[laporan modul ix selasa 1 22215031]

Upload: deny-fatryanto-eko

Post on 26-Feb-2018

349 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    1/22

    MODUL IX

    PEMBUATAN dan PENGUKURAN SIFATRHEOLOGY, KESTABILAN EMULSI serta

    WATER OIL RATIOdari OIL BASE MUD

    LAPORAN PRAKTIKUM

    Nama : Deny Fatryanto Edyzoh Eko Widodo

    NIM : 22215031

    Kelompok : Selasa 1 (14.00 WIB 16.00 WIB)

    Tanggal Praktikum : 3 November 2015

    Tanggal Penyerahan : 10 November 2015

    Dosen : Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

    Asisten : Deni Setiawan (12212004)

    LABORATORIUM TEKNIK PENGEBORAN

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    2/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dari praktikum Pembuatan dan Pengukuran Sifat Rheology, Kestabilan Emulsi

    serta Water Oil Ratiodari Oil Base Mudini adalah:

    1. Mengenal material pembentuk dan fungsi utama OBM.

    2. Mampu menjelaskan fungsi aditif yang dipakai saat membuat lumpur OBM.

    3. Mampu menyiapkan lumpur OBM.

    4. Menentukan densitas OBM dengan menggunakan alat Pressurized Mud Balance.

    5. Menentukan Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel Strength OBM

    dengan menggunakan alat Fann VG.

    6. Mengukur water oil ratiodari OBM dengan menggunakan OFI Retort Kit.

    7.

    Mengukur kestabilan emulsi OBM dengan menggunakanElectrical Stability Test.

    8. Mengetahui pengaruh dari sifat-sifat lumpur OBM yang diuji terhadap operasi pemboran.

    1.2 Alat

    1. Pressurized Mud Balance

    2. Fann VG

    3.

    OFI Retort Kit

    4. Electric Stability Tester

    5. Multi Mixer

    6. Rolling Oven

    7. Aging Cell

    8. Timbangan Electric

    9. Pemberat

    1.3 Bahan

    1. Saraline

    2. Primary Emulsifier

    3. Secondary Emulsifier

    4. Unitone - HT

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    3/22

    5. Lime

    6. Aquadest

    7. Univis - OM

    8. CaCl2

    9. Barite

    10. Vaseline

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    4/22

    BAB II

    PROSEDUR PERCOBAAN

    2.1 Pembuatan Lumpur OBM

    Lumpur yang digunakan dalam percobaan ini dibuat dengan komposisi adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.1 - Komposisi sampel percobaan

    Komposisi SampelLama

    PengadukanJumlah

    Base Oil Saraline 2.5 menit 245 mL

    Primary Emulsifier Primary Emulsifier 2.5 menit 12 mL

    Secondary EmulsifierSecondary

    Emulsifier

    2.5 menit10 mL

    sFiltration Loss Control Uniton - HT 2.5 menit 5 gr

    Alkalinity Control Lime 5 menit 5 gr

    Water Aquadest 5 menit 25 mL

    Viscosifier Univis - OM 5 menit 5 gr

    Salinity Control CaCl2 5 menit 20 gr

    Weighting Agent Barite 5 menit 70 gr

    Adapun prosedur percobaan pembuatan lumpur OBM sesuai dengan modul praktikum adalah

    sebagai berikut :

    1. Timbang beberapa zat yang akan digunakan dalam pengujian

    2.

    Siapkkan base oil, tuangkan ke dalam cup, lalu aduk dengan multi mixer

    3. Tambahkan aditif yang telah ditimbang. Penambahan aditif harus seduai dengan urutan

    yang telah dibuat

    4. Setelah 20 menit diaduk pada mixer, masukkan kedalam aging cell, tutup dan

    kencangkan sekrup pada aging cell, masukkan ke rolling oven.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    5/22

    5. Biarkan paling sedikit selama 16 20 jam dengna kondisi temperature 176C (350F)

    2.2 Penentuan Densitas OBM dengan Pressurized Mud Balance

    Lumpur yang telah dibiarkan pada kondisi tertentu selama 16 20 jam selanjutnya diukur

    densitasnya menggunakan Pressurized Mud Balance, namun dikarenakan keterbatasan peralatan

    di laboratorium pemboran dimana Pressurized Mud Balance sedang mengalami kerusakan, maka

    pada praktikum kali ini digunakan Mud Balance biasa. Pada percobaan ini Alat ini digunakan

    dalam pengukuran densitas lumpur dengan menggunakan prinsip kesetimbangan massa (neraca).

    Chamber memiliki lid sehingga sampel dapat diukur pada volume yang tepat dengan chamber

    (tidak berlebih volumenya). Beban Rider lalu digeser sehingga mencapai kesetimbangan, angka

    yang tertunjuk pada rider merupakan densitas sampel. Alat ini kurang representative untuk

    menggambarkan densitas pada lubang sumur karena densitas merupakan fungsi tekanan dan

    temperatur. Pada alat ini digunakan tekanan dan temperatur standar, padahal tekanan dan

    temperatur sumur meningkat seiring kedalaman. Namun data yang didapat bisa dianggap valid

    karena oil merupakan fluida slightly compressible.

    Alat ini cukup baik untuk mengukur densitas lumpur dalam keadaan static. Namun pengukuran

    EMD (Equivalent Mud Density) yaitu pada saat lumpur dalam keadaan dinamis tidak dapat

    dilakukan dengan alat ini

    Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

    1. Kalibrasi peralatan mud balance dengan cara sebagai berikut :

    a. Bersihkan peralatan mud balance

    b. Isi cup dengan air sampai penuh, tutup, bersihkan bagian luarnya dan keringkan

    dengan kertas tissue.

    c. Letakkan mud balance pada kedudukannya.

    d. Tempatkan rider pada skala 8.33 ppg

    e.

    Cek level gelas, bila tidak seimbang atur calibration screw sehingga seimbang.

    2. Ambil lumpur yang telah disiapkan, isi cup mud balance dengan lumpur tersebut.

    3. Tutup cup, bersihkan lumpur yang melekat pada bagian luar dinding dan penutup cup.

    4. Atur kedudukan mud balance sehingga seimbang dengan cara menggeser rider ke kiri

    atau kanan.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    6/22

    5. Catat pembacaannya sebagai densitas lumpur.

    6. Ulangi langkah 2 5 untuk komposisi lumpur lainnya.

    Gambar 1.1 Mud Balance

    Pada percobaan penentuan densitas OBM dengan Pressurized Mud Balance beberapa

    asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Tidak terjadi penggumpalan pada lumpur OBM (lumpur bersifat homogen).

    2. Tidak ada gelembung udara yang saat pengukuran densitas OBM dengan menggunakan

    Mud Balance sehingga yang diukur 100% OBM.

    3.

    Tekanan dan temperatur adalah tekanan dan temperatur ruangan (konstan) pada

    pengukuran densitas dengan menggunakan Mud Balance.4. Densitas air sebesar 8.33 ppg

    2.3 Penentuan OWR (Oil Water Ratio)

    Penentuan OWR pada praktikum ini menggunakan Retort Kit. OFI Retort Kit merupakan alat

    yang memiliki prinsip kerja untuk memisahkan dan mengukur volume air, minyak, dan solid

    content yang terkandung dalam sampel dengan memanfaatkan perbedaan titik didihnya.

    Perbedaan titik didih yang digunakan yaitu titik didih minyak yang lebih kecil daripada air akan

    teruapkan terlebih dahulu kemudian terkondenasikan dan akan tertampung pada gelas ukur

    selanjutnya air juga teruapkan dan terkondensasikan dan akibat perbedaan densitas maka air akan

    berada di bagian bawah pada gelas ukur dan minyak berada di atasnya (densitas air lebih besar

    daripada minyak).

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    7/22

    Sebuah volume sampel yang diketahui dipanaskan untuk menguapkan komponen cairan yang

    kemudian dikondensasikan dan dikumpulkan dalam sebuah silinder bertingkat. Volume cairan

    ditentukan dari pembacaan fasa minyak dan fase air pada silinder bertingkat. Total volume

    padatan, baik tersuspensi dan terlarut, diperoleh dengan mencatat perbedaan dari volume total

    sampel versus volume cairan akhir yang dikumpulkan. Perhitungan yang diperlukan untuk

    menentukan volume padatan yang tersuspensi karena setiap padatan terlarut akan disimpan di

    dalam retort. Volume relatif dari padatan gravitasi rendah dan bahan yang

    berat juga mungkin dapat dihitung. Prinsip OFI Retort Kit adalah menggunakan perbedaan titik

    didih antara fasa kontinu dengan terdispersi dan solid contentnya.

    Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :

    1. Kumpulkan sampel lumpur pengeboran dan tuangkan melalui marsh funnel screen untuk

    memindahkan material yang kasar.

    2. Ukur temperature sampel (kurang lebih 10F saat pengukuran densitasnya)

    3. Jika sampel mengandung gas atau udara, tambahkan 2 3 tetes defoaming agent ke

    dalam 300 ml lumpur. Putar secara lambat 2 3 menit untuk mengeluarkan gas. Gas

    yang terperangkap akan menyebabkan hasil kurang baik karena tidak semua kandungan

    sampel adalah fluida

    4. Masukkan steel wool ke dalam chamber kira kira 3/16 inch diatas threads. Gunakan steel

    wool yang cukup untuk menahan padatan yang menguap dan masuk ke dalam system

    liquid receiver.

    5. Isi retort cup secara perlahan dengan non aerated sampel untuk menghindari

    terperangkapnya udara atau gunakan alat suntuk jika perlu.

    6. Lumasi thread dengan lubricant untuk mencegah kehilangan uap dan mempermudah saat

    membuka peralatan.

    7.

    Dengan menggunakan tangan secara hati-hati, pasang retort cup pada retort chamber dan

    menghubungkan peralatan dalam condenser. Tempatkan chamber dalam jacket pemanas

    dan tutup insulator.

    8. Letakkan tabung receiver di bawah condense tube.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    8/22

    9. Nyalakan retort dan perhatikan fluidanya. Lanjutkna pemanasan hingga 10 menit sampai

    tidak ada lagi fluida yang keluar.

    10.Pindahkan liquid receive dan biarkan mendingin. Baca dan catat volume liquid total,

    volume air dan volume minyak. Jika terdapat lapisan emulsi antara minyak dan air,

    panaskan hingga emulsi pecah.

    11.Matikan reort dan biarkan dingin sebelum dibersihkan.

    Adapun asumsi yang digunakan pada percobaan penentuan OWR adalah sebagai berikut :

    1. Tidak terdapat gas yang terjebak dalam lumpur pada saat pengukuran volume air,

    minyak, dan total solid (non-aerated mud).

    2. Pemanasan lumpur optimum sehingga tidak ada minyak dan air yang tersisa di dalam

    total solid. Selama lumpur dipanaskan, ruang yang menutup lumpur tersekat dengan baik

    dan hanya ada satu lubang untuk keluaran uap air dan uap minyak menuju ke condenser.

    3. Semua uap air dan minyak telah terkondensasi dan terkumpul seluruhnya di gelas ukur.

    Gambar 1.2 OFI Retort Kit

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    9/22

    2.4 Pengujian Emulsi Stability

    Pada pengujian ini alat yang digunakan adalah Electric Stability Tester. Electric Stability Tester

    merupakan instrumen gelombang sinus. Alat ini akurat, kompak, dan portabel dan digunakan di

    laboratorium untuk mengukur kekuatan listrik relatif fluida pengeboran memiliki fase kontinu

    berupa minyak. EMS terdiri dari satu meter dan probe, dan beroperasi pada empat baterai

    alkalin 9 volt yang mudah didapat. Dua standar kalibrasi (tinggi-1500 dan rendah-500) termasuk

    dengan setiap unit untuk memastikan akurasi.Prinsip Emulsion Stability Tester adalah

    mengindikasikan kestabilan emulsi saat breakthrough voltage saat emulsi menjadi konduktif dan

    terjadi aliran listrik di dalam emulsi.

    Adapun prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut :

    1. Lakukan kalibrasi alat terlebih dahulu. Pastikan electrode probe bebas dari kotoran dan

    pastikan penghubung alat dalam keadaan bersih dan kering. Lakukan pengujian akurasi

    ES meter dengan menggunakan resistor standt atau zener diode. Pembacaan ES harus

    tidak kurang dari 2.5% dari pembacaan yang diperkirakan.

    2. Sampel lumpur pengeboran harus disaring untuk memisahkan partikel yang lebih dari 20

    mesh (marsh funnel) dan harus dimixer sebelum dites

    3. Gunakan wadah plastic atau gelas da nisi sampel mecapai ketinggian 1 inci dari atas

    gelas.

    4. Sesuaikan temperature sampel.Temperatur rekomendasi API adalah 120 5F

    5. Bersihkan elektroda terlebih dahulu.

    6. Tester tidak boleh digunakan untuk mengaduk sampel. Elektroda harus tetap ditengan

    selama pengujian dan tidak boleh menyentuh dinding wadah. Tekan tombol power untuk

    memulai tes dan tetap ditekan sampai tes selesai. Catat pembacaan.

    7. Tekan tombol power

    8.

    Pengujian dilakukan tiga kali untuk mendapatkan data yang representative. Untuk akurasi

    yang baik putar sampel selama 30 detik diantara pengujian. Angkat tester dan gunakan

    kain lembut dan bersih untuk membersihkan permukaan elektroda.

    9. Setelah oebgujian selesai, gunakan kain lembut atau kertas tissue untuk membersihkan

    tester. Larutan kerosene atau naptha dapat digunakan untuk membersihkan elektroda.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    10/22

    Adapun asumsi yang digunakan dalam Pengujian Emulsi Stability ini adalah :

    1. Elektroda yang digunakan sudah bersih.

    2.

    Alat telah terkalibrasi dengan error yang dapat ditoleransi.

    3. Saat pengkalibrasian, zener diode yang akan dikalibrasi memiliki nilai tegangan yang

    sesuai dengan yang tertulis di permukaan luarnya.

    4. Alat yang digunakan tidak rusak sehingga hasil yang didapatkan adalah akurat.

    Gambar 1.3 Electric Stability Tester

    2.5 Pengukuran Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel Strength

    dengan Fann VG Viscometer.

    Pengukuran pada percobaan ini mengguakan Fann VG Viscometer. Prinsip kerja dari alat ini

    adalah mengukur simpangan yang terjadi pada bob akibat momen torsi yang diberikan rotor

    kepada lumpur dan kemudian lumpur berputar dan membuat simpangan pada bob. Alat ini

    memiliki pengukuran yang bervariasi yaitu pada 3 RPM, 6 RPM, 100 RPM, 300 RPM, 600

    RPM. Alat ini berguna untuk mengukur sifat rheology dari lumpur yaitu plastic viscosity,

    yield point, gel strength dan apparent viscosity. Rheology tersebut dapa dihitung langsung

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    11/22

    dari dial reading pada alat ini. Pada penentuan untuk OBM diperlukan thermal cup yang

    berfungsi untuk menjaga suhu minyak pada suhu yang cukup tinggi sehingga emulsi dapat

    menjadi lebih stabil pada saat pengukuran.

    Penggunaan alat ini dengan memasukkan lumpur yang ingin diuji kedalam chamber sampai

    pada batas yang terdapat pada chamber tersebut. Hal ini harus diperhatikan karena

    pengukuran pada praktikum ini menggunakan 1 yield sehingga volume yang digunakan harus

    tepat pada batas chamber tersebut. Kemudian atur chamber sehingga seluruh rotor dan bob

    menyentuh lumpur tersebut. Kemudian atur tuas speed selection knob untuk mengatur

    kecepatan putaran yang diinginkan.

    Gambar 1.4 Speed Selection Knoob

    Atur kecepatan putaran pada seluruh kecepatan putaran yang tersedia dan catat dial

    reading.Setelah itu plastic viscosity, yield point dan apparent viscosity dapat dihitung

    dengan:

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    12/22

    Kemudian untuk menentukan gel strength, gunakan 600 RPM selama 10 detik kemudian segera

    ubah kecepatan ke 3 RPM dan matikan Fann VG selama 10 detik. Setelah 10 detik, nyalakan

    Fann VG dan catat simpangan maksimum sebagai gel strength 10 detik. Kemudian ulangi

    langkah tersebut namun matikan fann VG selama 10 menit dan catat sebagai gel strength 10

    menit. Fann VG dimatikan agar lumpur dalam keadaan static karena seperti yang kita ketahui

    bahwa gel strength merupakan ukuran gaya tarik menarik pada saat static (diam).

    Alat ini sesungguhnya kurang mencerminkan kondisi lumpur dalam lubang bor yang

    sesungguhnya dikarenakan temperatur dalam lubang bor bervariasi dengan bertambahnya

    kedalaman sedangkan pada percobaan ini temperature diasumsikan isothermal. Selain itu,

    lumpur yang diuji dengan Fann VG tidak dalam kondisi disirkulasikan, hal ini berbeda dengan

    kenyataan pada operasi pemboran dimana kondisi rotasi selalu diikuti oleh sirkulasi. Selain itu,

    alat ini tidak menggambarkan keadaan lumpur di annulus.

    Adapun prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut :

    1. Pengukuran Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point

    a. Masukkan lumpur ke dalam thermal cup Fann VG Viscometer

    b. Letakkan cup pada tempatnya, atur kedudukkan sehingga rotor dan boob tercelup

    kedalam lumpur. Lumpur dalam thermal cup sudah harus dipanasi sampai 130F.

    c. Jalankan rotor pada posisi high dengan kecepatan roto 600 RPM sampai kedudukan

    skala (dial) mencapai kesetimbangan kemudian catat harga yang terbaca.

    d. Lanjutkan pengukuran untuk kecepatan rotor 300, 200, 100, 6, dan 3 RPM dengan

    mengubah gear saat motor sedang berjalan.

    2. Pengukuran Gel Strength

    a. Aduk lumpur dengan Fann VG Viscometer pada kecepatan 600 RPM selama 10

    detik.

    b. Matikan Fann VG dan diamkan lumpur selama 10 detik.

    c. Jalankan rotor pada kecepatan 3 RPM

    d. Catat simpangan maksimum skala petunjuk sebagai gel strength 10 detik.

    e. Aduk kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    13/22

    f. Matikan Fann VG pada dan diamkan lumpur selama 10 menit.

    g. Jalankan rotor pada kecepatan 3 RPM

    h. Catat simpangan maksimum skala penunjuk sebagai gel strength 10 menit.

    i. Ulangi prosedur diatas pada sample OBM lainnya.

    Adapun asumsi yang digunakan dalam Pengujian ini adalah :

    1. Tekanan percobaan konstan

    2. Isothermal

    3. Tidak terjadi kesalahan paralaks ( kesalahan dalam membaca skala )

    4. Alat bekerja dengan baik

    5. Lumpur tidak menggumpal 6. Komposisi pembuatan lumpur sesuai

    Gambar 1.5 Fann VG

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    14/22

    BAB III

    PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

    3.1 Penentuan Densitas OBM dengan Pressurized Mud Balance

    Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

    Tabel 3.1 - Hasil pengukuran densitas sampel OBM

    Percobaan Sampel

    Densitas (ppg) Pengukuran 7.6

    Dari table diatas didapatkan hasil bahwa densitas lumpur OBM adalah sebesar 7.6 ppg dimana

    lebih kecil dari densitas air yaitu sebesar 8.33 ppg.

    Lumpur ini tidak dapat digunakan baik untuk pengeboran di normal pressured zone ataupun over

    pressured zone karena bila mengacu pada literature, gradient tekanan pada normal pressured

    zone adalah sebesar 0.433 psi/ft sampai 0.465 psi/ft atau bila dikonversi kedalam ppg adalah

    sebesar 8.33 sampai 8.94 ppg sehingga lumpur ini tidak akan memenuhi tugas utamanya yaitu

    mengontrol tekanan formasi.

    3.2 Penentuan OWR (Oil Water Ratio)

    Tabel 3.2 - Volume tiap komponen dengan

    menggunakan alat OFI Retort Kit pada sampel OBM

    Volume Sampel

    Volume liquid total (ml) 8.7

    Volume Retrot Cup (ml) 9.93

    Volume solid (ml) 1.23

    Volume air (ml) Tidak Tersedia

    Volume minyak (ml) Tidak Tersedia

    Untuk pengujian oil-water-solids ratio, tidak didapatkanm volume masing-masing dari air dan

    minyak karena air dan minyak yang tidak terpisah saat keluar dari condenser.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    15/22

    Adapun untuk persentase solid dan liquid adalah sebagai berikut :

    %VS= 100(1.23 / 9.93) = 12.39%

    %Vl= 100(8.7/9.93) = 87.61%

    Pada hasil percobaan, volume air dan minyak tidak dapat ditentukan karena liquid yang

    tertampung pada gelas ukur tidak menunjukkan pemisahan antara minyak dan air. Hal ini

    mungkin dikarenakan emulsi antar keduanya sangat kuat oleh karena itu pada percobaan ini tidak

    dapat ditentukan OWR nya.

    3.3Pengujian Emulsi Stability

    Hasil kalibrasi alat ini sebelum digunakan dapat dilihat pada table berikut :

    Tabel 3.3 - Hasil Kalibrasi pada alat ES Meter

    Calibrator diode (Volt)Hasil Pembacaan di

    alat (Volt)

    613 615

    1826 1826

    Tabel 3.4 HasilPengukuran

    Hasil Pembacaan

    (Volt)

    1081

    1083

    1094

    Dari 3 kali hasil pengukuran kestabilan emulsi didapatkan nilai rata-rata kestabilan emulsi

    sebesar:

    (1081+1084+1094)/3 = 1086 Volt.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    16/22

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    17/22

    Dari perhitungan yang dilakukan , maka apparent viscosity, shear stress dan shear rate dapat

    dibuat tabulasi seperti dibawah ini :

    Tabel 3.6. Shear Rate, Shear Stress, dan Apparent Viscosity

    RPM

    Dial

    reading

    Shear Rate

    (1/s)

    Shear Stress

    (dyne/cm2)

    Apparent Viscosity

    (cp)

    600 9 1022.4 45.693 4.5

    300 6 511.2 30.462 6

    200 4 340.8 20.308 6

    100 3 170.4 15.231 9

    6 2 10.224 10.154 100

    3 1 5.112 5.077 100

    Lalu bila shear stress dan shear rate diplot dalam grafik, maka

    Gambar 3.1 Grafik Shear rate vs Shear Stress

    Dari YP = 3 lb/100 ft2dapat diketahui bahwa nilai stress minimum yang diperlukan fluida untuk

    mengalir adalah 3 lb/100 ft2. Fluida ini relatif tidak membutuhkan stress yang tinggi untuk

    mengalir namun karena itu, dengan nilai YP yang kecil, fluida ini kurang baik untuk mengangkat

    cutting pada pemboran saat menggunakan pump rate yg kecil.

    Untuk plastic viscosity dapat dihitung sebagai berikut :

    PV = 600-300

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    0 200 400 600 800 1000 1200

    ShearS

    tress(dyne/cm2)

    Shear Rate (1/s)

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    18/22

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    19/22

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Oil Base Mud merupakan salah satu jenis lumpur pemboran. Lumpur tipe ini mempunyai

    kontinu/pendispersi berupa oil sebagai base fluid dan air sebagai fasa diskontinu.

    Keuntungan dari penggunaan Oil Base Mud (OBM) adalah dapat menjaga kestabilan

    shale agar tidak swelling, dapat digunakan pada area yang memiliki Bottom Hole

    Temperature yang tinggi dan formasi dengan pore pressure yang rendah, untuk menguji

    core (coring fluid), memberi lubrisitas yang baik, mencegah terjadinya korosi dll. Base

    oil yang digunakan dapat berupa crude oil, refined oil, mineral oil, dan synthetic oil.

    Namun Oil Base Mud juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain kurang ramah

    terhadap lingkungan dan harganya yang relative mahal.

    2. Bahan-bahan dan aditif yang dipergunakan pada OBM ini adalah:

    a. Saraline sebagai base oil yang berfungsi sebagai fasa kontinu.

    b. Primary emulsifier berfungsi untuk mencegah agar butiran air tidak menyatu dengan

    butiran air yang lainnya.

    c.

    Secondary emulsifier berfungsi memberikan sifat oil wet pada material padat lumpur.d. Unitone - HT sebagai High Temperature Filtrate Agent yang member ketahanan

    lumpur terhadap temperatur tinggi dan mengontrol fluid loss.

    e. Lime digunakan sebagai alkalinity control yang berfungsi untuk mengontrol

    alkalinitas OBM serta mengaktifkan emulsifier.

    f. Air berfungsi sebagai fasa terdispersi yang menghidrasi clay, memberikan suspensi

    terhadap weighting agent dan melarutkan CaCl2.

    g. Univis - OM digunakan sebagai viscofier yang berfungsi untuk meningkatkan

    viskositas OBM.

    h. CaCl2 merupakan aditif untuk salinity control yaitu meningkatkan salinitas OBM.

    i. Barite (BaSO4) merupakan weighting agent, berfungsi untuk menaikkan densitas

    OBM.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    20/22

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    21/22

  • 7/25/2019 [Laporan Modul IX Selasa 1 22215031]

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Amoco.1994. Drilling Fluids Manual.Amoco Corporation.

    2. Bourgoyne, Adam. 1986. Applied Drilling Engineering.Society of Petroleum

    Engineering.3. Heriot-Watt University. Drilling Engineering.

    4. Rubiandini, Rudi. Teknik Operasi Pemboran .