rapport building dalam coaching
TRANSCRIPT
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 1/7
1
RAPPORT BUILDING DALAM COACHING
Oleh: Iin Indrawati
Widyaiswara Madya PPSDM
Abstrak
Coaching adalah satu cara yang dilakukan atasan untuk membimbing bawahannya.
Agar coaching berhasil, atasan (sebagai coach) harus membina hubungan baik dengan
bawahannya (klien). Hubungan baik ini disebut rapport . Cara untuk membangun raport
dapat dilakukan melalui pacing yang kemudian dirinci ke dalam berbagai cara lagi yaitu
Perceptual Position, Menciptakan situasi Yes Set, Menyamakan Kata Indrawi , Menyamakan
Fisiologi (bahasa tubuh), Menyamakan Kata Kunci (Key Words), dan Pace the Emotion.
1. Pengertian Coaching
Seorang pemimpin harus mempunyai kompetensi untuk membimbing bawahan.
Salah satu cara untuk membimbing bawahan dapat dilakukan dengan tehnik coaching.
Terdapat beberapa pengertian coaching yang penulis dapatkan, di antaranya adalah:
“Coaching adalah proses mengarahkan dari seorang manajer untuk melatih dan
mengorientasikan seorang karyawan untuk menghadapi realitas lingkungan pekerjaan dan
membantu karyawan tersebut menghilangkan kendala-kendala untuk mencapai kinerja yang
optimal”.
Coaching memiliki kata dasar “coach”. Istilah ini berasal dari nama sebuah desa kecil
di Negara Hungaria, “Kocs”. Di masa lampau desa ini terkenal akan produksi gerobak atau
kereta kuda yang digunakan untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya. Dari istilah “Kocs” itulah, gerobak atau kereta kuda dapat dianggap
merupakan metafora dari proses coaching, yaitu membawa seseorang dari satu kondisi
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 2/7
2
sekarang ( present state) ke kondisi yang diinginkan (desired state).
Menurut “International Coach Federation” (ICF), suatu Organisasi Coaching Global,“coaching is partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires
them to maximize their personal and professional potential” . Memprovokasi pikiran
dilakukan melalui dialog, diskusi, atau tanya jawab antara seorang Coach dan kliennya yang
memancing proses berpikir mendalam di diri klien tersebut sehingga “menginspirasi” klien
untuk menemukan jawaban-jawaban dari diri klien sendiri yang mungkin tidak mereka
sadari sebelumnya.
2. Pengertian Rapport
Di dalam kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain. Pertama,
melihat dari perbedaan. Cara melihat ini diwarnai oleh perasaan egoesenterisme yakni
melihat orang lain dari kelemahannya, kesalahannya, atau keburukannya dan menganggap
diri sendiri adalah lebih hebat, lebih pandai, lebih terhormat, lebih mulia dari orang lain
tersebut. Kedua, memandang orang lain dari segi persamaan. Pandangan ini melahirkan
sikap ingin berbagi (sharing) dengan orang lain, sehingga orang lain itu dianggap saudara.
Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan,
kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan,
kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan,
timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.
Rapport adalah membangun keakraban dengan membangun kesamaan; Rapport
adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai salah satu cara untuk
menghasilkan kepercayaan dan pengertian; Rapport adalah kemampuan untuk melihat darisudut pandang orang lain (tidak penting apakah Anda setuju atau tidak) sehingga Anda
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 3/7
3
berpikir dengan cara yang sama dan akan menghargai perasaan satu sama
lain. Rapport adalah membangun kepercayaan, harmonisasi dan kerjasama di dalam suatu
hubungan.
3. Membangun Rapport dalam Coaching
Dalam melaksanakan coaching, coach harus membangun hubungan yang baik dan
harmonis dengan kliennya. Hal ini akan membuat klien menjadi nyaman dan percaya
kepada coachnya. Rapport perlu dimulai dari awal kontak antara klien dengan coach dan
dipertahankan sepanjang proses coaching.
a. Alasan diperlukannya rapport pada saat coaching adalah:
1. Karena coach menginginkan adanya hasil atau outcome dari proses coaching
2. Terdapat banyak situasi dimana klien tidak suka kepada coachnya, ragu dan menolak
bekerja sama, tidak percaya, merasa terintimidasi/tidak aman, berada dalam kondisi
tertekan, merasa dipaksa, dan merasa tidak berdaya atau tidak mampu. Dengan adanya
rapport, diharapkan hal-hal tersebut dapat dihilangkan.
b. Bagaimana cara untuk membangun Rapport ?
Cara yang dapat dilakukan seorang coach untuk membangun rapport adalah pacing
dan leading. Yang dimaksud dengan pacing adalah melakukan penyelarasan antara coach
dengan klien dengan cara memasuki “model dunia” klien dan membangun kesamaan;
sedangkan leading adalah membimbing atau menggiring klien ke arah tujuan yang
diinginkan coach dengan menggunakan pengaruh yang diperoleh dari proses pacing.
c. Cara melakukan pacing (penyelarasan):
1) Perceptual Position.
Perceptual position adalah suatu tehnik untuk membantu seseorang memahami
bagaimana ia memandang orang lain dan mengalami berada pada posisi-posisi
persepsinya. Untuk lebih memahami realitas internal klien, Coach harus melihat klien dan
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 4/7
4
masalahnya dari 3 perspektif, yaitu dari sudut pandang coach (diri sendiri), klien (pihak
ke-dua), dan observer (pihak ketiga). Pengamatan tersebut dilakukan dengan
penggunaan visual, auditory, dan kinestetik (VAK). Bila sebagai diri sendiri, maka coach
melihat dari mata sendiri; mendengar dari telinga sendiri dan mendeskripsikan situasi
dari sudut pandang “saya”, dan merasakan sendiri. Bila sebagai klien (orang kedua), maka
coach melihat dari mata lawan bicara, mendengar dari telinga lawan bicara dan
memahami perasaan lawan bicara. Bila sebagai pihak ketiga (observer), coach melihat,
mendengar, dan merasakan sudut pandang observer.
Kemampuan seorang coach untuk memahami ketiga sudut pandang ini akan
memudahkannya untuk melakukan leading. Salah satu hal yang cukup sulit dalam
melakukan perceptual position adalah menurunkan ‘ego’ kita dan mau masuk ke dalam
perspektif orang lain.
2) Menciptakan situasi Yes Set
Yang dimaksud dengan situasi Yes Set adalah kondisi dimana klien mengiyakan
pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Coach, tanpa memberikan atau mengeluarkan
perkataan ya. Kondisi ini akan membuat klien berada pada kondisi menerima coachnya.
Contoh, coach mengatakan: “Sebentar lagi kita istirahat”; Di ruangan ini kita akan belajar
tehnik coaching”; “Nanti kita pulang pukul 16.30”
3) Menyamakan Kata Indrawi (Visual, Auditory, dan Kinestetik, disingkat VAK)
Kalau klien menggunakan kata-kata berbasis penglihatan (visual), misalnya kelihatannya,
nampaknya, atau menggunakan kata-kata berbasis pendengaran (auditory) seperti
kedengarannya, atau kata-kata berbasis perasaan (kinestetik) seperti rasa-rasanya, maka
dalam proses coaching, coach juga menggunakan kata-kata yang sama dengan kliennya.
4) Penyamaan Fisiologi (bahasa tubuh)
Coach melakukan penyamaan bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh klien. Gaya tubuh ini
meliputi postur tubuh, gestur, mimik muka, kualitas suara, dan nafas (saat klien menarik
atau mengeluarkan nafas). Jadi, kalau kliennya bersandar ke kursi misalnya, coachnya
mengikuti gerakan tersebut. Coach juga dapat mengikuti gerakan “non verbal
agreement” berupa senyuman atau anggukan yang menyatakan persetujuan pada klien.
Gerakan yang dilakukan coach untuk mengikuti perubahan gerak-gerik klien perlu
dilakukan secara halus, tidak kentara, agar tidak terkesan meledek klien.
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 5/7
5
5) Penyamaan Kata Kunci (Key Words)
Dalam proses coaching, coach harus memperhatikan kata-kata kunci yang diucapkan oleh
klien. Kata-kata kunci tersebut bisa merupakan kata-kata yang diulang-ulang, yang
ditekankan oleh klien, atau kata-kata yang berbentuk belief system/value, misalnya: Saya
percaya..., Hal ini penting karena... Kata-kata kunci ini nantinya akan digunakan oleh
coach untuk membimbing klien.
6) Pace the Emotion
Coach melakukan parafrase saat klien mengucapkan kalimat atau frase yang emosional.
Contoh klien menyatakan: “Saya merasa karier saya mentok”, coach lalu menyatakan:
“Ya bisa, orang memang bisa merasa mentok dalam kondisi seperti itu”. Yang ditekankan
oleh coach dalam kalimat tersebut adalah kata orang dan kata bisa. Dengan coach
mengucapkan kalimat seperti itu, klien akan merasa nyaman dan merasa ada orang yang
berdiri di pihaknya.
Bagaimana coach dapat mengetahui bahwa hubungan baik dengan klien sudah terjalin?
Terdapat beberapa tanda yang menunjukkannya, yaitu:
Kedua belah pihak sudah nyambung
Kedua belah pihak merasa nyaman
Kedua belah pihak saling percaya
Kedua belah pihak berada dalam kondisi saling setuju
Coach bisa melakukan leading, yaitu klien mengikuti saran coachnya.
d. Leading
Dalam manajemen, istilah leading dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan manajer
yang menyebabkan orang lain bertindak. Leading meliputi lima macam kegiatan, yaitu: mengambil keputusan
mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manager dan bawahan
memberi semangat, motivasi, semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan
supaya mereka bertindak
memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 6/7
6
Bila dikaitkan dengan coaching, kegiatan-kegiatan tersebut ‘dilakukan’ oleh klien
sendiri, klien tidak akan merasa diarahkan, karena dengan proses coaching, klien
‘mengarahkan’ dirinya sendiri ke dalam berbagai tindakan yang mengarah kepada
peningkatan kinerja.
Di dalam leading, terdapat proses menyepakati bahwa coaching bermanfaat bagi
semua pihak; coach meyakinkan bahwa coaching adalah sesi pembelajaran untuk kedua
belah pihak, dan coaching bukanlah sesi penilaian.
4. Simpulan
Untuk dapat melakukan coaching dengan efektif, seorang pemimpin harus
membangun hubungan yang baik dengan bawahannya (kliennya). Hubungan yang
harmonis ini dikenal dengan istilah rapport. Salah satu cara untuk membangun rapport
adalah pacing, yaitu penyelarasan antara coach dengan klien. Pacing melibatkan berbagai
cara juga, yaitu Perceptual Position, Menciptakan situasi Yes Set, Menyamakan Kata
Indrawi , Penyamaan Fisiologi (bahasa tubuh), Penyamaan Kata Kunci (Key Words), dan
Pace the Emotion.
Dengan terbangunnya Rapport, diharapkan klien menjadi lebih rileks, suka kepada
coachnya, tidak menolak bekerja sama dengan coach, dan akhirnya tujuan coaching
tercapai.
7/24/2019 rapport Building Dalam Coaching
http://slidepdf.com/reader/full/rapport-building-dalam-coaching 7/7
7
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Pelatihan Coaching With NLP, Synergy Lintas Batas
http://adithia.blogspot.com/2013/02/pengertian-coaching.html
http://www.artikata.com/arti-149387-rapport.html
http://rajapresentasi.com/2010/11/teknik-melakukan-coaching-and-counselling/
http://bkfkipunlam.wordpress.com/2011/02/21/menciptakan-rapport/
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/03/03/30-detik-meraih-simpati-
444015.html
http://fastkaya.blogspot.com/2010/12/pengertian-leading-dalam-manajemen.html
http://herugan.com/pengertian-defenisi-dan-fungsi-fungsi-manajemen