para pelanggan

    umumnya lebih dapat diandalkan daripada jawaban yang

    diperoleh dari wawancara dengan klien.

    2)Efektivitas pengendalian internal klien

    Jika pengendalian internal klien efektif, bukti audit yang

    diperoleh lebih dapat diandalkan daripada jika

    pengendalian internalnya lemah.

    3)Pengetahuan langsung auditor

    Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui

    pmeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang dan

    inspeksi akan lebih dapat diandalkan daripada informasi

    yang diperoleh secara tidak langsung.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    13/40

    4)Kualifikasi individu yang menyediakan informasi

    Meskipun sumber informasi bersifat independen, buktiaudit tidak akan dapat diandalkan kecuali individu yang

    menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi

    untuk itu. Karena itu, komunikasi dengan pengacara dan

    konfirmasi bank umumnya lebih bernilai daripada

    konfirmasi piutang usaha dari orang-orang yang kurang

    memahami dunia bisnis.

    5)

    Tingkat objektivitas

    Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan daripada bukti

    yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk

    menentukan apakah bukti tersebut benar. Contoh-

    contoh bukti yang objektif meliputi konfirmasi piutang

    usaha dan saldo bank, perhitungan fisik sekuritas dan

    kas, serta perhitungan saldo utang usaha untuk

    menentukan apakah data tersebut sesuai dengan saldo

    yang ada pada buku besar.

    6)Ketepatan waktu

    Ketepatan waktu audit dapat merujuk pada kapan bukti

    itu dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup

    oleh audit itu. Bukti ini biasanya lebih dapat diandalkan

    untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat

    mungkin dengan tanggal nerca. Untuk akun-akun laporan

    laba rugi, bukti yang diperoleh akan lebih dapat

    diandalkan jika sampel dari keseluruhan periode yang

    diaudit, seperti sampel acak transaksi penjualan dari

    setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode,

    seperti sampel yang terbatas pada 6 bulan pertama saja.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    14/40

    2.Kecukupan Bukti Audit

    Hal ini berkaitan dengan kuantitas bukti yang harusdikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi

    pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya

    bukti audit adalah:

    a.Materialitas dan Resiko Akun yang saldonya besar dalam

    laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih

    banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak

    material. Untuk akun yang mempunyai kemungkinan tinggi

    untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti

    audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak

    bila dibandingkan dengan akun yang memilliki kemungkinan

    kecil salah saji.

    b.Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi melihat dari segi waktu

    dan biaya. Jika dalam memeriksa jumlah bukti yang lebih

    sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya

    dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, aditor

    memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit.

    c.Ukuran dan karakteristik populasi. Ukuran populasi

    ditentukan banyaknya item dalam populasi. Semakin besar

    populasi semakin banyak bukti yang diperlukan.

    Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota

    populasi. Jika homogen, jumlah bukti audit yang dipilih lebih

    kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen.

    Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah

    yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari ketujuh

    kategori umum bukti audit. Menurut Arens dan Loebbecke

    (2003) kategori-kategori ini, dikenal sebagai jenis-jenis bukti

    yaitu sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    15/40

    1.Pengujian Fisik (Physical Examination)

    Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yangdilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud (tangible

    asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan

    kas, tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi

    atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang

    berwujud. Perbedaan antara pengujian fisik atas aktiva,

    seperti surat berharga yang diperdagangkan dan kas, serta

    pengujian atas berbagai dokumen, seperti cek-cek yang

    dibatalkan dan berbagai dokumen penjualan, sangatlah

    penting bagi berbagai tujuan audit. Jika obyek yang diuji,

    seperti selembar faktur penjualan umpamanya, tidak memiliki

    nilai inheren, maka bukti audit itu disebut sebagai

    dokumentasi.

    2.Konfirmasi (Confirmation)

    Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik

    secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang

    independen yang memverifikasikan keakuratan informasi

    sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini

    ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yang

    independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung

    kepada auditor. Karena konfirmasi-konfirmasi ini datang dari

    berbagai sumber yang independen terhadap klien, maka jenis

    bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti

    yang paling sering digunakan. SAS 67 (AU 330)

    mengidentifikasikan dua jenis permintaan konfirmasi-

    konfirmasi positif dan negatif. Konfirmasi positif meminta

    penerima untuk merespon dalam semua keadaan. Sebaliknya,

    dengan konfirmasi negatif penerima diminta untuk merespon

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    16/40

    hanya saat tidak benar. Karena konfirmasi dianggap bukti

    penting hanya saat dikembalikan, konfirmasi negatif adalahkurang kompeten daripada konfirmasi positif. Selain

    konfirmasi positif dan negative terdapat juga konfirmasi

    kosong (blank confirmation) yang meminta penerima untuk

    mengisi informasi yang dibutuhkan auditor dan

    mengirimkannya kembali. Konfirmasi ini sering digunakan

    untuk memperoleh informasi-informasi lain yang tidak

    terbatas pada informasi yang diingini auditor, seperti informasi

    mengenai rekening yang diblok bank.

    3.Dokumentasi (Documentation)

    Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen

    dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji

    atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai

    dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang

    dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi

    pelaksanaan bisnis yang terorganisasi. Karena pada umumnya

    setiap transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung

    oleh selembar dokumen, maka jenis bukti audit ini tersedia

    dalam jumlah besar. Dokumen-dokumen secara sederhana

    dapat diklasifikasikan sebagi dokumen internal dan eksternal.

    Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan

    dipergunakan dalam organisasi klien sendiri serta tidak

    pernah disampaikan kepada pihak-pihak di luar organisasi

    seperti pelanggan atau pemasok klien. Contohnya: salinan

    faktur penjualan. laporan waktu kerja karyawan, serta laporan

    penerimaan persediaan. Dokumentasi eksternal adalah

    dokumen yang pernah berada dalam genggaman seseorang di

    luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    17/40

    melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada

    di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien.Dalam beberapa kasus, dokumen-dokumen eksternal berasal

    dari luar organisasi klien dan berakhir di tangan klien.

    Contohnya: faktur-faktur dari pemasok, surat utang yang

    dibatalkan, serta polis-polis asuransi. Dokumen lainnya seperti

    cek-cek yang ditangguhkan, diterbitkan oleh klien, dikirimkan

    ke pihak luar, dan akhirnya kembali lagi ke tangan klien.

    4.

    Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

    Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan

    hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun

    atau data lainnya nampak wajar. Contoh atas hal ini adalah

    perbandingan persentase antara laba kotor yang diperoleh

    selama tahun berjalan terhadap laba kotor yang diperoleh

    pada tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara

    luas dalam praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah

    meningkat dengan tersedianya komputer untuk melakukan

    perhitungan. Dewan Standar Audit telah menyimpulkan bahwa

    prosedur analitis adalah begitu penting sehingga mereka

    dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas

    semua audit.

    5.Wawancara kepada Klien (Inquiris of The Client)

    Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik

    secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya

    atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

    Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari

    hasil wawancara ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan

    sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari

    sumber yang independen dan barangkali cenderung

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    18/40

    mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor

    memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, maka padaumumya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk

    memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan

    melalui berbagai prosedur lainnya.

    6.Hitung Uji (Reperformance)

    Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan

    dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu

    periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah

    sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai

    ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal

    ini mencakup sejumlah prosedur seperti pengujian perkalian

    dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan

    dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta

    menguji perhitungan atas beban depresiasi dan beban dibayar

    di muka. Pengujian kembali atas berbaga transfer informasi

    mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh

    keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan

    pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut

    dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi

    tersebut selalu dicantumkan pada lebih dari satu tempat,

    maka informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama

    pada setiap saat.

    7.Observasi (Observation)

    Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai

    aktivitas-aktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat

    banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan

    indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya

    dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    19/40

    ragam. Sebagai contoh, auditor dapat melakukan tur ke

    ruang pabrik untuk memperoleh suatu pandangan umum akanberbagai fasilitas yang dimiliki klien, mengamati apakah

    peralatan yang ada sudah banyak berkarat sehingga ia dapat

    mengevaluasi apakah peralatan tersebut sudah usang atau

    belum, serta mengamati para individu yang melaksanakan

    tugas-tugas akuntansi untuk memperoleh keyakinan apakah

    individu yang diserahi tanggung jawablah yang melaksanakan

    tugas tersebut.

    Standar Auditing menyatakan bahwa dokumentasi audit

    adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang

    diterapkan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai

    auditor dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit

    harus mencakup semua informasi yang perlu diperimbangkan

    oleh auditor untuk melaksanakan auditor untuk melakukan audit

    secara memadai dan untuk mendukung laporan audit.

    Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas kerja,

    meskipun semakin banyak dokumentasi audit yang

    diselenggarakan dalam file terkomputerisasi.

    Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah

    untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang

    layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan

    standar audit. Secara lebih khusus, dokumentasi audit, yang

    berkaitan dengan audit tahun berjalan, memberikan:

    1.Dasar bagi perencanaan audit.

    2.Catatan bukti yang dikumpulakan dan hasil pengujian.

    3.Data untuk menentukan jenis Laporan Audit yang tepat.

    4.Dasar bagi reviu oleh supervisor dan partner.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    20/40

    a. Persayaratan Untuk Menyimpan Dokumentasi Audit

    Seperti yang dipersyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act, SECtelah mengeluarkan aturan final tentang penyimpanan

    catatan audit dan review yang mewajibakan auditor

    perusahaan public untuk menyelenggarakan dokumentasi

    sebagai berikut:

    1)Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar

    bagi audit atas laporan keuangan tahunan perusahaan atau

    review atas laporan keuangan kuartalan perusahaan.

    2)Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, dan

    catatan termasuk catatan elektronik, yang memenuhi

    kriteria sebagai berikut:

    a)Fakta-fakta yang dibuat, dikirimkan, dan diterima dalam

    kaitannya dengan audit atau review.

    b)Fakta-fakta yang berisi kesimupalan, pendapat, analisis,

    atau data keuangan yang berkaitan dengan atau review

    b. Isi Dokumentasi Audit

    1)File Permanen (permanent file), berisi data yang bersifat

    historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan audit

    saat ini. File ini menjadi sumber informasi tentang audit

    yang terus penting adanya dari tahun ke tahun. File

    permanen umumnya meliputi hal-hal berikut:

    a)Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang

    terus penting artinya seperti akte pendirian, anggaran

    rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.

    b)Analisis atas tahun-tahun sebelumnya yang terus

    penting artinya bagi auditor. Mencakup akun seperti

    utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham,

    goodwill dan aktiva tetap.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    21/40

    c) Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas

    pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian.Informasi ini mencakup bagan organisasi, bagan arus,

    kuesioner dan informasi tentang pengendalian internal

    lainnya.

    d)Hasil prosedur analitis dari audit tahun nsebelumnya.

    Diantara data ini terdapat rasio dan persentase yang

    dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo per

    bulan untuk akun tertentu.

    2)File Tahun Berjalan (current file), mencakup semua

    dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun yang

    diaudit. Berikut ini adalah jenis informasi yang sering

    tercakup dalam arsip tahun berjalan:

    a)Program Audit.

    b) Informasi Umum.

    c)

    Neraca Saldo Berjalan.

    d)Ayat Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi.

    e) Skedul pendukung, yang terdiri dari analisis, neraca

    saldo atau daftar, rekonsiliasi jumlah, pengujian

    kelayakan, ikhtisar prosedur, pemeriksaan dokumen

    pendukung, informasional dan dokumentasi dari luar.

    c. Penyusunan Dokumentasi Audit

    Walaupun rancangannya bergantung pada tujuan yang ingin

    dicapai, dokumentasi audit harus memiliki karakteristik

    sebagai berikut:

    1)Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan

    informasi, seperti nama klien, periode yang dicakup,

    gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang

    menyiapakan, tanggal persiapan dan kode indeks.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    22/40

    2)Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi

    silang untuk membantu pengaturan dan pengarsipannya.3)Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas

    menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan, yang dpat

    dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan tertulis

    dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani

    prosedur audit dalam program audit, dan dengan notasi

    langsung pada skedul.

    4)

    Dokumentansi audit harus meliputi informasi yang cukup

    untuk memenuhi tujuan yang telah dirancang.

    5)Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang

    dipertimbangkan harus dinyatakan dengan jelas.

    2.5. Materialitas

    Materialitas mendasari penerapan standar auditing,

    terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan

    lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan

    auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental

    bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit.

    Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu

    dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

    prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur.

    Financial Accounting Standard Board (FASB)

    mendefinisikan materialitas sebagai : Besarnya suatu

    penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan

    memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang

    dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi

    tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau

    salah saji tersebut.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    23/40

    Definisi diatas mengharuskan auditor untuk

    mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berhubung dengansatuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan

    oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan

    yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah

    laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus,

    berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal

    itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.

    Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik

    secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi

    kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

    prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan

    beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

    1. Menetapkan Pertimbangan Awal Materialitas

    SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan

    jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang

    akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang

    mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.

    Keputusan tersebut disebut sebagai pertimbangan

    pendahuluan tentang materialitas. Karena, meskipun

    merupakan pendapat professional , hal itu mungkin saja

    berubah selama penugasan. Pertimbangan ini harus

    didokumentasikan dalam file audit.

    Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah

    jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa

    laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi

    keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor

    menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

    untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    24/40

    tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan

    ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selamapelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah

    pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

    Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan

    pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat

    laporan keuangan tertentu:

    a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang

    absolute.

    Salah saji material bagi suatu perusahaan belum tentu

    material juga bagi perusahaan lain.

    b. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas

    Karena materialitas bersifat relative, diperlukan dasar

    untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba

    bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama

    untuk menentukan berapa jumlah material bagi

    perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini

    dianggap sebagai item informasi yang penting bagi para

    pemakai.

    c. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi

    materialitas, contoh:

    1)Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada

    kekeliruan yang tidak disengaja karena ketidakberesan

    mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak

    manajemen atau pihak yang terlibat.

    2)Kekeliruan yang kecil dianggap material jika

    berhubungan dengan kewajiban kontrak.

    3)Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material

    kalau mempengaruhi kecenderungan laba.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    25/40

    Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan

    materialitas pada dua tingkat berikut ini:

    a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas

    kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai

    keseluruhan.

    b.

    Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo

    akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas

    kewajaran laporan keuangan.

    Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan

    pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat

    dijelaskan berikut ini:

    a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

    Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan

    materialitas. Pertama auditor menggunakan materialitas

    dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi

    bukti-bukti audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat

    merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi

    materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik

    antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang

    material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang

    diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan

    keuangan. Jadi auditor harus mempertimbangkan dengan

    baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan

    audit. Jika auditor menentukan jumlah materialitas terlalu

    rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha

    yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    26/40

    menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi

    auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikansehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa

    pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya

    berisi salah saji material.

    Laporan mengandung salah saji material jika laporan

    tersebut berisi kekeliruan atau kecurangan yang

    dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan.

    Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa

    terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan

    dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap

    laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu

    materialitas.

    b. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

    Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji

    minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang

    dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas

    pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan

    dengan saldo akun material. Karena saldo akun material

    adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan

    konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji

    yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi

    keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya

    mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun tersebut.

    Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat

    saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan

    antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan

    keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk

    merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    27/40

    kemungkinan tidak material secara individual namun, jika

    digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yanglain, dapat material terhadap laporan keuangan secara

    keseluruhan.

    c. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

    Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas

    laporan keuangan di klasifikasikan, penaksiran awal

    tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh

    dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke

    akun secara individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan

    baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun,

    karena hampir semua salah saji laporan laba rugi

    mempengeruhi neraca dan karena akun neraca lebih

    sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun

    neraca.

    Dalam melakukan alokasi, auditor harus

    mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji

    dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan

    untuk memverifikasi akun tersebut.

    Alokasi Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Ke

    Segmen-Segmen Alokasi pertimbangan pendahuluan

    tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan

    karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan

    bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan.

    Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan

    jumlah bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam

    segmen tersebut, sehingga akan meminimalisasi biaya

    audit. Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    28/40

    neraca karena neraca memiliki lebih sedikit komponen.

    Kesulitan materialitas pada akun neraca :1)Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan

    daripada yang lain.

    2)Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb.

    lebih saji atau kurang saji.

    3)Biaya audit relatif dari prosedur audit yang

    mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit diramalkan.

    Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen

    audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat

    semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang

    ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi 2

    jenis:

    1)Salah Saji yang Diketahui adalah salah saji dalam akun

    yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.

    2)

    Salah Saji yang Mungkin.

    Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji:

    2. Langkah-Langkah Menerapkan Materialitas

    Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam

    menerapkan materialitas.

    Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialistas:

    a. Merencanakan luas pengujian

    1)Langkah 1, Menetapkan pertimbangan pendahuluan

    tentang materialitas.

    2)Langkah 2, Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan

    tentang materialitas segmen-segmen.

    b. Mengevaluasi hasil-hasil

    1)

    Langkah 3, Mengestimasi total salah saji dalam segmen.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    29/40

    2)Langkah 4, Memperkirakan salah saji gabungan.

    3)

    Langkah 5, Membandingkan salah saji gabungandengan pertimbangan pendahuluan

    Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila

    laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang

    dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup

    signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan

    tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari

    kekeliruan atau kecurangan.

    Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang

    tidak disengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

    keuangan. Kekeliruan mencakup:

    a.Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang

    menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

    b.Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari

    kecerobohan atau salah tafsir fakta.

    c.Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang

    berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau

    pengungkapan.

    Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak

    dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau

    pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan

    keuangan auditan adalah akurat.

    3. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan

    Keuangan

    Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat

    memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    30/40

    keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah

    akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksasetiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan

    tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang

    terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi

    secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena

    itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan

    keyakinan (assurance) sebagai berikut:

    a.

    Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-

    jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta

    pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,

    dan dikompilasi.

    b. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah

    mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai

    dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan

    keuangan auditan.

    c. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk

    pendapat (atau memberikan informasi, dalam hal terdapat

    perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai

    keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat

    salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.

    Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan

    yang diberikan oleh auditor yaitu: konsep materialitas yang

    menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko

    audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor

    untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang

    sebenarnya berisi salah saji material.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    31/40

    2.6. Risiko Audit

    Dalam perencanaan audit, auditor harusmempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko

    Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit

    adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak

    memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu

    laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

    Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin

    rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk

    menanggungnya.

    Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan

    keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh

    dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara

    individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk

    membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa

    sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan

    pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan

    berada pada tingkat yang rendah.

    Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan

    tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam

    laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan

    baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak

    memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu

    laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko

    audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

    1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

    Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus

    menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan,

    yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    32/40

    auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan

    disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporankeuangan tersebut berisi salah saji material.

    2. Risiko Audit Individual

    Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun

    secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan

    kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual

    perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu

    seringkali sangat penting karena besar saldonya atau

    frekuensi transaksi perubahan.

    Model Resiko Audit

    PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned

    Detection Risk)

    AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit

    Risk)

    IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)

    CR = Risiko pengendalian (Control Risk)

    a.Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection

    Risk)Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam

    segmen gagal menemukan salah saji yang melewati

    jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacamitu timbul.

    b.Risiko Bawaan (Inherent Risk), Penetapan auditor akan

    kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang

    melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor

    efektifitas pengendalian intern.

    c.Risiko pengendalian (Control Risk), Yaitu ukuran penetapan

    auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    33/40

    dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang

    tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien.d.Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk),

    yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa

    L/K salah saji secara material walaupun audit telah selesai

    dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat subyektif.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha sehingga

    akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima :

    1.

    Tingkat ketergantungan pemakai pada L/K

    Jika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada L/K,

    maka risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang menunjukkan

    tingkat ketergantungan:

    a. Ukuran perusahaan klien.

    b. Distribusi kepemilikan.

    c. Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan.

    2.

    Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang

    timbul setelah laporan audit diterbitkan.

    Dalam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan

    kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan

    akan dituntut di pengadilan. Jika auditor merasa ada

    kemungkinan kegagalan finansial atau kerugian besar dan

    peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan

    AAR.

    3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen.

    Jika integritas dipertanyakan maka AAR akan rendah. Jika

    integritas rendah, sering timbul konflik dengan pedagang

    saham, konsumen, dan aparat negara sehingga akan

    mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan

    dapat menyebabkan tuntutan.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    34/40

    Menetapkan risiko audit yang dapat diterima:

    a.

    Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yangdapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pemakai

    ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan

    keuangan setelah audit selesai, dan integritas

    manajemen.

    b. Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang

    bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji material

    setelah audit selesai.

    c. Kemungkinan memperoleh informasi tambahan

    mengenai klien dan memodifikasi AAR.

    d. Risiko Bawaan

    e. Model risiko audit mengandung risiko bawaan berarti

    auditor harus memprediksi dimanakah salah saji yang

    paling mungkin terjadi dan dimana yang

    kemungkinannya paling kecil. Informasi ini jumlah

    bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana

    auditor mengalokasikannya pada segmen-segmen

    audit.

    f. Risiko bawaan dapat relatif rendah pada kasus tertentu

    dan cukup tinggi pada kasus lain.

    Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan

    risiko bawaan:

    a. Sifat bidang usaha klien.

    b. Hubungan istimewa.

    c. Integritas manajemen.

    d. Transaksi tidak rutin.

    e. Motivasi klien.

    f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    35/40

    g. Hasil audit sebelumnya saldo akun dan transaksi secara

    benar.h. Penugasan pertama atau penugasan ulang.

    i. Kerentanan terhadap kecurangan.

    j. Unsur-unsur populasi.

    Pertimbangan Materialitas Dan Risiko Lainnya:

    a. Risiko Audit Untuk Segmen

    1)Risiko pengendalian (CR) dan risiko bawaan (IR)

    diterapkan secara spesifik untuik tiap siklus, akun,

    dan tujuan audit sehingga cenderung berbeda. Risiko

    pengendalian berbeda untuk tiap akun tergantung

    efektifitas pengendaliannya.

    2)AAR diterapkan auditor untuk keseluruhan audit,

    konstan untuk tiap siklus dan akun utama.

    3)CR dan IR bervariasi sehingga risiko penemuan dan

    bahan bukti audit yang diperlukan juga bervariasi,

    tergantung situasi secara spesifik.

    4)Menghubungkan Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi

    dan Risiko Dengan Tujuan Audit yang Berhubungan

    Dengan Saldo. IR dan CR ditetapkan untuk setiap

    tujuan audit, tetapi tidak lazim untuk

    mengalokasikan materialitas pada tujuan audit

    karena lebih sulit.

    b. Keterbatasan Pengukuran

    1)Sulit mengukur komponen-komponen dalam model,

    sehingga auditor biasanya menggunakan ukuran

    kasar yang subyektif (rendah,sedang,tinggi).

    2)Sulit mengukur jumlah bahan bukti yang diinginkan

    suatu risiko penemuan yang telah ditetapkan.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    36/40

    PDR dapat diturunkan dengan mengkombinasikan

    beberapa prosedur audit, dengan jenis bahan buktiyang berbeda untuk tujuan audit yang berbeda.

    Tidak ada metode pengukuran yang akurat untuk

    menentukan pengukuran kuantitatif yang tepat

    mengenai kombinasi bahan bukti, tetapi secara

    subyektif untuk mengevaluasi kecukupan bahan

    bukti untuk memenuhi PDR butuh pertimbangan

    profesional.

    Kertas kerja Perencanaan Bahan Bukti Pengujian

    Terinci Atas Saldo:

    a. Menghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi

    bahan bukti audit dengan bahan bukti yang tepat untuk

    dikumpulkan.

    b. Kertas kerja perencanaan bahan bukti menunjukkan

    bahwa faktor-faktor lain harus dipertimbangkan

    sebelum membuat keputusan bahan bukti aktiva.

    2.7. Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti

    Audit

    Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak

    mungkin melakukan pemeriksaan atas semua transaksi yang

    dicerminkan dalam laporan keuangan. Auditor harus

    menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam

    menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

    Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko

    audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal

    dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok

    asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    37/40

    pendekatan, yaitu pendekatan substantif (primarily substantive

    approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiranrendah (lower assessed level of control risk approach).

    Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti

    audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut:

    1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan

    tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah

    jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

    2.

    Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan

    dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko

    audit menjadi meningkat.

    3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit,

    auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini:

    a. Menambah tingkat materialiras, sementara itu

    mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

    b.

    Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,

    sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.

    c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan

    dan tingkat materialitas secara bersama-sama.

    2.8. Program Audit

    Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning).

    Tujuan audit planning ialah untuk menentukan pada area mana,

    bagaimana, kapan serta oleh siapa (anggota tim yang mana)

    audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit planning

    mengidentifikasikan faktor risiko.Auditor harus menilai faktor

    risiko inheren, misalnya sistem online, network, database, dan

    teknologi canggih lainnya memiliki risiko lebih besar daripada

    batch processing system (apalagi dibandingkan sistem manual).

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    38/40

    Auditor harus meneliti resiko potensial dengan melakukan

    review awal general controls, menilai kelemahan pengendaliandan mengevaluasi apakah pengendalian tersebut dijalankan.

    Tujuan analisis resiko ini untuk membantu auditor agar lebih

    fokus audit pada area yang faktor risikonya besar. Untuk itu

    auditor menyiapkan rencana kerja audit (audit program)

    mengenai batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran

    audit. Setelah audit program disusun dan team auditor telah

    dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan

    pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit. Audit Program

    merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan

    dan dibuat secara tertulis

    Tujuan Audit Program: membantu Auditor dalam

    memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yg

    harus dilaksanakan.

    Audit Program yang baik harus mencantumkan:

    a. Tujuan pemeriksaan.

    b. Audit prosedur yg akan dijalankan.

    c. Kesimpulan pemeriksaan.

    Manfaat Program Audit:

    a. Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan dan

    instruksi bagaimana harus menyelesaikan suatu

    pemeriksaan.

    b. Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan, dan

    pengendalian pemeriksaan.

    c. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien.

    Tahap penilaian yang dilakukan oleh auditor dalam

    audit ialah:

    a. Penelaahan awal.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    39/40

    b. Penelaahan atau pengujian ketaatan/pengendalian (test

    of controls) terhadap general controls, sertapenelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi

    (application controls) pada unit pengembang sistem

    (developer)

    c. Penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi

    pada pemakai (user).

    d. Tahap evaluasi hasil penelaahan dan pengujian ketaatan

    pengendalian.

    e. Tahap perancangan pengujian subtantif (subtantive

    test).

    f. Tahap pelaporan hasil audit.

  • 7/25/2019 Asersi Manajemen Tanggung Jawab Auditor

    40/40

    DAFTAR PUSTAKA

    Elder, R. J., Beasley, M. A, & Arens, A. A. (2010). Auditing and

    Assurance Services: An Integrated Approach (13thEd.). New

    Jersey: Preston Prentice Hall.

    Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik.

    (2001). Salemba Empat