material kristalin dan alat ukur

Upload: dwika-andjani

Post on 24-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    1/18

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    2/18

    Gambar 3 : struktur kristal body centered cubic (BCC)

    c. Face Centered Cubic (FCC)

    Dari gambar di bawah terlihat bahwa sel satuan FCC terdiri dari satu titik

    lattice pada setiap sudut dan satu titik lattice pada setiap sisi kubus. Setiapatom pada struktur kristal FCC dikelilingi oleh 12 atom, jadi bilangan

    koordinasinya adalah 12. Dari gambar di bawah hard sphere unit cell terlihatbahwa atom-atom dalam struktur kristal FCC tersusun dalam kondisi yangcukup padat.

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    3/18

    Gambar 4 : struktur kristal face centered cubic (FCC)

    3. Kristal Sejati dan Ketidaksempurnaan

    Struktur dasar kristal sejati memang beraturan, namun distorsi kisi serta

    ketidaksempurnaan tertentu lain memang ada. Salah satu penyebab

    ketidakteraturan itu adalah karena atom-atom tidak pernah diam melainkan

    bergetar disekitar kedudukan purata dalam kisi, dengan frekuensi yang

    ditentukan oleh gaya antaratom dan dengan amplitudo yang bergantung pada

    temperatur kristal. Panas jenis (specifi heat) logam terjadi karena adanya efek ini.

    Komplikasi yang kedua adalah adanya kristal mungkin mengandung atom-atomasing, baik disengaja seperti pada unsur paduan (alloy) atau tidak disengaja

    disebut takmurnian (impurities), yang karena berbeda ukuran atomknya

    menyebabkan distorsi-distorsi local pada kisi pelarut (solvent) bersangkutan.Atom atom terlarut (solvent) itu mungkin tersebar secara acak dalam kristal

    seperti pada Gambar 5.5(a) dan (b), yakni bila dijumlah pada larutan padat (solid

    solution), atau mungkin mengumpal dengan sesama membentuk partikel-partikel

    fase kedua (Gambar 5.5(c)).

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    4/18

    Gambar 5 : diagram skematik (a) larutan padat substitusional, (b) larutan padat

    interstisial, (c) campuran fase, (d) dislokasi, (e) pasangan kosong-interstisialDisamping akibat adanya atom-atom asing, ketidakmurnian lain adalah yang

    umumnya digolongkan sebagai ketidasempurnaan atau cacat kisi.

    Ketidaksempurnaan ini mungkin berupa (i) cacat volume, misalnya karena

    adanya retakan atau rongga; (ii) cacat garis, misalnya karena adanya dislokasi;

    atau (iii) cacat titik, misalnya karena adanya kedudukan kisi yang kosong danadanya atom intertisi.

    Dislokasi juga ditemukan pada kristal sejati. Ketidaksempurnaan ini berpengaruhsekali terhadap sifat-sifat kristal yang erat kaitannya dengan struktur, misalnya

    kekuatan ulur (yield strength), kekerasan, dan sebagainnya, dan diketahui bahwa

    menurut perhitungan kekuatan ulur serta kekuatan patah (breaking strength)

    kristal ideal sekitar 100 hingga 10.000 kali lebih besar ketimbang pada kristal

    sejati. Ini karena dislokasi baris menyebabkan banyak diameter atomic pada kisi

    menjadi lebih panjang, akibatnya bagian ini menjadi bagian yang lemah. Cacat

    titik juga berpangaruh terhadap sifat mekanik, akan tetapi lebih besar lagi

    pengaruhnya terhadap gejala sepeti difusi, misalnya, yang melibatkan gerak tiapatom secara sendiri-sendiri didalam kristal.

    4. Sistem Indeks (Indeks Miller)

    Digunakan unuk menyatakan bidang kristal (indeks bidang)

    Aturan :

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    5/18

    a.Tentukan titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan sumbu-sumbu

    (a1,a2 , a3) / sumbu-sumbu primitf atau konvensional dalam satuan konstanta

    lattice(a1,a2 , a3).

    b.Tentukan kebalikan (reciprok) dari bilangan-bilangan tadi, dan kemudian

    tentukan tiga bilangan bulat (terkecil) yang mempunyai perbandingan yang sama.

    Indeks (h k l).Contoh :

    Gambar 6 : indeks Miller kristal (a) (111), (b) (110), (c) (231)Untuk Sel kubus, jarak antar bidang hkl dapat ditulis sebagai berikut :

    ALAT KARAKTERISASI KEKRISTALAN SUATU BAHAN1. XRD (X-Ray Diffraction)

    Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray difraction/XRD) merupakan salah satu

    metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga

    sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam

    material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untukmendapatkan ukuran partikel.

    Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom

    dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut

    memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-

    X untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :n. = 2.d.sin ; n = 1,2,...

    Dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarakantara dua bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal,

    dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.

    Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel

    kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    6/18

    gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang

    dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah

    puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin

    kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada

    pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam

    sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran inikemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis

    material. Standar ini disebut JCPDS.

    Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi material adalah

    kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibatpanjang gelombangnya yang pendek. Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik

    dengan panjang gelombang 0,5-2,0 mikron. Sinar ini dihasilkan dari penembakan

    logam dengan elektron berenergi tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan saat

    masuk ke dalam logam dan menyebabkan elektron pada kulit atom logam

    tersebut terpental membentuk kekosongan. Elektron dengan energi yang lebihtinggi masuk ke tempat kosong dengan memancarkan kelebihan energinya

    sebagai foton sinar-X.Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis

    yang terbentuk. Sampel diletakkan pada sampel holder difraktometer sinar X.

    Proses difraksi sinar X dimulai dengan menyalakan difraktometer sehinggadiperoleh hasil difraksi berupa difraktogram yang menyatakan hubungan antara

    sudut difraksi 2 dengan intensitas sinar X yang dipantulkan. Untuk

    difraktometer sinar X, sinar X terpancar dari tabung sinar X. Sinar X

    didifraksikan dari sampel yang konvergen yang diterima slit dalam posisi

    simetris dengan respon ke fokus sinar X. Sinar X ini ditangkap oleh detektorsintilator dan diubah menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi

    komponen noisenya, dihitung sebagai analisa pulsa tinggi. Teknik difraksi sinar x

    juga digunakan untuk menentukan ukuran kristal, regangan kisi, komposisi kimia

    dan keadaan lain yang memiliki orde yang sama.

    SUMBER DAN SIFAT SINAR X

    Tabung sinar-X

    Pada umumnya, sinar diciptakan dengan percepatan arus listrik, atau setara

    dengan transisi kuantum partikel dari satu energi state ke lainnya. Contoh : radio

    ( electron berosilasi di antenna) , lampu merkuri (transisi antara atom)Ketika sebuah elektron menabrak anoda :

    a. Menabrak atom dengan kecepatan perlahan, dan menciptakan radiasi

    bremstrahlung atau panjang gelombang kontinyub.

    Secara langsung menabrak atom dan menyebabkan terjadinya transisi

    menghasilkan panjang gelombang garis

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    7/18

    Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar

    200 eV sampai 1 MeV. Sinar X dihasilkan oleh interaksi antara berkas elektron

    eksternal dengan elektron pada kulit atom. Spektrum Sinar X memilki panjang

    gelombang 10-510 nm, berfrekuensi 1017 -1020 Hz dan memiliki energi 103 -

    106 eV. Panjang gelombang sinar X memiliki orde yang sama dengan jarak antaratom sehingga dapat digunakan sebagai sumber difraksi kristal.

    Difraksi Sinar X merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material

    untuk mendapatkan informasi tentang ukuran atom dari material kristal maupun

    nonkristal. Difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya.Jika panjang gelombang jauh lebih dari pada ukuran atom atau konstanta kisi

    kristal maka tidak akan terjadi peristiwa difraksi karena sinar akan dipantulkan

    sedangkan jika panjang gelombangnya mendekati atau lebih kecil dari ukuran

    atom atau kristal maka akan terjadi peristiwa difraksi. Ukuran atom dalam orde

    angstrom () maka supaya terjadi peristiwa difraksi maka panjang gelombangdari sinar yang melalui kristal harus dalam orde angstrom ().

    Skema Tabung Sinar X

    Sinar X dihasilkan dari tumbukan antara elektron kecepatan tinggi dengan logam

    target. Dari prinsip dasar ini, maka alat untuk menghasilkan sinar X harus terdiridari beberapa komponen utama, yaitu :

    a. Sumber elektron (katoda)

    b. Tegangan tinggi untuk mempercepat elektron

    c. Logam target (anoda)

    Ketiga komponen tersebut merupakan komponen utama suatu tabung sinar X.Skema tabung sinar X dapat dilihat pada Gambar

    Gambar 7 : skema tabung sinar x

    KOMPONEN DALAM XRD

    Komponen XRD ada 2 macam yaitu:

    a. Slit dan film

    b. Monokromator

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    8/18

    Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar

    untuk menghasilkan elektron-elektron, kemudian electron-elektron tersebut

    dipercepat terhadap suatu target dengan memberikan suatu voltase, dan

    menembak target dengan elektron. Ketika elektron-elektron mempunyai energi

    yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target, karakteristikspektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponen-

    komponen, yang paling umum adalah K dan K. Ka berisi, pada sebagian, dari

    K1 dan K2. K1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua

    kali lebih intensitas dari K2. Panjang gelombang yang spesifik merupakankarakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr). Disaring, oleh kertas perak atau

    kristal monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X monokromatik yang

    diperlukan untuk difraksi. Tembaga adalah bahan sasaran yang paling umum

    untuk diffraction kristal tunggal, dengan radiasi Cu K =05418. Sinar-X ini

    bersifat collimated dan mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektordiputar, intensitas Sinar X pantul itu direkam. Ketika geometri dari peristiwa

    sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg, interferens konstruktif terjadi dansuatu puncak di dalam intensitas terjadi. Detektor akan merekam dan memproses

    isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus yang akan

    dikeluarkan pada printer atau layar komputer.

    PROSEDUR DIFRAKSI SINAR X

    Percobaan dengan menggunakan difraksi sinar X kebanyakan terbatas pada zat

    padat saja. Hasil yang paling baik akan diperoleh apabila digunakan satu kristal

    tunggal. Tetapi, percobaan difraksi sinar ini dapat pula dilakukan denganmenggunakan padatan dalam bentuk serbuk yang sebenarnya terdiri dari kristal-

    kristal yang sangat kecil. Atau dapat juga menggunakan padatan dalam bentuk

    kumparan yang biasa digunakan untuk menentukan struktur molekul yang

    mempunyai ukuran yang sangat besar, seperti DNA, protein, dan sebagainya.

    Alat yang digunakan untuk mengukur dan mempelajari difraksi sinar X

    dinamakan Goniometer. Pada metoda kristal tunggal, sebuah kristal yangberkualitas baik diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berotasi pada salah

    satu sumbu kristalnya. Ketika kristal itu diputar pada salah satu sumbu putar,

    seberkas sinar X monokromatik dipancarkan ke arah kristal. Ketika kristal

    berputar, perangkat-perangkat bidang yang ada dalam kristal berurutan akanmemantulkan berkas sinar X. berkas sinar X yang dipantulkan ini kemudian

    direkam pada sebuah piringan fotografik. Jika yang digunakan piringan datar,

    akan diperoleh suatu pola seperti terlihan pada gambar dibawah ini. tetapi apabilayang digunakan adalah film fotografik yang lengkung berbentuk silinder dengan

    kristal yang diuji terletak ditengah silinder, maka akan diperoleh suatu deretan

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    9/18

    spot yang berbentuk garis lurus sehingga pengukuran akan menjadi semakin

    mudah.

    Gambar 8 : Difraksi sinar X menggunakan metode rotasi kristal

    Masalah utama dalam metoda difraksi sinar X ini adalah bagaimanamenghubungkan pola spot yang diperoleh dengan posisi ion atau atom dalam unit

    sel. Memang dari jarak antar spot, kita dapat mengetahui dimensi unit sel, tetapi

    letak atom atau ion dalan unit sel sangat sulit ditentukan . Salah satu cara untukmengatasi hal diatas adalah dengan jalan mula-mula kita menduga struktur

    molekul dan kemudian memperkirakan difraksi sinar X yang mungkin diperoleh.

    Difraksi sinar X yang kita perkirakan kemudian kita bandingkan dengan hasil

    percobaan. Adanya perbedaan antara pola difraksi hasil perkiraan dan hasil

    percobaan menunjukkan struktur molekul yang kita perkirakan masih salah

    dengan membandingkan kedua pola difraksi, kita dapat membuat perbaikan-

    perbaikan sehingga hasilnya diperoleh struktur molekul yang tepat, tetapi dalambeberapa kasus, misalnya apabila jumlah atom dalam unit sel sangat banyak,

    metode diatas menjadi tidak parktis lagi. Dalam kasus seperti ini biasanya posisi

    atom atau ion ditentukan berdasarkan intensitas relatif dari spot yang diasilkan.

    Ketika sinar X menumbuk kristal, sebenarnya elektron yang terdapat di sekeliling

    atom atau ionlah yang menyebabkan terjadinya pemantulan. Makin banyak

    jumlah elektron yang terdapat disekeliling atom pada suatu bidang, makin besar

    intensitas pemantuklan yang disebabkan oleh bidang tersebut dan akan

    mengakibatkan makin jelasnya spot yang terekam dalam film. Dengan

    menggunakan metode sintesis fourier, kita dapat menghubungkan intensitas spot

    dengan kepekatan distribusi elektron dalam unit sel. Dengan mengamatikepekatan dalam unit sel, kita dapat menduga letak atom dalam unit sel tersebut.Atom akan terletak pada daerah-daerah yang mempunyai kepekatan distribusi

    elektron maksimum.

    Dengan menggunakan metode difraksi sinar X, struktur molekul yang sangatkompleks dapat ditentukan. Misalnya struktur DNA yang sangat kompleks dapat

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    10/18

    ditentukan dengan metode sinar X seperti yang telah dilakukan oleh Crick,

    Wilkins dan Watson.

    2. Differential Thermal Analysis (DTA)Differential thermal analysisadalah analisis termal yang menggunakan referensi

    sebagai acuan perbandingan hasilnya, material referensi ini biasanya materialinert. Sampel dan material referensi dipanaskan secara bersamaan dalam satu

    dapur. Perbedaan temperatur sampel dengan temperatur material referensi

    direkam selama siklus pemanasan dan pendinginan.

    \

    Gambar 9 : alat DTA

    DTA melibatkan pemanasan atau pendinginan dari sampel pengujian dan sampel

    referensi dibawah kondisi yang identik saat dilakukan perekaman dalam berbagaiperbedaan temperatur antara sampel dan referensi. Perbedaan temperatur ini lalu

    di plot berdasarkan waktu atau temperatur.

    Differential temperaturjuga dapat meningkat diantara dua sampel inert saatrespon mereka ke perlakuan panas yang diberikan tidak identik. DTA digunakan

    untuk studi sifat termal dan perubahan fasa yang tidak mengakibatkan perubahan

    entalpi. Hasil pengujian DTA ini merupakan kurva yang menunjukkan

    diskontinuitas pada temperatur transisi dan kemiringan kurva pada titik tertentu

    akan tergantung pada konstitusi mikrostruktur sampel pada temperatur tersebut.

    Kurva DTA secara garis besar adalah kurva perbedaan temperatur antara material

    sampel dengan material referensi. Kurva DTA dapat digunakan sebagaifinger

    printuntuk tujuan identifikasi. Area dibawah peak kurva DTA dapat

    diidentifikasi sebagai perubahan entalpi dan tidak dipengaruhi oleh kapasitas

    panas sampel.[2]Pada Gambar 1 ditunjukkan contoh kurva DTA dari perak murni

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    11/18

    Gambar 10: Temperatur sampel dan sampel referensi (a) sinyal DTA berdasarkan

    temperatur dan waktu

    DTA banyak digunakan untuk mengkarakterisasi sampel yang terbuat dari clayatau material karbonat. Keterbatasan dari DTA ini adalah sensitivitasnya yang

    cukup rendah. Seperti contoh pada Gambar 2, peak kurva DTA dari minerallimonite yang ditunjukkan hanya satu, hal ini diakibatkan oleh kecilnya kuantitaspanas yang dikeluarkan sehingga sulit untuk dieteksi.

    Gambar 11: Kurva pemanasan DTA pada mineral limonite

    Meskipun begitu, kurva DTA dapat merekam transformasi apakah panas didalam

    chamber itu diserap atau dikeluarkan. DTA sangat membantu untuk memahamihasil dari XRD, analisis kimia dan mikroskopi. Keuntungan dari DTA adalah :

    dapat menentukan kondisi eksperimental sampel (baik dengan tekanan tinggi

    atau vakum)

    instrument dapat digunakan dalam temperatur tinggi

    karakteristik transisi dan reaksi pada temperatur tertentu dapat dideteksi

    dengan baik[3]

    DTA juga dapat digunakan untuk menghitung ukuran kuantitatif seperti

    pengukuran entalpi. DTA dapat mendeteksi perubahan yang instan pada massa

    sampel.[1] Perhitungan entalpi oleh DTA adalah dengan menggunakan metode

    perbedaan massa seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    12/18

    Karena DTA mengijinkan sampel mengalami kehilangan berat saat pengukuran,

    DTA sangat berguna untuk material dengan dekomposisi yang cukup intensif

    seperti elastomer, material eksotermik, dll.[1]Berikut faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil pengujian DTA :

    Berat sampel

    Ukuran partikel Laju pemanasan

    Kondisi atmosfir

    Kondisi material itu sendiri

    Jadi dapat didefinisikan kalau DTA adalah teknik untuk merekap perbedaantemperatur antara sampel material dengan material referensi terhadap waktu atau

    temperatur, dimana kedua spesimen diperlakukan dibawah temperatur yang

    identik didalam lingkungan pemanasan atau pendinginan pada laju yang

    dikontrol.

    Prinsip KerjaAlat-alat yang digunakan dari DTA kit adalah sebagai berikut :

    Sample holderbeserta thermocouples,sample containers dan blok keramik

    atau logam.[2]Yang banyak digunakan adalah Al2O3[1]

    Furnace(dapur):furnaceyang digunakan harus stabil pada zona panas yangbesar dan harus mampu merespon perintah dengan cepat dari temperatur

    programmer

    Temperature programmer: penting untuk menjaga laju pemanasan agar tetap

    konstan

    Sistem perekaman (recording)

    Sample holderterdiri dari thermocoupleyang masing-masing terdapat pada

    material sampel dan reference. Thermocoupleini dikelilingi oleh sebuah blok

    untuk memastikan tidak ada kebocoran panas. Sampel ditaruh di kubikel kecil

    dimana bagian bawahnya dipasangkanthermocouple.Thermocouplediletakkan

    langsung berkontakan dengan sampel dan material referensi.Gambar 12

    menunjukkan skematis dari DTA kit yang digunakan untuk mengkarakterisasisampel.

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    13/18

    Gambar 12: Gambar skematis sel DTA

    Blok logam cenderung lebih bagus dibandingkan dengan keramik, karenakeramik mengandung banyak porositas. Namun di lain hal, konduktivitas thermal

    mereka terlalu tinggi sehingga peaks yang ditimbulkan oleh kurva DTA lebih

    rendah.

    Pemasangan sampel diisolasi dari pengaruh listrik dapur dengan semacampembungkus yang biasanya terbuat dari platinum-coated ceramic material.

    Selama eksperimen temperatur yang digunakan sampai 1500C dengan laju

    pemanasan dan pendinginan 50 K/menit. DTA dapat mencapai rentangtemperatur dari -150-2400C. Dapur crucible dibuat dari tungsten atau grafit.Sangat penting untuk menggunakan atmosfer inert untuk mencegah degradasi

    dari dapur crucible.

    Tahap kerja DTA adalah sebagai berikut :

    Memanaskan heating block

    Ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik

    dan dipasangkan pada sampel holder

    Thermocouple harus ditempatkan berkontakan secara langsung dengansampel dan material referensi

    Temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan

    temperatur sampel dan material referensi

    Apabila pada thermocouple tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara

    sampel dan material referensi, maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia

    pada sampel. Apabila ada perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi

    adanya T.

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    14/18

    3. Thermogravimetric Analysis (TGA)

    Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu

    senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu. Hasilnya biasanya berupa

    rekaman diagram yang kontinu; reaksi dekomposisi satu tahap yang skematikdiperlihatkan pada Gambar 1. sampel yang digunakan, dengan berat beberapa

    miligram, dipanaskan pada laju konstan, berkisar antara 1 20 0C /menit,mempertahan berat awalnya , Wi, sampai mulai terdekomposisi pada suhu Ti.

    Pada kondisi pemanasan dinamis, dekomposisi biasanya berlangsung pada range

    suhu tertentu, Ti Tf, dan daerah konstan kedua teramati pada suhu diatas T f,

    yang berhubungan harga berat residu Wf. Berat Wi, Wf, dan W adalah harga-

    harga yang sangat penting dan dapat digunakan pada perhitungan kuantitatifdari perubahan komposisinya, dll. Bertolak belakang dengan berat, harga Tidan

    Tf, merupakan harga yang bergantung pada beragam variabel, seperti laju

    pemanasan, sifat dari padatan ( ukurannya) dan atmosfer di atas sampel. Efekdari atmosfer ini dapat sangat dramatis, seperti yang diperlihatkan pada Gambar

    2 untuk dekomposisi CaCO3; pada kondisi vakum, dekomposisi selesai sebelum

    ~ 500 0C, namun dalam CO2tekanan atmosfer 1 atm, dekomposisi bahkan belum

    berlangsung hingga suhu di atas 900 0C. Oleh sebab itu, Ti dan Tf merupakan

    nilai yang sangat bergantung pada kondisi eksperimen, karenanya tidak mewakili

    suhu-suhu dekomposisi pada equilibrium.

    Gambar 13 : Skema termogram bagi reaksi dekomposisi satu tahap

    Gambar 14. Dekomposisi CaCO3pada atmosfer yang berbeda

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    15/18

    4. Differential Scanning Calorymetri (DSC)Analisis termal dalam pengertian luas adalah pengukuran sifat kimia fisika bahan

    sebagai fungsi suhu. Penetapan dengan metode ini dapat memberikan informasi

    pada kesempurnaan kristal, polimorfisma, titik lebur, sublimasi, transisi kaca,

    dedrasi, penguapan, pirolisis, interaksi padat-padat dan kemurnian. Data

    semacam ini berguna untuk karakterisasi senyawa yang memandang kesesuaian,stabilitas, kemasan dan pengawasan kualitas. Pengukuran dalam analisis termal

    meliputi suhutransisi, termogravimetri dan analisis cemaran.

    Analisis termal DSC digunakan untuk mengetahui fase- fase transisi pada

    polimer. Analisis ini menggunakan dua wadah sampel dan pembanding yangidentik dan umumnya terbuat dari alumunium (Martianingsih dan Lukman, 2010)

    Teknik-teknik yang mencakup dalam metode analisis termal adalah:

    (Analisis termogravimetri termogravimetric analysis=TGA), yang didasari pada

    perubahan berat akibat pemanasan. Analisis diferensial termal(diferential thermal

    analysis=DTA),di dasari pada perubahan kandungan panas akibat perubahantemperatur dan titrasi termometrik. Dalam DTA (Differential Thermal Analysis),

    panas diserap atau diemisikan oleh sistem kimia bahan yang dilakukan denganpembanding yang inert (Alumina, Silikon, Karbit atau manik kaca) karena suhu

    keduanya ditambahkan dengan laju yang konstan. Dalam DSC (Differential

    Scanning Calorimetry), sampel dan pembanding juga bergantung padapenambahan suhu secara terus-menerus, namun panas yang ditambahkan baik ke

    sampel atau ke pembanding dilakukan seperlunya, hal ini untuk mempertahankan

    agar suhu keduanya selalu sama. Penambahan panas dicatat pada recorder, panas

    ini digunakan untuk mengganti kekurangan atau kelebihan sebagai akibat dari

    reaksi endoterm atau eksoterm yang terjadi dalam sampel. Data yang di perolehdari masing-masing teknik tersebut digunakan untuk memplot secara kontiyu

    dalam bentuk kurva yang dapat disetarakan dengan suatu spektrum yang dikenal

    dengan sebagai termogram.

    Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat dari Thermal

    Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan entalpi

    dari suatu bahan. Differential Scanning Calorimetry (DSC) adalah teknik analisayang mengukur perbedaan kalor yang masuk ke dalam sampel dan pembanding

    sebagai fungsi temperatur.

    Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat dari Thermal

    Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan entalpidari suatu bahan (Ginting et al.,2005).

    Differential Scanning Calorimetry(DSC) secara luas digunakan untuk

    mengkarakterisasi sifat thermophysical polimer. DSC dapat mengukur sifattermoplastik penting termasuk titik leleh, kalor peleburan, persen kristalinitas dan

    suhu transisi gelas.

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    16/18

    Gambar 15 : alat DSC

    Kalorimetri pemindaian atau DSC Diferensial adalah teknik thermoanalytical di

    mana perbedaan dalam jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhudari sampel dan acuan yang diukur sebagai fungsi temperatur. Baik sampel dan

    acuan yang sangat dipertahankan pada suhu yang sama pada hampir seluruh

    percobaan. Secara umum, program suhu untuk analisis DSC dirancang seperti

    bahwa peningkatan suhu pemegang sampel linear sebagai fungsi waktu. Sampel

    referensi harus memiliki kapasitas panas yang jelas atas kisaran temperatur akandipindai.

    Prinsip dasar yang mendasari teknik ini adalah, bila sampel mengalami

    transformasi fisik seperti transisi fase, lebih (atau kurang) panas harus mengalir

    ke referensi untuk mempertahankan keduanya pada temperatur yang sama. Lebih

    atau kurang panas yang harus mengalir ke sampel tergantung pada apakah proses

    ini eksotermik atau endotermik. Misalnya, sebagai sampel padat meleleh, cairan

    itu akan memerlukan lebih banyak panas mengalir ke sampel untuk

    meningkatkan suhu pada tingkat yang sama sebagai acuan. Hal ini disebabkan

    penyerapan panas oleh sampel karena mengalami transisi fase endotermik dari

    padat menjadi cair. Demikian juga, sampel ini mengalami proses eksotermik(seperti kristalisasi), panas yang lebih sedikit diperlukan untuk menaikkan suhu

    sampel. Dengan mengamati perbedaan aliran panas antara sampel dan referensi,

    diferensial scanning kalorimeter mampu mengukur jumlah panas yang diserapatau dilepaskan selama transisi tersebut.

    DSC juga dapat digunakan untuk mengamati perubahan fasa lebih halus, seperti

    transisi kaca. DSC banyak digunakan dalam pengaturan industri sebagaiinstrumen pengendalian kualitas karena penerapannya dalam mengevaluasi

    kemurnian sampel dan untuk mempelajari pengobatan polimer. Hasil percobaan

    DSC adalah pemanasan atau pendinginan kurva.Polimer sering dianggap sebagai

    material yang tidak mampu memberikan performa yang baik pada termperaturtinggi. Namun, pada kenyataannya, terdapat beberapa polimer yang cocok untuk

    penggunaan pada temperatur tinggi, bahkan lebih baik daripada traditional

    materials.

    Pada polimer, khususnya plastik, definisi temperatur tinggi adalah suhu diatas135oC. Pada temperatur tinggi, polimer tidak hanya melunak, tetapi juga dapat

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    17/18

    mengalami degradasi termal. Sebuah plastik yang mengalami pelunakan pada

    temperatur tinggi tetapi mulai mengalami degradasi termal pada suhu yang jauh

    lebih rendah hanya dapat digunakan pada suhu di bawah suhu dia mulai

    mengalami degradasi. Menentukan temperatur aplikasi membutuhkan

    pengetahuan mengenai perilaku degradasi termal dari polimer tersebut. Titik

    pelunakan pada polimer sangatlah ditentukan oleh tipe polimer yang digunakan.Pada polimer amorf, suhu yang penting adalah Tg (glass transition temperature).

    Sedangkan, pada polimer kristalin dan semi-kristalin, suhu yang penting terletak

    pada Tm (melting point).

    Menurut Nurjannah (2008), prinsip kerja analisis termal DSC didasarkan padaperbedaan suhu antara sampel dan suatu pembanding yang diukur ketika sampel

    dan pembanding dipanaskan dengan pemanasan yang beragam. Perbedaan suhu

    antara sampel dan zat pembanding yang lembam (inert) akan teramati apabila

    terjadi perubahan dalam sampel yang melibatkan panas seperti reaksi kimia,

    perubahan fase atau perubahan struktur. Jika H (-) maka suhu sampel akan lebihrendah daripada suhu pembanding, sedangkan jika H (+) maka suhu sampel

    akan lebih besar daripada suhu zat pembanding. Perubahan kalor setara denganperubahan entalpi pada tekanan konstan.

    Data yang diperoleh dari analisis DSC dapat digunakan untuk mempelajari kalor

    reaksi, kinetika, kapasitas kalor, transisi fase, kestabilan termal, kemurnian,komposisi sampel, titik kritis, dan diagram fase. Termogram hasil analisis DSC

    dari suatu bahan polimer akan memberikan informasi titik transisi kaca (Tg),

    yaitu suhu pada saat polimer berubah dari bersifat kaca menjadi seperti karet,

    titik kristalisasi (Tc), yaitu pada saat polimer berbentuk kristal, titik leleh (Tm),

    yaitu saat polimer berwujud cairan, dan titik dekomposisi (Td), yaitu saat polimermulai rusak.

    Menurut Klanniket al.(2009) terdapat 3 tipe dasar dalam sistem DSC yaitu:

    a. Heatflux DSC

    b. Power Competation DSC

    c. Hyper DSC

  • 7/25/2019 MATERIAL KRISTALIN DAN ALAT UKUR

    18/18

    STRUKTUR KRISTALIN DAN ALAT KARAKTERISASI

    STRUKTUR KRISTAL (RESUME)

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Material Fotonik

    Oleh :

    DWIKA ANDJANI

    20214048

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2016