kia tgs kes maternal n prenatal

48
KESEHATAN MATERNAL DAN PRENATAL KESEHATAN IBU DAN ANAK “Pembuatan Program Pelayanan KIA dalam Rangka Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak” Vivin Dian Devita 1110713026 Indah Pamularsih 1110713039 Resa Aisyah Ridwan 1110713011 Nurfitriana Supandi 1240713149 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT JAKARTA 2012 KATA PENGANTAR 1

Upload: riadinni-alita

Post on 10-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 1/48

KESEHATAN MATERNAL DAN PRENATAL

KESEHATAN IBU DAN ANAK 

“Pembuatan Program Pelayanan KIA dalam Rangka

Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak”

Vivin Dian Devita 1110713026

Indah Pamularsih 1110713039

Resa Aisyah Ridwan 1110713011

Nurfitriana Supandi 1240713149

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

2012

KATA PENGANTAR 

1

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 2/48

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

atas rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada seorang hamba pilihan, junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga

 penulisan makalah mengenai “Kesehatan Ibu dan Anak” dapat selesai tanpa ada

hambatan yang berarti.

Makalah ini ditulis dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah. Kelompok selaku

Penulis menyadari bahwa dengan kemampuan yang penulis miliki, makalah ini

mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Kami menyadari, bahwa segala

keterbatasan dalam penyusunan makalah ini masih perlu untuk terus dikoreksi agar dapat

mencapai kesempurnaan. Makalah ini dibuat dengan harapan untuk menciptakan sebuah

makalah yang membuat pembaca semakin mengenal dan memahami tentang materi yang

kami tulis. Yang akan dijelaskan lebih rinci di halaman selanjutnya.

Sekian dari kami semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi

kehidupan kita untuk para pendengar terutama kami selaku penulis makalah.

Jakarta, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

2

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 3/48

Cover ……………………………………. 1

Daftar Pustaka ……………………………………. 2

Daftar Isi ……………………………………. 3

Bab I Pendahuluan

- Latar belakang ……………………………………. 4

- Rumusan masalah ……………………………………. 5

- Tujuan ……………………………………. 5

Bab II tinjauan pustaka …………………………………… 6

Bab III pembahasan

- Perawatan kehamilan …………………………… 10

- Perawatan persalinan …………………………… 11

- Penyakit pada ibu hamil …………………………… 12

- Perawatan bayi baru lahir …………………………… 16

- Perawatan nifas …………………………… 18

- Perawatan anak prasekolah …………………… 21

- Imunisasi dan beberapa penyakit anak ……………… 25

Bab IV penutup …………………………………... 32

Daftar pustaka …………………………………… 33

Jurnal Kesehatan …………………………………… 34

BAB I

3

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 4/48

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU No.23 Tahun 1962 Tentang Kesehatan , Kesehatan Ibu dan Anak yang

selanjutnya di singkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan

ibu hamil , ibu bersalin, ibu nifas , keluarga berecana , kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi ,

anak balita dan anak pra sekolah sehat.

kesehatan ibu dan anak (KIA) di Tanah Air selalu saja menjadi masalah pelik yang tak 

kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut

diyakini memerlukan kondisi social politik , hokum dan budaya kondusif. Untuk itu,

 penggunanaan instrument hak azasi manusia dianggap perlu untuk menjamin ketersediaan

dukungan itu. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bias

dikatan menggembirakan. Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih pada angka 307/100 ribu kelahiran. Tingginya

angka kematian ibu dan bayi sebesar 307/100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indicator 

 buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan

telah dilakukan, namun disadari masih memerlukan berbagai dukungan.

Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

1994 masih cukup tinggi, yaitu 390/100 ribu kelahiran. Penyebab kematian Ibu terbesar (58,1%)

adalah perdarahan dan eklamsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat di cegah dengan pemeriksaan

kehamilan (antenatal care/ ANC) yang memadai walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun

yang melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI

1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga

kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, diamana sebesar 54% persalinan masih

ditolong oleh dukun bayi.

Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data

survey Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di

Indonesia adalah 18 tahun.

SDKI 1997 melaporkan 57,4% pasangan usia subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi

dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai anak atau menunda kehamilannya,

4

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 5/48

tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis ekonomi sejak pertengahan 1997 menjadi

sebab utama menurunnya daya beli PUS terhadap alat dan pelayanan konrtasepsi.

Demikian pula penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,

hepatitis dll membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Baik 

masalhah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari factor-

faktor social budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau

tidak, factor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai

 berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanandan kondisi sehat-sakit, kebiasaan

dan ketidaktahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negative terhadap

kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu

selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah

mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan

kepercayaam akan pantanga, tabu, dan ancuran terhadap makanan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat diambil adalah:

1. Bagaiman tindakan preventif untuk mengurangi AKI dan AKB?

2. Apa saja program KIA di Indonesia?

1.3 Tujuan umum

Menerangkan usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesehatan ibu dan

anak (KIA).

1.4 Tujuan khusus

1. Mengetahui tindakan preventif untuk mengurangi AKI dan AKB

2. Mengetahui apa saja program pelayanan KIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 6/48

II.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak 

Kesehatan Ibu dan Anak adalah pangkal kesehatan dan kesejahtraan bangsa.

Ibu sehat akan melahirkan anak sehat, menuju keluarga sehat dan bahagia, dan

 Negara kuat. Di dalam UU pokok Kesehatan tanggal 15-10-1960 BAB 1 Pasal 1 telah

dinyatakan bahwa “ Tiap warga Negara berhak memperoleh drajat kesehatan yang

setinggi-tingginya dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan

Pemerintah”. Di dalam pasal 9 no.2, telah dinyatakan bahwa tujuan pokok UU yang

dimaksud adalah sebagai berikut: “meningkatkan drajat kesehatan ibu, bayi, anak 

sampai usia 6 tahun, menjaga dan mencegah jangan sampai ketiga subjek ini

tergolong dalam “Vurnerable group” (golongan terancam bahaya)”.

Dalam penanganan masalah KIA di Indonesia mempunyai suatu wadah

khusus yang disebut BKIA (balai Kesehatn Ibu dan Anak). BKIA didirikan pada

tahun 1952 di Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia pada waktu itu, dan

merupakan salah satu bagian dari Departemen Kesehatan yang mendapatkan tugas

tugas:

• Membuat kebijakan KIA

• Mengatur, mengkoordinir, mengawasi

• Bertanggungjawab atas jalannya usaha-usaha KIA di Pusat sampai ke

daerah.

Karena itu BKIA mengusahakan sedapat mungkin melakukan tugas sebagai

 berikut:

1. Agar ibu hamil dan sedang meneteki berada dalam keadaan sebaik-

 baiknya dan berusaha agar ia dapat menyelesaikan kehamilannya sebaik-

 baiknya dan melahirkan bayi yang sehat. Agar para ibu ini diberi

 pengertian mengenai bagaimana cara memelihara/mengasuh bayi dan

6

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 7/48

anak-anak, tentang cara hidup sehat serta mendapatkan pelajaran

mengenai makanan yang sehat.

2. Agar setiap anak di mana saja dapat dibesarkan dalam lingkungan

keluarga dengan penuh kasih sayang, lepas dari ketakutan dan

mendapatkan makanan yang cukup, mendapatkan pengawasan yang cukup

mengenai kesehatannya, mendapatkan pendidikan mengenai kebiasaan

hidup sehat.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat di wilayah kerjanya

BKIA tentunya hanya memberikan pelayanan saja, sedangkan tanggung jawab

lainnya dilimpahkan kepada instansi yang lebih tinggi misalnya Dinas Kesehatan

Tk.II (Dokabu), Dinas Kesehatan Tk.I (provinsi), Departemen Kesehatan (pusat).

Pelaksanaan usaha-usaha KIA, dilakukan oleh balai-balai KIA (BKIA) di

seluruh tanah air Indonesia, dengan kegiatan kegiatan sebagai berikut menurut

dr. Dainur, 2007 yaitu:

1. Pemeriksaan bayi sampai umur satu tahun.

2. Pemeriksaan ibu hamil, dan setelah melahirkan.

3. Pemeriksaan anak sampai umur 6 tahun (termasuk Taman Kanak-

kanak).

4. Pertolongan persalinan di klinik-klinik bersalin/BKIA?Rumah

Sakit baik fasilitas dari pemerintah maupun swasta.

5. Pemberian suntikan imunisasi dasar dan ulangan.

6. Pemberian pengobatan untuk penyakit-penyakit ringan.

7. Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi Ibu, bayi, dan

 balita.

8. Pemberian “Pendidikan Kesehatan Masyarakat” antara lain berupa

kursus dukun bayi.

7

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 8/48

9. Pencegahan dehidrasi pada anak-anak penderita penyakit BAB

encer/ Diarhea, dan mencegah timbulnya penyakit karena

kekurangan vitamin, karbohidrat, protein dsb.

10. Berkunjung ke rumah sakit untuk kegiatan yang sama diluar 

BKIA.

11. Pelayanan Keluarga Berencana di tempat-tempay yang sudah

mungkin untuk pelaksanaanya.

12. Mengadakan hubungan dengan masyarakat, pamongpraja,

muspida, instansi-instansi pemerintah lainnya.

II.2 Tujuan Kesehatan Ibu dan Anak 

a. Tujuan umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup

melalui pencapaian drajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk 

mempercepat target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat

2010, serta meningkatnya drajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia

seutuhnya.

 b. Tujuan khusus

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan,sikap dan prilaku) dalam

megatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan

karang bakita dan sebagainya.

2. Meningkatkan upaya kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di

dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang Balita dan

sebagainya.

8

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 9/48

3. Meningkatkan jangkauan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,

ibu menyusui, bayi dan anak balita.

4. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggota keluarganya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak 

 prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

II.3 Masalah yang Dihadapi

Masalah mengenai Ibu dan Anak yang palin sering ditemukan adalah

tinginya angka kematian Ibu dan Anak. Penyebab dasar kematia ibu disebabkan

oleh faktor non medis yaitu bias gender yang terjadi di keluarga masyarakat

diantaranya:

1. Bias gender dalam keluarga dan masyarakat yang tidak memberikan

 perhatian pada kesehatan ibu hamil dan bersalin menyebabkan 3

terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai

tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan

tindakan segera.

2. Kurangnya pengetahuan dan prilaku masyarakat dalam mencari

informasi tentang kesehatan ibu hamil, keterbatasan perempuan

mengambikl keputusan untuk kesehatan dirinya, dikarenakan

 pendidikan yang rendah, prilaku diskriminatif dalam keluarga dan

masyarakat.

3. Factor social ekonomi, perempuan dipaksa nikah dini karena tekanan

ekonomi di keluarga, ketika hamil dan bersalin kemampuan membayar 

9

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 10/48

 biaya persalinan rendah, masih dipercayanya dukun dalam menolong

karen factor biaya murah.

4. Suami menganggap melahirkan sudah merupakan kewajiban dan

tanggung jawab seorang istri.

Dan berdasarkan hasil penelitian penyebab langsung dari kematian ibu

adalah perdarahan 45%, infeksi 15%, dan eklamsi 13%. Penyebab lain

komplikasi aborsi 11%, partus lama 9%, anemia 15%, kurang energy kronis

30%.

Maka dari itu, penulis berharap dengan menuliskan makalah ini angka

kematian ibu dan anak bisa diminimalisir dengan adanya program kesehatan

ibu dan anak dan hal-hal penting menyangkut kesehatan ibu dan anak yang

akan dijabarkan pada BAB III dari makalah ini.

BAB III

PEMBAHASAN

III. 1 Perawatan Kehamilan

Pentingnya perawatan kehamilan

Perawatan kehamilan adalah memberikan pengawasan atau pemeliharaan ibu hamil

sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian

 pada ibu-ibu hamil, melahirkan serta nifas, serta menurunkan angka bayi sampai umur satu

tahun serta anak-anak prasekolah. Karena seorang ibu hamil kesehatannya perlu diawasi atau

dirawat agar: (dr. Dainur, 2007)

• Ibu hamil selalu dalam keadaan sehat dan selamat.

10

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 11/48

• Bila timbul kelainan pada kehamilan atau timbul gangguan kesehatannya, dapat

diketahui secara dini dan dapat dilakukan perawatan yang tepat.

• Dapat memberikan penyuluhan tentang cara memelihara diri sendiri waktu hamil

• Dapat diberikan suntikan kekebalan terhadap tetanus

Pentinganya suntikan kekebalan tubuh terhadap tetanus

Sebagai tindakan pencegahan dari tetanus, diberi kekebalan dengan suntikan TFT,

untuk memebrikan ibu perlindungan terhadap penyakit tersebut.

Pemerikasaan selama kehamilan

• Trismester I : bulan ke-1 s/d bulan ke-3 (periksa setiap satu bulan sekali)

• Trismester II : bulan ke-4 s/d bulan ke-6 (periksa setiap 2 minggu sekali)

• Trismester III : bulan ke-7 s/d bulan ke-9 (priksa setiap 1 minggu sekali)

a. vital sign pada ibu

 priksa nadi : NN=60-80 kali permenit

 priksa tensi darah : NN=110/70 mmHg

 priksa jantung : tidak ada bising, nadi teraba normal

 b. vital sign pada janin

 priksa denyut jantung janin NN HR=140-160 bpm

 priksa lingkar panngul ibu

c. pelvimetri

 pengukuran panggul menggunakan jangka panggul, meliputi:

11

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 12/48

- distansia spinarum jarak antara tulang spina dextra dengan tulang spina

sinistra, nilai minimal 23cm.

- distansia kristarum jarak tulang Krista dextra dengan tulang Krista sinistra,

nilai minimal adalah 25cm

- konjugata eksterna

 jarak tulang pubis dengan promonotorium, nilai normal adalah 18-20cm

- lingkar panggul luar mulai dari pubis, spina, dan Krista kanan,

 promonotorium, spina dan Krista kiri kembali ke pubis ukuran normal

adalah >80cm

- pengukuran tinggi dan berat badan ibu (perbandingan agar dapat lahir 

normal

III.2 Perawatan Persalinan

Dalam bersalin tenaga kesehatan masyarakat tidak terjun langsung memeberikan

 pertolongan karen ini adalah tugas bidan dan doker kandungan, dalam hal ini tenaga

kesehatan masyarakat memberikan dukungan dalam hal anamnesa kehamilan standar seperti

1. tanyakan kepada si ibu kapan mulai merasa sakit-sakitan?

2. apakah ibu merasakan gerakan anak/janin?

3. apakah sudah keluar air ketuban?

Apabila sudah mengatakan hal-hal tersebut selanjutnya diserahkan kepada petugas

kesehatan/ bidan BKIA/ Puskesmas.

12

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 13/48

Kelainan kelainan pada persalinan Kala 1

1. tali pusat menumbung

tali pusat tampak di luar pusat. Pertolongan pertama tinggikan dan ganjalah tempat tidur 

 bagian kaki ibu, kemudian panggilah bidan pengawas atau rujuklah ke rumah

sakit/Puskesmas.

2. Kelemahan His

His lemah, persalinan tidak maju-maju sampai sehari semalam (24jam). Panggilah bidan

atau segera rujuk ke Puskesmas/rumah sakit.

3. Perdarahan sebelum anak lahir 

Bila tampak ada perdarahan keluar dari liang senggama sebelum anak lahir, rujuklah ke

Puskesmas/rumah sakit.

4. Kejang-kejang disertai bengkak pada kaki

Bila dijumpai penderita kejang-kejang, pasanglah sundip lidah/tangkai sendok kemudian

lekaslah rujuk ke Puskesmas/rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan serta tindakan

selanjutnya bagi penyelamatan ibu serta bayi yang dikandungnya.

5. Ketuban pecah dini

Bila seorang mengeluh ada banyaknya cairan yang mengalir keluar dari liang senggama

tanpa disertai rasa nyeri perut, maka ada dugaan terjadinya ketuban pecah dini, persalinan

diramalkan akan berlangsung lama sebagai akibat dari kurangnya tenaga yang membantu

tenaga ibu mengedan dan HIS, karenanya segeralah rujuk ke Puskesmas

6. Letak sungsang

Dengan priksa raba dapat diketahui antara lain: pada dasar rahim teraba kepala bagian

yang bulat keras dan melenting. Pada bagian bawah rahim teraba bagian lunak, tidak rata

13

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 14/48

dan tidak lenting. Bila sebelum lahir sudah diketahui letak sungsang, panggilah bidan

 pengawas atau rujuk ke Puskesmas.

Penyulitan kala II

Penyulitan pada kala dua antara lain adalah persalinan lambat yang terjadi bila si

ibu sudah dua jam mengejan ternyata tidak ada kemajuan, panggilah bidan pengawas

aatau rujuklah ke Puskesmas.

III.3 Penyakit-penyakit pada Ibu Hamil

Seorang wanita pada saat hamil tidak berbeda dengan wanita lain, jadi mungki

 pula dihinggai penyakit (semua penyakit ) yang diderita oleh seorang wanita biasa. Tiap

 penyakittentu mempunyai pengaruh terhadap kehamilan ini, artinya senantiasa pula

kemungkinaan kehamilan terganggu dan behenti, jadi pada hamil muda timbul abortusdan pada hamil tua terjadi partus prematurus (dr. Dainur,2007).

Ini sering terjadi pada tipus abdominalis dan variola dimana timbul his dari rahim

akibat pengaruh langsung dari racun-racun (toksinen) yang dikeluarkan oleh kuman-

kuman penyakit atau kaena temperature wnaita hamil itu tinggi (dr. Dainur, 2007).

Pada kesempatan ini kami hanya mengemukakan tentang penyakit-penyakit yan

sering terjadi dan perlu diketahui secara singkat menurut dr.Dainur, 2007 sebagai berikut.

1. Malaria

2. Tuberkulosa

3. Penyakit jantung

4. Anemia gravidarum

5. Hiperemis gravidarum

6. Toksemia gravidarum

7. Hipertensi

8. Preeklamsia dan eklamsia

a. Pemeriksaan Pos Natal di Rumah

14

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 15/48

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 16/48

a. Inspeksi

 b. Palpasi

c. Auskultasi

d. Pemeriksaan khusus, antara lain darah, feses, urin , dan lain-lain.

c. Pertumbuhan Bayi

Hampir tidak ada dua bayi yang sama dalam pertumbuhannya, ada yang tetap

keci, ada yang menjadi besar berlebihan. Di antara kedua pertumbuhan ini dinamakan

 pertumbuhan rata-rat.perkembangan pertumbuhan rata-rata ini antara lain dipengaruhi

oleh:

1. Fakor keturunan

2. Factor gizi

3. Factor kelamin

4. Factor kemampuan orang tua (social ekonomi)

5. Factor suku bangsa (ras).

Untuk menilai pertumbuha bayi/anak dapat dilakukan pengukuran terhadap:

1. Berat badan

2. Panjang badan

3. Lingkaran kepala/dada

4. Pertumbuhan gigi

 Pertumbuhan geligi

16

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 17/48

1. GELIGI SUSU

Insisi sentral (= gigi seri tengah) 6-7,5 bulan

Insisi lateral (=gigi seri lateral) 7-9 bulan

Molare (gigi geraham) 12-20 bulan

Kaninus (gigi taring) 16-18 bulan

2. GELIGI TETAP

Insisi sentral (=gigi seri central) 6-7 tahun

Insisi lateral (=gigi seri lateral) 7-8 tahun

Kaninus (=gigi taring) 10-11 tahun

Premolare ke 1 10-11 tahun

Premolare ke 2 11 tahun

Molare ke 1 6 tahun

Molare ke 2 11-13 tahun

Molare ke 3 17 tahun

Table 6.1 pertumbuhan dan perkembangan bayi menurut umur 

UMUR PEKEMBANGAN

I bulan Mengangkat dagu, mengarahkan

 pandangan ke benda berbunyi

17

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 18/48

2 bulan Mengikuti pandangan mata ke benda

 berbunyi, tersenyum pada orang lain

3 bulan Dapat mengangkat kepala dan dada biladitengkurapkan

4 bulan Memasukan benda-benda sesuatu kedalam mulut

5 bulan Kepala tetap tegak bila di dudukan

6 bulan Berbaliki sendiri, berbicara pada mainan,

 bersuara”da” da”

7 bulan Badan sudah tegak bila di dudukan

8 bulan Duduk sendiri

9 bulan Merangkak, berusaha untuk berdiridengan pegangan

10 bulan Melambaikan tangan,

 bersuara”dada,mama”11 bulan Berjalan dengan bimbingan 8 tangan,

memberikan mainan pada orang laintetapi tidak dilepas

12 bulan Berjalan dengan bimbingan tangan,mengucapkan 2 kata “dada, mama”

13 bulan Berjalan sendiri

14 bulan Dapat memanjat tangga dengan

 pertolongan, mengucapkan 3-6 perkataan, terutama nama-nama

15-18 bulan Berjalan naik tangga dengan bimbingan

satu tangan, naik ke atas kursi, berjalancepat,makan sendiri, walaupun

 berceceran

24 bulan Turun naim tangga sendiri, bicara

menggunakan 3 kata

36 bulan Naik tangga, sepeda roda tiga, dapat

makan sendiri, menggunakan sepatu

sendiri

III. 4 Perawatan Bayi Baru Lahir

Tahapan Perawatan

18

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 19/48

 Membersihkan Mata, Mulut, dan Hidung 

Ambilah kapas yang sudah direndam dengan air masak, diperas dan bersihkan

mata bayi dengan hati-hati. Untuk satu kali membersihkan mata gunakanlah satu

 bulatan/butir kapas. Untuk membersihkan mulut bayi, ambilah kapas yang sudahdirendam dengan air masak, diperas dan dibersihkan dengan hati-hati serta keluarkan

lender sebanyak mungkin. Bersihkan hidung bayi dengan cara ambilah kain kasa bersih

dan hapuslah kotoran yang terdapat disekitar hidung bayi, agar bayi dapat bernapa

dengan baik.

 Perawatan Bayi Prematur 

Bayi premature ialah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBR), yaitu lahir 

sesudah kehamilan 7 bulan dan sebelum 9 bulan. Dengan tanda-tanda sebagai berikut:

• Dadanya kecil, berat badannya kurang dari 2,5 kg

• Kulit keriput, rupanya seperti orang tua

• Pergerakannya lemah

• Kadang-kadang badannya biru, karena ia tidakk bernapas dengan sempurna

 Perawatan Bayi dengan BBR

Dalam merawat bayi BBR perlu diperhatikan hal-hal yang sesuai dengan

kebutuhan faal bayi, yakni :

• Memberi lingkungan yang baik 

• Mencegah terjadinya peradangan

• Memberikan makanan dan minuman yang teliti

• Mengamati pernapasan dan menolongnya bila diperlukan

 

19

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 20/48

Perawatan Tali Pusat 

Dalam perawatan tali pusat yang paling penting adalah mejaga agar tali pusat

tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali

 pusat. Bersihkan dengan lembut ke sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudia

 bungkus dengan tidak terlalu rapat dengan kasa yang steril. Popok diikat dibawah tali

 pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan urin dan feses.

 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pada tahun 1992 WHO dan UNICEF mengeluarkan protocol tentang inisiasi

menyusui dini atau IMD sebagai salah satu dari Evidence for the steps to successful

 breatfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga kerja. Inisiasi menyusui dini (IMD)

adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir,

membiarkan merayap mencari putting, kemudia menyusu sampai puas. Proses ini

dibiarkan selama satu jam pertama semenjak bayi lahir. (Dir. Bina Gizi Masyarakat

Depkes, 2008).

III.5 Perawatan Nifas

 Perawatan Nifas Normal 

Perawatan nifas dimulai sejak kelahiran bayi sampai pusatnya lepas, kira-kira

 berlangsung 7-10 hari. Selama mengunjungi penderita, beberapa hal perlu diperhatikan

yaitu: (dr. Dainur, 2007).

Tanyakan kesehatan ibu/keadaan ibu dan bayi

• Periksalah keluarnya darah (berapa kali sehari ganti kain haid)

• Tanyakan apakah sudah dapat kencing

20

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 21/48

• Tanyakan apakah si ibu masih mules-mules yang disebabkan karena

menegangnya rahim untuk memperkecil diri

• Periksalah apakah si ibu panas/tidak 

• Periksalah payudaranya, dan lihatlah apakah payudaranya tidak keras, bengkak 

• Anjurkan pada ibu agar sebelum dan sesudah menyusui putting susu harus

dibersihkan

Menyusui bayi pada minggu-minggu pertama menyebabka rahim ibu mengkerut dan

ini membantu mempercepat rahim kembali pada ukuran sebelum hamil dan dengan

demikian mengurangi kemungkinan perdarahan yang gawat. Menyusui bayi adalah cara

alamiah untuk membantu ibu kembali memperoleh bentuk badannya yang normal (dr.

Dainur, 2008).

Menyusui bayi memperkecil kemungkinan mendapa kanker payudara. Tidak 

memberi kesempatan kepada payudara untuk melaksanakan fungsi fisiologisnya,

merupakan factor yang makin jelas untuk berkembangnya kanker payudara. Sebelum dan

sesudah menyusui bayinya ibu harus mencuci tangannya. Setelah merawat ibu, sekarang

 perhatikan bayinya, yakni : (dr. Dainur, 2007).

• Periksalah pusat bayi, apakah ada bekas perdarahan atau tidak 

• Perhatikanlah kotoran bayi, lihatlah warnanya.

• Biasanya bayi muntah-muntah yang disebabkan terminumnya air ketuban oleh

 bayi yang bersangkutan waktu bayi melewati jalan lahir.

• Semua alat-alat yang diperlukan oleh bayi hendaknya dijaga kebersihannya;

sendok, kempongan dan sebagainya.

 Kelainan-kelainan pada Nifas

21

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 22/48

Kelainan pada nifas menurut dr. Dainur, 2007, yaitu :

a. Panas

Panas dapat disebabkan karena berbagai hal, misalnya karena radang, payudara

membengkak, bengkak pada kaki dan tungkai.

b. Edema (bengkak) pada Kaki Satu Tungkai

Biasanya ditandai dengan panas, hendaknya dirujuk. Bila penderita tidak mau

dirujuk, perawatannya adalah:

• Istirahat rebah. Anggota badan bawah yang bengkak ditinggikan

• Panggilah petugas puskesmas, untuk pengobatannya

• Anggota yang sakit tidak boleh digerakan setelah suhu normal selama 2 minggu

lamanya

c. Berkemih Tertahan

Keadaan kandung kemih biasanya penuh. Diusahakan untuk dapat :

• Kencing sendiri dengan dipersilahkan kencing dengan duduk 

• Menaruh botol berisi air hangat di atas perut bagian bawah, bila dalam 24 jam

tidak dapat kencing, panggilan Petugas Puskesmas, untuk pengobatan serta

 pengobatan lebih lanjut

d. Payudara Bengkak dan Nyeri

Biasanya disebabkan karena ada bendungan air susu. Perawatan yang dilalukan

adalah memompa payudara, menyangga payudara.

Petunjuk Mengenai Makanan Ibu Hamil dan Higiene pada Masa Kehamilan

22

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 23/48

Jumlah makanan yang dibutuhkan setiap hari selama masa kehamilan tidak sama,

tergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan. Tabel berikut menyajikan contoh

 perbandingan antara kebutuhan makanan pada ibu hamil dengan aktiviras sedang dan ibu

tidak hamil dengan aktivitas yang sama.

Tabel perbandingan kebutuhan makanan pada ibu hamil dan ibu tidak hamil berdasarkn jenis aktivitas

 yang dilakukan.

Bahan Makanan Ibu hamil aktivitas sedang Ibu tidak hamil aktivitas sedangNasi 4 piring 4 piring

Ubi jalar kuning 2 buah -

 Tempe 2,5 potong 2 potong

Daging 2,5 potong 2 potong

Sayur 2 mangkok 2 mangkok

Pepaya 2 potong 2 potong

Susu skim 1,5 gelas -

Minyak 3 sendok takaran 2 sendok takaran

Gula pasir 3 sendok takaran 2 sendok takaran

Keterangan :

1 piring nasi = 2,5 cangkir peres = 100 gram

1 potong temp = sebesar 2 dos korek api = 35 gram

1 potong daging = sebesar dos korek api = 30 gram

1 mangkok sayur masak, tanpa air = 1,5 cangkir peres = 100 gram

Akibat- akibat yang ditimbulkan bila ibu kekurangan makanan atau kesalahan

makan waktu hamil

Terhadap Ibu

• Rasa letih

23

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 24/48

• Kesemutan

• Pucat

o Dapat menyebabkan keguguran atau abortus

o Persalinan sulit

o Perdarahan sesudah persalinan

o ASI berkurang

Terhadap Janin

• Kematian janin dalam kandungan

• Anak pucat, lemah

• Daya tahan terhadap penyakit berkurang

• Gangguan kesehatan jiwa

 Higiene Waktu Hamil 

1. Kebersihan diri sendiri

2. Pakaian yang longgar dan bersih

3. Sandal jangan pakai hak yang tinggi

4. Istirahat yang cukup

5. Buang air besar dengan teratur 

6. Kebersihan lingkungan

24

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 25/48

III.6 Perawatan Anak Prasekolah

Pada umunya anak-anak umur 1 sampai 5 tahun jarang dibawa ke BKIA untuk 

mendapatkan pemeriksaan secara teratur, jarang pula dimintakan nasihat mengenai

kesehatan umum (makanan dan sebagainya). Golongan umur 1 sampai 5 tahun ini

merupakan golongan dimana angka kematian masih cukup tinggi, terdapat banyaknya

 penyakit infeksi dan investasi cacing, terdapat frekuensi tertinggi defisiensi kalori-protein

dan defisiensi vitamin A. Oleh karena itu, BKIA harus lebih memperhatikan golongan

umur ini dan memeberi pengerahan kepada orang tua tentang pentingnya golongan umur 

1-5 tahun sama pentingnya dengan bayi.

A. Pemeriksaan pada bayi dan anak prasekolah menurut dr. Dainur, 2007. Sebagai berikut :

Kunjungan bayi ke BKIA

1 bulan 1 kali

3 bulan 1 kali

4 bulan 1 kali

5 bulan 1 kali

7 bulan 1 kali

9 bulan 1 kali

12 bulan 1 kali

25

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 26/48

Jumlah 7 kali

Hal hal yang dilakukan selama di BKIA (dr. Dainur, 2007) :

- Pengukuran berat badan, tinggi atau panjang badan dilakukan setiap

datang, pengukuran kingkar kepala dan dada dilakukan satu kali dibawah

umur 6 bulan dan sekali lagi sebelum umur 1 tahun

- Pemeriksaan darah (Hb) dilakukan satu kali diantara umur 6-12 bulan.

- Bayi yang datang pertama kalinya sedapat mungkin diperiksa oleh dokter.

Bila pemeriksaan dilakukan oleh bidan sedapat mungkin lakukanlah sesuai

dengan petunjuk-petunjuk pada manual atau atas petunjuk dokter.

Pemberian Imunisasi

Cacar (BCG) sebelum 1 tahun

DPT (pilio) 3,4,5 bulan

Khotipa 6 bulan dianggap perlu

Kunjungan anak prasekolah ke BKIA

Jika anak kelihatan normal maka banyaknya kunjungan adalah sebagai berikut:

- Anak umur 1-3 tahun kunjungan setiap 3 atau 4 bulan sekali

- Anak umur 4-5 tahun melakukan kunnjungan 6 bulan sekali

Untuk anak- anak yang berat badannya kurang dari normal, anak-anak mempunyai cacat

mental maupun fisik, dan dengan pertumbuhan yang kurang baik, kunjungan dapat

ditambah menurut perintah dokter.

Hal hal yang dilakukan di BKIA

26

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 27/48

- Pengukuran tinggi badan dilakukan satu kali antara umur 1 sampai 3

tahun, dan satu lagi antara umu 3 sampai 5 tahun. Pengukuran berat badan

dilakukan setiap kali datang.

- Pemberian imunisasi ulangan.

- Pengukuran lingkar kepala, dada hanya jika ada tanda-tanda abnormal.

- Pemeriksaan (Hb), yang dilakukan setiap 6-8 bulan sekali.

- Pemeriksaan perkembangan (hanya dalam garis-garis besarnya), hal

terpenting dalam pemeriksaan perkembangan adalah dengan melakukan

 screening untuk mengetahui cacat fisik, mental atau prilaku.

- Pemeriksaan gigi geligi dilakukan setiap kali datang.

-

B. Pentunjuk tentang makanan dan minuman bayi dan anak prasekolah

1. Makanan dan minuman bayi

Air Susu Ibu (ASI)

Makanan terbaik untuk bayi adalah ASI. Ini mempunyai syarat-syarat tertentu yaitu

ibu harus sehat. Ini berarti ibu tidak boleh memiliki penyakit menular dan

mendapatkan cukup makanan bernilai gizi tinggi.

Kandungan yang terdapat dalam ASI adalah: 70% kalori/liter dengan 1,6% protein,

3,8% lemak, 7,0% laktosa. Vitamin yang terdapat dalam ASI yaitu A,B1,C dan

Carotin dimana kandungan tesebut tergantung pada makanan ibu (dr. Dainur, 2007).

27

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 28/48

Cara pemberian ASI:

Jam Payudara kanan Payudara kiri

6 10 menit (mulai) 5 menit

9 5 menit 10 menit (mulai)

12 10 menit (mulai) 5 menit15 5 menit 10 menit (mulai)

18 10 menit (mulai) 5 menit

21 5 menit 10 menit (mulai)

Makanan pendamping ASI

Susunan makanan bayi lebih dari 6 bulan:

Jam 6: ASI

Jam 9: MP-ASI

Jam 12: ASI

Jam 15: MP-ASI

Jam 18: ASI

Jam 21: MP-ASI

2. Makanan Anak Prasekolah

Bahan makanan yang dianjurkan untuk anak prasekolah seperti bayi adalah terutama

yang bernilai gizi tinggi (dr. Dainur, 2007)

a. Telur,tahu,tempe,susu dengan komposisi kurang lebih mengandung protein dan

lemak yang sebanding.

 b. Nasi,jagung,ubi sebgai sumber karbohidrat, dan sayuran.

c. Sayur-sayuran, buah-buahan sebagai sumber mineral dan vitamin.

28

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 29/48

Untuk kebutuhan sehari-hari dianjurkan oleh bagian penelitian gizi, Departemen

Kesehatan:

Umur Kalori Protein

1-3 tahun 1200 30 gram = 10% dari jumlah

kalori4-6 tahun 1600 37 gram = 9% dari jumlah

kalori

Untuk mencegah avitaminosis vitamin A, maka kepada anak prasekolah perlu

diberikan 4 sendok the minyak kelapa sawit sehari, atau preparat vitamin A lainnya.

III. 7 Imunisasi dan Beberapa Penyakit Anak 

Untuk menurunkan mobiditas (angka kesakitan) mortalitas (angka kematian) yang

disebabkan penyakit infeksi, maka pada bayi, anak prasekolah, anak sekolah dan orang

dewasa diberikan imunisasi aktif untuk mencegah penyakit-penyakit dilakukan dengan

memberikan vaksin pertusis (batuk rejan). Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin

mengandung :

a. Kuman-kuman mati (vaksin cholera, typhus abdominalis, para typhus ABC).

 b. Kuman-kuman hidup yang diperlemah (vaksin BCG terhadap tuberculosis.

c. Virus-virus yang diperlemah (bibit cacar, virus poliomyelitis)

d. Toksoid (toksin = racun dari kuman yang dinteralisasi: toksoid difteri, toksoid

tetanus).

Vaksin diberikan dengan cara suntikan, cacar, atau peroral. Untuk memepertahankan

kadar zat-zat anti yang diperoleh dengan imunisasi perama (imunisasi dasar) maka perlu

diberikan imunisasi ulangan (imunisasi Boster), imunisasi ulangan meninggikan secara

cepat kadar zat-zat anti didalam tubuh. Berlainan dengan imunisasi aktif, maka imunisasi

 pasif melindungi anak selama 2-3 minggu.

29

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 30/48

Imunisasi Dasar

Menurut Yupi Supartini, 2004 Imunisasi dasar  adalah imunisasi yang diberikan

untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif. Pemerintah melalui Program

Pengembangan Imunisasi (PPI), mewajibkan lima jenis imunisasi dasar pada anak 

dibawah usia satu tahun, antara lain :

1. Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )

Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).

Cara Pemberian dan Dosis : Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan

dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril

dengan jarum panjang. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

Efek samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti

demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat

suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak 

 perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa

 padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak 

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

2. Imunisasi DPT – Hepatitis B

Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis

dan hepatitis B.

Cara pemberian dan dosisnya : Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml

sebanyak 3 dosis. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval

minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah

dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai

ketentuan :

30

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 31/48

• vaksin belum kadaluarsa

• vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius

• tidak pernah terendam air 

• sterilitasnya terjaga

• VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B

Efek samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di

sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari.

3. Imunisasi Polio

Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.

Cara pemberian dan dosis

• Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.

• Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)

 pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

• Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

• Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan

selama 2 minggu dengan ketentuan :

• vaksin belum kadaluarsa

• vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius

• tidak pernah terendam air 

• sterilitasnya terjaga

• VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B

31

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 32/48

Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk 

hari berikutnya.

Efek samping : Pada umumnya tidak terdapat efek samping.

Kontraindikasi : Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek 

yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit.

 Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan

dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human

Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi

OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.

4. Imunisasi Hepatitis B

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B. Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C

atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Cara pemberian dan dosis

• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi

homogen.

• Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.

• Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.

• Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian

suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.

• Pemberian sebanyak 3 dosis.

32

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 33/48

• Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval

minimum 4 minggu (1 bulan).

• Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan

selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh

digunakan lagi untuk hari berikutnya.

5. Imunisasi Campak 

Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Cara pemberian dan dosis

• Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann

 pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.

• Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia

9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-

up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

• Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.

Efek samping : Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

Imunisasi Ulangan

Untuk beberapa imunisasi perlu dilakukan imunisasi ulangan. Seperti imunisasi

Hepatitis B terjadi 4 kali, imunisasi polio terjadi 4 kali, dan Imunisasi DPT trjadi 3 kaliserta imunisasi yang dianjurkan, yaitu Hib dan Pneumokokus (PVC). Pada usia 2 tahun,

anak dapat diberikan imunisasi Hepatitis A dan Thyphus ( Yupi Supartini, 2004).

Umur jenis imunisasi

33

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 34/48

0-7 HBD

1 bulan BCG dan Polio 1

2 bulan DPT / HB1 dan Polio 2

3 bulan DPT / HB2 dan Polio 3

4 bulan DPT / HB3 dan Polio 4

9 bulan Campak 

Untuk Keperluan Imunisasi Aktif Tersedia

Bibit cacar, vaksin BCG (Basillus Calmette Guerin, untuk tuberculosis), vaksin

 pertusis (batuk rejan), oksoid difteri (formol-toksoid difteri), toksoid tetanus (formol

toksoid tetanus), vaksin cholera dan yang yang dicampur dengan seperti vaksin khotipa

(cholera, para thypus abdominalis, paratyphus ABC), toksoid difteri-tetanus, vaksin

difteri-pertusis, dan tetanus vaksin DPT (Difteri-Pertusis-Tetanus).

 Imunisasi Dasar, Dimulai pada Umur 2-3 Bulan

a. 0,5 cc vaksin DPT dicampur dengan 2 cc vaksin khotipa. Kemudian setelah 1

 bulan berikutnya.

 b. 0,5 cc vaksin DPT dicampur dengan 0,3 cc vksin khotipa kemudian setelah 1

 bulan.

c. 1,00 cc vaksin DPT dicampur dengan 0,5 cc vaksin khotipa.

34

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 35/48

 Imunisasi Ulangan

1. 1 tahun setelah penyuntikan ketiga dari imunisasi dasar 1,0 cc vaksin khotipa.

2. Kemudian tiap 2-3 bulan 1,0 cc vaksin DPT, tiap tahun 0,5 cc vaksin Khotipa.

Imunisasi bila ada wabah berjangkit atau bila kontak dengan penyakit, atau bila mendapat

luka yang mungkin mengakibatkan tetanus.

1. Untuk difteri : 1,0 cc toksoid

2. Untuk tetanus : 1,0 cc toksoid tetanus

3. Untuk pertusis : 1,0 cc toksoid pertusis

Reaksi penyuntikan vaksin umumnya sekedar pembengkakan merah pada tempat

suntikan dan demam. Untuk ini dapat diberikan suntikan tersebut.

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Kesehatan Ibu dan Anak adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi

 pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi,

 pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah.

35

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 36/48

IV.2 Rekomendasi

Penyebab kematian ibu terbesar adalah eklampsia dan perdarahan yaitu (58,1%). Kedua

sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang

memadai.

Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amatperlu diperhatikan untuk 

dapat mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk 

menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami prilaku perawatan kehamilan (antenatal

care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

36

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 37/48

Daftar Pustaka

Dainur, MPH. 2007. Kegiatan KIA di Puskesmas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.21_One%20Wakur_07_07.pdf 

(http://eprints.undip.ac.id/18169/1/Mochamad_Nasir.pdf ).

(http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html)

Yupi Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

37

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 38/48

JURNAL KESEHATAN : PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS STUDI

FUNGSI DINAS KESEHATAN DI JAWA TIMUR 

MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN IBU DANMERUMUSKAN UPAYA

MENURUNKAN ANGKA KEMATIANIBU ( MATERNAL MORTALITY RATE ) PADA

MASYARAKATNELAYAN

Latar Belakang

Setidaknya ada 6 (enam) pertimbangan mengapa penelitian tentang kasus kematian ibu

yangterjadi pada masyarakat desa nelayan ini perlu dilakukan. Pertama, fenomena angka

kematian ibu(maternal mortality rate) di Jawa Timur memperlihatkan angka relatif masih tinggi.

Kedua,upaya penanganan kesehatan terhadap masyarakat nelayan perlu mendapatkan perhatian

seriusatau prioritas karena berdasarkan berbagai kajian dan pengamatan disadari bahwa

dibandingkandaerah lain, imbas situasi krisis yang terjadi di daerah pantai secara umum lebih

terasakan.Seperti dikatakan oleh Menteri Pertanian RI (10 Juli 1999), bahwa di daerah pantai

sebagianbesar masyarakatnya hidup di lingkungan dengan kondisi perumahan, prasarana dan

fasilitaslingkungan yang kurang memadai.Di samping itu pendapatan masyarakat nelayan

umumnya sangat rendah, sehingga banyak diantara mereka yang terkategorisasi pada kelompok 

miskin. Ketiga, dengan tanpamengesampingkan variabel medis ketika disadari bahwa kajian

aspek non medis penting digalimaka pemahaman komprehensif tentang penyebab kematian ibu

38

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 39/48

 perlu dilakukan. Bagaimanapunjuga pemahaman komprehensif tentang perilaku sosial amat

diperlukan agar program kesehatanyang dicanangkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Keempat, dalam upaya meningkatkankualitas kesehatan ibu dan anak diperlukan data yang

 bersifat menyeluruh, tidak hanya bersifatkuantitatif namun juga kualitatif. Oleh sebab itu

kegiatan ini dilakukan dengan maksud mengisikekosongan data --khususnya kualitatif-- dengan

cara menggali dan menyajikan data secaramendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

 praktek medis, sarana dan prasaranakesehatan yang tersedia, nilai dan norma social-budaya serta

 perilaku sosial berkaitan dengankesehatan ibu. Kelima, di masa yang akan datang mutlak 

dibutuhkan adanya upaya untuk mengembangkan program operasional guna menggerakkan

komunitas dalam mengambil inisiatif dalam menyelamatkan dan meningkatkan kehidupan serta

kesehatan wanita di wilayah merekamasing-masing. Keenam penanganan terhadap fenomena

kematian ibu akibat kehamilan danmelahirkan sesegera mungkin harus dilakukan. Oleh sebab itu

identifikasi secara menyeluruhterhadap berbagai faktor penyebab kematian ibu serta penyusunan

model penanganan yang tepatperlu segera dirumuskan. Selanjutnya penelitian ini dilakukan

dengan tujuan utama melakukanidentifikasi terhadap pengetahuan dan perilaku kesehatan di

kalangan keluarga-keluarga dengankasus kematian ibu saat kehamilan dan atau

melahirkan/persalinan serta pada masa sesudahpersalinan. Di samping itu penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh penjelasan tentangberbagai penyebab terjadinya kasus kematian

ibu (maternal death) saat kehamilan, persalinanmaupun pasca persalinan. Berdasarkan hasil

kajian yang dilakukan selanjutnya dirumuskanberbagai upaya praktis yang relevan guna

menurunkan atau mencegah terjadinya kasus kematianibu khususnya pada masyarakat nelayan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Demografis dan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kasus Kematian Ibu

Penelitian ini menemukan bahwa usia suami maupun isteri keluarga dengan kasus kematian

ibuumumnya relatif muda dan masih berada pada usia produktif yakni 40 tahun kebawah.

Bahkanseorang informan (Suherman) menyebutkan bahwa usianya masih sangat muda yakni

 berusia 34tahun dan isterinya (Latifah) saat meninggal juga pada usia yang sama. Meski usianya

masihrelatif muda tetapi umumnya mereka telah cukup lama berkeluarga dan seluruh keluarga

telahmemiliki anak. Bahkan ada keluarga (Suherman) walaupun isterinya masih berusia 34

tahuntetapi telah memiliki 5 orang anak Pada umumnya mereka berpendidikan rendah yakni

39

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 40/48

SekolahDasar bahkan tidak sekolah seperti yang dialami oleh Pak Muslah. Dengan jujur Pak 

Muslahmenceritakan bahwa dirinya tidak berpendidikan dan buta huruf. Sehingga untuk 

mengikutiperkembangan kesehatan ibu dan anak cukup sulit. Kondisi pendidikan keluarga Pak 

Muslah initidak berbeda jauh dengan keluarga Pak Kaspirin dan isterinya. Seperti anak desa

lainnyaiasanya mereka lebih memilih bersekolah di sekolah agama yakni Madrasah yang ada di

sekitar tempat tinggal mereka. Hal ini berbeda dengan keluarga Pak Suherman. Keluarga ini baik 

suamimaupun isteri berpendidikan SMTP. Sehingga untuk mengikuti perkembangan

 pengetahuantentang kesehatan ibu dan anak tidak banyak kesulitan. Tetapi karena pengaruh

kultur ataubudaya komunitas mereka yang kental menyebabkan mereka tidak terlampau

menghiraukan soalkesehatan ibu dan anak. Dalam hal persalinan misalnya mereka cenderung

memilih dukunketimbang bidan.Aspek lain yang cukup menonjol pada komunitas nelayan yang

menjadi sasaran penelitian iniadalah adanya kepercayaan terhadap hal-hal magis yang cukup

tinggi. Tidak sedikit wargamasyarakat yang masih memegang kepercayaan kuat bahwa dukun

 bayi memiliki kekuatantersendiri yang mampu menyelamatkan kelahiran sang jabang bayi.

Dengan mantera-manteratertentu sang dukun dipercayai mampu untuk membawa keselamatan

ibu dan anak sertakeluarganya. Pada komunitas ini juga masih kuat adanya budaya ³slametan´

dan budaya lainyang secara turun temurun senantiasa diikuti sampai saat ini. Masih melekat

kuatnya tradisicultural nampaknya juga memberikan konsekwensi pada perilaku kesehatan

masyarakatyang lebih cenderung memanfaatkan traditional healers (Caldwel, 1981).

a. pengetahuan dan perilaku kesehatan keluarga dengan kasus kematian ibu

Secara tradisional dan turun temurun melalui generasi sebelumnya pengetahuan

reproduktif tentang gejala kehamilan cukup dipahami oleh masyarakat luas. Gejala haid tidak 

datang atauterlambat datang bulan, mual-mual dan muntah-muntah serta berperilaku yang aneh-

aneh,adanya gerakan di perut dan makin membesarnya perut, seringkali diidentifikasikan

sebagaigejala seorang wanita tengah menghadapi masa kehamilan. Tetapi untuk memahami

gejala-gejala yang sangat detail seperti fenomena ketidaknormalan dalam kehamilan dan

resikokehamilan tidaklah terlalu mudah dipahami. Untungnya pada komunitas mereka banyak 

tersebar kader kesehatan yang turut membantu memberikan informasi perihal itu. Dalam hal

 pemberianmakanan tambahan bagi ibu hamil atau makanan yang bergizi untuk kesehatan janin

meskidalam beberapa hal tahu tetapi nampaknya tidak terlalu dipahami dengan baik. Apalagi

 bagimereka yang memiliki kondisi sosial ekonomi terbatas. Karena kondisi sosial ekonomi

40

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 41/48

yangterbatas ibu hamil biasanya hanya mengkonsumsi makanan seadanya saja sesuai

dengankemampuan mereka. Meski demikian dalam hal pemeriksaan ³antenatal care´

nampaknyasebagian masyarakat cukup sering melakukannya. Pemeriksaan tersebut meliputi

 pemeriksaan janin, pengukuran tekanan darah ibu, pemberian tablet besi, pemberian suntikan

TT, pemberianvitamin dari Puskesmas melalui kegiatan Posyandu bahkan tidak jarang bagi ibu

untuk melakukan pemijatan ketika badan terasa agak lelah. Bahkan menurut informasi bidan

 para ibuyang tengah hamil di wilayah nelayan tersebut selalu mendapatkan perhatian dari bidan

sertadianjurkan untuk selalu memeriksakan kehamilannya. Selanjutnya dalam

melakukanpemeriksaan kehamilan inisiatif ibu lebih banyak dibandingkan dengan suami.

Bahkan tidak jarang sang suami tidak mengetahui jika isterinya telah memeriksakan

kandungannya. Kepergianisteri ke tempat pelayanan kesehatan biasanya bersama saudara,

tetangga atau kerabat yangbertempat tinggal tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal

mereka.Tingkat pendidikan baik suami maupun isteri pada gilirannya menyebabkan pemahaman

merekaakan arti kesehatan reproduksi tidaklah terlalu maksimal. Untungnya pihak tenaga

 paramedisbaik bidan maupun kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut senantiasa

melakukan upayajemput bola dan langkah ini nampaknya cukup efektif dilakukan pada

komunitas.

b.Penyebab terjadinya kasus kematian ibu

Kematian yang melanda kaum ibu (maternal death) dapat terjadi dengan latar belakang

sebabyang sangat beragam. Dalam banyak studi ditemukan bahwa kematian ibu dapat terjadi

tidak hanya bersumber pada aspek medis semata, melainkan juga aspek non medis. Faktor non

medisyang sering disebut meliputi aspek sosial ekonomi, lingkungan atau sanitasi, faktor 

 psikologis,faktor cultural serta kondisi geografis dan transportasi yang tidak memungkinkan

dilakukanpenanganan secara cepat. Kematian ibu yang terjadi dapat juga merupakan resultan

dari kondisitertentu yang berakibat sangat memprihatinkan. Kekurangan gizi sewaktu mengalami

kehamilanmisalnya dapat terjadi karena keluarga yang menghadapi kehamilan tersebut tidak 

mampumengkonsumsi atau membeli bahan-bahan makanan bergizi sebagai akibat dari

terbatasnyakondisi sosial ekonomi mereka (Sri Kardjati, 1985). Berbagai sebab juga dapat

menjadi pemicusecara akumulatif. Tidak hanya berdimensi sosial ekonomi saja tetapi juga

 psikologis dankultural bergabung menjadi satu dan memberikan akibat yang sangat menyedihkan

yaknikematian bagi ibu yang tengah menghadapi kehamilan, kelahiran maupun pasca kelahiran

41

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 42/48

Meskiterdapat berbagai kemungkinan penyebab kematian ibu (maternal mortality) baik 

yangberdimensi non medis maupun medis tetapi dalam penelitian ini ditemukan bahwa

 penyebabkematian ibu ternyata diawali dengan kondisi non-medis dan berakibat pada situasi

medis yangakhirnya mengakibatkan kematian ibu. Pertama, adanya kesalahan tempat dalam

melakukanpetolongan persalinan. Hal ini juga tidak terlepas dari pertimbangan ekonomi yang

rasionalbahwa meminta pertolongan persalinan ke dukun biayanya relatif lebih rendah

dibandingkan kebidan atau rumah sakit. Kedua, adanya keyakinan atau kepercayaan yang kuat

terhadap figur dukun bersalin menyebabkan tidak sedikit warga masyarakat jika menghadapi

 persalinanmeminta tolong pada dukun bersalin. Ketiga, adanya kenyataan bahwa keluarga

 penderitaseringkali sulit untuk dimotivasi sehingga menyebabkan keterlambatan dalam

melakukanrujukan. Hal ini juga tidak terlepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat yang

terbatas. Tidak jarang saat ditawarkan untuk dirujuk ke rumah sakit atau tempat pelayanan

kesehatan yang lebihlengkap peralatannya masih memerlukan waktu untuk mempertimbangkan

aspek finansialnya.Keempat, secara medis fakta yang sering dijumpai adalah adanya kasus

 pendarahan yangberkepanjangan dengan penanganan yang relatif terlambat. Di samping itu

adanya komplikasipenyakit yang dialami pasien seperti jantung dan jenis penyakit lain terkadang

makinmemperparah kondisi penderita, sehingga mengakibatkan kematian. Kelima, terdapat

fenomena yang cukup menarik di mana variabel psikologis ternyata juga menjadi penyebab

kematian ibuhamil. Karena kehilangan perahu mengakibatkan sang ibu mengalami strees berat

dalam waktuyang berkepanjangan. Sang ibu yang tengah hamil itu selalu diliputi suasana

kesedihan sampaitidak bersedia mengkonsumsi bahan makanan yang seharusnya dilakukan

mengingat si ibutengah mengandung. Akibatnya sang ibu jatuh sakit dan tidak tertolong lagi

hingga mengalamidrama kematian yang memprihatinkan karena memikirkan mesin perahu yang

hilang. Keenam,pengetahuan ibu yang rendah akan perawatan pasca persalinan nampaknya juga

turutmemperparah kondisi ibu yang tengah mengalami pendarahan hebat saat melahirkan.

Mobilitasyang terlalu awal menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir sehingga menyebabkan

infeksi.Meski telah diingatkan untuk tidak melakukan mobilisasi sebelum waktu yang aman oleh

 bidantetapi tidak jarang pasien mengabaikan larangan tersebut.Pengetahuan yang rendah juga

dinampakkan pada warga masyarakat yang meminta bantuan pada dukun padahal sebelumnya

 pasien memiliki latar belakang kelahiran yang kurang aman.Kedelapan, perawatan kehamilan

yang kurang maksimal dengan mengkonsumsi makanan yangkurang bergizi nampaknya masih

42

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 43/48

sering dilakukan oleh warga masyarakat. Sehingga tidak jarangibu hamil yang memiliki berat

 badan dibawah standar medis demikian juga dengan bayi yangdilahirkan. Hal ini bisa terjadi

karena kondisi sosial ekonomi yang relatif terbatas.

c. Akses terhadap fasilitas kesehatan

Mencermati berbagai persoalan tersebut di wilayah penelitian ditemukan bahwa

Dalampemeriksaan kehamilan umumnya keluarga yang mengalami kematian ibu melakukannya

secararutin. Meski pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi relatif kurang namun

akibatperan dari tenaga paramedis dan kader yang dengan rajin melakukan posyandu dan

 pendekatanpada masyarakat secara intensif akhirnya warga masyarakat bersedia juga mengikuti

anjuranbidan. Meskidemikian tidak jarang anggota masyarakat yang masih melakukan persalinan

 padadukun dan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada komunitas nelayan

yangmenjadi wilayah penelitian ini terlihat bahwa peran bidan dan kader kesehatan cukup

dominansehingga terlihat akrab dengan masyarakat. Hal ini dilakukan semata-mata karena para

tenagaparamedis ini memiliki keinginan yang besar untuk mensosialisasikan pengetahuan medis

yangrasional pada masyarakat termasuk perihal kesehatan reproduksi khususnya masalah

kehamilandan persalinan serta masa setelah persalinan. Meski banyak direspon secara positif 

olehmasyarakat tetapi tidak jarang reaksi yang diperlihatkan oleh warga masyarakat masih

 belumkompromistis. Ada satu contoh menarik yang disampaikan oleh seorang bidan di

Tambakboyo,saat masyarakat mengunjungi dokter dan oleh dokter diberikan obat berupa pil atau

kapsul. Saatitu juga pil dibuang di depan rumah dokter. Ketika ditelusur alasannya terungkap

 bahwa dikalangan masyarakat ternyata walaupun diberi obat tetapi kalau belum diberi suntikan

secarapsikologis mereka masih merasa kurang puas. Apalagi jika obat yang diberikan tidak 

terlalumanjur maka ketidakpuasan tidak jarang dilontarkan secara vulgar seperti membuang obat

didepan tempat praktek sang dokter.Selanjutnya apabila menyimak intensitas kunjungan atau

akses terhadap pelayanan kesehatanmenurut sumber yang ada (bidan) cukup bagus. Ketika

 posyandu dilakukan tidak sedikit anggotamasyarakat yang datang untuk memeriksakan

kandungannya. Tetapi tidak sedikit yang bermalas-malasan dan menunggu untuk diajak atau

ditegur serta ditemani jika mengunjungi tempatpelayanan kesehatan. Dengan demikian peran

 pada keluarga nelayannampaknya masih cukup besar. Selain itu perilaku kesehatan yang cukup

menarik jugaDitunjukkan oleh masyarakat nelayan. Menurut sumber dari bidan disebutkan

 bahwa jika hasil tangkapan ikan sedang ramai artinya penghasilan mereka cukup besar 

43

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 44/48

merekapergi ke dokter, tetapi jika tidak ada hasil mereka akan berobat seadanya bahkan tidak 

 jarangyang mengandalkan posyandu dan JPS bidang kesehatan.Memperhatikan persoalan

intensitas kunjungan ibu hamil ke tempat pelayanankesehatan diperoleh informasi bahwa selama

kehamilan sebelum meninggal nampaknya ibuhamil secara rutin memeriksakan kandungannya.

Menurut pengakuan bidan yang menanganihampir tiap bulan para ibu yang meninggal tersebut

memeriksakan kandungannya. Tetapiinformasi dari suami nampak bahwa mereka tidak tahu

menahu. Bahkan seorang informanmenyebut bahwa mereka tidak tahu sama sekali jika isterinya

harus secara rutin memeriksakankandungannya. Tampaknya para suami tidak terlalu

memperhatikan soal perawatan kehamilanisterinya. Mereka lebih mempercayakan pada

kerabatnya bahkan oranglain baik itu tetangga,dukun bersalin maupun tenaga paramedis yang

ada. Menurut pengakuan para suami karenamereka bertugas untuk mencari nafkah dan

 berkonsentrasi untuk memperoleh penghasilansementara itu soal kehamilan adalah tanggung

 jawab dan permasalahan yang harus ditanganioleh wanita sebagai ibu rumah tangga. Jurnal

Penelitian Dinmika Sosial Vol. 2 No. 1 April 2001: 8 – 108.

 Namun demikian yang agak mengherankan ketika para isteri menghadapi masapersalinan pihak 

suami ada yang menganjurkan untuk lebih memilih ke dukunbersalin daripada ke bidan.

Alasannya karena sejak dulu meminta pertolongandukun dan biayanya relatif murah. Mereka

tidak pernah memperhatikan riwayatpersalinan yang pernah dialami di mana anak mereka pernah

meninggal karenamengalami infeksi saat setelah persalinan. Disamping itu ada juga suami yang

tidak tahu menahu soal persalinan sampai-sampai masalah persalinannya ditentukan olehpihak 

 bidan dan sang isteri dan saudaranya. Hal ini pernah terjadi pada keluargaPak Muslah. Karena

secara ekonomik kemampuannya terbatas, sementara biayapengobatan dan persalinan cukup

mahal maka ia menyerahkan segala urusannyapada saudara yang lebih mampu beserta bidan. Hal

ini agak berbeda dengan Pak Kaspirin yang menyerahkan dan mempercayakan seluruh proses

 persalinan melaluitenaga paramedis yang ada di wilayah tersebut. Waktu anak pertama dulu

memangditangani oleh dukun karena waktu itu jumlah bidan hanya satu dan jaraknyaterlalu jauh

sehingga Pak Kaspirin memutuskan untuk meminta pertolongan padadukun bersalin.Selanjutnya

mencermati perihal tempat persalinan hampir seluruh informanmengemukakan bahwa umumnya

isteri mereka ketika melahirkan atau melakukanpersalinan dilakukannya di rumah dengan

memanggil dukun atau bidan di rumah.Jarang dan hampir tidak pernah mereka melakukan

 persalinan di rumah sakit atauinstansi kesehatan yang tersedia. Tampaknya pola ini juga banyak 

44

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 45/48

dilakukan olehwarga masyarakat yang tinggal di komunitas nelayan. Menurut mereka

denganmelakukan persalinan di rumah akan lebih praktis karena tidak perlu menyiapkanpakaian

dan segala peralatan untuk melakukan persalinan. Tetapi yang cukupmemprihatinkan adalah

ketika dukun bersalin sudah tidak mampu menangani(pasien dalam keadaan kritis) baru

kemudian diserahkan pada bidan. Tragisnya saatdibawa ke rumah sakit kemudian pasien

meninggal dunia di tengah perjalanan.

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menemukan bahwa faktor penyebab kematian ibu antara lain karena

faktor psikologis yakni perasaan stress yang dialami ibu hamil, keterlambatanrujukan,

keterlambatan pengambilan keputusan, kondisi sosial ekonomi yangterbatas, rendahnya

 pendidikan dan pengetahuan akan arti penting kesehatanreproduksi, kurangnya pemahaman

tentang ideologi jender, masih kentalnyakepercayaan kultural khususnya terhadap dukun

 bersalin, kesalahan pemilihantempat bersalin, adanya pendarahan yang berkepanjangan, adanya

komplikasidengan jenis penyakit lain, mobilisasi yang terlalu awal, serta

diabaikannyamengkonsumsi makanan yang bergizi. Di samping itu adanya pemikiran

 bahwapersoalan kehamilan dan persalinan adalah urusan wanita juga turut memperparahkondisi

 penderitaan ibu hamil dan melakukan persalinan.Akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang ada nampaknya belumterlalu maksimal. Hal ini disebabkan oleh rendahnya

kesadaran akan arti pentingkesehatan reproduksi, rendahnya pendidikan serta kondisi sosial

ekonomi yangterbatas. Meski diakui bahwa fasilitas kesehatan yang ada dirasakan cukup

mengidentifikasi Penyebab Kematian Ibu dan merumuskan Upaya

Menurunkan Angka Kematian Ibu(maternal mortality Rate) pada masyarakat Nelayan (Septi Ariadi, Tuti

Budi Rahayu,Sudarso) memadai tetapi peningkatan pelayanan dan sarana serta prasarana yang ada

dengandisertai biaya perawatan atau pengobatan tidak terlalu tinggi dan mudah dijangkausangat

diharapkan.Memperhatikan berbagai temuan tersebut beberapa saran dapat dikemukakanantara

lain;  Pertama, perlunya upaya meningkatkan pemahaman atau pengetahuandan perilaku

kesehatan reproduksi baik pada ibu hamil dan menyusui maupun bagiremaja wanita dan pria,

suami, tokoh masyarakat serta masyarakat luas melaluiberbagai forum seperti, sosialisasi atau

 penyuluhan serta pelatihan baik dilakukansecara langsung maupun tidak langsung melalui

 berbagai media baik cetak maupunnon cetak.

45

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 46/48

 Kedua, upaya peningkatan taraf sosial ekonomi keluarga misalnyadengan melakukan

diversifikasi usaha dan memberikan bekal ketrampilan bagikeluarga-keluarga di luar sektor 

 perikanan atau nelayan. Pemberian kesempatanuntuk memperoleh bantuan modal barangkali

merupakan instrumen yang dapatmembantu kelancaran upaya ini.

 Ketiga, mengingat rasio antara masyarakat dengantenaga medis dan paramedis yang ada masih

terkesan tidak proporsional makapenambahan jumlah tenaga medis dan paramedis perlu

diupayakan.

 Keempat, sangat diharapkan adanya langkah karikatif berupa bantuan kesehatan misalnyadengan

 bantuan biaya perawatan kesehatan dan pengobatan yang dapat dijangkauoleh masyarakat strata

sosial ekonomi bawah.

 Kelima, perlunya sosialisasipemahaman tentang ideologi jender dan kesetaraan dalam

 bertanggung jawab atasperilaku reproduktif kaum wanita. Artinya pihak wanita diharapan juga

mampusecara mandiri memutuskan aktivitas reproduktif mereka disamping adanyakesetaraan

dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dalam hal ini jugadiharapkan hilang kesan

 bahwa persoalan kesehatan reproduksi merupakantanggung jawab kaum wanita semata. Gerakan

Suami Siaga misalnya merupakancontoh kepedulian kaum pria terhadap aktivitas reproduksi

kaum perempuan ataupara isteri mereka.

 Keenam, untuk mengantisipasi kondisi yang sangat darurat perlu didirikan kelompok-kelompok 

kesehatan dalam skala kecil misalnya setingkat RTdan kelompok ini tidak hanya bertugas

menyebarluaskan informasi tentangkesehatan reproduksi tetapi juga turut memikirkan jalan

keluar jika ada wargamasyarakat yang merasa kesulitan dana untuk memperoleh perawatan

kesehatankhususnya dalam hal persalinan.

 Ketujuh, perlunya ada kerjasama dengan seluruhelemen masyarakat baik tokoh formal maupun

informal guna menyebarluaskaninformasi dan memberikan motivasi kepada masyarakat luas.

Dengan demikianpihak ini berposisi sebagai opinion leader. Pemberian bekal para kader 

kesehatansecara terarah pada safe mother hood juga perlu segera direalisasikan.

 Kedelapan,perlunya ada kerjasama yang harmonis antara tenaga peramedis khususnya

 bidandengan dukun bayi. Kemitraan ini perlu dikembangkan agar resiko kematian ibukarena

kehamilan dan persalinan dapat direduksi atau dieliminasi.

 Kesembilan,keberadaan bidan desa di seluruh pelosok desa nampaknya sangat mendesak 

untuk dilaksanakan.Hal ini penting karena tidak semua desa dalam suatu kecamatan adabidan

46

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 47/48

desanya.  Kesepuluh, agar tugas-tugas yang dibebankan pada bidan dapatdijalankan secara

maksimal diharapkan jarak tempat tinggal bidan denganpemukiman tidak terlalu jauh. Jika letak 

 pemukiman terpencar atau jumlahpenduduk cukup padat maka rasio bidan dan jumlah penduduk 

 perludiperhitungkan.  Kesebelas, seperti banyak terjadi bahwa usia bidan umumnyamasih relatif 

muda dan banyak diantara mereka belum menikah dan belum pernah

melahirkan anak. Hal ini terkadang memunculkan ³image´ bahwa bidan yangdianggap kurang

 pengalaman dan terlampau teoritis. Sehingga tidak jarang masyarakat desa lebih memilih ke

dukun yang telah berpengalaman dibandingkanke bidan saat melakukan persalinan. Untuk itu

 berbagai langkah sosialisasi,penyuluhan serta pendekatan terhadap masyarakat perlu senantiasa

dilakukan olehkalangan medis dan paramedis guna mengeliminasi image tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ariadi, Septi. 1998.

Studi Analisis Situasi Tentang  Profil Kesehatan di   propinsi Jawa Timur ,Surabaya: Kerjasama

FISIP Unair dengan Bappeda Tingkat I Jawa Timur Badan Koordinasi Keluarga Berencana

 Nasional Propinsi Jawa Timur. 1997. Laporan danAnalisis  pendataan Keluarga Tahun 1997 di

 Jawa Timur , Surabaya: BKKBN

Iskandar, Meiwita B. 1998.

 Dampak Krisis Moneter dan Bencana Alam Terhadap Kesehatandan GiziWanita

dalam Dampak Krisis Moneter dan Bencana El-Nino Terhadap Masyarakat,Keluarga, Ibu dan

Anak di Indonesia, Jakarta: PPT-LIPI dan Unicef Kardjati, Sri. 1985.

 Aspek Kesehatan dan Gizi  pada Anak Balita, Jakarta: Yayasan Obor Lingga, Dameria dan

Djumiati. 1985.

 Peranan Bidan Dalam  Pelayanan KIA/KB di DalamMaupun di Luar Rumah Sakit , Makalah

Disampaikan pada Kongres Nasional Ikatan BidanIndonesia IX,

MedanMuzaman, Fauzi. 1995. Memperkenalkan  Sosiologi Kesehatan, Jakarta: Universitas

IndonesiaRochjati, Poedji. 1999.

 Pengumpulan KSPR, Kematian Ibu dan Kematian  Perinatal DiKabupaten di  Wilayah Jawa

Timur Tahun 1997 dan 1998, Surabaya: RSUD Dr. SoetomoSanie, Susy Yr dan Surjadi,

47

7/22/2019 KIA Tgs Kes Maternal n Prenatal

http://slidepdf.com/reader/full/kia-tgs-kes-maternal-n-prenatal 48/48