Transcript
  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    1/134

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    2/134

    Standar Pelayanan

    Publik

    Pusat Kajian Manajemen Pelayanan

    Deputi II Bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan

    PelayananLembaga Administrasi Negara

    2009

    Ed isi Rev isi

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    3/134

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Standar Pelayanan Publik,Langkah-langkah Penyusunan----- Cet. 1. Jakarta, LAN, 2009.128 hlm. : ilus. : 18,2 x 25,7 cm.

    BibliografiISBN : 978 602 95141 0 0Hak Cipta pada Pusat Kajian Manajemen Pelayanan LAN

    Edisi RevisiCetakanPertama, Juli 2009

    Standar Pelayanan Publik,Langkah-langkah PenyusunanPusat Kajian Manajemen Pelayanan, Deputi II Bidang Kajian Kebijakan dan Pelayanan

    Lembaga Administrasi NegaraJl. Veteran No.10,Jakarta 10110

    Telp. : ( 62 21 ) 345 5021 26 Ext. 171-173Fax : ( 62 21 ) 380 0187

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    4/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    TIM PENYUSUN

    Edisi Revisi

    2009

    Noorsyamsa Djumara Mariman Darto

    Achmad Sjihabuddin Eddi Wibowo

    Damayani Tyastianti Iih Faihaah

    Ferry Firdaus Lucia Suhartini

    Marsono Nahwiyah

    Sri Wahyu Wijayanti Edi Laksono

    Gesma Dewi Fitri Handayani

    Wisber Wiryanto Paino

    Erna Irawati Bambang Suhartono

    Puji Rahayu Yuniati

    Edisi Pertama

    2003

    Ismail Mohamad

    Hamidah Rosidanti

    Achmad Sjihabuddin Dinner Purba

    Teguh Widjinarko Martini SuryaningsihDamayani Tyastianti Reni Suzana

    Ferry Firdaus Isti Heriani

    Achmad Nursalman

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    5/134

    iii

    SAMBUTAN

    Sebagai salah satu lembaga yang bertanggungjawab dalam

    mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara,

    Lembaga Administrasi Negara merasa perlu untuk turut serta dalam

    mengembangkan secara konseptual suatu sistem yang diharapkan

    berguna dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk itu pada

    tahun 2003 LAN telah membuat Buku Penyusunan Standar

    Pelayanan. Buku ini telah didistribusikan ke berbagai instansi

    penyelenggara pelayanan publik di Indonesia dan telah pula dijadikansebagai salah satu referensi utama penyusunan berbagai kebijakan dan

    peraturan perundangan untuk peningkatan kualitas pelayanan publik

    baik di pusat maupun di daerah. Namun seiring dengan dinamika

    perkembangan berbagai kebijakan pemerintah dan mengantisipasi serta

    menindaklanjuti berbagai perubahan kondisi lingkungan global

    maupun nasional, buku ini dipandang perlu untuk mendapatkan

    berbagai penyempurnaan.

    Buku edisi revisi ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagiberbagai instansi pelayanan publik yang akan menyusun, menerapkan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    6/134

    dan mengevaluasi standar pelayanan serta melakukan perbaikan secara

    berkelanjutan. Selain itu buku ini juga diharapkan akan dapat

    menambah pustaka dalam manajemen pelayanan publik. Para akademisi

    dan praktisi yang peduli terhadap upaya peningkatan kualitas

    manajemen pelayanan publik dapat mempergunakan buku ini untukmemperluas wawasan dalam proses pembelajaran dan pemahaman

    terhadap pelayanan publik. Hal lain yang tidak kalah penting adalah

    masyarakat penerima pelayanan dapat juga membaca dan

    memanfaatkan buku ini dalam upayanya untuk mengetahui hak,

    kewajiban dan perannya dalam proses pelayanan publik.

    Kepada Allah SWT kami mengucapkan syukur dengan telah

    selesainya proses penyusunan dan penerbitan Buku Standar Pelayanan

    Publik (edisi revisi) dan kepada Tim Penyusun kami ucapkan selamatdan semoga kerja keras saudara dapat diterima oleh khalayak pelayanan

    publik di Indonesia

    iv

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    7/134

    KATA PENGANTAR

    Permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam bidang

    pelayanan publik seperti kurang responsif, kurang informatif, kurang

    aksesibel, lemahnya koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau mendengar

    keluhan/saran/aspirasi masyarakat serta masalah inefisien ditenggarai

    sebagai akibat dari belum adanya transparansi dan standarisasi

    pelayanan publik. Jika pelayanan sudah diselenggarakan dengan

    mengikuti suatu standar yang jelas mengenai biaya, waktu, prosedur dan

    persyaratan administratifnya tentulah masyarakat akan dapat menikmati

    pelayanan publik yang berkualitas.

    Standar Pelayanan adalah suatu tolok ukur yang dipergunakan

    untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji

    dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk memberikan

    pelayanan yang berkualitas, yaitu pelayanan yang cepat, menyenangkan,

    tidak mengandung kesalahan, dan mengikuti proses serta prosedur yang

    telah ditetapkan terlebih dahulu (LAN, 2003). Manfaat dari adanya

    Standar Pelayanan diantaranya adalah dapat memberikan jaminan

    kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik,

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    8/134

    memfokuskan pelayanan kepada masyarakat, dan menjadi media

    komunikasi antara penyedia dan pengguna pelayanan publik.

    Sebenarnya LAN telah menerbitkan sebuah buku pedomanPenyusunan Standar Pelayanan Publik pada tahun 2003 yang telah

    memberikan kontribusi penting dalam penyusunan Peraturan MenPan

    No, 20 tahun 2006 tentang Penyusunan Standar Pelayanan Publik serta

    telah banyak dimanfaatkan sebagai acuan di berbagai instansi pusat dan

    daerah dalam penyusunan standar pelayanannya dalam kurun waktu

    2003 2008. Buku ini juga telah dipakai sebagai buku referensi dalam

    berbagai Diklat Teknis di berbagai instansi di Indonesia. Namun seiring

    dengan berbagai perkembangan, baik kondisi masyarakat maupun

    kebijakan pemerintah sendiri, buku Penyusunan Standar Pelayanan

    Publik tersebut membutuhkan beberapa penyempurnaan, baik secara

    substansif maupun implementatif. Dari pengalaman praktek

    penyusunan standar di beberapa instansi, tim kajian menemukan

    beberapa kelemahan, diantaranya belum mempertimbangkan Pelayanan

    Inklusif (berbasis ragam kebutuhan pelanggan) dalam penyusunan

    standar pelayanan karena sifat sebuah standar memang lebih cenderung

    memperhatikan mainstream pelanggan tanpa adanya pengecualian.

    Di samping itu beberapa hal yang menyangkut prosedur (SOP) dan

    petugas penyedia pelayanan secara lebih detail dijelaskan dalam edisi

    revisi ini sehingga diharapkan dapat membantu peningkatkan kualitas

    standar pelayanan yang akan dikembangkan. Hal lain yang

    mendapatkan penekanan dalam buku edisi revisi ini adalah pentingnyamemperhatikan faktor faktor penentu keberhasilan serta strategi

    penerapan standar pelayanan itu sendiri. Hal lain lagi yang secara

    explisit dinyatakan adalah pentingnya monitoring dan evaluasi yang

    memungkinkan adanya proses peningkatan berkelanjutan (continous

    improvement). Dengan adanya penyempurnaan ini, diharapkan buku

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    9/134

    Penyusunan Standar Pelayanan akan menjadi sebuah buku pedoman

    yang lebih komprehensif dan applicable.

    Dalam kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih yang takterhingga kepada narasumber: Prof. DR. Agus Dwiyanto; DR. Erwan

    Agus Purwanto; DR. Drajad Tri Kartono; dan Tri Widodo, SH., MA.,

    atas segala masukan dan kritik yang disampaikan dalam proses

    penyusunan buku ini.

    Para pembaca yang budiman, akhirnya ingin kami sampaikan pula

    sebuah pepatah tiada gading yang tak retak oleh karena itu segala

    kritik, saran dan masukan yang konstruktif akan kami terima denganlapang hati. Terima kasih.

    Jakarta, Juli 2009

    Deputi Bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan Pelayanan

    Noorsyamsa Djumara

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    10/134

    Standar PelayananPublik

    DAFTAR ISI

    Hal.

    Halaman Judul i

    Tim Penyusun ii

    Sambutan iii

    Kata Pengantar v

    Daftar Isi ix

    BAB 1 PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Tujuan Penyempurnaan Buku 5

    1.3 Sistematika Buku 5

    BAB 2 PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK 9

    2.1 Pergeseran Peran Peran Pemerintah

    Dalam Penyelengggaraan Pelayanan Publik

    10

    1)

    Pola Hubungan Antara Birokrasi dan WargaSaat ini

    12

    2) Pola Ideal Hubungan antara Birokrasi

    dengan Warga

    13

    2.2 Ruang Lingkup Pelayanan Publik 15

    1) Konsep Pelayanan Publik 15

    2) Kelompok Pelayanan Publik 17

    3)

    Prinsip-prinsip Pelayanan 184) Karakteristik Pelayanan 19

    2.3 Kualitas Pelayanan 19

    2.4 Tantangan dan Kendala 26

    BAB 3 FAKTOR-FAKTOR PENENTU

    KEBERHASILAN

    29

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    11/134

    Standar PelayananPublik

    Hal.

    3.1.

    Kepemimpinan 29

    1) Definisi Kepemimpinan 30

    2)

    Mengapa Faktor Kepemimpinan SangatPenting

    34

    3) Bagaimana Kepemimpinan Mendorong

    Keberhasilan Penyusunan dan Penerapan

    Stndar Pelayanan

    36

    3.2. Budaya Pelayanan 38

    1)

    Definisi Budaya Pelayanan 38

    2)Mengapa Budaya Pelayanan Penting ? 39

    3) Bagaimana Menerapkan Budaya

    Pelayanan Yang Baik?

    40

    3.3.

    Sumber Daya 42

    1) Sumber Daya Manusia 43

    2) Sumber Pembiayaan 46

    3)

    Sarana dan Prasarana 46

    4)

    Teknologi Informasi 473.4

    Kelembagaan 48

    3.5

    Peraturan Perundangan Terkait 52

    BAB 4 PERANCANGAN STANDAR PELAYANAN

    PUBLIK

    55

    4.1

    Pengertian, Prinsip dan Ruang Lingkup 55

    1)

    Standar Pelayanan 56

    2) Standar Pelayanan Minimal (SPM) 57

    3) Standard Operating Procedures (SOP) 58

    4) Maklumat Pelayanan 62

    4.2

    Langkah-langkah Penyusunan Standar

    Pelayanan

    64

    1)

    Analisis Pra Kondisi 64

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    12/134

    Standar PelayananPublik

    Hal.

    2) Identifikasi Jenis Pelayanan dan Pelanggan 65

    3) Identifikasi Harapan Pelanggan 66

    4)

    Identifikasi Visi dan Misi 685) Analisis Proses dan Prosedur, Persyaratan,

    Sarana dan Prasarana, Waktu, Biaya

    Pelayanan

    69

    6) Analisis Kualifikasi Personel dan

    Keterkaitan dengan Standar Pelayanan

    yang lain.

    72

    7) Penentuan Mekanisme Pengaduan 73

    8) Pengemasan dan Penyajian Standar

    Pelayanan

    76

    BAB 5 PENERAPAN STANDAR PELAYANAN 77

    5.1

    Uji Coba Draft SP 77

    5.2

    Review Hasil Uji Coba 79

    5.3

    Pengesahan SP 805.4

    Pelatihan 80

    5.5 Pengkomunikasian SP 83

    5.6 Penerapan SP 85

    5.7

    Monitoring dan Evaluasi 86

    5.8 Review Hasil Penerapan untuk Peningkatan

    Kualitas Berkelanjutan

    98

    BAB 6 PENUTUP 99DAFTAR PUSTAKA 101

    LAMPIRAN 105

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    13/134

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    14/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan 1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Reformasi birokrasi yang di dalamnya juga mencakup reformasi

    di bidang pelayanan publik secara bertahap telah dilaksanakan namun

    hasilnya masih belum seperti yang diharapkan. Tuntutan akan

    pelayanan yang kondusif bagi terciptanya kesejahteraan rakyat masih

    terus diupayakan perbaikannya. Salah satu upaya perbaikan tersebut

    adalah dengan mengadopsi secara kritis pola manajemen sektor

    swasta. Hal ini terjadi karena organisasi sektor swasta terbukti lebih

    baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya karena lebih

    responsif terhadap tuntutan para pelanggan mereka.

    Sektor swasta telah mengupayakan berbagai macam cara untuk

    meningkatkan kepuasan pelanggan. Misalnya jika sebuah organisasi

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    15/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan2

    swasta menghasilkan produk pelayanan berupa barang, maka

    standarisasi produk merupakan cara yang banyak ditempuh untuk

    menjamin bahwa produk-produk yang mereka hasilkan memiliki

    kualitas yang baik. Tentu saja untuk menghasilkan produk dengan

    standar kualitas yang baik tersebut sektor swasta juga menerapkan

    standar bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan. Hal ini

    misalnya, dapat dilihat dari bagaimana para produsen mobil seperti

    Toyota, Mercedes Benz, General Motor, dan lain-lain berusaha

    menerapkan standar produk yang memiliki akurasi yang sangat tinggi

    sehingga setiap produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang

    sama.

    Kondisi serupa juga terjadi apabila produk layanan yang

    dihasilkan oleh sektor swasta berupa jasa. Standarisasi prosedur

    pelayanan merupakan cara yang dilakukan oleh organisasi bisnis

    untuk menjamin bahwa pelayanan yang diberikan memiliki kualitas

    yang baik. Bagaimana cara hotel-hotel berbintang, rumah makan,

    maskapai penerbangan, bank dan lain-lain memberikan pelayanan

    yang prima kepada pelanggan mereka merupakan contoh betapa

    organisasi bisnis berusaha memposisikan pelanggan sebagai raja dan

    menghargai setiap rupiah uang yang mereka keluarkan dengan

    bentuk-bentuk layanan yang memuaskan.

    Pada masa lalu sektor publik menganggap less dependentterhadap

    customer-nya yaitu warga negara. Namun perkembangan sekarang

    menunjukkan sumber pendapatan pemerintah hampir 70% nya

    didapatkan dari pajak. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan

    birokrasi saat ini sangat tergantung dari warga negaranya. Di pihak

    lain masyarakat sebagai lingkungan eksternal birokrasi juga mengalami

    perubahan secara terus menerus. Perubahan tersebut didorong oleh

    rasionalitas yang terus meningkat yang pada gilirannya mempengaruhi

    preferensi masyarakat di dalam menjalani kehidupan mereka,

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    16/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan 3

    termasuk bagaimana mereka berhubungan dengan birokrasi dalam

    memperoleh pelayanan publik. Tentu saja perubahan-perubahan

    tersebut tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja tanpa mengambil

    resiko birokrasi akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Secara

    teoritis struktur dan mekanisme kerja birokrasi pemerintah mestinya

    merespon perubahan-perubahan masyarakat.

    Sebenarnya pemerintah juga telah berusaha untuk merespon hal

    tersebut, misalnya dengan mengubah struktur kelembagaan. Akan

    tetapi, struktur tersebut dalam suatu tatanan kelembagaan seringkali

    hanya menjadi wadah bagi kepentingan para aparatur birokrasi dan

    kurang berperan di dalam mengembangkan dan meningkatkan

    pelayanan. Aspek lain yang sama pentingnya dengan struktur adalah

    aturan atau mekanisme bagaimana aparatur birokrasi harus bekerja,

    berperilaku, dan bersikap dalam memberikan pelayanan kepada

    masyarakat. Agar jutaan aparat birokrasi yang tersebar dalam berbagai

    struktur di pusat sampai di daerah mampu memberikan pelayanan

    publik dengan kualitas yang sama bagusnya itulah, maka diperlukan

    suatu standar pelayanan.

    Standar Pelayanan adalah suatu tolok ukur yang dipergunakan

    untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janjidari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk memberikan

    pelayanan yang berkualitas, yaitu pelayanan yang cepat,

    menyenangkan, tidak mengandung kesalahan, dan mengikuti proses

    serta prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu (LAN, 2003).

    Manfaat dari adanya Standar Pelayanan diantaranya adalah dapat

    memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan

    pelayanan publik yang baik, memfokuskan pelayanan kepada

    masyarakat, dan menjadi media komunikasi antara penyedia dan

    pengguna pelayanan publik.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    17/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan4

    Meskipun demikian harus disadari bahwa standar pelayanan

    lebih banyak berhubungan atau menyentuh dimensi mental dari para

    aparatur. Implikasinya adalah apabila perubahan struktur lebih

    mudah dilakukan, akan tetapi tidak demikian dengan penerapan

    standar pelayanan. Keberhasilan penerapan standar pelayanan oleh

    aparat birokrasi sangat tergantung pada penerimaan perilaku, sikap

    dan cara bekerja yang baru tersebut sabagai bagian dari budaya

    birokrasi yang diyakini kebenarannya sebagai sistem nilai dan norma-

    norma yang akan melandasi para birokrat untuk bersikap dan

    berperilaku.

    Dengan demikian, penerapan standar pelayanan yang konsisten

    memang tidak mudah untuk dilakukan. Menurut Fukuyama (2002)

    jika melakukan perubahan dimensi struktural birokrasi mudah

    dilakukan karena dapat diimpor atau diadopsi dari negara-negara

    maju, hal yang sama tidak dapat dilakukan pada budaya birokrasi.

    Perubahan budaya yang menjadi dasar birokrat bersikap dan

    berperilaku merupakan bagian tersulit untuk diubah atau direformasi.

    Sayangnya tanpa budaya birokrasi yang tepat, penerapan standar

    pelayanan tidak akan dapat diterapkan dengan baik. Sebagai

    gambaran, standar pelayanan publik sebagai pengejawantahan dari

    paradigma warga negara sebagai principalyang mensyaratkan adanya:transparansi, akuntabilitas, kepastian prosedur, kepastian waktu dan

    lain-lain dalam pelayanan publik tidak akan terlaksana di dalam suatu

    sistem birokrasi yang menganut budaya kekuasaan di mana para

    birokratnya memposisikan dirinya lebih tinggi dari masyarakat yang

    dilayaninya. Standar pelayanan yang menerapkan berbagai syarat

    tersebut hanya akan dapat dilakukan apabila aparat birokrasi

    mengembangkan budaya untuk menginternalisasi sebuah kesadaran

    baru bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat ataucivil servant

    .

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    18/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan 5

    1.2. Tujuan Penyempurnaan Buku

    Sebagai salah satu lembaga yang bertanggungjawab dalam

    mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara,

    Lembaga Administrasi Negara merasa perlu untuk turut serta dalammengembangkan secara konseptual suatu sistem yang diharapkan

    berguna dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk itu

    pada tahun 2003 LAN telah membuat Buku Penyusunan Standar

    Pelayanan.Namun seiring dengan perkembangan berbagai kebijakan

    dan kondisi lingkungan global maupun nasional, buku tersebut

    memerlukan berbagai penyempurnaan.

    Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi sebuah

    lembaga pelayanan publik yang akan menyusun standar pelayanan.

    Karena dalam buku ini dijelaskan secara rinci hal-hal apa yang harus

    dipersiapkan sebelum membuat sebuah standar pelayanan sampai

    pada tahap monitoring dan evaluasi, sebagai upaya perbaikan

    berkelanjutan dari standar pelayanan yang telah disusun.

    Selain itu buku ini juga akan dapat menambah pustaka dalam

    manajemen pelayanan publik. Para akademisi dan praktisi yang peduli

    terhadap upaya peningkatan kualitas manajemen pelayanan publik

    dapat mempergunakan buku ini untuk memperluas wawasan dalam

    proses pembelajaran dan pemahaman terhadap pelayanan publik.

    Dan yang tidak kalah pentingnya adalah masyarakat penerima

    pelayanan dapat menyadari hak, kewajiban dan perannya dalam

    pelayanan publik.

    1.3. Sistematika Buku

    Untuk memudahkan pemahaman pengguna, buku ini disusun

    secara sistematis dalam enam bab yang berkaitan dan lampiran yang

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    19/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan6

    berisikan berbagai formulir yang dapat membantu penyusunan

    standar pelayanan di instansi pemerintah.

    Bab 1. Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang mengapa

    perlu dilakukan penyempurnaan terhadap buku Standar Pelayananterdahulu. Selain itu dipaparkan juga arti penting standar pelayanan

    dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik serta manfaat dari

    buku standar pelayanan publik ini.

    Bab 2. Paradigma Pelayanan Publik. Pada bab ini dijelaskan

    bagaimana pergeseran peran pemerintah dari waktu ke waktu dan

    pergeseran paradigma pelayanan publik dari Old Public Management

    (OPA), bergeser ke New Public Management (NPM) dan terakhir

    berkembang paradigma New Public Service (NPS). Selain itu juga

    dipaparkan mengenai konsep dan teori pelayanan publik, konsep

    kualitas pelayanan publik serta hambatan dan tantangan yang

    dihadapi oleh sektor pelayanan publik di masa sekarang dan masa

    yang akan datang.

    Bab 3. Faktor Kunci Keberhasilan Standar Pelayanan. Bab ini

    berisikan kondisi faktor-faktor yang harus ada agar standar pelayanan

    yang disusun dapat berhasil dalam pelaksanaannya. Faktor-faktor

    tersebut antara lain meliputi kepemimpinan, sumber daya,

    kelembagaan, penganggaran, dan lain-lain. Dalam bab ini juga dibahas

    pengertian mengenai faktor tersebut, bagaimana existing condition di

    Indonesia, serta bagaimana yang seharusnya agar standar pelayanan

    publik dapat disusun dan dilaksanakan dengan berhasil.

    Bab 4. Perancangan Standar Pelayanan. Mengetengahkan

    mengenai pengertian, prinsip dan ruang lingkup standar pelayanan

    publik. Juga dijelaskan secara jelas mengenai perbedaan antara

    Standar Pelayanan (SP) dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    20/134

    Standar

    Pelayanan

    Publik

    Bab

    1

    Pendahuluan 7

    Bagian paling penting dari bab ini adalah penjelasan mengenai

    langkah-langkah penyusunan, dari mulai tahap persiapan, metode

    yang digunakan sampai dengan langkah-langkah pra penerapannya.

    Bab 5. Penerapan Standar Pelayanan. Bab ini memberikanpenjelasan tentang langkah-langkah penerapan standar pelayanan

    mulai dari tahap uji coba, reviewhasil uji coba, pengesahan, pelatihan,

    pengkomunikasian, serta monitoring dan evaluasi.

    Bab 6. Penutup. Bab ini memberikan penegasan kembali hal-hal

    penting dalam penyusunan standar pelayanan.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    21/134

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    22/134

    Standar PelayananPublik

    BAB 2 PARADIGMA PELAYANAN

    PUBLIK

    Berbicara mengenai pelayanan tentu tidak terlepas dari pembahasan

    mengenai paradigma pelayanan itu sendiri. Paradigma pelayanan akan

    sangat menentukan bagaimana pelayanan akan didesain dan cara

    pandang terhadap siapa yang dilayani, bagaimana peranan pemerintah,

    kelembagaan dan hal-hal lain yang akan berpengaruh langsung maupun

    tidak langsung terhadap kualitas pelayanan publik yang

    diselenggarakan. Sebagai contoh, jika sebuah negara menganut

    paradigma Old Public Administration (OPA), dengan kata lain adalah

    birokrasi Weberian, yang cenderung bersifat hierarkis, kaku, lamban

    dan berbelit-belit, akan berimplikasi pada rendahnya kualitas pelayanan

    yang rendah. Budaya low trust terhadap masyarakat yang dilayani, yang

    melekat pada birokrasi Weberian, juga akan mengakibatkan mental

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    23/134

    Standar PelayananPublik

    birokrat yang cenderung meminta untuk dilayani dan bukan melayani

    mayarakat.

    2.1.

    Pergeseran Peran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Pelayanan

    Publik

    Salah satu fungsi utama dalam penyelenggaraan pemerintah adalah

    memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat. Untuk

    itulah perumusan tentang peran pemerintah merupakan bagian yang

    sangat penting, karena dari sinilah bisa dipetakan fungsi-fungsi

    penyelenggaraan pemerintahan dalam pelayanan publik. Sejarahmembuktikan bahwa seiring berjalannya waktu, dominasi peranan

    pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan pelayanan mengalami

    pasang surut. Namun secara umum, dari waktu ke waktu peran negara

    yang terlalu dominan terus digugat. Gugatan terhadap dominasi negara

    tersebut pada dasarnya juga mencerminkan pertentangan dua ideologi

    besar yang terjadi pasca Perang Dunia II, yaitu antara sosialisme di satu

    sisi dengan liberalisme di sisi yang lain. Sosialisme memposisikaninstitusi negara sebagai aktor dominan dalam mengelola kepentingan

    publik. Sementara itu liberalisme justru memposisikan negara pada

    posisi yang sebaliknya. Walaupun tetap membutuhkan kehadiran

    negara, akan tetapi negara-negara yang menganut paham liberalisme

    mendorong agar pasar memiliki peran yang lebih dominan (Pratikno,

    2007:123).

    Makin meluasnya ideologi liberalisme, yang ditandai dengankeruntuhan tembok Berlin, bubarnya Uni Soviet dan negara-negara

    satelitnya di Eropa Timur, membuat dominasi negara sebagaimana

    digagas oleh ideologi sosialisme makin merosot. Pierre dan Peters

    (2000: 4) mencatat bahwa tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an

    merupakan era di mana peran negara mengalami kemorosotan yang

    paling significant. Di negara-negara Eropa, terutama Inggris di masa

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    24/134

    Standar PelayananPublik

    pemerintahan MargarethThatcher, gelombang privatisasi terjadi secara

    besar-besaran. Inefisiensi yang terjadi di berbagai perusahaan negara

    seperti kereta api, air minum, listrik, dan lain-lain membuat pilihanprivatisasi menjadi cara yang dianggap paling baik untuk

    menyelamatkan keuangan negara. Di luar Eropa, peran negara yang

    sangat penting sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di negara-

    negara Asia juga mengalami penurunan yang sangat radikal pasca krisis

    ekonomi yang melanda kawasan ini pada tahun 1998. Skema IMF dan

    Bank Dunia dalam memberikan bantuan yang mensyaratkan negara-

    negara yang dilanda krisis untuk memangkas peran pemerintah dalamberbagai sektor merupakan salah satu penyebab makin mengecilnya

    peran negara di kawasan Asia tersebut. Bahkan sebelum krisis melanda

    negara-negara Asia, Fukuyama (2002:6) menyebut IMF, Bank Dunia,

    serta pemerintah Amerika telah mengeluarkan suatu paket yang disebut

    sebagai Konsensus Washington yang menekankan pentingnya

    serangkaian langkah untuk mengurangi derajat campur tangan negara

    dalam menangani masalah perekonomian.

    Namun demikian, sejarah juga mencatat bahwa memberikan peran

    kepada sektor swasta terlalu berlebihan ternyata juga berimplikasi sama

    buruknya dengan melakukan monopoli kekuasaan yang dilakukan oleh

    negara. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat saat ini yang

    dipicu oleh berbagai skandal yang dilakukan oleh sektor swasta melalui

    praktik-praktik bisnis yang curang pasca kejatuhan Lehman Brothers,

    Meryll Linch, dan berbagai perusahan besar lainnya membuat parapenganjur liberalisme mulai berfikir ulang. Skema bailout yang

    diusulkan oleh pemerintahan Obama menunjukan adanya gejala

    meningkatnya kembali peran negara manakala pasar yang dianggap

    Konsensus Washington ini sering juga disebut sebagai Neoliberalisme oleh mereka-mereka yang

    menentang globalisasi (cf. Williamson, 1994).

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    25/134

    Standar PelayananPublik

    mampu memecahkan semua urusan publik dengan lebih efektif, efisien,

    dan responsif ternyata gagal mewujudkan janjinya (Purwanto, 2009).

    Singkat kata, berbagai kegagalan praktik pasar bebas mengindikasi-

    kan bahwa negara masih akan memiliki peran yang cukup penting

    dalam memberikan pelayanan publik. Di Indonesia, berbagai bentuk

    pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi

    publik dan pemenuhan kebutuhan bahan pokok yang lain, seperti

    sembako, masih membutuhkan intervensi pemerintah. Di lain pihak,

    meskipun negara masih akan memiliki peran yang penting hal ini tidak

    berarti bahwa sektor swasta dan masyarakat madani (civil society

    organization, CSO) tidak perlu diberi peran. Realitas bahwa prinsip-

    prinsip yang diterapkan oleh manajemen swasta dalam mengelola

    pelayanan lebih efisien dan tanggap pada kepentingan pelanggan serta

    pendekatan yang dilakukan oleh CSO yang lebih responsif terhadap

    kebutuhan masyarakat menunjukkan bahwa pemerintah perlu belajar

    dan bekerja sama bagaimana sektor swasta dan CSO bekerja

    memberikan pelayanan publik.

    1) Pola Hubungan Antara Birokrasi dan Warga Saat ini

    Selain peranan pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan

    pelayanan publik, hal lain yang harus dipahami adalah bagaimana

    sebenarnya pola hubungan antara birokrasi dan warga yang seharusnya

    terjadi. Di Indonesia, birokrasi berperan sebagai pemegang kekuasaan

    dan masyarakat sebagai obyeknya. Selain masih mengadopsi paradigma

    OPA, kondisi di Indonesia bahkan diperparah lagi oleh warna birokrasi

    kerajaan dan birokrasi kolonial. Tentu saja perilaku dan budaya yang

    berkembang dalam birokrasi adalah budaya meminta untuk dilayani

    dan mengontrol kehidupan warga karena dilandasai distrust terhadap

    warganya. Terbukti dengan tugas birokrasi yang lebih banyak membuat

    serangkaian peraturan yang mengharuskan masyarakat terlebih dahulu

    mendapatkan berbagai persetujuan, baik dari tingkat RT, RW, desa,

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    26/134

    Standar PelayananPublik

    Kecamatan dan kabupaten sebelum bisa mendapatkan pelayanan KTP,

    akta kelahiran, dan perijinan-perijinan lain. Dengan demikian pola

    hubungan antara birokrasi dan warga yang terjadi di Indonesia saat ini,masih belum seperti yang diharapkan, sebagaimana dapat dilihat pada

    gambar berikut:

    Mela anani mematuhi dan men hormati

    Mengontrol

    Pemegang Kekuasaan Obyek Kekuasaan

    Pola Hubungan antara Birokrasi dengan WargaSaat Ini

    Birokrasi Rak at

    (Sumber : Dwiyanto:2009)

    Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat

    akan hak-haknya, masyarakat Indonesiapun mulai menuntut perubahan

    terhadap kondisi-kondisi di atas. Norma-norma, perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi saat ini mempengaruhi preferensi

    masyarakat tentang bagaimana mereka ingin dilayani, cara pelayanan

    yang menurut mereka masuk akal, sikap dan perilaku petugas seperti

    apa yang dikehendaki dan sebagainya.

    2) Pola Ideal Hubungan antara Birokrasi dengan Warga

    Secara teori, hubungan antara pemerintah sebagai rezim pelayanan

    dengan warganya adalah bersifat kontraktual, seperti hubungan antara

    principal dan agents. Warga sebagai principal dan penyelenggara

    pelayanan sebagai agents. Dengan demikian kedudukan warga dalam

    sebuah negara adalah sebagai principal yang memberi mandat kepada

    birokrasi untuk menyelenggarakan pemerintahan dan berhak untuk

    mendapatkan pelayanan. Dengan kata lain pelayanan publik adalah hak

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    27/134

    Standar PelayananPublik

    dan bukan pemberian dari birokrasi. Hak ini didapatkan karena warga

    membayar pajak untuk membiayai kegiatan pelayanan publik, seperti

    yang diinginkannya. Sebagai pemegang mandat (principal), warga melaluiwakil-wakilnya di lembaga legislatif menentukan apa pelayanan dasar

    yang harus dipenuhi oleh pemerintahnya dan karenanya mereka berhak

    menuntut kepada pemerintahnya untuk memenuhi pelayanan yang

    sudah disepakatinya melalui proses politik. Sementara birokrasi

    pelayanan berkewajiban mematuhi keputusan politik warga dan

    menyelenggarakan pelayanan sebagaimana ditentukan dan dikehendaki

    oleh warganya. Secara grafis pola tersebut dapat dijelaskan dalamgambar berikut ini:

    (Sumber: Dwiyanto, 2009)

    Rakyat sebagai pembayar pajak memberikan mandat kepada

    birokrasi untuk menyelenggarakan dan memenuhi kebutuhan mereka

    terhadap berbagai jenis pelayanan, sementara birokrasi harus melayani,

    mematuhi dan menghormati warga sebagai prinsipalnya: apa yang

    menjadi hak warga; kualitas dan kuantitas; prinsip dan azas

    penyelenggaraannya; manajemen dan akuntabilitasnya. Di lain pihak

    berapa besarnya pajak yang harus dibayar tergantung pada berapa

    banyak yang diminta dan berapa tinggi tuntutan kualitas pelayanan

    Mela ani mematuhi dan men hormati

    Mengontrol

    Agen Prinsipal

    Pola Ideal Hubungan antara Birokrasi dengan Warga

    Birokrasi Rak at

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    28/134

    Standar PelayananPublik

    publik yang dikehendaki oleh warga. Dengan demikian, di negara

    dengan sistem perpajakan yang baik, besaran pajak selalu terkait dengan

    kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Sebagai contoh, di negara-negara kesejahteraan (welfare states), tingkat pajak sangat tinggi karena

    cakupan dan kualitas pelayanan yang diminta juga sangat tinggi.

    Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa semua warga negara

    memiliki hak-hak dasar yang sama, tanpa kecuali. Semua jenis

    pelayanan yang diselenggarakan harus dapat diakses semua warga,

    termasuk kelompok minoritas, termarginalkan, dan masyarakat dengan

    kebutuhan khusus (different ability people). Dengan demikian birokrasiharus memastikan bahwa dalam mendesain pelayanan publik seluruh

    proses, fasilitas, dan tempat pelayanan harus mudah diakses oleh semua

    warga dan tidak mentolerir diskriminasi sekecil apapun dan dengan

    dasar atau dalih apapun.

    2.2.

    Ruang Lingkup Pelayanan Publik

    1)

    Konsep Pelayanan Publik

    Secara teori terdapat beberapa konsep yang berbeda tentang

    pelayanan publik dan pilihan terhadap konsep pelayanan publik

    memiliki implikasi yang luas terhadap penyelenggaraan pelayanan

    publik. Dalam arti yang sempit, pelayanan publik adalah suatu

    tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh

    pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik

    diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swastadan masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan

    masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih

    menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui

    suatu delivery systemyang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-

    hari di bidang administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan,

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    29/134

    Standar PelayananPublik

    perumahan, air bersih, telekomunikasi, transportasi, bank, dan

    sebagainya.

    Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan barang dan jasa yang

    terbaik bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang

    memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh

    masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik yang terbaik adalah

    yang memberikan kepuasan terhadap publik, kalau perlu melebihi

    harapan publik.

    Sedangkan dalam arti yang luas, konsep pelayanan publik (publicservice) identik dengan public administration yaitu berkorban atas nama

    orang lain dalam mencapai kepentingan publik (Perry, 1989). Dalam

    konteks ini pelayanan publik lebih di titikberatkan kepada bagaimana

    elemen-elemen administrasi publik seperti policy making, desain

    organisasi, dan proses manajemen dimanfaatkan untuk mensukseskan

    pemberian pelayanan publik, di mana pemerintah merupakan pihak

    provideryang diberi tanggung jawab(Keban, 2001).

    Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

    No:62/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik diartikan sebagai

    kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

    publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

    maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pelayanan publik pada dasarnya adalah sebuah kegiatan ataurangkaian kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar sesuai

    dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas barang,

    jasa dan atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh

    penyelenggara pelayanan publik dalam hal ini adalah pemerintah, baik

    pemerintah pusat/pemerintah daerah maupun BUMN/BUMD (LAN,

    2003).

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    30/134

    Standar PelayananPublik

    Hakekat pelayanan publik menurut LAN (2004) adalah pemberian

    pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan

    kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat.

    Dwiyanto (2009) mendefinisikan pelayanan publik dalam arti umum

    dan luas. Pelayanan publik adalah pelayanan yang diselenggarakan

    untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Dalam Undang-

    undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan

    bahwa: Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang

    berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan,

    pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan

    urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan

    dan kekhasan daerah.

    Pengertian atau definisi pelayanan publik yang dipakai dalam buku

    ini adalah pelayanan publik dalam arti sempit. Dengan kata lain

    penyedia pelayanan publik yang dimaksudkan di sini adalah

    pemerintah, atau instansi pemerintah.

    2)

    Kelompok Pelayanan Publik

    Pengelompokkan pelayanan publik bisa didasarkan atas berbagai

    kriteria. Sedangkan pengelompokkan dalam buku ini mengikuti atau

    sesuai dengan pengelompokkan dalam Surat Keputusan Menteri

    Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor

    63/KEP./M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum PenyelenggaraanPelayanan Publik. Dalam surat keputusan ini pelayanan publik dapat

    diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

    Pertama,Kelompok Pelayanan Administratif, yaitu pelayanan yang

    menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh

    publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi,

    kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    31/134

    Standar PelayananPublik

    Contoh : KTP, Akta Kelahiran, Akta Kematian, SIM, STNK, BPKB,

    IMB, Paspor dan sebagainya.

    Kedua, Kelompok Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang

    menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh

    publik, misalnya jaringan telepon, tenaga listrik, air bersih dan

    sebagainya.

    Ketiga, Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang

    menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya

    pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan jasa transportasi,pos dan sebagainya.

    3)

    Prinsip-prinsip Pelayanan

    Penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan dan

    menerapkan prinsip, standar, pola penyelenggaraan, biaya, tingkat

    kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan, penyelesaian

    pengaduan sengketa, serta evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayananpublik. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh Menteri/Pimpinan

    LNPD dalam menyusun Standar Pelayanan Minimal seperti dituangkan

    dalam Permendagri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

    Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal adalah: (1)

    Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau

    unit-unit kerja yang ada pada departemen/LNPD yang bersangkutan,

    (2) Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami, (3) Nyata, yaitumemiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur

    teknis, (4) Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisis, (5) Terbuka,

    yaitu dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat, (6)

    Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan

    dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang

    tersedia, (7) Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada

    publik, dan (8) Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    32/134

    Standar PelayananPublik

    dan kemampuan keuangan, kelembagaan dan personil dalam

    pencapaian SPM.

    4)

    Karaktaristik Pelayanan Publik

    Berbagai bentuk pengelolaan organisasi pelayanan publik tersebut,

    penyediaan pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah pada

    dasarnya memiliki karaktaristik: (1) memiliki dasar hukum yang jelas

    dalam penyelenggaraannya, (2) memiliki kelompok kepentingan yang

    luas termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholders),

    (3) memiliki tujuan sosial, (4) dituntut untuk akuntabel kepada publik,(5) memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu kelugasan

    (complex and debated performance indicators), serta (6) seringkali menjadi

    sasaran isu politik. Berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh

    pemerintah, penyediaan pelayanan oleh sektor swasta memiliki

    karaktaristik: (1) didasarkan kepada kebijakan Dewan Direksi (board of

    directors), (2) terfokus pada pemegang saham (shareholder) dan

    manajemen, (3) memiliki tujuan mencari keuntungan, (4) harusakuntabel pada kalangan terbatas (limited shareholders), (5) kinerjanya

    ditentukan atas dasar kinerja manajemen, termasuk didalamnya

    kinerja finansial, serta (6) tidak terlalu terkait dengan isu politik.

    2.3. Kualitas Pelayanan

    Pelayanan yang baik hanya akan diwujudkan apabila didalam

    organisasi pelayanan terdapat sistem pelayanan yang mengutamakankepentingan warga negara khususnya pengguna jasa pelayanan dan

    sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan warga negara.

    Fokus pada kepentingan warga negara merupakan hal yang mutlak

    dilakukan oleh tiap-tiap unit pelayanan, dikarenakan keberadaan unit

    pelayanan publik bergantung pada ada tidaknya warga negara yang

    membutuhkan jasa pelayanan publik. Oleh karena itu, penyelenggaraan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    33/134

    Standar PelayananPublik

    pelayanan publik yang berkualitas sudah menjadi tuntutan bagi

    pemerintah. Terlebih saat ini, dimana pelayanan publik tidak hanya

    harus mampu berkompetisi dengan swasta, akan tetapi pelayananpublik juga harus mampu bersaing di tingkat Internasional. Kualitas

    pelayanan ini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi organisasi

    penyedia pelayanan.

    Goetsch dan Davis (2002) mendefinisikan kualitas pelayanan

    sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

    manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

    harapan. Kualitas pelayanan juga diartikan sebagai sesuatu yang

    berhubungan dengan terpenuhinya harapan/ kebutuhan pelanggan, di

    mana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan

    produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan

    pelanggan.

    Kualitas pelayanan menurut Evans dan Lindsay (1997) dapat dilihat

    dari berbagai sudut. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, makakualitas pelayanan selalu dihubungkan dengan sesuatu yang baik/prima

    (excellent). Jika kualitas pelayanan dipandang dari sudut product based,

    maka kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagi suatu fungsi yang

    spesifik, dengan variabel pengukuran yang berbeda-beda dalam

    memberikan penilaian kualitas sesuai dengan karakteristik produk yang

    bersangkutan. Kualitas pelayanan jika dilihat dari sudut user based,

    maka kualitas pelayanan adalah sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan

    atau tingkat kesesuaian dengan keinginan pelanggan. Sedangkan, jika

    dilihat dari value based, maka kualitas pelayanan merupakan

    keterkaitan antara kegunaan atau kepuasan dengan harga.

    Penilaian terhadap kualitas pelayanan dilakukan pada saat

    pemberian pelayanan, yaitu terjadinya kontak antara pelanggan dengan

    petugas pemberi pelayanan (service contact person). Kualitas pelayanan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    34/134

    Standar PelayananPublik

    akan terlihat dari kesesuaian pelayanan yang diterima pelanggan

    dengan apa yang menjadi harapan dan keinginan pelanggan tersebut.

    Kualitas pelayanan publik menjadi perhatian praktik New Publik

    Management, Reinventing Government maupun New Public

    Service. Dalam perkembangan selanjutnya, praktik manajemen

    pemerintahan banyak menggunakan pendekatan-pendekatan

    manajemen yang telah terlebih dahulu diterapkan di sektor swasta,

    salah satunya adalah konsep manajemen kualitas. Salah satu

    pendekatan yang digunakan dalam kaitan dengan manajemen kualitas

    adalah ISO. Prinsip-Prinsip Manajemen Kualitas ISO 9001: 2000

    adalah :

    Prinsip 1 : Fokus kepada pelanggan

    Pelaksanaan prinsip ini tergantung pada pelanggan perusahaan/

    organisasi oleh sebab itulah maka organisasi harus memahami betul

    kebutuhan pelanggannya, dengan demikian perusahaan akan selalu

    tanggap akan kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

    Prinsip 2 : Kepemimpinan

    Disadari atau tidak keterlibatan pimpinan dalam penerapan

    manajemen kualitas sangat dibutuhkan, karena dengan demikian akan

    membawa dampak pada keterlibatan secara penuh dari setiap unsur

    organisasi.

    Prinsip 3 : Keterlibatan orang-orang

    Keterlibatan orang-orang secara penuh terhadap penerapan standar

    ini merupakan faktor penting dalam rangka memberikan komitmen

    bersama, menumbuhkembangkan inovasi dan kreativitas, sehingga

    semuanya ikut bertanggungjawab terhadap masalah yang dihadapi

    beserta solusinya terhadap masalah yang mungkin timbul.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    35/134

    Standar PelayananPublik

    Prinsip 4 : Pendekatan proses

    Dengan penerapan prinsip ini, hasil yang diinginkan akan dapat

    tercapai dengan lebih efisien, karena pendekatan ini mengintegrasikan

    sumber daya yang ada, seperti manusia, material, metode, mesin dan

    peralatan dalam rangka menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan.

    Dengan demikian akan menghemat biaya dan waktu yang diperlukan.

    Prinsip 5 : Pendekatan sistem terhadap manajemen

    Pendekatan ini akan memfokuskan usaha-usaha pada proses kunci

    yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan

    efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan.

    Prinsip 6 : Peningkatan terus-menerus.

    Hal ini didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya

    peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi secara terus menerus,

    yang membutuhkan langkah konsolidasi yang progresif dan menanggapi

    perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian

    dapat mengetahui keunggulan kinerja melalui peningkatan kemampuan

    organisasi.

    Prinsip 7 : Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan.

    Dengan menggunakan data dan informasi yang faktual maka dapat

    menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga dapat diselesaikan

    secara tepat sehingga dapat meningkatkan kinerja orgaisasi dan

    efektivitas implementasi sistem manajemen kualitas.

    Prinsip 8 : Hubungan pemasok yang saling menguntungkan

    Dalam rangka menanggapi perubahan pasar dan mengoptimalkan

    biaya dan penggunaan sumber daya, hubungan antara organisasi dengan

    pelanggan atau stakeholdersmerupakan hubungan ketergantungan yang

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    36/134

    Standar PelayananPublik

    saling menguntungkan, sehingga akan meningkatkan kemampuan

    bersama dalam menciptakan nilai tambah masing-masing.

    Kualitas pelayanan mencakup tata cara, perilaku dan juga

    penguasaan pengetahuan tentang produk dari penyelenggara layanan,

    sehingga penyampaian informasi dan pemberian fasilitas/jasa pelayanan

    kepada pelanggan dapat secara optimal memenuhi kebutuhan yang

    diharapkan pelanggan, sehingga pelanggan akan merasa puas dan

    perusahaan akan mendapatkan manfaatnya.

    Pemberian pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan daripraktik profesional yang menjadi senjata ampuh dalam bersaing meraih

    dan mempertahankan pasar. Pelayanan yang berkualitas akan

    melibatkan seluruh komponen organisasi secara terintegrasi

    melaksanakan tanggung jawab dan peranannya dalam memberikan

    pelayanan. Kualitas pelayanan mencakup tata cara, perilaku dan juga

    penguasaan pengetahuan tentang produk dari penyelenggara layanan,

    sehingga penyampaian informasi dan pemberian fasilitas/jasa pelayanankepada pelanggan dapat secara optimal memenuhi kebutuhan yang

    diharapkan pelanggan, sehingga pelanggan akan merasa puas dan

    perusahaan akan mendapatkan manfaatnya.

    Di Indonesia, upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas antara

    lain dapat dilakukan dengan memperhatikan ukuran-ukuran yang

    menjadi kriteria kinerja pelayanan. Berdasarkan Kep MenPAN No 63

    tahun 2003 kriteria-kriteria pelayanan tersebut adalah :

    Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara pelayanan dapat

    diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit,

    mudah dipahami dan dilaksanakan oleh pelanggan.

    Reliabilitas, meliputi konsistensi dari kinerja yang tetap

    dipertahankan dan menjaga saling ketergantungan antara

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    37/134

    Standar PelayananPublik

    pelanggan dengan pihak penyedia pelayanan, seperti menjaga

    keakuratan perhitungan keuangan, teliti dalam pencatatan data

    dan tepat waktu.

    Tanggung jawab dari para petugas pelayanan yang meliputi

    pelayanan sesuai dengan urutan waktunya, menghubungi

    pelanggan secepatnya apabila terjadi sesuatu yang perlu segera

    diberitahukan.

    Kecakapan para petugas pelayanan, yaitu bahwa para petugas

    pelayanan menguasai keterampilan dan pengetahuan yangdibutuhkan.Pendekatan kepada pelanggan dan kemudahan

    kontak pelanggan dengan petugas. Petugas pelayanan harus

    mudah dihubungi oleh pelanggan, tidak hanya dengan

    pertemuan secara langsung, tetapi juga melalui telepon atau

    internet. Oleh karena itu, lokasi dari fasilitas dan operasi

    pelayanan juga harus diperhatikan.

    Keramahan, meliputi kesabaran, perhatian dan persahabatan

    dalam kontak antara petugas pelayanan dan pelanggan.

    Keramahan hanya diperlukan jika pelanggan termasuk dalam

    konsumen konkret. Sebaliknya, pihak penyedia layanan tidak

    perlu menerapkan keramahan yang berlebihan jika layanan yang

    diberikan tidak dikonsumsi para pelanggan melalui kontak

    langsung.

    Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan bisa mengetahui seluruh

    informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan gamblang,

    meliputi informasi mengenai tata cara, persyaratan, waktu

    penyelesaian, biaya dan lain-lain.

    Komunikasiantara petugas dan pelanggan. Komunikasi yang baik

    dengan pelanggan adalah bahwa pelanggan tetap memperoleh

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    38/134

    Standar PelayananPublik

    informasi yang berhak diperolehnya dari penyedia pelayanan

    dalam bahasa yang mereka mengerti.

    Kredibilitas, meliputi adanya saling percaya antara pelanggan dan

    penyedia pelayanan, adanya usaha yang membuat penyedia

    pelayanan tetap layak dipercayai, adanya kejujuran kepada

    pelanggan dan kemampuan penyedia pelayanan untuk menjaga

    pelanggan tetap setia.

    Kejelasan dan kepastian, yaitu mengenai tata cara, rincian biaya

    layanan dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaianlayanan tersebut. Hal ini sangat penting karena pelanggan tidak

    boleh ragu-ragu terhadap pelayanan yang diberikan.

    Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas

    pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko dan keragu-raguan.

    Jaminan keamanan yang perlu kita berikan berupa keamanan

    fisik, finansial dan kepercayaan pada diri sendiri.

    Mengerti apa yang diharapkan pelanggan. Hal ini dapat dilakukan

    dengan berusaha mengerti apa saja yang dibutuhkan pelanggan.

    Mengerti apa yang diinginkan pelanggan sebenarnya tidaklah

    sukar. Dapat dimulai dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan

    khusus yang diinginkan pelanggan dan memberikan perhatian

    secara personal.

    Kenyataan, meliputi bukti-bukti atau wujud nyata dari pelayanan,

    berupa fasilitas fisik, adanya petugas yang melayani pelanggan,

    peralatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan, kartu

    pengenal dan fasilitas penunjang lainnya.

    Efisien, yaitu bahwa persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada

    hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    39/134

    Standar PelayananPublik

    pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara

    persyaratan dengan produk pelayanan.

    Ekonomis,yaitu agar pengenaan biaya pelayanan harus ditetapkan

    secara wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan

    kemampuan pelanggan untuk membayar.

    2.4.

    Tantangan dan Kendala

    Penyediaan pelayanan publik menghadapi berbagai tantangan dan

    kendala. Beberapa tantangan tersebut berasal dari karaktaristik

    pengelolaan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah.

    Persoalan-persoalan tersebut antara lain: pertama, adalah kelemahan

    yang berasal dari sulitnya menentukan atau mengukur output

    maupun kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

    Kedua,pelayanan yang diberikan pemerintah memiliki ketidakpastian

    tinggi dalam hal teknologi produksi sehingga hubungan antara output

    dan input tidak dapat ditentukan dengan jelas. Ketiga, pelayanan

    pemerintah tidak mengenal bottom line artinya seburuk apapun

    kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut.

    Keempat,berbeda dengan mekanisme pasar yang memiliki kelemahan

    dalam memecahkan masalah eksternalities, organisasi pelayanan

    pemerintah menghadapi masalah berupa internalities. Artinya,

    organisasi pemerintah sangat sulit mencegah pengaruh nilai-nilai dan

    kepentingan para birokrat dari kepentingan umum masyarakat yang

    seharusnya dilayaninya.

    Sementara itu tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan

    pelayanan publik di Indonesia antara lain:

    Berkembangnya Objek Pelayanan. Obyek pelayanan tidak lagi

    terbatas pada masyarakat nasional saja melainkan akan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    40/134

    Standar PelayananPublik

    berkembang mencakup masyarakat internasional. Untuk itu

    harus disediakan sumber daya yang mampu mengakomodasi hal

    ini dengan semestinya, baik dari sisi sumber daya manusia,sarana dan prasarana, maupun teknologi.

    Meningkatnya Kesadaran Masyarakat. Di masa sekarang, terlebih

    di masa yang akan datang masyarakat akan semakin mengetahui

    hak-hak mereka sehingga semakin kritis terhadap kualitas

    pelayanan. Demikian juga semakin kuatnya mekanisme

    pengaduan (voice) melalui berbagai asosiasi dan media massa

    dalam menuntut peningkatan kualitas pelayanan. Untuk itupemerintah harus menyediakan jaminan kualitas pelayanan

    dengan prosedur dan standar yang jelas.

    Distorsi Otonomi Daerah. Dalam penyelenggaraan pelayanan

    publik sudah barang tentu tidak dapat dilayani secara

    keseluruhan oleh pemerintah pusat dan karenanya perlu

    didistribusikan ke daerah. Dalam konteks yang demikian, sistem

    desentralisasi menjadi penting dalam penyelenggaraanpemerintahan. Desentralisasi ini dimaknai sebagai penyerahan

    wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah

    otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

    dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Dengan demikian otonomi bukanlah hanya peluang tetapi

    sekaligus sebagai tantangan untuk mewujudkan kesejahteraan

    rakyat. Daerah otonom dapat lebih tanggap terhadap tuntutan

    masyarakat berdasar kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh

    masyarakat di daerah tersebut. Bangunan sistem dan

    kelembagaan menjadi penting dilakukan sebagai dasar

    merancang standar pelayanan publik yang optimal.

    Idealnya otonomi daerah memberi dampak nyata dalam

    peningkatan layanan oleh pemerintah kepada masyarakat.

    Pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    41/134

    Standar PelayananPublik

    pemerintah daerah membuka peluang terjadinya

    penyelenggaraan layanan dengan jalur birokrasi yang lebih

    ringkas dalam peningkatan layanan publik. Namun sayangnyasetelah otonomi, ada kecenderungan pelayanan publik menjadi

    terfragmentasi antar daerah, akibat dari pendekatan sektoral dan

    regional yang mengabaikan prinsip universalitas. Hal ini

    sebenarnya bisa diatasi jika ada berbagai macam bentuk kerja

    sama antar pemerintah daerah untuk memastikan setiap

    warganya mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik.

    Kendala lain yang dihadapi adalah dari faktor-faktor pendukung

    pelayanan itu sendiri, yaitu kelemahan dari segi kelembagaan, sumber

    daya manusia, kurang mendukungnya kepemimpinan (leadership) dan

    lain-lain, seperti yang akan dibahas dalam Bab 3.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    42/134

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    43/134

    Standar PelayananPublik

    BAB 3 FAKTOR FAKTOR PENENTU

    KEBERHASILAN

    Berbagai faktor penentu keberhasilan, seperti kepemimpinan,

    budaya pelayanan, sumberdaya manusia dan keuangan serta

    kelembagaan instansi penyedia pelayanan, perlu mendapatkan

    perhatian untuk dijadikan pertimbangan dalam penyusunan dan

    penerapan standar pelayanan. Faktor-faktor ini dipilih karena dari

    berbagai kajian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Manajemen Pelayanan

    terdahulu diketahui bahwa faktor-faktor tersebut cukup dominan dan

    paling menentukan keberhasilan peningkatan kualitas pelayanan di

    berbagai instansi penyedia pelayanan publik.

    3.1. Kepemimpinan

    Penyusunan dan penerapan standar pelayanan akan sangat

    membutuhkan peran dan komitmen yang kuat dari pemimpin

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    44/134

    Standar PelayananPublik

    organisasi. Bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa adanya komitmen

    yang jelas dari pemimpin, maka hampir dapat dipastikan bahwa

    penyusunan dan penerapan standar pelayanan akan mengalami

    kegagalan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang berhubungan

    dengan pengalaman, tingkat pendidikan, jenis dan gaya kepemimpinan

    seseorang menentukan komitmen dan perannya dalam penyusunan

    standar pelayanan. Faktor-faktor di atas akan semakin berpengaruh

    manakala berada dalam lingkungan budaya paternalistik seperti di

    sebagian besar di Indonesia di mana keteladanan dan contoh yang

    ditunjukkan oleh seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi

    tingkat keberhasilan suatu aktifitas, program, maupun rancangan

    ataupun berbagai bentuk perubahan dalam organisasi.

    Sebenarnya masalah kepemimpinan yang ideal telah banyak dikemu-

    kakan oleh berbagai kalangan. Diantaranya model kepemimpinan para

    tokoh yang telah berhasil membawa perubahan besar di dunia. Di

    antaranya kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. yang patut menjadi

    sumber inspirasi yang berlandaskan pada nilai-nilai moralitas seperti :

    (1) mampu menegakkan rasa keadilan; (2) memiliki rasa cinta, empati,simpati yang ditujukan kepada sesama umat manusia; (3) memegang

    teguh prinsip kejujuran; (4) menjunjung tinggi prinsip amanah

    (akuntabilitas); (5) memiliki kecerdasan dalam dimensi intelektual,

    emosional dan spiritual; (6) bersikap transparan dalam setiap

    pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya.

    Agar dalam melakukan penyusunan dan penerapan standar pelayan-

    an dapat berhasil dan membawa perubahan besar ke arah yang lebih

    baik, maka sangat diperlukan seorang pemimpin yang selalu berusaha

    dan belajar memahami serta mewujudkan nilai-nilai moralitas tersebut.

    1) Definisi Kepemimpinan

    Banyak konsep dan definisi mengenai kepemimpinan. Salah satunya

    adalah konsep kepemimpinan menurut Joseph C. Roost yang

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    45/134

    Standar PelayananPublik

    berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang

    saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang

    menginginkan perubahan nyata dan yang mencerminkan tujuan

    bersama.

    Masalah kepemimpinan mendapat perhatian dari berbagai ahli,

    karena peranannya yang seringkali menentukan di dalam kehidupan

    sebuah organisasi. Kepemimpinan tidak hanya berarti memimpin

    terhadap manusia, tetapi juga memimpin terhadap perubahan. Seorang

    pemimpin tidak hanya mempengaruhi bawahan, tetapi juga sebagai

    sumber inspirasi dan motivasi bawahannya. Oleh karena itu, pandangan

    berbagai penafsiran kepemimpinan semakin beragam dalamperkembangannya. Terry (dalam Kartono, 1994;49) mengemukakan

    bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang lain agar

    mereka mau bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan

    R. Tannenbaum (dalam Harsey dan Blanchard, 1984: 9)

    mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi

    yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses

    komunikasi pada pencapaian tujuan tertentu.

    Pandangan lain yang dikemukakan oleh Stonner (1989:459)

    mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses

    mengarahkan berbagai sumber daya untuk mempengaruhi aktivitas yang

    berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompoknya. Sedangkan

    Koontz et.al. (1984:506) memberikan pengertian kepemimpinan

    sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar ikut serta

    dalam mencapai tujuan umum. Definisi yang hampir sama dengan

    Koontz, dikemukakan oleh Hosmer (dalam Timpe, 1999:21), yang

    mengatakan bahwa pemimpin adalah individu dalam suatu organisasi

    yang mampu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dalam

    organisasi. Usaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dalam

    organisasi tersebut bertujuan tercapainya usaha kelompok yang

    terkoordinasi dan terpadu.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    46/134

    Standar PelayananPublik

    Dari berbagai pandangan mengenai kepemimpinan tersebut, maka

    pemimpin dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang

    strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam

    kehidupan kelompok. Di samping kedudukannya yang strategis,

    kepemimpinan mutlak diperlukan, dimana terjadi interaksi kerjasama

    antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi.

    Dari berbagai definisi kepemimpinan yang telah diuraikan di atas,

    ada beberapa perbedaan dan persamaan dalam penekanannya. Sebagian

    menekankan kepada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

    orang lain dalam mencapai tujuan pada situasi tertentu. Sedangkan

    yang lainnya menekankan pada bagaimana kemampuan seorangpemimpin mengarahkan orang lain untuk bekerjasama dalam mencapai

    suatu tujuan tertentu. Stogdill(1974:7-16) secara rinci mengemukakan

    implikasi dari definisi tersebut yaitu:

    Kepemimpinan merupakan titik sentral proses kegiatan

    kelompok (leadership as a focus of group processes).

    Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memilikipengaruh (leadership as personality and its effects).

    Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan

    kesesuaian paham (leadership as the art of induling compliance).

    Kepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi (leadership as the

    exercise of influence).

    Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku (leadership as act

    and behavior).

    Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi

    (leadership as a from of persuation and inspiration).

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    47/134

    Standar PelayananPublik

    Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan/kekuasaan

    (leadership as a power relation).

    Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan (leadership as an

    instrument of goal attainment).

    Kepemimpinan merupakan hasil dari interaksi (leadership as an

    effect of interaction).

    Kepemimpinan adalah peranan yang dibedakan (leadership as a

    differentiated role).

    Kepemimpinan adalah sebagai inisiasi struktur (leadership as theinitiation of structure).

    John Adair pada tahun 1988 (dalam Karol Kennedy, 1998)

    mendefinisikan kepemimpinan dalam tiga konsep Task, Team, and

    Individual dalam lingkaran saling terkait, sehingga merupakan satu

    kesatuan konsep ACL (Action-Centered Leadership); dan menyatakan

    leadership is about teamwork, creating teams. Teams tend to have leaders,

    leaders tend to create teams. Adair berkeyakinan bahwa working groups

    atau teams akan memberikan tiga kontribusi pada pemenuhan

    kebutuhan bersama, berupa the need to accomplish a common task, the

    need to be maintained as a cohesive social unit or team, and the sum of the

    groupss individual needs; serta mengidentifikasi enam fungsi

    kepemimpinan berikut : [1] Planning (seeking all available information;

    defining groups tasks or goals; making a workable plan); [2] Initiating (briefing

    the group; allocating tasks; setting groups standards); [3] Controlling

    (maintaining groups standard; ensuring progress towards objectives; prodding

    action sand decisions); [4] Supporting (expressing acceptance of individual

    contributions; encouraging and disciplining; creating team spirit; relieving

    tension with humour; reconciling disagreements); [5] Informing (clarifying task

    and plan; keeping group informed; receiving information from the group;

    summarizing ideas and suggestions); dan [6] Evaluating (checking feasibility of

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    48/134

    Standar PelayananPublik

    ideas; testing consequencies; evaluating group performance; helping group to

    evaluate itself).

    Dari berbagai pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa

    kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat

    universal dan merupakan gejala sosial. Beranjak dari rumusan di atas

    secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan pada

    dasarnya berarti kemampuan untuk memimpin; kemampuan untuk

    menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan.

    Dalam kerangka peningkatan kualitas pelayanan melalui

    penyusunan dan penerapan standar pelayanan, faktor kepemimpinan

    tidak dapat disangkal lagi sebagai salah satu faktor dominan yang

    menentukan keberhasilannya. Hal ini disebabkan karena penyusunan

    dan penerapan standar pelayanan merupakan sebuah perubahan besar

    yang akan sangat mempengaruhi lingkungan internal dan eksternal

    organisasi pelayanan. Penyusunan dan penerapan standar pelayanan

    akan mengakibatkan sirnanya berbagai kondisi yang kurang

    menguntungkan untuk upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan.

    Namun juga pada saat yang sama penyusunan dan penerapan standar

    pelayanan akan menghilangkan comfort zones sebagian orang (baik

    pegawai ataupun pelanggan) yang sudah terbiasa dengan sistem

    pelayanan yang korup, berbelit-belit, dan tidak transparan. Sebagian

    dari orang-orang ini akan merasa terancam dan akan kehilanganan

    kenyamanan yang selama ini dinikmatinya.

    Untuk itu diperlukan sebuah kepemimpinan yang kuat danberwibawa sehingga mampu memberikan dukungan pelaksanaan

    penyusunan dan penerapan standar pelayanan serta memfasilitasi

    berbagai perubahan yang terjadi secara kondusif.

    2)

    Mengapa Faktor Kepemimpinan Sangat Penting

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    49/134

    Standar PelayananPublik

    Para pemimpin, sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dan

    berada pada garis terdepan dalam mewujudkan perubahan. Oleh karena

    itu mereka dituntut dan diberi tanggung jawab untuk mampu

    menjalankan roda organisasi secara efektif dan efisien. Keberhasilan

    para pemimpin menanggapi perubahan yang terjadi memerlukan gaya

    kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan perubahan tersebut, yang

    antara lain bisa saja dengan mengorbankan kenyamanannya sendiri

    Menurut Gibson (1998), kepemimpinan merupakan kemampuan

    mempengaruhi orang lain, yang dilakukan melalui hubungan

    interpersonal dan proses komunikasi untuk mencapai tujuan.

    Newstrom & Davis (1999) berpendapat bahwa kepemimpinanmerupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar

    bekerja dengan benar untuk mencapai tujuan. Sedangkan Stogdill

    (1999) berpendapat bahwa kepemimpinan juga merupakan proses

    mempengaruhi kegiatan kelompok, dengan maksud untuk mencapai

    tujuan dan prestasi kerja. Oleh karena itu, kepemimpinan dapat

    dipandang dari pengaruh interpersonal dengan memanfaatkan situasi

    dan pengarahan melalui suatu proses komunikasi ke arah tercapainyatujuan khusus atau tujuan lainnya (Tanenbaum, Weschler & Massarik,

    1981).

    Selanjutnya Vroom & Jago (1988) menyatakan bahwa

    kepemimpinan terdiri dari dua hal yakni proses dan properti. Proses

    dari kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh secara tidak

    memaksa, untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan dari

    para anggota yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

    Properti dimaksudkan, bahwa kepemimpinan memiliki sekelompok

    kualitas dan atau karakteristik dari atribut-atribut yang dirasakan serta

    mampu mempengaruhi keberhasilan pegawai. Secara praktis,

    kepemimpinan dirumuskan sebagai suatu seni memobilisasi orang-

    orang lain (bawahan dan pihak lain) pada suatu upaya untuk mencapai

    aspirasi dan tujuan organisasi.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    50/134

    Standar PelayananPublik

    Dalam konteks perubahan yang disebabkan oleh penyusunan dan

    penerapan standar pelayanan, tentu dapat dipahami betapa pentingnya

    peran seorang pemimpin. Bila sang pemimpin mampu menunjukkan

    komitmen yang tinggi dalam penyusunan dan penerapan standar

    pelayanan, maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi komitmen

    bawahannya, yang mau tidak mau harus menunjukkan tingkat

    komitmen yang minimal sama dengan pemimpinnya. Pemimpin harus

    bisa menjadi inspirasi bagi setiap orang di lingkungannya untuk

    mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi. Dia akan jadi teladan

    bagaimana orang-orang sekitarnya harus mensikapi berbagai perubahan

    tersebut. Namun sebaliknya, jika seorang pemimpin menunjukkan

    sikap acuh tidak acuh atau bahkan menolak perubahan yang terjadi

    yang diakibatkan oleh penyusunan dan penerapan standar pelayanan,

    yang antara lain disebabkan karena kehilangan sebagian

    kenyamanannya, tentunya akan juga dirasakan oleh orang-orang

    disekitarnya. Merekapun akan menjadi resisten terhadap perubahan

    yang terjadi dan kemungkinan kegagalan dalam penerapan akan

    semakin besar.

    Oleh karena itu, pertanyaan ekstrim yang harus ditanyakan kepada

    seorang pemimpin sebelum melakukan penyusunan dan penerapan

    standar pelayanan ini adalah apakah mereka memiliki komitmen yang

    tinggi untuk hal ini. Apabila tidak, maka sebaiknya penyusunan dan

    penerapan standar pelayanan ditunda dahulu.

    3) Bagaimana Kepemimpinan Mendorong Keberhasilan Penyusunan dan

    Penerapan Standar Pelayanan

    Zwell (2000) mengidentifikasi sekurangnya 15 fungsi yang secara

    umum dilakukan oleh pemimpin, yaitu: (1) modeling the corporate culture;

    (2) developing the corporate philosophy; (3) establishing and maintaining

    standards; (4) understanding the business; (5) determining strategic direction; (6)

    managing change; (7) being a good follower; (8) aligning with superior; (9)

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    51/134

    Standar PelayananPublik

    inspiring and motivating; (10) establishing alignment and focus; (11) holding

    ultimate responsibility; (12) dealing with authority issues; (13) determining

    successors; (14) managing ambiguity; and (15) optimizing organizational

    structure and process.

    Dibalik fungsi-fungsi tersebut terdapat tugas dan peran

    kepemimpinan. Dalam hubungan itu, pada tahun 1990 John P. Kotter

    pada satu pihak mengidentifikasi tiga tugas prinsipil kepemimpinan,

    yaitu (1) Menetapkan tujuan , membangun visi dan strategi, untuk masa

    depan penyelenggaraan pelayanan (establishing direction, developing a vision

    and strategies for the future of the business); (2) Menyearahkan bawahan,

    membuat orang lain mengerti, menerima dan bekerja sama ke arahtujuan yang telah ditetapkan (Aligning people - getting others to understand,

    accept and line up in the chosen direction), dan (3) Memotivasi dan

    menginspirasi bawahan untuk memahami kebutuhan dasar, nilai-nilai

    dan emosi masyarakat yang sering kurang mendapatkan perhatian

    (Motivating and inspiring people by appealing to very basic but often untapped

    human needs, value and emotions).

    Pada lain pihak, Kotter juga menjelaskan empat peran manajemen

    berikut, (1) Perencanaan dan penganggaran, menentukan target jangka

    pendek dan menengah (Planning and budgeting, setting short-to medium-term

    targets); (2) Menetapkan langkah-langkah untuk mendapatkan dan

    mengalokasikan berbagai sumber daya yang dibutuhkan (Establishing

    steps to reach them and allocating resources); (3) Mengorganisir, mengatur

    dan menetapkan struktur organisasi dalam upaya pelaksanaan rencana,

    menempatkan sumber daya manusia untuk tugas-tugas tertentu,

    mengkomunikasikan rencana, mendelegasikan tanggung jawab dan

    menetapkan sistem monitoring pelaksanaan (Organizing and staffing,

    establishing an organizational structure to accomplish the plan, staffing the jobs;

    communicating the plan, delegating responsibility and establishing systems to

    monitor implementation); dan (4) Pengendalian dan penyelesaian masalah,

    pengidentifikasian permasalahan serta mengupayakan berbagai cara

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    52/134

    Standar PelayananPublik

    untuk menyelesaikannya (Controlling and problem solving, monitoring

    results, identifying problems and organizing to solve them) (lihat Karol

    Kennedy, 1998; p. 117). Dari sini kita dapat mencatat kesamaan antara

    fungsi kepemimpinan menurut Adair dengan peran manajemen dariKotter.

    Dalam penyusunan dan penerapan standar pelayanan, tiga tugas

    utama kepemimpinan dan empat peran manajemen diatas dapat

    digunakan sebagai langkah-langkah kunci keberhasilan penyusunan dan

    penerapan standar pelayanan.

    3.2. Budaya Pelayanan

    1)

    Definisi Budaya Pelayanan

    Budaya pelayanan sangat terkait dengan budaya organisasi dan

    budaya kerja aparatur pemerintah. Istilah budaya berasal dari bahasa

    Sansekertabuddayah (berbentuk jamak dari budhi yang artinya akal

    atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai-nilai dan

    sikap mental).

    Pengertian budaya mengandung makna sebagai berikut: (a) adanya

    pola nilai, sikap tingkah laku (termasuk bahasa), hasil karsa dan karya;

    (b) budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai dan

    lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup, yang

    akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku; (c) budaya merupakan

    hasil dari pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan serta proses seleksi.

    Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan

    hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan

    pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat

    atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap dan perilaku,

    kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai

    kerja atau bekerja (LAN: 2004).

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    53/134

    Standar PelayananPublik

    Sedangkan pengertian budaya organisasi menurut Jones (2005)

    adalah seperangkat nilai-nilai yang diadopsi bersama yang

    mengendalikan dan diikuti oleh setiap anggota organisasi satu dengan

    yang lainnya, dengan para pemasok, dengan para pelanggan, serta

    orang-orang lain diluar organisasi.

    Adapun pengertian budaya pelayanan (service culture) adalah budaya

    yang berorientasi pada pelayanan masyarakat, yaitu terkait dengan cara

    memberikan pelayanan yang berkualitas di antaranya disiplin dalam

    pelaksanakan tugas, berdedikasi dan bersemangat, bertindak adil dan

    tidak diskriminatif, teliti dan cermat, bersikap tegas dan tidak

    memberikan pelayanan yang berbelit-belit, transparan dalammelaksanakan tugas dan mampu mengambil langkah yang kreatif dan

    inovatif serta tidak melakukan tindakan kolusi, korupsi dan nepotisme.

    Upaya membangun budaya pelayanan pada hakekatnya adalah

    membangun pola pikir baru (mindset) yang sesuai dengan tata nilai

    budaya pelayanan publik, meningkatkan kualitas kerjasama,

    membangun sikap dan perilaku sesuai dengan tata nilai budaya kerja

    dan budaya organisasi.

    2)

    Mengapa Budaya Pelayanan penting?

    Pembangunan dan penerapan Standar Pelayanan perlu didukung

    dengan budaya pelayanan, sehingga upaya perbaikan sistem dan

    prosedur pelayanan publik dapat berjalan efektif dan memberikan

    peningkatan kualitas pelayanan publik secara nyata. Salah satu upaya

    penting terkait dengan perbaikan proses pelayanan publik yaitu adanya

    perubahan budaya pelayanan, antara lain menyangkut: (1) adanya

    perubahan mindset; (2) adanya perubahan sikap mental; dan (3)

    adanya perubahan etika dalam pemberian pelayanan publik.

    Perubahan mindsetharus dimulai dari penyadaran secara mendalam

    terhadap SDM pelayanan publik, bahwa pelayanan adalah merupakan

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    54/134

    Standar PelayananPublik

    tanggung jawab negara, maka artinya pelayanan publik yang baik

    merupakan hak masyarakat untuk mendapatkannya. Sebaliknya

    merupakan kewajiban negara untuk memenuhi pelayanan publik yang

    baik, terlepas dari siapapun yang duduk dalam pemerintahan,

    mengingat pelayanan publik yang baik merupakan perwujudan dari

    adanya kesejahteraan umum, sebagaimana tercantum dalam

    pembukaan UUD 1945. Lebih jauh, karena merupakan hak masyarakat

    maka pelayanan publik tidak boleh bersifat diskriminatif yaitu

    meniadakan perbedaan suku, agama, status sosial, dan sebagainya.

    Tidak ada alasan yang kuat bagi aparat pelayanan publik untuk bersikap

    tidak baik berupa menunda-nunda pelayanan (undue delay), tidak ada

    kejelasan, tidak ada kepastian, tidak bertanggung jawab dan

    diskriminatif.

    Selanjutnya pemberian pelayanan harus didukung juga dengan

    etika pelayanan yang secara konsisten ditaati oleh setiap pegawai. Etika

    diperlukan dalam kaitan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang

    dilarang untuk dilakukan oleh setiap pegawai dalam berbagai situasi

    sehubungan dengan pemberian pelayanan.

    3)

    Bagaimana menerapkan budaya pelayanan yang baik?

    Penerapan Standar Pelayanan harus didukung adanya budaya

    pelayanan yang secara konsisten dikembangkan pada organisasi

    pelayanan publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik selama ini,

    penyelenggara pelayanan publik seringkali mendapatkan citra yang

    negatif karena proses yang panjang, dan berbelit-belit sertaketidakjelasan biaya pelayanan.

    Bagaimana mungkin seorang pemberi pelayanan dapat memberikan

    pelayanan kepada pelanggan dengan baik, bila nilai-nilai, norma dan

    prinsip-prinsip organisasi tempat ia bekerja ternyata mengabaikan

    kearifan dan tanggung jawab terhadap kemaslahatan banyak orang.

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    55/134

    Standar PelayananPublik

    Persoalan budaya pelayanan memainkan peran yang dominan dan

    melingkupi keseluruhan kegiatan yang dijalankan oleh unit pelayanan

    publik. Maka sebaiknya, nilai-nilai baik berupa azas/prinsip-prinsip,

    tujuan atau norma pelayanan yang baik, termasuk etika, sikap dan

    perilaku pemberi layanan, dibangun dan dikembangkan berlandaskan

    kebijakan yang dirumuskan secara jelas oleh organisasi penyelenggara

    pelayanan publik.

    Perubahan mindset mutlak sangat diperlukan sebagai langkah awal

    melakukan perubahan budaya pelayanan. Pola pikir selama ini tentang

    aparat pemerintah yang memiliki kedudukan dan kewenangan tak

    terbantahkan dibanding masyarakat yang dilayani, harus segera dibuangjauh-jauh. Budaya pelayanan sesegera mungkin harus berubah menjadi

    lebih peka terhadap harapan-harapan masyarakat. Namun demikian,

    perlu dicermati bahwa mengubah mindset aparat pemerintah tidak bisa

    dilakukan dengan pemberian motivasi melalui ceramah, kursus-kursus

    saja, tetapi yang utama adalah melalui penerapan manajemen yang

    benar mencakup pemberian kesejahteraan memadai dan penerapan

    reward dan punishment secarakonsisten dan berkelanjutan.

    Beberapa perubahan mindset aparat pelayanan publik yang diyakini

    dapat merubah budaya pelayanan antara lain dengan: (1)

    mengutamakan pendekatan tugas yang diarahkan kepada pengayoman

    dan pelayanan rakyat dan menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan

    dan kewenangan; (2) melakukan penyempurnaan organisasi yang

    bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efisien yang mampu

    membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak

    perlu ditangani; (3) melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya

    yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni; pelayanan

    cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas,

    efisiensi biaya dan ketepatan waktu; (4) memposisikan diri sebagai

    fasilitator pelayanan publik daripada sebagai agen pembaharu (change of

    agent) pembangunan; (5) melakukan transformasi diri dari birokrasi

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    56/134

    Standar PelayananPublik

    yang kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih

    desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.

    Dalam upaya pembangunan budaya pelayanan ini membutuhkan

    keterbukaan seluruh aparat pelayanan publik untuk menerima

    perubahan budaya organisasi maupun pola pikir demi kemajuan unit

    pelayanan publik. Di dalam perubahan tersebut, perubahan perilaku

    para pemberi pelayanan akan selalu dibandingkan dengan rekannya

    yang bekerja di unit layanan publik lainnya. Penciptaan budaya

    menghargai prestasi amat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa

    kebanggaan terhadap organisasi.

    Beberapa langkah-langkah yang dapat menumbuhkan budaya

    pelayanan antara lain sebagai berikut: (a) tempatkan pegawai dari unit

    berbeda yang memiliki tugas dan fungsi jelas di unit pelayanan sebagai

    langkah awal menuju perubahan budaya; (b) ciptakan rotasi pekerjaan

    secara berkala, kerja magang di luar unit, saling tukar menukar

    informasi seputar tugas dan fungsi antar unit, dan apabila

    memungkinkan melakukan perlombaan antar unit pelayanan publik; (c)

    rayakan keberhasilan dalam pemberian pelayanan publik dengan

    memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi; (d) ciptakan

    bahasa, kebiasaan, cerita sukses, dan simbol untuk mendorong rasa

    kebersamaan dan rasa kesatuan dalam tim unit pelayanan publik; (e)

    ciptakan mental model baru dengan mengikutsertakan pegawai dalam

    merancang misi organisasi, perlakukan nilai, kepercayaan, dan asumsi

    mereka sebagai investasi bagi keberhasilan unit pelayanan; dan (f)

    ciptakan model sistem sebagai cara memberikan pemahaman tentang

    bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana perubahan akan efektif.

    3.3. Sumber Daya

    Keberhasilan dalam penyusunan dan penerapan Standar

    Pelayanan publik perlu didukung dengan sumber daya, baik sumber

    daya manusia (SDM) pelayanan maupun pembiayaan serta

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    57/134

    Standar PelayananPublik

    ketersediaan sarana dan prasarana termasuk dukungan Teknologi

    Informasi.

    1)

    Sumber Daya Manusia

    SDM seperti apa yang dapat mendukung penerapan SP

    Pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik, senantiasa dituntut

    kemampuannya untuk secara terus-menerus meningkatkan kualitas

    pelayanan, mampu menetapkan Standar Pelayanan yang berdimensi

    menjaga kualitas hidup, melindungi keselamatan dan kesejahteraan

    masyarakat. Kualitas pelayanan dimaksudkan agar semua masyarakat

    dapat menikmati layanan, sehingga menjaga kualitas pelayanan publik

    juga berarti menjamin hak-hak azasi warga negara.

    SDM pelayanan sebagai kunci keberhasilan kinerja organisasi

    pelayanan publik harus mendapatkan perhatian utama dalam perbaikan

    kualitas pelayanan. Untuk itu, pemilihan dan penempatan pegawai

    sesuai dengan kompetensi yang dimilki merupakan salah satu penentu

    keberhasilan penerapan Standar Pelayanan. Dalam hubungan ini

    organisasi pelayanan publik harus berupaya melakukan pencarian dan

    penempatan pegawai dan menerapkan konsep penempatan the right

    man on the right place, yaitu menentukan orang yang tepat pada setiap

    bentuk dan jenis pelayanan. Organisasi dituntut untuk secara terbuka

    melakukan proses pemilihan dan penempatan SDM, yaitu dengan

    menyusun kebijakan serta aturan yang jelas mengenai semua

    persyaratan bagi posisi-posisi pekerjaan yang akan diisi, serta

    menerapkan sistem yang baku sebagai pedoman kegiatan tersebut di

    atas.

    Beberapa kriteria SDM yang dapat mendukung penyusunan dan

    penerapan Standar Pelayanan adalah SDM yang memiliki kompetensi

    di bidang pelayanan publik yang antara lain mencakup: (a) komitmen;

    (b) integritas; (c) tanggung jawab; (d) kecakapan dan keramahan; (e)

    mengerti kebutuhan pelanggan; (f) daya tanggap dan empati; (g) serta

  • 7/24/2019 BUKU STANDAR PELAYANAN PUBLIK.pdf

    58/134

    Standar PelayananPublik

    mempunyai etika dan moralitas yang tinggi. Selanjutnya peningkatan

    kualitas pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan dan memberikan

    kemanfaatan terhadap masyarakat pelanggannya apabila SDM

    penyelenggara pelayanan sungguh-sungguh memperhatikan beberapa

    dimensi atau atribut perbaikan kualitas pelayanan yang antara lain

    meliputi: (a) ketepatan waktu pelayanan; (b) akurasi pelayanan; (c)

    kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan; (d) tanggung

    jawab; (e) kelengkapan; (f) kemudahan mendapatkan pelayanan; (g)

    variasi model pelayanan; dan (h) kenyamanan dalam memperoleh

    pelayanan.

    Mengapa Faktor SDM Sangat Penting Dalam Pe-nerapan StandarPelayanan

    Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas tidak akan terwujud

    apabila tidak


Top Related