kak-rskp

Upload: herdy-pratama-putra

Post on 13-Feb-2018

459 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    1/46

    0 | P a g e

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    2/46

    1 | P a g e

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas

    UndangUndang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, ditetapkan

    bahwa pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis kawasan yang memiliki

    keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya membentuk suatu kesatuan sistem

    pengembangan ekonomi wilayah. Kawasan Transmigrasi dibangun dan

    dikembangkan di kawasan perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

    pengelolaan sumber daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki

    keruangan dengan pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem

    pengembangan.Pembangunan Kawasan Transmigrasi dirancang secara holistik dan

    komprehensif sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pedesaan/Wilayah

    Kabupaten dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau LokasiPermukiman Transmigrasi.

    Dalam UU No 29 tahun 2009 juga disebutkan bahwa perencanaan kawasan

    transmigrasi adalah perencanaan kawasan yang mempunyai fungsi utama

    budidaya, dalam bentuk Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT), Perencanaan

    Kawasan Transmigrasi pada setiap Kawasan Transmigrasi, yang menghasilkan :

    a. Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) berupa R-WPT dan R-LPT

    b. Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi.

    RKT dapat berupa Rencana Tata Ruang WPT atau Rencana LPT.

    Pengembangan Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) diarahkan untuk

    mewujudkan pusat pertumbuhan baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru,

    sedangkan pengembangan Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk

    mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang

    sebagai Kawasan Perkotaan Baru.

    Wilayah Pengembangan Transmigrasi merupakan bentuk kawasan transmigrasi

    yang dikembangkan dari kawasan perdesaan menjadi sistem produksi pertanian dan

    pengelolaan sumberdaya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki

    keruangan dengan pusat pertumbuhan baru sebagai KPB.Wilayah Pengembangan

    Transmigrasi terdiri atas: beberapa SKP, dan salah satu SKP yang dikembangkan

    menjadi KPB.

    Sedangkan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) merupakan bentuk

    kawasan transmigrasi yang dikembangkan daripusat pertumbuhan yang ada atau

    yang sedang berkembang menjadi KPB yang memiliki keterkaitan fungsional dan

    hierarki keruangan dengan beberapa SKP sebagai sistem produksi pertanian dan

    pengelolaan sumberdaya alam.

    Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi merupakan rencanapelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    3/46

    2 | P a g e

    kawasan transmigrasi menjadi satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi

    wilayah, yang terdiri atas Rencana pembangunan kawasan

    transmigrasidanRencana pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi

    Dalam PP No.3 Tahun 2014 disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Kawasan

    Transmigrasi meliputi :

    a. Rencana pembangunan SKP yang merupakan rencana rinci SKP.

    b. Rencana pembangunan KPB

    c. Rencana pembangunan SP

    d. Rencana pembangunan Pusat SKP

    e. Rencana pembangunan Prasarana dan Sarana

    Yang keseluruhannya dilaksanakan dengan mengikut sertakan masyarakat

    setempat melalui musyawarah.

    Setiap SKP yang dimaksud diatas terdiri atas sekurang-kurangya tiga SP dansebanyak-banyaknya 6(enam) SP, yang salah satunya disiapkan menjadi Desa

    Utama sebagai pusat SKP atau menjadi pusat KPB.Saat ini ketersediaan lahan

    untuk pembangunan kawasan transmigrasi baru sudah sangat terbatas dan masih

    adanya desa-desa setempat yg terisolir. Maka salah satu upaya yang dilakukan

    pemerintahadalahmerencanakan pemukiman yang terintegrasi dengan

    penduduk lokal/ desa dalam satu kesatuanadministrasi desa, berupa SP Pugar

    . Untuk desa-desa yang berada disekitar calon pemukiman transmigrasi dan tidak

    memiliki akses ke pusat pertumbuhan akan dihubungkan ke pemukiman

    transmigrasi dan akan dimasukkan dalam deliniasi SKP dan SP tersebut selanjutnya

    disebut SPTempatan, SP-SP baik SP baru, SP Pugar maupun SP tempatan

    direncanakan mengarah ke pembentukan satu-kesatuan kawasan ekonomi dalam

    sistem pengembangan ekonomi wilayah , sehingga wujud SKP tidak hanya berupa

    SKP baru akan tetapijuga berupa SKP yang terintegrasi antara SP baru, SP Pugar.

    Dengan demikian Satuan-satuan Pemukiman yang akan direncanakan dalam

    SKP dapat berbentuk :

    a. SP-Baru;

    b. SP-Pugar;

    c. SP-Tempatan.

    1.2. Maksud ,Tujuan Dan Sasaran Penyusunan Rencana Rinci SKP

    Maksud dari penyusunan Rencana Rinci SKP adalah mewujudkan rencana

    tata ruang SKP yang mendukung terciptanya Kawasan Transmigrasi secara aman,

    produktif dan berkelanjutan yang dapat mengintegrasikan antara permukiman

    penduduk setempat dengan permukiman transmigrasi.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    4/46

    3 | P a g e

    Adapun tujuannya adalah menyusun:

    1. Rencana Tata Ruang SKP (Struktur Ruang dan Rencana Peruntukan SKP);

    2. Rencana Pengembangan Usaha Pokok;

    3. Rencana Jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;

    4. Rencana Penataan Persebaran penduduk dan kebutuhan SDM sesuai

    dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan SKP;

    5. Indikasi program utama pembangunan SKP;

    6. Rencana tahapan pembangunan SKP.

    Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk :

    1. Terwujudnya keterpaduan program pembangunan kawasan transmigrasi

    dengan sektor terkait;

    2. Tersedianya informasi areal yang dapat dilanjutkan studi RTSP beserta

    prakiraan daya tampung dan pola kegiatan usahanya;

    3. Terarahnya pembangunan pemukiman-pemukiman transmigrasi;

    4. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan

    permukiman transmigrasi dan desa-desa setempat dalam kawasan;

    5. Terciptanya investasi masyarakat di dalam kawasan;

    6. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan

    masyarakat/swasta;

    Adapun fungsi /manfaat perencanaan SKP ini adalah ;

    1. Mengetahui prioritas sarana dan prasarana kawasan yang perlu dibangun;

    2. Mengetahui typetype SP transmigrasi (SP Baru, SP Pugar, SP Tempatan) di

    dalam SKP ;

    3. Mengetahui batas areal yang perlu dilaksanakan konsolidasi lahan untuk

    pembangunan pemukiman transmigrasi;

    4. Mengetahui areal-areal yang dapat dilakukan studi RTSP ;

    5. Mengetahui perkiraan kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk pembangunan

    kawasan transmigrasi;

    1.3. Landasan Hukum

    Acuan yang dipergunakan untuk penyusunan rencana rici SKP ini disusun

    dan dilandasi oleh berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya:

    1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-UndangNo.15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    5/46

    4 | P a g e

    Indonesia Tahun 2009 Nomor 131); dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

    1997 Tentang Ketransmigrasian (Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3682, Transmigrasi Penduduk, Swakarsa, Wilayah, dan

    Daerah, Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

    Nomor 37);

    2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 30, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472);

    4. PP No 3 Tahun 2014 TentangPelaksanaan UU No15 Tahun 1997Tentang

    Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 29 Tahun

    2009 TentangPerubahan Atas UU No 15 Tahun 1997Tentang

    Ketransmigrasian

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Kawasan

    Perkotaan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);

    6. Undang Undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

    Permukiman berupa KPB.

    II. RUANG LINGKUP

    2.1. Ruang Lingkup Wilayah Studi

    Areal yang direncanakan SKP meliputi 5.000 ha s/d 10.000 ha (didalam

    batas administrasi kecamatan), Untuk SKP yang didominasi calon SP-SP pugar,

    luas potensial untuk pembangunan Permukiman Transmigrasi sekurang-

    kurangnya 30% dari luas areal SKP dan mengacu pada hasil R-WPT yang

    disempurnakan dengan batas- batas alam yang didapat dari peta dasar baru

    skala 1 : 20.000.

    2.2. Ruang Lingkup kegiatan penyusunan Rencana-SKP

    Secara singkat ruang lingkup kegiatan penyusunan Rencana SKP mengikuti

    tahapan sebagai berikut:1. Persiapan;

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    6/46

    5 | P a g e

    2. Pengumpulan data sekunder;

    3. Sosialiasi di Lapangan mengenai Rencana SKP Integrasi;

    4. Survai Pendahuluan ( Pengumpulan data Primer);

    a. Survai Topografi

    b. Survai Tanah

    c. Survai Iklim dan Hidrologi

    d. Survai Potensi Hutan

    e. Survai Penggunaan Lahan dan Konsolidasi Lahan

    f. Survai ketata ruangan

    g. Survai demografi dan Sos-budaya (FGD, Interview)

    h. Survai potensi ekonomi (potensi pasar , FGD, Interview)

    i. Survai sarana dan prasarana

    5. Analisa awal di lapangan;

    a. Analisa kontek regional

    b. Analisa Kesesuaian Lahan

    c. Analisis Tata Ruang

    d. Analisis areal potensial

    6. Penyusunan draft Struktur SKP Integrasi;

    Rekomendasi Type SP Baru, SP Pugar dan SP Tempatan

    7. Musyawarah tentang rencana SP Pugar;

    8. Identifikasi lahan yang akan diserahkan ;

    a. Pemetaan lokasi

    b. Survai pengunaan lahan

    c. Batas kepemilikan lahan bila ada

    d. Pengecekan kondisi fisik

    9. Analisis lanjutan ;

    a. Analisis kebutuhan sarana dan prasarana

    b. Analisis Potensi ekonomi

    c. Analisis demografi dan sosial budaya

    d. Analisis Penentuan Komoditas unggulan/potensial

    e. Analisis Pra kelayakan usaha

    10. Penyusunan Rencana Teknis Satuan Pengembangan Kawasan;

    a. Tujuan, sasaran dan konsep perwujudan SKP

    b. Luasan SKP

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    7/46

    6 | P a g e

    c. Rencana Struktur Ruang SKP Integrasi

    d. Prakiraan Daya Tampung

    e. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang SKP

    f. Rencana Pengembangan Pola Usaha Pokok

    g. Rencana Jenis Transmigrasi Yang akan dilaksanakan

    h. Rencana Penataan Persebaran penduduk dan kebutuhan SDM

    sesuai dengan Daya Dukung Alam dan Daya Tampung Lingkungan

    SKP

    i. Rencana Pembangunan/Pengembangan Prasarana dan Sarana SKP

    j. Tahapan pembangunan SKP dan Indikasi Program

    11. Rekomendasi konsolidasi lahan.

    Secara lebih detail setiap tahapan diatas dapat diuraikan sebagai berikut.

    2.2.1. Persiapan

    1. Studi Literatur

    Pada tahap persiapan, perlu dilakukan Studi literatur. Hal ini dimaksudkan

    untukmengetahui informasi awal mengenai kawasan yang akan di studi.

    2. Pembuatan Peta Dasar skala 1 : 20.000 dengan luasan 5.00010.000 Ha

    Menggunakan citra penginderaan jauh sebagai sumber peta dasar seperti

    citra foto udara maupun citra satelit (Landsat, SPOT, IKONOS, Quickbird,

    World View 2, Geoeye).

    3. Interpretasi Citra lansat

    Tujuan Interpretasi Citra Satelit adalah untuk mengetahui kondisi penutupan

    lahan awal areal studi melalui kunci interperetasi.Kelas-kelas penutupan

    lahan yang akan diinterpretasi dari citra satelit mengikuti kenampakan yang

    ada di lokasi.

    2.2.2. Pengumpulan data sekunder

    Data sekunder untuk kawasan dan desa-desa yang masuk kawasan studi ,

    meliputi:

    1. Fisik ;

    2. Sebaran desa dan batas administrasi nya;

    3. Data sosial;

    4. Data sebaran sarana data pertanian.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    8/46

    7 | P a g e

    2.2.3. Sosialisasi Lapangan mengenai Rencana SKP

    Melakukan pertemuan dengan aparat-aparat kecamatan, desa dan

    tokoh/kelompok masyarakat yang ada di dalam areal SKP untuk :

    1. Sosialisasi hasil RWPT/RLPT;

    2. Sosialisasi konsep SKP Integrasi;

    3. Kesepakatan pelaksanaan survei R-SKP Integrasi;

    4. Menuangkan hasil kesepakatan dalam Berita Acara.

    2.2.4. Survai Lapangan Pendahuluan

    1. Survai Topografi

    Survei topografi untuk R-SKP Integrasi ada 2 hal yaitu survei

    pengukuran kemiringan dan survei identifikasi lahan yang diusulkan untuk

    dilaksanakan konsolidasi lahan Hasil pengkuran lahan adalah berupa Data

    dan peta Kemiringan Lahan dengan format dan skala sesuai Peta Dasar.

    Survai Lapangan dengan melakukan pengukuran kemiringan lahan

    untuk memastikan kemiringan lahan dengan teknik pemetaan sebagai berikut:

    a. Membuat kerangka pemetaan

    Agar pemetaan areal berada dalam Sistem Pemetaan Dasar Nasional

    maka Kerangka pemetaan harus diikatkan kepada titik referensi berupa

    Titik Kontrol Nasional yang berada didekat lokasi. Apabila tidak ditemukan

    titik kontrol nasional, maka dapat dipilih suatu titik pada peta dasar yang

    dapat dikenali pada peta dan mudah dicari di lapangan.

    Pengukuran kerangka pemetaan dilakukan sebagai berikut:

    1) Direncanakan kerangka pemetaan sedemikian rupa, dapat berupa loop

    tertutup atau berupa base line. Bila areal survai luas, untuk

    memudahkan pengambilan data lapangan dan memudahkan

    interpolasi data di atas peta, maka lebih baik menggunakan base line

    sebagai kerangka pemetaan.

    2) Jarak base line ke batas areal survai tidak boleh lebih dari 3 Km, bila

    lebih harus dibuat base line yang sejajar dengan base line pertama.

    3) Pemasangan Patok Beton (BM) setiap jarak 3 Km atau sekitar 60 titik

    polygon, sebagai titik control pengukuran. Sebagai titik control bantu

    dibuat dari Bahan PVC di cor beton (BL), dipasang setiap jarak 1 Km.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    9/46

    8 | P a g e

    4) Patok BM dibuat dengan ukuran 15 cm x 15 cmx 80 cm, ditanam

    dengan bagian didalam tanah 60 cm. Patok BL menggunakan pipa

    PVC diameter 4 inchi, panjang 80 cm, ditanam dengan bagian didalam

    tanah 50 cm.

    5) Pengukuran Base line menggunakan alat ukur theodolite dengan

    kelengkapannya. Ketelitian pembacaan theodolite untuk sudut

    horizontal minimal 30".

    6) Pengukuran base line dilakukan pulang pergi atau merupakan loop

    tertutup.

    7) Sudut horizontal diamati dengan pembacaan ke target belakang

    bacaan biasa, lalu ke target depan bacaan biasa, lalu dengan posisi

    teropong luar biasa target depan dibaca luar biasa, kemudian

    diarahkan ke target belakang bacaan luar biasa (B B,LB LB).

    8) Bersamaan dengan pengukuran horizontal dilakukan pengukuran beda

    tinggi dengan metoda tachymetry. Selisih beda tinggi pembacaan

    Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh lebih dari 2 mm,

    demikian juga untuk target depan.

    9) Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.

    10) Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum 100m.

    11) Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai berikut:

    - Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)

    - Ketelitian linier jarak: 1/2000

    - Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarakdalam Km)

    b. Membuat jalur pengamatan rintisan dengan interval 500 meter, jalur

    rintisan dibuat tegak lurus terhadap base line dimaksudkan agar

    memudahkan dalam menginterpolasi data yang diperoleh dilapangan.

    Data yang diperoleh melalui jalur pengamatan adalah data topografi,

    kemiringan lahan, tanah, penggunaan tanah dan hutan. Salah satu data

    yang perlu diamati adalah data kemiringan lahan yang akan digunakan

    sebagai masukan dalam perencanaan permukiman.

    1) Data kemiringan lahan yang diperoleh dari data DEM maupun citra

    satelit perlu dilakukan pengcekan lapangan , pengamatan merata pada

    setiap kelas kemiringan lahan dan menyebar di seluruh areal survai.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    10/46

    9 | P a g e

    Setiap kelas kemiringan minimal diamati sebanyak 5 titik yang

    posisinya menyebar..

    2) Pengamatan kemiringan lahan dilakukan pada jalur rintisan per 500 m

    dengan memperhatikan kelas kemiringan yang akan dicek.

    3) Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur clinometer,

    kompas , pita ukur dan GPS.

    4) Pengamatan kemiringan dilakukan dengan jarak 50 m ke depan, ke

    kanan dan kiri. Dari data prosentase kemiringan (%) yang didapat baik

    positip/tanjakan maupun negatip/lereng, akan diambil nilai yang

    maksimum.

    5) Tempat berdiri pengamatan dan titik target diamati koordinatnya

    dengan menggunakan GPS, koordinat dalam UTM

    6) Berdasarkan hasil pengamatan kemiringan lahan tadi di lakukan

    perbaikan terhadap peta kemiringan lahan hasil DTM.

    7) Pengelompokan kemiringan lahan berdasarkan bentuk topografinya

    terbagi atas beberapa kelas kemiringan lahan

    - Datar 03 %

    - Landai/ berombak 3 - 8 %

    - Bergelombang 815 %

    - Agak Berbukit 1525 %

    - Berbukit 2540 %

    - Bergunung > 40 %

    2. Survai Tanah

    Survai tanah merupakan kegiatan pengumpulan data kimia, fisik, dan

    biologi dilapangan maupun dilaboratorium, dengan tujuan pendugaan

    penggunaan lahan umum maupun khusus.

    Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan

    memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya

    kedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat dari satuan peta secara singkat

    dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detail dicantumkan dalam

    laporan survei tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut

    (Hardjowigeno, 1995). Hasil survei tanah ini selanjutnya akan digunakan

    dalam proses penilaian kesesuaian lahan.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    11/46

    10 | P a g e

    Survei tanah baruakan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam

    memetakannya. Hal itu berarti :

    1. Tepat mencari site yang representatif, tepat meletakkan site pada peta

    yang harus didukung oleh peta dasar yang baik

    2. Tepat dalam mendeskripsi profil atau benar dalam menetapkan sifat-sifat

    morfologinya.

    3. Teliti dalam mengambil contoh dan

    4. Benar melakukan analisis laboratorium.

    Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam survei tanah :

    1. Sistem grid : dilakukan pada lahan yang relatif datar dan atau peta dasar

    kurang lengkap

    2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan data penunjang lengkap,

    acuan dapat diguanakan berdasarkan interporetasi citra satelit/foto udara

    dan atas dasar landsystem

    3. Sistem sistematik : dilakukan bila hampir sama seperti sistem grid tetapi

    jarak pengamatannya tidak sama jauh, peta dasar dan data penunjang

    lengkap

    4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu

    pengamatan dilapangan. Peta dasar dan peta penunjang lengkap serta

    didukung dengan hasil penafsiran citra satelit/foto udara.

    Pemetaan tanah yang akan dilakukan adalah untuk menghasilkan peta

    tanah di wilayah perencanaan pada skala 1: 20.000 dengan menggunakan

    klasifikasi tanah sistem taksonomi tanah USDA/FAO pada kategori famili atau

    seri dengan fasenya. Satuan peta yang diperoleh adalah Konsosiasi,

    beberapa kompleks dan asosiasi, satuan tanah yang ditampilkan adalah

    Famili atau Seri. Pola penyebaran tanah berdasarkan homogenitas

    karakteristiknya sehingga terbentuk soil mapping unit atau Satuan Peta

    Tanah (SPT).

    Survai Pemetaan dan pengamatan tanah ini dilakukan dengan

    menggunakan unsur-unsur dari satuanunsur satuan peta tanah yang terdiri

    dari satuan tanah, landform, relief dan bahan induk.

    Untuk mempermudah dalam pemetaan dan pengamatan tanah sertamempercepat waktu pelaksanaan survei ,digunakan citra satelit yang jenisnya

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    12/46

    11 | P a g e

    sama dengan digunakan untuk survei topografi yaitu data SPOT 5 atau Allos ,

    untuk melakukan identifikasi satuan-satuan peta tanah.

    Sebelum dilakukan survei pengamatan tanah terlebih dahulu dibuatkan

    peta kerja pengamatan tanah/Peta Satuan Lahan Homogen sementara yang

    selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar evaluasi lahan setelah

    dilakukan revisi delineasi berdasarkan kondisi lapangan. Unsur-unsur

    pembentuk satuan lahan homogen adalah suatu lokasi wilayah yang

    mempunyai satuan tanah yang homogen terdiri dari relief, landform, bahan

    induk (peta geologi), penggunaan tanah. Peta satuan Lahan Homogen ini

    selanjutnya akan dilakukan proses evaluasi kesesuaian lahan.

    Peta satuan lahan homogen disusun terdiri dari landform, relief, bahan

    induk dan penggunaan tanah.

    a. Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti pedoman Soil

    survai manual (Soil Survai staff, 1951, 1961) atau Pedoman

    Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT, 1969).

    b. Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk

    seluruh areal survai dan tingkat detail untuk calon lahan

    pekarangan/pangan fasilitas umum dengan klasifikasi menurut

    terminologi dari Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) dan disebutkan

    padanannya menurut sistem Soil Taxonomy (USDA, 1977) dan FAO-

    Unesco (1985). Pada setiap macam tanah sekurang-kurangnya dibuat 2

    profil, salah satu profil pewakil diambil contoh tanah setiap

    lapisan/horizon untuk dianalisa di laboratorium.

    c. Peta Satuan Tanah/satuan lahan disajikan pada skala 1:20.000 untuk

    seluruh areal survai dan skala 1:10.000 untuk calon lahan

    pekarangan/pangan dan fasilitas umum berdasarkan pengamatan di

    lapangan dan jika ada dilengkapi hasil interpretasi foto udara.

    d. Peta tanah (Peta tanah dan kesesuaian lahan) Skala 1:20.000 dilengkapi

    dengan klasifikasi menurut 3 sistem tersebut di atas dan penilaian

    kesesuaian lahan untuk setiap Satuan Peta Lahan (SPL) tersebut. Peta

    Satuan Lahan skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan legenda satuan

    tanah/lahan dengan menunjukkan deskripsi (skema) yang meliputi

    kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi,

    reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB).

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    13/46

    12 | P a g e

    Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil, komposit dan contoh

    fisik/undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta yang disajikan.

    e. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi

    yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan Usaha I (LU.I),

    dengan kerapatan satu contoh untuk setiap blok/kelompok lahan

    pekarangan atau minimal per 25 ha (50 kk) diambil dari kedalaman 0-30

    cm. Sedangkan untuk Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per

    50 Ha pada kedalaman0-30 cm dan 30-60 cm.

    f. Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan

    seperti terlihat pada tabel :

    Tabel

    Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi

    JENIS ANALISACONTOHPROFIL

    CONTOHKESUBURAN

    KETERANGAN

    Tekstur dalam 3 fraksi

    pH (H2O dan Kel 1 : 1)Total PTotal KKapasitas Tukar Kation

    (KTK)Kejenuhan Basa (KB)

    Ca, Mg, K, Na dapat ditukarTotal NC OrganikP TersediaToksisitas & kekahatan *

    A1, H dapat ditukar

    V

    VVVV

    V

    V

    VV

    V

    VVVV

    V

    V

    VVV

    Contoh kesuburansecarakwalitatif dapatdilakukan dilapangan (SoilTest Kit)

    *)untuk tanahbermasalah

    Penyajian Satuan Peta Lahan (SPL)

    Disajikan pada skala 1 : 20.000 untuk seluruh areal survai dan

    pada skala 1 : 10.000 untuk Lahan Pekarangan / Pangan dan

    Fasilitas Umum.

    Dilengkapi dengan Legenda Satuan Lahan yang menunjukkan

    deskripsi yang meliputi : macam tanah, kedalaman efektif, tekstur

    lapisan atas dan bawah, struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH),

    Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), status

    kesuburan dan kondisi factor pembatas yang menonjol seperti :

    alumunium, gambut, banjir, erosi, sulfar masam dan sebagainya.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    14/46

    13 | P a g e

    Setiap titik pengamatan tanah dan pemboran profil diplotkan pada

    peta SPL yang dilengkapi dengan kedalaman efektif, tekstur

    lapisan atas dan bawah serta kedalaman drainase.

    3. Survai Iklim dan Hidrologi

    Pengertian hidrologi mencakup Sumberdaya Air pada seluruh media

    dimana ketersediaan air itu berada, baik berupa hujan di permukaan maupun

    di bawah permukaan tanah.

    Penelitian diarahkan pada tiga unsur utama yang berkaitan dengan

    media dimana SDA. berada, serta dikaitkan dengan disiplin keahlian masing-

    masing, yaitu :

    a. Klimatologi / Agroklimat

    b. Hidrologi permukaan / Civil Engineering

    c. Hidrologi Bawah Permukaan / Hidrogeologi

    Penelitian hidrologi secara keseluruhan ditujukan untuk mengetahui

    Potensi Sumberdaya Air, baik untuk pertanian dan tambak / irigasi maupun

    untuk persediaan air bersih / air minum.

    Selain itu pada fase II ini, segi kuantitas memegang peranan sangat

    penting, baik prediksi pada musim kemarau, terutama di daerah-daerah

    dimana kondisi iklim/ morfologi/ DAS, serta struktur bawah permukaan yang

    kurang mendukung (namun segi kualitas harus tetap diperhatikan).

    Kajian hidrologi pada lingkup Satuan Kawasan Pengembangan, calon

    pemukiman transmigrasi meliputi cakupan beberapa unsur :

    a. Unsur Klimatologi, unsur ini diarahkan pada perhitungan

    evapotranspirasi, untuk mengetahui water balance/ neraca air daerah

    penelitian yang dapat dikaitkan dengan pola tanam jenis tanaman, serta

    ketersediaan air hujan untuk air bersih sepanjang tahun;

    b. Khusus untuk pola perikanan diarahkan untuk mengetahui saat-saat tidak

    dapat melaut;

    c. Unsur Morfologi diarahkan pada pola/ arah aliran air permukaan/ air

    sungai, dan sedimentasi pada alur pelayaran yang memprediksi pola /

    letak cekungan / lembah, serta kemungkinan memprediksi adanya

    genangan banjir;

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    15/46

    14 | P a g e

    d. Unsur Daerah Aliran Sungai (DAS), untuk mengetahui daerah cakupan

    (Catchment Area), baik cachtment area air permukaan/ air tanah, serta

    untuk memprediksi kemungkinan adanya banjir/ genangan air;

    e. Unsur Lithologi (sedimentasi batuan induk disertai teksturnya),

    dimaksudkan untuk mengetahui reserve aquiferbawah permukaan;

    f. Unsur Geologi (mencakup struktur geologi / jenis / umur batuan induk)

    disertai peta geologi dengan diskripsi legenda peta geologi yang lengkap,

    serta penampang melintang secara vertikal yang mewakili diskripsi

    bawah pemukaan lokasi tersebut, minimal skala 1 : 250.000,

    dimaksudkan untuk mengetahui diskripsi bawah permukaan / kondisi

    geologi dan struktur geologi daerah studi;

    g. Unsur Kualitas Air, kajian ini diarahkan pada kualitas untuk air bersih/ air

    minum sepanjang tahun, penelitian diarahkan pada unsur-unsur kimia/

    biologi/ fisik yang terkandung, yang masih dapat ditolerir untuk

    dikonsumsi manusia Standart Kementerian Kesehatan Republik

    Indonesia, yang dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat air, seperti

    DHL, Salinitas dan sebagainya.

    Penelitian hidrologi dibuat sampai pada daerah aliran sungai (Catchment

    Area) didaerah tersebut, berdasarkan interpretasi foto udara, pengecekan

    lapangan dan data yang ada.

    Daerah aliran sungai yang berdekatan dengan batas SKP harus diteliti

    juga. Tingkat ketelitian harus cukup untuk menentukan konservasi tanah dan

    air di dalam SKP. Penelitian hidrologi aliran permukaan perlu memperhatikan

    hal-hal sebagai berikut :

    a. Pola aliran sungai harus diplot di atas peta dasar. Batasan daerah aliran

    sungai utama harus diplot berdasarkan interpretasi foto udara / citra

    satelit dan pengamatan di lapangan dan ditunjukkan diatas peta dalam

    laporan. Daerah aliran sungai untuk semua sungai yang mempengaruhi

    daerah SKP harus didaftar dan dijelaskan secara ringkas.

    b. Frekuensi, kedalaman waktu dan lama genangan air harus

    dipertimbangkan berdasarkan analisis data curah hujan, luas daerah

    aliran sungai, morpologi bentuk sungai dan taksiran dari data air limparan

    (Run Off). Data tambahan harus dicari dari penduduk setempat dan

    pengamatan lapangan.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    16/46

    15 | P a g e

    c. Pengamatan fluktuasi (naik turun pasang surut) air laut harus

    dilaksanakan dan harus disajikan dimana perlu garis-garis batas

    rembesan air asin (salt intrusion), minimal secara indikasi melalui

    pengamatan pada saluran navigasi atau sungai Pendangkalan di alur

    pelayaran.

    d. Studi hidrologi dilaksanakan untuk mengamati sumber daya air dan

    kondisi hidrologi kawasan yang bersangkutan studi dilakukan

    berdasarkan data yang ada, data Geologi, data lapangan (Geolistrik dan

    sumur) dan pengalaman penduduk setempat. Juga diteliti pengamatan

    sifat air (pH, DHL, Salinitas sifat-sifat penting lainnya) dan

    diidentifikasikan kedalam air tanahnya. Apabila perkiraan ketersediaan air

    minum yang dibutuhkan tidak dimungkinkan, harus disebutkan dengan

    jelas langkah apa yang harus dilakukan.

    e. Pada akhir tahap II ini, harus sudah menampilkan sistem tata air

    potensial serta desain teknis beberapa alternatif penyediaan air bersih

    untuk pertimbangan kebijaksanaan untuk perencanaan transmigrasi.

    Untuk pola tambak dapat menampilkan sistem drainase dan

    penyediaan air tawar dan air asin. Untuk pola nelayan, juga dapat

    menentukan kapan tidak dapat melaut karena iklim yang sangat buruk,

    kondisi alur pelayaran, terutama pada saat air surut.

    4. Survai Penggunaan Lahan Dan Konsolidasi Lahan

    Survai ini dilakukan dalam dua tahap:

    1. Survai tahap pertama dilaksanakan bersama-sama survai pendahuluan

    topografi awal mengidentifikasi penggunaan lahan kawasan studi,

    2. Survai tahap ke dua dilakukan setelah disusun draft struktur ruang RSKPdan dilaksanakan musyawarah untuk mengetahui kepemilikan lahan yang

    direkomendasikan unttuk dilakukan konsolidasi lahan.

    a. Survai tahap I (pertama)

    Jenis Pengunaan lahan yang didapatkan dari hasil penafsiran citra satelit

    (pada tahap persiapan) dilakukan ground checkdi lapangan. Tipe citra

    satelit yang dapat digunakan dalam pekerjaan penyusunan RSKP adalah

    citra satelit yang memiliki resolusi medium-tinggi misal citra spot, alos,

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    17/46

    16 | P a g e

    formosat, Ikonos,quickbird, world-view dan lainnya dengan padanan

    output hasil peta skala 1:20.000.Tujuan survei penggunaan lahan adalah

    untuk melakukan pengecekan hasil penafsiran penutupan lahan dengan

    melakukan pengamatan pada lokasi-lokasi yang diragukan.Hasil

    pengecekan lapangan, penggunaan lahan dikatagorikan sebagai berikut

    Desa/Pemukiman, Perladangan, Persawahan, Perkebunan, Alang-alang,

    Belukar, Padang Rumput, Rawa Semak dan Hutan ( Hutan Primer Lahan

    Kering, Hutan Primer Lahan Basah, Hutan Bakau / Nipah dan Hutan

    Karet).

    b. Survai tahap ke 2 (kedua)

    Survai dilakukan setelah draft tata ruang SKP dan Musyawarah dengan

    pemilik lahan yang bersedia menyerahkan sebagian lahannya untuk

    pemukiman transmigrasi selesai dilaksanakan.Survai ini meliputi:

    a) Identifikasi batas areal milik lahan masyarakat yang akan diserahkan

    untuk pemukiman transmigrasi (merupakan batas yang akan

    direkomendaikan untuk dilaksanakan konolidasi lahan);

    b) Identifikasi nama pemilik lahan;

    c) Identifikasi penggunaan lahan saat ini.

    5. Survai Potensi Hutan

    Survei ini bertujuan untuk mengetahui survei potensi hutan meliputi survei

    potensi tegakan hutan, kerapatan, jenis hutan dan status hutan. Untuk

    melakukan proses cepat dapat digunakan analisa dari citra satelit kemudian

    diuji sampling lapangan.

    1. Untuk mengetahui status hutan digunakan peta kawasan hutan dan

    perairan yang dikeluarkan oleh Badan Planologi Kementerian Kehutanan,

    status hutan dimaksudkan sebagai masukan bagi penyelesaian status

    calon lokasi (pelepasan hutan).

    2. Status dan fungsi kawasan hutan menunjukkan sebagai hutan produksi,

    hutan produksi konservasi dan hutan lindung serta izin-izin kehutanan.

    Data tersebut harus dikonsultasikan dengan Dinas Kehutanan dan atau

    Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Setempat.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    18/46

    17 | P a g e

    3. Buku Hijau Departemen Kehutanan sangat diperlukan konsultan untuk

    masukan identifikasi jenis pohon dan sebagai panduan untuk mentransfer

    nama pohon lokal ke mana botanisnya.

    6. Survai Ketata Ruangan

    Survai ketata ruangan dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran:

    1. Desa-desa yang ada yang masuk dalam delinasi SKP yg di studi

    2. Pusatpusat Pertumbuhan yg ada atau mulai tumbuh

    3. Sarana dan prasarana yang ada ( sarana peribadatan, sarana

    pendidikan,sarana kesehatan , sarana perekonomian, jaringan listrik,

    jaringan komunikasi, jaringan air bersih )

    4. Jaringan transportasi yang menghubungkan:

    - Internal SKP studi yang menghungkan antar desa;

    - Eksternal yang menghubungkan SKP studi dengan SKP lainnya dalam

    WPT, dengan Pusat WPT dan Pusat terdekat lainnya yang sudah atau

    sedang berkembang.

    7. Survai Demografi Dan Sosial Budaya

    Pada tahap pendahuluan survai demografi dan sosial budaya dilakukan

    dengan menginterview masyarakat,survai ini dimaksudkan untuk :

    1. Mengetahui adat istiadat dan hukm adat

    2. Mengetahui kesediaan masyarakat bila menerima penduduk pendatang

    bergabung dalam satu desa,

    3. Kecenderungan masyarakat untuk melakukan integrasi sosial budaya,

    4. Toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda, dsb.

    Metode, sumber data dan teknik sampling untuk setiap jenis data yang

    diperlukan dapat dilihat sebagai berikut :

    Metode pengumpulan data

    Metode wawancara mendalammerupakan metode pengumpulan data yang

    sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara

    umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

    cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

    informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

    pedoman (guide) wawancara.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    19/46

    18 | P a g e

    Metode Focus Group Discussiondapat dikatakan sebagai metode diskusi

    yang direncanakan dan bertujuan untuk menjaring persepsi serta sikap atas

    topik yang didiskusikan secara terbuka dalam suasana proaktif. Peserta

    diskusi saling mempengaruhi atas ide dan pendapat yang diutarakan dalam

    diskusi tersebut. Pelaksanaan Focus Group Discussion tidak bertujuan

    mencari konsensus, tidak mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan

    memberikan rekomendasi atau membuat keputusan.

    Metode angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui

    formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

    seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau

    tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

    8. Survai Potensi Ekonomi (Potensi Pasar , FGD, Interview)

    Dalam penyusunan rencana SKP, diperlukan survey lapangan potensi

    ekonomi untuk mendapatkan data primer yang berkaitan dengan rencana

    pengembangan usaha kawasan. Survei potensi ekonomi mencakup satuan

    wilayah administrasi kecamatan potensial dengan berbasis kepada potensi

    desa dan orientasi ekonomi perdesaan,yang meliputi aspek :

    1. Data Kesesuaian Lahan;

    2. Data Ketersediaan Pasar;

    3. Data Ketersediaan dan Penguasaan Teknologi Budidaya dan Pasca

    Panen;

    4. Data Produksi dan Produktivitas Komoditi;

    5. Data Sarana dan Prasarana Penunjang;

    6. Data Akses Modal Usaha;

    7. Data Kebijakan Pemerintah;

    8. Data Minat dan Partisipasi Masyarakat;

    9. Data Kelembagaan Ekonomi.

    9. Survai Sarana Dan Prasarana

    Survai ini untuk mengetahui jenis sarana dan prasarana pemukiman yang

    ada dan sebarannya. Sarana permukiman adalah fasilitas penunjang, yang

    berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,

    sosial dan budaya. Saranaadalah kelengkapan kawasan permukiman daerah

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    20/46

    19 | P a g e

    yang berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga,

    pemerintahan dan pelayanan umum,peribadatan, rekreasi dan kebudayaan,

    olah raga dan lapangan terbuka, serta pemakaman umum;

    Yang dikategorikan/termasuk dalam prasarana pada kegiatan Perencanaan

    Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) meliputi :

    1. PrasaranaJalan;

    2. Prasarana Terminal;

    3. Prasarana Pengairan;

    4. Prasarana Drainase;

    5. Prasana Kelistrikan;

    6. Prasarana Telekomunikasi.

    Sedangkan yang dikategorikan dengan Sarana pada Perencanaan Satuan

    Kawasan Pengembangan (SKP) adalah

    1. Sarana Pendidikan;

    2. Sarana Kesehatan;

    3. Sarana Pemerintahan Dan Pelayanan Umum;

    4. Sarana Peribadatan;

    5. Sarana Olahraga Dan Rekreasi;6. Sarana Perdagangan Dan Jasa;

    7. Sarana Keamanan.

    2.2.5. Analisa Awal Kawasan SKP (Di lapangan)

    Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur awal SKP

    yang mengarahkan sebaran ke 3 type SP (SP baru, SP pugar dan SP Tempatan).

    1. Analisa Kontek RegionalAnalisis konteks regional ditujukan untuk mengetahui kedudukan SKP yang di

    studi dalam lingkup yang lebih luas .

    2. Analisa/Evaluasi Kesesuaian Lahan

    a. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada masing-masing SPL di seluruh

    areal survai. Penilaian kesesuaian lahan harus dilakukan berdasarkan

    prinsip sesuai seperti yang diterapkan dalam A Frame Work Land

    Evaluation (FAO1976).

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    21/46

    20 | P a g e

    b. Penilaian kesesuaian lahan tersebut minimal diarahkan untuk penggunaan

    Padi Sawah (PS), Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman

    Tahunan (TT). Selanjutnya dilakukan penilaian kesesuaian lahan untuk

    beberapa komoditi, sehingga dapat ditentukan jenis komoditi yang paling

    sesuai.

    c. Kelas kesesuaian yang digunakan adalah tingkat sub kelas, dimana hasil

    penilaian kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor pembatas S1, S2, S3

    dan N.

    d. Penilaian kesesuaian lahan dinilai terhadap :

    - Kesesuaian Lahan Aktual

    Yaitu dinilai berdasarkan kondisi saat ini dengan berdasarkan kriteria

    standar dari Pedoman Pengelompokkan Kelas Kesesuaian Lahan.

    - Kesesuaian Lahan Potensial

    Yaitu dinilai setelah mempertimbangkan masukan (input) baik

    Rendah, Sedang atau Tinggi (Low Input, Medium Input, High Input).

    Dalam hal ini (pembatas utama) yang perlu diperhatikan adalah faktor

    kunci penentuan kelas kesesuaian lahan yang secara potensial dapat

    ditingkatkan menjadi kelas yang lebih tinggi

    e. Penilaian kesesuaian lahan secara spesifik untuk setiap komoditi tanaman

    pangan pokok dan tanaman lainnya pangan pokok dan tanaman lainnya

    yang direkomendasikan oleh konsultan berpedoman menurut sistem Atlas

    Format Procedures (CSR/FAO-Staff, 1983).

    f. Lahan yang dapat direkomendasikan untuk perencanaan tata ruang

    adalah yang memiliki kelas sesuai secara aktual. Dalam hal tertentu jika

    Konsultan akan merekomendasikan lahan kelas sesuai secara potensial,

    terlebih dahulu perlu mendapat persetujuan dari Direktorat Perencanaan

    Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Ditjen

    PKP2Trans.

    g. Penyajian Peta Kesesuaian Lahan

    - Pada skala 1 : 10.000 untuk seluruh areal survai dengan kesesuaian

    lahan actual dan potensial.

    - Pada skala 1 : 5.000 untuk Lahan Pekarangan dengan Kesesuaian

    Lahan Aktual dan Potensial berikut input yang direkomendasikan.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    22/46

    21 | P a g e

    3. Analisa Areal Potensial.

    Berdasarkan hasil anlaisis kesesuaian lahan dan hasil survai hutan dan survai

    tataguna lahan dianalisa lahan :

    a. Areal untuk pemukiman transmigrasi memperhatikan kriteria sebagai

    berikut:

    - Kemiringan lahan.

    Kemiringan lahan yang direkomendasikan untuk LP, LU I, LU II

    mempertimbangkan aspek lingkungan dan keamanan.

    Tabel

    Kemiringan Lahan

    Peruntukan Standar Rata-RataStandar tidak Rata-

    Rata

    Keterangan

    LP

    LU I

    LU II

    08 %

    08 %

    015 %

    0 15 %

    015 %

    025 %

    Diatas 8 % memerlukan

    perlakuan teknis

    Diatas 8 % perlu dibuat

    teras bangku

    Diatas 15 % perlu dibuat

    teras bangku

    - Kesesuaian lahanKesesuaian lahan yang dapat direkomendasikan untuk

    pengembangan usaha transmigran masuk kedalam klas S1 S3.

    Lahan yang dikategorikan N1 dapat direkomendasikan, namun

    harus ada perbaikan terlebih dahulu menjadi klas S, sebelum

    dilakukan studi lebih detail. Areal yang direkomendasikan untuk

    Lahan Usaha dalam lingkup SKP, memenuhi skala ekonomi usaha

    untuk kegiatan pertanian yang diusulkan.

    - Kualitas air minum dan air bersih

    Air yang direkomendasikan untuk air bersih memenuhi persyaratan

    Permenkes RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/2002

    Tabel

    Penentuan Kualitas Air

    No Parameter Satuan

    Kadar Maksimum yangDiperbolehkan

    Air Minum Air Bersih

    I Fisika

    Bau - Tidak Berbau Tidak BerbauRasa - Tidak Berasa Tidak Berasa

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    23/46

    22 | P a g e

    Kekeruhan Skala NTU 5 25

    TDS Mg/L 1.000 1.000

    II Kimia

    Besi Mg/L 0,3 0,02

    Kesadahan (CaCO3) Mg/L 500 75,00

    Klorida Mg/L 250 2,25

    Mangan Mg/L 0,1 0,00Nitrat + sbg N Mg/L 10 0,64

    Nitrit + sbg N Mg/L 1,0 0,20

    pH Mg/L 6,58,5 7,80Sulfat Mg/L 250 2,05

    Raksa Mg/L 1,0

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    24/46

    23 | P a g e

    - Kemudahan hubungan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang

    direncanakan atau yang ada dalam RKT (RWPT atau RLPT) melalui

    penyediaan akses jalan serta prasarana pendukung transportasi

    lainnya;

    - Sebaran lahan yang direkomendasikan dalam setiap calon SP telah

    mempertimbangkan jarak jangkau yang direncanakan untuk LP ke LU

    I dan LU II memenuhi kriteria jarak sebagai berikut:

    Jarak LP ke PD, Lahan Usaha

    1) LP ke PD2) LP ke LU I

    3) LP ke LU4) Antar SP

    Mak 1,5 KmMak 2,5 KmMak 3,5 KmMak 7,0 km

    c. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa pugar, pada peta perlu

    ditunjukkan mana yang akan tetap sebagai tanah milik penduduk desa

    setempat, mana tanah milik yang disepakati akan dikonsolidasi untuk

    pembangunan pemukiman transmigrasidengan disertai surat penyerahan

    tanah dari penduduk.d. Untuk yang diprediksi akan dijadikan SP baru, perlu adanya dukungan

    surat penyerahan tanah dari penduduk setempat yang akan di proses

    nantinya untuk penerbitan SK-HPL.

    e. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa tempatan , ditunjukkan surat

    kesepakatan dari kepala desa nya, dan bila desa tersebut akan dijadikan

    sebagai pusat SKP sudah ada surat kesediaan untuk menyediakan areal

    untuk pusat SKP seluas 812 ha.

    f. Areal HGU yang telah disepakati untuk plasma dan sesuai untuk

    dikembangkan perkebunan:

    1. Peta Geologi. Untuk areal yang direkomendasikan untuk pemukiman

    transmigrasi bukan areal rawan bencana (banjir, longsor, gempa,

    daerah patahan geologi, dll)

    2. Rencana Lintas Sektor. Untuk area-areal yang telah direncanakan

    sektor lain dan tidak mendukung atau tidak dapat diintegrasikan

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    25/46

    24 | P a g e

    dengan rencana pembangunan transmigrasi dikeluarkan dari areal

    potensial.

    Berdasarkan uraian diatas maka deliniasi Kawasan memenuhi kriteria sbb:

    - Berdasarkan RTRWK,masuk kawasan Budidaya;

    - Bedasarkan RKT;

    - Secara status hutan masuk kawasan Hutan APL/HPK;

    - Lahan sesuai dengan yang akan dikembangkan untuk program

    transmigrasi, dengan luas minimal 5.000 s/d 10.000 ha;

    - Batas delinasi memanfaatkan batas alam/buatan yang mudah

    diidentifikasi dilapangan;

    - Skala kedetailan 1 : 10.000.

    2.2.6. Penyusunan Draft Struktur Ruang SKP

    Berdasarkan sebaran lahan potensial dan sebaran pemukiman penduduk

    setempatdibuat struktur SKP dengan memperhatikan :

    1. Penentuan SP-SP;Kriteria SP Baru, SP Pugar dan SP Tempatan

    a. SP baru

    - Desa yang dipilih masih terdapat potensi lahan pengembanganpemukiman transmigrasi baru (untuk LP, LU1, LU2, Pusat Desa dan

    Fasum )

    - Jumlah daya tampung SP Baru 300-500 KK.

    b. SP Pugar

    - Desa penduduk pugar 100200 KK;

    - Desa yang dipilih masih terdapat potensi lahan pengembangan

    pemukiman transmigrasi baru daya tampung 100200 KK;

    - Permukiman lama dan permukiman baru berdampingan dengan jarak

    maksimal 1,5 km.

    c. SP Tempatan

    - Desa yang dipilih sebagai SP Tempatan secara fisik tidak

    memungkinkan adanya penambahan KK baru, atau masyarakat

    tidak mau adanya tambahan KK baru;

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    26/46

    25 | P a g e

    - memerlukan aksesibilitas dengan permukiman/SP transmigrasi,

    dapat diintegrasi dalam satu satuan SKP dengan jarak maksimal

    7km.

    2. Penentuan Pusat-pusat (Pusat SKP dan Pusat SP), dengan

    mempertimbangkan:

    - Posisi strategis dari SKP ke pusat pertumbuhan terdekat;

    - Posisistrategis SP sebagai Pusat SKP untuk melayani SP-SP yang

    berada di bawahnya.

    - Kelengkapan saranadan prasarana yang dimiliki.

    3. Arahan Jalan poros dan Penghubung

    - Jalan Poros yang menghubungkan antar SP;

    - Jalan penghubung yang menghubungkan Pusat SKP dengan pusat

    pertumbuhan terdekat.

    Dengan diketahui adanya desa yang potensial menjadi SP Pugar , maka

    perlu dilakukan musyawarah untuk mengetahui kesediaan penduduk

    setempat untuk menyerahkan sebagian lahannya.

    2.2.7. Musyawarah

    Musyawarah pada tahap ini ditujukan untuk

    - Mensosialisasikan konsep pemukiman transmigrasi SP Pugar;

    - Menginformasikan lahan potensial untuk pemukiman transmigrasi;

    - Mengetahui kesediaan menerima warga transmigran dari luar daerah

    tersebut ;

    - Menyatakan kesediannya menyerahkan lahan dan setuju dilaksanakan

    konsolidasi lahan;

    - Bila bersedia dibuat berita acara penyerahan lahan yang ditanda tangani

    minimal 85 % dari pemilik tanah yang meilput minimal 85 % dari luas yang

    akan diserahkan;

    - Membuat berita acara.

    2.2.8. Identifikasi Dan PemetaanLahan Yang Direkomendasikan Untuk

    Dilakukan Konsolidasi Lahan.

    Lahan yang direkomendasikan untuk konsolidasi lahan dilakukan identifikasi

    batas Blok-blok yang direkomendasikan dikonsolidasi lahan perlu dipasang

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    27/46

    26 | P a g e

    beberapa patok permanen yang dapat mewakili batas lahan. di Pilar/patok

    permanen tersebut harus diikatkan pada patok jalur rintisan dan posisinya

    dapat mudah diidentifikasikan di lapangan (misalnya pada ujung-ujung blok,

    di dekat sungai dan lain sebagainya). Pengukuran pilar-pilar permanen

    tersebut dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut :

    Spesifikasi pengukuran poligon dan sebagai berikut :

    - Sudut horizontal/poligon diukur dengan theodolite To atau yang sederajat

    sebanyak 1 seri ganda (B-B-LB-LB).

    - Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk seraha dan di cek dengan

    jarak optis ke muka dan ke belakang.

    - Salah penutup sudut tidak lebih dari 4 n; (n = jumlah titik polygon).

    - Ketelitian linier tidak lebih dari 1/2.500.

    - Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm D Km (D = Jumlah jarak

    jalur pengukuran beda tinggi).

    Syarat PemasanganPatok Batas Konsolidasi :

    - Tentukan koordinat sementara patok-patok Batas Konsolidasi di atas Peta

    Areal Terekomendasi;

    - Hitung Azimuth dan Jarak dari Patok BM terdekat terhadap patok-patokBatas Konsolidasi di Peta Areal Terekomendasi;

    - Dengan menggunakan alat ukur T0dan Pita Ukur dilakukan pengukuran

    staking out dari BM terdekat ke patok-patok Batas Konsolidasi sesuai

    azimuth dan jarak. Harus diperhatikan besar deklinasi magnetis di daerah

    tersebut;

    - Peta Areal Terekomendasi disajikan pada peta berskala 1 : 5.000 yang

    menyajikan patok-patok BM, patok-patok Batas Konsolidasi beserta garisbatas konsolidasi sesuai dengan arah azimuth dan jaraknya;

    - Sebagai pengikat titik polygon batas lahan tersebut, diambil titik Bench

    Mark(BM) pada base line terdekat.

    2.2.9. Menyusun Analisa Kawasan Lanjutan

    Merupakan pekerjaan di studio untuk mempertajamhasil lapang :

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    28/46

    27 | P a g e

    2.2.9.1. Analisis Arahan Pengembangan Kawasan

    Pengembangan Kawasan Transmigrasi harus terintegrasi dengan

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan hasil Rencana

    sebelumnya yang telah disusun berupa Rencana Kawasan Transmigrasi

    (RKT). Oleh karena itu untuk mengetahui arah pengembangan kawasan

    studi perlu dikaji arahan pola ruang RTRW kabupaten terkait kawasan

    studi dan arahan sistem kota-kotanya untuk menentukan orientasi

    pengembangan kawasan studi nya. Bila sudah ada RKT maka pola

    pengembangan usaha dan yang menjadi orientasi pusat

    pengembangannya mengacu pada hasil RKT.

    2.2.9.2. Analisis Persebaran Penduduk

    Kondisi sebaran penduduk di kawasan studi perlu dikaji, untuk mengetahui

    desa-desa yang sudah maju atau desa-desa yang sudah cukup padat

    yang sudah tidak memerlukan program transmigrasi dan desa-desa yang

    dinilai masih kurang memenuhi standard untuk menjadi desa definitif dan

    perlu tambahan penduduk dan masih memiliki lahan potensial untuk

    diprogramkan transmigrasi

    2.2.9.3. Analisis kesesuaian Pemukiman

    Lahan yang dapat direkomendasikan untuk pembangunan pemukiman

    transmigrasi ada beberapa harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

    - Secarakesesuaian lahan dapat dikembangkan untuk pertanian;

    - Menurut hasil analiss daya dukung lahan dan daya tampung

    lingkungan, Kawasan tersebut masih memungkinkan untuk ditambah

    penduduk dan kegiatan usahanya. Besaran daya dukung alam dan

    daya tampung lingkungan, diperhitungkan dari luasan sumberdaya

    lahan dan ketersediaan sumberdaya air permukaan dan air tanah,

    dibagi dengan setiap luasan sumberdaya alam yang akan dialokasikan

    kepada setiap keluarga transmigran, sesuai dengan pola usaha pokok

    yang akan dikembangkan dalam SKP;

    - Ditinjau status hutan nya merupakan APL ( Hutan Produksi yang dapat

    dikonversiinas perlu koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan secara

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    29/46

    28 | P a g e

    kepemilikan /pengusaan lahan tidak menimbulkan konflik sosial. Hasil

    Musyawarah merupakan dasar yang diacu untuk analisa ini;

    - Menurut hasil sumur sumur uji dan sumur penduduk menunjukkan

    adanya ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan minum para calon

    transmigran.

    2.2.9.4. Analisis Tata Ruang

    Analisis ini ditujukan mengarahkan struktur ruang dan pola ruang SKP

    yangdirencanakan. Untuk struktur ruang ada 2 aspek penting yang perlu

    direncanakan adalahsistem pusat permukiman dan sistem jaringan

    transportasi, sedangkan untuk pola ruang SKP yang perlu direncanakan

    adalahperuntukkan lahan SKP.

    Sistem Pusat pemukiman di SKP terdiri atas Pusat SKP yang disebut

    Desa Utama dan Pusat Desa, desa-desa yang masuk SKP

    kemungkinannya ada beberapa alternatif:

    a) SemuaCalon SP-SPbaru;

    b) SP Baru dan SP Tempatan;

    c) Desa Pugar, Calon SP-SPbaru dan desa tempatan;

    d) Desa Pugar dan desa tempatan;

    e) Semuanya desa pugar.

    Untuk mengarahkan SP atau Desa mana yang potensial menjadi Pusat

    Kawasan, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah:

    a) Sebaran desa /SP dan Prakiraan jumlah penduduk desa / daya

    tampung calon SP;

    b) Jaringan transportasi;

    c) Aksesibilitas ke pusat pemasaran;

    d) Kelengkapan sarana dan prasarana sosek yang ada di calon SP atau

    Desa yang masuk SKP.

    2.2.9.5. Areal Terekomendasi (Untuk SP Baru, SP Pugar Dan SP Tempatan).

    Berdasarkan hasil analisis Kesesuaian pemukiman dan analisis tata

    ruang,dihasilkan areal terekomendasi untuk dilakukan studi lebih lanjut

    (RTSP) dengan merumuskan type SP dan menghitung luasannya.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    30/46

    29 | P a g e

    Khusus untuk areal yang direkomendasi untik SP Pugar diidentifikasi lebih

    lanjut kondisi penggunaan lahannya.

    Areal yang direkomendasikan untuk di SP pugar harus dirembug dengan

    masyarakat agar bersedia untuk dikonsolidasi lahan.

    2.2.9.6. Analisis Kebutuhan Prasarana Lainnya Dan Sarana Sosial Ekonomi

    Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman:

    a) Mengarahkan Pertumbuhan Kawasan transmigrasi

    b) Mendukung Kebutuhan Pengembangan Permukiman

    c) Menunjang Kegiatan Ekonomi Kawasan

    d) Menunjang Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat

    e) MewujudkanPermukiman Yang Layak dalam Lingkungan Sehat,

    Aman,Serasi,danTeratur

    Analisa kebutuhan prasaranadan sarana didasarkan prediksi

    penduduk yang akan bermukim di masing-masing calon SP dan total

    penduduk di SKP yang direncanakan dan mengikuti Standard Nasional

    Indonesia.

    Analisa kebebutuhan prasarana meliputi :

    1) Prasarana Terminal;2) Prasarana Pengairan ;

    3) Prasarana Drainase Kawasan;

    4) Prasarana Listrik ;

    5) Prasarana Telekomunikasi ;

    Analisa kebutuhan Sarana Sosial-ekonomi meliputi:

    1) Pendidikan;

    2) Sarana Peribadatan;3) Sarana Kesehatan;

    4) Sarana Perdagangan dan Jasa;

    5) Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum;

    6) Sarana Olah Raga Dan Rekreasi.

    2.2.10. Analisis Potensi Ekonomi

    Dalam penyusunan rencana SKP, diperlukan analisis potensi ekonomi untuk

    merumuskan dan menyusun arahan dan pola pengembangan usaha

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    31/46

    30 | P a g e

    kawasan. Analisis potensi ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui

    hubungan pengaruh setiap aspek/parameter dengan melakukan penilaian

    atas keberadaan variabel/kriteria dari potensi desa dan orientasi ekonomi

    perdesaan terhadap rencana arahan pengembangan usaha kawasan,

    meliputi aspek :

    1. Analisis Kesesuaian Lahan;

    2. Analisis Pasar;

    3. Analisis Ketersediaan dan Penguasaan Teknologi;

    4. Analisis Produksi dan Produktivitas;

    5. Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang;

    6. Analisis Akses Modal Usaha;

    7. Analisis Kebijakan Pemerintah;

    8. Analisis Minat Dan Partisipasi Masyarakat;

    9. Analisis KelembagaanEkonomi;

    10. Analisis Penentuan Komoditas Unggulan.

    2.2.11. Analisis Kelayakan Usaha

    Analisis kelayakan usaha, dimaksudkan untuk mengetahui apakah

    pengembangan komoditas unggulan atau usaha ekonomi yang

    direncanakan atau yang sedang berjalan layak untuk

    dilaksanakan/dipertahankan kelangsungan usahanya dan atau layak untuk

    dikembangkan. Analisis kelayakan usaha ekonomi yang berorientasi

    pertanian harus mempertimbangkan aspek-aspek antara lain aspek

    Finansial.

    Aspek ini berkaitan dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya

    operasi dan pemeliharaan,kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan,

    perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi. Selain perhitungan ini,

    juga perluditampilkan perhitungan break even point beserta pay back

    period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak kegiatan usaha

    pertanian terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

    2.2.12. Analisis demografi dan sosial budaya

    Analisis data demografi akan menghasilkan kuantitas, komposisi, dan

    distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan-

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    32/46

    31 | P a g e

    perubahannya. Analisis data demografi juga dapat menjelaskan keterkaitan

    antara pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan keragaman penduduk

    berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan/matapencaharian, etnis, agama,

    lokal/pendatang, mobilitas geografis, dan sebaran penduduk dengan

    integrasi sosial dalam konteks kebutuhan penyusunan rencana SKP.

    Metode analisis demografi akan dilakukan dengan analisis kualitas

    data dan analisis tren. Saat ini data demografi bisa dengan mudah

    didapatkan, baik secara online maupun dari data-data yang dapat diperoleh

    dari instansi-instansi terkait. Sedangkan analisis sosial budaya akan

    menghasilkan profil masyarakat lokal berdasarkan unsur-unsur kebudayaan

    dan kecenderungan sikap toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda dan

    faktor-faktor sosial-budaya yang berpotensi menjadi konflik sosial.

    Berdasarkan hasil analisis sosial-budaya dan demografi akan

    dihasilkan aspek-aspek sosial budaya dan demografi yang dapat

    memberikan pertimbangan dalam perencanaan SKP, terutama yang

    terkait dengan aspek : prakiraan daya tampung, pola pemanfaatan ruang

    SKP, pengembangan Pola usaha pokok, jenis transmigrasi yang akan

    dilaksanakan, dan penataan sebaran penduduk dan kebutuhan SDM sesuai

    dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan SKP.

    2.3. Musyawarah

    Hasil analisis terekomendasiuntuk desa-desa yang potensial untuk dijadikan

    SP pugar di lakukan musyawarah dengan penduduk setempat untuk menyepakati

    lahan-lahan yang potensial untuk pemukiman transmigrasi bersedia untuk

    diserahkan dan dikonsolidasi oleh BPN.

    2.4. Penyusunan Rencana SKP

    Rencana SKP terdiri atas:

    1. Tujuan dan sasaran penyusunan RencanaSKP

    2. Luasan SKP

    3. Rencana Struktur Ruang SKP

    Rencana Struktur SKP terdiri sistem permukiman dan sistem jaringan transportasi.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    33/46

    32 | P a g e

    A. Sistem pemukiman dalam lingkup SKP terdiri atas:

    a) Beberapa satuan pemukiman dan desa, minimal 3 SP maksimal 6 SP;

    b) Pusat Kawasan yang disebut Desa Utama;

    c) Pusat Satuan Pemukiman yang disebut Pusat Desa.

    B. Sistem Jaringan transportasi lingkup SKP terdiri atas:

    a) Jalan penghubung yaitu jalan yang menghubungkan pusat SKP dengan

    kawasan lainnya.

    b) Jalan Poros yang menghubungkan pusat SKP dengan pusat desa, dan yang

    menghubungkan antar pusat desa.

    Dalam penyusunan Rencana Struktur SKP, perlu dideliniasi SP SP sesuai

    dengan potensi dan batasan batasan yang ditemui;

    a. Banyaknya jumlah SP yang dideliniasi mengacu pada hasil analisis tata ruang.

    b. Luas Satu SP antara 1.000 Ha1.600 Ha (lihat sub bab analisa tata ruang).

    c. Idealnya dalam batas administrasi satu desa.

    d. SP yang dideliniasi bisa dikategorikan dalam 3 jenis yaitu:

    - SP Baruadalah SP yang berdiri sendiri pada areal potensial yang status

    lahannya bebas dari peruntukan lahan lainnya atau perolehan lahannya

    berasal dari tanah adat / ulayat yang telah diserahkan untuk permukiman

    transmigrasi, atau berasal dari tanah negara.

    - SP Pugar adalah SP yang merupakan gabungan / integrasi dari desa /

    kampung setempat yang ditata / dipugar melalui proses konsolidasi lahan

    dengan permukiman baru yang dapat dibagun sebagai pengembangan dari

    permukiman desa / kampung setempat. Perolehan lahan permukiman

    pengembangan adalah dari proses konsolidasi lahan dan atau tanah negara

    bebas yang dapat diintegrasikan menjadi satuan permukiman dengan desa /kampung setempat tersebut.

    - SP Tempatanadalah permukiman desa / kampung setempat yang berdasar

    potensi dan pengembangan masyarakat dan pemerintahan desanya dapat

    memenuhi syarat sebagai satu kesatuan SP dan dimasukkan kedalam

    deliniasi SKP.

    4. Prakiraan Daya Tampung

    Berdasarkan deliniasi SP dihitung perkiraan daya tampung masing-masingSP.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    34/46

    33 | P a g e

    5. Rencana Peruntukan Lahan SKP

    Rencana Peruntukan lahan SKP terdiri atas:

    a. Areal pusat pelayanan Fasum dan Fasos;

    b. Areal permukiman (Areal yang direkomendasikan PTA, Pecahan KK

    areal pemukiman yg dipugar);

    c. Ruang untuk sarana dan prasarana;

    d. Areal untuk pengembangan usaha pokok;

    e. Ruang terbuka hijau;

    f. Areal konservasi;

    g. Areal cadangan untuk pengembangan.

    6. Rencana Pengembangan Pola Usaha Pokok

    Rencana pengembangan usaha di kawasan merupakan integral

    pembangunan perdesaan harus berbasis pertanian yang dilaksanakan secara

    terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan sistem-sistem input

    produksi dan keluaran/output. Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek

    tersebut diatas terhadap pengembangan komoditas unggulan di kawasan,

    maka pengembangan usaha di kawasan dilakukan dengan sistem agribisnis.

    Dalam perencanaan dan pemanfaatan sumber daya kawasan secara tepat

    dan efisien untuk peningkatan pendapatan petani yang mengusahakan

    komoditas unggulan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah/nasional,

    dilakukan pendekatan dasar Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas

    Unggulan (SPAKU), Penyusunan rencana SPAKU di kawasan meliputi :

    a. Subsistem Input;

    b. Subsistem Produksi (Farming);

    c. Subsistem Pasca Panen dan Agro-Industri;

    d. Subsistem Pemasaran (Marketing);

    e. Subsistem Jasa dan Penunjang.

    7. Rencana Jenis Transmigrasi Yang Akan Dilaksanakan

    Sesuai dengan pola usaha yang diusulkan dijelaskan mengenai jenis

    transmigran yang sesuai ditempatkan dimasing masing SP.

    8. Rencana Penataan Persebaran Penduduk dan Kebutuhan SDM Sesuai

    dengan Daya Dukung Alam dan Daya Tampung Lingkungan SKP

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    35/46

    34 | P a g e

    Sesuai dengan sebaran SP yang sirencanakan dirumuskan rencana

    persebaran penduduk sesuai dengan kulaitas SDM yang diperlukan.

    9. Indikasi Program dan Pentahapan Pembangunan SKP

    Indikasi program selanjutnya yang diperlukan terkait pembangunan kawasan

    transmigrasi perlu dibuat, meliputi:

    a. Pelaksanaan Konsolidasi Lahan;

    b. Penerbitan SK HPL ( sesuai hasil kesepakatan konsolidasi lahan antara

    masyarakat dengan Pemerintah daerah);

    c. Penyusunan RTSP (sesuai hasil rencana struktur ruang SKP : RTSP

    Pugar, RTSP baru dan RTSP Tempatan) dan Rencana Teknis Detail Jalan

    dari SP ke pusat SKP ;

    d. Penyusunan Rencana Jalan Penghubung antara Pusat SKP ke jalan

    kabupaten terdekat;

    e. Penyusunan Rencana Teknis Detail Prasarana (Jembatan, Dermaga,

    Saluran Drainase) dan Sarana sesuai kebutuhan (Rumah Transmigran,

    Fasum/Fasos, SAB Non Standar, Tenaga Listrik, Sub Terminal, Shelter);

    f. Pembangunan jalan penghubung/poros ;

    g. Pelaksanaan pembukaan Lahancalon pemukiman transmigrasi pendatang;h. Pembangunan jalan desa baik di lahan Calon transmigran dan di desa

    Pugar;

    i. Pembangunan Fasum , rumah transmigran , pemugaran rumah-rumah

    transmigran, dan pembangunan pecahan KK;

    j. Penempatan transmigran. Prioritas penduduk setempat yang berhak

    menjadi TPS (transmigran dari penduduk setempat) untu SP Pugar : dapat

    dilihat pada tabel.

    III. TENAGA AHLI

    Untuk menyusun R-SKP perlu melibatkan beberapa Tenaga ahli yang

    profesional. Untuk melaksanakan kegiatan R-SKP. Tenaga ahli yang dibutuhkan

    dengan komposisi sebagai berikut :

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    36/46

    35 | P a g e

    Tabel

    Tenaga Ahli

    No Profesi/Keahlian Latar Belakang PendidikanPengalaman

    Kerja(Tahun)

    JabatanDalamProyek

    1

    Ahli Perencanaan

    Wilayah

    S1 Planologi

    4 Ketua Tim2 Ahli Geodesi S1 Geodesi 3 Anggota

    3 Ahli HidrologiS1 Geologi/ Agrometerologi/Geografi/Sipil Hidrologi

    2,5 Anggota

    4 Ahli Tanah S1 Ilmu Tanah 3 Anggota

    5Ahli EkonomiPertanian/

    S1 Sosek Pertanian3 Anggota

    6 Ahli Kehutanan S1 Kehutanan 2 Anggota

    7 Ahli Sosial Budaya S1 Sosiologi 3 Anggota

    Catatan :-Salah satu dari tenaga ahli harus mempunyai sertifikat Amdal minimal A untuk melakukan Telaahan Lingkungan.- TA diatas untuk Pola Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan , untuk pola lain , tenaga ahli ditambah /dikurangi sesuai kebutuhan.

    No. Profesi/KeahlianBulan

    I II III IV OB

    1Ahli PerencanaanWilayah

    4

    2 Ahli Geodesi 3

    3 Ahli Hidrologi 2,5

    4 Ahli Tanah 3

    5 Ahli Sosek Pertanian 3

    6 Ahli Kehutanan 2

    7 Ahli Sosiologi 3

    Tugas tenaga ahli antara lain:

    a. Ahli perencanaan wilayah (ketua tim)

    - Mengkoordinasikan penyusunan laporan dari berbagai disiplin ilmu;

    - Melakukan analisis tata ruang kawasan;

    - Melakukan analisis jaringan transportasi dan analisis kebutuhan

    sarana dan prasarana untuk menunjang rencana pengembangan

    kawasan transmigrasi;

    - Bertanggungjawab terhadap peta RWPT, peta analisis tata ruang dan

    peta RSKP.

    b. Ahli geodesi

    - Melakukan analisis kelerengan untuk mendapatkan informasi

    klasifikasi kelerengan beserta posisi dan luasannya;- Melakukan koordinasi di bidang kegiatan topografi;

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    37/46

    36 | P a g e

    - Mengkoordinasikan penggambaran semua peta;

    - Bertanggungjawab terhadap peta orientasi dan peta kemiringan

    lereng.

    c. Ahli tanah- Mengarahkan, mengevaluasi dan memberi petunjuk kepada surveyor

    tanah;

    - Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam melakukan pekerjaan

    penilaian kondisi fisik dan kimia tanah;

    - Bertanggungjawab terhadap analisa tanah dan penyusunan peta

    kesesuaian lahan.

    d. Ahli hidrologi

    - Mengidentifikasi daerah-daerah bahaya banjir, pengamatan pasang

    surut dan intrusi air laut serta genangan-genangan yang ada di

    daerah survai;

    - Mengevaluasi ketersediaan sumber daya air untuk keperluan air

    minum transmigran dan keperluan lainnya;

    - Menganalisa data iklim, minimal 10 tahun terakhir;

    - Bertanggungjawab terhadap perhitungan dan peta sumber daya air.

    e. Ahli kehutanan

    - Melakukan survai tentang flora dan fauna;

    - Menghitung perkiraan potensi kayu;

    - Melakukan deliniasi status dan fungsi kawasan, serta kelas hutan;

    - Bertanggungjawab terhadap analisa penggunaan lahan dan peta

    status hutan.

    f. Ahli ekonomi pertanian/sosiologi

    - Melakukan survai kependudukan dan ekonomi masyarakat setempat;

    - Melakukan analisa pasar terhadap komoditas yang akan

    dikembangkan;

    - Menganalisa usaha tani;

    - Bertanggungjawab terhadap evaluasi kelayakan pengembangan

    kawasan dan peta penyebaran fasilitas sosial dan ekonomi.

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    38/46

    37 | P a g e

    g. Ahli Sosiologi

    - Melakukan pengumpulan data sebagai bahan fasilitator dalam

    musyawarah;

    - Melaksanakan analisa data untuk sasaran pengarahan (desa-desa)

    untuk menjadi saran perpindahan penduduk;

    - Melaksanakan analisa data bkesesuaian kultural untuk calon TPS

    dengan TPA;

    - Melaksanakan analisa potensi SDM calon transmigran penduduk

    setempat dan penataan persebaran penduduk;

    - Melaksanakan analisa data sesuai dengan aspek demografi, aspek

    sosiografi, aspek geografi dan aspek psikografi;

    IV. JADWAL PELAKSANAAN

    Waktu pelaksanaan untuk penyusunan Rencana SKP ini adalah 4(empat ) bulan:

    No. JENIS KEGIATANJADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

    Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

    1 Tahap Persiapan

    2 Presentasi Laporan

    Pendahuluan

    3 Tahap Survai Lapang

    4 Presentasi Laporan

    Lapang

    5 Penyusunan Draft

    Laporan Akhir

    6

    Presentase Draft

    Laporan Akhir

    7 PenyempurnaanLaporan

    8 Penyerahan Laporan

    V. KELUARAN RENCANA RINCI SKP:

    Keluaran Rencana SKP terdiri atas dokumen laporan

    1.1. Dokumen Laporan dengan outline terlampir

    1.2. Peta-peta

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    39/46

    38 | P a g e

    Format Peta disajikan dalam Kertas berukuran A1A0, terkecuali pada

    laporan akhir dilengkapi peta-peta dalam format A-3, (full color). Peta-peta

    yang disajikan meliputi:

    a. Peta orientasi (lingkup pulau/provinsi dalam 1 lembar peta, skala

    menyesuaikan)

    b. Peta konteks Regional (lingkup provinsi/kabupaten dalam 1 lembar

    peta, skala menyesuaikan)

    c. Peta RKT 1 : 20.000

    d. Peta sebaran fasilitas sosial-ekonomi 1 : 20.000

    e. Peta Kemiringan; 1 : 20.000

    f. Peta Satuan Lahan 1 : 20.000

    g. Peta Potensi Sumberdaya Air 1 : 20.000h. Peta Kesesuaian Lahan; 1 : 20.000

    i. Peta Penggunaan Lahan, Penguasaan

    j. Lahan dan Status Hutan 1 : 20.000

    k. Peta sebaran pemukiman penduduk 1 : 20.000

    l. Peta analisa tata ruang 1: 20.000

    m. Peta Areal terekomendasi untukkonsolidasi lahan 1 : 20.000

    n. Rencana Struktur SKP 1 : 20.000

    - Sebaran SP-SP (SP Baru, SP Pugar dan SP tempatan)

    - Lokasi pusat SKP (Desa Utama) dan pusat SP;

    - Rencana blok LP, LU I dan LU II (untuk pola TPLK);

    - Alinemen jalan penghubung dan jalan poros;

    - Batas daerah yang diusulkan untuk studi Tahap III.

    o. Rencana peruntukan Lahan SKP.

    p. Peta Rencana Pembangunan/Pengembangan Prasaranan dan Sarana

    SKP

    VI. PELAPORAN

    Mekanisme pelaporan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

    1. Laporan Pendahuluan, yang berisi metode dan rencana pelaksanaan

    pekerjaan, yang juga dilengkapi dengan pemahaman dan tinjauan awal

    terhadap substansi pekerjaan. Laporan pendahuluan diserahkan 1 (satu)

    bulan semenjak diterbitkannya SPMKsebanyak 5 eksemplar;

    2. Laporan Antara, yang berisi hasil laporan survai lapangan dan berita

    acara hasil musyawarah dan berita acara penyerahan lahan yang akan

    dikonsilodasi lahan;

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    40/46

    39 | P a g e

    3. Laporan Antara diserahkan 2 (dua) bulan semenjak diterbitkannya

    SPMK sebanyak 5 eksemplar;

    4. Draft Laporan Akhir, yang berisi hasil rumusan rencana luas SKP,

    rencana Struktur Tata Ruang dan perkiraan daya tampung, Rencana pola

    pemanfaatan ruang, rencana pengembangan usaha dan kelayakan

    usahanya, rencana jenis transmigrasi yang dilaksanakan, rencana

    persebaran penduduk dan indikasi program. Draft Laporan Akhir

    diserahkan 4 (empat ) bulan semenjak diterbitkannya SPMK 5 eksemplar.

    5. Laporan Akhir,yang merupakan penyempurnaan draf laporan akhir

    Laporan akhir diserahkan 5 lima) bulan semenjak diterbitkannya SPMK

    sebanyak 10 eksemplar;

    6. Buku Executive Summary.

    VII. BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Kegiatan ini diselenggarakan secara kontraktual dengan sumber pendanaan

    APBN. Biaya pelaksanaan pekerjaan ini adalah Rp.2,825,022,200, dengan uraian

    sebagai berikut.

    NO Uraian Biaya

    1 Kawasan Dampala SKP. A

    Kabupaten Morowali Provinsi

    Sulawesi Tengah

    Rp 558,164,200,-

    2 Kawasan Rauta SKP. A Kabupaten

    Konawe Provinsi Sulawesi

    Tenggara

    Rp 542,251,600,-

    3 Kawasan Taliabu SKP A Kabupaten

    Taliabu Provinsi Maluku Utara

    Rp 594,279,400,-

    4 Kawasan Tomage SKP A

    Kabupaten Fak-Fak Provinsi Papua

    Barat

    Rp 604,054,000,-

    5 Kawasan Bunguran SKP A

    Kabupaten Natuna Provinsi

    Kepulauan Riau

    Rp 526,273,000,-

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    41/46

    40 | P a g e

    VIII. PENUTUP

    Demikian kerangka acuan pekerjaan ini dibuat agar dapat digunakan sebagai

    pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Rinci SKP

    TahunAnggaran2015.

    Direktur

    Perencanaan Pembangunan

    Dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

    Jajang Abdullah, SPd, M.Si

    NIP.19620704 198503 1 002

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    42/46

    41 | P a g e

    OUTLINE LAPORAN RENCANA RINCI SKP

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    BAB. I PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    1.2. Tujuan

    1.3. Sasaran

    1.4. Manfaat

    1.5. Luaran

    1.6. Peristilahan

    1.7. Metode pendekatan

    1.7.1. Kerangka penyusunan SKP

    1.7.2. Metode pelaksanaan pekerjaan

    BAB. II ASPEK FISIK LINGKUNGAN DAN SOSEK2.1. Daerah Studi

    2.1.1. Letak administrasi dan geografis

    2.1.2. Perhubungan dan pencapaian lokasi

    2.1.3. Regional konteks

    2.2. Iklim dan Hidrologi

    2.2.1. Metode klasifikasi iklim

    2.2.2. Karakteristik iklim

    2.2.3. Analisis curah hujan

    2.2.4. Neraca air

    2.2.5. Sumber daya air

    2.2.5.1. Sungai

    2.2.5.2. Air tanah dangkal

    2.2.5.3. Sumber air potensial

    2.2.5.4. Kualitas air

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    43/46

    42 | P a g e

    2.3. Geologi geomorfologi dan fisiografi

    2.3.1. Geologi

    2.3.2. Geomorfologi

    2.3.3. Fisiografi dan satuan Lahan

    2.3.4. Sistem lahan

    2.4. Topografi

    2.4.1. Pengukuran kemiringan lahan

    2.4.2. Pengukuran jalur base line

    2.5. Sumber daya lahan

    2.5.1. Bahan induk tanah

    2.5.2. Klasifikasi tanah

    2.5.3. Deskripsi tanah

    2.5.4. Satuan peta tanah

    2.5.5. Kesuburan tanah

    2.5.6. Evaluasi kesesuaian lahan

    2.5.7. Hasil penilaian kesesuaian lahan

    2.5.7.1. Kesesuaian lahan aktual

    2.5.7.2. Kesesuaian lahan potensial

    2.5.8. Rekomendasi pemupukan dan pengapuran

    2.5.8.1. Pemupukan

    2.5.8.2. Waktu pemberian pupuk

    2.5.8.3. Pengapuran

    2.5.9. Bahaya erosi tanah

    2.6. Sumber daya hutan

    2.6.1. Potensi tegakan dan kelas hutan

    2.6.2. Flora dan fauna

    2.6.3. Status hutan

    2.6.4. Penggunaan lahan

    2.6.5. Telahaan lingkungan

    2.7. Keadaan pertanian yang ada sekarang

    2.7.1. Keadaan pertanian secara umum

    2.7.1.1. Tanaman pangan

    2.7.1.2. Keadaan tanaman hortikultura

    2.7.1.3. Keadaan tanaman perkebunan

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    44/46

    43 | P a g e

    2.7.2. Keadaan peternakan dan perikanan

    2.7.2.1. Peternakan

    2.7.2.2. Perikanan

    2.7.3. Pola dan jadwal tanam

    2.7.4. Ketersediaan dan pemakaian input

    2.7.5. Ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja

    2.7.6. Perkiraan produksi dan kebutuhan konsumsi

    2.8. Keadaan Kependudukan, sosial budaya dan ekonomi

    2.8.1. Jumlah dan kepadatan penduduk

    2.8.2. Penduduk berdasarkan umur

    2.8.3. Penduduk berdasarkan agama dan budaya

    2.8.4. Pendapatan dan pengeluaran

    2.8.5. Pendapatan penduduk

    2.8.6. Pengeluaran penduduk

    2.8.7. Fasilitas sosial dan prasarana ekonomi

    2.8.8. Aspirasi Masyarakat terhadap program Transmigrasi

    2.8.9. Jumlah Potensi Sasaran

    2.8.10. Sebaran Penduduk menurut Desa /Kecamatan

    2.8.11. Kelompok Masyarakat Calon Penghuni Permukiman Transmigrasi :

    2.8.11.1. Penetapan Persyaratan Bagi Calon Transmigrasi

    2.8.11.2. Arahan Jumlah dan Komposisi Penduduk

    2.8.11.3. Arahan Sebaran Tempat Tinggal

    2.8.11.4. Arahan Karakteristik Sosial Budaya

    2.8.11.5. Komposisi TPS : TPA serta Daerah Asal TPA yang

    diinginkan

    BAB III RENCANA TATA KAWASAN PENGEMBANGAN

    3.1. Analisis Arahan Pengembangan Kawasan

    3.1.1. Arahan pola ruang menurut RTRWK/RK

    3.1.2. Orientasi pengembangan kawasan

    3.2. Analisis Persebaran Penduduk

    3.2.1. desa-desa yang sudah maju

    3.2.2. desa -desa yang perlu tambahan penduduk

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    45/46

    44 | P a g e

    3.3. Analisis kesesuaian Pemukimam

    3.3.1. Kesesuaian lahan

    3.3.2. status hutan/pengusaan lahan

    3.3.3. Indikasi ketetersediaan air

    3.4. Analisis Tata Ruang

    3.4.1. Arahan Struktur ruang SKP

    3.4.2. Arahan peruntukan Lahan

    3.5. Areal Terekomendasi (untuk SP baru, SP pugar dan SP tempatan)

    3.5.1. luasan untuk masing-masing tipe SP

    3.5.2. kondisi tutupan lahan

    3.6. Analisis kebutuhan prasarana dan sarana dasar

    3.6.1. Kebutuhan prasarana (air bersih, dll)

    3.6.2. Kebutuhan sarana (pendidikan, kesehatan, peribadatan, dll)

    3.7. Rencana struktur satuan kawasan pengembangan

    3.7.1. sebaran SP

    3.7.2. Sebaran pusat-pusat

    3.7.3. Rencana jaringan poros/penghubung

    3.8. Rencana Pengembangan Pertanian ( Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha )3.8.1. Jenis tanaman yang diusulkan

    3.8.2. Pola dan jadwal tana

    3.8.3. Ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja

    3.8.4. Perkiraan kebutuhan masukan pertanian

    3.8.5. Kebutuhan masukan pertanian di lahan usaha

    3.8.6. Perkiraan dan nilai produksi

    3.8.7. Perkiraan pendapatan dan pengeluaran

    - Pendapatan kotor

    - Pengeluaran kegiatan usaha tani

    - Perkiraan pendapatan bersih

    3.9. Indikasi Program dan rencana pentahapan

    BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan4.2 Saran

  • 7/23/2019 KAK-RSKP

    46/46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR ALBUM PETA RSKP

    1. Peta Orientasi skala 1 :1.000.000/1 : 500.000

    2. Peta RWPT skala 1 :50.000

    3. Peta Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi skala 1 :100.000

    4. Peta Kemiringan Lahan skala 1 : 25.000

    5. Peta Satuan Lahan skala 1 : 25.000

    6. Peta Penggunaan Lahan dan Status Hutan skala 1 : 25.000

    7. Peta Potensi Sumber Daya Air skala 1 : 25.000

    8. Peta Kesesuaian Lahan skala 1 : 25.000

    9. Peta Konteks Regional skala 1 :100.000

    10. Peta Analisis Tata Ruang skala 1 : 25.000

    11. Peta Areal Terekomendasi skala 1 : 25.000

    12. Peta RSKP skala 1 : 25.000