Download - Gerai Info BI Oktober 2013
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
1/16
Hedging
Mengelola Risiko
Nilai Tukar
Mengapresiasi
Inspirasi Bersama
Kick Andy
Mendudukkan
Untung Rugi
di Neraca Hedgin
Mendorong
HedgingBUMN
3
14
12
6
Nilai tukar menjadi salah satu isu besar di te-
ngah perekonomian dunia yang sedang gon-
jang-ganjing dengan beragam sebab. Apalagi
ketika banyak faktor secara bersamaan punya
kontribusi menentukan arah laju penentuan
nilai tukar mata uang.
Upaya untuk melakukan lindung nilai alias hedging
terhadap kurs mata uang pun tak sesederhana membalik
telapak tangan, di tengah situasi yang terlanjur kompleks.
Upaya pendalaman pasar pun menjadi tantangan.
Belum lagi masalah pemahaman mengenai akuntansi
hedgingyang sekian lama belum sama di antara semua
institusi terkait keuangan, juga merupakan faktor lain
yang menjadi tantangan penerapan transaksi lindung
nilai. Persoalan yang menghadang adalah potensi im-
plikasi hukum berikut konsekuensinya.
Pada saat yang sama, gonjang-ganjing dunia pun
harus disikapi dengan memastikan pasar keuangan tak
kekeringan likudititas. Tak terkecuali di perbankan. Sta-
bilitas pada akhirnya harus mengemuka di depan segala
indikator ekonomi.
Komunikasi, kembali memegang peran kunci. Kebija-
kan bank sentral dalam menyikapi segala dinamika pere-
konomian pun perlu memiliki saluran yang dipastikan
cukup lebar, untuk tersosialisasikan maupun mendapat-
kan masukan.u
Menggagas
Strategi Reposisi
Bank Indonesia
8
EDISI 43nOKTOBER 2013nTAHUN 4nNEWSLETTER BANK INDONESIA
GERAI
Lindung NilaiJaminan dan Pendalaman Pasar
Ada tantangan pendalaman pasar dan kepastian hukum untuk
memberikan pilihan lebih luas bagi transaksi lindung nilai.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
2/16
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
3/16
3EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
FOKUS
Di tengah gonjang-ganjing perekonomian global pada
2013, rupiah terimbas menjadi mata uang yang nilai tu-
karnya paling fluktuatif di kawasan. Setelah pada 2012
nilai tukar rupiah melemah 6,9 persen, dari Rp 8.779 men-
jadi Rp 9.384 per dolar AS, fluktuasi terus berlanjut. Pada
awal Januari 2013, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.785 per
dolar AS, terendah dalam kurun tiga tahun terakhir.
Namun, pada pertengahan bulan itu, ada jeda ketika pergerakan
rupiah tiba-tiba sesaat terhenti. Pembicaraan antara Bank Indonesia
dan Kementerian BUMN disebut sebagai salah satu penyebab, setelah
menyepakati mencegah PT Pertamina dan PT PLN mencari dolar AS
langsung ke pasar. Kedua BUMN butuh uang itu untuk membayar im-
por minyak. Selama ini, kebutuhan dolar kedua
BUMN dipenuhi perbankan pelat merah.
Kebutuhan harian dolar AS PT Pertamina
berkisar antara 150 sampai 200 juta dolar AS,
sementara PT PLN butuh sekitar 20 juta dolar
AS per hari. Sebelum ada pertemuan BI dan Ke-
menterian BUMN, bank-bank pelat merah harus
berburu ke pasar spotdemi memenuhi kebutuh-
an dolar AS kedua BUMN. Ini menjadi salah satu
penyebab nilai tukar rupiah sangat fluktuatif,
mengingat besarnya proporsi kebutuhan harian
kedua BUMN di pasar valas domestik.
Dukungan terhadap hasil pembicaraan
tersebut datang dari beragam kalangan. Kebi-
jakan itu dinilai dapat meredam volatilitas nilai
tukar rupiah karena berkurangnya tekanan kebutuhan di pasar spot,transaksi yang diselesaikan maksimal dalam dua hari kerja.
Valuta asing paling banyak dicari korporasi untuk keperluan pem-
bayaran impor, pelunasan utang, dan kegiatan investasi. Nilai transak-
si harian pasar valuta asing di dalam negeri (on shore) pada Juli sam-
pai September 2013 rata-rata mencapai 2,2 sampai 2,8 miliar dolar AS.
Sebagian besar pembelian valuta asing dilayani di pasar spot,
dengan proporsi 73 persen. Barulah selebihnya merupakan pangsa
pasar swap(21 persen) dan forward(6 persen).
Tingginya porsi transaksi spotmembuka kemungkinan muncul-
nya lonjakan kebutuhan valuta asing, yang dipastikan membuat nilai
tukar rupiah menjadi fluktuatif. Rupanya masih banyak BUMN meng-
andalkan pasar spotdalam mencari valuta asing pada saat kalangan
swasta lebih mengandalkan transaksi forward. Bagi kalangan swasta,
pilihan transaksi selain spottak sekadar memenuhi kebutuhan valuta
asing, tetapi juga menjadi sarana lindung nilai (hedging) di tengah
fluktuasi nilai tukar mata uang.
Hedging semestinya menjadi salah satu strategi manajemen
risiko, bagi perusahaan yang punya tanggungan dalam bentuk dolar
AS. Utang, misalnya. Laiknya manajemen risiko, hedgingjuga adalah
upaya menjaga korporasi dari risiko kerugian, terkait nilai tukar mata
uang.
Nah, masalahnya, bagi perusahaan BUMN dan pelat merah lain-
nya, ada sisi lain yang juga butuh diantisipasi. Yakni audit keuangan.
Tidak tertutup kemungkinan, nilai tukar yang disepakati pada waktu
kesepakatan kontrak hedging ternyata lebih ma-
hal dibandingkan nilai tukar spotpada masa men-
datang.
Bagi BUMN dan perusahaan yang memiliki
penyertaan modal negara, selisih dalam kasus
hedging semacam ini bisa disalahtafsirkan seba-
gai tindakan yang merugikan keuangan negara
dan berimplikasi hukum. Di sinilah mendesaknya
keperluan pemahaman tentang prinsip dan akun-
tansi hedging. Demikian pula kebijakan yang me-
mayunginya.
Menyadari persoalan ini, Kementerian Politik,
Hukum, dan Keamanan pada 12 September 2013
mempertemukan Badan Pemeriksa Keuangan
dan Kementerian BUMN. Pertemuan memutus-
kan Pertamina diminta melakukan transaksi forward valuta asinguntuk kebutuhan pembayaran impor minyak. Kementerian BUMN
memperluas cakupan keputusan itu, dengan menerbitkan surat edar-
an tertanggal 25 September 2013, mendorong seluruh BUMN me-
lakukan transaksi lindung nilai dalam pemenuhan kebutuhan valuta
asing.
Gayung bersambut. Bank Indonesia menyambut baik langkah
Pemerintah. Terbitlah Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2013 pada
7 Oktober 2013. Merangkum beragam peraturan yang pernah diter-
bitkan, peraturan ini menegaskan dukungan dan dorongan Bank
Indonesia bagi BUMN memanfaatkan fasilitas lindung nilai di pasar
keuangan untuk pemenuhan kebutuhan valuta asing. Di tengah ge-
jolak, sinergi pun tercipta.u
HedgingMengelola RisikoNilai TukarPangsa pasar spotmencapai 73 persen dari total transaksi valutaasing, selebihnya adalah swap(21 persen) dan forward(6 persen).
Valuta asing paling
banyak dicari korpo-
rasi untuk keperluan
pembayaran impor,
pelunasan utang, dan
kegiatan investasi.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
4/16
4 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
FOKUS
B
agi para mahasiswa, pelemahan ni-
lai tukar rupiah terhadap dolar AS
mungkin berarti harga laptop bakal
segera naik. Lalu, para keluarga
muda barangkali punya arti harus
menyiapkan uang muka kredit lebih banyak
karena harga mobil idaman ikut terkerek
naik. Sementara bagi PT Perusahaan Lis-
trik Negara (PLN) dan perusahaan lain yang
harus mengimpor bahan baku, pelemahan
nilai tukar rupiah adalah mimpi buruk.
Tengok apa yang terjadi pada PLN ketika
nilai rupiah anjlok pada 2008. Patokan kurs
yang semula Rp 9.400 per dolar AS pada 2007
naik menjadi Rp 10.900 per dolar AS pada
2008. Dari beban utang 6,6 miliar dolar AS,
PLN menderita rugi kurs sampai Rp 9,3 triliun.
Sejak April 2009 PLN sebenarnya sudah
berniat melakukan lindung nilai (hedging)
terhadap setengah dari beban utangnya. Na-
mun, sampai tahun ini PLN belum melaku-
kan hedging karena ada persoalan persepsi
soal tindakan tersebut dengan implikasi hu-
kum. Beda persepsi itu terkait dengan audit
Badan Pemeriksa Keuangan. Penundaan hed-
ging, menyebabkan PLN kembali mengalami
kerugian kurs pada September 2012, senilai
Rp 9,16 triliun.
Lindung NilaiSetelah pada 1973 sistem Bretton Woods
yang menjamin nilai tukar tetap mata uang
kolaps, perekonomian dunia dipenuhi keti-
dakpastian. Nilai tukar mata uang satu sama
lain berfluktuasi.
Sejak saat itulah mulai muncul jasa lin-
dung nilai. Jasa ini ditawarkan lembaga ke-
uangan kepada korporasi yang memerlukan
kepastian nilai tukar mata uang. Yaitu kepada
perusahaan yang menggunakan lebih dari
satu mata uang dalam operasionalnya.
Skema paling sederhana dari lindung ni-
lai adalah transaksi forward(berjangka) anta-
ra korporasi dengan bank. Misalnya, sebuah
korporasi di Indonesia punya beban utang
dalam dolar AS yang segera jatuh tempo.
Untuk melunasi utang, korporasi itu
bersepakat dengan bank membeli dolar AS
memakai nilai tukar tertentu dalam
rupiah pada tanggal tertentu di masa
depan. Bila transaksi spot dilakukan maksi-
mal dalam dua hari, maka transaksi forward
punya batasan minimal waktu transaksi lebih
dari dua hari sampai maksimal satu tahun.
Kurs atau nilai tukar forwardbiasanya di-
tentukan berdasarkan kurs spot dan selisih
suku bunga kedua mata uang yang dipertu-
karkan. Dalam hal ini, korporasi memindah-
kan risiko penurunan nilai tukar rupiah ter-
hadap dolar AS kepada bank. Namun, bila
ternyata saat transaksi dieksekusi nilai tukar
rupiah jusru menguat, korporasi itu menang-
gung potensi kerugian selisih kurs dibanding
bila mereka membeli dolar langsung secara
tunai di pasar spot.
Transaksi lindung nilai lain yang lazim
dilakukan adalah swap yang merupakan ga-bungan dari transaksi spot dan forward. Ini
adalah transaksi pertukaran valuta asingterhadap rupiah melalui pembelian atau
penjualan tunai di pasar spot, yang diikutipenjualan atau pembelian kembali secara
berjangka (forward). Transaksi ini dilakukandengan counterparty atau bank yang sama
pada tingkat harga yang disepakati keduapihak.
Misalnya, sebuah perusahaan membu-
tuhkan dana dalam dolar AS untuk keper-
luan operasional. Perusahaan itu kemudian
mengikat perjanjian dengan bank untuk
membeli dolar AS. Dolar yang dibeli perusa-
haan itu bakal dijual kembali ke bank untukditukar lagi dengan rupiah menggunakan
kurs yang disepakati pada tanggal tertentu.
Transaksi swapbiasanya melibatkan da-
na yang cukup besar. Misalnya untuk meme-
nuhi kebutuhan mata uang lokal sekaligus
pembayaran utang dalam mata uang asing.
Urutan transaksinya, sebuah perusahaan
bisa saja meminjam dolar AS dari bank yang
menawarkan bunga rendah. Karena per-
usahaan sebenarnya lebih banyak membu-
tuhkan mata uang rupiah, maka pinjaman
dolar AS itu ditukarkan dengan mata uang
Bukan Sekadar
Zero Sum GamePenerbitan PBI 15/8/2013 bertujuan mempermudah para pelaku ekonomi, baik perbankanmaupun korporasi, untuk mendapatkan sandaran ketentuan teknis terkait pelaksanaan hedging.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
5/16
5EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
FOKUS
rupiah. Nah, saat pembayaran utang di masa
yang akan datang tiba, perusahaan tetap
membayarnya dengan dolar AS menggu-
nakan kurs dan suku bunga yang disepakati
bersama bank.
Payung HukumBank Indonesia jauh-jauh hari sudah
mengatur masalah transaksi lindung nilai.
Antara lain melalui PBI Nomor 7/31 tahun
2005 dan PBI Nomor 10/38 tahun 2008 ten-
tang transaksi derivatif, serta PBI 7/36 tahun
2005 mengenai transaksi swap. Dua peratur-
an pertama lebih mengatur batasan bagi
bank dalam melakukan transaksi derivatif.
Sedangkan PBI transaksi swapterbitan 2005
bertujuan mempromosikan transaksi pasar
swapdengan jangka waktu menengah dan
panjang.
Pada saat aturan-aturan tersebut diter-
bitkan, perbankan domestik lebih banyak
menawarkan transaksi swap berjangkapendek. Pelaku usaha pun cenderung tak
melakukan lindung nilai. Demi mendorong
fasilitas lindung nilai berjangka menengah
atau panjang, bank-bank domestik kemudi-
an diberi kesempatan meneruskan transaksi
lindung nilai nasabahnya ke Bank Indonesia.
Ada lagi PBI Nomor 10/37 tahun 2008
mengenai transaksi derivatif yang lebih me-
rupakan reaksi terhadap krisis finansial glo-
bal. Peraturan itu mencegah bank melayani
transaksi derivatif valuta asing yang bersifat
spekulatif. Ditegaskan dalam peraturan ini,
diwajibkannya underlying untuk transaksi
derivatif. Maklum, transaksi derivatif ditu-
ding sebagai penyebab krisis yang bermula
di Amerika itu.
PBI terbaru, Nomor 15/8/2013, merang-
kum semua peraturan yang pernah diterbit-
kan BI terkait masalah lindung nilai. Bebera-
pa penyempurnaan dilakukan, tentu saja.
Tercakup di dalam peraturan terbaru an-
tara lain penyesuaian jangka waktu untuk
transaksi swap dan forward. Rujukan waktu
maksimalnya dapat disesuaikan dengan
tenggat waktu transaksi yang menjadi un-
derlying. Peraturan ini memungkinkan pula
dijalankan transaksi roll over.
PBI terbaru juga memberi peluang di-
lakukannya netting atau penyelesaian tran-
saksi tanpa pemindahan dana pokok secara
penuh dalam kasus force majeur. Misalnya,
ketika sebuah perusahaan tertunda me-
nerima pembayaran valuta asing karena
pengiriman melalui kapal terkendala.Penerbitan PBI 15/8/2013 ini bertujuan
mempermudah para pelaku ekonomi, baik
perbankan maupun korporasi, untuk menda-
patkan sandaran ketentuan teknis terkait pe-
laksanaan hedging. Tujuannya, mendorong
lebih banyak transaksi hedging di pasar
keuangan domestik.
Harapan berikutnya, dominasi tran-
saksi spot dapat ditekan di tengah pasar
valuta asing yang belum dalam. Dampak
ikutannya, meredam pelemahan kurs karena
bertumpuknya permintaan dolar pada satu
waktu.
Hedgingbisa jadi adalah zero sum game,
keuntungan satu pihak adalah kerugian pi-
hak lain. Ketika kurs hedgingternyata sesuai
perkiraan, nominal kontrak lebih bagus dari-
pada kurs spotpada saat jatuh tempo, seolah
kerugian ditanggung bank. Namun ketika
volumenya meningkat dan selalu terjadi tim-
bal balik, titik kesetimbangan pun tercipta.
Pada periode yang sama, sangat mungkin
pula ada pihak lain yang sebaliknya mem-
butuhkan mata uang lokal, pada nilai kotrak
yang setara juga. Pada situasi itu, bank men-
dapatkan kurs lebih baik dalam transaksinya.
Pemahaman yang tepat soal apa itu
transaksi hedging, semestinya juga mengha-pus kekhawatiran soal potensi kerugian ne-
gara dari sebuah transaksi yang jamak saja di
kalangan dunia usaha. Tak ubahnya asuransi,
belum tentu premi yang dibayarkan pada
setiap kali berarti mengharapkan akan ada
klaim pada suatu hari. Prinsipnya tetap sama,
mengantisipasi risiko di masa mendatang,
ketika hari esok adalah hal yang tak pasti.
Hedging, bukan semata soal untung rugi
kurs dari upaya proteksi, yang dalam hal ini
terkait nilai tukar mata uang di tengah pusar-
an perekonomian global.u
Kurs atau nilai tukar forwardbiasanya
ditentukan berdasarkan kurs spotdan
selisih suku bunga kedua mata uang yangdipertukarkan. Dalam hal ini, korporasi
memindahkan risiko penurunan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS kepada bank.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
6/16
6 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
Ketika harga dolar AS melambung,
para importir pening. Harga ba-
rang impor melangit, omzet teran-
cam berkurang, harga jual pun takbisa dihitung akurat dengan matauang lokal. Ujungnya, beban bagi konsumen.
Naluri bisnis menggiring penggunaan
asumsi harga dolar yang menguntungkan pe-dagang. Margin keuntungan ditetapkan ber-
lebihan mengatasnamakan ketidakpastianharga dolar AS, menjadi tempat bersemayam
komponen biaya yang tidak transparan.Pasar sebenarnya mengenal betul ins-
trumen lindung nilai (hedging) untuk me-
mitigasi risiko pasar. Jepang, misalnya,
membudayakan hedging agar produsen
dapat menjual barang dengan harga wajar
berdasar prinsip fairness. Perusahaan punlebih fokus pada core bussiness tanpa kha-
watir tergerus kerugian kurs.
Sementara otoritas moneter Cina men-
jaga nilai yuan agar super stabil. Ditunjang
jumlah cadangan devisa yang luar biasa be-
sar, senilai 3,5 triliun dolar AS yang mewakili
sepertiga cadangan devisa dunia, People
Bank of China (PBoC) menjaga penuh sta-
bilitas yuan. Fungsi lindung nilai diambil
sepenuhnya oleh bank sentral.
Adapun kelaziman pada banyak negara,
lindung nilai merupakan kegiatan bussiness
to bussiness sesama pelaku pasar. Otoritas
lebih berperan memberikan fasilitas agar
terbentuk pasar yang sehat.
Sayangnya, hedging masih sangat ter-
batas di Indonesia. Pembelian dolar AS
didominasi transaksi today dengan penye-
lesaian pada hari yang sama. Ini menggam-
barkan pengelolaan keuangan yang masih
sederhana, perencanaan arus kas terbatas,
pembelian dolar AS pun tergantung keter-
sediaan rupiah yang ada.
Hanya tersisa ruang sempit bagi bank
untuk menyediakan likuiditas dolar AS, ber-
akibat bank harus membeli berapa pun har-
ga dolar yang diminta eksportir pemasok
valas. Ujungnya, harga dolar AS mudah
tereskalasi.Selama ini, transaksi hedging relatif ja-
rang dilakukan korporasi. Dari total pembe-
lian valas pada 2012, hanya sebagian kecil
yang dilakukan dengan hedging. Secara ke-
seluruhan industri, porsi transaksi derivatif
domestik sebesar 34 persen, tertinggal jauh
dibanding peer countries sekitar 55 persen
(BIS Triennial Survey, 2013).
Dukungan OtoritasAkumulasi tekanan rupiah meneguhkan
pemerintah dan BI mendorong korporasi
BUMN memitigasi risiko. Melalui Peraturan
Menteri PER-9/MBU/2013, Menteri BUMN
mewajibkan BUMN memantau risiko dan
memitigasinya, termasuk melalui hedging.
Diutamakan hedging dilakukan dengan
counterpartyBUMN di sektor keuangan. Bila
BUMN di sektor keuangan itu tidak mampu
memenuhi, transaksi bisa dilakukan dengan
pihak lain yang mampu.Di sisi perbankan, BI juga mendukung
BUMN memitigasi risiko melalui hedging
dengan peraturan 15/8/PBI/2013. BI menya-
takan bank dapat menyediakan kebutuhan
lindung nilai nasabah BUMN, misalnya un-
tuk pembayaran impor dan utang luar ne-
geri sebagai underlying transaksi. Lindung
nilai tersebut perlu didukung dokumentasi
formal dan diharapkan efektif sebagai ins-
trumen lindung nilai.
Selain mendukung stabilitas nilai tukar
dan mengembangkan pasar keuangan do-
mestik, langkah lintas otoritas mendorong
BUMN melakukan hedging juga memberimanfaat mikro dan makro. Di sisi mikro, miti-
gasi risiko ini mengarahkan korporasi BUMN
fokus pada core bussiness tanpa terganggu
risiko pasar dan meningkatkan kualitas tata
kelola BUMN.
Di ranah makro, penggunaan lindung
nilai mengurangi dominasi pembelian dolar
AS secara today. Melalui forward, misalnya,
bank domestik mempunyai kelonggaran
waktu memenuhi kebutuhan dolar nasabah
korporasi, semisal dalam waktu satu bulan.
Transaksi forwardjuga memecah konsentra-
si pembelian todaymenjadi transaksi yang
lebih kecil dengan waktu yang tersebar.
Tekanan terhadap rupiah lebih terkendali,
sekaligus menekan biaya korporasi BUMNyang umumnya dalam bentuk dolar AS.
Untuk mendorong keberhasilan imple-
mentasi hedging oleh BUMN, setidaknya
ada lima langkah dapat dilakukan. Pertama,
penegasan pada auditor dan auditee bahwa
untung atau rugi transaksi hedging diper-
lakukan sebagai pendapatan atau biaya.
Hedgingdipandang sebagai transaksi deri-
vatif dengan underlyingtransaksi. Misalnya,
pembelian dolar forwarduntuk pembayaran
utang luar negeri. Kerugian transaksi for-
ward dipandang sebagai biaya, sebaliknya
keuntungannya dipersepsikan penerimaan.
Kedua, perlunya hukum ditegakkan ber-dasar kesepakatan kontrak. Praktik yang
acap muncul adalah perusahaan membatal-
kan kontrak secara sepihak bila transaksi
hedgingdinilai merugikan. Sebagai contoh,
importir membeli dolar AS secara forward1
bulan dengan harga Rp 11.600 per dolar AS.
Ternyata satu bulan ke depan saat transaksi
jatuh waktu, harga dolar AS justru turun ke
Rp 11.000 per dolar AS.
Dalam situasi itu, nasabah kerap memi-
lih ngemplang membatalkan kesepakatan
kontrak pembelian forward. Celakanya,
pengadilan sering memenangkan gugatan
perusahaan nakal dengan dalih perlindung-
an konsumen. Kepercayaan pada lembaga
peradilan sangat dibutuhkan untuk menga-
wal prinsip fairnesssesuai kontrak perikatan
yang disepakati.
Ketiga, perlunya perbaikan tata kelola
arus kas. Keempat, perbankan perlu mening-
katkan limit transaksi kepada nasabah kor-
porasi. Selama ini, limit cenderung terbatas
karena bank khawatir nasabah tidak menye-
lesaikan transaksi sesuai kontrak. Kelima,
perlu dukungan bank sentral khususnya
saat bank domestik tidak mampu menye-
diakan kebutuhan hedgingnasabah.
Terkait dukungan bank sentral, BI telah
menyiapkan lelang FX Swap secara reguler.Instrumen ini memberikan kesempatan pa-
da bank untuk meneruskan sebagian tran-
saksi hedgingnasabah ke bank sentral. Bila
pasar telah berkembang, transaksi hedging
cukup dipenuhi sesama pelaku pasar dan
bank sentral hanya memantau transaksi
tersebut bukan spekulasi.
Harapannya, kinerja BUMN pun semakin
mengkilap lewat cara yang sehat, termasuk
menggunakan fasilitas lindung nilai. Se-
tidaknya sakit kepala saat pembayaran im-
por jatuh tempo bisa sedikit berkurang.u
FOKUS
GATOT MIFTAHUL MANANDepartemen Pengelolaan Moneter
Mendorong HedgingBUMN
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
7/16
7EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
FOKUS
Pada Juli 2013, The Fed mengumumkan
akan segera mengurangi kucuran quanti-
tative easing. Pasar keuangan langsung
bereaksi. Para pedagang valuta asing di
Singapura melihat peningkatan besar
transaksi hedging, terutama dari para importir. Pada
saat yang sama, hampir semua mata uang di Asia
serentak melemah terhadap dolar AS.
Peningkatan permintaan lindung nilai ternya-
ta tak hanya datang dari kawasan Asia yang juga
mengkhawatirkan pelemahan ekonomi Cina. Se-
jak awal tahun hingga Oktober 2013, perbankan
Amerika pun melaporkan peningkatan hedging
sebesar 35 persen. Permintaan hedgingdi Amerika
rata-rata untuk mata uang emerging market.
Sebuah firma penjual valuta asing di Singapura
menyebutkan perusahaan Asia lebih banyak me-
milih hedging jangka panjang terhadap dolar AS.
Di Amerika, yang terjadi adalah kebalikannya, me-
milih tenggat tiga hingga enam bulan saja. Banyak
pelaku hedgingdi Amerika dinilai tak tak yakin de-
ngan arah pergerakan nilai tukar sekarang. Dalam
bahasa lain, prospek ekonomi ke depan tak teraba.Di Asia, yang mata uangnya tak banyak diper-
dagangkan, pilihan hedgingpaling populer masih
non-deliverable forward (NDF) dan cross currency
swap. Masalahnya, pihak yang mau melepas dolar
AS secara forward semakin sulit didapat saat ba-
nyak orang memburu mata uang itu. Kecuali, ada
premi menggiurkan, dan jelas mahal.
Muncullah kemudian synthetic forwardalias for-
ward jadi-jadian, untuk mengakali fenomena itu.
Langkah pertama, beli dolar AS sekarang untuk
disimpan jangka panjang, meski suku bunga yang
didapat sangat rendah. Bersamaan, pinjam mata
uang asing yang diprediksi melemah.
Adapun cross currency swap dilakukan ketika
ada dua pihak saling menukar dua mata uang ber-
beda, dengan suku bunga yang disepakati ber-
sama. Praktik ini biasanya berjangka panjang. Saat
jatuh tempo, kedua mata uang dipertukarkan kem-
bali berdasarkan kurs dalam kontrak swap.
Mekanisme cross currency swap ini pernah di-
jalani PT Indorama Synthetics Tbk, perusahaan teks-
til untuk tujuan ekspor dengan bahan baku impor.
Transaksi Indorama ini merupakan contoh buah
manis hedging.
Pada Maret 2001, Indorama meraup dana Rp 1
triliun dari penerbitan obligasi berjangka lima tahundengan kupon setara SBI tiga bulan. Dana itu kemu-
dian menjadi modal kontrak swapyang disepakati
bersama International Finance Corporation.
IFC menukar dana Rp 1 triliun itu dengan 115
juta dolar AS, menggunakan bunga LIBOR sebagai
acuan. Kurs yang disepakati saat kontrak dibuat
adalah Rp 8.695 per dolar AS.
Setiap kuartal selama lima tahun, Indorama
membayar cicilan beserta bunga dalam dolar AS
ke IFC. Sebaliknya, IFC membayar cicilan dan bunga
dalam rupiah kepada Indorama. Transaksi ini telah
membantu Indorama terbebas dari imbas fluktuasi
kurs dalam lima tahun. Saat jatuh tempo, kurs yang
berlaku adalah Rp 9.000 per dolar AS.
Memang tak semua hedging berakhir manis.
Misalnya seperti yagn dialami salah satu perusa-
haan operator telekomunikasi Indonesia. Peru-
sahaan itu melakukan transaksi interest rate swap
bersamaan dengan cross currency swap, senilai
Rp 2,5 triliun. Selama jangka waktu yang disepa-
kati, perusahaan tersebut membayar bunga kupon
mengambang, sembari menerima pembayaran
bunga kupon tetap.
Pada Desember 2004, utang hedging perusa-
haan itu tercatat 400 juta dolar AS. Masalahnya,
pada kurun 2005 sampai 2006, dolar AS melemah
terhadap rupiah. Tak pelak pada 2007, pilihan hed-
ging tersebut mencatatkan kerugian kurs hingga
mencapai Rp 653 miliar pada 2007.Mengutip kata Ross Niland, kepala penjualan
valuta asing JP Morgan, Tak melakukan hedging
sejak awal sebelum pergerakan pasar, sama saja de-
ngan ketinggalan kereta. Saat terbaik melakukan
hedgingadalah ketika huru-hara nilai tukar belum
muncul, saat pasar masih kalem-kalemnya.
Sayangnya, banyak perusahaan baru melaku-
kan hedgingsaat pasar uang mulai bergejolak, se-
hingga biaya lindung nilai jadi lebih mahal. Namun
barangkali, kalaupun sudah ada kereta yang terlan-
jur lewat maka setidaknya jangan sampai tertinggal
kereta berikutnya. Tabik.u
Hedging
Jangan Ketinggalan Kereta
Kalaupun sudahada kereta terlewat,
jangan ketinggalankereta berikutnya.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
8/16
8 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
LIPUTAN
Pagi 9 Oktober 2013, jadi pijakan ba-
ru bagi Mirza Adityaswara. Mulai
hari itu, Mirza menempati jabatan
sebagai Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia. Pagi 9 Oktober
2103, lelaki kelahiran 6 April 1965 ini meng-
ucapkan sumpah jabatan di depan Ketua
Mahkamah Agung.
Sebelum mengantongi Keputusan Presi-
den Nomor 113/P tahun 2013 tertanggal 30
September 2013, payung hukum pengang-
katannya, sederet strategi terkait kebankse-
tralan dia paparkan di parlemen. Dalam uji
kelayakan dan kepatutan, Mirza membawa-
kan makalah Reposisi Peran Bank Indonesia:
Nilai Rupiah, Pertumbuhan, dan Stabilitas.
Di depan para anggota Komisi XI DPR
yang mengujinya, Mirza menegaskan bahwa
stabilitas nilai tukar rupiah punya posisi vital
untuk membangun kepercayaan pelaku bis-
nis dan pasar keuangan. Tanpa kestabilan
(nilai tukar rupiah), banyak kesempatan bis-
nis menjadi tak feasible, kata dia.
Bila bisnis tak lagi feasible, lanjut Mirza,
output ekonomi yang dihasilkannya pun tak
bakal optimal bahkan rendah. Karenanya,
kata dia, peran Bank Sentral sebagai otoritas
moneter, menjadi punya peran sentral dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi.
Mirza pun berkeyakinan perlu ada repo-
sisi Bank Indonesia, terkait perannya dalam
perekonomian. Terutama, berkaitan dengan
keseimbangan kinerja perekonomian yang
rumit, mencakup nilai tukar rupiah, pertum-
buhan ekonomi, dan stabilitas.
Pemegang Sarjana Ekonomi dari Univer-
sitas Indonesia dan Master of Applied Finan-
ce Macquarie University, Sydney, Australia ini
berpendapat pula bahwa stabilitas rupiah
harus menjadi prioritas. Termasuk saat ke-
bijakan bank sentral diarahkan untuk lebih
mendukung pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian.
StrategiBerdasarkan paparan pemikiran terse-
but, Mirza pun menyampaikan sederet stra-
tegi untuk mewujudkannya. Penerapan
strategi itu pun, ujar dia, harus berlandaskan
analisis data, pendekatan sistematis, komit-
men, kerja sama, dan pemikiran yang kreatif.
Ada empat strategi utama yang ditawar-kan Mirza dalam kesempatan itu. Yaitu, kebi-
jakan moneter yang ramah pertumbuhan,
menempatkan Bank Indonesia sebagai garda
terdepan stabilitas keuangan, mendorong
kebijakan yang menuju terwujudnya sistem
keuangan modern, serta optimalisasi koordi-
nasi dan kerja sama.
Kebijakan moneter yang ramah pertum-
buhan alias growth friendly, menurut Mirza
akan dapat diwujudkan dengan tiga cara.
Pertama, memposisikan ulang peran Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di daerah sebagai
instrumen koordinasi operasi pasar. Kedua,
memastikan kredibilitas. Ketiga, meningkat-
kan peran perbankan dalam kebijakan mo-
neter.
Sedangkan untuk menjadi garda terde-
pan bagi stabilitas sistem keuangan, kata
Mirza, Bank Indonesia harus melakukan
monitoring terhadap kondisi perekonomian.
Dari pemantauan itu, Bank Indonesia pun
harus segera melakukan tindakan jika terjadi
gejolak.
Adapun sebagai upaya mendorong ter-
wujudnya sistem keuangan yang modern,
ujar Mirza, pengembangan pasar keuanganmerupakan peran strategis lain yang dimiliki
Bank Indonesia. Sektor keuangan, kata dia,
punya peran penting sebagai tulang pung-
gung perekonomian.
Industri keuangan yang dewasa dan se-
hat memungkinkan terlaksananya aktivitas
intermediasi yang efisien. Indikatornya, ku-
curan kredit yang melimpah tetapi berbiaya
murah.
Bagaimanapun, aktivitas konsumsi dan
investasi domestik yang tinggi akan ber-
ujung pada pertumbuhan ekonomi dan pe-
Menggagas
STRATEGI REPOSISIBANK INDONESIA
Reposisi diperlukan Bank Indonesiauntuk dapat berperan mewujudkankeseimbangan perekonomian, men-cakup masalah nilai tukar, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas perekonomian.
ERIK MULIAWANDepartemen Komunikasi
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
9/16
9EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
MONETARIA
MONETARIA
K
ontrak swapmerupakan transaksi di antara
dua pihak yang sepakat saling menukar-
kan arus kas di masa mendatang berdasar-
kan kesepakatan tertentu saat kontrak dibuat.
Dua bentuk kontrak swapyang jamak dilakukan
adalah interest rate swap(IRS) dan currency swap.
IRS adalah penukaran pembayaran suku
bunga pada periode tertentu, menggunakan
pembayaran suku bunga tetap untuk pemba-
yaran suku bunga mengambang. Misalkan se-
orang pengusaha punya utang ke sebuah bank,
dengan suku bunga mengambang LIBOR+1
persen per tahun. Kemudian, pengusaha dan
bank itu mengikat kesepakatan IRS dengan bu-
nga tetap 10 persen.
Bila suku bunga LIBOR pada masa men-
datang adalah 10 persen, maka bunga utang
pengusaha itu 11 persen. Namun, kontrak IRS
membuat pengusaha itu membayar bunga
utang 10 persen saja ke bank. Jika LIBOR pada
masa mendatang adalah 8 persen sehingga
bunga utangnya adalah 9 persen, pengusaha itu
tetap harus membayar bunga 10 persen karena
ada kontrak IRS.
Sedangkan currency swap adalah kesepa-
katan untuk membeli atau menjual valuta asing
kepada pihak lain untuk waktu tertentu di masa
mendatang, bersamaan dengan kesepakatan
untuk menjual atau membeli mata uang dari pi-
hak yang diajak membuat kesepakatan. Kesepa-
katan ini dibuat bersamaan di antara dua pihak
yang sama. Nilai kedua mata uang di masa men-
datang disepakati pada saat kontrak dibuat.u
Swap
ningkatan kesejahteraan. Tingkat penetrasi keuang-
an yang lebih tinggi juga diperlukan agar kebijakan
moneter dapat berjalan lebih efektif.
Soal koordinasi dan kerja sama, alumni Leaders
in Developmentdari Harvard, Kennedy School of Go-
vernment dan Executive Programdi Darden School of
Business, University of Virginia ini mengatakan bah-
wa krisis global mengajarkan pentingnya koordinasi
dan kerja sama diantara regulator.
Selain dengan regulator, Bank Indonesia pun
menurut Mirza perlu pula meningkatkan koordinasi
dengan pihak lain. Di antaranya, sebut dia, otoritas
moneter asing dari negara-negara ASEAN+3 dan G3,
dalam rangka koordinasi negara-negara yang ber-
batasan. Juga, lanjut dia, dengan instansi di dalam
negeri, baik di tingkat lembaga seperti Bulog, mau-
pun kementerian, pemerintah daerah, dan BUMN.
Strategi kerja sama dengan otoritas moneter ne-
gara lain, papar Mirza, juga punya korelasi dengan
upaya memperkuat cadangan devisa. Membuka
jalur swap, sebut dia, dapat dilakukan baik dalam
kerangka bilateral maupun multilateral terkait hal ini.
Jalur tersebut memungkinkan Indonesia meme-
nuhi kebutuhan likuiditas valuta asing di saat sulit,
misalnya ketika terjadi turbulensi ekonomi, sehingga
tekanan terhadap nilai tukar rupiah dapat dikurangi.
Tak hanya mementingkan jumlah nominal maupun
jalurnya, imbuh Mirza, kerja sama ini juga harus
mempertimbangkan kualitas seperti kemudahan
akses.u
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
10/16
10 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
Sebagai lembaga publik, Bank Indo-
nesia punya kewajiban menyediakaninformasi sesuai ketentuan dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan InformasiPublik. Untuk mengoptimalkan layanan infor-
masi, Senin (28/10/2013), Bank Indonesia me-luncurkan layanan contact centerbaru.
Bank Indonesia menyematkan nama BI-
CARA, untuk layanan tersebut. Nama itu me-
rupakan kependekan dari BI Call and Inter-
action. Peresmian (soft launching) layanan ini
dilakukan oleh Deputi Gubernur Senior BankIndonesia Mirza Adityaswara.
Sebelum peluncuran BICARA, selama ini
permintaan layanan informasi dilayani mela-
lui jalur telepon dan surat elektronik (e-mail).
Kehadiran BICARA diharapkan mendorong
pengelolaan informasi publik yang lebih baik
dan efisien.
BICARA merupakan solusi strategis un-
tuk pengendalian dan pengelolaan arus
permintaan informasi publik. Fasilitas ini
berlokasi di lantai dua Menara Sjafruddin
Prawiranegara, Jakarta. Dengan hadirnya
BICARA, semua layanan call centerdi satuan
kerja akan diintegrasikan.
Direktur Eksekutif Departemen Komuni-
kasi Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah,
mengatakan peluncuran di lingkungan inter-
nal bertujuan menumbuhkan rasa memiliki
(sense of belonging) atas BICARA. Soft launch-
ing ini juga sekaligus menandai dimulainya
sosialisasi dan edukasi layanan informasi
publik melalui layanan contact center yang
terpadu, untuk kalangan lebih luas di internal
Bank Indonesia.
Mirza dalam sambutan peresmiannya
menyatakan kehadiran BICARA menunjuk-
kan Bank Indonesia peduli soal transparansi,
efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, serta
tanggung jawab. "Menunjukkan bahwa kami
menyadari pentingnya keterbukaan informa-
si sebagai bagian dari good governance," kata
dia.
FasilitasBICARA menyediakan dua fasilitas layan-
an. Pertama, Visitor CenterGerai Info di lobi
Menara Sjafrudin Prawiranegara. Fasilitas ini
menangani layanan informasi secara lang-
sung kepada masyarakat.
Fasilitas di lobi menara tersebut sudah
beroperasi sejak 2008. Kehadiran BICARA
mengintegrasikannya ke dalam fungsi layan-
an informasi publik. Dalam 'struktur' BICARA,
layanan ini ditandai sebagai 'visitor center'.
Fasilitas layanan kedua adalah call cen-
ter di nomor 500-131. Layanan inilah yang
menempati lantai dua Menara Sjafruddin
Prawiranegara. Inilah layanan yang bisa dibi-
lang sebagai fasilitas teranyar dan baru ber-
operasi per Oktober 2013.
"Kami semua berharap agar call center
ini tidak hanya sekadar menjadi check listpe-
menuhan (ketentuan) undang-undang," kata
Mirza. Kehadiran call center, ujar dia, harus
dapat memberikan manfaat berupa pening-
katan layanan informasi publik sekaligus me-
nyerap masukan yang dapat menajamkan
kebijakan Bank Indonesia.
Ke depan, pengembangan BICARA akan
dilakukan bertahap. Tahun ini, program BI-
CARA adalah mengintegrasikan layanan in-
formasi Departemen Komunikasi dengan
dua satuan kerja lain di Bank Indonesia, yakni
DPSP dan DKSP. Integrasi ini dilakukan bersa-
maan dengan penggunaan perangkat lunak
standar pencatatan call center.
Pada 2014, integrasi akan diperluaske satuan kerja lain. Targetnya, dalam satu
hingga dua tahun sejak diluncurkan, semua
layanan informasi publik di Bank Indonesia
sudah menyatu dalam wadah BICARA.
Selain visitor centerdan call center, BICA-
RA juga ditunjang aplikasi layanan informasi
publik lain. Seperti, website, akun Twitter, e-
mail, surat, fax, dan kunjungan masyarakat.
"Saya percaya contact centerini akan sema kin
berkembang, sekaligus mengembangkan
efektivitas dan efisiensi layanan informasi
publik Bank Indonesia," kata Mirza.u
RUANGBACA
BICARA
=BI Call andInteraction
Kehadiran BICARA menunjukkan Bank Indonesia peduli soaltransparansi, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, serta tanggung jawab.
WAHYU INDRA SUKMA
Departemen Komunikasi
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
11/16
11EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
GERAICANDA
KUIS
Jawab pertanyaan berikut dan rebuthadiah menarik dari Gerai Info BankIndonesia:
Mengapahedging
oleh BUMN sempatberpotensi punya implikasi hukum?
Apa skema hedgingyang paling seder-
hana?
Jawaban dapat dikirimkan ke e-mail:
[email protected] lam-
bat 10 Januari 2014. Di dalam subyek
e-mail, cantumkan Kuis Gerai Info Edisi
Oktober 2013, dan di dalam e-mail
sertakan pula nama lengkap, alamat,
profesi, dan nomor telepon yang dapat
dihubungi.
Pemenang akan diumumkan dalam
Gerai Info Bank Indonesia
edisi Januari 2014.
1
2
Budi bercerita kepada seorang teman soal kesulitannya
tidur pada malam hari. Beragam obat sudah dijajal, le-
lap tetap tak menyambangi.
Mungkin kamu tak perlu obat. Coba saja cara tradi-
sional, kata Parjo, teman Budi. Apa itu? tanya Budi. Coba
kau menghitung dan niatkan sungguh-sungguh untuk
tidur. Itu latihan untuk fokus dan melupakan urusan seha -
rian, papar Parjo dengan mantap.
Pulanglah Budi. Hari berganti, sepekan kemudian
mereka bertemu lagi. Bagaimana? Sudah bisa tidur seka-
rang? tanya Parjo. Tips-mu itu nyaris berhasil, kawan. Tapi,
nyaris saja, jawab Budi.Kenapa? tanya Parjo. Kamu lupa kawan, kalau aku ini
petinju, kata Budi. Apa hubungannya? tanya Parjo.
Budi pun menjawab, Setiap hitungan kelima, aku mu-
lai mengantuk. Hitungan ketujuh, mataku sudah terpejam.
Tapi setiap kali hitungan kedelapan aku pasti bangun lagi,
seperti perintah pelatihku setiap kali aku dipukul jatuh la-
wan tanding.u
Petinju Susah Tidur
Nama Pemenang Kuis Gerai Info BankIndonesia Edisi Agustus 2013.
1. SuryonoAlamat : Jl. Sutisna Senjaya 19
Tasikmalaya
2. Indra Gunawan SAlamat : Jl. Kelapa Hijau IX Blok Q2/12,
Komp Billymoon, Kalimalang,Jaktim
3. Rahmat HidayatAlamat : Regensi Melati Mas F10/26
Tangerang
Djalu13
Djalu13
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
12/16
12 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
E
konomi dunia hari ini tidak bisa lagi
diselesaikan dalam satu wilayah
dengan satu mata uang saja. Mun-
cullah variabel bernama nilai tukar
alias kurs, di antara beberapa mata
uang yang dipertukarkan. Masalahnya, kurs
bukan lagi barang mati yang bisa dipasti-
kan nilainya setiap saat.
Kebijakan moneter Bank Sentral Ameri-
ka dan imbasnya pada perekonomian glo-
bal dapat menjadi contoh kasus dinamika
fluktuasi kurs. Ketika ekonomi Amerika
terpuruk dan harus ditopang stimulus The
Fed, dolar AS pun turun harga. Sebalik-
nya, ketika wacana pengurangan stimulus
diumumkan, para pelaku ekonomi melihat
akan ada pengetatan fiskal di Amerika, ter-
jadi penguatan kurs dolar AS.
Pada situasi tersebut, hedgingatau lin-
dung nilai bak asuransi yang meminimal-
kan ancaman kerugian dari transaksi bisnis.
Tantangannya, lindung nilai tetap bukan
tanpa risiko, karena tetap melibatkan pra-
kiraan terkait kurs pada masa mendatang.
Ada kalanya hedgingmemberikan nilai
tukar yang lebih murah daripada harga
pada masa mendatang. Namun tidak tertu-
tup kemungkinan sebaliknya, kurs hedging
melebihi nilai tukar pada masa mendatang
dan muncul kerugian.
Kerugian dalam transaksi hedging bisa
menjadi temuan audit ketika pemahaman
soal lindung nilai belum utuh. Implikasi hu-kum pun dapat menyertai ketidakutuhan
pemahaman tersebut, terutama bila meli-
batkan perusahaan milik negara atau per-
usahaan dengan penyertaan modal negara.
Padahal, kerugian maupun keuntung-
an dalam hedging semestinya adalah bia-
ya atau pendapatan sebagai bagian dari
manajemen risiko. Pemahaman soal hed-
ging dan akuntansi hedging merupakan
jembatan yang menghubungkan kepen-
tingan lindung nilai untuk transaksi bisnis
dengan prinsip pencatatan akuntansi dan
perhitungan laba rugi.
Untung-Rugi HedgingMisal, seorang importir harus memba-
yar barang yang dibelinya seharga 100 ribu
dolar AS, dengan tenggat waktu tiga bulan.
Pilihannya, dia membayar dengan membeli
dolar AS pada saat jatuh tempo waktu pem-
bayaran, atau melakukan transaksi hedging
untuk mendapatkan dolar menggunakan
transaksi forwardtiga bulan.
Tak pernah ada yang dapat memasti-
kan berapa nilai tukar dolar AS pada tiga
bulan mendatang. Bila memilih membeli
dolar AS pada saat jatuh tempo, maka im-
portir ini akan mengikuti kurs saat itu. Se-
mentara harga melalui transaksi forward,
ditentukan pada saat kesepakatan dibuat.
Katakanlah, kurs saat dia membeli
barang adalah Rp 11.000, lalu tiga bulan
kemudian kurs yang berlaku adalah Rp
11.500. Sementara kurs forward pada saat
kontrak dibuat tiga bulan sebelum jatuh
tempo adalah Rp 11.100.
Bila importir memilih membeli dolar
AS untuk membayar barangnya tepat pada
saat jatuh tempo, maka rupiah yang harus
dia bayarkan sesuai kurs mencapai Rp 115juta. Sementara bila memakai forward, ru-
piah yang dibutuhkan sesuai harga kontrak
adalah Rp 111 juta. Ada Rp 4 juta dapat di-
hemat dan menjadi keuntungan hedging
untuk kebutuhan mendapatkan sejumlah
dolar AS yang sama.
Ketepatan membuat prakiraan nilai tu-
kar pada masa mendatang, menjadi salah
satu faktor kunci hedging. Prakiraan ini pun
menjadi tolok ukur keefektifan manajemen
risiko, untuk menjadikan hedging sahih
dipakai dalam akuntansi hedging dan me-
nempatkan kerugian sebagai biaya tran-saksi dan keuntungan sebagai penerimaan.
Tak Asal HedgingDi Indonesia, penerapan akuntansi hed-
ging merujuk pada ketentuan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55, de-ngan revisi terakhir dirilis pada 2006. Ada
beberapa syarat harus dipenuhi dalam pe-nerapan akuntansi hedging. Di antara aturan
yang ditetapkan adalah soal rentang efek-
tivitas hedgingpada kisaran 80-125 persen.Rentang efektivitas itu memberi batas
terendah dan tertinggi kemungkinan se-
lisih, baik lebih maupun kurang, dari hedg-
ing. Inilah fungsi dari persyaratan keharus-
an keberadaan underlying sebagai dasar
transaksi hedging.
Dalam kasus utang importir di atas, saat
kurs spot di masa mendatang adalah Rp
11.500 per dolar AS, ada keuntungan Rp 4
juta dibandingkan bila membeli spotpada
saat jatuh tempo. Sementara selisih harga
spot dengan harga barang yang menjadi
jaminan transaksi, adalah Rp 5 juta. Propor-
si yang terjadi adalah Rp 4 juta berbanding
Rp 5 juta, setara 80 persen.
Sedangkan ketika kurs di masa menda-
tang ternyata Rp 10.500 per dolar AS, maka
nominal yang harus dibayarkan adalah Rp
105.000 bila membeli di pasar spot. Ada
kerugian hedgingRp 5 juta di sana. Semen-
tara selisih antara nominal dengan hedging
atau tanpa hedging adalah Rp 6 juta, se-
hingga proporsinya adalah 120 persen.
Proporsi itu sekaligus menjadi prasyarat
netralitas atau off setdari transaksi hedging
dibandingkan transaksi tanpa hedging, baik
saat untung maupun rugi. Dalam hedg-
ing, dimungkinkan terjadi offsetting profit/
lossinstrumen lindung nilai dengan hedged
item pada periode yang sama, sehingga
berdampak netral.
Dalam konteks terjadi pelemahan nilaitukar mata uang lokal, kerugian dari utang
berbentuk valuta asing tertutupi keun-
tungan dari transaksi forward. Bila seluruh
prasyarat hedging berbasis underlying ini
terpenuhi, maka diksi untung dan rugi
dalam hedging dapat dinyatakan sebagai
penerimaan dan biaya dalam pencatatan
akuntansi hedging. Kekhawatiran implikasi
hukum dari kerugian negara di perusahaan
BUMN atau dengan modal penyertaan ne-
gara yang melakukan hedgingpun semes-
tinya tertepis.u
PERSPEKTIF
WIDYA OCTAVIA DIAN APDepartemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Bila seluruh prasyarat hedgingber-basis underlyingini terpenuhi, makadiksi untung dan rugi dalam hedgingdapat dinyatakan sebagai peneri-maan dan biaya dalam pencatatanakuntansi hedging.
Mendudukkan Untung Rugidi Neraca Hedging
12 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
13/16
13EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
PERSPEKTIF
Dulu, para orang tua menabung dalam bentuk emas, ter-
masuk untuk mengumpulkan biaya pergi haji. Mereka
menyimpan emas dalam bentuk perhiasan, saat logam
batangan belum populer. Hari ini, langkah mereka bisa
disebut sebagai 'lindung nilai' alias hedgingdalam ben-
tuk aset.
Menyimpan emas, memberi lindung nilai untuk biaya haji dari
gerusan inflasi. Pada 2000, ongkos naik haji (ONH) per orang ditetap-
kan Rp 25 juta yang setara 333 gram emas dan pada 2013 menjadi
Rp 35 juta yang setara 70 gram emas. Artinya, hedginguntuk biaya
haji dengan menyimpan emas itu berhasil.
Biaya haji terpenuhi, bahkan ada 'keuntung-
an' didapat.Ada beragam aktivitas hedgingterjadi di
pasar keuangan. Pelakunya terutama ada-
lah mereka yang berisiko dengan nilai tukar
mata uang, misalnya importir dan pemilik
utang luar negeri. Aktivitas ini pun punya
manfaat lebih luas untuk pasar keuangan.
Salah satu ciri pasar keuangan yang
dalam adalah ketika pelaku pasar punya
banyak pilihan instrumen untuk melakukan
hedging, termasuk berupa aset. Memakai
contoh ONH, para calon jamaah haji seka-
rang punya pilihan lebih luas untuk hedging,
seperti sukuk ritel atau reksadana syariah.
Pasar keuangan yang dalam juga akanmeminimalkan kejadian dan biaya krisis,
sekaligus meningkatkan kapasitas pengelo-
laan arus modal masuk. Pada era keterbuka-
an pasar finansial, arus modal dapat dengan
mudah keluar dan masuk suatu negara.
Bagi pasar keuangan yang dangkal,
mudah dan cepatnya modal keluar masuk
berpotensi memberikan guncangan terha-
dap mata uang domestik. Pilihan instrumen
yang terbatas akan mendorong para inves-
tor berlaku homogen, bertumpu pada jenis investasi tertentu saja.
Bagi pasar keuangan yang dalam, luasnya pilihan instrumen akan
menjadi basis bagi investor, sehingga guncangan di satu sektor ter-
tentu belum tentu berkorelasi dengan sektor lain.
Realita dan TerobosanPasar keuangan yang tak efisien, terutama sebagai akibat dari
asimetri ekonomi, menimbulkan biaya tinggi yang menjadikan
perekonomian tak kompetitif di tingkat global. Sayangnya, berdasar
beragam penilaian termasuk dari Bank Indonesia, pasar keuangan
Indonesia saat ini relatif tidak efisien, kurang likuid, dan dangkal.
Ketika pasar keuangan masih dangkal, dengan 30 persen surat
berharga negara (SBN) dimiliki non-residen, harga SBN akan serta-
merta jatuh saat terjadi pembalikan arus modal. Kecenderungannya,
investor domestik akan mengikuti aksi jual investor non-domestik.
Pasar SBN yang hanya bergerak di satu sisi memperberat tekanan
jual, pada akhirnya menekan nilai tukar rupiah.
Baik saat rupiah menguat maupun melemah, pelaku pasar cen-
derung tetap membeli dolar AS, sangat terbatas pelaku mengambil
posisi jual. Padahal, pasar keuangan merupakan sarana utama yang
menjembatani kebijakan moneter dan sektor riil, sekaligus sarana al-
ternatif pembiayaan bagi perekonomian selain dari perbankan.
Berkaca pada situasi itu, Bank Indonesia menginiasi akselerasi
pendalaman pasar sejak 2012. Tiga sasaran jangka pendek dipa-
tok. Yaitu, membuat transaksi valuta asing lebih efisien dan murah,
memberi pilihan instrumen yang beragam, serta memperbanyak
jumlah pelaku pasar untuk meningkatkan daya serap pasar meng-
hadapi penawaran dan permintaan.
Lima pilar pengembangan pasar pun ditegakkan secara paralel
dan terintegrasi. Yakni, aspek regulasi dan standardisasi, market dan
instrumen, infrastruktur, peningkatan dukungan kelembagaan, ser-
ta edukasi dan sosialisasi.
Koordinasi di antara otoritas pasar
keuangan pun diperkuat, dengan memper-
timbangkan pula aspek makroprudensial ditengah kondisi perekonomian global yang tak
menentu. Hedgingmerupakan salah satu pro-
gram pendalaman pasar keuangan.
Mengacu pada lima pilar di atas, dilaku-
kanlah pelonggaran ketentuan transaksi de-
rivatif untuk keperluan lindung nilai, dengan
mengedepankan prinsip kehati-hatian. Dari
sisi operasional, dilakukan pula penyempur-
naan administrasi dokumen transaksi lindung
nilai untuk mengurangi beban bank.
Pengembangan instrumen pasar valas
dilakukan dengan mendorong penggunaan
instrumen lindung nilai jangka panjang. Mi-
salnya, interest rate swap (IRS) dan cross cur-rency swap (CCS), dan interbank swap. BI juga
mendorong berkembangnya pasar keuangan
syariah, termasuk instrumen hedgingsyariah.
Dari sisi kelembagaan, BI menggandeng
Badan Pemeriksa Keuangan sebagai auditor
negara serta Kementerian Keuangan dan Ke-
menterian BUMN untuk mendorong hedging
oleh BUMN. Dibangun bersama persepsi yang
sama mengenai hedging, termasuk berbagi
pemahaman bahwa 'kerugian' dalam hedging
merupakan biaya transaksi. Bersama Kementerian Keuangan diba-
has pula masalah lindung nilai SBN dengan IRS.
Terobosan lain yang dapat dipertimbangkan untuk mening-
katkan instrumen hedging adalah mewajibkan seluruh instansipemerintah melakukan hedgingnilai tukar. Pewajiban hedgingakan
memitigasi risiko nilai tukar instansi pemerintah yang dalam opera-
sionalnya berurusan dengan valas.
PLN, misalnya, bisa menerapkan hedginguntuk pembayaran im-
por listrik dan peralatan terkait kegiatan usahanya. Demikian pula PT
KAI, dalam pengadaan kereta dan peralatan teknis.
Bahkan urusan penyelenggaran haji, semestinya tak mustahil
menerapkan hedginguntuk ONH yang rentan terekspos nilai tukar.
Bila saja dilakukan hedging, adalah niscaya ONH dapat di-fixedsejak
awal. Tak akan ada lagi cerita calon jamaah haji harus menambah bi-
aya menjelang keberangkatan karena terjadi pelemahan nilai tukar
rupiah.u
Memperdalam Pasar dengan Hedging
SHELLY KRISMIRINDA KOSASIHDepartemen Kebijakan Makroprudensial
Bagi pasar yang dalam, guncangan di satu sektortertentu belum tentu berkorelasi dengan sektor lain.
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
14/16
14 EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
PER
ISTIWA&HUMANIORA
Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu
Anda dapat mengubah dunia - Nelson Mandela.
Ini adalah kutipan Nelson Mandela yang menginspirasi Bank Indo-
nesia untuk berbagi pengetahuan tentang bank sentral kepada
publik. Tanpa terkecuali, dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Salah satu langkah konkret yang ditempuh, memasukkan kuriku-
lum bank sentral di Perguruan Tinggi.
Kamis, 24 Oktober 2013, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry
Warjiyo menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Zulkiefli-
mansyah yang mewakili Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). Dua insti-
tusi ini sepakat bekerja sama mengembangkan ilmu tentang bank sen-
tral dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Tidak hanya nota kesepahaman. Bank Indonesia juga menyepa-
kati kerja sama pengembangan mata kuliah kebanksentralan di per-
guruan tinggi dan bantuan dana penelitian. Kerja sama disahkan
dengan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara Iskandar Simorangkir,
Kepala Departemen Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, dan Wied
Yunianto, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTS.
SPK adalah penjabaran MoU yang berisi butir-butir kesepaham-
an. Beberapa hal yang diatur meliputi tiga kegiatan utama. Yakni,
pengembangan mata kuliah kebanksentralan di UTS, pemberian ban-
tuan dana penelitian, dan membuka kesempatan bagi mahasiswa
UTS magang di BI.
Jumlah perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Bank Indo-
nesia terus bertambah. Saat ini sudah 48 perguruan tinggi. BI akan
terus meningkatkan peran dalam mendorong pengembangan ke-
giatan edukasi kebanksentralan di dunia akademisi, jelas Iskandar
dalam sambutannya.
Bank Indonesia berharap kerja sama pengembangan mata kuliah
kebanksentralan dengan UTS dapat berjalan baik. Tak hanya itu, kerja-
sama ini akan memberi warna berbeda serta lebih bagi pengem-
bangan mata kuliah kebanksentralan.u
Kolaborasi Pendidikan Kebanksentralan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Provinsi Sumatra
Barat dan Departemen Komunikasi Bank Indonesia bekerja
sama dengan Kick Andy Foundationmemberikan bantuan ke-
pada dua pejuang inspiratif yang berjasa di bidang lingkungan dan
pendidikan. Kolaborasi ini dikemas dalam bingkai program Kick
Andy on Location.
Pejuang inspiratif pertama adalah petani bernama Kasmir Gindo
Sutan. Pada 2004 ia menjadi kader hutan dan pelestari lingkungan.
Sebelumnya, pada 2000, banjir bandang memporak-porandakan
kampung Kasmir di Padang Laweh Malalo, Tanah Datar, Sumatera
Barat. Kasmir terpanggil menjaga, merawat, dan melindungi hutan
yang ada di sepanjang Danau Singkarak, Sumatra Barat.
Hutan botak dan padang ilalang bekas banjir bandang, Kasmir
tanami dengan beragam pohon seperti kemiri dan mahoni. Hasil-
nya, sumber air yang dulu hilang, kini muncul kembali. Seribu hek-
tare lahan hutan pun bersemi di Bukit Patah Gigi yang dijaga dan
dirawat Kasmir setiap hari.
Pada 2009 Kasmir mendapat penghargaan Kalpataru, untuk
kategori perintis yang melindungi hutan dan menjaga delapan
belas mata air. Namun, Kasmir masih ingin menanam paling tidak5.000 pohon lagi. Jumlah yang gagal atau rusak setelah penanam-
an dulu, sekarang masih belum ditanam ulang karena kami perlu
ongkos untuk menanamnya, ujar Kasmir.
Pejuang inspiratif kedua adalah Nancy Eradona, seorang guru
SMP. Tak sekadar guru, karena dia pun merintis sekolah gratis un-
tuk para siswa dari keluarga tak mampu, anak terlantar, dan putus
sekolah. Yayasan Humaira Minangkabau, nama sekolah gratis di
Batang Kabung, Padang, itu.
Awalnya, sekolah Nancy menampung anak-anak usia PAUD, TK,
SD, SMP, hingga SMA. Keterbatasan dana dan pengajar memaksa-
nya menutup PAUD dan TK. Maklum, sekolah Nancy tak memungut
satu sen pun dari para siswa. Para guru yang mengajar di sekolah
Nancy juga adalah para relawan, berlatar mahasiswa dan komuni-
tas. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung menjadi ham-batan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ini.
Kepada kedua pejuang inspiratif ini, Bank Indonesia menyerah-
kan bantuan senilai total Rp 150 juta melalui Kick Andy Founda-
tion. Kasmir mendapatkan pohon-pohon dan perlengkapan yang
dibutuhkannya, senilai Rp 50 juta. Sekolah Nancy mendapatkan
beragam sarana belajar dan perbaikan fasilitas senilai Rp 100 juta.
Bantuan diserahkan langsung oleh Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah VIII Provinsi Sumatera Barat, Mahdi Mahmudy.
Pengampu acara Kick Andy, yakni Andy F Noya, hadir pula di lokasi,
sekaligus merekam bahan siaran untuk program Kick Andy on Loca-
tion yang disiarkan Metro TV.u
Mengapresiasi Inspirasi Bersama Kick Andy
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
15/16
15EDISI 43uOKTOBER 2013uTAHUN 4uNEWSLETTER BANK INDONESIA
PER
ISTIWA&HUMANIORA
Central Banking Course
Bank Indonesia menjadi tuan rumah pelatihan internasional Bank
Indonesia Central Banking Course (BI-CBC) bagi pegawai bank
sentral se-Asia Pasifik pada 21-25 Oktober 2013. Mengang-
kat tema Applied Econometrics for Central Bankers se-Asia Pasifik,
pelatihan dibuka oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas.
Tujuan utama pelatihan adalah meningkatkan kapasitas analisa
para pejabat bank sentral di kawasan Asia Pasifik. Yaitu, melalui pe-
ningkatan keterampilan teknis yang berkaitan dengan perumusan
kebijakan bank sentral. Juga, memfasilitasi knowledge sharing di
antara bank sentral dalam merumuskan kebijakan ekonomi makro.
Pelatihan pun bertujuan memperkuat kerja sama antar-bank sentral
se-Asia Pasifik, sehingga stabilitas kondisi ekonomi makro regional
dapat dicapai.
Pelatihan diikuti 32 peserta, terdiri atas 17 peserta internasional
dan dari 14 negara, dan 15 pegawai Bank Indonesia. Narasumber pe-
latihan adalah Ben Gardiner dari Cambridge Econometrics London
dan Pawel Zabcyk dari CCBS Bank of England, Prof Dr Ari Kuncoro
dari Universitas Indonesia, Prof Dr Insukindro dari Universitas Gadjah
Mada, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Hartadi A Sarwono,
Direktur LPPI, serta narasumber internal dari Bank Indonesia yakni
Harmanta dan Rizki E Wimanda.Selama lima hari, para peserta mendapatkan bekal berupa ra-
gam teori penggunaan model makroekekonomi dalam formulasi
pengambilan kebijakan ekonomi, paradigma ekonometri dan me-
tode estimasi, ekonometrik dan time series modellinguntuk kebijakan
moneter, teori VAR dan forecastingkebijakan moneter, serta aplikasi
ekonometri dalam rangka pengambilan kebijakan moneter.
Paket pelatihan teori tersebut diakhiri dengan workshopaplikasi
ekonometrika dengan contoh data dari lima negara terpilih. Dengan
pola pelatihan yang memadukan teori dan praktik, peserta diharap-
kan akan lebih mudah memahami materi pelatihan, menerapkan-
nya dalam penyusunan kebijakan bank sentral masing-masing, dan
mengembangkannya.u
K
antor Perwakilan Bank Indone-
sia Daerah Istimewa Yogyakarta
bekerja sama dengan Komunitas
Tangan Di Atas Kampus Jogja,
Sabtu (19/10/2013), menyeleng-
garakan Diskusi Entrepreneurship 2013.
Pembicara utama diskusi asalah Menteri
BUMN Dahlan Iskan.
Ratusan anak muda yang
haus ilmu kewirausahaan mema-
dati acara. Tak kurang 500 ma-
hasiswa menyesaki Ruang Bang-
sal Mataram Kantor Perwakilan
BI DI Yogyakarta. Sebagian besar
berasal dari Yogyakarta. Seba-
gian yang lain datang dari Jawa
Tengah, Jawa Timur, bahkan dari
Maluku dan Papua.
Hadir di tengah para maha-siswa, Kepala Perwakilan Bank
Indonesia DI Yogyakarta, Arief
Budi Santoso dan jajarannya.
Tema diskusi adalah Bisnis ala
Sepatu Kets. Pengusaha muda
Yogyakarta turut urun suara di dalamnya,
antara lain Hanafi Rais dari Lembaga Pen-
didikan Budi Mulia dan Nanang Syaifurozi
dari Rumah Warna.
Bersepatu kets, yang sudah menjadi
cirinya, Dahlan berbagi tips yang mengan-
tarkannya sukses berbisnis sebelum men-
jadi menteri. Selalu optimistis, fokus, dan
harus mempunyai target, sebut dia. Ke
depan, tambah Dahlan, bisnis yang ber-
kembang adalah yang mengedepankan
kreativitas.
Dahlan pun menantang para peserta
memaparkan ide kreatif yang layak menja-
di bisnis. Sontak beberapa peserta menja-
wab tantangan itu. Beragam ide terkait
pendidikan, kuliner, dan kerajinan, satu
per satu disebutkan di panggung acara.
Ternyata banyak peserta yang sudah me-
rintis usaha.
Lalu, Dahlan bertutur pula tentang
perjalanan masa mudanya saat berjuang
membangun bisnis. Dia mengatakan in-
tuisi bisnisnya banyak tertempa justru ke-
tika menjadi wartawan, yang setiap hari
dikejar deadline. Semakin sering kepepet,
semakin baik, ujar dia, separuh berbagi
tips, separuh bercanda.
Pengalaman terbiasa kepe-
pet, kata Dahlan, membuat dia
selalu optimistis dalam kondisi
paling sulit sekalipun. Misal, saat
usahanya kekurangan dana.
Pada saat bersamaan dia harus
menjaga kepercayaan bank
maupun mitra bisnis, yang me-
nurut dia merupakan salah satu
syarat penting bila bisnis ingin
berkembang dan membesar.
Diskusi menjadi semakinsemarak saat seorang peser-
ta nekat meminta sepatu kets
Dahlan untuk kenang-kenang-
an. Tak dinyana, Dahlan spontan
melepas sepatunya, dan tetap
mengikuti acara dengan nyeker alias tak
bersepatu.
Selesai diskusi, satu lagi rahasia sepatu
kets Dahlan ungkap. Kali ini kepada warta-
wan yang meliput kegiatan. (Pakai sepatu
kets) supaya bisa lari kencang. Kanpeng-
usaha harus gerak cepat.u
Tips Bisnis alaSepatu Kets Dahlan Iskan
-
7/23/2019 Gerai Info BI Oktober 2013
16/16
16
EKSPOSE
Lagi-lagi Amerika menjadi pemicu
gonjang-ganjing perekonomian
dunia, meskipun bukan lagi fak-
tor tunggal. Mengawali krisis ke-
uangan global pada 2008 dengan
skandal subprime mortgage, Amerika pun
kembali menggoyang ekonomi dunia de-
ngan wacana pengurangan stimulus yang
dulu dikucurkan untuk selamat dari krisis
itu.
Pengurangan stimulus (tapering)
berarti pengetatan likuiditas di Amerika.
Namun dampaknya meluas. Arus modal
akan berbalik ketika harga instrumen ke-
uangan di negara maju kembali mening-
kat karenanya. Harga dolar AS pun bakal
menguat lagi.
Bagi negara berkembang, apalagi
yang punya porsi utang besar dalam va-
luta asing dan neraca perdagangannya
dipenuhi angka impor, mahalnya dolar AS
berarti defisit terancam membesar. Sudah
begitu, nilai tukar mata uang lokal mele-
mah, inflasi karena kenaikan barang pun
tak terhindarkan. Likuiditas bakal kembali
menjadi isu.
Stabilitas, mau tak mau harus menjadi
prioritas. Perlu ada upaya agar stabilitas
sektor keuangan tetap terjaga. Termasuk
di perbankan. Jangan sampai likuiditas di
perbankan kering sementara kredit yang
mengucur pun masih lebih kencang un-
tuk kebutuhan konsumsi.
Karenanya, Bank Indonesia merevisi
kebijakan terkait giro wajib minimum
(GWM) sekunder dan GWM berbasis
proporsi pinjaman terhadap simpanan
masyarakat di perbankan (loan to deposit
ratioatau LDR). Kebijakan diterbitkan pa-da 26 September 2013 dan mulai berlaku
secara bertahap pada 1 Oktober 2013.
Kebijakan ini untuk memperkuat li-
kuiditas perbankan, ujar Deputi Gubernur
BI Perry Warjiyo. Tujuan lainnya, menjaga
stabilitas harga, mengendalikan inflasi,
dan akhirnya memperkuat stabilitas pe-
ngendalian keuangan. Ketiga tujuan ini
bisa tercapai (dengan kebijakan) dalam
instrumen penguatan likuiditas, sebut
Perry.
Rincian PerubahanAda tiga jenis GWM yang sekarang
berlaku di Indonesia. Pertama, GWM pri-
mer, yakni simpanan minimum yang wa-
jib dipenuhi bank berupa rekening giro di
Bank Indonesia.
Kedua, GWM sekunder, yakni cadang-
an minimum yang wajib dipenuhi bank
dalam rupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI),
dan Surat Berharga Negara (SBN). SDBI
adalah instrumen yang baru diperhitung-
kan untuk GWM per 1 Oktober 2013.
Ketiga, GWM-LDR simpanan minimum
perbankan dalam rupa saldo rekening
giro di Bank Indonesia, dengan perhitung-
an yang mengaitkannya ke selisih antara
LDR bank dan rentang target LDR yang
ditentukan.Saat ini GWM primer ditentukan se-
besar 8 persen, baik untuk simpanan
masyarakat di bank (DPK) berupa rupiah
maupun valuta asing. Perubahan peratur-
an tak mengusik aturan soal GWM primer
yang ditetapkan pada 2010.
Adapun GWM sekunder yang pada
2010 ditetapkan sebesar 2,5 persen, seca-
ra bertahap dinaikkan menjadi 4 persen
dalam aturan baru. Tahapannya, per 1
Oktober sampai 31 Oktober 2013, GWM
sekunder naik menjadi 3 persen. Lalu per
1 November sampai 30 November 2013,
naik lagi menjadi 3,5 persen. Terakhir, per
2 Desember 2013, GWM sekunder dipatok
minimal 4 persen.
Penyesuaian GWM berbasis LDR dila-
kukan per 2 Desember 2013. Besaran
GWM-LDR yang pada 2010 ditetapkan di
kisaran 78-100 persen, dipersempit men-
jadi 78-92 persen.
Bila LDR kurang dari 78 persen, ma-
ka bank akan dikenakan tambahan
GWM sebesar 10 persen (0,1) dari selisih
persentase kekurangan LDR (78-x per-
sen) dikalikan dengan nominal simpanan
masyarakat di perbankan. Bila bank me-
menuhi kisaran GWM-LDR, maka bank
hanya dikenakan aturan GWM sesuai ke-
tentuan yang baru.
Lalu, ketika LDR bank melampaui 92
persen tetapi memiliki rasio kecukupan
modal (CAR) minimal 14 persen, tidak ada
tambahan kewajiban GWM yang dikena-
kan. Namun, bila LDR bank melampaui
92 persen dan CAR kurang dari 14 persen,
bank dikenakan tambahan GWM sebesar
20 persen (0,2) selisih kelebihan LDR (x-
92 persen) dikalikan nominal simpanan
masyarakat di bank itu.
Deputi Gubernur BI Halim Alam-
syah mengatakan, sejauh ini LDR masih
aman. Uji ketahanan perbankan menda-
patkan pada 2013 likuiditas perbankan
masih akan mampu memenuhi penarik-
an hingga 18,2 persen. Sementara per
Mei 2013 angka kucuran kredit tercatat
Rp 2.887 triliun dan simpanan tabungan
masyarakat Rp 3.349 triliun, dengan Rp
2.843 triliun dalam bentuk rupiah.Direktur Eksekutif Departemen Komu-
nikasi BI Difi Ahmad Johansyah menga-
takan, ketentuan baru soal GWM ini erat
kaitannya dengan kondisi perekonomian
Indonesia yang bergejolak akibat faktor
dari dalam dan luar negeri. Untuk meng-
antisipasi berbagai risiko dari dinamika
perekonomian saat ini, dibutuhkan kondi-
si likuiditas perbankan yang kuat dan me-
madai guna mendukung stabilitas mone-
ter dan sektor keuangan, kata Difi.u
Aturan Baru GWM
Menjaga Likuiditas PerbankanDibutuhkan kondisi likuiditas perbankan yang kuat dan memadai guna mendukung stabilitas moneter dan sektor keuangan.
16