fiqih mengusap khuf (alas kaki)

Upload: rahmat-alfiansyah

Post on 26-Feb-2018

273 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    1/33

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    2/33

    Fikih Mengusap Khuf

    1

    @ @

    Penulis:

    Al-Ustadz Abu Abdil Muhsin

    Firanda bin Abidin as-Soronji, Lc.

    (Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah)

    Disebarkan dalam bentuk Ebook di

    Maktabah Abu Salma al-Atsari

    http://http://http://http://dear.to/abusalmadear.to/abusalmadear.to/abusalmadear.to/abusalma

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    3/33

    Fikih Mengusap Khuf

    2

    Hukum mengusap khufHukum mengusap khufHukum mengusap khufHukum mengusap khuf

    Disyariatkan menurut Al-Kitab dan As-Sunnah, serta ijmak

    Ahlus Sunnah wal Jamaah sesuai dengan firman Allah

    Subhanahu wa Taala

    Dan usaplah kepala-kepala kalian dan kaki-kaki kalian hingga ke

    mata kaki (Al-Maidah 6)

    Jika dibaca dengan majrur (mengkasrohkan huruf pada

    )

    maka merupakan dalil untuk mengusap kaki yang tertutup,

    adapun qiroah dengan mansub (memfathahkan pada ),

    maka dibawakan pada mencuci kedua kaki yang terbuka1.

    Adapun berdasarkan As-Sunnah, maka telah mutawatir hadits-

    hadits Nabi Shallallahu alaihi wa Salamtentang disyariatkannya

    hal ini. Sehingga Imam Ahmad berkata:

    ,,

    1Syarhul Mumti 1/183 dan fathul Bari 1/306, telah dibahas di Fiqh Wudlu

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    4/33

    Fikih Mengusap Khuf

    3

    Tidak ada dalam hatiku (keraguan) sedikitpun tentang

    mengusap (khuf). Ada empat puluh hadits dari para sahabat

    Nabi Shallallahu alaihi wa Salam. Ada yang marfu dan ada yang

    mauquf 2.

    Berkata Hasan Al-Bashri :

    ,

    Telah menceritakan kepadaku tujuh puluh orang sahabat Nabi

    Shallallahu alaihi wa Salam bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi

    wa Salam mengusap kedua khuf3

    Namun bolehnya mengusap khuf ini diselisihi oleh Syiah

    Rofidloh. Mereka telah menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jamah

    dalam masalah thoharoh pada tiga hal:

    1. Mereka tidak mencuci kaki-kaki mereka ketika berwudlu,

    tetapi mereka cukup mengusapnya (lihat fiqh wudlu).

    2. Mereka mengusap kaki mereka ketika wudlu tidak sampai ke

    kedua mata kaki tetapi hanya sampai ke punggung kaki.

    3.

    Mereka tidak mengusap kedua khuf, mereka memandang

    bahwa hal itu adalah harom, padahal mereka tahu bahwa

    salah seorang dari para sahabat yang meriwayatkan masalah

    2Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mugni 1/360.3Disebutkan oleh Ibnu Hajar dalan al- fath 1/306 dan dikuatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan

    dia menyebu tkannya dalam at- talkhis al-habir 1/158 dan dikuatkan juga oleh Ibnul Mundzirdalam Al-ausath 1/344 dan 1/427).

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    5/33

    Fikih Mengusap Khuf

    4

    mengusap khuf adalah Ali bin Abi Tholib Shallallahu alaihi

    wa Salam. Padahal Ali Shallallahu alaihi wa Salammenurut

    mereka adalah imamnya para imam4.

    Oleh karena itu sebagian ulama memasukkan pembahasan

    mengusap kedua khuf dalam buku-buku mengenai aqidah,

    padahal ini bukan masalah aqidah. Sebabnya adalah untuk

    menunjukan penyimpangan Syiah dalam masalah ini yang

    kemudian penyimpangan ini menjadi syiar mereka5

    Dan yang afdhol terhadap setiap orang adalah sesuai dengan

    keadaan kakinya. Maka bagi pemakai khuf -jika syarat-

    syaratnya telah terpenuhi- adalah mengusap khufnya dan dia

    tidak membuka khufnya dalam rangka mencontohi Nabi

    Shallallahu alaihi wa Salamdan para sahabatnya. Adapun bagi

    orang yang kakinya terbuka maka hendaknya dia mencuci

    kakinya tersebut dan janganlah dia bersusah payah untuk

    memakai khuf (kalau memang tidak dibutuhkan -pent) agar bisa

    diusap.

    Dan Nabi Shallallahu alaihi wa Salam mencuci kedua kakinya

    jika terbuka dan mengusap jika beliau memakai khuf6, sesuai

    dengan hadits Ibnu Umar Shallallahu alaihi wa Salamdari Nabi

    Shallallahu alaihi wa Salambahwasanya beliau bersabda :

    4(Syarhul Mumti 1/153)

    5(Syarhul Mumti 1/182)6(Zadul Maad 1/99 dan Al-Mugni 1/360)

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    6/33

    Fikih Mengusap Khuf

    5

    Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala menyukai rukhsoh-

    rukhsoh-Nya dilaksanakan sebagaimana Dia membenci

    dilakukannya kemaksiatan.7

    Dan juga hadits Ibnu Masud Shallallahu alaihi wa Salam dan

    Aisyah :

    Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala menyukai rukhsoh-

    rukhsoh (keringanan-keringanan)-Nya diterima sebagaimana dia

    menyukai dilaksanakannya azimah-azimah-Nya8.

    SyaratSyaratSyaratSyarat----syarat mengusap kedua khuf dan yangsyarat mengusap kedua khuf dan yangsyarat mengusap kedua khuf dan yangsyarat mengusap kedua khuf dan yangsemisalnyasemisalnyasemisalnyasemisalnya

    Khuf adalah penutup kaki hingga ke mata kaki atau lebih, yang

    terbuat dari kulit dan semisalnya.9 Agar bisa diusap (sebagai

    ganti mencuci kaki) harus memenuhi syarat sebagai berikut

    7Riwayat Ahmad dalam Al-Musnad 2/108 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam al-irwano 5648 Riwayat At-Thobroni dan Ibnu Hibban dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa

    3/11-13. Dan yang dimaksud dengan azimah adalah kewajiban. Sedangkan dalam shohihMuslim 2/786 no 1115 dari hadits Jabir :

    (Atas kalian

    terhadap rukhsoh Allah yang te lah Allahberikan keringanan bagi kalian)9Al-Fiqh Al-Islami 1/317

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    7/33

    Fikih Mengusap Khuf

    6

    1. Si pemakai dalam keadaan suci (bersih dari hadats)

    ketika memakai kedua khufnya

    Berdasarkan hadits Mugiroh bin Syubah Shallallahu alaihi wa

    Salam, beliau berkata :

    ":

    "

    Aku bersama Nabi Shallallahu alaihi wa Salamdalam safar, lalu

    aku turun untuk melepas kedua khufnya, maka Beliau

    Shallallahu alaihi wa Salamberkata :Tinggalkanlah kedua khuf

    tersebut (jangan dilepaskan pent), karena sesungguhnya aku

    memasukkan keduanya dan kedua kakiku dalam keadaan

    suci. Maka Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam pun

    mengusap kedua khuf beliau.10

    Jumhur Ulama mensyaratkan si pemakai khuf tersebut harus

    berthoharoh dengan air, jika dengan tanah (tayammum) maka

    tidak sah untuk mengusap khuf. Adapun madzhab Syafiiyyah

    membolehkan dengan tayammum.11

    Dan yang dirojihkan oleh Syaikh Utsaimin adalah pendapat

    jumhur, beliau berdalil dengan sabda Rosulullah Shallallahu

    alaihi wa Salam

    (kedua kakiku dalam

    10Riwayat Bukhori no 206 dan Muslim 1/230 dan 1/27411Al-Fiqh Al-Islami 1/325

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    8/33

    Fikih Mengusap Khuf

    7

    keadaan suci), hal ini menunjukan bahwa kedua kaki

    Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam telah dalam keadaan

    suci, sedangkan tayammum tidak berhubungan dengan kaki tapi

    dengan wajah dan kedua tangan. Oleh karena itu jika seseorang

    tidak mendapat air atau dia sakit sehingga tidak bisa

    menggunakan air untuk wudlu, maka dia menggunakan khuf

    walaupun dia tidak dalam keadaan suci, dan dia terus memakai

    khuf tersebut tanpa dibatasi oleh waktu sampai dia menemukanair (jika semula dia tidak mendapatkan air) atau sampai dia

    sembuh (jika semula dia sakit sehinga tidak bisa menggunakan

    air), karena kaki tidak ada hubungannya dengan tayammum.12

    2. Mengusap khuf hanya dilakukan untuk hadats kecil

    Berdasarkan hadits :

    :

    Dari Sofwan bin 'Asal Radhiyallahu anhuberkata :"Adalah Nabi

    Shallallahu alaihi wa Salammemerintah kami jika kami bersafar

    agar tidak melepaskan khuf-khuf kami selama tiga hari tiga

    12Majmu fatawa 4/174

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    9/33

    Fikih Mengusap Khuf

    8

    malam kecuali karena janabah, tetapi (tidak usah dilepas kalau

    hanya) karena buang air besar, buang air kecil, dan tidur"13.

    Maka tidak boleh mengusap khuf jika ditimpa junub atau hal-hal

    yang mewajibkan mandi.

    3. Mengusap dilakukan dalam waktu yang ditentukan

    secara syari

    Waktunya tersebut adalah sehari semalam bagi orang yang

    mukim, dan tiga hari tiga malam untuk orang yang

    bersafar, sesuai dengan hadits Ali bin Abi Tholib Shallallahu

    alaihi wa Salambeliau berkata :

    Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam menjadikan tiga hari tiga

    malam bagi musafir dan sehari semalam bagi yang mukim14

    Dan juga sesuai dengan hadits Sofwan bin Assal Shallallahu

    alaihi wa Salam yang telah lalu. Dan juga hadits Abu Bakroh

    Shallallahu alaihi wa Salam dari Nabi Shallallahu alaihi wa

    Salam:

    13Hadits shohih riwaya t Ahmad, Nasai, dan Tirmidzi , irwaul golil no 10414Riwayat Muslim 1/232 no 276

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    10/33

    Fikih Mengusap Khuf

    9

    ,

    Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Salam memberi

    keringanan (untuk mengusap khuf pent) bagi musafir tiga hari

    tiga malam, dan bagi mukim sehari semalam. Jika beliau bersuci

    maka beliau memakai kedua khuf beliau untuk mengusap

    keduanya. 15

    Kapankah mulai dihitung waktu tersebut ?. Ada tiga

    kemungkinan yang berhubungan dengan awal mulai dihitungnya

    waktu tersebut.

    Pertama :Dihitung mulai ketika memakai khuf. Dan ini adalah

    pendapat jumhur ulama.

    Kedua : Dihitung ketika pertama kali berhadats setelah

    memakai khuf. Dihikayat kan oleh Al-Mawardi dan As-Syasyi

    pendapat ini dari Hasan Al-Bashri.

    Ketiga : Dihitung ketika pertama kali mengusap khuf setelah

    berhadats16, dan ini adalah pendapat Al-Auzai, Abu Tsaur, satu

    riwayat dari Imam Ahmad, Dawud, dan disampaikan oleh Ibnul

    Mundzir bahwa ini adalah pendapat Umar bin Khottob

    Shallallahu alaihi wa Salam.

    15Riwayat Ibnu Khuzaimah 1/96, Ibnu Hibban dan Daruqutni, dan l ihat At-Talkhis Al-Habir

    1/15716Syarhul Mumti 1/186

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    11/33

    Fikih Mengusap Khuf

    10

    Dan ukuran waktu ini yang benar dihitung dari awal pertama kali

    mengusap khuf setelah berhadats dan berakhir waktu tersebut

    setelah dua puluh empat jam bagi orang yang mukim dan

    setelah tujuh puluh dua jam bagi musafir17. Dalilnya adalah

    dalam riwayat yang lain

    Orang yang mukim mengusap sehari semalam dan musafir

    mengusapselama tiga hari.18

    Dalam hadtis ini untuk menghitung waktu pengusapan harus

    ada pengusapan karena Rosulullah bersabda Orang mukim

    mengusap.musafir mengusap, dan ini tidaklah mungkin

    mulai dihitung waktunya kecuali dengan memulai pengusapanuntuk pertama kali.19

    Misalnya seseorang berwudlu untuk sholat subuh pada tanggal

    3. Setelah sholat dia memakai khuf lalu dia terus dalam keadaan

    suci hingga jam sembilan pagi. Kemudian dia berhadats dan

    belum berwudlu. Dia baru berwudlu pada jam dua belas siang

    untuk sholat dhuhur. Maka menurut pendapat yang benar

    bahwa hitungan waktu baru dimulai pada jam dua belas siang.

    17Syarhul Mumti 1/18718Dari hadits Abu Bakroh, diriwayatkan oleh Ibnu Majah no 556, Ibnu Abi Syaibah 1/179

    dan selain mereka. Berkata Ibnu Hajar dalam talkhis Al-habir 1/157 : Dishohihkan oleh

    As-Syafii dan dalam At-Taliq Al-Mughni 1/194 Dihasankan oleh Al-Bukhori (Syarhul

    Mumti 1/186,203)19Majmu fatawa 4/161,186

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    12/33

    Fikih Mengusap Khuf

    11

    Jika dia seorang mukim maka dia wajib membuka kedua

    khufnya pada jam 12 siang tanggal 4. Dan jika dia seorang

    musafir maka dia wajib membuka kedua khufnya pada jam 12

    siang pada tanggal 6.

    Perhatian :Jika seseorang mengusap khuf dan dia mukim lalu

    dia bersafar, maka menurut pendapat yang rojih waktu

    mengusapnya adalah dia menempurnakan waktu mengusap

    musafir (yaitu tiga hari tiga malam), karena dia bersafar. Dan

    demikian juga sebaliknya jika dia mengusap dalam keadaan dia

    bersafar lalu mukim, maka selanjutnya waktu mengusapnya

    adalah waktu mengusap mukim (yaitu sehari semalam).20

    4. Kedua khuf atau perban atau sorban harus dalam

    keadaan suci (tidak terkena najis)

    Jika terkena najis maka tidak boleh diusap. Dan kedua khuf

    atau perban atau sorban tersebut harus suci bukan merupkan

    najis aini/dzati (misalnya khufnya terbuat dari kulit himar atau

    kulit babi) dan juga bukan mutanajis (najis hukmi) yaitu asalnya

    suci namun terkena najis (misalnya khufnya terbuat dari kulit

    onta namun terkena najis). Namun jika khufnya mutanajis, lalu

    dibersihkan maka boleh diusap dan boleh sholat dengan

    menggunakan khuf tersebut. Ada yang mengambil dalil dari

    hadits Mugiroh Shallallahu alaihi wa Salamyaitu pada perkataan

    20Majmu fatawa 4/175,176

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    13/33

    Fikih Mengusap Khuf

    12

    Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam:

    (Sesungguhnya aku memasukkan keduanya dalam keadaan

    suci) bahwa ini menunjukan bahwa kedua khuf dalam keadaan

    suci. Namun pendalilan ini salah, sebab yang dimaksud dengan

    keduanya dalam keadaan suci adalah kedua kaki beliau,

    sebagaimana dijelaskan dalam lafal hadits yang lain yang

    diriwayatkan oleh Abu Dawud no 151 dengan lafal :

    (Sesungguhnya aku memasukkan kedua

    kakiku ke kedua khuf dan kedua kakiku dalam keadaan suci).

    Namun disana ada hadits yang lain yaitu hadits Abu Said Al-

    Khudri Shallallahu alaihi wa Salambeliau berkata :

    : "

    "

    ":

    "

    " :

    ,

    ) (

    Ketika Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salamsholat mengimami

    para sahabat, tiba-tiba beliau membuka kedua sendal beliau lalu

    meletakkannya di kiri beliau. Ketika kaum (para sahabat yang

    diimami Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam) melihat hal itu

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    14/33

    Fikih Mengusap Khuf

    13

    maka mereka (juga melepaskan dan -pent) melemparkan

    sendal-sendal mereka. Ketika Rosulullah Shallallahu alaihi wa

    Salamtelah menyelesaikan sholatnya maka beliau berkata :Apa

    yang membuat kalian membuang sendal-sendal kalian?, maka

    para sahabat menjawab :Kami melihat engkau melempar kedua

    sendal engkau maka kamipun membuang sendal-sendal kami,

    maka Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam berkata

    :Sesungguhnya Jibril Shallallahu alaihi wa Salam datangkepadaku lalu mengkhabarkan kepadaku bahwa ada kotoran

    (najis) pada kedua sendal tersebut. Lalu Rosulullah Shallallahu

    alaihi wa Salam berkata :Jika salah seorang dari kalian

    mendatangi mesjid maka hendaklah dia melihat (kedua alas

    kakinya pent), jika dia melihat ada najis atau kotoran maka

    hendaklah dia mengusapnya (menggosokkannya-pent) (di

    tanah) dan hendaknya dia sholat dengan kedua sendal

    tersebut21.

    Hadits ini menunjukan bahwasanya tidak boleh sholat dengan

    menggunakan sesuatu yang ada najisnya, dan karena najis jika

    diusap dengan air maka air tersebut akan terkotori dengan

    najis, maka tidak boleh mengusap dengan air22.

    21Diriwayatkan oleh Abu Dawud no 650 dan Ahmad 3/20,92 sedangkan riwayat )( merupakan riwayat Ahmad. Dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam shohih Abu dawud

    no 605 dan dalam al-irwa no 284

    22Syarhul Mumti 1/188

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    15/33

    Fikih Mengusap Khuf

    14

    5. Khuf tersebut harus menutupi anggota-anggota wudlu

    yang wajib dan harus tebal serta tidak boleh

    mensifatkan kulit.

    Madzhab Ahmad (dan juga dirojihkan oleh Syaikh Bin Baz)

    berpendapat bahwa tidak boleh nampak kulit kaki yang wajib

    dicuci ketika wudlu, apakah karena tipisnya khuf atau karena

    lembutnya khuf atau karena ada robekan-robekan pada khuf.

    Talilnya (sebabnya) :

    1. Karena jika nampak kulit kaki karena tipisnya khuf atau

    karena robekan maka yang nampak itu harus dicuci

    (sedangkan yang tertutup khuf dengan diusap), padahal

    tidak boleh digabungkan antara usapan dan cucian,

    keduanya tidak bisa bergabung dalam satu anggota wudlu.

    2.

    Adapun sebab tidak sah mengusap pada khuf yang lembut

    sehingga mensifatkan kulit kaki adalah sebab disyaratkan

    khuf itu adalah menutup, sedangakan khuf yang seperti ini

    tidak menutupi. Sebagaimana jika seseorang sholat dengan

    menggunakan baju yang mensifatkan kulit tubuhnya maka

    sholatnya tidak syah.

    Adapun madzhab Syafii, khuf yang mensifatkan kulit kaki tidak

    mengapa untuk diusap sebab kaki telah tertutup sehingga tidak

    bisa terkena air. Dan tidak mengapa walaupun nampak kulit

    kaki sebab kaki itu bukan aurot yang wajib untuk ditutupi

    (sehingga diqiaskan dengan baju yang digunakan untuk sholat

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    16/33

    Fikih Mengusap Khuf

    15

    adalah tidak tepat, sebab baju menutup aurot). Dan tidak ada

    dalil dalam sunnah yang menunjukan disyaratkannya kaki

    tertutup oleh khuf.

    Sebagian ulama menyatakan tidak disyaratkan khuf menutupi

    seluruh bagian kaki yang wajib dicuci. Sebab nas-nas yang ada

    tentang mengusap khuf adalah mutlaq. Dan apa yang datang

    dalam keadaan mutlaq maka wajib tetap dimut laqan. Maka

    siapapun yang menambah adanya syarat yang lain, dia harus

    membawa dalil. Sebab banyak para sahabat yang miskin, dan

    kebanyakan orang miskin mesti khuf-khuf mereka ada

    robekannya. Jika keadaannya seperti ini dan Rosulullah

    Shallallahu alaihi wa Salam tidak menjelaskannya maka hal ini

    menunjukan bahwa menutup seluruh kaki (dari jari kaki hingga

    mata kaki) bukanlah syarat. Dan inilah pendapat Syaikhul Islam

    Ibnu Taimiyah.

    Sedangkan talil mereka -bahwasanya bagian kaki yang nampak

    harus dicuci dan tidak boleh digabungkan dengan usapan- maka

    bantahannya adalah :

    1.

    Ini dibangun diatas pendapat mereka bahwa khuf harus

    menutup kaki. Dan ini telah terbantahkan.

    2. Khuf jika masih bisa dikatakan khuf23 (walaupun agak

    banyak robekannya) menurut apa yang diitlaqqan oleh

    23Asy-Syarhul Mumti 1/210

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    17/33

    Fikih Mengusap Khuf

    16

    sunnah maka bagian kaki yang nampak (karena robek)

    mengikuti hukum khuf, sehingga cukup diusap.

    3.

    Pendapat tidak blehnya digabungkan antara usapan dan

    cucian adalah salah, sebab untuk masalah perban (akan

    datang penjelasannya nanti) boleh digabungkan antara

    cucian dan usapan.

    6. Khufnya harus mubah bukan haram yaitu dengan

    curian ataupun rampokan dan juga bukan dari sutra

    (bagi laki-laki)

    Karena yang namanya keharoman ada dua. Pertama yaitu

    dzatnya sudah harom seperti sutra untuk laki-laki, sepatu yang

    ada gambar-gambar yang bernyawa. Yang kedua yaitu harom

    karena usaha mendapatkannya, seperti khuf yang diperoleh

    dengan mencuri atau merampok. Maka tidak sah mengusap

    pada kedua macam model khuf ini. Karena mengusap khuf

    adalah rukhsoh maka tidak boleh dipergunakan untuka

    bermaksiat. Selain itu pendapat yang menyatakan bolehnya

    (sahnya) mengusap pada kedua macam khuf ini konsekuensinya

    adalah pengakuan terhadap bolehnya memakai hal yang harom

    ini, padahal keharoman itu wajib untuk diingkari24.ini adlah

    24 (Syarhul Mumti 1/189 dan Al-mugni 1/373 dan ini adalah fatwa Syaikh Bin Baz)

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    18/33

    Fikih Mengusap Khuf

    17

    Madzhab Malikiyah dan Hanabilah. Sedangkan Syafiiyyah tidak

    mensyaratkan hal ini.25

    7. Setelah diusap, khuf tidak dilepas sebelum selesai

    waktunya.

    Bila dia melepaskan kedua khufnya atau yang semakna

    dengannya (yaitu misalnya sendal dan kaus kaki, lihat dalil akanbolehnya mengusap sendal dan kaus kaki pada hal 6) setelah

    mengusap kedua khufnya, maka dia mengulang wudlu dengan

    mencuci kedua kaki. Dan pendapat ini telah dirojihkan oleh

    Syaikh Bin Baz, dan beliau berkata :Ini adalah pendapat

    jumhur, dan ini yang benar. Namun pendapat ini terbantahkan

    dengan adanya atsar dari Ali Shallallahu alaihi wa Salam

    sebagaimana akan datang penjelasannya.

    Disana ada syarat-syarat yang lain yang disebutkan oleh para

    ulama namun tidak ada dalilnya atau sudah masuk dalam

    syarat-syarat di atas.

    25Al-Fiqh Al-Islami 1/331.

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    19/33

    Fikih Mengusap Khuf

    18

    PembatalPembatalPembatalPembatal----pembatal mengusap khufpembatal mengusap khufpembatal mengusap khufpembatal mengusap khuf

    1. Jika muncul hal-hal yang mewajibkan mandi

    Seperti janabah, maka batallah pengusapan dan kedua kaki

    wajib untuk dicuci

    2. Jika melepas kedua khuf

    atau yang semakna dengan hal ini, setelah mengusap kedua

    khuf maka batallah wudlu menurut pendapat yang rojih

    sebagaimana telah lalu.

    3. Jika telah selesai waktunya menurut syari

    Syaikh Bin Baz merojihkan bahwasanya selesainya waktu

    membatalkan pengusapan dengan mafhum (mukholafah) dari

    hadits-hadits yang menerangkan tentang waktu-waktu

    pengusapan (Sebagaimana hadits Sofwan Shallallahu alaihi wa

    Salam dan Ali Shallallahu alaihi wa Salam -pent). Jika telah

    selesai waktunya maka hendaklah dia melepaskan kedua

    khufnya dan dia mencuci kedua kakinya dan dia hendaknya dia

    melepaskan sorbannya dan mengusap kepalanya.

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    20/33

    Fikih Mengusap Khuf

    19

    Perhatian : Untuk pembatal kedua dan ketiga maka menurut

    Syaikh Al-Albani tidak ada dalilnya sama sekali. Dan ini juga

    merupakan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

    sebagaimana perkataannya (dalam Al-Ikhtiaroot hal 9)

    :Tidaklah batal wudlunya orang yang mengusap khuf dan

    imamah dengan membuka keduanya, dan tidak juga (batal

    wudlu) dengan habisnya waktu. Dan tidak wajib baginya untuk

    mengusap kepalanya (setelah melepaskan imamahnya -pent)dan tidak juga mencuci kedua kakinya (setelah melepaskan

    kedua khufnya pent). Dan ini adalah pendapatnya Al-Hasan Al-

    Bashri, sebagaimana (tidak batal wudlu dengan) menghilangkan

    (memotong) rambut yang diusap menurut pendapat yang benar

    dari madzhab Ahmad dan pendapat jumhur.

    Al-Hasan berkata : Jika dia mengambil (memotong) rambutnya

    dan kuku-kukunya atau dia melepaskan kedua khufnya, maka

    tidak ada wudlu atasnya. 26Dan ini juga merupakan pendapat

    Ali bin Abi Tholib Shallallahu alaihi wa Salam . Imam Baihaqi

    (1/288) dan Imam At-Thohawi (syarhul maani 1/58) telah

    mengeluarkan atsar dari Abu Dzobyan bahwasanya dia telah

    melihat Ali Shallallahu alaihi wa Salam kencing dalam keadaan

    berdiri kemudian dia meminta air lalu berwudlu dan mengusap

    kedua sendalnya. Kemudian dia masuk mesjid dan melepaskan

    kedua sendalnya, lalu sholat. Imam Baihaqi mendambahkan

    26 Riwayat ini merupakan riwayat yang muallaq yang dicantumkan oleh Bukhori dalam

    shohihnya 1/225 namun telah disambung dengan sanad yang shohih sebagaimanadijelaskan oleh Syaikh Al-Albani dalam tamamul minnah hal 114

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    21/33

    Fikih Mengusap Khuf

    20

    :Lalu dia mengimami manusia. Sanad atsar ini shohih menurut

    syarat Bukhori dan Muslim27.

    Dan ini juga merupakan pendapat Syaikh Utsaimin, namun

    menurut beliau yang batal adalah mengusapnya. Artinya jika dia

    melepas kedua khufnya maka wudlunya tidak batal, tetapi jika

    dia memakai lagi khufnya dan ketika dia batal maka dia tidak

    boleh mengusap khufnya walaupun belum habis waktu

    mengusap, tetapi dia harus membuka khufnya dan mencuci

    kedua kakinya. 28.

    Cara mengusap khuf, kaus kaki dan sorbanCara mengusap khuf, kaus kaki dan sorbanCara mengusap khuf, kaus kaki dan sorbanCara mengusap khuf, kaus kaki dan sorban

    Yang diusap adalah bagian atas (yaitu yang menutupi

    punggung kaki pent) kedua khuf atau kedua kaus kaki sesuai

    dengan hadits Ali Shallallahu alaihi wa Salambeliau berkata :

    .

    Kalau agama itu dengan akal maka bagian bawah khuf lebih

    layak untuk diusap daripada bagian atasnya (karena bagian

    yang kotor adalah bagian bawah khuf pent). Sungguh aku telah

    27Tamamul minnah hal 114-115.28Majmu Fatawa 4/179,188

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    22/33

    Fikih Mengusap Khuf

    21

    melihat Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam mengusap bagian

    atas khuf. 29

    Dan juga berdasarkan hadits Mugiroh bin Syubah Shallallahu

    alaihi wa Salam:

    " :

    Bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam mengusap

    kedua khuf dan beliau berkata : bagian atas kedua khuf 30

    Berkata Ibnu Qudamah dalam Al-Mugni (1/377) : Al-Kholal telah

    meriwayatkan dengan sanadnya dari Mugiroh bin Syubah

    Shallallahu alaihi wa Salam lalu beliau Shallallahu alaihi wa

    Salam menyebutkan sifat wudlu Nabi Shallallahu alaihi wa

    Salamdan berkata :

    , ,

    ,

    Kemudian beliau berwudlu dan mengusap kedua khuf, maka

    beliau meletakkan tangan kanannya di atas khufnya yang kanan

    dan meletakkan tangan kirinya di atas khufnya yang kiri,

    kemudian beliau mengusap bagian atas kedua khuf tersebut

    29Riwayat Abu Dawud no 162 dan dishohihkan oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh Al-Albani

    dalam shohih Abu Dawud 1/33 dan a l-irwa no 103

    30Riwayat Abu Dawud no 161 dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam shohih AbuDawud 1/33

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    23/33

    Fikih Mengusap Khuf

    22

    dengan sekali usapan sehingga seakan-akan aku melihat bekas

    jari-jari be liau di kedua khuf.

    Berkata Ibnu Aqil : Sunnahnya mengusap (khuf) adalah

    demikian : Hendaklah dia mengusap kedua khufnya dengan

    kedua tangannya, tangan kanan untuk (mengusap) khuf yang

    kanan dan tangan kiri untuk (mengusap) khuf yang kiri, dan

    berkata Ahmad :Bagaimanapun engkau melakukannya maka

    boleh, (apakah) dengan satu tangan atau dengan kedua

    tangan31.

    Namun yang lebih baik dia mengusap kedua khufnya sekaligus

    dengan kedua tangannya, sebagaimana ini merupakan dzohir

    dari hadits Mughiroh Shallallahu alaihi wa Salam

    (lalu

    Nabi Shallallahu alaihi wa Salammengusap atas kedua khufnya)

    dan Mughiroh Shallallahu alaihi wa Salam tidak berkata Nabi

    Shallallahu alaihi wa Salammulai dari yang kanan.32

    Dan mengusap kedua kaus kaki sama persis dengan cara

    mengusap kedua khuf, sesuai dengan hadits Mugiroh bin

    Syubah Shallallahu alaihi wa Salambeliau berkata :

    31(Al-Mugni 1/378 dan liha t syarhul umdah hal 372)32Majmu Fa tawa 4/177

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    24/33

    Fikih Mengusap Khuf

    23

    Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam berwudlu dan beliau

    mengusap kedua kaus kaki dan kedua sendal33.

    Ibnu Qudamah menyebutkan bahwasanya jika seseorang

    mengusap kedua kaus kaki dan kedua sendal secara bersamaan

    maka setelah mengusap janganlah dia melepaskan kedua

    sendalnya (untuk sholat)34. Namun pendapat ini telah dibantah

    oleh Syaikh Al-Albani sebagaimana telah lalu pada hal 5

    Mengusap imamah dan khimarMengusap imamah dan khimarMengusap imamah dan khimarMengusap imamah dan khimar

    Adapun cara yang benar untuk mengusap imamah (sorban) dan

    khimar (kerudung/penutup kepala wanita) ada dua cara :

    1.

    Mengusap imamah atau khimar saja tanpa mengusap ubun-

    ubun.

    2. Mengusap ubun-ubun kemudian dilanjutkan mengusap

    imamah atau khimar

    Dan menurut pendapat yang benar, disyaratkan untuk imamah

    dan khimar apa-apa yang disyaratkan untuk mengusap khuf

    (sebagaimana telah lalu). Dan ini adalah pendapat yang

    dirojihkan oleh Syaikh Bin Baz.

    33 (Riwayat Abu Dawud no 159 dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam shohih Abu Dawud

    1/33)34(Al-Mugni 1/375, Zadul Maad 1/199, Syarhul Umdah hal 251)

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    25/33

    Fikih Mengusap Khuf

    24

    Perbedaan antara mengusap imamah dan khimar dengan

    mengusap khuf :

    1.

    Mengusap imamah tidak memiliki waktu karena tidak ada

    dalil dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa Salam.

    2.

    Tidak disyaratkan ketika memakai imamah harus dalam

    keadaan suci sebagaimana disyaratkan ketika memakai khuf.

    Namun untuk lebih hati-hati hendaknya dia memakai

    imamah dalam keadaan suci.35

    Perhatian :

    1. Adapun tentang khimar (penutup kepala wanita), telah

    terjadi khilaf tentang kebolehannya. Pendapat pertama

    mengharamkannya, sebab Allah Subhanahu wa Taala

    memerintahkan untuk mengusap kepala. Kalau seorang

    wanita mengusap khimarnya berarti dia tidak mengusap

    kepalanya. Pendapat kedua membolehkan mengusap

    khimar, yaitu dengan mengqiaskan khimar dengan imamah.

    Khimar pada wanita kedudukannya sama dengan imamah

    pada pria.Namun bagaimanapun jika timbul kesulitan apakah

    karena dinginnya udara atau karena sulit untuk dilepas (atau

    tempat wudlunya terbuka seperti kebanyakan yang terdapat

    di Indonesia, sehingga bisa dilihat oleh pria ajnabi-pent),

    maka toleransi (boleh untuk diusap) dalam keadaan seperti

    ini. Namun jika keadaannya tidak demikian maka yang lebih

    35Majmu Fa tawa 4/170

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    26/33

    Fikih Mengusap Khuf

    25

    baik tidak diusap, dan tidak ada nas-nas yang shohih

    tentang bolehnya mengusap khimar36.

    2.

    Adapun topi, songko, dan penutup kepala yang merupakan

    perpanjangan baju (seperti yang terdapat di jaket-jaket)

    tidak boleh diusap karena tidak sama dengan imamah.

    Adapun penutup kepala yang digunakan di daerah dingin

    yang menutup telinga dan memiliki ikatan di leher maka

    boleh diusap sebab jika harus dibuka penutup kepala

    tersebut maka akan menimbulkan kesulitan.37

    Peringatan : Ada orang-orang umum dan para penuntut ilmu

    yang taassub mereka menganggap bahwa menghidupkan

    sunnah ini (yaitu memakai khuf atau sendal ketika sholat)

    termasuk dosa besar yang tidak boleh didiamkan. Jika kita

    tunjukan kepada mereka dalil-dalil akan sunnahnya hal ini

    mereka akan menjawab :Itu untuk zaman dahulu bukan untuk

    sekarang, seakan-akan telah adatang seseorang yang telah

    mengahapus syariat Muhammad Shallallahu alaihi wa Salam

    dan menggantinya.

    Yang benar yaitu barang siapa yang ingin menjalankan sunnah

    ini ataupun yang lainnya yang seandainya ditinggalkan tidak

    36Berkata Syaikhul Islam Ibnu taimiyah dalam majmu fatawa 21/218 :Jika siwanita takutakan dingin dan yang semisalnya, maka dia mengusap khimarnya, karenasesungguhnya Ummu Salamah pernah mengusap khimarnya. Dan hendaknya dia

    mengusap juga sebagian rambutnya. Adapun jika tidak ada hajah maka ada khilaf

    diantara para ulama. ( Syarhul Mumti 1/196 )37Majmu Fa tawa 4/170

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    27/33

    Fikih Mengusap Khuf

    26

    menyentuh inti dari Islam maka hendaknya dia melihat-lihat

    terlebih dahulu. Apabila melaksanakannya atau

    meninggalkannya menyebabkan fitnah atau kejelekan yang lebih

    besarr daripada maslahatnya maka hendaknya dia memilih

    maslahat. Karena syariat ada ketika didapatkan maslahah yang

    murni atau maslahat yang lebih kuat daripada mafsadah.38

    Mengusap perban (penutup luka)Mengusap perban (penutup luka)Mengusap perban (penutup luka)Mengusap perban (penutup luka)

    Sekelompok ulama (diantaranya adalah Ibnu Hazm)

    menyebutkan bahwasanya hadits-hadits yang berkaitan dengan

    masalah perban adalah dhoif, oleh karena itu Ibnu Hazm tidakmembolehkan mengusap perban. Beliau memandang hadits-

    hadits dhoif tersebut tidak bisa saling menguatkan39. Selain itu

    dia tidak membenarkan adanya qiyas (yaitu diqiyaskannya

    perban dengan imamah). Namun terjadi khilaf diantara mereka

    (ulama yang tidak membolehkan mengusap perban) :

    Sebagian mereka berpendapat bahwa diganti kewajiban mencuci

    dengan tayammum. Caranya yaitu dicuci anggota-anggota yang

    bersih sedangkan anggota-anggota wudlu yang ada perbannya

    cukup ditayammumi.

    38Ini adalah ringkasan dari per kataan Syaikh Ali Bassam (Taisirul Alam 1/206)

    39 Sebagaimana telah dijelaskan panjang lebar oleh Syaikh Al-Albani dalam TamamulMinnah hal 133-135

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    28/33

    Fikih Mengusap Khuf

    27

    Sebagian yang lain berpendapat tidak perlu tayammum, karena

    dia tidak mampu untuk mencuci anggota wudlu yang luka

    tersebut maka kewajiban mencucinya gugur sebagaimana

    gugurnya kewajiban-kewajiban yang lain (jika ada udzur)40.

    Sebab Allah Subhanahu wa Taalaberfirman :

    (Allah tidak membebani seorangpunkecuali

    dengan apa yang dia mampui), dan juga sabda Rosulullah :

    (Jika aku memerintah kalian dengan suatu

    perkara maka kerjakanlah semampu kalian). Selain itu

    mengganti mencuci anggota wudlu (yang wajib dicuci) dengan

    tayammum atau mengusap adalah pensyariatan yang harus

    berdasarkan kepada dalil yang shohih.

    Namun ini adalah pendapat yang paling lemah (menurut Syaikh

    Utsaimin) sebab telah menjatuhkan hukum mencuci tanpa

    pengganti, tidak ke tayammum dan juga tidak diusap, sebab

    anggota wudlu tersebut masih ada dan tidak hilang sehingga

    hilang pula kewajiban mencucinya. Jika dia tidak mampu untuk

    mencucinya maka dia membersihkan anggota yang ada lukanya

    tersebut dengan pengganti mencuci yaitu tayammum atau

    mengusap 41

    40Dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah hal

    13541Syarhul Mumti 1/200

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    29/33

    Fikih Mengusap Khuf

    28

    Namun Syaikh Bin Baz menyebutkan bahwasanya hadits-hadits

    tentang perban bersama dengan hadits-hadits tentang

    mengusap khuf menunjukan akan disyariatkannya mengusap

    perban.

    Alasan-alasan yang menunjukan disyariatkannya mengusap

    perban :

    1. Qiyas, sebab mengusap khuf adalah untuk taisir

    (kemudahan) maka mengusap perban lebih aula (layak) lagi

    untuk diusap.

    2.

    Anggota tubuh yanga ada lukanya tersebut masih ada

    sehingga kewajiban untuk diwudlui masih ada. Kalau tidak

    bisa dengan wudlu maka dengan penggantinya yaitu

    tayammum atau diusap. Dengan tayammum sesuai dengan

    keumuman ayat :

    ....

    ..

    Dan jika kalian sakit atau dalam safar atau lalu kalian

    tidak mendapatkan air maka bertayammumlah..(Al-Maidah

    :6)

    Dan luka adalah termasuk penyakit jadi dengan tayammum.

    Namun yang lebih benar adalah dengan diusap karena usapan

    itu menggunakan air sehingga lebih bersih dibandingkan

    tayammum yang menggunakan tanah. Selain itu jika luka yang

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    30/33

    Fikih Mengusap Khuf

    29

    diperban tersebut di kaki maka dia tidak terkena tayammum

    sebab tayammum tempatnya hanya pada muka dan tangan42.

    Dan karena keadaan perban yang darurat, maka tidak

    disyariatkan padanya batasan-batasan waktu pengusapan.

    Perbedaan mengusap perban dengan mengusap kaus kaki dan

    khuf:

    1.

    Tidak boleh mengusap mengusap perban kecuali jika denganmelepaskan perban tersebut bisa menimbulkan

    kemudhorotan. Dan hal ini berbeda dengan khuf (yang tidak

    ada mudhorot dengan melepaskannya)

    2. Wajib untuk diusap seluruh perban tersebut kecuali bagian

    perban yang keluar dari anggota wudlu yang wajib, karena

    tidak ada kemudhorotan dengan mengusap seluruh perban.

    Hal ini berbeda dengan khuf karena sesungguhnya sulit

    untuk mengusap khuf seluruhnya maka cukup untuk

    mengusap sebagian khuf saja sebagaimana yang dijelaskan

    oleh sunnah.

    3.

    Mengusap perban tidak memiliki batasan-batasan waktu

    karena mengusap perban disebabkan oleh dharurat, maka

    ditentukan dengan ukurannya.

    42Syarhul Mumti 1/200-201

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    31/33

    Fikih Mengusap Khuf

    30

    4.

    Mengusap perban untuk hadats besar dan hadats kecil,

    berbeda dengan mengusap khuf yang hanya dikhususkan

    untuk hadats kecil.

    5. Tidak disyaratkan ketika memakai perban sipemakai harus

    dalam keadaan suci, ini menurut pendapat yang rojih. Hal ini

    berbeda dengan khuf 43

    6. Perban tidak dikhususkan untuk anggota tubuh tertentu,

    berbeda dengan khuf yang hanya dikhususkan untuk kaki44.

    (Nampaklah bahwasanya dengan keenam perbedaan ini maka

    tidaklah bisa diqiyaskan antara khuf dengan perban. Sehingga

    hal ini memperkuat pendapat Ibnu Hazm dan Syaikh Al-Albani,

    wallohu alam)

    Cara mengusap perbanCara mengusap perbanCara mengusap perbanCara mengusap perban

    Jika ada luka di daerah anggota wudlu, maka ada tingkatan-

    tingakan :

    Tingkatan pertama : Luka tersebut terbuka dan tidak

    berbahaya untuk dicuci. Maka dalam keadaan ini wajib dicuci

    luka tersebut.

    43(Al-Mugni 1/356 dan majmu fatawa 21/176-179)44(Syarhul Mumti 1/204)

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    32/33

    Fikih Mengusap Khuf

    31

    Tingkatan kedua : Luka tersebut terbuka dan berbahaya

    untuk dicuci tetapi tidak mengapa untuk diusap, maka ketika

    wudlu wajib diusap luka tersebut.

    Tingkatan ketiga : Luka tersebut terbuka dan berbahaya

    untuk dicuci dan diusap. Maka luka tersebut harus ditutup

    dengan perban dan diusap diatas perban tersebut. Jika tidak

    bisa ditutup (mungkin dengan ditutup malah semakin parah

    luka tersebut) maka cukup dengan tayamum (tidak perlu

    berwudlu).

    Tingkatan keempat : Luka tersebut tertutup dengan gips

    atau perban atau yang semisalnya, maka dalam keadaan

    seperti ini cukup diusap penutup tersebut dan tidak perlu

    dicuci.

    Namun dalam keadaan seperti tingkatan keempat ini, apakah

    boleh menggabungkan antara mengusap dengan tayammum ?.

    Sebagian ulama mewajibkan penggabungan tersebut untuk hati-

    hati. Namun yang benar tidak wajib digabungkan, sebab mereka

    yang berpendapat akan wajibnya tayammum mereka tidak

    mewajibkan diusap dan juga sebaliknya. Dan mewajibkan dua

    cara berthoharoh pada satu anggota tubuh adalah menyelisihi

    qoidah syariyah. Dan tidak ada dalam syariat yang semisal hal

    ini. Dan Allah Subhanahu wa Taala tidaklah membebani hamba

    dengan dua ibadah dengan sebab yang satu 45. Sehingga yang

    45Syarhul Mumti 1/201

  • 7/25/2019 Fiqih Mengusap Khuf (Alas Kaki)

    33/33

    Fikih Mengusap Khuf

    benar bahwasanya jika dia telah mengusap anggota wudlu maka

    dia tidak perlu untuk tayammum, sehingga janganlah dia

    menggabungkan antara mengusap dan tayammum kecuali jika

    di sana ada anggota wudlu lain yang tidak bisa diusap46.

    === Selesai ===

    Ibnu Abidin as-Soronji

    46 Fatawa lajnah daimah 5/248 Syarhul Mumti 1/202