chamber sensor electronic nose flow system

Upload: rizkyprima

Post on 12-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    1/30

    i

    USULAN PENELITIAN S1

    RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

    DESIGN OF SENSOR CHAMBER ELECTRONIC NOSE

    PULUNG PURWO SAGITA

    11/316739/PA/13866

    PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

    JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    2/30

    i

    USULAN PENELITIAN S1

    RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana Sains

    Elektronika dan Instrumentasi

    PULUNG PURWO SAGITA

    11/316739/PA/13866

    PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

    JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    3/30

    ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    USULAN PENELITIAN S1

    RANCANG BANGUN CHAMBER SENSOR ELECTRONIC NOSE

    Diusulkan oleh

    PULUNG PURWO SAGITA

    11/316739/PA/13866

    Telah disetujui

    pada tanggal 03 Maret 2015

    Pembimbing I Pembimbing II

    Triyogatama Wahyu W, S.Kom, M.Kom. Danang Lelono, S.Si, M.T.

    Reviewer 1 Reviewer 2

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    4/30

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

    1.3 Batasan Masalah........................................................................ 2

    1.4 Tujuan ....................................................................................... 3

    1.5 Manfaat ..................................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

    BAB III DASAR TEORI .................................................................................. 9

    3.1 Electronic Nose......................................................................... 9

    3.2 Array Sensor.............................................................................. 11

    3.3 Sensor Figaro TGS Secara Umum ............................................ 12

    3.4 Perangkat Lunak LabView ........................................................ 14

    3.5 Teh............................................................................................. 15

    BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 17

    4.1 Peralatan .................................................................................... 17

    4.2 Bahan......................................................................................... 17

    4.3 Rancangan Penelitian ................................................................ 17

    4.4 Prosedur Kerja ........................................................................... 20

    BAB V RENCANA JADWAL PENELITIAN ............................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    5/30

    iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Olfaktori manusia secara biologis ........................................................9

    Gambar 3.2 Sistem penciuman e-nose ...................................................................10

    Gambar 3.3 Diagram blok dari 5 komponen utama dari electronic nose ...............11

    Gambar 3.4 Contoh sistematika array sensor. ........................................................12

    Gambar 3.9 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor...................................................13

    Gambar 3.10 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas ...............................................14

    Gambar 3.11 Bentuk fisik sensor TGS ..................................................................14

    Gambar 3.12 Tampilan utama perangkat lunak LABVIEW .................................15

    Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian .............................................................18

    Gambar 4.2Diagram Blok Rancangan Sistem e-Nose secara Keseluruhan ...........18

    Gambar 4.3 Tampilan rancangan chamber sensor. ................................................19

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    6/30

    v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Hubungan penelitian sebelumnya dengan usulan penelitian ini ..............6

    Tabel 3.1 Senyawa kimia yang merespon aroma teh .............................................16

    Tabel 5.1 Waktu kerja rencana jadwal penelitian ..................................................22

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    7/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Teh merupakan jenis minuman yang sudah ada sejak zaman dahulu.

    Minuman teh ini berasal dari daun teh muda yang telah terpilih. Aroma daun teh

    ini yang menentukan kualitas teh. Adapun orang yang menentukan rasa dan aroma

    teh adalah tester teh . Testerteh adalah orang yang ahli atau telah berpengalaman

    dalam menentukan aroma dan rasa teh. Selain digunakan untuk sajian minuman,

    teh memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia. Salah satu manfaat dari teh

    adalah untuk minuman suplemen yang berfungsi sebagai obat.

    Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, peran atau tugas

    testerdapat digantikan dengan hidung elektronik atau lebih dikenal dengan nama

    Electronic Nose. Electronic Nose ini cara kerjanya mirip hidung manusia yaitu

    mendeteksi bau atau aroma. Saat ini Electronic Nose dikembangkan untuk

    berbagai bidang, salah satunya dibidang makanan dan minuman yang digunakan

    untuk mengidentifikasi aroma. Dengan sistem kerja seperti hidung manusia,

    sistem kerja Electronic Nose dikenal dengan sistem olfaktori karena Electronic

    Nose menggunakan larik sensor yang terdiri dari beberapa sensor dengan

    sensitifitas yang berbeda-beda yang meniru larik syaraf penciuman dalam

    olfaktori manusia. Oleh karena itu, keluaran Electronic Nose dapat berupa pola-

    pola yang mewakili masing-masing aroma sehingga dapat diterapkan untuk

    aplikasi identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi berdasarkan

    aroma. (Triyana, Agustika, & Hardoyono, 2012).

    Performa dari sistem Electronic Nose salah satunya dipengaruhi oleh

    peletakkan sensor-sensor kimia dan gas yang berada didalam chamber sensor

    yang membentuk larik sensor. Larik sensor ini terdiri dari beberapa sensor gas

    dengan sensitifitas berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu. Posisi dari

    sensor-sensor kimia dan gas ini mempengaruhi keluaran pola-pola respon

    tegangan terhadap waktu yang belum dinormalisasi dari masing-masing sensor.

    Aroma yang ditangkap oleh larik sensor menyebabkan resistansi sensor berubah.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    8/30

    2

    Stabilitas sensor terhadap waktu dan pengurangan variasi antara sensor-sensor

    yang berbeda dari jenis yang sama merupakan masalah utama. Sistem sampling

    mentransfer aroma sampel dari chamber sampel ke sensor dan kemudian di

    alirkan ke saluran pembuangan gas, sehingga pengendalian semua faktor aliran

    aroma akan mempengaruhi respon sensor. Sensor menanggapi konsentrasi sampel

    pada permukaan lapisan sensitif dari pada konsentrasi rata-rata di dalam ruangan.

    Sebuah chamber sensor harusnya menghasilkan respon konsentrasi sinyal

    masukkan secara akurat dari setiap sensor, mendapatkan profil konsentrasi yang

    sama dalam pengukuran yang berulang, dan waktu tempuh saat konsentrasi naik

    atau turun.

    Hasil diolah dengan menggunakan Microsoft Exel berupa grafik radar dan

    dianalisis lebih lanjut dengan metode PCA (Principal Component Analysis)

    (Iswanto, 2014). Oleh karena itu, posisi sensor chamber mempengaruhi pola-pola

    yang dihasilkan. Pada penelitian ini, akan dibahas tentang rancang bangun

    chamber sensor yang akan menghasilkan keluaran pola grafik tegangan terhadap

    waktu naik dan turun yang stabil, respon waktu yang cepat, dan kontak dengan

    bahan uji yang maksimal.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut :

    Bagaimana merancang posisi sensor dalam chamber yang menghasilkan

    respon keluaran sinyal pola yang efisien sehingga selanjutnya

    memudahkan untuk melakukan proses ekstraksi ciri dan identifikasi

    dengan metode-metode terntentu.

    Bagaimana merancang bangun chamber sensor yang dapat menghasilkan

    kontak dengan gas bahan uji yang maksimal yang akan berpengaruh pada

    resistansi sensor.

    1.3 Batasan Masalah

    Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:

    Sampel yang digunakan adalah teh.

    Chamber berbahanstainlees steelatau teflon.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    9/30

    3

    Chamber berbentuk balok tanpa celah udara selain jalaur selang udara.

    Menggunakan instrumen electronic nose dengan 12 sensor TGS untukarray sensor yang dibagi menjadi 4 node sensor.

    Terdapat chamber sampel yang telah ada dari penelitian sebelumnya.

    Chamber sensor dan chamber sampel ditempatkan pada tempat yang statis.

    Pengolahan ADC (Analog to Digital Converter) oleh mikrokontroller

    Arduino Mega 2560.

    1.4 Tujuan

    Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah membuat rancang bangun

    chamber sensor yang didalamnya terdapat array sensor yang dapat berkontak

    dengan aroma sampel dengan baik kemudian menghasilkan respon keluaran sinyal

    dari sampel jenis-jenis teh yang efisien pada electronic nose.

    1.5 Manfaat

    Manfaat dilaksanakan penelitian ini antara lain:

    Dapat membuat chamber sensor Electronis Noseyang berdimensi dengan

    keluaran berupa respon sinyal yang efisien dari sampel.

    Dapat membuat array sensor gas untuk Electronic Nose yang dapat

    menerima aroma dari sampel dengan hasil uji yang mendekati pada setiap

    pengujian.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    10/30

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    (Sharma, 2012), telah melakukan penelitian mendiskriminasikan teh hitam

    dengan menggunakan array sensor quartz crystal microbalance (QCM). Pada

    penelitiannya array sensor QCM digunakan untuk membedakan sampel teh yang

    berbeda. Array sensor QCM ini teriri dari 5 lapisan analit yang masing-masing

    lapisan hanya dapat sensitif pada zat kimia tertentu, yaitu lapisan D-glucose,

    Adenine,Polyethylene glycol, D-Phenylalanine, danEthyl cellulose.Array sensor

    QCM ini tidak memiliki bentuk pola tertentu, namun array sensor ini bekerja

    dengan metode electrostatic spraydimana larutan bahan sensor aktif dimasukkan

    ke dalam jarum suntik kaca. Medan listrik yang tinggi di ujung jarum menyebar

    dalam bentuk semprot halus. Akibatnya, larutan ditransfer ke elektroda target

    dalam bentuk semprotan halus yang menyebar ke lapisan array sensor. Array

    sensor ini sering disebut array sensor komersial karena memang diperjualbelikan.

    Namun, kelemahan dari array sensor ini adalah beroperasi pada suhu yang tinggi

    sehingga membutuhkan daya yang tinggi.

    (Thepudom, 2012), telah membuat array sensor ganda untuk

    mendiskripsikan perubahan volatil. Array sensor yang dibuat pada penelitiannya

    tidak menggunakan sensor gas namun menggunakan LED dan photodiode. LED

    danphotodiodedi rangkai secara berpasangan. LED yang digunakan adalah LED

    warna. Terdapat 8 LED warna yang berbeda-beda, yaitu putih, inframerah, merah,

    kuning, hijau, biru, merah muda, dan ungu. Array sensor ini berbentuk segi empat

    tidak simetris. Keluaran nilai dari photodiode diubah dalam frekuensi. Detektor

    ini menghitung pulsa yang keluar sebagai frekuensi dari foton yang sebanding

    dengan intensitas cahayanya. Oleh karena itu, sinyal gas sampel dari pengukuran

    optik disajikan dalam nilai frekuensi.

    (Nakamoto, 2004), dalam merancang chamber sensor gas dalam sistem

    pengiriman aroma ke chamber sensor menggunakan sistem statis. Sistem statis

    adalah salah satu dasar yang digunakan untuk mengukur respon steady state

    sensor. Dalam sistem statis tidak ada aliran uap sekitar sensor, dan pengukuran

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    11/30

    5

    biasanya dilakukan pada respon steady-state sensor yang terkena uap pada

    konsentrasi konstan. Salah satu contoh array sensor yang menggunakan sistem

    statis adalah QCM array sensor. Prinsip untuk chmaber sensor pada penelitiannya

    yaitu sampel larutan diuapkan, kemudian respon sensor diukur pada keadaan yang

    stabil. Chamber sensor biasanya terbuat dari Teflon atau kaca untuk menghindari

    adsorpsi uap ke dinding internal. Namun metode ini susah untuk mendapatkan

    respon dari array sensor karena untuk mengukur respon sensor harus dalam

    keadaan yang stabil dimana keadaan ini membutuhkan waktu yang lama.

    (Triyana, 2012), telah melakukan penelitian pada ekstraksi ciri sampel teh

    yang berbeda menggunakan electronic nose. Pada penelitian tersebut

    menggunakan chamber sensor yang berbentuk tabung. Chamber sensor ini

    terdapat 8 sensor gas seri TGS, yaitu TGS 825, TGS 822, TGS 826, TGS 2620,

    TGS 813, dan TGS 2611. Dalam chamber juga terdapat dua buah kipas untuk

    meratakan aroma sampel teh. Kerja dari chamber ini yaitu sampel secara

    bergantian dimasukkak kedalam chamber. Kemudian kipas dinyalakan untuk

    meratakan aroma dalam chamber. Prinsip deteksi aroma oleh larik sensor gas

    adalah dengan mengukur perubahan resistansi saat molekulmolekul gas penyusun

    aroma tersebut mengenai permukaan masing-masing sensor. Perubahan resistansi

    ini selanjutnya diubah menjadi tegangan dengan rangkaian pembagi tegangan, dan

    dilanjutkan dengan rangkaian pengkondisi sinyal untuk mengurangi derau pada

    masing-masing sensor gas. Konversi tegangan analog menjadi digital dilakukan

    dengan menggunakan ADC dalam mikrokontroler. Pencatatan respon masing-

    masing sensor dilakukan setelah sinyal telah stabil.

    (Jaruwongrungsee, 2010), telah meneliti simulasi array sensor QCM

    dengan bentuk bulat dengan titik tengah sebagai pusat aliran bau ke sensor. Hasil

    simulasi menunjukkan bahwa aliran ke dalam chamber sensor tersebut tidak stabil

    atau turbulen. Selain itu, tingkat turbulen juga meningkat seiringnya laju aliran.

    Sampel dispersi khususnya pada kedua sisi yang jauh dari ruang di mana

    elektroda sensor berada menunjukkan ketidaklinieran. Dengan demikian letak

    sensor pada chamber sensor juga merupakan faktor penting karena kontak

    langsung aroma kepada sensor akan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    12/30

    6

    (Yang, 2012), dalam bukunya menjelaskan bahwa dalam mendesain array

    sensor pada chamber digunakan aliran aroma paralalel, dimana setiap sensor

    terkena gas aroma secara bersamaan sehingga respon dari masing-masing sensor

    dapat tampil secara serentak. Chamber sensor di buat kedap udara agar udara

    didalam tidak bercampur dengan udara lain. Chamber sensor ini didisain secara

    geometrik, mulai dari peletakkan sensor, volume, dan bentuk chamber. Menurut

    penulis yang harus di uji dalam pembuatan chamber sensor diantaranya adalah

    pengambilan data sampel, pengiriman aliran aroma, akuisisi sinyal respon sensor

    dan pengolahan data, analisis data, dan laporan visual dari hasil pengukuran.

    Tabel 2.1 Hubungan penelitian sebelumnya dengan usulan penelitian ini

    Tahun Peneliti Metode Keterangan

    2004 Nakamoto Chamber Sensor Statis

    untukElectronic Nose

    Chamber sensor statis ini bisa

    dikatakan chamber sensor

    directkarena sampel langsung

    dimasukkan ke dalam

    chamber yang juga terdapatarray sensor. Kemudian

    langsung dilakukan

    pengukuran respon sinyal dari

    sampel.

    2010 Jaruwongrungsee Chamber sensor dengan

    array sensor QCM dengan

    bentuk circular atau

    bulat.

    Mensimulasikan aliran

    molekul ke dalam chamber

    dengan simulasi analisis

    dinamika fluida. Kemudian

    aliran dapat diterima oleh

    array sensor QCM yang

    berada didalam chamber.

    2012 Sharma Array sensor QCM

    (Quartz Crystal

    Microbalance) untuk

    membedakan sampel teh

    Kandungan kimia dalam

    aroma teh diubah ke bentuk

    larutan. Array sensor QCM ini

    tidak memiliki bentuk pola

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    13/30

    7

    yang berbeda. tertentu, namun array sensor

    ini bekerja dengan metode

    electrostatic spray dimana

    larutan bahan sensor aktif

    dimasukkan ke dalam jarum

    suntik kaca. Medan listrik

    yang tinggi di ujung jarum

    menyebar dalam bentuk

    semprot halus. Semprotan

    halus ini menyebar ke bagian

    lapisan array sensor.

    2012 Thepudom Membuat chamber sensor

    gas dengan menggunakan

    LED danphotodiode.

    Mendiskripsikan uap dengan

    menggunakan dual chamber

    sensor. Chamber sensor ini

    terdapat array sensor yang

    terbuat dari pasangan LED

    dan photodiode. Pada lapisan

    sisi ujung chamber di berifilm tipis. Keluaran dari

    chamber sensor ini berupa

    sinyal frekuensi.

    2012 Triyana Membuat chamber sensor

    direct untuk melakukan

    ekstraksi ciri sampel teh.

    Chamber sensor direct ini

    terdapat array sensor gas

    dengan 8 sensor gas seri TGS

    dan kipas untuk meratakan

    aroma pada saat pengambilan

    data sampel.

    2012 Yang Chamber sensor circular

    geomtry yang terdapat

    array sensor paralel.

    Array sensor pada chamber

    menggunakan aliran aroma

    paralalel, dimana setiap

    sensor terkena gas aroma

    secara bersamaan sehingga

    respon dari masing-masing

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    14/30

    8

    sensor dapat tampil secara

    serentak. Chamber sensor di

    buat kedap udara agar udara

    didalam tidak bercampur

    dengan udara lain. Chamber

    sensor ini didisain secara

    geometrik, mulai dari

    peletakkan sensor, volume,

    dan bentuk chamber.

    2015 Purwo Chamber sensor denganbentuk balok yang

    terdapat 4 node sensor.

    Merancang bangun chambersensor electronic nosedengan

    bentuk balok. Chamber sensor

    ini terdapat 4 node sensor

    pada 4 sisi balok. Masing-

    masing node terdapat array

    sensor 3 sensor TGS.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    15/30

    9

    BAB III

    DASAR TEORI

    3.1 Electronic Nose

    Secara biologis sistem penciuman manusia terdiri dari jaringan sensorik,

    yang merupakan daerah epitel tipis yang terletak di bagian atas hidung. Jaringan

    ini berisi sekitar lima puluh juta neuron reseptor penciuman. Masing-masing

    neuron ini memiliki dendrit yang ujungnya berbentuk bola dimana terdapat silia

    yang memanjang. Reseptor mengikat G-proteinyang terletak di permukaan silia

    dan bertindak sebagai reseptor chemosensory. Hal ini diyakini bahwa kespesifikan

    dan sensitivitas hidung mamalia berasal dari hasil dari sel-sel reseptor dengan

    sensitivitas sebagian yang tumpang tindih. Olfactory bulbdan otak menentukan

    pola dalam sinyal sebagian tumpang tindih dan mengidentifikasi kelas bau atau

    bau senyawa (Griffin, 2006). Gambar 3.1 menjelaskan alur identifikasi bau pada

    sistem penciuman manusia secara biologis.

    Gambar 3.1 Olfaktori manusia secara biologis (Thuen, 2014).

    Electronic Nose adalah instrumen yang terdiri dari sebuah larik sensor

    kimia elektronik dengan Elektivitas parsial dan sistem pengenalan pola yang tepat,

    yang mampu mengenali bau sederhana dan kompleks. Gas dari bahan kimia di

    lewatkan langsung ke sensor kimia melalui transduser. Interaksi molekul analit

    dengan bahan kimia yang sensitif menghasilkan beberapa perubahan fisik yang

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    16/30

    10

    dirasakan oleh transduser dan diubah menjadi sinyal output. Interaksi ini

    tergantung pada bentuk dan distribusi muatan dalam molekul analit dan bahan

    sensor, dan mirip dengan interaksi operasi dalam sistem biologis antara aroma dan

    reseptor (Patel & Kunpara, 2011).

    Electronic Nose adalah sebuah instrumen yang dimaksudkan untuk

    mendeteksi bau atau aroma. Electronic Nose juga sering disebut sistem olfaktori

    elektronik karena Electronic Nose mempunyai kemampuan meniru sistem

    penginderaan penciuman manusia.Electronic Nosedibangun atas beberapa sensor

    gas yang membentuk larik sensor yang mempunyai selektivitas global. Dengan

    larik sensor gas tersebut, Electronic Nose telah meniru struktur larik syaraf

    penciuman dalam olfaktori manusia. Oleh karena itu, keluaran Electronic Nose

    dapat berupa pola-pola yang mewakili masing-masing aroma sehingga dapat

    diterapkan untuk aplikasi identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi

    berdasarkan aroma (Triyana et al., 2012). Gambar 3.2 menunjukkan sistem

    penciuman pada e-nose.

    Gambar 3.2 Sistem penciuman e-nose (Arshak, 2004).

    Menurut (Patel, 2011), e-nose terdiri dari berbagai jenis sensor array yang

    berbeda-beda sangat responsif terhadap berbagai kemungkinan analitik dan

    memiliki sejumlah keunggulan dibanding dengan instrument analitik klasik. E-

    nosetidak memerlukan reagen kimia, mempunyai sensitivitas tinggi, memberikan

    hasil yang cepat dan murah serta memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan

    dengan instrument laboratorium analisis yang begitu kompleks. E-noseterdiri dari

    5 komponen utama, yaitu : ruang sampel, ruang sensor, sistem akuisisi data dan

    unit pengendali, power supply , dan antarmuka grafik pada PC. Kelima komponen

    ini ditunjukkan oleh Gambar 3.3.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    17/30

    11

    Gambar 3.3 Diagram blok dari 5 komponen utama dari electronic nose

    (Patel & Kunpara, 2011).

    Pada pengaplikasiannya, sistem e-nose menggunakan beberapa sensor

    (antara 4 - 100 buah) yang memiliki sensitivitas berbeda-beda terhadap berbagai

    macam gas. Semakin banyak jumlah sensor yang digunakan, maka kepekaan

    sistem terhadap berbagai macam bau lebih tinggi. Respon kimiawi sensor yang

    terukur sebagai perubahan pada suatu parameter fisik (konduktivitas). Waktu

    respon sensor biasanya diberi selang waktu tiap satu detik hingga permenit

    (Bennetts, 2010).

    3.2 Ar ray Sensor

    Secara umum, larik sensor adalah seperangkat sensor yang digunakan

    untuk mengumpulkan informasi tentang objek yang diuji. Dalam aplikasinya di

    bidang kimia, larik sensor terdiri dari beberapa sensor yang berbeda dengan

    sensitivitas yang luas dan sebagian tumpang tindih dengan berbagai gas. Larik

    sensor gas digunakan untuk mengkonversi informasi mengenai bahan kimia

    campuran gas multi-komponen ke dalam satu set sinyal terukur. Sensor-sensor

    tersebut diakses secara individual dan secara hampir bersamaan pada alat yang

    digunakan. Oleh sebab itu, dalam prosedur operasinya sensor-sensor tersebut

    dapat digunakan sebagai elemen sensor yang independen (Szczurek &

    Maciejewska, 2010).

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    18/30

    12

    Sensor array terdiri dari beberapa sensor yang jumlahnya tergantung pada

    analisis yang akan dilakukan. Semakin banyak titik dalam ruang, semakin baik

    sistem ini mampu membedakan antara analit. Ada batas efektivitas dan

    perhitungan matematis bisa sangat memakan satu sama tambahan baru untuk

    ruang fitur waktu (Griffin, 2006). Gambar 3.4 menunjukkan larik array sensor

    menggunakan 8 sensor TGS yang dihubungkan ke unit utama pengolahan data.

    Gambar 3.4 Contoh sistematika array sensor.

    Terdapat dua tipe struktur larik sensor menurut laju alir gas uji yang akan

    dilewatkan sensor gas, yaitu tipe seri dan tipe paralel. Gambar 3.7 merupakan laju

    alir gas uji yang melalui larik sensor seri dan paralel. Laju alir ini berawal dari

    masukan (inlet)yang menuju kedalam chamber menggunakan selang yang telah

    membawa gas aroma atau gas bau dari sampel. Chamber ini yang didalamnya

    terdapat larik sensor dengan tipe seri atau paralel. Laju alir secara seri

    mengindikasikan gas bau yang dibawa ke chamber melewati sensor gas satu

    persatu berurutan sedangkan laju alir secara paralel mengindikasikan setiap sensor

    mendapatkan kontak langsung dengan gas bau secara bersamaan.

    3.3 Sensor TGS

    TGS merupakan singkatan dari Taguchi Gas Sensor yang merupakan

    sensor gas yang diproduksi oleh Figaro Inc,. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    19/30

    13

    dalam pemakaian sensor gas pada sistem robot adalah sensor gas tersebut harus

    memiliki sensitifitas yang tinggi, memiliki respon yang cepat, pemakaian daya

    yang kecil serta bentuk yang sederhana. Sensor TGS merupakan sebuah sensor

    kimia yang digunakan untuk mendeteksi gas tertentu. TGS mempunyai sebuah

    tahanan sensor yang nilainya bergantung pada keberadaan oksigen. Bahan sensor

    pada sensor gas TGS adalah metal oxide Sn. Dengan meningkatnya keberadaan

    oksigen pada lapisan tin oxide, akan meningkatkan level potential barrier yang

    juga meningkatkan nilai tahanan dari sensor. Perubahan keberadaan oksigen

    terhadap perubahan level potential barrier dan perubahan nilai tahanan

    diperlihatkan pada Gambar 3.9 merupakan keadaan awal dimana banyak terdapat

    kandungan dalam permukaan tin oxide yang mengakibatkan adanya resistansi

    yang tinggi pada grain boundary (Figaro, 2003). Contoh gambar ilustrasi

    penyerapan O2oleh sensor TGS ditunjukkan pada Gambar 3.9.

    Gambar 3.9 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor (Figaro, 2003).

    Di dalam sensor, arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan

    (grain boundary) dari kristal SnO2. Pada daerah sambungan, penyerapan oksigen

    mencegah muatan untuk bergerak bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses

    deoksidasi akan terjadi, dan rapat permukaan dari muatan negatif oksigen akan

    berkurang. Kondisi ini mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari

    daerah sambungan, misal saat adanya gas yang terdeteksi. Dengan menurunnya

    penghalang, maka resistansi sensor akan juga ikut menurun. Ilustrasi tersebut

    dapat ditunjukkan pada Gambar 3.10.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    20/30

    14

    Gambar 3.10 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas (Figaro, 2003).

    Hubungan antara nilai hambatan sensor dengan konsentrasi gas

    pengoksidasi dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

    Rs=A [C]-

    di mana Rs = Resistansi sensor

    A = konstanta

    [C] = konsentrasi gas

    = kemiringan grafik Rs

    (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

    Gambar 3.11 Bentuk fisik sensor TGS. (a) TGS 3830 (b) TGS 2602 (c) TGS2600 (d) TGS 2611 (e) TGS 2612 (f) TGS 2610 (g) TGS 2620 (h) TGS 813 (i)

    TGS 822.

    3.4 LabView

    LabVIEW (Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench)

    adalah platform dan pengembangan lingkungan untuk bahasa pemrograman visual

    dari National Instruments. Bahasa grafis di beri nama "G". Awalnya dirilis untuk

    Apple Macintosh pada tahun 1986, LabVIEW umumnya digunakan untuk akuisisi

    data, kontrol instrumen, dan otomasi industri pada berbagai platform termasuk

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    21/30

    15

    Microsoft Windows, berbagai rasa dari UNIX, Linux, dan Mac OS X. Program

    LabVIEW disebut Instrumen Virtual, atau Vis, karena penampilan dan operasi

    mereka meniru instrumen fisika, seperti osiloskop dan multimeter. LabVIEW

    berisi seperangkat alat untuk memperoleh menganalisis, menampilkan, dan

    menyimpan data, serta alat-alat untuk membantu memecahkan kode program yang

    rumit (Halvorsen, 2014). Gambar 3.12 menunjukkan tampilan menu awal saat

    perangkat lunak LABVIEW dijalankan.

    Gambar 3.11 Tampilan utama perangkat lunak LABVIEW (Halvorsen,

    2014).

    3.5 Teh

    Teh merupakan salah satu minuman yang terkenal. Minuman teh berasal dari

    daun teh muda yang telah megalami prosesn pengolahan seperti pelayuan,

    oksidasi enzimatis, penggilingan, dan pengeringan. Bukan hanya sebagai

    minuman siap saji saja, namun teh juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh

    manusia. Hal ini dikarenakan teh memiliki kandungan senyawa kimia seperti

    polifenol, theofilin, flavonoid, tanin, vitamin C, vitamin E, katekin, dan sejumlah

    mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, dan Mg.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    22/30

    16

    Menurut (Bhattacharyya, 2004) terdapat tiga tipe teh yang dibedakan menurut

    pengolahannya yaitu Teh Hitam, Teh Hijau, dan Teh Oolong. Dari ketiganya, Teh

    Hitam adalah yang paling terkenal. Senyawa kimia yang merespon aroma teh

    dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Senyawa kimia yang merespon aroma teh

    Senyawa Aroma

    Linalool, Linalool Oksida Manis

    Geraniol, Phenylacetaldehyde Beraroma seperti bunga

    Nerolidol, Benzaldehyde, Methylsalicylate,

    Phenil ethanol

    Beraroma seperti buah

    Trans-2-Hexenal, n-Hexenal, Cis-3-Hexenol,

    Grassy, dan b-Ionone

    Beraroma segar

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    23/30

    17

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Peralatan

    Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa peralatan yang digunakan untuk

    mendukung penelitian efisiensi strukture chamber sensor pada perangkat

    Electronic Nose. Pada penelitian ini peralatan yang dibutuhkan dapat dibagi

    menjadi per unit seperti berikut :

    1. Chamber berbahan teflon ataustainless steelbeserta selang alir.

    2. 12 sensor TGS, yaitu TGS 3830, TGS 2600, TGS 2610, TGS 2611, TGS

    2612, TGS 2620, TGS 813, TGS 822, TGS 2602, TGS 825, TGS 826, dan

    TGS 832.

    3. Mikrokontroller Arduino Mega 2560.

    4. Seperangkat PC (Personal Computer).

    5. Seperangkat Software Labview.

    6. Rangkaian elektronik pendukung.

    4.2 Bahan

    Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sampel teh.

    4.3 Rancangan Penelitian

    Tahapan rancangan penelitian dijelaskan pada Gambar 4.1. Pada gambar

    tersebut dijelaskan bahwa langkah awal penelitian yaitu melakukan studi pustaka

    tentang Electronic Nose dan studi pustaka tentang larik sensor yang digunakan

    pada sistem Electronic Nose. Selanjutnya akan dilakukan membuat rancangan

    skematik larik sensor sesuai yang dikehendaki dalam penelitian ini. Kemudian

    membuat rancangan chamber untuk tempat larik sensor yang sesuai dengan

    volume yang dikehendaki. Setelah merancang perangkat keras tersebut, kemudian

    dapat dilakukan pengujian kelayakan sensor bau yang bertujuan unutk mengetahui

    respon repeatibilitas yang baik dari sensor bau yang digunakan. Selanjutnya

    pengujian respon sensor dengan sampel teh. Hasil yang didapat berupa tegangan

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    24/30

    18

    terhadap waktu yang akan digambarkan pada Microsoft Excel. Setelah didapatkan

    data hasil penelitian yang sesuai maka akan dilakukan analisa dan pembahasan.

    Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian

    4.3.1 Rancangan Sistem Secara Keseluruhan

    Sistem electronic nose yang akan dirancang untuk penelitian ini bertujuan

    agar respon dari setiap sensor TGS pada larik sensor dapat bekerja secara efisien

    sehingga didapatkan pola-pola yang berbeda dari setiap sensor pada uji sampel

    teh. Data pola dari larik sensor tersebut kemudian di proses oleh Mikrokontroler

    sehingga mendapatkan data ADC berupa tegangan kemudian hasil pembacaan

    tegangan tersebut dihubungkan secara serial ke perangkat komputer (PC). Data

    tersebut lalu diolah diperangkat komputer dengan menggunakan Microsoft Excel

    dan software LabView sehingga dapat dilihat besar keluaran dari masing-masing

    sensor tersebut dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Secara

    keseluruhan diagram blok sistem ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

    Gambar 4.2 Diagram Blok Rancangan Sistem e-Nose secara Keseluruhan

    Studi Pustaka E-nose dan

    sensor array pada enose

    Pengujian respon dengan

    sampel teh

    Membuat perangkat keras

    larik senor dan chamber

    Rancangan skematik larik

    sensor

    Uji kelayakan sensor bauAnalisa dan Pembahasan

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    25/30

    19

    4.3.2 Rancangan Chamber Sensor

    Dalam rancangan chamber sensor electronic noseyang akan dilakukan pada

    penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Chamber sensor ini

    berbentuk balok yang terdapat 4 node sensor yang di letakkan pada 4 sisi

    chamber. Masing-masing node sensor terdapat 3 sensor gas. Sedangkan dua sisi

    lainnya digunakan sebagai jalan masuk dan keluarnya gas aroma teh. Seperti yang

    ditunjukkan pada Gambar 4.3 yang menjelaskan array sensor yang akan dibuat

    menggunakan 12 buah sensor TGS, yaitu TGS 3830, TGS 2600, TGS 2611, TGS

    2612, TGS 2610, TGS 2620, TGS 813, TGS 822, TGS 2602, TGS 825, TGS 826,

    dan TGS 832. Desain chamber sensor ini relatif kecil dan diharapkan respon

    keluaran sinyal menjadi cepat dan stabil karena aroma ditangkap langsung secara

    bersamaan oleh array sensor yang terdapat pada node sensor. Bahan dari chamber

    sensor ini adalahstainleess steelatau teflon karena tidak mudah korosi.

    inLet

    outLet

    Gambar 4.3 Tampilan rancangan chamber sensor.4.3.3 Rancangan Perangkat Lunak

    Dalam rancangan sistem ini dilakukan perancangan perangkat lunak yang

    mana perancangan perangkat lunak ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama

    menggunakansoftware LABVIEW yang digunakan untuk mengolah data berupa

    tegangan berdasarkan nilai tegangan dari mikrokontroller. Yang kedua adalah

    perangkat lunak Microsoft Excel untuk menggambar plot grafik dari data hasil

    pada pengolahan perangkat lunak LABVIEW.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    26/30

    20

    4.4 Prosedur Kerja

    Pada penelitian ini, variabel yang akan dianalisis adalah nilai tegangan

    keluaran dari setiap sensor gas. Setiap sensor gas akan mengeluarkan tegangan

    dengan nilai tertentu saat terpapar pada gas dan konsentrasi tertentu. Prosedur

    kerja dari sistem ini sebagai berikut :

    a)

    Sampel

    Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah teh.

    b) Pengujian Sampel

    Dalam pengujian sampel, sampel ditaruh dalam suatu wadah

    (Chamber). Kemudian chamber dipanaskan pada suhu tertentu yang

    akan menghasilkan gas uap dari sampel yang dipanaskan tersebut.

    Selanjutnya uap dibawa ke chamber sensor yang terdapat array sensor

    melalui selang. Pada chamber sensor ini, diharapkan setiap node

    sensor dapat berkontak langsung dengan aroma secara bersamaan

    sehingga mampu menghasilkan respon keluaran sinyal yang efisien.

    Setiap sensor akan mengalami perubahan resistansi sehingga

    mengeluarkan tegangan yang berbeda-beda sesuai sensitifitas sensor.

    Pengujian sampel dilakukan dalam beberapa kali untuk mendapatkan

    nilai tegangan keluaran yang konstan dan akurat.

    c) Pengolahan Data

    Untuk pengolahan datanya, data yang diperoleh dari nilai ADC

    sensor pada mikrokontroler kemudian dikirim melalui port USB ke

    Perangkat Komputer (PC). Kemudian dengan menggunakan perangkat

    lunak LabView, data tersebut dibuat menjadi sebuah tampilan grafik

    selanjutnya dieksportkeMicrosoft excel.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    27/30

    21

    d) Analisa dan Pembahasan

    Dilakukan analisis terhadap respon waktu dari data ADC yang

    keluar dari setiap sensor pada chamber sensor. Analisis yang dilakukan

    yaitu pada data ADC yang belum dinormalisasi dan setelah dinormalisasi.

    Kemudian dilakukan analisis data ADC pada pengujian sampel secara

    berkala. Analisis tersebut juga akan dibandingkan dengan hasil analisis

    respon keluaran sinyal dari implementasi chamber sensor dengan bentuk

    tabung pada penelitian lainnya dengan seperangkat electronic nose yang

    sejenis. Setelah itu baru dilakukan pembahasan secara keseluruhan

    mengenai pengimplementasian chamber sensor bentuk kubus geometri

    dari sistem electronic nose yang digunakan.

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    28/30

    22

    BAB V

    RENCANA JADWAL PENELITIAN

    Jadwal pelaksanaan penelitian ditunjukkan oleh Tabel 5.1 Rencana jadwal

    penelitian yang disusun memperlihatkan persiapan yang dimulai dari persiapan dan

    pembuatan peranti keras-lunak sampai tahap evaluasi akhir setelah dilakukan ujicoba.

    Tabel 5.1 Waktu kerja rencana jadwal penelitian

    No. Kegiatan

    Tahun 2015

    Maret April Mei Juni

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1

    Seminar

    Proposal

    Usulan

    Tugas Akhir

    2

    Kajian

    Literatur dan

    Konsultasi

    3

    Perancangan

    Hardware

    dan

    Software

    4

    Pengambilan

    Data Hasil

    Penelitian

    5

    Pengolahan

    Data Sinyal

    Keluaran

    6

    Penyusunan

    Laporan

    Penelitian

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    29/30

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    Arshak, Moore, Lyons, Harris, dan Clifford, 2004,A review of gas sensors

    employed in electronic nose applications, Paper, Informatics and Electronics

    Limerick University, Limerik, Irlandia.

    Bhattacharyya, 2004,Aroma Characterization of Orthodox Black Tea With

    Electronic Nose, Centre for Development of Advanced Computing (C-DAC),

    Kolkata, India.

    Bennetts, 2010,Fast Transient Classification With a Parallelized Temperature

    Modulated E-Nose,Thesis, Technology Orebro University. Orebro.

    Figaro, 2003, General information for tgs sensors1,

    www.figarosensor.com/products/general.pdf, diakses tanggal 21 Februari

    2015 pukul 20.30 WIB.

    Griffin, 2006,Electronic Noses: Multi-Sensor Arrays. Davidson College.

    Halvorsen, 2014,Introduction to LabVIEW, Departement Electrical Engineering.

    Information and Cybernetics, Faculty of Technology Telemark University,

    Norwegia.

    Iswanto, 2014,Implementasi Rancang Bangun Electronic Nose Untuk

    Mengklasifikasi Pola Bau Tahu Murni dan Tahu Berformalin, Skripsi, JIKE -

    Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Jaruwongrungsee, Maturos, dan Sritongkum, 2010,Design and Simulation of

    Flow Cell Chamber for Quartz Crystal Microbalance Sensor Array, National

    Electronics and Computer Technology Center, King Mongkut's Institute of

    Technology Ladkrabang, Thailand.

    Nakamoto, 2004, Odor Handling and Delivery Systems.

    Patel dan Kunpara, 2011,Electronic Nose Sensor Response and Qualitative

    Review of E-Nose Sensor, Institute of Technology, Nirma University,

    Ahmedabad.

    Sharma, Ghosha, Tudua, Bandyopadhyay, dan Bhattacharyyab, 2012, Quartz

    Crystal Microbalance Sensors for Discrimination of Black Tea, Departement

  • 7/23/2019 Chamber Sensor Electronic Nose Flow System

    30/30

    24

    of Instrumentation and Electronics Engineering, Jadvpur University, Kolkata,

    India.

    Szczurek, dan Maciejewska, 2010, Gas Sensor Array with Broad Applicability,

    Wroctaw University of Technology, Polandia.

    Thepudom, Kladsomboon, Pogfay, Tuantranont, dan Kerdcharoen, 2012,Portable

    Optical-Based Electronic Nose Using Dual-Sensors Array Applied for

    Volatile Discrimination, Faculty of Science, Mahidol University, Bangkok,

    Thailand.

    Thuen, 2014, Sensing Odour With E-Nose.

    Triyana, Agustika, dan Hardoyono, 2012,Penerapan Metode Ekstraksi Ciri

    Berbasis Transformasi Wavelet Diskrit untuk Meningkatkan Unjuk Kerja

    Electronic Nose, FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Yang, 2012, Sensor Array, Rijeka, Kroasia.