spektrofotometri organik 4 selasa pagi
TRANSCRIPT
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 1/52
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi:
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Oleh:
Kelompok : IV / Selasa Pagi
Emiwati Simanjuntak NIM:21030115120084
Nurdin Hariyadi NIM: 21030115120057
Shara Maurina NIM:21030115140197
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 2/52
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi:
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Oleh:
Kelompok : IV / Selasa Pagi
Emiwati Simanjuntak NIM:21030115120084
Nurdin Hariyadi NIM: 21030115120057
Shara Maurina NIM:21030115140197
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 3/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I ii
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Materi Praktikum : Spektrofotometri Organik
2. Kelompok : IV/Selasa Pagi
3.
Anggota :
1. Nama : Shara Maurina
NIM : 21030115140197
Jurusan : S1-Teknik Kimia
Universitas / Institut / Politeknik : Universitas Diponegoro
2.
Nama : Emiwati Simanjuntak NIM : 21030115120084
Jurusan : S1-Teknik Kimia
Universitas / Institut / Politeknik : Universitas Diponegoro
3. Nama : Nurdin Hariyadi
NIM : 21030115120057
Jurusan : S1-Teknik Kimia
Universitas / Institut / Politeknik : Universitas Diponegoro
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Semarang, 10 Desember 2015
Mengesahkan,
Asisten Pembimbing
Emma Pubaningdyah
NIM 210301130120063
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 4/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan resmi
LDTK 1 materi spektrofotometri organik dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
Penyusunan Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia 1 ditujukan untuk
memenuhi tugas Praktikum Dasar Teknik Kimia 1 di semester 1.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhammad Rustam dan
Ibu Dini Iswandari selaku Laboran Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1, Saudara
Latif Alfian Zuhri selaku koordinator Asisten Laboratarium Dasar Teknik Kimia 1,
Saudari Emma Pubaningdyah selaku Asisten Pembimbing dan semua AsistenLaboratarium Dasar Teknik Kimia 1.
Laporan ini berisi materi spektrofotometri organik yang mana spektrofotometri
ini merupakan metode analisa untuk menentukan identitas suatu komponen atau
konsentrasi didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis di suatu larutan
berwarna. Tujuan laporan ini untuk menentukan konsentrasi antosianin pada
semangka dan menentukan kurva hubungan konsentrasi antosianin vs absorbansi.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu apabila ada kesalahan dalam
laporan resmi Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1 ini, penulis minta maaf dan
mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan resmi ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
melakukan praktikum.
Semarang, 10 Desember 2015
Penulis
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 5/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN... ............................................................................ ii
PRAKATA... .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI... ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
INTISARI .............................................................................................................. vii
SUMMARY ............................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................. ... 1
I.1. LATAR BELAKANG.……………………………………………… 1I.2. TUJUAN PERCOBAAN.…………………………………………… 1
I.3. MANFAAT PERCOBAAN.………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….... 2
BAB III METODE PERCOBAAN...………………………………………...….. 5
III.1. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN... .............................. 5
III.2. GAMBAR ALAT ............................................................................. 5
III.3. KETERANGAN GAMBAR ............................................................. 6
III.4. CARA KERJA .................................................................................. 6
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN………………………. 9
IV.1. HASIL PERCOBAAN .......................... …………………………… 9
IV.2. PEMBAHASAN ....... ……………………………………………… 11
BAB V PENUTUP………………...…………………………………………..… 15
V.1. KESIMPULAN …………………………………………………..… 15
V.2. SARAN............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 16
LAMPIRAN
A. LEMBAR PERHITUNGAN. ............................................................ A-1
B. LAPORAN SEMENTARA ............................................................... B-1
C. REFERENSI ...................................................................................... C-1
LEMBAR ASISTENSI
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 6/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan Antara Energi Teradsorbsi dengan Gerakan Molekul….......2
Tabel 2.2 Spektrum Sinar Tampak dan Warna Komplementer …………………..2
Tabel 4.1 Menentukan Panjang Gelombang Optimum………………………….. 9
Tabel 4.2 Larutan Rosella VS Absorbansi………………………………………. 9
Tabel 4.3 Faktor Pengenceran………………………………………………….....9
Tabel 4.4 Antosianin Larutan Rosella Pada Panjang Gelombang 520 nm dan 700
nm……………………………………………………………………..10
Tabel 4.5 Absorbansi Pada Larutan Rosella Pada Panjang Gelombang
Optimum………………………………………………………………10
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 7/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Absorbsi cahaya oleh larutan contoh ....................................... 2
Gambar 3.1 Spektrofotometer OPTIMA SP-300 ......................................... 4
Gambar 3.2 Beaker Glass 250 ml ................................................................. 5
Gambar 3.3 Tabung Reaksi dan Raknya ...................................................... 5
Gambar 3.4 Pipet Ukur ................................................................................. 5
Gambar 3.5 pH Meter ................................................................................... 5
Gambar 3.6 Beaker Glass 50 cc ................................................................... 5
Gambar 3.7 Cuvet ......................................................................................... 5
Gambar 4.1 Kurva Absorbansi vs Konsentrasi ............................................. 13Gambar 4.2 Kurva Panjang Gelombang vs Absorbansi ............................... 13
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 8/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I vii
INTISARI
Spektrofotometri merupakan percobaan yang dapat digunakan untuk
menganalisa konsentrasi suatu zat didalam larutan berdasarkan absorbansi
terhadap warna dari larutan pada panjang gelombang tertentu. Metode ini
merupakan metode yang sangat sederhana untuk menganalisis jumlah(konsentrasi)
sampel yang sangat kecil.
Persen transmitan adalah pembanding antara intensitas cahaya keluar dari
sampel terhadap intensitas yang masuk. Menurut hukum Lambert serapan
berbanding lurus dengan ketebalan sel yang disinari, dengan bertambahnya sel
maka serapan akan bertambah. Metode analisis spektrofotometri ada tiga yaitu
metode standar tunggal, metode kurva kalibrasi, dan metode adisi standar.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rosella 100ml, aquadest,
KCl 20ml, natrium asetat 20ml. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer
optima sp-300, empat buah beaker glass 50cc, enam tabung reaksi beserta satu rak
tabung reaksi, satu pipet ukur 10cc, pH meter, satu beaker glass 250ml . Langkah
kerja yang dilakukan antara lain kalibrasi alat, menentukan panjang gelombang
optimum, lalu menentukan kadar antosianin dalam rosella.
Setelah melakukan percobaan data yang kami peroleh adalah panjang
gelombang optimumnya adalah sebesar 520nm. Dan kadar antosianin dalam rosella
yang kami temukan adalah 0,1669 ppm sedangkan kadar antosianin dalam jurnal
adalah 3,07 ppm.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah panjang gelombang optimum dan
kadar antosianin yang ditemukan berturut-turut sebesar 520nm dan 0,1669 ppm.
Faktor yang dapat mempengaruhi percobaan meliputi larutan yang tidak homogen,
pH, cahaya. Agar data yang dihasilkan akurat maka harus ada saran sepertimemastikan nilai %T yang tertera di LCD digital harus benar-benar berhenti,
memastikan bahwa sampel yang digunakan memiliki %T dan selalu menggunakan
pH meter untuk menentukan pH.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 9/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I viii
SUMMARY
Spectrophotometry is an experiment that can be used to analyze the
concentration of a substance in the solution based on the colour of the solution
absorbance at a particular wavelength. This method is a very simple method for
analyzing the amount (concentration) of a very small sample.
Percent transmittance is a comparison between the intensity of light coming
out of a sample based on the incoming intensity. According to Lambert law
absorption is directly proportional to the thickness of the irradiated cells, the cells
increasing then the uptake will increase. Three spectrophotometric analysis method
are the method of a single standard, method calibration curve and standard addition
method. Materials used in this experiment are rosella ecstract 100ml, distilled water,
KCl 20 ml, 20 ml of sodium acetate. The tools used are spectrophotometers optima
sp-300, four beaker glass 50 cc, six reaction tube along with a reaction tube rack, a
measuring pipette 10 cc, pH meter, a 250 ml beaker glass. The steps include
calibration; determine the optimum wavelength, and then determining the levels of
anthocyanins in Rosella.
After the experiment, data that we collect are the optimum wavelength is 520
nm. Anthocyanin levels in Roselle that we found is 0.1669 ppm while the anthocyanin
content in the journal is 3.07 ppm.
The conclusion that can be drawn is the optimum wavelength and
anthocyanin levels are found respectively at 520 nm and 0.1669 ppm. Factors that
may affect the experiment include the solution is not homogeneous, pH and light. So
that the resulting data is accurate like it should be we suggest to ensuring value% T
printed on digital LCD should be completely stopped, ensure that the sample used
has a% T and always use a pH meter to determine the pH.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 10/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi suatu zat di
dalam larutan berdasarkan absorbansi terhadap warna dari larutan pada panjang
gelombang tertentu. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar terdiri adari beberapa tingkat
rendah sampai konsentrasi tinggi.
Keuntungan utama dalam pemilihan metode ini adalah metode ini merupakan
metode yang sangat sederhana untuk menetapkan kulaitas yang sangat kecil.
Spektrofotometri diaplikasikan dalam menentukan beberapa parameter ekologi
laut. Tingkat kesuburan suatu perairan ditunjukkan oleh besarnya produksi zat
organik yang dihasilkan atau disebut juga produktifitas primer. Salah satu cara
yang sudah umum dan luas dipakai adalah mengetahui banyaknya boimassa
plankton di laut dengan menetukan kadar klorofil fitoplankton dengan metode
spektrofotometri.
I.2. Tujuan Percobaan
a.
Menentukan panjang gelombang optimum antosianin dengan
spektrofotometer metode spektrofotometri.
b. Menentukan kurva hubungan konsentrasi antosianin vs absorbansi pada
panjang gelombang optimumnya dengan spektrofotometer metode
spektrofotometri.
c. Menentukan konsentrasi antosianin pada sampel dengan sepektrofotmeter
metode spektrofotometri.
I.3. Manfaat percobaan
Mahasiswa mampu melakukan analisa kuantitatif secara akurat suatu zat kimia
dengan menggunakan spektrofotometer.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 11/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri adalah kata yang digunakan untuk ilmu yang mengacu
pada absorbs, emisi, scattering , dan cahaya, dari suatu molekul, ion, dan atom.
Spektrofotometri (teknik spectroscopy) merupakan metode analisa untuk menentukan
identitas suatu komponen / konsentrasi dalam larutan yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis di suatu larutan berwarna.
Tabel 2.1. Hubungan Antara Energi Terabsorbsi Dengan Gerakan Molekul
Gerakan
Molekul
Cahaya yang
Diabsorbsi
Energi
Rotasi Microwave, Infrared Rendah
Vibrasi Infrared Sedang
Transit Elektron Tampak, Ultraviolet Tinggi
Kisaran spektrum elektromagnetic seperti infrared, sinar tampak,
ultraviolet atau X-ray dapat digunakan untuk berinteraksi dengan suat zat. Alat yang
dipakai pada praktikum ini dapat disebut juga dengan colorimeter, karena dapat
mengukur absorpsi cahaya pada spektrum sinar tampak.Skema dari proses absorpsi cahaya oleh suatu larutan contoh dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 2.1 Absorpsi cahaya oleh larutan contoh.
Persen transmitan adalah pembanding antara intensitas cahaya yang keluar dari
sampel terhadap intensitas yang masuk : %T = I/I0 x 100 % sedangkan absorbansi
dinyatakan sebagai A = log 1/T = - log I/I0 = 2 – log %T.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 12/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 3
Tabel 2.2 Spektrum Sinar Tampak Dan Warna Komplementer ( Vogel 1989)
Panjang Gelombang
(nm)
Warna (Terabsorbsi) WarnaKomplementer
(Terlihat)
400 – 435 Violet Kuning – Hijau
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Hijau – Biru Orange
490 – 500 Biru – Hijau Merah
500 – 560 Hijau Ungu
560 – 580 Kuning Hijau Violet
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Orange Hijau – Biru610 – 750 Merah Biru – Hijau
Banyaknya cahaya/sinar yang diabsorbsi tergantung pada jenis larutannya,
panjang sel/kuvet, konsentrasi larutan. Parameter tersebut dapat dinyataan secara
matematis dengan hukum Beer :
A=log (Io/It) = abc. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
dengan: Io =Intensitas sinar datang
It =Intensitas sinar yang diteruskanA =Absorbansi
a =Absorbtivitas
b =Panjang cuvet (cm)
c =Konsentrasi (mg/L)
Pada praktikum ini nilai a dan b tidak berubah , sehingga nilai ab dianggap
sebagai konstanta baru (k) ,sehingga persamaan (3) A= k.c dapat dinyatakan
dengan persamaan garis lurus. Dari hukum Beer dapat dinyatakan juga bahwa
hubungan antara absorbansi vs konsentrasi akan memberikan garis lurus.
(Underwood, 1999).
Hukum Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri yang mana
konsentrasi dapat dihitung berdasarkan persamaan (3) di atas. Absorptivitas (a)
merunkan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 13/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 4
2.2 Metode Analisis Spektrofotometri
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrofotometri.
Ketiga teknik tersebut adalah Metode Standar Tunggal, Metode Kurva Kalibrasi,
Metode Adisi Standar. Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah Metode
Kurva Kalibrasi.
Metode Kurva Kalibrasi
Dalam Metode ini dibuat suatu larutan standar dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah
selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan
absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus mekewati titik nol dengan
slope = Ɛ.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi lantan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi
atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan
menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 14/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Bahan dan Alat
3.1.1.Bahan
1. Air demin secukupnya
2. KCl 20 ml
3. Natrium Asetat 20 ml
4. Ekstrak bunga rosella 100 ml
3.1.2. Alat
1. Spektrofotometri Optima Sp-300
2. buah beakerglass 250ml
3. 6 tabung reaksi beserta 1 rak tabung reaksi
4. 1 pipet ukur 10 cc
5. pH meter
6. 4 buah beaker glass 50 cc
3.2. Gambar Alat Utama Keterangan:
1. Tempat sampel
2. Pengontrol panjang gelombang
3. Indikator power ON/OFF
4. Pembacaan LCD Digital
5. Tombol pengganti Mode
6. Tombol control 100% T
7. Tombol control 0% T
8. Tombol print
9. Jendela pembacaan panjang gelombang
Gambar 3.1 Spektrofotometri Optima Sp-300
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 15/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I 6
3.3.Prosedur Praktikum
3.3.1. Menentukan panjang gelombang optimum untuk antosianin.
1.
Optima sp-300 dihidupkan dengan menekan tombol power (3)
sampai bunyi klik, dan indikator lampu menyala. Menunggu 20
menit untuk pemanasan alat sebelum digunakan.
2. Dengan tombol 5, mode pembacaan transmitansi (T) diatur
Gambar 3.3 Tabung Reaksi dan Rak
Gambar 3.5 Beaker Glass 50cc
Gambar 3.2 Beaker Glass 250 ml
Gambar 3.4 Pipet Ukur Gambar 3.4 pH meter
Gambar 3.4 Cuvet
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 16/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 7
3.
Panjang gelombang yang diinginkan diatur dengan menggunakan
tombol (2)
3.3.2. Cara kalibrasi alat spektrofotometri
1. Tempat sampel (1) pada spektrofotometer dikosongkan.
2.
Skala pembacaan transmitan diatur 0% menggunakan tombol (7).
3. Cuvet (seperti barang yang sederhana tetapi dari bahan gelas dengan
super kualitas, berharga 3 juta) diambil dan dibersihkan kemudian
diisi dengan air demin sampai ¾ nya (disebut dengan blangko).
Bagian luar cuvet dibersihkan dengan kapas secara hati-hati (jangan
sampai tergores).
4. Tutup sampel pada spektrofotometer (1) dibuka , dan tempat kuvet
diambil.
5.
Cuvet dimasukkan pada tempat kuvet dengan sisi yang terang
menghadap ke luar dan kembali ditutup (tinggi larutan disesuaikan
dengan tanda yang ada).
6. Pembacaan transmitan diatur 100% (A=0) untuk larutan blangko
menggunakan tombol (6).
7. Cuvet diambil dari tempat sampel kemudian ditutup. Pembacaan
skala transmitan dapat dilihat pada layar (4). Dalam tahap ini
pembacaan transmitan harus 0%. Jika tidak, diulangi dari langkah 3
hingga pembacaan diperoleh pembacaan transmitan yang konsisten.
8. Jika sudah diperoleh pembacaan untuk 0 % dan 100% konsisten,
cuvet disimpan dengan larutan blangko tersebut sampai praktikum
selesai.
9. Cuvet lainnya diisi dengan larutan sampel, bagian luar cuvet
dibersihkan, lalu dimasukkan ke dalam tempat sampel, dan ditutupkembali, skala transmitan dapat dibaca pada layar (4) dan hitung
absorbansinya, A =2-log %T.
10. Panjang gelombang dinaikkan setiap 10nm dengan menggunakan
tombol (2), ulangi langkah 1 sampai 7.
11.
Kurva hubungan antara absorbansi versus panjang gelombang
dibuat, kemudian tentukan nilai panjang gelombang optimum untuk
jenis larutan target.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 17/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 8
3.3.3. Membuat kurva kalibrasi antara absorbansi versus
konsentrasi antosianin.
1.
Larutan berwarna dibuat pada berbagai variasi sampel.
2. Panjang gelombang diatur sesuai dengan hasil yang diperoleh pada
tujuan (a) menggunakan tombol (2).
3.
Alat spektrofotometri dikalibrasi (langkah 1 sampai 6).
4. Cuvet lainnya diisi dengan larutan sampel no. 2, Cuvet dibersihkan
bagian luarnya, dimasukkan ke dalam tempat sampel, ditutup
kembali, dibaca skala transmitan dan dihitung absorbansinya , A=2-
log (%T). Lalu diulangi untuk sampel no. 3, 4, 5, dan 6.
3.3.4.
Menentukan kadar antosianin total dalam larutan. 1. Larutan KCl 0,025 M dibuat sebagai larutan buffer pH 1. Kemudian
diukur pHnya dan diatur pHnya supaya mempunyai pH 1 dengan
menggunakan larutan HCl.
2. Larutan Natrium Asetat (CH3CO2. Na3H2O) 0,4 M dibuat. Kemudian
diukur pH nya dan diatur pHnya supaya larutan mempunyai pH 4,5
dengan menggunakan larutan HCl.
3.
1 buah beaker glass 50cc diisi dengan larutan no.2 sebanyak 5ml
dengan pipet ukur. pH larutan dibuat sama dengan 1 dengan
menambahkan larutan buffer KCl dengan pipet ukur , hitung berapa
jumlah volume yang telah ditambahkan sehingga pH=1. Hal serupa
dilakukan untuk sampel no. 3,4,5, dan 6.
4. Panjang gelombang diatur pada 520 nm, kemudian dlakukan
kalibrasi alat langkah 1-6 (dilakukan untuk setiap pergantian
panjang gelombang). Setelah itu, dimasukkan larutan no.2 dengan
pH=1 kedalam cuvet hingga ¾ bagian. % transmitan dicatat dan
hitung absorbansinya, begitu juga untuk sampel no.3,4,5,dan 6.
5. Panjang gelombang diatur pada 700 nm. Kemudian lakukan
kalibrasi alat langkah1-6 (dilakukan untuk setiap pergantian
panjang gelombang). Setelah itu, masukkan larutan no.2 pH 1 ke
dalam cuvet hingga ¾ bagian. % transmitan dicatat dan hitung
absorbansinya, begitu juga untuk sampel no. 3,4,5, dan 6.
6.
Ulangi langkah 1-5 dengan membuat pH larutan sama dengan 4,5
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 18/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 9
dengan menambah larutan buffer Na Asetat.
7. Konsentrasi antosianin dihitung sesuai dengan rumus :
8.
Persamaan Beer untuk konsentrasi antosianin , dibuat dengan
persamaan :
A = kc . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(5)
. . . . . . . . . . . .(4)
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 19/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Menentukan panjang gelombang optimum
%T A
480nm 4,2 1,3767
490nm 3,5 1,4559
500nm 3,6 1,4436
510nm 3,2 1,4948
520nm 3,1 1,5086
530nm 3,5 1,4559
540nm 4,0 1,3187
550nm 7,8 1,1079
560nm 13,4 0,8728
Tabel 4.2 Larutan rosella vs absorbansi
%Rosella %T A C
0% 100 0 0,1477 M
20% 70,5 0,1518 0,8536 M
40% 28,9 0,5391 2,177 M
60% 13,6 0,8664 2,6720 M
80% 4,4 1,3565 2,8464 M
Tabel 4.3 Faktor pengenceran
%Rosella Vo V’pH1 V’pH4,5 dFpH1 dFpH4,5 dFrata-rata
0% 5ml 6ml 9ml 1,2 1,8 1,5
20% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
40% 5ml 6,5ml 8,5ml 1,3 1,7 1,5
60% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
80% 5ml 8ml 7,5ml 1,6 1,5 1,55
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 20/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 11
Tabel 4.4 Antosianin larutan rosella pada panjang gelombang 520nm dan 720nm
%Rosella %T (520nm) A(520nm) %T(700nm) A(700nm)
pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5 pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5
0% 93,5 89,4 0,029 0,0486 95,4 85,2 0,0204 0,0695
20% 52,1 71,5 0,2831 0,1456 93,1 86,3 0,0310 0,0639
40% 26,3 62,1 0,5880 0,2069 89,3 77,5 0,0491 0,1106
60% 16,2 41,2 0,7904 0,3169 86 74,9 0,0655 0,1255
80% 8,5 30,2 1,0705 0,5199 82,9 79,6 0,0814 0,0990
Tabel 4.5 Absorbansi pada larutan rosella pada panjang gelombang optimum
%Rosella %T A
35% 31,8 0,4975
45% 30,8 0,5114
55% 22,11 0,6497
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan konsentrasi antosianin pada praktikum dengan jurnal
C35% =,+,
, = 0,1541 ppm
C45% =,+,
, = 0,1573 ppm
C55% =
,+,
, = 0,1894 ppm
Crata-rata =C%+ C%+ C%
=,+,+,
=
,
= 0,1669 ppm
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 21/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 12
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan kami memperoleh hasil
kosentrasi antosianin pada ekstrak rosella adalah sebesar 0,1669mg/L,
sedangkan pada jurnal diperoleh hasil 3,07 mg/L. Hal ini disebabkan karena:
1.
Larutan yang tidak homogen
Larutan yang tidak homogeny menyebabkan antosianin tidak tersebar
secara merata dalam sampel sehingga pengukuran antosianin tidak maksimal dan
nilai absorbansi yang didapat lebih kecil dan menyebabkan nilai konsentrasi
yang didapat kecil. Sesuai dengan hokum Lambert-Beer nilai absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi. (Abdurohman, 2013)
2. Pengaruh pH
Pada saat pengaturan pH, larutan sampel yang terlalu sedikit
mengakibatkan kadar pengenceran yang berbeda untuk masing-masing sampel
0%, 20%, 40%, 60%, 80% sehingga pada saat pengukuran pH hasilnya kurang
tepat menjadi besar. Semakin besar pH maka nilai absorbansi kecil dan
konsentrasi juga kecil. (Firdaus, 2011)
3. Pengaruh cahaya
Kondisi laboratorium yang memiliki banyak jendela besar membuat
sampel yang digunakan banyak terpapar cahaya matahari. Cahaya matahari berpengaruh terhadap konsentrasi antosianin, yaitu mampu mendegradasi
pigmen antosianin dan membentuk kalkon yang tidak berwarna. Energi yang
dikeluarkan cahaya memicu terjadinya reaksi fitokimia atau fitooksidasi yang
dapat membuka cincin antosianin. Paparan yang lebih lama menyebabkan
degradasi lanjutan. Hal tersebut menyebabkan kadar antosianin yang
ditemukan lebih kecil dari kadar asli. (Anonim, 2013)
4.2.2 Perbandingan panjang gelombang optimum pada praktikum dengan
jurnal
Panjang gelombang optimum adalah panjang gelombang yang
menghasilkan nilai absorbansi terbesar. Dalam percobaan kami,nilai
absorbansi terbesar yaitu:
A = 2-log%T
A = 2-log3,1A = 1,5086
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 22/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 13
Dan terletak pada panjang gelombang 520 nm, sedangkan pada jurnal
diperoleh panjang gelombang 540nm. Panjang gelombang optimum yang
kami peroleh lebih kecil disebabkan karena:
1.
Pelarut yang digunakan pada jurnal untuk ekstraksi bunga rosella
adalah etanol dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
96% pada temperatur ruang yang sama maka kepolarannya lebih
rendah dari pelarut air sehingga panjang gelombang yang kami
temukan lebih kecil. (Nurlela, 2011)
2.
Perbedaan temperatur ekstraksi antara percobaan yang dilakukan
dengan jurnal. Pada jurnal yang ditemukan nilai absorbansi yang
ditemukan cenderung meningkat seiring meningkatnya temperatur
maserasi. Pada jurnal nilai absorbansi maksimum terletak pada suhu
90°C. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di jurnal bahwa
dengan temperatur kamar 60°C diperoleh hasil ekstraksi terbaik pada
suhu kamar. Karena semakin tinggi temperatur ekstraksi maka
kecepatan pindahan massa dari solut ke solven akan semakin tinggi.
(Mardiah, 2010)
4.2.3
Metode Pengambilan Antosianin1. Meserasi
Meserasi ditentukan dengan cara merendam 100 gram serbuk kelopak
bunga rosella dengan 300ml pelarut etanol pada 5°C selama 24 jam.
Lalu disaring dan diambil filtratnya.
2. Sokshietasi
100 gram serbuk kelopak bunga rosella diekstraksi dengan sroket
dalam pelarut etanol 78°C selama 8 jam, kemudian diambil filtratnya.
(Nurlela, 2011)4.2.4 Fenomena antosianin pada pH=1 dan pH=4,5
Pada pH 1, antosianin berbentuk senyawa oxonium, keadaan yang
semakin asam aplagi mendekati pH 1 akan menyebabkan banyaknya
pigmen antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau oxonium
yang berwarna dan pengukuran absorbansi akan menunjukkan jumlah
antosianin yang lebih besar. Pada pH 4,5 yakni pada asam lemah. Kation
flavium berubah ke bentuk yang lebih stabil hemiketel yang tidak
berwarna dan berbentuk kalkon. Pada percobaan pH 4,5 membuat larutan
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 23/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 14
berwarna tidak sepekat pH 1 karena telah terjadi degradasi warna, sebab
antosianin lebih stabil dalam asam daripada alkali atau netral. (Firdaus,
2010)
4.2.5 Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi dan absorbansi
vs konsentrasi
Gambar 4.1 Grafik hubungan konsentrasi vs absorbansi
Gambar 4.2 Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi
y = 0.4302x - 0.1655
R² = 0.8599
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
A b s o r b a n s i
Konsentrasi (ppm)
y = -0.0056x + 4.2391
R² = 0.5135
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
460 480 500 520 540 560 580
A b s o r b a n s i
Panjang gelombang (nm)
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 24/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Panjang gelombang optimum antosianin yang kami temukan adalah
520 nm sedangkan panjang gelombang optimum antosianin yang
sebenarnya adalah 540 nm.
2. Kurva hubungan antara konsentrasi dan absorbansi pada panjang
gelombang optimum disebut kurva standar. Dimana semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansi.
3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan percobaanantosianin yaitu : pH, larutan yang tidak homogen dan pengaruh
cahaya.
4. Kadar antosianin pada sampel yang kami temukan 0,1669 ppm.
5. Antosianin mempunyai berbagai manfaat, antara lain sebagai pewarna
alami pada berbagai produk pangan dan sebagai antioksidan dalam
tubuh.
5.2 Saran
1. Sebaiknya memastikan bahwa sampel yang digunakan mempunyai
nilai %T (tidak nol) sebelum memulai percobaan. Apabila bernilai nol,
lakukan pengenceran secukupnya.
2. Saat mendata nilai %T pastikan bahwa angka yang tertera pada LCD
digital telah berhenti.
3. Saat menentukan pH hendaknya menggunakan pH meter bukan
indikator pH.
4. Apabila pada LCD digital ketika %T lebih dari 100 saat pengujian
sampel maka matikan spektrofotometer dan ulangi langkah dari awal.
5. Sebaiknya alat-alat yang digunakan dijaga agar tetap bersih.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 25/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia 16
DAFTAR PUSTAKA
Barners, kw, dkk.(2005). Determination of Totalmorometricantosianin
pigmencontent of Fruit Juice, Beverage, Natural Colorants, and
Louise Bythe ph Differential Groggins, pH.1950, ”unit proses in
organic syntesis” (5th ed ), PP 700 – 783. New York : Mc.Graw Hill
Book Company Inc.
J.pharm. (2006) . Solubilization and
Quantificationolycopeneinaqueousmediaithe System. diakses dari
Cyclodextrin Binari pada tanggal 4 mei 2013.
Kerr, R.W. (1950). Chemystri and Industri of Starch (2nd ed ), PP 375-403.
New York : Academic Press Inc.
Method Collaboration Study. Journal of AOA Cinternational , Vol 85, rb.5, PP
1269-1278.
Munkramin, Baso. (2012). Spektrofotometri-absorbansi dan Konsentrasi (
hukum labert beer ) diakses pada tanggal 27 April 2013
Nurlela. (2011). Ekstraksi dan Uji Stabilitas zat warna alami dari bunga
kembang sepatu dan Bunga Rosella, Vol. 2 No. 3 PP(459-467).
Penelope, Perkins Veanic. (2002). Composition of Orange, Yellow, and Red Fleshes Watermelon. Diakses pada tanggal 2 Juni 2013.
Underwood, A.I. And Day R.A.(1983). Analisa kimia kuantitatif 5th edition.
Diterjemahkan oleh R.Soendoro. Jakarta : Erlangga
Vogel. (1989). Textbook of Quantitatif Chemical Analysis, PP 645-676. New
York : Longman Scientific and Technical.
Winarti, Sri.(2010). Stabilitas warna merah Ekstrak Bunga Rosella untuk
pewarna Makanan dan Minuman, Vol.11 No. 2 PP(87-93).
Woodman, A.(1941). Food analysis (4 ed ), PP 264-261. NewYork : Mc
Hill Book Company Inc.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 26/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I
LAMPIRAN
A
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 27/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia A-1
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi:
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Oleh:
Kelompok : IV / Selasa Pagi
Emiwati Simanjuntak NIM:21030115120084
Nurdin Hariyadi NIM: 21030115120057
Shara Maurina NIM:21030115140197
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 28/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia A-2
I. Tujuan Percobaan
a. Menentukan panjang gelombang optimum antosianin dengan
spektrofotometer metode spektrofotometri.
b. Menentukan kurva hubungan konsentrasi antosianin vs absorbansi
pada panjang gelombang optimumnya dengan spektrofotometer
metode spektrofotometri.
c. Menentukan konsentrasi antosianin pada sampel dengan
sepektrofotmeter metode spektrofotometri.
II. Percobaan
1.1 Bahan Yang Digunakan
1. Air demin secukupnya
2. KCl 20ml
3.
Natrium Asetat 20ml4.
Sampel 100ml
1.2 Alat Yang Dipakai
1.
Spektrofotometri Optima Sp-300
2.
buah beakerglass 250ml
3.
6 tabung reaksi beserta 1 rak tabung reaksi
4.
1 pipet ukur 10 cc
5.
pH meter
6. 4 buah beaker glass 50 cc
3.2. Gambar Alat Utama
Keterangan:
1. Tempat sampel
2. Pengontrol panjang gelombang
3. Indikator power ON/OFF
4. Pembacaan LCD Digital
5. Tombol pengganti Mode
6. Tombol control 100% T
7. Tombol control 0% T
8. Tombol print
9. Jendela pembacaan panjang gelombang
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 29/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia A-3
Panjang gelombang optimum
%T A
480nm 4,2 1,3767
490nm 3,5 1,4559
500nm 3,6 1,4436
510nm 3,2 1,4948
520nm 3,1 1,5086
530nm 3,5 1,4559
540nm 4,0 1,3187
550nm 7,8 1,1079
560nm 13,4 0,8728
Kurva Kalibrasi Basis 10ml
%Rosella %T A C
0% 100 0 0,1477 M
20% 70,5 0,1518 0,8536 M
40% 28,9 0,5391 2,177 M
60% 13,6 0,8664 2,6720 M
80% 4,4 1,3565 2,8464 M
Kurva Kalibrasi 2
%Rosella Vo V’pH1 V’pH4,5 dFpH1 dFpH4,5 dFrata-rata
0% 5ml 6ml 9ml 1,2 1,8 1,5
20% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
40% 5ml 6,5ml 8,5ml 1,3 1,7 1,5
60% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
80% 5ml 8ml 7,5ml 1,6 1,5 1,55
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 30/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia A-4
Antosianin larutan rosella pada panjang gelombang 520nm dan 720nm
%Rosella %T (520nm) A(520nm) %T(700nm) A(700nm)
pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5 pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5
0% 93,5 89,4 0,029 0,0486 95,4 85,2 0,0204 0,0695
20% 52,1 71,5 0,2831 0,1456 93,1 86,3 0,0310 0,0639
40% 26,3 62,1 0,5880 0,2069 89,3 77,5 0,0491 0,1106
60% 16,2 41,2 0,7904 0,3169 86 74,9 0,0655 0,1255
80% 8,5 30,2 1,0705 0,5199 82,9 79,6 0,0814 0,0990
Absorbansi pada larutan rosella pada panjang gelombang 520nm
%Rosella %T A
35% 31,8 0,4975
45% 30,8 0,5114
55% 22,11 0,6497
C=AMWDF rata−rata
Eb A=(A520-A700)pH1-(A520-A700)pH4,5
C0%=,−,−,−,,,
=,+,,,
=1,477ppm
C20%=,−,−,−,,,
=,,,
=0,8536M
C40%=
,−,−,−,,,
=,−,,,
=2,177ppm
C60%=,−,−,−,,,
=,,,
=2,6726ppm
C80%=,−,−,−,,,
=,−,,, =2,8464ppm
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 31/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia
LAMPIRAN
B
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 32/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I B-1
LEMBAR PERHITUNGAN
Menentukan panjang gelombang optimum
%T A
480nm 4,2 1,3767
490nm 3,5 1,4559
500nm 3,6 1,4436
510nm 3,2 1,4948
520nm 3,1 1,5086
530nm 3,5 1,4559
540nm 4,0 1,3187
550nm 7,8 1,1079
560nm 13,4 0,8728
Larutan rosella vs absorbansi
%Rosella %T A C
0% 100 0 0,1477 M
20% 70,5 0,1518 0,8536 M
40% 28,9 0,5391 2,177 M
60% 13,6 0,8664 2,6720 M
80% 4,4 1,3565 2,8464 M
Faktor pengenceran
%Rosella Vo V’pH1 V’pH4,5 dFpH1 dFpH4,5 dFrata-rata
0% 5ml 6ml 9ml 1,2 1,8 1,5
20% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
40% 5ml 6,5ml 8,5ml 1,3 1,7 1,5
60% 5ml 7,5ml 8ml 1,5 1,6 1,55
80% 5ml 8ml 7,5ml 1,6 1,5 1,55
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 33/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I B-2
Antosianin larutan rosella pada panjang gelombang 520nm dan 720nm
%Rosella %T (520nm) A(520nm) %T(700nm) A(700nm)
pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5 pH 1 pH
4,5
pH 1 pH 4,5
0% 93,5 89,4 0,029 0,0486 95,4 85,2 0,0204 0,0695
20% 52,1 71,5 0,2831 0,1456 93,1 86,3 0,0310 0,0639
40% 26,3 62,1 0,5880 0,2069 89,3 77,5 0,0491 0,1106
60% 16,2 41,2 0,7904 0,3169 86 74,9 0,0655 0,1255
80% 8,5 30,2 1,0705 0,5199 82,9 79,6 0,0814 0,0990
Absorbansi pada larutan rosella pada panjang gelombang optimum
%Rosella %T A
35% 31,8 0,4975
45% 30,8 0,5114
55% 22,11 0,6497
- Perhitungan
1. Menentukan panjang gelombang optimum antosianin (nilai A)
-
A=2-log%T=2-log4,2=1,3767
- A=2-log3,5=1,4559
- A=2-log3,6=1,4436
- A=2-log3,2=1,4948
- A=2-log3,1=1,5086
- A=2-log3,5=1,4559
- A=2-log4,0=1,3187
- A=2-log7,8=1,1079
- A=2-log13,4=0,8728
2. Menentukan absorbansi antosianin pada panjang gelombang
optimum=520nm (Nilai A)
-
A=2-log%T
=2-log100=0
- A=2-log70,5=1,1518
- A=2-log28,9=0,5391
- A=2-log13,6=0,8664
- A=2-log4,4=1,3565
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 34/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I B-3
3. Faktor Pengenceran (Nilai DF dan DF rata-rata)
- pH=1
DF1=V’/Vo=6/5=1,2
DF2=V’/Vo=7,5/5=1,5DF3=V’/Vo=6,5/5=1,3
DF4=V’/Vo=7,5/5=1,5
DF5=V’/Vo=8/5=1,6
- pH=4,5
DF1=V’/Vo=9/5=1,8
DF2=V’/Vo=8/5=1,6DF3=V’/Vo=8,5/5=1,7
DF4=V’/Vo=8/5=1,6
DF5=V’/Vo=7,5/5=1,5
-
DF rata-rata=(DF pH=1+DF pH=4,5):2
DF rata-rata1=(1,2+1,8):2=1,5
DF rata-rata2=(1,5+1,6):2=1,55
DF rata-rata3=(1,3+1,7):2=1,5
DF rata-rata4=(1,5+1,6):2=1,55
DF rata-rata5=(1,5+1,6):2=1,55
4. Menentukan kadar antosianin dengan metode differensial (Nilai A dan
Nilai C)
- Nilai A pada panjang
gelombang 520 pH=1
A=2-log%T
-
A=2-log93,5=0,0291
-
A=2-log52,1=0,2831
-
A=2-log26,3=0,5800-
A=2-log16,2=0,7904
- A=2-log8,5=1,0705
- Nilai A pada panjang
gelombang 700 pH=1
A=2-log%T
-
A=2-log95,4=0,0204
-
A=2-log83,1=0,0803
-
A=2-log89,3=0,0491-
A=2-log86=0,6550
- A=2-log82,9=0,0814
- Nilai A pada panjang
gelombang 520 pH=4,5
A=2-log%T
-
A=2-log89,4=0,0486
-
A=2-log71,5=0,1456
-
A=2-log62,1=0,2069
-
A=2-log48,2=0,3169
-
A=2-log30,2=0,5199
- Nilai A pada panjang
gelombang 700 pH=4,5
A=2-log%T
-
A=2-log85,2=0,0695
-
A=2-log86,3=0,0639
-
A=2-log77,5=0,1106
-
A=2-log74,9=0,1255
-
A=2-log79,6=0,0990
- Nilai C
C=AMWDF rata−rata
Eb A=(A520-A700)pH1-(A520-
A700)pH4,5
C0%=,−,−,−,,,
=,+,,, =1,477 ppm
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 35/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I B-4
C20%= (0,28310,0310)(0,14560,0639)x449,2x1,5x1000
26900x5
= 0,1704x449,2x1000x1,5134500 =0,8536 ppm
C40%= (0,58000,0491)(0,20690,11067)x449,2x1,5x100026900x5
= ,−,,,
=2,177 ppm
C60%=,−,−,−,,,
= 0,5335x449,2x1,5x1000134500 =2,6726 ppm
C80%= (1,07050,0814)(0,51990,0990)x449,2x1,5x1000
26900x5
= 0,98910,42x449,2x1,5x1000
134500 =2,8464 ppm
5. Menentukan konsentrasi antosianin dalam sampel(Nilai C dan A)
- y=0,4302x-0,1655
x=y+,
,
y=absorbansi
x=konsentrasi
C35%=,+,
,=0,1541ppm
C45%=,+,
,=0,1573ppm
C55%=,+,
,=0,1894ppm
- A=2-log%T
A=2-log31,8=0,4975
A=2-log30,8=0,5114
A=2-log22,4=0,6497
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 36/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I
LAMPIRAN
C
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 37/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I C-1
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 87 – 93 87
STABILITAS WARNA MERAH EKSTRAK BUNGA ROSELA
UNTUK PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN
Stability of Red Color Rosella Extract for Food and Beverage Colorant
Sri Winarti* dan Adurrozaq Firdaus
Jurusan Teknologi Pangan, Fak. Tek. Industri, Univ. Pembngunan Nasional ”Veteran” Jl. Raya Rungkut Madya, Surabaya, 60294
*Penulis Korespondensi: email [email protected]; HP 0818585396
ABSTRACT N atural dye (pigment) is naturally present in plants and animals. Natural
dyes can be classified as green, yellow, and red. Red dye obtained from extract ofrosella flowers is very potential as food and beverage colorant. However, the suitablesolvents for extraction and the stability the extract to pH, sugar, salt, heating and insome foods and beverages was still unknown. The purpose of this study was to
determine the most suitable solvent for the extraction of red pigment in flower calyxand to know the stability of the extract on various conditions. The study consisted of
two steps: rosella pigment extraction with water : acetic acid : ethanol in ratios of1:0:0, 2:1:2, 1:0:1, and 2:0:1; and the test of color stability of red rosella on various
pH, sugar, salt, heating temperature, heating time, that resemble to food products orbeverages. The results showed that the best treatment was extraction of dyes withsolvent water: acetic acid: ethanol = 1:0:0 that produced extract with anthocyanincontent of 3.07%. Red colorant from rosella extract is less stable to pH changes. The
changes in sugar levels was stable at up to 50%, stable in salt levels up to 10%, lessstable at temperatures up to 100 °C and heating time up to 90 minutes.
Keywords: red color, stability, rosella extract
PENDAHULUAN
Zat warna alam (pigmen)adalah zat warna yang secara alami
terdapat dalam tanaman maupun
hewan. Zat war-na alam dapat
dikelompokkan sebagai warna hijau,
kuning, dan merah. Peng-gunaan zat
warna alam untuk makanan dan
minuman tidak memberikan kerugi-an
bagi kesehatan, seperti halnya zat
warna sintetik yang semakin banyak
penggunaannya. Diantara zat warna
sin-tetik yang sangat berbahaya untuk
ke-sehatan sehingga penggunaannyadila-rang adalah zat warna merah
rhodamin B.
Di Indonesia, terdapat
kecende-rungan penyalahgunaan
pemakaian zat pewarna untuk berbagai
bahan pangan, misalnya zat warna
untuk tekstil dan kulit dipakai untuk
mewarnai bahan ma-kanan. Hal ini
sangat berbahaya bagi kesehatan
karena adanya residu logam berat
pada zat pewarna tersebut (Winarno,2002).
Manusia dan hewan telah
meng-konsumsi antosianin sejak lamabersama buah-buahan dan sayuran dan
tanpa ada efek samping yang
merugikan. Pigmen ini sangat
berpotensi sebagai pengganti pewarna
makanan sintetik (Sudarmanto, 1989)
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 38/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-2
Zat warna merah yang banyak ter-
dapat di alam dikelompokkan kedalam
dua golongan yaitu karotenoid dan
anto-sianin. Antosianin tergolong
pigmen yang disebut flavonoid yang
pada umumnya larut dalam air. Warna
pigmen antosianin berwarna merah,
biru, violet dan biasanya dijumpai pada
bunga, buah-buahan dan sayur-
sayuran. Dalam tanaman terdapat
dalam bentuk glikosi da yaitu
membentuk ester dengan mo-
nosakarida (glukosa, galaktosa,
ramno-sa, dan kadang-kadang
pentosa) (Wi-narno, 2002).
Di Indonesia belum banyak ma-
syarakat yang memanfatkan tanaman
rosela. Sementara di negara lain,rosela sudah banyak dimanfaatkan
sejak lama. Di India barat dan tempat-
tempat tropis lainnya, kelopak segar
rosela digunakan untuk pewarna dan
perasa dalam mem-buat anggur rosela,
jeli, sirup, gelatin, minuman segar,
puding dan cake. Ke-lopak rosela
yang berwarna cantik dapat
ditambahkan pada salat untuk
memper-cantik warnanya. Kelopak
rosela dapat juga dimasak sebagaipengganti kubis (Maryani dan Kristiana,
2005)
Sari (2005), mengekstrak kulit
bu-ah duwet dengan menggunakan
pelarut air, etanol dan isoproanol.
Hasil intensi-tas warna ekstrak
dengan menggunakan air dan
kombinasi air dengan etanol lebih
tinggi jika dibandingkan dengan
konbinasi dengan isopropanol. Diduga
polaritas senyawa lebih rendah diban-
ding air sehingga pelarut yang baik
un-tuk ekstraksi adalah polar.
Saati dkk (2001) mejelaskan
ten-tang ekstraksi pigmen antosianin
pada bunga pacar air. Komposisi
pelarut yang digunakan pada ekstraksi
ini adalah eta-nol (95%) : air : HCl 1N
(5:4:1) menun-jukkan kadar antosianin
tertinggi jika dibandingkan dengan
kombinasi iso-propanol dengan air dan
air dengan HCl.
Zat warna merah yangdiperoleh dari ekstrak bunga rosela
sangat berpo-tensi sebagai pewarna
makanan dan mi-numan, namun
demikian belum diketahui jenis pelarut
yang cocok dan sejauh ma-na
stabilitas zat warna dari ekstrak bu-
nga rosela. Oleh karena itu perlu dikaji
jenis pelarut dan stabilitas warna
merah terhadap perubahan pH, kadar
gula, ka-dar garam, pemanasan
maupun pada be-berapa jenis makanan
dan minuman.
Tujuan penelitian adalah
menemu-kan jenis pelarut yang tepat
untuk eks-traksi warna merah bunga
rosela; dan mengetahui stabilitas
warna merah eks-trak bunga rosela
terhadap perubahan pH, kadar gula,
kadar garam, suhu pe-manasan, waktupemanasan, dan aplika-sinya pada
produk makanan dan minum-an.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan
ada-lah kelopak bunga rosella segar
dengan umur pemetikan 3-4 bulan
(masa panen) dari Warujayeng,
Nganjuk. Bahan kimia yang diperlukanasam asetat, etanol, akuades, gula,
garam dan tepung kara-genan.
Peralatan yang digunakan
adalah spektrofotometer Spectronic
21D, pH meter, timbangan analitik,
beaker glass, gelas ukur, tabung
reaksi dan corong.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua
tahap. Tahap I adalah ekstraksi zat
warna merah dari bunga rosela dengan
berbagai perbandingan pelarut
air:asam asetat: etanol dengan taraf
faktor 1:0:0; 2:1:2; 1:0:1; 2:0:1. Tahap
ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan
ulangan 4 kali. Uji lanjut dilakukan
menggunakan Uji Duncan (DMRT 5%).
Penelitian Tahap II adalah
stabili-tas warna merah bunga rosela.
Hasil terbaik dari Tahap I digunakan
untuk penelitian Tahap II untuk diujista-bilitasnya terhadap pH (1, 2, 3, 4,
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 39/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-3
5, dan 6), kadar gula (10, 20,
30, 40, dan 50%), kadar garam (2, 4, 6,
8, dan 10%), lama pemanasan (0, 30,
60, dan 90 menit pada suhu 100
C/mendidih), suhu pema-nasan (60, 70,
80, 90, dan 100 C), serta aplikasi pada
pembuatan jeli karagenan dan
minuman jeli.
Ekstraksi Zat Warna dari Bunga Rosela
Bunga rosella disortasi
kemudian dipisahkan kelopak dan
bijinya dan di-timbang 100 g. Kelopak
bunga rosella ditambah pelarut sesuai
perlakuan dan Jurnal Teknologi
Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus
2010) 87 – 93 89 dihancurkan dengan
blender selama +3 menit. Ekstrak
kemudian disaring dengan kertassaring sehingga didapatkan filtrate
pigmen. Filtrate pigmen dipanaskan
dengan pemanas air untuk menguapkan
pelarut sehingga didapat filtrate
pigmen kental (sampai volume
setengah bagian). Ekstrak terbaik
didasarkan dengan kadar antosianin
tertinggi.
Kadar antosianin ekstrak
rosella diukur dengan
spektrofotometer pada = 517 nmyang merupakan panjang gelombang
maksimum dari sianidin 3-glikosida.
Kadar anthosianin diukur
menggunakan rumus sebagai berikut
(Shi et al., 1992 dalam Hanum, 2000):OD X 445,2
Konsentrasi antosianin (mg/ml) = -----------
-
x b
Rendemen =
kons. antosianin x fp x vol. ekstrak
---------------------------- x 100%
berat bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ektrak Warna
Rendemen tertinggi sebesar
74,8% diperoleh pada ekstraksi
menggunakan pelarut air:asam
asetat:etanol = 2:1:2. Rendemen
produk terendah sebesar 65,6% pada
ekstraksi dengan menggu-nakan
perbandingan pelarut air : asam
asetat : etanol = 1:0:1. Hasil analisisrendemen disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Rendemen
produk pada
perla-kuan
perbandingan
pelarut
Perbandingan
Pelarut
(Air:Asam
Asetat: Etanol)
Rendemen
(%)
1 : 0 : 0 70,4c
2 : 1 : 2 74,8d
1 : 0 : 1 65,6a
2 : 0 : 1 68,6b
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Perbandingan pelarut air :asam asetat : alkohol = 2:1:2
menghasilkan rendemen warna
tertinggi. Hal ini ke-mungkinan
disebabkan adanya zat-zat lain yang
ikut terekstrak selain anto-sianin,
seperti senyawa fenol, tannin, vitamin
yang memiliki polaritas yang sesuai.
Menurut Pomeranz and Meloan (1994),
dalam melarutkan suatu kompo-nen
bahan, hal utama yang harus diper-
hatikan adalah pemilihan jenis pelarutyang mempunyai polaritas hampir
sama dengan bahan yang dilarutkan.
Efekti-fitas ekstraksi tidak dapat
dilepaskan dari kemampuan bahan
pengekstrak un-tuk melarutkan
senyawa yang diekstrak.
Kadar Antosianin
Berdasarkan analisis ragam
dike-tahui bahwa perbandingan jenis
pelarut berpengaruh nyata terhadap
kadar an-tosianin. Nilai rata –
rata
kadar antosia-nin pada perlakuan
perbandingan jenis pelarut disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai
rata-rata kadar
antosianin pada
perlakuan
perbandingan
pelarut
Perbandingan
Pelarut(Air:Asam
Kadar
Antosianin
(%)
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 40/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-4
Asetat:Etanol)
1 : 0 : 0 3,07c
2 : 1 : 2 2,80b
1 : 0 : 1 2,40a
2 : 0 : 1 2,58ab
Nilai rata-rata yang diikuti oleh hurufyang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Tabel 2 menunjukkan bahwa
rata –rata kadar antosianin bunga
rosela ber-kisar antara 2,40 –3,07%.
Perbandingan air : asam asetat : etanol
(1:0:0) meng-hasilkan kadar
antosianin yang paling tinggi yaitu
3,07%. Perbandingan air : asam
asetat : etanol (1:0:1) menghasil-kan
kadar antosianin yang paling rendah
yaitu 2,40%.
Pada Tabel 2 diketahui bahwa
ka-dar antosianin paling tinggi
diperoleh dari ekstraksi dengan
menggunakan pelarut air : asam
asetat : etanol (1:0:0) jika
dibandingkan dengan perbandingan
pelarut yang lain. Hal ini menunjukan
bahwa antosianin pada bunga rosella
memiliki polaritas yang sama denganair. Sifat kepolaran pelarut
berpengaruh pada kadar antosianin
yang terekstrak.
Semakin polar pelarut maka
kadar antosianin semakin tinggi.
Menurut Sari (2005), ekstraksi
antosianin mengguna-kan pelarut air
dan pelarut yang dikom-binasi,
menunjukkan kadar yang lebih tinggi
dibandingkan ekstraksi dengan pelarutetanol, isopropanol, dan kom-binasi
etanol-isopropanol. Hal ini diper-kuat
oleh pernyataan Sudarmanto (1989),
yang menyatakan bahwa pigmen
antosianin bersifat larut dalam air.
Perlakuan terbaik pada
ekstraksi bunga rosela didasarkan
kadar antosia-nin pada ekstrak yang
tinggi, yaitu ka-dar antosianin yang
tertinggi terdapat pada perlakuan
perbandingan pelarut air : asam
asetat : etanol (1:0:0), oleh ka-rena itu
perlakuan tersebut yang dipilih.
Selanjutnya dilakukan analisis
stabilitas warna merah ekstrak bunga
rosela ter-hadap perubahan pH, kadar
gula, kadar garam, suhu, dan lama
pemanasan.
Hasil analisis stabilitas warna
me-rah ekstrak bunga Rosela terhadap
per-ubahan pH menunjukkan adanya
penga-ruh yang nyata. Nilai rata-rata
absor-bansi warna merah ekstrak
rosela disa-jikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai
rata-rata
absorbansi
war-na merah
rosela padaberbagai pH
Nilai pH
Rata-rata
Absorbansi
1
2
3
4
5
6
0,902c
0,293b
0,097a
0,104ab
0,106ab
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Pada Tabel 3 terlihat bahwa
pada pH 1 memiliki rata-rata nilai
absorbansi yang paling tinggi.
Stabilitas warna yang ditunjukkan oleh
nilai absorbansi sangat dipengaruhi
oleh nilai pH. Semakin merah warna
rosela, maka nilai absorbansi semakin
tinggi. Pada pH 1 nilai absorbansinya
lebih tinggi kemu-dian terjadi
penurunan hingga pH 4, dan pada pH 5
tidak terjadi penurunan lagi. Hal ini
disebabkan karena antosianin
merupakan zat warna merah yang
stabil pada pH rendah, dan
stabilitasnya akan turun apabila pH
dinaikkan.
Perubahan warna akibat
pengaruh pH terjadi karena adanya
degradasi warna dari antosianin yang
disebabkan oleh kation flavilium yang
berwarna merah menjadi basa karbinoldan akhir-nya menjadi kalkon yang
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 41/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-5
tidak berwar-na. Menurut Sari (2005),
bahwa pada pH rendah sebagian besar
antosianin terda-pat dalam bentuk
kation flavilium yang berwarna merah,
sedangkan senyawa basa karbinol
yang tidak berwarna rela-tif kecil
jumlahnya. Peningkatan pH
memperbanyak senyawa basa karbinol
dan kalkon yang tidak berwarna. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan
Sudarmanto (1989), bahwa inti
flavilium pigmen an-tosianin bersifat
defisien elektron se-hingga sangat
reaktif dan mudah dan mengalami
reaksi yang umumnya me-nyebabkan
dekolorasi warna yang tidak disukai
dalam pengolahan buah dan sa-yuran.
Stabilitas Warna Merah Rosela
terhadap Kadar Gula
Hasil analisis stabilitas warna
me-rah dari ekstrak bunga rosela
terhadap perubahan kadar gula
terdapat pengaruh yang nyata. Nilai
rata-rata absorbansi warna merah
ekstrak rosela disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai
rata-rata
absorbansi eks-trak rosella pada
berbagai kadar
gula Kadar Gula
(%)
Rata-rata
Absorbansi
10 1,182d
20 1,090b
30 1,023ab
40 1,021ab
50 1,019a
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Pada Tabel 4 terlihat bahwa
pada kadar gula 20% memiliki rata-
rata nilai absorbansi yang paling tinggi,
sedang-kan pada kadar gula 50%
memiliki rata-rata nilai absorbansi
yang paling rendah. Kadar gula dapat
mempengaruhi stabili-tas warna
pigmen antosianin dari eks-trak bunga
rosela, namun warna terse-but cukup
stabil yang ditunjukkan oleh nilaiabsorbansi tidak berbeda nyata sampai
konsentrasi 40% dan turun pada
konsentrasi gula 50%.
Hal ini diduga adanya
penambahan gula yang tinggi
mengakibatkan degra-dasi warna dari
antosianin. Hal ini di-perkuat oleh
Sudarmanto (1989), bebe-rapa faktor
yang mempengaruhi laju ke-rusakan
antosianin selain lama penyim-panan
dan suhu yang tinggi, peningkatan
kadar gula akan mengurangi
kandungan pigmen.
Stabilitas Warna Merah Ekstrak Rosela
terhadap Kadar Garam
Hasil analisis stabilitas warna
me-rah dari ekstrak bunga roselaterhadap kadar garam menunjukkan
pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata
absorbansi warna merah rosela
terhadap perubahan kadar garam
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai
rata-rata
absorbansi
war-na
merah rosela
pada berbagaikadar garam
Kadar Garam
(%)
Rata-rata
Absorbansi
2
4
6
8
10
1,040a
1,127b
1,141b
1,137b
1,139b
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Pada Tabel 5 terlihat bahwa
nilai absorbansi yang paling tinggi
terdapat pada kadar garam 6%,
sedangkan pada kadar garam 2%
memiliki rata-rata nilai absorbansi
yang paling rendah. Sema-kin
meningkat kadar garam sampai 4%,
maka warna merah ekstrak bunga
rosela semakin meningkat dan relatif
stabil pa-da kadar garam yang lebih
tinggi (4-10%). Hal ini diduga karenaadanya reaksi antara garam dan gugus
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 42/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-6
reaktif pada pigmen pemberi warna
merah se-hingga menghasilkan warna
yang lebih baik. Menurut Anonymous
(2006), untuk sirup, nektar dan
essence buah-buahan, penambahan
garam sampai 200 ppm dapat
membantu menstabilkan warnanya.
Stabilitas Warna Merah Ekstrak Rosela
terhadap Suhu
Hasil analisis stabilitas warna
merah ekstrak bunga rosela terhadap
perubahan suhu pengaruh yang nyata.
Nilai rata-rata absorbansi warna
merah rosela disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.
Nilai rata-
rataabsorbansi
war-na
merah
rosela pada
berbagai
suhu Suhu
(oC)
Rata-rata
Absorbansi
60
70
80
90100
0,344c
0,326c
0,336c
0,285b0,264a
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
bahan struktur sehingga terjadi pemu-
catan.
Stabilitas Warna Merah Ekstrak Rosela
terhadap Lama Pemanasan
Hasil analisis stabilitas warna
me-rah ekstrak bunga rosela terhadap
pe-ngaruh lama pemanasan
menunjukkan tidak berpengaruh nyata.
Nilai rata-rata absorbansi warna
merah ekstrak rosela disajikan pada
Table 7.
Tabel 7.
Rata-rata
nilai
absorbansi
war-na pada
berbagai lamapemanasan
Rata-rata
Absorbansi
Lama
Pemanasan
(menit)
0
30
60
90
0,261a
0,250a
0,249a
0,244a
Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata
Pada Tabel 7 terlihat bahwa pada
waktu pemanasan 0 menit memiliki ra-
ta-rata nilai absorbansi yang paling,
se-dangkan pada waktu pemanasan 90
me-nit memiliki rata-rata nilai
absorbansi yang paling rendah. Namun
secara sta-tistik tidak berbeda nyata.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa
se-makin lama waktu pemanasan maka
nilai absorbansi cenderung menurun
meski-pun secara statistik tidak
berbeda nyata. Hal ini diduga dengan
semakin lamanya waktu pemanasan
maka akan mengaki-batkan pigmen
antosianin mengalami perubahan
struktur sehingga tidak mampu
memberikan efek warna sepertisemula. Hal ini sesuai pendapat Sari
(2005) bahwa perlakuan pemanasan
su-hu 100OC mengalami penurunan
retensi warna paling tinggi pada waktu
240 me-nit. Hanum (2000) juga
menunjukkan bahwa pemanasan pada
suhu 100oC se-lama 8 jam terus
menerus dapat menu-runkan stabilitas
antosianin dari bekatul beras ketan
hitam
Menurut Sutrisno (1987) suhu
dan lama pemanasan menyebabkan
dekom-posisi dan perubahan struktur
sehingga terjadi pemucatan. Hal ini
diperkuat oleh Wijaya dkk (2001) yang
menyatakan bahwa penurunan
stabilitas warna kare-na suhu yang
tinggi diduga akibat terja-dinya
dekomposisi antosianin dari ben-tuk
aglikon menjadi kalkon.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 43/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-7
Stabilitas Warna Merah Ekstrak Rosela
pada Pembuatan Jeli dan Minuman Jeli
Hasil pengamatan warna rosela
pada pembuatan jeli dan minuman jeli
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8.
Rata-rata
nilai
absorban
si war-
na pada
jeli dan
minuman
jeli
Absorbans
i Ekstrak
Warna
Absorbans
i Jeli
Absorbans
i Minuman
Jeli
0,104 0,038 0,065Dari Tabel 8 diketahui bahwa ekstrak
warna merah rosela kurang sta-bil jika
diaplikasikan untuk pembuatan jeli dan
minuman jeli, yang ditunjukkan oleh
penurunan nilai absorbansi.
KESIMPULAN
Perlakuan terbaik untuk
ekstraksi zat warna merah bunga
rosela adalah perbandingan jenis
pelarut air : asam asetat : etanol =
1:0:0 yang menghasilkan ekstrak
warna dengan konsentrasi antosianin
3,07%. Warna merah antosianin dari
bunga rosela kurang stabil terhadap
perubahan pH, stabil pada perubahan
kadar gula sampai dengan 50%, stabil
pada kadar garam antara 2-10%, stabil
pada perubahan suhu sampai dengan
100OC, dan lama pemanasan sampai 90
menit, serta kurang stabil pada
pembuatan jeli dan minuman jeli.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Pewarna Pangan.www.ebookpangan.com. Tanggalakses 1 Desember 2006Hanum, T. 2000. Ekstraksi dan
stabilitas zat pewarna alami dari katulberas ketan hitam (Oryza Jurnal
Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2(Agustus 2010) 87 – 93 93
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 44/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-8
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (459-467) ISSN : 1978 - 8193 459
Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu
(H ibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdar if fa L) Yusraini Dian Inayati Siregar, Nurlela
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat, Jakarta, 15412
Abstrak Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela( Hibiscus sabdariffa L) telah dilakukan. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut air pada temperatur
optimum sebesar 90°C dan pelarut etanol pada konsentrasi 96 % (v/v). Hasil ekstrasi diuji stabilitas warnanya dengan
spektometri. Uji stabilitas warna memberikan hasil sebagai berikut: a) Lama penyimpanan, lama penyinaran dengan mataharidan dengan sinar lampu dapat mempengaruhi stabilitas zat warna ekstrak Hibiscus rosa-sinensis L dan Hibiscus sabdariffa L
dengan meningkatnya nilai absorbansi pada kedua ekstrak sehingga warna berubah dari merah menjadi biru keunguan sehingga
panjang gelombang menjadi lebih pendek sebagai akibat dari penyerapan sinar. b) Penambahan oksidator, H2O2 dapat
mempengaruhi stabilitas zat warna ekstrak Hibiscus rosa-sinensis L dan Hibiscus sabdariffa L dengan perubahan dari ekstrak berwarna menjadi ekstrak tidak berwarna. c) Nilai pH yang semakin meningkat, dari pH 4 ke pH 5, mempengaruhi stabilitas zat
warna ekstrak Hibiscus rosa-sinensis L dan Hibiscus sabdariffa L dengan perubahan ekstrak berwarna menjadi tidak berwarna.
Kata Kunci: Ekstraksi, Hibiscus rosa-sinensis L, Hibiscus sabdariffa L, Spektrometri.
Abstract Extraction and Stability Tests of Natural Dye Hibiscus Flower ( Hibiscus rosa-sinensis L) and Rosela Flower ( Hibiscus
sabdariffa L) has been done. Extraction was perfomed by mean of maceration using water at 90°C as optimum temperature andusing etanol 90 % (v/v). Color stability test was conducted on extracted substance by using spectrometry method. The dye
stability test gave the following results: a) The storage condition, sunlight and lamp light can affect the stability of the dye
extracts of Hibiscus rosa-sinensis L and Hibiscus sabdariffa L by increasing absorbance level in both extracts so that the colorchanges from red to purple to blue and the wavelengths become shorter as a result of ray absorption, b) The addition of an
oxidant, hydrogen peroxide can affect the stability of the dye extracts of Hibiscus rosa-sinensis L and Hibiscus sabdariffa L
through changing in color into colorless extract, c) The increasing level of pH, from pH 4 to pH 5, can affect the stability of the
dye extracts of Hibiscus rosa-sinensis L and Hibiscus sabdariffa L through changing in color into colorless extract.Keywords: Extraction, Hibiscus rosa-sinensis L, Hibiscus sabdariffa L, Spectrophotometry UV-Vis
1. PENDAHULUAN
Saat ini sering ditemukan penggunaan pewarna sintetik dalam berbagi macamindustri seperti tekstil, makanan, dan obat.
Pewarna sintetik sendiri dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan jugalingkungan. Dalam peraturan menterikesehatan sudah dijelaskan penggunaan pewarna sintetik dalam industri- industri
tersebut. Pada setiap industri memiliki kadaryang telah ditentukan. Khususnya dalam bidang makanan dan obat, pemerintah dalamhal ini melalui menteri kesehatan mengaturdengan ketat pewarnaan sintetik pada bahan
makanan dan obat, karena bahayanya yang
bisa ditimbulkan. Bahan pewarna dapat
digolongkan ke dalam empat golongan
yaitu bahan pewarna sintesis, bahan
pewarna yang dibuat mirip dengan bahan
pewarna alami, bahan pewarna anorganik
dan bahan pewarna alami. Bahan
pewarna alami untuk makanan paling
banyak dibuat dari ekstrak tumbuhan,
tetapi ada juga dari sumber lain seperti
serangga, ganggang, cyanobacteria, dan
jamur (Mortensen, 2006). Beberapa
tanaman telah diteliti sebagai bahan
pewarna alami diantaranya adalahekstrak bunga Tagetes erecta L sebagai
pewarna tekstil (Jothi, 2008), ekstrak
antosianin dari Red cabbage (Xavier et al.
2008), ekstrak daun tanaman Indigofera
tinctoria Linn. dan ekstrak daun tanaman
Baphicacanthus cusia Brem (Chanayath,
et. al , 2002). Bahan pewarna alami
dipilih berdasarkan ketersedian di alam,
dan kemudahan untuk memperolehnya.
Bunga Kembang Sepatu ( Hibiscus rosa-
sinensis L) dan Bunga Rosella ( Hibiscus
sabdariffa L) banyak tersedia di sekitar
kita, namun pemanfaatan sebagai
pewarna alami belum banyak diteliti,
oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
ekstrak Bunga Kembang Sepatu dan
Rosella sebagai zat pewarna alami.
Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis
L) adalah tanaman semak suku
Malvaceae yang berasal dari Asia Timur
dan banyak ditanam sebgai tanaman hiasdi daerah tropis dan subtropis. Bunga
besar dan berwarna merah. Pemanfaatan
bunga kembang sepatu selain sebagai
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 45/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-9
tanaman hias, bunga kembang sepatu
dipercaya oleh masyarakat sebagai obat
demam, batuk dan sariawan, sedangkan
sebagai bahan pewarna belum banyak
digunakan. Bunga Rosella ( Hibiscus
sabdariffa L) adalah tanaman dari familikembang sepatu. Konon tananaman ini
berasal dari Afrika dan Timur Tengah.
Tanaman perdu ini bisa mencapai 3-5
meter tingginya. Jika sudah dewasa,
tanaman ini akan mengeluarkan bunga
berwarna merah. Pemanfaatan bunga
Rosella sebagai tanaman hias, juga
dipercaya oleh masyarakat sebagai obat
memperlancar peredaran darah dan
mencegah tekanan darah tinggi,
sedangkan sebagai bahan pewarna belum banyak digunakan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan kajian pemanfaatan bunga
Kembang Sepatu dan Rosella sebagai zat
pewarna alami, selain dapat
mempercantik penampilan makanan,
diharapkan juga dapat memberikan
pengaruh yang baik bagi kesehatan. Zat
warna dari tanaman dapat diambil
dengan menggunakan teknik ekstraksi,
diantaranya adalah ekstraksi dengan
menggunakan pelarut air atau etanol.
Silva, et al (2008) telah melakukanekstraksi pada biji Bixa orellana L.
dengan menggunakan pelarut super kritis
karbon dioksida. Ekstraksi juga dapat
dilakukan dengan bantuan enzim
hidrolisis (Kim, et. al , 2005). Teknik
ekstraksi dipilih berdasarkan
kemudahnnya dan banyaknya zat warna
yang berhasil terekstrak.Penelitian yang dilakukan bertujuan untukmengekstraksi bunga kembang sepatu dan
bunga rosella dengan mencari temperaturyang optimum untuk mendapatkan pigmendari bunga Kembang Sepatu dan bungaRosella dengan pelarut air dan etanol, selainitu dilakukan juga uji stabilitas zat warna.Analisa kadar zat warna dilakukan dengan
2. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
PelaksanaanPenelitian ini dilaksanakan
pada Maret-Agustus 2011, mulai persiapan sampai dengan penulisan
laporan. Penelitian akan dilakukan di
Laboratorium Kimia PLT UIN Jakarta.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan
adalah serangkaian alat gelas, alat analisa
spektrofotometer UV-Vis. Bahan baku
yang digunakan adalah bunga Kembang
Sepatu ( Hibiscus rosa sinensis L.), bunga
Rosella ( Hibiscus sabdariffa L.) dan
pewarna makanan sintetik Red 3. Pelarut
yang digunakan adalah air dan etanol.
Serta H2O2, buffer sitrat pH 3, pH 4, dan
pH 5.Prosedur Penelitian
Prosedur percobaan meliputi penyiapan bahan baku, ekstraksi dan uji stabilitas warna.Pada tahap ekstraksi, bunga KembangSepatu dan bunga Rosella dipotong denganukuran 1 cm dan dihaluskan dengan mortar.
Kemudian diekstraksi dengan perbandingan1 gram bunga segar :1 ml
pelarut. Proses ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur (30°C, 40°C,
50°C, 60°C, 70°C, 80°C dan 90°C)menggunakan penangas air. Hasil ekstraksi
diuji absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yaitu pada 530 nm untuk ekstrak bunga KembangSepatu dan 520 nm untuk ekstrak bungaRosella. Proses ekstraksi menggunakan
pelarut etanol dilakukan dengan variasikonsentrasi etanol 20 %, 40 %, 60 %, 80 %dan 96 % pada temperatur ruang. Hasilekstraksi diuji absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombangmaksimum yaitu pada 530 nm untuk ekstrak bunga Kembang Sepatu dan 540 nm untukekstrak bunga Rosella. Tahap akhir adalah
uji stabilitas warna terhadap pengaruhlingkungan.
Uji Stabilias Warna
Pengaruh Kondisi Penyimpanan
Sampel disimpan pada temperatur kamaryaitu 27 °C dan pada temperatur 9 °C.Setelah 2 hari dilakukan pengenceran yaitudengan cara pigmen cair dilarutkan sebanyak2 mL dalam 100 mL air kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombangmaksimum dan dilakukan pengulangansebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang samaterhadap pewarna sintetik Red 3 sebagai
pembanding.Pengaruh Sinar M atahari
Sepuluh mL dari larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dijemur
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 46/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-10
dibawah sinar matahari interval 3 jam sekalidilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum dandilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.Dilakukan hal yang sama terhadap pewarna
sintetik Red 3 sebagai pembanding.Pengaruh Sinar Lampu
Sepuluh mL larutan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian disinari oleh lampudengan kekuatan 20 watt selama 48 jam dan
setiap 12 jam sekali dilakukan pengamatanterhadap absorbansinya pada panjanggelombang maksimum dan dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Dilakukanhal yang sama terhadap pewarna sintetik Red
3 sebagai pembanding.Pengaruh Oksidator
Sepuluh mL dari larutan masing-masingdimasukkan ke dalam tabung reaksi danditambahkan oksidator H2O2. Sebanyak 1
mL kemudian setiap 3 jam sekali dilakukan pengukuran absorbansi pada panjanggelombang maksimum dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Dilakukanhal yang sama terhadap pewarna sintetik Red3 sebagai pembanding.
Pengaruh pH
Ekstrak pigmen dibuat dalam 3 tingkatankeasaman (pH: 3, 4 dan 5). Sampel pigmen
sebanyak 2 ml dilarutkan dalam 100 ml buffer asam sitrat sesuai dengan variasi pH.Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum dandilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.Dilakukan hal yang sama terhadap pewarnasintetik Red 3 sebagai pembanding.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Optimasi Ekstraksi
Pada tahap ini dilakukan optimasi metodeekstraksi, dengan metode maserasi dan
pelarut yang digunakan adalah air danetanol. Ekstraksi dengan metode maserasi
didasarkan pada sifat kelarutan darikomponen di dalam pelarut yang digunakan.Metode maserasi juga mudah dilakukansehingga bisa langsung diaplikasikan dalamindustri rumah tangga.
Pemilihan pelarut yang digunakan adalah airdan etanol. Hal ini karena air merupakan pelarut polar. Air dapat larut atau bercampurdengan senyawa polar atau mempunyai nilai
kepolaran yang hampir sama. Air jugamerupakan pelarut yang aman untukdikonsumsi. Ekstrak yang akan diambil berupa antosianin yang merupakan senyawa
polar, sehingga antosianin dapat bercampuratau larut dalam pelarut air.Waktu yang dibutuhkan dengan metodemaserasi ini adalah 120 menit, karenamenurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Inayati (2009) tentang ekstraksi bungaKembang Sepatu dengan variasi lamanyawaktu maserasi didapatkan nilai absorbansi
maksimum pada 120 menit. Begitu puladengan perbandingan yang digunakan antara
sampel dengan pelarut adalah 1:1 karenadihasilkan nilai absorbansi yang maksimum(Inayati, 2099).
Maserasi dengan pelarut air menggunakanvariasi temperatur 30 °C, 40 °C, 50 °C, 60
°C, 70 °C, 80 °C dan 90 °C. Adapun hasil pengukuran spektrofotometer visibel dari
ekstrak bunga Kembang Sepatu dan Rosellamenggunakan pelarut air ditampilkan dalamGambar 1.
Gambar 1. Grafik hubungan absorbansi dengan variasi
temperatur maserasi bunga Kembang Sepatu danRosella.
Dari Gambar 1 dapat dilihat terjadinya peningkatan dan penurunan nilai absorbansiyang dihasilkan. Untuk bunga Kembang
Sepatu, nilai absorbansi naik dari 30 °C - 40°C dan turun pada temperatur 70 °C.
Kemudian naik kembali pada temperatur 90°C. Untuk bunga Rosella, nilai absorbansiyang dihasilkan cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya temperatur maserasi,yaitu pada temperatur 90 °C. Nilai
absorbansi maksimum pada temperatur 90°C untuk bunga Kembang Sepatu sebesar0,920 dan bunga Rosella sebesar 0,987.
Sehingga, untuk langkah selanjutnya yangdigunakan adalah kondisi optimum ini.
Jika melihat hasil tersebut, hal ini sesuaidengan penelitian yang telah dilakukan olehMardiah (2010), dengan membandingkan
temperatur ekstraksi antara temperatur kamardengan temperatur 60 °C didapatkan hasil
ekstrak terbaik pada temperatur 60 °C,karena semakin tinggi temperatur ekstraksimaka kecepatan perpindahan massa dari
solut ke solven akan semakin tinggi karena
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 47/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-11
temperatur mempengaruhi nilai koefisientransfer massa dari suatu komponen.Pada penggunaan pelarut etanol denganvariasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%dan 96%.
Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai absorbansi seiring
kenaikan konsentrasi etanol.
Gambar 2. Grafik hubungan absorbansi dengan variasikonsentrasi etanol terhadap bunga Kembang Sepatu
dan Rosella.
Pada konsentrasi 20% nilai absorbansi bungaKembang Sepatu adalah 0,359 dan Rosellaadalah 0,535. Kemudian nilai absorbansimeningkat dan didapatkan nilai absorbansioptimum pada konsentrasi 96 %, dengannilai absorbansi bunga Kembang Sepatusebesar 0,684 dan Rosella sebesar 0,664.
Nilai absorbansi yang meningkat inimenandakan banyaknya konsentrasi pigmenyang terekstrak.Etanol dengan konsentrasi 75 % dan 96 %sering digunakan sebagai pelarut dalamsebuah penelitian. Namun dalam penelitianini, ekstraksi antosianin dengan etanol 96 %menunjukkan hasil yang lebih baik daripadadengan etanol 75 %. Oleh sebab itu, pada pengujian stabilitas zat warna ekstrak bungaKembang Sepatu dan bunga Rosellamenggunakan konsentrasi etanol 96 %.
Hasil ini dapat diperkuat dengan penelitianyang dilakukan oleh Saati (2002) untukekstraksi antosianin dari Bunga Pacar Air, pelarut yang paling baik digunakan adalahetanol 95 %. Begitu juga dengan penelitianWijaya (2001) tentang ekstraksi pigmen darikulit buah rambutan. Hal ini disebabkantingkat kepolaran antosianin hampir samadengan etanol 95 % sehingga dapat larutdengan baik pada etanol 95 % (Samsudin &
Khoiruddin, 2011).
Uji Stabilitas Zat Warna
Setelah didapatkan hasil dari ekstraksi, yaitumaserasi dengan pelarut air pada temperatur90° C, sedangkan untuk pelarut etanoldimaserasi pada konsentrasi 96 %.
Kemudian dilanjutkan dengan uji stabilitaszat warna dari bunga Kembang Sepatu, bunga Rosella dengan berbagai pengaruhlingkungan seperti cahaya, pH dan oksidator.Selain itu dilakukan pengukuran terhadap
pewarnamakanan sintetik yang dijadikan sebagai pembanding, yaitu Karmoisin atau red 3.
Pengaruh Lama Penyimpanan
Pada uji stabilitas warna dengan pengaruh
lama penyimpanan ekstrak dilakukan selama48 jam. Intensitas warna setelah penyimpanan dengan pelarut air dan pelarut
etanol menunjukkan perubahan baik padatemperatur 27 °C maupun temperatur 9 °C.
Perubahan yang terjadi ditandai dengan perubahan nilai absorbansi.
Lama penyimpanan dengan kondisi yang berbeda dapat meningkatkan nilai absorbansizat warna ekstrak bunga Kembang Sepatu
dan bunga Rosella. Ekstrak air bungaKembang Sepatu mempunyai persentasenilai absorbansi lebih tinggi dibandingkandengan ekstrak air bunga Rosella. Persentaseekstrak air bunga Kembang Sepatu pada 9°C dan 27 °C masing-masing sebesar 12,1 %dan 38,6 %. Dan jika dibandingkan dengantemperatur penyimpanan, persentase nilaiabsorbansi pada temperatur 27 °C lebih besar
dibandingkan pada temperatur 9 °C (Tabel1).
Tabel 1.
Pe
rsent
as
e
Bunga
Ke
mb
an
g
Se
pat
u
(%
)
Bunga
Ro
sell
a
(%
)
Pewarna
red
3
(%
)
a b a b a b
9 °C 12.1 1.49 10.37 13.51 * *
27 38.6 5.97 3.8 20.27 * *
Begitu pula dengan ekstrak yangmenggunakan pelarut etanol yangmengalami perubahan persentase setelah penyimpanan. Persentase nilai absorbansiekstrak etanol pada temperatur penyimpanan27 °C lebih besar dibandingkan pada
temperatur 9 °C. Persentase nilai absorbansi pada temperatur 27 °C dari ekstrak bungaKembang Sepatu dan bunga Rosella masing-
masing sebesar 5,97 % dan 20,27 % (Tabel1).Dari kedua data tersebut diketahui bahwanilai absorbansi lebih tinggi terjadi pada
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 48/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-12
penyimpanan dengan temperatur 27 °Cdibandingkan pada temperatur 9 °C. Hal inisesuai dengan penelitian yang telahdilakukan oleh McLellan dan Cash (dalamSamsuddin & Khoiruddin, 2011),
penyimpanan pada temperatur 1,6 °Cmerupakan kondisi yang paling baikdibandingkan dengan temperatur 18,3 °C dan
37,2 °C. Perubahan saat penyimpanandimungkinkan karena: 1) Reaksi
kopigmentasi, 2) Diduga ekstrak masihmengandung enzim polifenolase yangmengkatalis reaksi pencoklatan. Hal tersebut
yang menyebabkan kenaikan intensitaswarna. Dan penyimpanan pada kondisi
dingin dapat menghambat reaksi tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan kedua
ekstrak bunga tersebut, persentase perubahannilai absorbansi pada pewarna makanansintetik red 3 sangatlah kecil. Persentase
nilai sangat kecil ini menandakan tidakterjadi perubahan yang signifikan atau bisadibilang mempunyai nilai absorbansi yangrelatif stabil. Hal ini bisa disebabkan karena pewarna makanan sintetik yang beredar di pasaran sudah diformulasi agar dapat tahanlama dan stabil pada berbagai macamkondisi (Cevallos, et al , 2004).
Pengaruh Lama Penyinaran Matahari
Sinar merupakan salah satu faktor yangdapat mempengaruhi stabilitas antosianin.Sinar matahari merupakan salah satu kondisiyang menyebabkan terjadinya perubahanwarna. Benda-benda di sekitar manusia jikadiamati akan terlihat bahwa benda-bendatersebut akan mengalami perubahan warnalebih cepat dengan benda-benda yang tidakterkena sinar matahari langsung. Begitu puladengan zat warna dari ekstrak bungaKembang Sepatu dan Rosella.
Pengaruh sinar terhadap perubahan zat
warna antosianin ekstrak air dan ekstraketanol bunga Kembang Sepatu dan bungaRosella ditampilkan dalam Tabel 2 sebagai persentase perubahan nilai absorbansi akibatlama penyinaran matahari.. Tabel 2memberikan gambaran bahwa, baik ekstrakair dan ekstrak etanol bunga KembangSepatu dan bunga Rosella mengalamikenaikan nilai absorbansi, sedangkan untuk pembanding pewarna sintetik red 3cenderung lebih stabil. Hal ini dapatdijelaskan karena adanya sinar mataharimenyebabkan absorbansi semakin besardengan lamanya penyinaran matahari.Matahari adalah sumber sinar utama untuk bumi dan atmosfir yang memiliki besaran
energi. Energi ini diserap oleh ekstraksehingga menyebabkan warna berubah ke
Ekstrak Pelarut air Pelarut etanol
(0-48 jam) (0-48 jam)
Bunga
Kemba
ng
Sepatu
(%)
52.45 30.33
Bunga Rosella
(%)
-14.46 1.36
Pewarna red 3
(%)2.48 4.04
panjang gelombang yang lebih
pendek. Alasan ini sesuai dengan
penelitian Samsudin & Khoruddin
(2011), yaitu energi yang datang dari
matahari disebut insolasi. Insolasi ini
tediri atas sinar-sinar radiasi yang
tersusun dari bermacam-macampanjang gelombang. Sinar dengan
panjang gelombang lebih pendek akan
menghasilkan efek fitokimia tertentu
dan mampu mempercepat proses
oksidasi biomolekul juga proses
kematangan buah. Tabel 2
Persentase
kenaikan nilai absorbansi akibat lama
penyinaran matahari.Ekstrak Pelarut air Pelarut etanol
(0-3 jam) (0-6 jam) (0-3 jam) (0-6 jam)
Bunga
K
e
m
b
a
n
g
S
e
p
a
t
u
(
%
)
37.59 63.02 * 12.82
Bunga
R
o
s
el
la
(
%
)
9.44 11.03 * *
Pewarna
r
e
d
3
(%
)
0.16 0.16 * 0.16
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 49/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-13
Pengaruh Lama Penyinaran Lampu
Nilai absorbansi cenderung
mengalami kenaikan, baik pada bunga
Kembang sepatu maupun bunga
Rosella (Tabel 3). Terjadinya
perubahan nilai absorbansi karenapemaparan sinar lampu menyebabkan
pula perubahan warna pada kedua
ekstrak. Sehingga panjang gelombang
yang dihasilkan menjadi turun. Hal ini
disebabkan karena antosianin
memiliki kecenderungan yang kuat
mengabsorbsi sinar tampak dan
energi radiasi sinar menyebabkan
efek fotokimia pada spektrum tampak
dan mengakibatkan perubahan warna(Lidya, et al , 2001). Tabel 3
Persentase
perubahan nilai absorbansi akibat lama
penyinaran Lampu.Ekstrak Pelarut air Pelarut etanol
(0-48 jam) (0-48 jam)
Bunga Kembang
Sepatu
(%)
52.45 30.33
Bunga Rosella (%) -14.46 1.36
Pewarna red 3 (%) 2.48 4.04
Ekstrak Kembang Sepatu dan bunga
Rosella dengan pelarut air
menunjukkan perubahan yang lebihnyata. Ekstrak mulai mengalami
perubahan pada waktu 24 jam dan
semakin nyata pada waktu 48 jam.
Kekentalan yang terjadi pada ekstrak
bunga Rosella dengan pelarut air
berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, ekstrak bunga Rosella
yang diperoleh melalui proses
ekstraksi secara maserasi dengan
pelarut air, diduga masih banyakmengandung gum dan gula. Hal
tersebut menyebabkan ekstrak
memiliki tekstur yang padat dan
lengket. Ekstraksi dengan pelarut
etanol 95% digunakan untuk mengikat
gum dan gula yang masih terekstrak
(Catrien, 2009). Pengaruh Waktu
Penambahan Oksidator Pengujian
selanjutnya pada perlakuan
penambahan oksidator. Oksidator
yang digunakan berupa hidrogenperoksida, yang merupakan oksidator
lemah. Peningkatan waktu
penambahan oksidator menyebabkan
terjadinya degradasi warna. Hasil
analisa dengan menggunakan
spektrofotometer menunjukkan,
terjadi penurunan warna yang
ditandai dengan penurunan nilai
absorbansi (Gambar 3). Pengukuran
dilakukan selama 6 jam denganpengukuran setiap 3 jam.
Gambar 3 Grafik hubungan absorbansi
dengan pengaruh oksidator ekstrak
Kembang Sepatu, bunga Rosella dan
pewarna sintetik Red 3.
Setelah dilakukan pengukuran pada waktu 6 jam, didapatkan nilai absorbansi yangmenurun pada kedua ekstrak bunga dengan pelarut air dan etanol. Pada pelarut air
ekstrak bunga Kembang Sepatu menurun
sebesar 40,95 %. Begitu pula dengan ekstrak bunga Rosella yang mengalami penurunansebesar 48,4 % (Gambar 3). Hal yang samaterjadi pula pada ekstrak etanol bunga
Kembang Sepatu dan bunga Rosella. Jikadilihat dari Gambar 3, grafik terlihatmenurun. Penurunan yang terjadi baik pada bunga Kembang Sepatu dan bunga Rosella
masing-masing sebesar 12,5 % dan 79,09 %.
Penurunan nilai absorbansi ini sebandingdengan penurunan intensitas warna (warnaekstrak menjadi semakin pudar).
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 50/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-14
Berkurangnya intensitas warna akibat penambahan oksidator diakibatkan penyerangan pada gugus reaktif pemberiwarna oleh oksidator, sehingga gugus reaktifyang memberikan warna berubah menjadi
tidak memberi warna. Oksidator dalamlarutan menyebabkan kation flavilium yang berwarna merah kehilangan proton dan
berubah menjadi karbinol yang tidakmemberikan warna.
Antosianin atau antosianidin yang tidakmengandung gugus-gugus hidroksil bebasdan terikat bersebelahan, bereaksi dengan
hidrogen peroksida menghasilkan turunanasam benzoat. Reaksi penguraian oleh
hidrogen peroksida ini terjadi karena pemutusan ikatan antara atom C-2 dan atom
C- 3 dari cincin piroksinum (Gambar 4).
Gambar 4. Reaksi yang terjadi karena penambahan
Hidrogen peroksida. (Sumber: Achmad, 1986)
Pengaruh Penambahan pH
Faktor lain yang mempengaruhi stabilitas
antosianin adalah pH. Dari penelitian yangtelah dilakukan dapat diukur nilaiabsorbansinya. Pembacaan nilai absorbansiuntuk semua sampel mengalami penurunandengan meningkatnya nilai pH, dari nilai pH
3 sampai nilai pH 5. Hal ini berlaku untukekstrak yang menggunakan pelarut airmaupun pelarut etanol.Gambar 5 menunjukkan bahwa nilaiabsorbansi ekstrak air dan ekstrak etanol
bunga Kembang Sepatu dan bunga Rosellameningkat pada pH 3. Peningkatan padaekstrak air bunga Kembang Sepatu dan bunga Rosella masing-masing sebesar56,08 % dan 48,04 %. Penurunan warna
kemudian terjadi pada pH 4 dan pH 5. Pada pH 4 dan pH 5 kation flavilium yang berwarna merah akan terhidrasi menjadi
karbinol yang tidak berwarna (Cevallos &Zevallos, 2003).
Gambar 5
Grafik hubungan absorbansi
dengan penambahan buffer pH ekstrak
bunga Kembang Sepatu, bunga Rosella dan
pewarna sintetik Red 3 dengan pelarut air
(a) dan etanol (b).
Juga telah dilakukan penelitian oleh Laleh,et. al (2006) terhadap stabilitas antosianindari buah Berberies terhadap pengaruh pH,dengan meningkatnya pH menyebabkankerusakan nyata terhadap antosianin dari
sampel Berberies tersebut. Garam flaviliumhanya stabil pada kondisi asam yang tinggi.Garam ini kehilangan proton dalam pH yang
tinggi dan berubah bentuk menjadi basakuinodal, yang merupakan pigmen yang
tidak stabil, dan dengan cepat terikat dengan
air dan mempunyai bentuk senyawa tak berwarna bernama kromenol.Gambar 6 adalah reaksi yang terjadi akibat penambahan pH. Secara umum, pH di bawah2, antosianin berada pada bentuk kation
flavilium merah. Ketika pH >2, terjadi pelepasan cepat proton dari pewarna merahatau bentuk kuinonoidal biru. Kemudian,
kation flavilium berubah dari hidrat menjadikarbinol atau pseudobase tak berwarna,
sebanding dengan pembukaan bentukcalkon, yang tidak berwarna juga.
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 51/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Laboratarium Dasar Teknik Kimia I C-15
Gambar 6. Perubahan struktur akibat pengaruh
penambahan buffer pH (Sumber: Lee, et. al , 2005).
4. KESIMPULAN
Hibiscus rosa-sinensis L dan Hibiscus sabdariffa Ldapat terekstrasi dengan baik dengan metodemaserasi menggunakan pelarut air padakondisi optimum 90°C dan etanol padakondisi optimum 96% dan uji stabilitaswarna :
a. Lama penyimpanan dapat meningkatkan persentase nilai absorbansi pada ekstrak air pada temperatur 9 °C dan 27 °C bungaKembang Sepatu masing-masing sebesar12,1% dan 38,6% dan bunga Rosellamasing-masing 10,37% dan 3,8%.Sedangkan ekstrak etanol pada temperatur 9°C dan 27 °C bunga Kembang Sepatumasing-masing sebesar 1,49% dan 5,97%dan bunga Rosella masing-masing 13,51%dan 20,27%.
b. Lama penyinaran matahari dan lampu dapatmempengaruhi stabilitas zat warna ekstrakBunga Kembang Sepatu dan bunga Roselladengan berubahnya intensitas warnasehingga panjang gelombang menjadi turunakibat adanya radiasi atau energi dari
matahari atau lampu.c. Lama waktu penambahan oksidator
mengakibatkan terjadinya perubahan ekstrakBunga Kembang Sepatu dan bunga Rosella.
Perubahan ditunjukkan dari ekstrak berwarnamerah (dalam bentuk kation flavilium)menjadi tidak berwarna karena menghasilkanturunan asam benzoat.
d. Nilai pH mempengaruhi stabilitas zat warna
ekstrak Bunga Kembang Sepatu dan bungaRosella. Semakin naik nilai pH, semakin
turun nilai absorbansi yang dihasilkan.Penurunan ini karena adanya perubahanekstrak berwarna merah menjadi tidak berwarna karena terbentuknya basa karbinol.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad, S. A., 1986, Kimia Organik Bahan Alam.Jakarta: Karunika. Universitas Terbuka.
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (459-467) ISSN : 1978 -
8193 467
2. Catrien, 2009, Pengaruh Kopigmentasi Pewarna AlamiAntosianin dari Rosela ( Hibiscus Sabdariffa L.)
dengan Rosmarinic Acid Terhadap Stabilitas Warna
pada Model Minuman Ringan, Skripsi. FakultasTeknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
3. Cevallos-Casals, B. A., and Cisneros-Zevallos, 2003, L.Stability of anthocynin-based aqueos extracts of
Andean purple corn and red-fleshed sweet potato
compared to synthetic and natural colorant. Food
Chemistry, Vol. 86, pp. 69-77. Elsevier
4. Chanayath, N., Lhieochaipant, S., and Phutrakul,
S.,2000, Pigment Extraction Techniques from the
Leaves of Indigofera tinctoria Linn. and Baphicacanthus cusia Brem. and Chemical
Structure Analysis of Their Major Components.
CMU. Journal Vol. 1(2) Chiang Mang University,Chiang Mai, Thailand.
5. Inayati, Y. D. 2009. Pembuatan Kertas Indikator Asam
Basa dari Bunga Kembang Sepatu ( Hibiscus rosa- sinensis L). Valensi (1): 246-251.
6. Jothi, D. 2008, Extraction of Natural Dyes from AfricanMarigold Flower (Tagetes erecta L ) for TextileColoration. AUTEX Reserch Journal , Vol. 8, No. 2.
7. Laleh, G. H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R.,
and Zare, S. 2006, The Effect of Light, Temperatur, pH, and Species on Stability of Anthocyanin
Pigment in Four Berberies Species. Pakistan Journal of Nutrition, Vol. 5, No. 1: pp. 90-92.
8. Lee, J., Durst, R. W., and Wrolstad, R. E. 2005,Determination of Total monomeric Anthocyanin
Pigment Content of Fruit Juices, Beverages, Natural
Colorants, and Wines by the pH Differential
Method: Collaborative Study. Jurnal of AOAC International Vol. 88, No. 5, pp. 1269-1278.
9. Lydia S. Wijaya1, Simon B. Widjanarko, Tri Susanto.
2001, Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit
7/23/2019 Spektrofotometri Organik 4 Selasa Pagi
http://slidepdf.com/reader/full/spektrofotometri-organik-4-selasa-pagi 52/52
SPEKTROFOTOMETRI ORGANIK
Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum), Var. Binjai Biosain, Vol. 1 No. 2, hal. 42-53
10. Mardiah, 2010, Ekstraksi Kelopak Bunga dan BatangRosella ( Hibiscus sabdariffa L.) sebagai PewarnaAlami, Fakultas Agribisnis. Universitas Juanda.
11. Mortensen, A. 2006, Carotenoids and other pigment asnatural colorant. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 8, pp. 1477-1491.
12. Samsudin, A.S., Khoiruddin. 2011, Ekstraksi dan
Filtrasi Membran dan Uji Stablitas Warna dari KulitManggis (Garcinia mangostana). Fakultas Teknik.Universitas Diponegoro.
13. Silva, G. F., Felix, M. C,. Gamara, A. L., Oliviera andCabral, F. A.2008, Extraction of
Bixin from Annato Seeds Using Supercritical CarbonDioxide. Brazilian Journal of Chemical Engineering . Vol. 25, No. 02, pp. 419-426.
14. Xavier, M. F., Lopes, T. J., Quadri, M. G. N., and
Quadri, M. B. 2008, Extraction of Red Cabbage Anthocyanins: Optimization of the Operation
Conditions of the Column Process. Brazz.arch. biol.
Technol. Vol. 51, No. 1: pp. 143-152.