rheumatoid arthritis fin

28
ARTRITIS REUMATOID I. PENDAHULUAN Artritis reumatoid adalah suatu penyakit sendi kronis yang masih belum diketahui penyebabnya secara pasti. Walaupun memiliki manifestasi sistemik yang bervariasi, karakteristik utama dari penyakit ini adalah sinovitis yang persisten, umumnya terjadi pada sendi perifer dengan distribusi yang simetris. Erosi tulang, dan perubahan integritas sendi merupakan tanda-tanda yang selalu ada pada penyakit ini. Artritis reumatoid terdapat di seluruh dunia dan lebih mengenai kaum perempuan, terutama umur pertengahan ke atas. Perjalanan penyakit ini sulit diprediksi, beberapa pasien hanya menderita artritis pada satu sendi dengan rasa sakit yang minimal, sedangkan yang lainnya menderita polyartritis progresif dengan ketidakmampuan fungsional. Banyak bentuk deformitas yang disebabkan oleh artritis reumatoid dan sangat khas, terutama pada tangan. Deformitas dengan bentuk yang sangat unik ini, seperti bentuk leher angsa pada tangan, dapat terlihat jelas, terutama pada pasien yang tidak menjalani terapi. Bila terjadi deformitas, maka orang yang menderita penyakit ini akan sulit melakukan berbagai aktivitas, yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidupnya. 1

Upload: anonymous-07rz2yh

Post on 14-Jul-2016

258 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: Rheumatoid Arthritis Fin

ARTRITIS REUMATOID

I. PENDAHULUAN

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit sendi kronis yang masih belum diketahui

penyebabnya secara pasti. Walaupun memiliki manifestasi sistemik yang bervariasi,

karakteristik utama dari penyakit ini adalah sinovitis yang persisten, umumnya terjadi

pada sendi perifer dengan distribusi yang simetris. Erosi tulang, dan perubahan

integritas sendi merupakan tanda-tanda yang selalu ada pada penyakit ini.

Artritis reumatoid terdapat di seluruh dunia dan lebih mengenai kaum perempuan,

terutama umur pertengahan ke atas. Perjalanan penyakit ini sulit diprediksi, beberapa

pasien hanya menderita artritis pada satu sendi dengan rasa sakit yang minimal,

sedangkan yang lainnya menderita polyartritis progresif dengan ketidakmampuan

fungsional.

Banyak bentuk deformitas yang disebabkan oleh artritis reumatoid dan sangat

khas, terutama pada tangan. Deformitas dengan bentuk yang sangat unik ini, seperti

bentuk leher angsa pada tangan, dapat terlihat jelas, terutama pada pasien yang tidak

menjalani terapi. Bila terjadi deformitas, maka orang yang menderita penyakit ini akan

sulit melakukan berbagai aktivitas, yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidupnya.

Selain manifestasi lokal berupa artritis, manifestasi sistemik pun dapat terjadi.

Contoh manifestasi sistemik ini dapat terlihat pada Sjörgen’s syndrome dan Felty’s

syndrome.

Banyak penyakit yang memberikan gambaran klinik yang hampir sama dengan

artritis reumatoid, yang bila tidak diperhatikan dengan seksama, akan menuntun pada

pembuatan diagnosis yang salah. Untuk menentukan diagnosis penyakit ini, selain

dengan anamnese dan pemeriksaan klinis, seringkali dibutuhkan pemeriksaan

penunjang berupa pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan laboratorium.

Tidak ada penanganan yang dengan pasti menyembuhkan penyakit ini, yang dapat

dilakukan hanyalah memperlambat perjalanan penyakit, atau memperbaiki kerusakan

yang telah dibuatnya. Hal ini dapat membuat orang yang menderita penyakit ini merasa

minder bahkan kehilangan semangat hidup, sehingga terapi psikologik juga diperlukan.

1

Page 2: Rheumatoid Arthritis Fin

II. INSIDEN

Insiden terjadinya penyakit artritis reumatoid kira-kira 0,8 % (dapat bervariasi

antara 0,3 sampai 2,1 %) dari populasi. Onset paling sering terjadi pada dekade ke

empat dan ke lima. Wanita dengan umur antara 60 sampai 64 tahun memiliki insiden 6

kali lipat bila dibandingkan dengan wanita yang berusia 18 sampai 29 tahun.1, 6

Penelitian terakhir menyatakan bahwa penyakit ini terkait dengan gen. Seseorang

yang memiliki hubungan darah langsung dengan seseorang yang menderita penyakit ini

memiliki kemungkinan 10% lebih besar untuk menderita penyakit yang sama. 6

III. EPIDEMIOLOGI

Artritis reumatoid lebih banyak diderita oleh kaum wanita dengan perbandingan

3:1. Prevalensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, dan rasio kasus antara

wanita dengan pria menjadi sama pada golongan lanjut usia.6

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan pada semua ras, namun insiden dan

keparahan penyakit ini lebih jarang terjadi di daerah Afrika dan sekitar Kepulauan

Karibia.6

IV. ETIOLOGI

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui dengan pasti, namun ada

kaitannya dengan sistem autoimun dimana terjadi aktivasi sel B, sel T, dan sel-sel

pertahanan tubuh lainnya. 8

Para ahli menduga penyebab penyakit ini adalah suatu agen yang menyebabkan

infeksi sehingga menimbulkan manifestasi pada orang yang rentan secara genetik

berupa reaksi autoimun. Namun, karena epidemiologinya yang luas, maka agen

penyebab infeksi ini harusnya tersebar luas di seluruh dunia. 6

Awal perjalanan penyakit ini sangat mirip dengan radang sendi yang disebabkan

oleh beberapa mikroba, sehingga diduga sebagai penyebabnya, namun belum dapat

dibuktikan. 12

Dari semua pencetus potensial yang berasal dari lingkungan, yang telah jelas

berhubungan dengan perkembangan penyakit artritis reumatoid hanyalah merokok. 6, 12

V. ANATOMI

2

Page 3: Rheumatoid Arthritis Fin

Tempat tersering terjadinya penyakit artritis reumatoid adalah pada sendi-sendi,

terutama sendi lengan, pergelangan tangan, lutut, dan kaki.

Sendi adalah tempat dimana ada dua tulang atau lebih yang bertemu dan dapat

memungkinkan suatu jenis gerakan atau lebih, namun ada juga yang tidak dapat

digerakan (sedikit sekali pergerakannya). 12

Supaya pergerakan sendi pada sendi jenis diartrosis (yang dapat bergerak)

berjalan dengan baik, maka perlu adanya suatu bahan sebagai pelumas, yaitu cairan

sinovial. Ciaran sinovial merupakan ultrafiltrasi plasma yang diproduksi oleh

membrana sinovial (sinovium). Cairan ini terletak di dalam kapsul sendi dan juga

berguna untuk memberi nutrisi bagi jaringan kartilago karena pembuluh darah sulit

untuk mencapai daerah ini. 16

Sinovium terdiri atas deretan tipis sel, antara satu sampai tiga lapis yang avaskular

dalam kapsul sendi dan tidak melapisi permukaan kartilago tulang. Membran ini licin,

lunak dan berlipat-lipat sehingga dapat menyesuaikan diri pada setiap gerakan sendi. 16

Bagian ujung dari tulang adalah suatu tulang rawan (kartilago), yang lebih kenyal

dibandingkan tulang kompak, melapisi diantara kedua tulang yang membentuk sendi.

Rawan sendi merupakan jaringan yang avaskular dan dibentuk oleh sel kondrosit dan

matriks yang terdiri atas air, proteoglikan dan kolagen. 16

VI. PATOFISIOLOGI

3

OtotTulang

Kartilago

Kapsula sendi

Membrana sinovial

Tendon

Cairan sinovial

Bursa

Sendi Normal

Gambar 1Ket: Contoh sendi normalDikutip dari 12

Page 4: Rheumatoid Arthritis Fin

Patogenesis penyakit ini terjadi akibat suatu proses imunologi yang menyebabkan

penghancuran sendi. 7

Sinovium pada penyakit artritis reumatoid menunjukan tanda-tanda abnormal

dengan bertambahnya lapisan sel, antara delapan sampai sepuluh lapis, dan

mengandung sel-sel inflamasi, seperti sel B, sel T dan makrofag. Selain itu, terjadi

perubahan vaskuler, berupa trombosis dan neovaskularisasi.8 Sitokin lokal yang muncul

inilah yang menyebabkan berbagai manifestasi klinis, seperti inflamasi jaringan

sinovial, inflamasi cairan sinovial, proliferasi sinovial, dan kerusakan pada kartilago

dan tulang. 6

Jenis sel terbanyak yang menginfiltrasi sinovial adalah dari limfosit T. Sel T

CD4+ lebih banyak dibandingkan dengan sel T CD8+. Sel T memori CD4+ berkumpul

di sekitar venula post-kapiler. Sel T CD8+ tersebar di sekitar jaringan. Kedua jenis sel

T ini menimbulkan aktivasi antigen awal, yaitu CD69. Pada penyakit yang sudah lanjut,

pada sinovium dapat dilihat struktur yang hampir sama dengan pusat germinal

(germinal center) organ limfoid sekunder. 6

Immunoglobulin poliklonal dan faktor rheumatoid autoantibodi dihasilkan di

jaringan sinovial, yang menyebabkan terjadi formasi lokal dari kompleks imun.

Kompleks imun ini terdiri atas komplemen anafilatoksin, yaitu C3a dan C5a. Kompleks

ini dapat menarik sel-sel inflamasi, terutama neutrofil. 6

4

Artritis Reumatoid

Membran sinovial yang bengkak karena proses inflamasi

Erosi Tulang

Gambar 2Ket: Sendi yang mengalami Artritis

ReumatoidDikutip dari 12

Page 5: Rheumatoid Arthritis Fin

Pada sinovium terjadi peningkatan jumlah sel mast yang dapat menyebabkan

terjadinya inflamasi, karena menghasilkan histamin yang meningkatkan permeabilitas

vaskuler. 6

Jaringan fibroblas sinovial menghasilkan enzim-enzim seperti kolagenase dan

katespin sehingga menghancurkan komponen matrix sendi. Sitokin IL-1 dan TNF

memainkan peranan penting dengan menstimulasi sel-sel di pembuluh darah untuk

menghasilkan enzim protease. Kedua sitokin ini juga yang mengaktifkan kondrosit

sehingga menghasilkan enzim proteolitik yang dapat menghancurkan kartilago dan

menghambat sintesis molekul matriks yang baru; selain itu, sitokin yang sama juga

mengaktifkan osteoklas sehingga terjadi demineralisasi tulang. 6

Manifestasi sistemik artritis reumatoid dapat dihubungkan dengan pengeluaran

molekul efektor inflamasi dari sinovium, yaitu IL-1, TNF, dan IL-6; yang

menyebabkan terjadinya malaise. Kompleks imun yang dihasilkan di sinovium dan

memasuki sistem sirkulasi dapat menyebabkan terjadinya vaskulitis sistemik. 6

VII. DIAGNOSIS

VII. 1. GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinik artritis reumatoid sangat bervariasi tergantung dari onset,

distribusi, stadium dan progresivitas penyakit.

Anamnese

Pada stadium awal, pasien sering datang dengan gangguan keadaan umum berupa

malaise, anoreksia, penurunan berat badan, rasa capek, dan sedikit demam. Seringkali

pasien juga mengeluhkan tanda-tanda anemia. Pasien juga sering mengeluhkan

perasaan kaku pada pagi hari (morning stiffness) yang dialami sejak bangun tidur, kira-

kira selama 1 jam. Rasa nyeri disertai gangguan gerak, terutama pada sendi

metakarpofalang (MCP) seringkali menjadi keluhan utama pasien.6, 10

Inspeksi

Pada sendi yang terkena, seringkali terlihat tanda-tanda peradangan lokal,

terutama pada sendi besar, seperti sendi lutut. Bila sudah lanjut, terlihat deformitas

sendi, terutama pada sendi MCP yang membentuk suatu gambaran yang khas, yaitu

deformitas leher angsa (swan-neck deformities). Sinovitis pada sendi MCP ibu jari

5

Page 6: Rheumatoid Arthritis Fin

seringkali menyebabkan subluksasi palmar dan fleksi phalanx proksimal dengan

hiperekstensi sendi interfalangeal (deformitas boutonniere). Deformitas yang sangat

berat yang disebabkan oleh artritis reumatoid dapat menyebabkan bentuk “main en

lorgnette”(opera glass hand). 19 Pada stadium lanjut ini dapat terjadi kerusakan sendi

dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat

rupturnya tendo/ligamen yang menyebabkan deformitas reumatoid yang khas berupa

deviasi ulnar jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan

kaki. 10

Kadang-kadang terlihat nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan

tulang atau permukaan ekstensor atau daerah jukstaartrikular. Umumnya nodul

ditemukan pada 25% penderita.6

Umumnya sendi yang terkena artritis reumatoid bersifat simetris, walaupun hal ini

tidak bersifat mutlak.6

Palpasi

Pada stadium awal, kadang-kadang suhu tubuh pasien dapat naik hingga

mencapai 40oC, sehingga pada palpasi, badan pasien terasa panas. Pasien akan

mengeluhkan rasa sakit bila sendi yang terkena ditekan.6

Pemeriksaan klinik dengan cara perkusi dan auskultasi jarang dilakukan secara

rutin pada pasien artritis reumatoid, mengingat tempat terjadinya kelainan adalah di

sekitar sendi. Perkusi dan auskultasi dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya

manifestasi ekstraartikuler artritis reumatoid, seperti pada infark visera atau

pneumotoraks yang jarang terjadi.

VII. 2. GAMBARAN RADIOLOGI

Foto X-Ray

Sebelum mengetahui perubahan-perubahan radiologik yang terjadi pada penyakit

artritis reumatoid, perlu diketahui hasil foto X-Ray pada sendi yang normal. Posisi yang

sering digunakan untuk foto X-Ray tulang adalah posisi anterior-posterior (AP),

Posterior-Anterior (PA), lateral, dan oblik.

6

Page 7: Rheumatoid Arthritis Fin

Perubahan radiologik pada artritis reumatoid dapat dibagi menjadi perubahan

awal dan perubahan lanjut. Perubahan radiologik awal sangat penting karena dapat

ditemukan sebelum penyakitnya didiagnosa secara klinik, dan bila ditemukan pada

stadium awal, maka hasil penanganan akan lebih memuaskan. Perubahan radiologik

dapat ditemukan pada sekitar 65% pasien dengan gejala-gejala artritis dalam waktu 3

bulan, dalam 6 bulan perubahan radiologik terlihat pada 85% pasien. Namun, ada pula

pasien yang walaupun sudah bergejala selama 3 tahun dan tidak terlihat adanya

perubahan radiologik. 4, 13

7

Ulna

Ossa metacarpi

Phalanx distalis

Phalanx media

Phalanx proximalis

Ossa sesamoides

Basis ossis metacarpi II

Os trapezoideumOs trapezium

Tuberculum ossis scaphoidei

RadiusProc. styloideus ulnaeOs lunatumOs pisiformis

Os triquetrumOs capitatum

Hamulus ossis hamati

Gambar 3Ket: Foto X-Ray mannus posisi PA

Os pisiforme dan Os triquetrum tampak tumpang-tindih

Dikutip dari 9

Page 8: Rheumatoid Arthritis Fin

Perubahan radiologik awal termasuk: (1) Pembengkakan jaringan lunak di sekitar

sendi; (2) deosifikasi tulang yang bersebelahan; (3) pelebaran celah sendi; (4) elevasi

periosteum dan osifikasi; (5) erosi tulang; (6) pseudokista; (7) penyempitan celah sendi;

dan (8) subluksasi. 4

Pembengkakan jaringan lunak di sekitar sendi umumnya berbentuk kumparan

(spindle-shaped). Perubahan ini sangat mudah terlihat pada sendi interfalangeal

proksimal, dan juga dapat terlihat pada sendi lutut dan pergelangan kaki.

Pembengkakan ini disebabkan oleh efusi sendi dan edema jaringan subsinovial. 5

Deosifikasi disebabkan oleh hiperemia lokal yang difus. Korteks tulang menipis,

muncul pola trabekula, dan akhirnya tulangnya seperti disapu bersih (washed out), dan

mengalami trabekulasi. 4

Pelebaran celah sendi kadang susah untuk dilihat. Pelebaran ini terjadi karena

adanya efusi pada sendi.17 Kadang-kadang tanda ini terlihat setelah penyakitnya sudah

lanjut, walaupun sebenarnya merupakan salah satu tanda awal artritis reumatoid. 4

Elevasi periosteum dan osifikasi biasanya hanya terbatas pada sendi dan

disebabkan oleh erosi yang sedikit pada tulang di sekitar sendi. Akumulasi cairan sendi

(eksudat) menaikan periosteum, yang merangsang pelapisan tulang baru. Bila terjadi

terus menerus, maka akan terbentuk lamelasi yang membentuk penebalan yang keras

dan menyatunya periosteal dengan korteks sehingga tulang menjadi tebal. 4

Erosi korteks sendi disebabkan oleh penghancuran kartilago. Pada metakarpal dua

dan tiga erosi ini sering terjadi pada bagian radial. Erosi pada bagian proksimal falang

pertama kelihatan pada 85% kasus. Erosi pada sendi yang besar lebih jarang bila

8

Gambar 4Ket: Pembengkakan jaringan lunak

dan erosi awal dari sendi interfalangeal proksimal

Dikutip dari 17

Page 9: Rheumatoid Arthritis Fin

dibandingkan dengan sendi yang kecil. Muncul sklerosis pada bagian yang mengalami

erosi, namun batas-batasnya menjadi tidak teratur. 4

Pseudokista muncul agak jauh dari sendi. Hal ini disebabkan oleh inflamasi

sinovial dan infiltrasi pannus yang masuk melalui kapsul sendi, mungkin lewat saluran

vaskular, atau lewat defek yang terjadi pada kapsul. 4

Penyempitan ruang sendi sering terjadi. Penyempitan ini disebabkan oleh

degenerasi kartilago sendi karena pannus yang menyebar sepanjang permukaan sendi.

Proses ini dapat terus berlangsung sampai tulang-tulangnya saling berhimpitan. 5

Ketidakseimbangan tendon dan kontraksi kapsular menyebabkan terjadinya

subluksasi dan ketidaklurusan (malalignment). Bila tendon dirusak juga, maka tendon

akan ruptur, sehingga memperparah disabilitas. 5

9

Gambar 5Ket: Subluksasi pada sendi meta-

karpalfalangeal ketiga dan erosi marginal pada ujung metakarpal kedua

Dikutip dari 17

Gambar 6Ket: deformitas berat akibat subluksasi

sendi metakarpafalangeal dengan deviasi ulnaris

Dikutip dari 1

Page 10: Rheumatoid Arthritis Fin

Perubahan radiologik tahap lanjut berupa: (1) kontraktur fleksi dan ekstensi yang

menyebabkan terjadinya dislokasi terutama sendi interfalangeal dan siku; (2) celah

sendi menyempit dan destruktif, dengan gambaran korteks subkondral tulang yang

tidak rata dan fraktur; (3) perlekatan tulang, dan (4) penghancuran tulang yang dimulai

dari sendi, umumnya terlihat pada ujung distal klavikula, metakarpal dan metatarsal. 5

Efusi pleura, nodul paru dan pleura serta pneumonitis kronik yang difus dapat

terlihat pada pasien artritis reumatoid. 5

CT-Scan

Walaupun CT berguna untuk menunjukan patologi tulang, erosi sendi kecil sangat

baik bila dinilai dengan menggunakan foto X-Ray ataupun MRI, sehingga kurang

berguna untuk menilai artritis reumatoid. 17

MRI

MRI sangat bagus digunakan untuk melihat perubahan pada jaringan lunak, defek

pada kartilago dan erosi tulang yang berkaitan dengan artritis reumatoid. Intensitas

sinyal dari garis sinovial yang mengalami inflamasi dapat dilihat pada gambar T1WI

dan T2WI.

MRI dapat mendeteksi erosi tulang dan sangat sensitif untuk melihat edema sum-

sum tulang, sehingga sangat bernilai untuk diagnostik, namun tidak rutin digunakan

karena biayanya yang mahal. 17

10

Gambar 7Ket: Potongan koronal T2-weighted

spin-echo MRI menunjukkan erosi yang terang pada bagian tangan pasien artritis reumatoid

Dikutip dari 17

Page 11: Rheumatoid Arthritis Fin

USG

Sonografi dengan resolusi dan frekuensi yang tinggi dapat digunakan untuk

melihat sendi-sendi kecil pada artritis reumatoid. Efusi sendi bersifat hipoechoik, dan

sinovium yang hipertrofi lebih echogenik. Nodul reumatoid terlihat sebagai kavitas

yang berisi cairan dengan batas yang jelas. Erosi tulang terlihat sebagai kortex

hiperechoik yang tidak teratur. Tenosinovitis dan ruptur tendon dapat terlihat juga lewat

USG. USG berguna bila digunakan untuk menilai sendi metakarpalfalangeal dan sendi

interfalangeal, namun sulit untuk menilai tulang-tulang karpal dan sendi

karpalmetakarpal. 17

USG juga berguna untuk menuntun jarum biopsi bila ingin mengambil sampel

cairan sinovial.17

VII. 3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak ada tes spesifik untuk mendiagnosa penyakit artritis reumatoid. Namun

karena faktor reumatoid ditemukan pada sekitar 66,66% kasus artritis reumatoid, maka

faktor reumatoid sering dijadikan standar untuk mendiagnosa penyakit ini.6 Faktor

reumatoid ditemukan pada sekitar 5% orang sehat dan meningkat sesuai dengan

pertambahan umur, bahkan dapat mencapai 20% pada orang sehat yang berumur lebih

dari 65 tahun. Selain itu, faktor reumatoid juga ditemukan pada pasien lepra,

tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, endokarditis bakterialis, penyakit

kolagen (SLE), dan sarkoidosis.7 Hal ini menyebabkan faktor reumatoid tidak cocok

dijadikan sebagai prosedur untuk penyaringan (screening). Namun, faktor reumatoid

dapat dijadikan patokan untuk mengetahui prognosis penyakit artritis reumatoid, karena

pasien dengan kadar faktor reumatoid yang tinggi cenderung lebih parah penyakitnya,

disertai dengan manifestasi sistemik.6

Anemia normokrom normositik seringkali ditemukan pada pasien dengan artritis

reumatoid. Kadang-kadang ditemukan leukopeni. Pada pasien dengan artritis reumatoid

aktif ditemukan peningkatan laju endap darah, begitu juga dengan kadar C-Reactive

Protein (CRP) yang merupakan tanda-tanda terjadinya inflamasi.6

11

Page 12: Rheumatoid Arthritis Fin

Aspirasi cairan sinovial menunjukan tanda-tanda inflamasi dengan menjadi keruh

dan terjadi penurunan viskositas. Kadar sel darah putih cairan sinovial yang mengalami

inflamasi umumnya meningkat diatas 2000/μL dengan lebih dari 75% berupa leukosit

polimorfonuklear. Tanda inflamasi ini tidak spesifik untuk penyakit artritis reumatoid.6

VII. 4. PATOLOGI ANATOMI

Pada pemeriksaan patologi anatomi, tampak inflamasi dengan hiperplasia lapisan

sinovial. Dan infiltrasi daerah di bawahnya oleh sel-sel mononuklear. Dengan

pembesaran yang lebih besar dapat terlihat infiltrat sel mononuklear di sekitar venule

postkapiler. 6

12

Gambar 8Ket: Gambaran histologi sinovitis pada

artritis reumatoid, tampak hiperplasia lapisan sel bagian atas (A) dan infiltrasi sel mononuklear pada lapisan dibawahnya (B)

Dikutip dari 6

A

B

Page 13: Rheumatoid Arthritis Fin

American Rheumatism Association (ARA) membuat suatu kriteria untuk

menegakan diagnosis artritis reumatoid yang telah direvisi tahun 1987, yaitu:

a. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian

dan disekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam

sebelum perbaikan maksimal.

b. Artritis pada 3 daerah atau lebih. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau

persendian atau efusi sendi, bukan pembesaran tulang (hiperostosis). Hal ini

harus dinilai oleh seorang dokter. Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi

secara bersamaan. Terdapat 14 sendi yang memenuhi kriteria, yaitu

interfalang proksimal (IPP), metakarpofalang (MCP), pergelangan tangan,

siku, lutut, pergelangan kaki, dan metatarsofalang (MTP), bagian kiri dan

kanan.

c. Artritis pada sendi tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

persendian tangan seperti tertera di atas.

d. Artritis simetris (symmetrical polyarthritis simultaneously). Keterlibatan sendi

yang sama pada kedua sisi tubuh.

e. Nodul reumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah jukstaartrikular yang dinilai oleh seorang

dokter.

f. Faktor reumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor reumatoid

serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari

5% kelompok kontrol.

g. Terdapat perubahan gambaran radiologik yang khas pada permeriksaan sinar

rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tanga, yang harus

menunjukan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi

atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7

kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu.7

13

Page 14: Rheumatoid Arthritis Fin

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit artritis reumatoid didiagnosa banding dengan penyakit pirai (gout) 4, osteoartritis, artritis psoriatik dan artritis Reiter. 17

Art

ritis

Rei

ter

Sang

at se

ring

dide

rita

oleh

pria

mud

a

Mer

upak

an

suat

u si

ndro

m d

enga

n ta

nda

lain

ber

upa

uret

ritis

da

n ko

njun

ctiv

itis

Ep

isod

e ar

tritis

pe

ndek

dan

sem

buh

deng

an s

endi

rinya

Arti

ritis

te

ruta

ma

daer

ah

met

atar

sa-f

alan

geal

(M

TP),

dan

inte

rfal

ange

al

prok

s-im

al2

Gam

bar 1

2Pa

da fo

to X

-Ray

AP

tang

an in

i ter

lihat

ero

si

yang

kec

il pa

da

met

acar

pal i

bu ja

ri da

n su

bluk

sasi

yan

g m

inim

al. D

ensi

tas

tula

ngny

a no

rmal

2

Art

ritis

Pso

rita

tik

Wan

ita d

an p

ria

mem

iliki

per

-ban

ding

an y

ang

sam

a, se

ring

pada

usi

a 30

-50

an ta

hun

Bia

sany

a te

rjadi

on

ikol

isis

dan

tand

a-ta

nda

lain

pad

a ku

ku s

eper

ti oi

l-dr

op s

ign

Um

umny

a da

erah

ya

ng te

rken

a ar

tritis

dim

ulai

de

ngan

mun

culn

ya p

soria

sis

(10t

hn se

tela

h-ny

a)11

Gam

bar 1

1Pa

da fo

to X

-Ray

AP

tang

an k

anan

ini t

erlih

at

eros

i sub

-kon

dral

sen

di

inte

r-fa

lang

eal p

roxi

mal

(P

IP) j

ari k

etig

a da

n ke

empa

t di

serta

i rea

ksi

perio

stea

l 11

Ost

eoar

triti

s

Serin

g di

derit

a w

anita

usi

a la

njut

Dap

at te

rben

tuk

nodu

s H

eber

den

pada

da

erah

dis

tal

inte

rpha

lang

eal (

DIP

)

Kad

ang-

kada

ng

dise

rtai t

imbu

lnya

kre

pitu

s

Ber

sifa

t sim

etris

, te

r-ut

ama

pada

tang

an

Serin

g ju

ga

terja

di p

ada

send

i pen

opan

g be

rat b

adan

15

Gam

bar 1

0Pa

da fo

to X

-Ray

tang

an

deng

an p

osis

i PA

ini

terli

hat p

enye

mpi

tan

send

i dan

ost

eofit

, ser

ta

kist

a su

bkon

dral

yan

g ke

cil p

ada

daer

ah in

ter-

fala

ngea

l dis

tal (

DIP

) 15

Art

ritis

Gou

t

Lebi

h se

ring

dide

rita

pria

dan

usi

a la

njuu

t

Tem

pat p

alin

g se

ring

terk

ena

iala

h da

erah

met

atar

sa-

fala

ngea

l (M

TP)-

1

Um

umny

a ar

tritis

asi

met

ris

Ada

nya

riway

at h

iper

uris

emia

pa

da p

emer

iksa

an la

b.

Ras

a sa

kit

tiba-

tiba

mun

cul

Gam

bar 9

Pada

foto

X-R

ay A

P ta

ngan

kan

an in

i te

rliha

t de

posi

si

kris

tal u

rat p

ada

daer

ah p

eri-a

rticu

lar

14

Art

ritis

Reu

mat

oid

Lebi

h se

ring

dide

rita

kaum

wan

ita d

an

usia

per

teng

ahan

sam

pai

lanj

ut

Gej

ala

beru

pa

nyer

i, be

ngka

k, d

an g

ang-

guan

ger

ak te

ruta

ma

pada

se

ndi m

eta-

karp

ofal

ang

(MC

P)

Um

umny

a te

rjadi

artr

itis s

imet

ris

Kak

u pa

da p

agi

hari

dan

sete

lahn

ya ra

sa

saki

t mun

cul 17

Gam

bar 5

Pada

foto

X-R

ay

tang

an in

i, te

rliha

t su

bluk

sasi

pad

a se

ndi

met

akar

palfa

lang

eal

(MC

P) k

etig

a da

n er

osi m

argi

nal p

ada

ujun

g m

etak

arpa

l ke

dua

17

Gam

bara

n K

linik

Gam

bara

n R

adio

logi

IX. PENGOBATAN

14

Page 15: Rheumatoid Arthritis Fin

Tujuan terapi artritis reumatoid adalah: (1) menghilangkan rasa sakit, (2)

menurunkan inflamasi, (3) melindungi struktur sendi, (4) menjaga fungsi sendi, (5)

mengontrol keterlibatan sistemik. Penanganan pasien dengan artritis reumatoid harus

dilakukan secara holisitik, terutama untuk menangani berbagai masalah yang

ditimbulkan penyakit ini secara fungsional dan juga interaksi psikososialnya.6

Istirahat dapat menghilangkan gejala dan sangat penting untuk program terapi

secara menyeluruh. Kadang-kadang diperlukan pembidaian (splinting) untuk

mengurangi gerakan-gerakan yang memperparah sendi yang terkena penyakit ini.

Terapi juga ditujukan untuk mempertahankan kekuatan otot dengan fisioterapi. Yang

tak kalah pentingnya ialah mengajar pasien beserta keluarganya mengenai penyakit

yang sedang diderita, dan rencana terapinya.6

Penanganan artritis reumatoid dengan obat-obatan terdiri atas lima macam

pendekatan. Pertama dengan menggunakan obat-obat anti-inflamasi non-steroid

(AINS), termasuk aspirin dan analgesik lainnya untuk meredakan gejala. Obat jenis ini

tidak mengurangi progresifitas penyakit. Dengan obat penghambat COX-2

(cyclooxygenase), terjadinya ulserasi gastroduodenal yang umum disebabkan oleh

AINS konvensional dapat ditekan. Terapi berikutnya adalah dengan menggunakan

glukokortikoid dosis rendah, digunakan untuk menekan proses inflamasi apabila tidak

bisa ditekan oleh obat jenis lain. Tahap ketiga ialah dengan menggunakan obat yang

memodifikasi rematik, yaitu yang termasuk dalam DMARDs (Disease-modifying

antirheumatic drugs), seperti garam emas, methotrexate, anti malaria, dan

sulfasalazine. Tahap keempat digunakan agen yang menetralkan sitokin (cytokine-

neutralizing agents) yang menurunkan progresifitas penyakit dan kerusakan struktur

sendi. Yang kelima ialah obat penekan sistem imun dan sitotoksik, yang memperbaiki

proses penyakit pada beberapa pasien. Pengobatan tambahan dapat dengan

menggunakan asam lemak omega-3 menunjukkan perbaikan simptomatik pada

beberapa pasien.6, 7

Operasi dan rekonstruksi dilakukan, jika misalnya kelainan terbatas pada sinovia,

maka dilakukan sinovektomi dan bila terjadi ruptur tendo dilakukan penjahitan tendo.

Pada tingkat lanjut dimana terdapat kerusakan tulang dan tulang rawan, maka dilakukan

15

Page 16: Rheumatoid Arthritis Fin

osteotomi artrodesis atau artroplasti tergantung dari tingkat kerusakannya. Sendi yang

umumnya diganti ialah sendi panggul, lutut, bahu, siku, dan metakarpal-falangeal 10, 18

Penggabungan tulang pembentuk sendi efektif dalam menghilangkan rasa sakit

dan memperbaiki deformitas. Penggabungan dilakukan pada sendi tangan dan

pergelangan tangan dengan hasil yang baik untuk jangka waktu panjang. 18

X. KOMPLIKASI

Komplikasi artritis reumatoid terutama disebabkan oleh manifestasi sistemik dan

juga oleh efek samping obat-obatan yang digunakan. Pada pasien dengan kadar faktor

reumatoid yang tinggi, sering terjadi manifestasi ekstraartikuler, seperti vaskulitis

reumatoid yang dapat menyebabkan terjadinya polineuropati, mononeuritis multipleks,

ulserasi kutaneus, nekrosis kulit, ganggren jari, dan infark visera. Komplikasi lain dapat

terjadi pada daerah paru-paru, dimana terjadi fibrosis yang mengurangi efisiensi paru-

paru. Dapat juga terjadi nodul pada paru-paru yang menjadi kavitas dan menyebabkan

pneumotoraks akibat fistel bronkopleura. Sekitar 15 sampai 20% pasien dengan artritis

reumatoid mengalami Sjörgen’s syndrome dengan keratokonjunctivitis sika dan

xerostomia. Pada pasien artritis reumatoid yang kronis (>10thn), dapat terjadi

splenomegali, neutropenia, dan kadang-kadang disertai anemia dan trombositopeni

yang disebut sebagai Felty’s syndrome. 3, 6

Obat-obat artritis reumatoid dapat menyebabkan efek samping yang juga

berbahaya. Perdarahan saluran cerna, azotemia, disfungsi platelet serta eksaserbasi

penyakit rhinitis alergika dan asma sering didapatkan pada penggunaan obat golongan

AINS. Obat penghambat COX-2 dapat menyebabkan retensi natrium, hipertensi dan

edema perifer pada beberapa pasien. Osteoporosis sering terjadi pada pasien dengan

penggunaan terapi glukokortikoid, karena mengurangi massa tulang, walaupun dengan

dosis yang rendah. Osteoporosis menyebabkan tulang gampang mengalami fraktur.

Obat golongan DMARDs terutama methotrexate dapat menyebabkan ulserasi oral,

abnormalitas fungsi hati, pneumonitis berkatian dengan efeknya sebagai antagonis

asam folat. Agen penetral sitokin meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi yang

berat, seperti mengaktifkan kembali tuberkulosis yang dormant. Terapi dengan obat

penekan sistem imun dapat menyebabkan terjadinya keganasan. 6

16

Page 17: Rheumatoid Arthritis Fin

XI. PROGNOSA

Kelangsungan organ

Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi dan sulit untuk

diperkirakan. Sekitar 50-75% pasien artritis reumatoid akan mengalami remisi dalam 2

tahun. Selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Kerusakan tulang yang

luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama. 6, 7

Kelangsungan hidup

Dalam 10 tahun, 50% pasien mengalami hambatan dalam bekerja. Terjadi

peningkatan derajat mortalitas pada pasien dengan penyakit sendi yang parah.

Golongan ini umumnya meninggal 10-15 tahun lebih cepat. Penyebab kematiannya

adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran

cerna. 6

17

Page 18: Rheumatoid Arthritis Fin

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Available at www.gentili.net/Hand/ra.htm

2. Aribandi, AK. Available at www.emedicine.com/radio/topic598.htm. 2005

3. Dähnert, W. Bone and Soft Tissue Disorders in Radiology Review Manual 2nd

Edition. Williams & Wilkins: USA; 1993. Hal 92-93

4. Edeiken, J. Arthritides in Roentgen Diagnosis of Diseases of Bone Volume 2

Asian Edition. Igaku Shouin Ltd: Japan; 1993. Hal 686-708

5. Juhl, JI. The Osseous System in Paul and Juhl Essentials of Roentgen

Interpretation 4th edition. Harper & Row: USA; 1981. Hal 278-290

6. Lipsky, PE. Rheumatoid Arthritis in Harrison’s Principles of Internal Medicine

16th edition. McGraw-Hill: USA; 2005, hal 1968-1976

7. Mansjoer, A. Reumatologi dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3. Media

Aesculapius: Jakarta; 2001. Hal 537-539

8. McPhee, SJ. Pathophysiology of Selected Rheumatic Diseases in

Pathophysiology of Disease 4th Edition. McGraw-Hill: USA; 2003. Hal 674-675

9. Putz, RV. Ekstremitas Atas dalam Sobotta Atlas Anatomi Manusia edisi 21.

EGC: Jakarta; 2000. Hal 184

10. Rasjad, C. Penyakit Reumatik, Artropati dan Artritis Metabolik dalam Pengantar

Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue: Makassar; 2003. Hal 156-165

11. Scheinfeld, NS. Available at www.emedicine.com/radio/topic578.htm. 2005

12. Shiel, WC Jr. Available at www.medicinenet.com.

13. Simon, G. Artritis Dengan Etiologi Yang Tidak Jelas dalam Diagnostik Rontgen

untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter Umum. Erlangga: Jakarta; 1981. Hal 119-

123

14. Smelser, CD. Available at www.emedicine.com/radio/topic313.htm. 2005

15. Stacy, G. Available at www.emedicine.com/radio/topic492.htm. 2005

16. Tehupeiory, ES. Anatomi Sendi, Membran Sinovia, Rawan Sendi dan Otot Skelet

dalam Buku Kuliah Ilmu Reumatologi. Sub-Bagian Reumatologi bagian Ilmu

Penyakit Dalam FK-UNHAS: Makassar; 2002. Hal 1-28

17. Tsou, IY. Available at www.emedicine.com/radio/topic877.htm. 2005

18

Page 19: Rheumatoid Arthritis Fin

18. Way, LW. Orthopedics in Current Surgical Diagnosis & Treatment 11th Edition.

McGraw-Hill: USA; 2003. Hal 1203-1204

19. Wright, PE. Arthritic Hand in Campbell’s Operative Orthopaedics Volume 4 10 th

Edition. Mosby: USA; 2002. Hal 3689-3691

19