Download - Penentuan Kawasan Rawan Banjir
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
1/20
KELOMPOK 11B 2013 1
PENENTUAN KAWASAN RAWAN BANJIR DI KECAMATANPATEBON
(Arithmatic analysis)
Latar Belakang
Secara geografis, letak Negara Indonesia dikelilingi oleh
lautan. Disamping itu pada daratan di wilayah Negara Indonesia
juga banyak terdapat sungai, danau, dan telaga. Hal ini
memberikan dampak positif dan negatif untuk Negara Indonesia
sendiri. Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kondisi
seperti ini adalah salah satunya bencana banjir yang tiap tahun
terus melanda beberapa wilayah di negara kita ini.
Pada kuartal pertama tahun 2012 ini telah terjadi sekitar 91kasus banjir di Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Sementara, jika dihitung dari pertengahan tahun 2011,
telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sejak tahun
1815-2012 sudah terjadi lebih dari 4000 kasus banjir di Indonesia.
Data diatas merupakan data yang dicatat oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), belum termasuk kasus yang
tidak tercatat oleh BNPB di masa lalu disebabkan kurangnya
jaringan informasi di masa lalu. Data ini menunjukkan lebih dari
80% kasus banjir di Indonesia dari tahun 1815-2012 terjadi dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir.
Masalah banjir menjadi suatu permasalahan yang hingga
kini masih menghantui masyarakat di beberapa wilayah yang
menjadi langganan banjir di Indonesia. Disamping negara kita
menjadi daerah rawan bencana, permasalahan ini juga
diperparah oleh kondisi masyarakat kita yang juga kurang peduli
dengan lingkungan. Pasalnya, berbagai upaya yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan ini tidak memberikan hasil yang
diharapkan. Beberapa daerah tersebut tetap saja terkena banjir.
Hal ini mesti dilakukan tindakan yang lebih tegas mengenai
permasalahan ini. Secara umum penyebab banjir di Indonesia
disebabkan meluapnya air sungai yang kemudian membanjiri
daerah di sempadan sungai, serta hujan deras yang diikuti
longsor yang diakibatkan hutan yang ditebangi sehingga tidak
dapat menahan laju air yang menuruni lereng gunung/bukit.
Salah satu daerah yang terkena bencana banjir disebabkan
oleh aliran sungai adalah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal.
Kabupaten Kendal di aliri oleh Sungai Bodri. Sungai Bodri ini
mengalir sepanjang Kabupaten Kendal, termasuk di Kecamatan
Patebon. Debit air sungai yang cukup deras sering menimbulkanbanjir terutama di beberapa kelurahan yang pemukimannya
dilewati oleh Sungai Bodri. Disamping itu wilayah Kecamatan
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
2/20
KELOMPOK 11B 2013 2
Patebon juga sering mendapat banjir kiriman dari beberapa
wilayah yang dialiri Sungai Bodri di Kabupaten Kendal.
Alasan pemilihan Kecamatan Patebon sebagai
pembahasan kawasan bencana ini karena masih minimnya
perhatian pemerintah terhadap pengawasan lokasi banjir seperti
kurang tegasnya pemerintah terhadap masyarakat yang
mendirikan rumah di sepanjang Sungai Bodri yang sangat rawan
untuk bencana banjir yang membahayakan rumah masyarakat
yang ada di Kecamatan Patebon.
Seiring perkembangan teknologi, dalam penentuan lokasi
bencana banjir akan lebih mudah dengan menggunakan SIG
(Sistem Informasi Geografis). Dengan menggunakan SIG
penentuan lokasi banjir dapat di analisis berdasarkan kesesuaian
lahan yang ada. Penetuan lokasi ini sangat penting karena
dengan demikian kita dapat melakukan perencanaan yang tepat
untuk wilayah tersebut. Sehingga dengan melakukan
perencanaan yang tepat terhadap wilayah lokasi banjir, untuk
jangka waktu beberapa tahun ke depan , secara perlahan
masalah ini akan teratasi.
Rumusan Masalah
Kecamatan Patebon terletak di Kabupaten Kendal .
Kecamatan Patebon tergolong dataran rendah yang berbatasan
langsung dengan Sungai Bodri. Pada musim penghujan,
Kecamatan Patebon sering kali dilanda banjir terutama wilayah
RW 01 di Kelurahan Wonosari yang terkena dampak paling parah.
Bencana banjir tersebut kerap menggenangi lahan pertanian
maupun pemukiman masyarakat mencapai puluhan hektar.
Penyebab utamanya adalah karena pendangkalan sungai. Selain
itu, sering terjadi penyebab lain seperti saluran pembuangan
yang tertutup/mati, penyempitan saluran irigasi, pengerukan
sungai yang tidak rutin, banyaknya bangunan di tepi sungai yang
menghambat akses dalam proses pengerukan, tanggul yang
perlahan-lahan beralih fungsi menjadi lahan pertanian, serta
banjir kiriman dari kecamatan sekitarnya.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah
menentukan kawasan yang rentan dilanda banjir denganmenggunakan aplikasi SIG teknik arithmatic overlay.
Selanjutnya dari beberapa kawasan yang rawan banjir
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
3/20
KELOMPOK 11B 2013 3
tersebut dapat dilakukan perencanaan yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut.
Sasaran
Untuk mewujudkan tujuan maka ada beberapa
sasaran yang harus dicapai. Yaitu :
a. Mengidentifikasi kawasan rawan banjir berdasarkan
perhitungan skoring 5 aspek yaitu buffer jaringan
sungai, curah hujan, jenis tanah, kelerengan dan
penggunaan lahan.
b. Menganalisis lokasi rawan banjir berdasarkan
identifikasi kawasan.
Ruang lingkup
Ruang Lingkup Makro
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bodri terletak pada
empat kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu
Kabupaten Kendal (45%), Kabupaten Semarang (6%),
Kabupaten Temanggung (48%) dan Kabupaten Wonosobo
(1%). Luas total DAS Bodri dari hulu hingga ke muara adalah
610,8 km2 yang terbagi atas 5 Sub DAS, yaitu Sub DASLutut, Sub DAS Logung, Sub DAS Putih, Sub DAS Blorong
dan Sub DAS Bodri Hilir. Muara Sungai Bodri berada di
Kabupaten Kendal. Secara astronomis, DAS Bodri terletak
pada koordinat geografis 6 51' 20" - r 18' 6" LS dan 109 55'
20" - 110 20' 48" BT.
Sumber :Pemprov Jateng. Dinas pengelolaan Sumberdaya
Air
_______ Batas wilayah DAS Bodri:
Utara : Laut Jawa
Timur : DAS Blorong, DAS Kendal dan DASBuntu
Selatan : Wilayah Sungai Progo Opak Serang
Barat : DAS Blukar
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
4/20
KELOMPOK 11B 2013 4
Ruang lingkup Mikro
Ruang lingkup mikro mencakup wilayah Kecamatan
Patebon seluas 443.000 ha. Kecamatan Patebon memiliki
18 kelurahan. Adapun batas-batas administrasi Kecamatan
Patebon antara lain tertera pada peta berikut ini :
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Kendal
KAJIAN LITERATUR
Sistem Informasi Geografis
SIG (Sistem Infromasi Geografis) merupakan sistem
informasi berbasis computer yang digunakan untuk mengolah
dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: Suatu komponen
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis
dan sumberdaya manusia yang bekerjasama secara efektif untuk
memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan
menampilkan data dalam suatu infromasi berbasis geografis.
SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang
berbasis computer. Proses ini dilakukan untuk membantu ketika
data geografis merupakan data yang besar, dan terdiri dari
banyak tema yang saling berkaitan. Dengan adanya karakteristik
data yang cukup rumit tersebut, SIG dapat menghubungkan
berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakanhasilnya. Oleh karena itu, aplikasi SIG dapat digunakan untuk
berbagai kasus yang berhubungan dengan data spasial.
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
5/20
KELOMPOK 11B 2013 5
SIG sebagai aplikasi pengolah data spasial mempunyai
berbagai jenis analisis tool. Masing-masing dari analisis tool
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda sesuai dengan
kriterianya. Salah satu analisa yang ada di analisis tool tersebut
adalah Arithmatic Analyst. Arithmatic Analyst merupakan salah
satu analisis tool yang ada diaplikasi SIG yang menerapkan
sebuah operasi matematis pada data spasial yang digunakan
dalam analisis. Operator matematis yang digunakan untuk
menjalankan operasi adalah penjumlahan, pengurangan,
perkalian, maupun pembagian.
Dalam laporan kali ini akan dibahas tentang penentuan
kawasan rentan banjir menggunakan aplikasi SIG. analisis yang
digunakan dalam analisis ini adalah Arithmatic Analyst. Data yang
digunakan dalam penentuan kawasan rentan banjir ini adalah
jumlah sungai yang ada di wilayah studi, daya tamping sungai,
dan intensitas curah hujan. Dari data-data tersebut nantinya akan
dioperasikan dengan Arithmatic Analyst untuk menemukan
output analisis berupa kawasan rentan banjir.
BanjirBanjir merupakan permasalahan umum yang terjadi di
sebagian wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk
misalnya di kawasan perkotaaan. Oleh karena itu kerugian yang
ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun kerugian jiwa.
Maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan
perhatian yang serius dan merupakan permasalahan kita semua.
Dengan anggapan bahwa, permasalahan banjir merupakan
masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak perlu
memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan
sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang
ditimbulkan.
Program pengendalian banjir membutuhkan dana besar
yang diperlukan untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan pengamaman maupun pengendalian banjir. Di
samping itu, masyarakat yang berada pada daerah rawan banjir
setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir.
Dengan dana yang terbata pengendalian banir harus dilakukan
seoptimal mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan
prioritas yang baik.
Akibat peningkatan jumlah penduduk, lahan yang
dibutuhkan akan makin besar sehingga juga meningkatkan nilai
ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu di daerah yangapdat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir perlu
ditingkatkan. Dengan perkataan lain pengendalian banjir ini
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
6/20
KELOMPOK 11B 2013 6
bertujuan untuk memperkecil tingkat resiko bahaya/kerugian
akibat banjir yang akan timbul.
A. Sebab Terjadinya Banjir
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir.
Namun secara umum penyebab banjir dapat
diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang
disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang
disebabkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk dalam
sebab-sebab alami diantaranya adalah:
Curah hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang
tahun mempunyai dua musim yaitu musim hujan umumnya
terjadi antara bulan Oktober samapai bulan Maret, dan
musim kemarau terjadi anatara bulan April sampai bulan
September. Pada musim penghujan, curah hujan yang
tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilaman
melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau
genangan.
Pengaruh fisiografiFisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,
fungsi dan meiringan daerah pengaliran sungai (DPS),
kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material
dasar sungai), lokasi sungai, dan lain-lain merupakan hal-hal
yang mempengaruhi terjadinya sungai.
Kapasitas drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai
drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga
kota-kota tersebut sering menjadi langganan banir di
musim hujan.
Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan
manusia adalah:
Perubahan kondisi DPS
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan
perubahan tataguna lainnya dapat memperbutruk masalah
banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-
persamaan yang ada, perubahan tataguna lahan
memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya
kuantitas dan kualitas banjir.
Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai,
merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
7/20
KELOMPOK 11B 2013 7
dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir
daerah perkotaan.
Drainase lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan
bantaran dalam menampung debit air yang tinggi. Drainase
lahan juga terkait dengan jenis tanah suatu kawasan
dimana perbedaan jenis tanah menunjukkan tekstur dan
daya permeabilitas tanah yang berbeda beda
Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat
mengurang kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang,
tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir
yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang
tinggi. Limpasan pada tanggul saat terjadi banjir dapat
menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan
kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya
tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.
Sungai
Menurut Maryono (2005), sungai adalah wadah dan jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh sempadan sungai. Sempadan
sungai sering juga disebut sebagai bantaran sungai. Namun ada sedikit
perbedaan, karena bantaran sungai adalah daerah pinggiran sungai
yang tergenang air saat banjir (flood plain). Sedangkan sempadan
sungai adalah daerah bantaran sungai ditambah lebar longsoran tebing
sungai (sliding)yang mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis dan lebar
bantaran keamanan yang diperlukan, terkait dengan letak sungai
(missal untuk kawasan pemukiman dan non pemukiman).
Sempadan sungai, teritama di daerah bantaran banjir,
merupakan daerah ekologi dan sekaligus hidrologis sungai yang sangat
penting. Secara hidrologis sempadan sungai merupakan daerah
bantaran banjir yang berfungsi dalam memberikan luapan banjir ke
samping kanan dan kiri sungai. Memelihara ekosistem sempadan yang
baik sudah dipastikan dapat menjaga konservasi air dan tanah di
sepanjang sungai. Komponen vegetasi sungai secara hidrologis dapatberfungsi sebagai retensi alamiah sungai yang bisa menghambat laju air
sungai ke hilir secara proporsional yang dengan demikian dapat
mengurangi frekuensi banjir dan erosi di sepanjang sungai.
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
8/20
KELOMPOK 11B 2013 8
Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan {Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, Pasal 1 (5)}. Permukiman
yang dimaksudkan dalam Undang-undang ini mempunyai lingkup
tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian
dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsi
permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
(Kumurur, 2006) .
Ada tiga pola pemukiman penduduk dalam hubungannya dengan
bentang alamnya, yaitu pola pemukiman memanjang, pola pemukiman
terpusat, dan pola pemukiman tersebar (Malik Abdul Karim,2009). Pola
pemukiman memanjang memiliki ciri pemukiman berupa deretan
memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.Dibawah ini akan dijelaskan beberapa pola pemukiman yang termasuk
dalam pola pemukiman memanjang.
1. Mengikuti Jalan
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri jalan.
Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di
dataran rendah yang morfologinya landai sehingga
memudahkan pembangunan jalan-jalan di pemukiman. Namun
pola ini sebenarnya terbentuk secara alami untuk mendekati
sarana transportasi.
2. Mengikuti rel kereta api
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri rel
kereta api. Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak
terdapat di daerah perkotaan terutama di DKI Jakarta dan atau
daerah padat penduduknya yang dilalui rel kereta api.
3. Mengikuti Alur Sungai
Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti
aliran sungai. Biasanya pola pemukiman ini terdapat di daerah
pedalaman yang memiliki sungai-sungai besar. Sungai-sungai
tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan
penduduk.
4.
Mengikuti Garis PantaiDaerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman
penduduk yang bermata pencaharian nelayan. Pada daerah ini
pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis pantai. Hal
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
9/20
KELOMPOK 11B 2013 9
itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan
ekonomi yaitu mencari ikan ke laut.
Seperti yang dijelaskan pada nomor 3 yaitu tipe pemukiman yang
mengikuti pola yang mengikuti alur sungai biasanya sering terkena
dampak banjir apabila banjir melanda sungai di sekitar perumahan
mereka. Selain itu, perumahan yang ada di sekitar sungai sering
menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan seperti adanya
tumpukan sampah dari limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh
masyarakat, hilangnya lahan di tepi sungai, dan lain-lain. Tentu hal
tersebut akan menyebabkan bahaya banjir. Oleh karena itu, adanya
kesadaran masyarakat dan upaya penanggulangan banjir dari
pemerintah merupakan hal penting yang harus segera direalisasikan.
DATA
Kondisi Fisik Kecamatan Patebon
Setiap wilayah memiliki karakteristik berbeda-beda yang
bisa digunakan sebagai dasar dalam proses perencanaan maupun
proses pengembangan wilayah tersebut. Karakteristik geologi
terdiri dari 9 aspek yang satu sama lain saling mempengaruhi
secara fisik dapat berupa letak dan luas wilayah, morfologi,
topografi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, dan
topografi.
Morfologi
Kecamatan Patebon memiliki 2 klasifikasi bentang
alam, yaitu fluvial dan pantai. Bentang alam pantai
terdapat di daerah yang berbatasan langsung dengan
pantai. Bentang alam fluvial terdapat di sepanjang aliran
Sungai Bodri. Selain itu, satuan bentuk lahan di Kecamatan
Patebon merupakan daerah bergelombang yang hampir
datar dan telah digunakan sebagai pusat aktivitas
masyarakat.
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
10/20
KELOMPOK 11B 2013 10
Topografi
Kondisi topografi yang dapat diamati pada wilayah
studi adalah karakteristik fisik berunsur pada kemiringan
dan ketinggian. Wilayah Kecamatan Patebon memiliki
ketinggian 0-5 mdpl yang merupakan kategori dataran
rendah. Kelerengan Kecamatan Patebon paling banyak
adalah 0 8 % yang menunjukkan bahwa Kecamatan
Patebon memiliki topografi landai.
Sumber : Bappeda Kab. Kendal (2010)
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
11/20
KELOMPOK 11B 2013 11
Litologi
Seluruh wilayah studi memiliki jenis litologi aluviun
yang berupa kerikil, kerakal, pasir dan lanau. Batuan yang
dapat ditemui di Kecamatan Patebon adalah kerikil,
kerakal, batu pasir, dan lanau. Jenis tanah di Kecamatan
Patebon adalah aluvium hidromorf, asosiasi aluvial kelabu,
dan mediteran coklat kemerahan. Jenis tanah aluvium
hodromorf dicirikan oleh warna gelap yang terjadi akibat
proses penggenangan.
Tanah aluvium hidromorf memiliki potensi untuk
ditanami padi karena jenis tanah ini merupakan jenis tanah
subur. Tanah alluvium biasanya terletak pada daerah datar
dan sedikit bergelombang. Tekstur tanah ini liat dengan
tingkat permeabilitas rendah, bersifat plastis saat basah,
dan keras saat kering. Penyebarannya di daerah dataran
alluvial sungai, dataran alluvial pantai, dan daerah
cekungan (depresi).
Tanah mediteran coklat kemerahan ditemukan pada
wilayah studi yang kondisi topografisnya berombak danberbukit. Tekstur tanah ini lempung liat dengan tingkat
permeabilitas sedang. Batuan induk penyusunnya berupa
batu kapur, batu endapan, dan tuff vulkanik. Sifatnya
gembur dan teguh sehingga dapat digunakan sebagai
kawasan terbangun.
Sumber : Bappeda Kab. Kendal (2010)
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
12/20
KELOMPOK 11B 2013 12
Hidrologi
Kondisi hidrologis Kecamatan Patebon dipengaruhi
oleh aliran Sungai Bodri yang terletak disekitar wilayah
Kecamatan Patebon. Pada kondisi eksisting, sungai
tersebut berfungsi sebagai bagian dari saluran drainase
dan irigasi. Kecamatan Patebon secara keseluruhan
merupakan Daerah Aliran Sungai Bodri bagian hilir
sehingga material dari hulu sungai Bodri paling banyak
mengendap di wilayah Patebon terutama kecamatan
Pidodo Kulon, Pidodo Wetan, Wonosari dan Kartika Jaya.
Kecamatan Patebon juga dikategorikan sebagai titik rawan
banjir.
Sumber : Bappeda Kab. Kendal (2010)
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
13/20
KELOMPOK 11B 2013 13
Klimatologi
Berdasarkan kondisi klimatologinya, Kecamatan
Patebon memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah
hujan 1,111 mm hingga 2000mm pertahun. Intensitas hujan
di Kecamatan Patebon termasuk dalam kategori yang
tinggi. Kesuburan tanah berpengaruh dengan kondisi
klimatologi sehingga menentukan jenis tanaman atau
tumbuh-tumbuhan yang dapat ditanami pada wilayah
studi.
Sumber : Bappeda Kab. Kendal (2010)
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
14/20
KELOMPOK 11B 2013 14
Penggunaan Lahan di Kecamatan Patebon
Sumber : BPS kabupaten Kendal, 2010
Gambar 3.4 Diagram Tata Guna Lahan Kecamatan Patebon
Sebagian besar wilayah Kecamatan Patebon
digunakan untuk permukiman, persawahan, dan tambak.
Luas lahan persawahan di Kecamatan Patebon adalah 14,11
km2, lahan pekarangan 11 km2, tambak dan kolam 7,01
km2, dan tanah tegalan 8,3 km2. Sebagian besar
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Lokasi wilayah yang terletak di tepi pantai tidak
menjadikan warga banyak berprofesi menjadi nelayan
karena kurang memaksimalisasi kekayaan alam yang
dimilki.
Sumber : Bappeda Kab. Kendal (2010)
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
15/20
KELOMPOK 11B 2013 15
ANALISIS
Flow Chart
KELERENGAN
JENIS TANAH
CURAH HUJAN
PENGGUNAAN LAHAN
SUNGAIMultiple ring
buffer (m)
25 , 100 , 250
Overlay(intersect)
Pen
yusunanatribut
Analisisatribut:Skoringdanpembobotan
ANAISIS TINGKAT KERAWANAN
Skor x bobot
Select by attribute
Sangat rawan : 7.1
Rawan : 5.9 7.0
Aman : 5.8
PETA KAWASAN RAWAN BANJIR
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
16/20
KELOMPOK 11B 2013 16
Analisis yang dilakukan dalam menentukan kawasan rawan banjir
adalah melakukan penyusunan atribut dan pembobotan. Dua proses
tersebut dilakukan setelah proses klasifikasi nilai dalam tiap parameter.
Setelah kedua proses tersebut selesai, dilanjutkan dengan tahap
analisis tingkat kerawanan banjir.
Skoring
Skoring dimaksudkan sebagai pemberian skor
terhadap masing-masing kelas dalam tiap parameter.
Pemberian skor ini didasarkan pada pengeruh kelas
tersebut tehadap banjir. Semakin tinggi pengeruhnya
terhadap banjir, maka skor yang diberikan akan semakin
tinggi.
a. Pemberian Skor Kelas Kemiringan
Kemiringan lahan semakin tinggi maka air yang
diteruskan semakin tinggi. Air yang berada pada lahan
tersebut akan diteruskan ke tempat yang lebih rendah
semakin cepat, dibandingkan lahan yang kemiringannya
rendah (landai). Sehingga kemungkinan terjadipenggenangan atau banjir pada daerah yang derajat
kemiringan lahannya tinggi semakin kecil .
Tabel II.1Skor Kelas Kemiringan Lahan
No. Kelas Skor
1. Datar (0%-8%) 9
3. Bergelombang (8%-15%) 7
4. Berbukit Kecil (15%-25%) 55. Berbukit (25%-40%) 3
6. Berbukit curam/terjal >40% 1
Sumbet : Primayuda (2006)
b. Pemberian Skor Kelas Tekstur Tanah
Tanah dengan tekstur sangat halus memiliki peluang
kejadian banjir yang tinggi, sedangkan tekstur yang kasar
memiliki peluang kejadian banjir yang rendah. Hal ini
disebabkan semakin halus tekstur tanah menyebabkan airaliran permukaan yang berasal dari hujan maupun luapan
sungai sulit untuk meresap ke dalam tanah, sehingga
terjadi penggenangan. Berdasarkan hal tersebut, maka
pemberian skor untuk daerah yang memiliki tekstur tanah
yang semakin halus semakin tinggi.
Tabel II.2Skor Kelas Tekstur Tanah
No. Kelas Skor1. Sangat Halus (kelas alluvium) 9
2. Halus (kelas alluvium hidromorf) 7
3. Sedang (kelas regosol) 5
4. Kasar (kelas mediteran) 3
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
17/20
KELOMPOK 11B 2013 17
No. Kelas Skor
5. Sangat Kasar (kelas litosol ) 1
Sumber: Primayuda (2006) (modifikasi)
c. Pemberian Skor Kelas Penutupan Lahan
Penggunaan lahan akan mempengaruhi kerawananbanjir suatu daerah. Penggunaan lahan akan berperan
pada besarnya air limpasan hasil dari hujan yang telah
melebihi laju infiltrasi. Daerah yang banyak ditumbuhi oleh
pepohonan akan sulit mengalirkan air limpasan. Hal ini
disebabkan besarnya kapasitas serapan air oleh
pepohonan dan lambatnya air limpasan mengalir
disebabkan tertahan oleh akar dan batang pohon,
sehingga kemungkinan banjir lebih kecil daripada daerah
yang tidak ditanami oleh vegetasi .
Tabel II.3Skor Kelas Penutupan Lahan
No. Kelas Skor
1. Sawah, Tanah Terbuka 9
2. Pertanian lahan kering, permukiman 7
3. Semak, Belukar, Alang-alang 5
4. Perkebunan 3
5. Hutan 1
6. Awan dan bayangan awan 1
Sumber: Primayuda (2006)
d. Pemberian Skor Kelas Curah Hujan
Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi
akan lebih mempengaruhi terhadap kejadian banjir.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemberian skor untuk
daerah curah hujan tersebut semakin tinggi. pemberian
skor kelas curah hujan dibedakan berdasarkan jenis data
curah hujan tahunan, dimana data curah hujan dibagi
menjadi lima kelas .
Tabel II.4Skor Kelas Curah Hujan
No. Kelas Skor
1. > 3000 mm (Sangat Basah) 9
2. 2501 mm 3000 mm (Basah) 73. 2001 mm 2500 mm (Sedang/Lembab) 5
4. 1501 mm 2000 mm (Kering) 3
5. < 1500 mm (Sangat Kering) 1Sumber: Primayuda (2006)
e. Skoring Kelas Buffer Sungai
Semakin dekat jarak suatu wilayah dengan sungai,
maka peluang untuk terjadinya banjir semakin tinggi. Oleh
karena itu, pemberian skor akan semakin tinggi dengan
semakin dekatnya jarak dengan sungai .
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
18/20
KELOMPOK 11B 2013 18
Tabel II.5Skor Kelas Buffer Sungai
No. Kelas Jarak Buffer Skor
1. Sangat rawan 0 25 m 7
2. Rawan >25 100 m 53. Agak rawan >100 m 250 m 3
Sumber: Nurjanah (2005) (Modifikasi)
Pembobotan
Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital
terhadap masing masing parameter yang berpengaruh terhadap
banjir. Makin besar pengaruh parameter terhadap kejadian banjir maka
bobot yang diberikan semakin tinggi
Tabel II.6Pembobotan variabel
No. Parameter Bobot
1. Kelerengan 2/10
2. Jenis tanah 2/10
3. Curah hujan 1/10
4. Penggunaan Lahan 2/10
5 Buffer Sungai 3/10
Sumber: Primayuda (2006) (Modifikasi)
2.7 Analisis Tingkat Kerawanan dan Resiko Banjir
Analisis ini ditujukan untuk penentuan nilai kerawanan dan
resiko sutu daerah terhadap banjir. Nilai kerawanan suatu daerah
tehadap banjir ditentukan dari total penjumlahan skor seluruh
parameter yang berpengaruh tehadap banjir. Nilai kerawanan
ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:K = Nilai kerawananWi = Bobot untuk parameter ke-iXi = Skor kelas pada parameter ke-i
Menurut Kingman (1991) untuk menetukan lebar interval
masing-masing kelas dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilaiyang didapat dengan jumlah interval kelas yang ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:i = Lebar intervalR = Selisih skor maksimum dan skor minimumn = Jumlah kelas kerawanan banjir
Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai
total nilai yang tinggi dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap
banjir akan mempunyai total nilai yang rendah. Dari tabel dibawah ini
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
19/20
KELOMPOK 11B 2013 19
menunjukkan tingkat kerawanan banjir berdasarkan nilai kerawanan
penjumlahan skor masing-masing parameter banjir.
Tabel II.7Nilai tingkat kerawanan Banjir
No. Tingkat Eq. Nilai
1. Sangat
Rawan
{[ i + Min] + i} .1
2. Rawan [[ i + Min] + 0.1] s/d [[
i + Min] + 0.1] + i
5.9 - 7
3. Aman i + Min 5.
Sumber: Primayuda (2006) (Modifikasi)
Masing-masing kelas kerawanan banjir tersebut mempunyai
kharakteristik Banjir yang dapat dilihat berdasarkan frekuensi, durasi,
dan kedalaman kejadian banjir
Tabel II.8Karakteristik banjir berdasarkan kelas kerawanan
Kelas
Kerawanan
Karakteristik Banjir
Frekuensi Durasi (hari)Kedalaman
genangan (m)
Aman Hampir tidak
banjir
- -
Rawan 1 2 tahun 1 2 hari 0.5 1.0
Sangat Rawan Setiap tahun 2 15 hari 0.5 3.0
Sumber: Primayuda (2006) dan Nurjanah (2005) (Modifikasi)
Setelah dilakukan langkah-langkah diatas, maka
didapatlah peta kerawanan banjir di Kecamatan Patebon :
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 11B 2013
-
7/24/2019 Penentuan Kawasan Rawan Banjir
20/20
KELOMPOK 11B 2013 20
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
SIG merupakan sebuah alat bantu bagi para perencana untuk
menganalisis wilayah perencanaannya. Hasil dari penentuan kawasan rawan
bencana banjir ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para
perencana / pengambil keputusan supaya tidak memfokuskan pembangunan
permukiman di kawasan rawan banjir. Selain itu, perlunya usaha mitigasi
bencana banjir pada kawasan ini seperti membangun tanggul, melaukan
pengerukan untuk meningkatkan kapasitas sungai serta melakukan usaha-
usaha lainnya dari hulu hingga hilir sungai sehingga mencegah terjadinya banjir
di sepanjang DAS Bodri.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Barus B. 2005. Kamus SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan 128 Diagram.Bogor: Studio Teknologi Informasi Spasial.
Hardaningrum, F. 2005. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem InformasiGeografis Untuk Analisa Limpasan Dan Genangan Air Hujan Di KabupatenSidoarjo. Program Pasca Sarjana, Program Studi Teknik Sipil, FTSP ITS. Surabaya
Kingma N. C. 1991. Natural Hazard: Geomorphological Aspect of Floodhazard.
ITC, The Netherlands.
Kurniawati, Retno. 2010. Evaluasi Kondisi Sub DAS Bodri Hilir dan Pengaruhnyaterhadap kualitas Lingkungan Pesisir. Semarang, Jawa Tengah [Tesis]Prodi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
Nurjanah I. 2005. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan MenggunakanSisitem Informasi Geografi (SIG) dan Penginderaan Jauh di KabupatenTanggerang, Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/M/2007 tentang pedoman
penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasanrawan gempa bumi
Primayuda A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir MenggunakanSistem Informasi Geografis: studi kasus Kabupaten Trenggalek, JawaTimur [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Utomo W. Y. 2004. Pemetaan Kawasan Berpotensi Banjir di DAS KaligarangSemarang dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis [skripsi].Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.