penuntun teknis penentuan kadaluwarsa

Post on 19-Oct-2015

116 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Dr. Arpah

TRANSCRIPT

  • PENUNTUN TEKNIS

    PENETAPAN KADALUWARSA PRODUK INDUSTRI KECIL

    PANGAN

    Oleh:

    Prof. Dr. Ir. Winiati Puji Rahayu, MS Dr. Ir. Arpah. Msi

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2003

  • Penuntun Teknis

    i

    DAFTAR ISI Halaman

    DAFTAR ISI.................................................................................................. i

    PETUNJUK PENGGUNAAN. iii

    TABEL PEMILIHAN METODA.. v

    I. PENDAHULUAN 1

    II. PENETAPAN KADALUWARSA DENGAN UJI SENSRORI. 3

    1. PARTIALLY STAGGERED DESIGN 3

    2. METODA ROSS (Ross, et al., 1985) 5

    3. JUST NOTICEABLE DIFFERENCE (JND) 7

    III. PENETAPAN KADALUWARSA DENGAN METODA

    KADAR AIR KRITIS 12

    1. CONTOH PENGGUNAAN PERSAMAAN LABUZA UNTUK

    MENGHITUNG UMUR SIMPAN 12

    2. CONTOH TRANSFORMASI UMUR SIMPAN MENJADI

    TANGGAL, BULAN DAN TAHUN KADALUWARSA 17

    IV. PEMBUATAN KURVA SORPSI ISOTHERMIS. 22

    V. PENERAPAN MODEL HEISS-EICHNER DAN RUDOLPH. 26

    1. PENERAPAN MODEL HEISS-EICHNER... 26

    2. PENERAPAN MODEL RUDOLPH. 28

    VI. PENETAPAN WAKTU KADALUWARSA

    DENGAN METODA ARRHENIUS. 35

    1. CONTOH PENETAPAN ORDO REAKSI.. 35

    2. CONTOH PERHITUNGAN WAKTU KADALUWARSA.. 44

    VII. PENENTUAN KADALUWARSA SARI BUAH DENGAN

    METODA ARRHENIUS.. 46

    VIII. CONTOH PENETAPAN KADALUWARSA

  • Penuntun Teknis

    ii

    DAGING DENGAN METODA ARRHENIUS. 57

    DAFTAR PUSTAKA 70

  • Penuntun Teknis

    ii

    PETUNJUK PENGGUNAAN

    1. Petunjuk penentuan waktu kadaluwarsa ini dapat diterapkan pada kelompok produk

    pangan berikut:

    A. KELOMPOK PRODUK KERING DAN GARING, SEPERTI:

    9 BISKUIT DAN KUE KERING (COOKIES) 9 KERUPUK 9 EMPING DAN KERIPIK 9 KACANG GORENGAN 9 BAWANG GORENG 9 SERBUK TEH 9 DAN SEBAGAINYA

    B. KELOMPOK PRODUK TEPUNG, PATI DAN BUBUK, SEPERTI:

    9 TEPUNG BERAS 9 TAPIOKA 9 KOPI BUBUK 9 TERIGU 9 BUMBU INSTAN, TEPUNG LADA DAN CABE 9 SAGON 9 BUBUK AGAR-AGAR 9 MINUMAN INSTAN BUBUK (STMJ)

    C. KELOMPOK PRODUK OLAHAN IKAN, DAGING DAN AYAM, SEPERTI:

    9 BASO URAT 9 BASO IKAN 9 OTAK-OTAK 9 SOSIS 9 NUGGET 9 FINGER STICK 9 TAHU

  • Penuntun Teknis

    iii

    D. SARI BUAH DAN SIROP

    9 SARI BUAH 9 SIROP

    E. SELAI, JAM DAN JELLY DAN KAYA

    9 SELAI BUAH (JAM) 9 SELAI KACANG 9 SELAI SRIKAYA

    F. DODOL, MANISAN BUAH DAN SALE PISANG

    G. ROTI-ROTIAN

    H. BOLU, LAPIS LEGIT, CAKE, BIKA AMBON DAN SERABI

    I. MAYONNAISE DAN SALAD DRESSING

    J. BUMBU MIE INSTAN

    2. Pilihlah metoda yang akan Saudara gunakan untuk menentukan waktu kadaluwarsa

    dari Tabel dibawah ini. Perhatikanlah bahwa terdapat 3 metoda penentuan

    kadaluwarsa, PILIH HANYA SALAH SATU DIANTARANYA. Kemudian pilihlah

    kriteria kadaluwarsa yang ingin Saudara gunakan dan jenis pengemas yang

    diterapkan.

    Misalkan: Produk kerupuk dengan kriteria kadaluwarsa ketengikan

    menggunakan Metoda Arrhenius.

    3. Berdasarkan pemilihan tersebut, lihatlah contoh penerapan metoda tersebut di

    dalam buku/diktat ini.

  • Penuntun Teknis

    iv

    4. Kemudian lakukan penentuan waktu kadaluwarsa seperti contoh tersebut, tentunya

    dengan menggunakan data perubahan kriteria produk yang telah diamati selama

    penyimpanan.

    5. Terakhir, lakukan transformasi dari umur simpan yang diperoleh menjadi TANGGAL,

    BULAN dan TAHUN KADALUWARSA

  • Penuntun Teknis

    v

    TABEL PEMILIHAN METODA SESUAI DENGAN KRITERIA KADALUWARSA

    JENIS UJI KADALUWARSA JENIS PRODUK

    KRITERIA SENSORI KAK* ARRHENIUS

    KEMASAN

    ----- 3 ----- Pl, Al, Krt/Kt ----- 3 ----- Klg

    Kadar air

    ----- 3 ----- Lmt 3 ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt 3 ----- 3 Klg

    Kekerasan

    3 ----- 3 Lmt 3 ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt 3 ----- 3 Klg

    KELOMPOK A PRODUK KERING DAN GARING

    Bau dan Ketengikan (objektif) 3 ----- 3 Lmt

    ----- 3 ----- Pl, Al, Krt/Kt ----- 3 ----- Kain

    Kadar air/ gumpalan

    ----- 3 ----- Lmt 3 ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt 3 ----- 3 Kain

    Perubahan bau, warna, gumpalan 3 ----- 3 Lmt

    3 ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt 3 ----- 3 Kain

    KELOMPOK B PRODUK TEPUNG, PATI DAN BUBUK

    Jamur

    3 ----- 3 Lmt, Krt/Kt ----- ----- 3 ----- ----- 3

    Total Mikroba

    ----- ----- 3

    Semua kemasan kecuali kaleng

    3 ----- 3 3 ----- 3

    Bau, warna, tekstur

    3 ----- 3

    Semua kemasan kecuali kaleng

    ----- ----- 3 ----- ----- 3

    KELOMPOK C PRODUK OLAHAN IKAN, DAGING, AYAM DAN TAHU

    Ketengikan (objektif)

    ----- ----- 3

    Semua kemasan kecuali kaleng

  • Penuntun Teknis

    vi

    JENIS UJI KADALUWARSA JENIS PRODUK

    KRITERIA SENSORI KAK* ARRHENIUS

    KEMASAN

    ----- ----- 3 Tetrapak ----- ----- 3 Pl, Al, Krt/ Kt.

    Klg, Lmt

    Kadar vitamin C

    ----- ----- 3 Btl ----- ----- 3 ----- ----- 3

    Pl, Al, Krt/ Kt. Klg, Lmt

    Tekanan oksigen

    ----- ----- 3 Btl 3 ----- ----- Tetrapak 3 ----- ----- Pl, Al, Krt/ Kt.

    Klg, Lmt

    KELOMPOK D SARI BUAH SIROP DAN MINUMAN RINGAN

    Warna, bau, rasa, kemanisan

    3 ----- ----- Btl ----- ----- 3 Btl jar-gelas ----- ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt

    Total kapang

    ----- ----- 3 Btl Jar-plastik 3 ----- ----- Btl jar-gelas 3 ----- ----- Pl, Al, Krt/Kt

    Rasa, bau, warna, konsistensi 3 ----- ----- Btl Jar-plastik

    ----- ----- 3 Btl jar-gelas ----- ----- 3 Pl, Al, Krt/Kt

    KELOMPOK E SELAI, JAM DAN JELLY

    Ketengikan

    ----- ----- 3 Btl Jar-plastik ----- ----- 3 ----- ----- 3

    Ketengikan

    ----- ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    Jamur/ Penampa kan

    3 ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- ----- 3 ----- -----

    KELOMPOK F DODOL, MANISAN BUAH DAN SALE PISANG

    Rasa, bau, tekstur

    3 ----- -----

    Pl, Al, Krt/Kt

  • Penuntun Teknis

    vii

    JENIS UJI KADALUWARSA JENIS PRODUK

    KRITERIA SENSORI KAK* ARRHENIUS

    KEMASAN

    3 ----- ----- 3 ----- -----

    Rasa, bau, tekstur, penampakan 3 ----- -----

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    Kekerasan (stalling/ retrogradasi) 3 ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    KELOMPOK G ROTI-ROTIAN

    Ketengikan

    3 ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 ----- -----

    Rasa, bau, tekstur, penampakan 3 ----- -----

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    Kekerasan (stalling/ retrogradasi) 3 ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    KELOMPOK H BOLU, LAPIS LEGIT, CAKE, BIKA AMBON DAN SERABI

    Ketengikan

    3 ----- 3

    Pl, Al, Krt/Kt

    ----- ----- 3 Btl, Pl, Al, Krt/Kt

    ----- ----- 3 Klg

    Ketengikan, total mikroba

    ----- ----- 3 Lmt, Kt/Krt 3 ----- 3 Btl, Pl, Al,

    Krt/Kt 3 ----- 3 Klg

    Konsistensi/ Stabilitas Emulsi

    3 ----- 3 Lmt, Kt/Krt 3 ----- ----- Btl, Pl, Al,

    Krt/Kt 3 ----- ----- Klg

    KELOMPOK I MAYONNAISE DAN SALAD DRESSING

    Rasa, bau. warna

    3 ----- ----- Lmt, Kt/Krt

  • Penuntun Teknis

    viii

    JENIS UJI KADALUWARSA JENIS PRODUK

    KRITERIA SENSORI KAK* ARRHENIUS

    KEMASAN

    3 ----- 3 3 ----- 3

    Ketengikan

    3 ----- 3

    Pl, Al, Lmt

    3 ----- ----- 3 ----- -----

    Rasa, bau, warna

    3 ----- -----

    Pl, Al, Lmt

    3 ----- 3 3 ----- 3

    KELOMPOK K BUMBU MIE INSTAN (MINYAK)

    Penampa kan kemasan 3 ----- 3

    Pl, Al, Lmt

    *KAK = Kadar Air Kritis

    Keterangan Pengemas:

    Pl = Plastik (film)

    Al = Aluminium foil

    Krt = Kertas

    Kt = Karton

    Lmt = Laminat

    Klg = Kaleng

    Btl = Botol

  • Penuntun Teknis

    1

    I. PENDAHULUAN

    Ketentuan umum dalam penetapan kadaluwarsa pangan diantaranya adalah:

    penyimpanan produk sampai terjadi atau mulai tampak adanya tanda-tanda perubahan

    ke arah deteriorasi (kerusakan), pengambilan contoh dengan interval waktu tertentu

    selama penyimpanan, analisa perubahan yang terjadi terhadap kriteria kadaluwarsa,

    tabulasi dan analisa data, pengolahan dan transformasi data dan terakhir penetapan

    waktu kadaluwarsa. OTA (office of technology assessment, 1979), mensyaratkan

    beberapa hal dalam penetapan waktu kadaluwarsa pangan diantaranya adalah

    pemilihan kriteria kadaluwarsa yang jelas dan mewakili perubahan yang sesungguhnya

    terjadi selama penyimpanan, penerapan metoda analisa terhadap kriteria kadaluwarsa

    yang akurat dan sesuai dengan prinsip-prinsip statistika, adanya batas maksimal dari

    kriteria kadaluwarsa yang dinyatakan sebagai titik terjadinya kadaluwarsa dan

    transformasi data dari tempat penyimpanan ke kondisi distribusi yang sesungguhnya.

    A. PENYIMPANAN CONTOH Terdapat dua cara penyimpanan yang digunakan untuk menetapkan kadaluwarsa

    pangan yaitu:

    1. Penyimpanan dengan pengkondisian yang dapat mempercepat terjadinya

    kadaluwarsa pada produk, disebut ASLT (Accelerated shelf life testing) atau disebut

    juga penyimpanan ASS (Accelerated storage studies)

    2. Penyimpanan tanpa pengkondisian atau penyimpanan pada kondisi biasa sehari-

    hari disebut ESS (Extended storage studies).

    1. Penyimpanan dengan ASLT Penyimpanan ini diterapkan melalui penyimpanan produk pada 3 temperatur yang

    berbeda kemudian dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi. Namun

    demikian, jika diterapkan pada metoda kadar air kritis (KAK) maka dapat dilakukan pada

    hanya satu temperatur saja karena hubungan temperatur dengan tekanan uap air jenuh

    dapat diperoleh dari tabel uap.

  • Penuntun Teknis

    2

    Selang temperatur yang digunakan pada metoda ASLT tergantung pada produknya.

    Secara umum pembagiannya adalah sebagai berikut: digunakan suhu antara 15oC

    sampai 45 oC untuk produk yang akan disimpan (dan diedarkan) pada suhu ruang,

    antara -5oC sampai dengan 15 oC untuk produk yang akan disimpan pada kulkas/ruang

    pendingin dan antara - 20 oC sampai dengan 5 oC untuk produk beku.

    2. Penyimpanan dengan ESS Penyimpanan dengan metoda ESS dilakukan dengan cara membiarkan produk pada

    kondisi biasa sehari-hari, kemudian dilakukan pengamatan dan analisa terhadap

    perubahan yang terjadi. Penyimpanan ESS tidak dapat diterapkan pada produk yang

    dikemas untuk tujuan pengawetan yang cukup lama seperti pengemasan secara

    hermitis dalam kaleng karena akan membutuhkan pengamatan yang sangat banyak dan

    memakan waktu lama, sehingga menjadi tidak efisien.

    B. INTERVAL WAKTU PENGAMBILAN CONTOH Interval waktu pengambilan contoh untuk ASLT dan ESS berbeda. Untuk ASLT,

    secara umum digunakan interval setiap 3 5 hari untuk penyimpanan pada 45oC, 7 10 hari untuk penyimpanan pada 35oC dan 14 20 hari untuk penyimpanan pada 25 oC

    atau lebih rendah. Untuk produk tertentu (yang tidak terkemas), interval pengambilan

    contoh dapat sangat singkat karena perubahan yang terjadi sangat cepat seperti

    misalnya pembentukan lendir pada daging segar yang dapat terjadi hanya dalam

    selang beberapa jam. Namun demikian yang penting dalam hal ini adalah bahwa

    hampir semua kerusakan yang terjadi berlangsung lebih cepat pada temperatur yang

    lebih besar, sehingga makin tinggi suhu penyimpanan semakin pendek interval

    pengambilan contoh. Pengecualian bagaimanapun selalu ada dalam segala hal, dalam

    hal ini pun ada pengecualian terhadap beberapa jenis produk fermentasi seperti

    dendeng, sosis kering (salami) dan terasi, kerusakan pada produk ini justru akan

    berlangsung lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah. Pada metoda ESS interval

    waktu pengambilan contoh dapat mencapai satu bulan.

    Penetapan besarnya jarak atau interval waktu pengambilan contoh bukanlah hal yang

    dapat mempengaruhi hasil perhitungan kadaluwarsa, namun dilakukan untuk

  • Penuntun Teknis

    3

    memudahkan administrasi dan disain percobaan serta agar perubahan kerusakan yang

    terjadi dapat digambarkan dan disajikan melalui suatu kurva dengan demikian

    perubahan tersebut dapat diikuti dengan baik. Hal ini akan sangat membantu proses

    penetapan waktu kadaluwarsa, karena melalui penggambaran pada kurva tersebut

    dapat terlihat titik dimana produk memasuki tahap-tahap akhir kadaluwarsanya.

    Penganalisaan secara serentak terhadap satu set contoh yang ditarik pun dapat

    dilakukan apabila ada data mengenai kapan persisnya (tanggal) produk tersebut

    dikemas atau diproduksi, bahkan terhadap produk yang telah beredar sekalipun,

    selama (yang penting) hasil analisa nantinya secara jelas dapat menunjukkan adanya

    perubahan terhadap kriteria kadaluwarsa yang diamati terhadap waktu sejak diproduksi.

    Jadi, interval pengambilan contoh dapat disesuaikan dengan desain percobaan yang

    diterapkan.

    C. PERUBAHAN (KRITERIA KADALUWARSA) SELAMA PENYIMPANAN Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai kriteria kadaluwarsa adalah: 1). kriteria

    kadaluwarsa dipilih dari salah satu dari perubahan yang dianggap paling sesuai dari

    empat kategori perubahan yang mungkin terjadi pada produk, yaitu: perubahan

    mikrobiologi, kimia, fisik dan organoleptik. 2). perubahan tersebut dapat dianalisa dan

    dikuantifikasi sehingga dapat diketahui kuantitas awal, kuantitas pada setiap tahap

    analisa berdasarkan interval pengambilan contoh dan kuantitas pada saat kadaluwarsa

    (batas kadaluwarsa).

    Hal lain yang juga penting adalah kecenderungan perubahannya selama penyimpanan

    antara lain kecepatan perubahannya, bentuk perubahannya misalnya apakah liniar

    terhadap waktu ataukah cenderung berbentuk kurva. Secara umum kriteria perubahan

    berdasarkan mikrobiologi seperti pertumbuhan mikroba lebih cepat dari perubahan

    karena reaksi kimia seperti ketengikan, disamping itu perbedaan kecepatan

    perubahannya pun pada suhu yang berbeda juga agak berbeda. Hal-hal seperti ini patut

    diperhatikan dalam menentukan interval penarikan contoh. Pada Gambar 1

  • Penuntun Teknis

    4

    diperlihatkan contoh grafik perubahan intensitas kriteria kadaluwarsa yang berbentuk

    kurva (pertumbuhan mikroba) dan liniar (reaksi ketengikan).

    Gambar 1. Grafik perubahan intensitas kriteria kadaluwarsa terhadap waktu penyimpanan (A) :kurva (pertumbuhan mikroba) dan (B) : liniar (reaksi ketengikan).

    Pada penyimpanan yang cukup lama, dimana intensitas perubahan relatif kecil

    terhadap waktu biasanya diterapkan beberapa teknik tertentu untuk menduga interval

    pengambilan contoh misalnya dengan mencari nilai Q10, dengan menggunakan

    diagram, berdasarkan laju reaksi atau laju pertumbuhan mikroba dan sebagainya.

    Namun hal-hal seperti ini tidak sesuai diterapkan pada industri kecil pangan karena

    berbagai faktor seperti : waktu kadaluwarsa produk industri kecil pangan biasanya sama

    dengan atau kurang dari satu tahun, perubahan biasanya tidak terlalu kompleks dan

    dapat teramati dengan dengan baik oleh panca indra, perubahan berlangsung cukup

    cepat karena teknik pengemasan yang masih sederhana.

  • Penuntun Teknis

    5

    II. PENETAPAN KADALUWARSA DENGAN UJI SENSRORI

    Berikut ini diberikan 3 contoh penetapan waktu kadaluwarsa dengan metoda

    organoleptik atau uji sensori yang dapat diterapkan pada kelompok produk seperti yang

    telah diperlihatkan pada Tabel (lihat Petunjuk Penggunaan hal i) , yaitu:

    1. Pentahapan Berjenjang (partially staggered design)

    2. Metoda Ross

    3. Metoda JND (just noticeable difference)

    1. PENTAHAPAN BERJENJANG (PARTIALLY STAGGERED DESIGN) Metoda analisa yang digunakan adalah menyerupai uji skor (atau uji skala) dengan

    skor 1 sampai dengan 7 yang dikembangkan oleh Gacula dan Kubala (1975) di Armour

    Food Research Laboratory, Oak, Ilinois, dimana pemberian skor dilakukan setelah

    membandingkan contoh dengan standar. Skor ini dijabarkan sebagai berikut:

    Tabel 1. Skor uji tahapan berjenjang untuk penetapan kadaluwarsa (partially staggered design)

    Skor Deskripsi skor Keterangan 1 tidak ada

    sama sekali (none)

    Tidak ada sedikitpun perbedaan dengan standar yang masih segar atau sama sekali tidak terdapat adanya tanda-tanda kadaluwarsa

    2 sangat sedikit (very slight)

    Sangat sedikit adanya tanda-tanda kadaluwarsa

    3 sedikit (slight)

    Sedikit ada tanda-tanda kadaluwarsa

    4 cukup (moderate)

    Cukup terdeteksi (terasa/terlihat/tercium) adanya tanda-tanda kadaluwarsa

    5 cukup kuat (moderately

    strong)

    Cukup kuat terdeteksi adanya tanda-tanda kadaluwarsa

    6 kuat (strong)

    Terdeteksi dengan kuat dan jelas adanya tanda-tanda kadaluwarsa

    7 sangat kuat (very strong)

    Sangat kuat terdeteksi adanya tanda-tanda kadaluwarsa

  • Penuntun Teknis

    6

    Dapat juga diterapkan dalam bentuk skala, maka skala tersebut akan terlihat sebagai

    berikut:

    Gambar 2. Skala perubahan intensitas kriteria kadaluwarsa

    Metoda ini dapat diterapkan untuk penyimpanan ASLT (ASS) maupun ESS. Jika

    digunakan pendekatan ASS atau ASLT, maka produk disimpan pada 3 temperatur yang

    berbeda, sedangkan untuk ESS maka produk disimpan pada suhu ruang.

    Panelis yang digunakan dapat panelis terlatih maupun panel konsumen. Jika digunakan

    panelis terlatih maka dibutuhkan sekitar 5 sampai 8 panelis, sedangkan jika digunakan

    panel konsumen, maka digunakan minimal 45 panel konsumen. Panelis diminta

    memberikan skor sesuai perbedaan yang dirasakan antara produk yang telah disimpan

    dengan produk standar yang baru diproduksi.

    Dengan mengambil nilai skor tertentu (misalnya 2.5) sebagai batas kadaluwarsa (cut-off level), maka waktu kadaluwarsa produk yang dianalisa dapat ditentukan dari grafik

    hubungan rata-rata skor dengan waktu.

    Dalam hal ini pertama-tama akan diberikan contoh yang telah dikembangkan oleh

    Gacula dan Kubala (1975), kemudian akan diberikan beberapa modifikasi berdasarkan

    yang pernah dilakukan dan ditemukan dalam literature. Modifikasi diterapkan utamanya

    terhadap interval pengambilan contoh dan dalam hal penggunaan standar dan pelatihan

    panelis.

    1. Kumpulkan contoh yang akan dianalisa, contoh yang dikumpulkan ini haruslah

    berbeda saat diproduksinya, dan dibagi menjadi beberapa periode. Dalam hal ini

    (khusus untuk teladan ini), haruslah terdapat pula contoh produk yang telah

  • Penuntun Teknis

    7

    kadaluwarsa. Jika tidak memungkinkan ditariknya contoh yang telah

    kadaluwarsa (tersedianya contoh yang telah kadaluwarsa) maka gunakan

    teladan yang telah dimodifikasi yang akan diperlihatkan pada teladan

    selanjutnya.

    2. Siapkan contoh yang terdiri dari 2 contoh yang sama (duplo) dan 1 standar,

    dimana standar yang digunakan adalah produk yang segar (baru diproduksi),

    sehingga dengan demikian dalam masing-masing satu nampan (tray) akan

    terdapat 3 contoh.

    3. Dua contoh yang sama (duplo) diberikan penomoran berdasarkan sistem 3

    angka dengan nomor yang berbeda, sedangkan standar dilabel sebagai standar.

    4. Jika digunakan kriteria kadaluwarsa perubahan flavor karena ketengikan, maka

    bentuk form pengujian akan terlihat sebagai berikut:

    Format : uji skor kadaluwarsa Tanggal:

    Nama :

    Petunjuk : Setelah mencicipi sampel berikut, berikanlah skor 1 jika flavor

    masih sangat segar dan persis sama dengan standar (tidak ada

    sama sekali tanda-tanda ketengikan) dan skor 7 jika off-flavor

    ketengikan sudah sangat kuat.

    Kode Sampel

    236 568

    Petunjuk skor Deskripsi skor

    1 tidak ada sama sekali (none) 2 sangat sedikit (very slight) 3 Sedikit (slight) 4 Cukup (moderate) 5 cukup kuat(moderately strong) 6 Kuat (strong) 7 sangat kuat (very strong)

  • Penuntun Teknis

    8

    5. Lakukan pengujian terhadap contoh secara bersamaan atas tiap periode,

    dengan menggunakan 6 orang panelis yang diminta memberikan skor seperti

    yang diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Jika memungkinkan maka dapat

    dilakukan pengujian terhadap lebih dari satu periode pada hari yang sama.

    6. Rata-ratakan hasil pengujian dari ke 6 orang panelis kemudian ditabulasi

    disertai waktu pada saat produk tersebut diproduksi, seperti diperlihatkan pada

    Tabel 4.

    Analisa regresi kemudian diterapkan menggunakan kolom (2) dan kolom (5) dari Tabel

    4, dimana sumbu X adalah hari setelah diproduksi dan sumbu Y adalah rata-rata skor

    total keseluruhan (grand mean). Hasil analisa regresi memberikan persamaan sebagai

    berikut:

    Tabel 2. Hasil pengujian dari 6 orang panelis (ulangan 1, dari sampel duplo)

    Panelis Periode Pengujian 1 2 3 4 5 6

    Rataan (Ulangan 1)

    Periode 0 .. .. .. .. .. .. 2.0 Periode I .. .. .. .. .. .. 1.8 Periode II .. .. .. .. .. .. 2.6 Periode III .. .. .. .. .. .. 2.2 Periode IV .. .. .. .. .. .. 2.0 Periode V .. .. .. .. .. .. 2.8 Periode VI .. .. .. .. .. .. 2.2

    Tabel 3. Hasil pengujian dari 6 orang panelis (ulangan 2, dari sampel duplo)

    Panelis Periode Pengujian 1 2 3 4 5 6

    Rataan (Ulangan 2)

    Periode 0 .. .. .. .. .. .. 1.4 Periode I .. .. .. .. .. .. 1.8 Periode II .. .. .. .. .. .. 2.2 Periode III .. .. .. .. .. .. 2.0 Periode IV .. .. .. .. .. .. 2.8 Periode V .. .. .. .. .. .. 2.2 Periode VI .. .. .. .. .. .. 3.4

  • Penuntun Teknis

    9

    Tabel 4. Data grand mean dari contoh penerapan partially staggered design

    Periode

    Pengujian Hari sejak diproduksi

    Rata-rata skor panelis tiap ulangan (1 dan 2)

    Rata-rata (grand mean)

    (1) (2) (3) (4) (5) 0 I II III IV V VI

    28 36 43 49 56 63 70

    2.0 1.8 2.6 2.2 2.0 2.8 2.8

    1.4 1.8 2.2 2.0 2.8 2.2 3.4

    1.7 1.8 2.4 2.1 2.4 2.5 3.1

    Sumber: Gacula dan Kubala (1975).

    Y = 0.85 + 0.0292 X

    Dengan memasukkan nilai Y sebesar 2.5 sebagai skor batas kadaluwarsa (cut-off)

    untuk pembentukan off-flavor, maka diperoleh nilai rata-rata X = 56.6 hari. Artinya,

    bahwa dibutuhkan waktu sebanyak 57 hari bagi produk untuk mulai dikenalinya

    pembentukan off-flavor (bau dan rasa yang menyimpang) bagi panelis. Grafik hasil

    regresi diperlihatkan pada Gambar 2.

  • Penuntun Teknis

    10

    Gambar 2. Penggunaan analisa regresi pada partially staggered design

    2. PENTAHAPAN BERJENJANG DENGAN MODIFIKASI Modifikasi 1: Modifikasi yang dilakukan adalah dengan memproduksi sampel secara bersamaan

    kemudian dilakukan penyimpanan. Penarikan contoh kemudian dilakukan berdasarkan

    interval tertentu. Jika interval waktu pengambilan contoh adalah 12 hari, maka pengujian

    dilakukan setiap 12 hari, dengan demikian tidak ada pengujian yang dilakukan terhadap

    2 periode sekaligus pada hari yang sama. Sehingga Tabel 2 dan Tabel 3 akan terlihat

    sebagai berikut (Tabel 5):

  • Penuntun Teknis

    11

    Tabel 5. Hasil pengujian dari 6 orang panelis (ulangan 1, dari sampel duplo)

    Panelis Waktu Pengujian 1 2 3 4 5 6

    Rataan (Ulangan 1)

    Hari ke 0 (Periode 0)

    .. .. .. .. .. .. 1.4

    Hari ke 12 (Periode I)

    .. .. .. .. .. .. 1.8

    Hari ke 24 (Periode II)

    .. .. .. .. .. .. 2.2

    Hari ke 36 (Periode III)

    .. .. .. .. .. .. 2.0

    Hari ke 48 (Periode IV)

    .. .. .. .. .. .. 2.8

    Hari ke 60 (Periode V)

    .. .. .. .. .. .. 2.2

    Hari ke 72 (Periode VI)

    .. .. .. .. .. .. 3.4

    Dalam hal ini dilakukan 2 ulangan pengujian (duplo), sehingga akan diperoleh data

    ulangan ke 2 seperti terlihat pada Tabel 6. Dengan demikian rataan akhir (grand

    mean) akan tampak seperti diperlihatkan pada Tabel 7.

    Tabel 6. Hasil pengujian dari 6 orang panelis (ulangan 2, dari sampel duplo)

    Panelis Waktu Pengujian 1 2 3 4 5 6

    Rataan (Ulangan 1)

    Hari ke 0 (Periode 0)

    .. .. .. .. .. .. 1.7

    Hari ke 12 (Periode I)

    .. .. .. .. .. .. 1.8

    Hari ke 24 (Periode II)

    .. .. .. .. .. .. 2.4

    Hari ke 36 (Periode III)

    .. .. .. .. .. .. 2.1

    Hari ke 48 (Periode IV)

    .. .. .. .. .. .. 2.4

    Hari ke 60 (Periode V)

    .. .. .. .. .. .. 2.5

    Hari ke 72 (Periode VI)

    .. .. .. .. .. .. 3.1

  • Penuntun Teknis

    12

    Tabel 7. Data grand mean dari contoh penerapan partially staggered design

    Periode Pengujian

    Hari sejak diproduksi

    Rata-rata skor panelis tiap ulangan (1 dan 2)

    Rata-rata (grand mean)

    (1) (2) (3) (4) (5) 0 I II III IV V VI

    0 12 24 36 48 60 72

    2.0 1.8 2.6 2.2 2.0 2.8 2.8

    1.4 1.8 2.2 2.0 2.8 2.2 3.4

    1.7 1.8 2.4 2.1 2.4 2.5 3.1

    Analisa regresi kemudian diterapkan menggunakan kolom (2) dan kolom (5), dimana

    sumbu X adalah hari setelah diproduksi dan sumbu Y adalah rata-rata skor total

    keseluruhan (grand mean). Hasil analisa regresi memberikan persamaan sebagai

    berikut:

    Y = 1.69 + 0.0167X

    Dengan memasukkan nilai Y sebesar 2.5 sebagai skor batas kadaluwarsa (cut-off)

    untuk pembentukan off-flavor, maka diperoleh nilai rata-rata X = 50 hari. Artinya, bahwa

    dibutuhkan waktu sebanyak 50 hari bagi produk untuk mulai dikenalinya pembentukan

    off-flavor (bau dan rasa yang menyimpang) bagi panelis. Grafik hasil regresi

    diperlihatkan pada Gambar 3.

    y = 0.0167x + 1.6857R2 = 0.8305

    00,5

    11,5

    22,5

    33,5

    0 20 40 60 80

    Penyimpanan (Hari)

    Rat

    aan

    Skor

    Gambar 3. Penggunaan analisa regresi pada partially staggered design

    (modifikasi 1).

  • Penuntun Teknis

    13

    Adanya variasi nilai antara 50 dan 57 hari dalam hal ini disebabkan oleh karena pada

    cara ini (modifikasi 1), skor tersebut sebenarnya tidak benar-benar dianalisa pada hari

    seperti yang ditunjukan oleh interval waktu pengambilan contoh.

    Modifikasi 2: Pelatihan Panelis Sebaiknya, jika digunakan panelis terlatih maka panelis dilatih terlebih dahulu untuk

    mngenali kriteria kadaluwarsa misalnya jika kriterianya adalah perubahan flavor dengan

    batas kadaluwarsa adalah timbulnya flavor tengik dengan intensitas yang cukup. Maka

    panelis sebaiknya dilatih mengenali flavor produk yang sudah tengik yang dianggap

    kadaluwarsa tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenalkan panelis dengan

    asam lemak standar yang memberikan berbau tengik. Setelah itu barulah panelis

    diminta untuk mengenali flavor kadaluwarsa tersebut pada produk.

    Modifikasi 3: Modifikasi yang juga banyak diterapkan di dalam literatur adalah penyimpanan sampel

    yang ditarik pada suhu beku (-32oC) sebelum dianalisa secara bersamaan. Hal ini

    khususnya diterapkan pada pola modifikasi 1 dan dilakukan sebagai berikut: Sampel

    periode ke 1, ditarik pada hari ke 12 kemudian dibekukan pada suhu beku (-32oC),

    selanjutnya sample periode ke 2 ditarik pada hari ke 24 dan kembali dibekukan pada

    suhu beku (-32oC), demikian seterusnya sehingga keseluruhan sampel habis dan telah

    terambil semuanya. Setelah itu sampel di thawing dan diekuilibrasi selama beberapa

    jam sampai mencapai suhu ruang, lalu dilakukan penguijian. Bagaimana pun hal ini

    tidak dianjurkan untuk diterapkan pada semua jenis produk pangan dan hanya

    memungkinkan pada produk tertentu saja. Misalnya penentuan kadaluwarsa karena

    perubahan warna.

    2. METODA ROSS (Ross, et al., 1985). Percobaan Ross et al. (1985), termasuk dalam metoda ESS, oleh karena itu

    memerlukan waktu yang lama. Meskipun demikian, jika diterapkan pada produk yang

    pengemasnya bukan tipe kaleng, maka interval sampling dapat dipercepat. Ross

    (1985) melakukan analisis waktu kadaluwarsa terhadap 52 jenis ransum militer, yang

  • Penuntun Teknis

    14

    meliputi snack, berbagai jenis minuman, makanan utama, daging, berbagai jenis desert,

    buah-buahan maupun sayuran dalam kaleng.

    Produk ransum militer disimpan pada suhu 4, 21, 30 dan 38oC, kemudian dilakukan

    sampling berdasarkan interval waktu seperti pada Tabel 8.

    Tabel 8. Suhu dan interval sampling yang diterapkan Ross et al. (1985)

    Suhu

    (oC)

    Waktu pengambilan contoh (bulan)

    4 0 - 12 - - 30 36 48 60 108 - -

    21 0 - 12 18 24 30 36 48 60 - - 120

    30 0 6 12 18 24 30 36 - - - - -

    38 0 6 12 18 24 - - - - 115 -

    Prosedur:

    1. Pengujian dilakukan pada suhu kamar oleh 36 panelis tidak terlatih yang dipilih

    secara acak dari sukarelawan militer maupun sipil, atau modifikasi dapat

    dilakukan dengan menggunakan 5 8 panel terlatih

    2. Panelis diminta memberi skor hedonik antara 1 (tidak suka) sampai 9 (sangat

    suka), (jika panelis melakukan uji tanpa diberi standar) atau skor hedonik 1 (sama

    dengan standar) sampai 9 (sangat berbeda dengan standar) jika digunakan

    standar

    3. Batas kadaluwarsa ditetapkan pada skor rata-rata 5

    4. Penyajian data dilakukan dengan menghitung rata-rata skor, seperti pada contoh

    1 (partially staggered design) yang kemudian dihubungkan dengan waktu

    kadaluwarsa menggunakan garis regresi.

    Modifikasi yang dilakukan terhadap Metoda Ross yang terpenting adalah dalam hal

    interval sampling dan suhu penyimpanan, antara lain:

    1. Temperatur yang digunakan diubah sehingga menyerupai temperatur pada

    metoda ASLT, dengan demikian hasil yang diperoleh diperlakukan sebagai data

    ASLT. Misalnya jika digunakan temperatur 25, 35 dan 45 oC, dengan interval

  • Penuntun Teknis

    15

    pengambilan sampel masing-masing adalah 5, 10 dan 15 hari, maka bentuk

    tabulasi data Tabel 8 akan sama dengan Tabel 9 berikut:

    Tabel 8. Suhu dan interval sampling modifikasi metoda Ross et al.

    Suhu

    ((oC)

    Waktu pengambilan contoh (Hari)

    25 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

    35 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

    45 0 15 30 45 60 75 90 105 120 135

    2. Penggunaan panelis terlatih sejumlah 6 panelis dan setiap sampel dilakukan

    pengujian secara duplo akan memberikan gambaran perolehan data sebagai

    berikut:

    Tabel 9. Hasil pengujian dari 6 orang panelis dari sampel yang disimpan pada suhu 25oC

    (ulangan 1, dari sampel duplo) Panelis Waktu

    Pengujian 1 2 3 4 5 6 Rataan

    (Ulangan 1) Hari ke 0 (Periode 0)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 5 (Periode I)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 10 (Periode II)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 15 (Periode III)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 20 (Periode IV)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 25 (Periode V)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 30 (Periode VI)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 35 (Periode VII)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 40 (Periode VIII)

    .. .. .. .. .. ..

    Hari ke 45 (Periode IX)

    .. .. .. .. .. ..

  • Penuntun Teknis

    16

    3. Oleh karena terdapat 3 temperatur penyimpanan dan tiap pengujian adalah

    duplo, maka akan diperoleh 6 buah tabel yang menyerupai Tabel 9.

    4. Sehingga akhirnya akan diperoleh 3 grand mean, masing-masing untuk

    temperatur 25, 35 dan 45 oC.

    Tabel 10. Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 25 oC

    Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 25 oC Periode

    Pengujian Hari sejak diproduksi

    Rata-rata skor panelis tiap ulangan (1 dan 2)

    Rata-rata (grand mean)

    (1) (2) (3) (4) (5) I II III

    .. .. IX

    Tabel 11. Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 35 oC

    Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 35 oC Periode

    Pengujian Hari sejak diproduksi

    Rata-rata skor panelis tiap ulangan (1 dan 2)

    Rata-rata (grand mean)

    (1) (2) (3) (4) (5) I II III

    .. .. IX

    Tabel 12. Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 45 oC

    Tabulasi data hasil skor pada penyimpanan 45 oC Periode

    Pengujian Hari sejak diproduksi

    Rata-rata skor panelis tiap ulangan (1 dan 2)

    Rata-rata (grand mean)

    (1) (2) (3) (4) (5) I II III

    .. .. IX

  • Penuntun Teknis

    17

    BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:

    PENGGUNAAN UJI ORGANOLEPTIK UNTUK METODA ASLT DAPAT

    MENYEBABKAN JUMLAH SAMPEL MENINGKAT BEBERAPA KALI LIPAT

    JIKA MEMUNGKINKAN MAKA SAMPEL DAPAT DIBEKUKAN DAN

    DILAKUKAN PENGUJIAN SECARA BERSAMAAN

    JIKA TIDAK MEMUNGKINKAN UNTUK DIBEKUKAN MAKA GUNAKAN UJI

    OBJEKTIF DENGAN BANTUAN PERSAMAAN ARHENIUS

    SAMPEL HARUS SELALU MEMPUNYAI SUHU YANG SAMA DENGAN

    SUHU RUANG PADA SAAT DICICIP, SEHINGGA HARUS DI THAWING

    DAN DIEKUILIBRIUMKAN BEBERAPA JAM SEBELUM PENGUJIAN

    5. Format pengujian menggunakan format pengujian uji skor dengan skor 1 sampai

    dengan 9, perhatikan temperatur penyimpanan dari mana sample tersebut

    ditarik, hal ini harus diberi label secara terpisah, misalnya label pada nampan

    yang digunakan.

    Format : uji skor kadaluwarsa Tanggal:

    Nama :

    Petunjuk : Setelah mencicipi sampel berikut, berikanlah skor 1 jika amat

    sangat suka dan skor 9 jika amat sangat tidak suka.

    Suhu: 25oC

    Kode Sampel

    236 568

    Suhu: 35oC

    Kode Sampel

    158 458

  • Penuntun Teknis

    18

    Suhu: 45oC

    Kode Sampel

    257 548

    Analisa regresi kemudian diterapkan menggunakan kolom (2) dan kolom (5) dari Tabel

    10, 11 dan 12, dimana sumbu X adalah hari setelah diproduksi dan sumbu Y adalah

    rata-rata skor total keseluruhan (grand mean). Hasil analisa regresi memberikan

    persamaan sebagai berikut:

    Suhu: 25oC Y1 = a + b X1

    Suhu: 35oC Y2 = a + b X2

    Suhu: 45oC Y3 = a + b X3

    Dengan memasukkan nilai Y sebesar 5 sebagai skor batas kadaluwarsa (cut-off),

    maka diperoleh nilai rata-rata X = sebagai waktu kadaluwarsa pada tiap-tiap temperatur

    tersebut. Grafik hasil regresi akan menyerupai Gambar 4.

    Suhu Persamaan Skor

    kadaluwarsa

    Waktu

    Kadaluwarsa

    (Hari)

    Suhu: 25oC Y1 = a + b X1 Y = 5 .

    Suhu: 35oC Y2 = a + b X2 Y = 5

    Suhu: 45oC Y3 = a + b X3 Y = 5

  • Penuntun Teknis

    19

    0

    2

    4

    6

    8

    0 20 40 60 80

    Penyimpanan (Hari)

    Rat

    aan

    Skor

    Gambar 3. Penggunaan analisa regresi pada modifikasi metoda Ross

    Metoda Ross juga dapat digunakan pada satu suhu saja (ESS), hal ini akan

    memberikan hasil yang hampir sama dengan metoda pentahapan berjenjang

    sebelumnya, kecuali bahwa pada metoda Ross digunakan skor dengan interval 1

    sampai dengan 9.

    3. UJI JND (JUST NOTICEABLE DIFFERENCE) PADA PENETAPAN HQL (HIGH QUALITY LIFE)

    Produk yang ditentukan waktu kadaluwarsanya menggunakan metoda ini biasanya

    dinyatakan sebagai HQL (High quality life) di dalam literatur. Hal ini dilakukan untuk

    membedakannya dengan hasil dari metoda-metoda lainnya, HQL memberikan waktu

    kadaluwarsa yang relatif sangat singkat. HQL didefenisikan sebagai waktu dari sejak

    selesai diproduksi hingga dirasakan (dideteksi secara sensori) adanya perubahan-

    perubahan yang menyimpang. Pengertian ini sedikit berbeda dengan istilah PSL

    (Practical shelf life) yang didefenisikan sebagai lamanya suatu produk dapat disimpan

    dimana mutu organoleptiknya tetap dapat dipertahankan untuk dapat dikonsumsi atau

    digunakan sebagaimana yang seharusnya. Menurut Singh (1994) istilah HQL

    digunakan khusus untuk produk beku.

    25oC

  • Penuntun Teknis

    20

    Perbedaan lainnya, HQL ditentukan menggunakan panelis terlatih sedangkan PSL

    menggunakan panel konsumen (Cardelli dan Labuza 2001). Hasil penentuan PSL

    akan selalu lebih besar dari nilai HQL jika diterapkan pada produk yang sama

    (Robertson 1993), sehingga rasio dari PSL: HQL digunakan sebagai ukuran

    akseptabilitas dan daya awet produk pangan. Rasio PSL: HQL disebut acceptability

    factor dan mempunyai kisaran nilai sekitar 2 : 1 hingga 6 : 1 (Robertson 1993).

    Prosedur: Penentuan HQL dilakukan menggunakan uji organoleptik khususnya uji pembeda,

    dimana batas kadaluwarsanya dilakukan melalui penentuan titik Just Noticeable

    Difference (JND) atau biasa juga disebut First Noticeable Difference. JND adalah titik

    (waktu) dimana suatu perbedaan mutu dapat dideteksi oleh panelis terlatih (Van Arsdel

    1969). Perbedaan mutu yang dimaksud adalah perbedaan mutu secara umum

    (Singh 1994), akan tetapi menurut Symons (1994) perbedaan mutu yang dideteksi

    biasanya adalah faktor mutu yang termasuk termolabil (sensitif terhadap fluktuasi

    temperatur) seperti: perubahan warna, perubahan flavor, perubahan tekstur

    (pengerasan) dan ketengikan.

    Menurut Symons (1994) selain JND juga dapat digunakan uji pembeda lainnya seperti

    uji segitiga atau duo-trio untuk mendapatkan nilai HQL, dimana panelis terlatih diminta

    membedakan antara contoh dengan standar. uji skor juga pernah diterapkan untuk

    menetapkan titik JND, sehingga perbedaan antara HQL dan PSL tidak terlalu jelas,

    sebagai contoh Dalholf dan Jul (1965) menggunakan uji skor antara 5 (sangat tidak

    suka), 0 (netral) dan 5 (sangat suka) untuk penetapan HQL, kemudian penurunan nilai

    skor dari netral (0) sebesar satu unit ditetapkan sebagai JND atau titik kadaluwarsa.

    Literatur yang terbaru menyatakan bahwa HQL menggunakan panelis terlatih

    sedangkan PSL menggunakan panel konsumen (Cardelli dan Labuza, 2001). Dewasa

    ini uji JND agak jarang digunakan untuk menetapkan kadaluwarsa akan tetapi lebih

    banyak digunakan untuk menentukan ambang batas, hal ini kemungkinan disebabkan

    karena sukar mendesain teknik pengambilan dan pengelolaan sampel yang rasional.

  • Penuntun Teknis

    21

    Lagi pula, berbeda dengan metoda sebelumnya, jumlah panelis yang digunakan pada

    uji ini disarankan lebih banyak. Jika digunakan panel terlatih (HQL), maka jumlah

    panelis terlatih sebaiknya lebih besar 20, sedangkan jika digunakan panel konsumen

    (PSL), maka sebaiknya jumlah panelis lebih besar atau sama dengan 70. Hal ini untuk

    memberikan keyakinan yang tinggi secara statistik pada keputusan yang diambil.

    Bagaimanapun uji sagitiga masih sering dianjurkan di dalam beberapa pustaka.

    Penerapan HQL maupun PSL dapat dilakukan dengan pendekatan ASS atau ASLT

    maupun ESS. Akan tetapi mengingat kompleksitas yang mungkin terjadi jika

    digunakan metoda ASLT (jumlah sampel menjadi sangat banyak sehingga sukar

    dikelola), maka sebaiknya diterapkan pada penyimpanan ESS. Berikut ini diberikan

    contoh penetapan HQL dengan uji segi tiga.

    Sampel yang disimpan (pada 3 temperatur berbeda jika penyimpanan ASLT).

    selanjutnya disampling pada interval pengambilan contoh yang telah ditentukan.

    Sampel kemudian disajikan kepada panelis sesuai prosedur penyajian uji segitiga, yaitu

    dua sampel yang sama dan satu sampel yang berbeda. Dua sampel yang sama adalah

    sampel yang telah disimpan, sedangkan sampel yang berbeda adalah sampel standar

    yang masih baru dan segar. Panelis diminta membedakan mana yang sampel berbeda.

    Jika diterapkan pada penyimpanan ESS, maka cukup pada suhu ruang.

    Panelis kemudian diminta menentukan mana sampel yang berbeda. Hasil pengujian

    yang menggunakan 47 panelis terlatih akan terlihat sebagai berikut (Tabel 13).

    Untuk dapat mengatakan bahwa produk benar-benar telah kadaluwarsa maka

    digunakan tabel uji segitiga untuk mengambil keputusan. Pada tabel ditunjukkan bahwa

    untuk penggunaan sejumlah n=47 panelis, diperlukan sebanyak 23 , 24 dan 27

    jawaban benar untuk masing-masing tingkat signifikansi 5 %, 1% dan 0.1. Misalkan

    digunakan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka produk telah kadaluwarsa pada

    pengambilan sampel periode ke 6.

  • Penuntun Teknis

    22

    Meskipun dalam prakteknya dapat saja dilakukan pengujian beberapa sifat sensori

    seperti rasa, bau, tekstur dan warna, secara bersama-sama, namun demikian untuk

    pengambilan keputusan dapat dipilih salah satu dari sifat sensori tersebut. Dalam hal ini

    sebaiknya dipilih yang paling sensitive, yaitu yang paling cepat terjadinya perbedaan.

    Contoh tabulasi hasil pengujian warna pada salah satu periode (periode 6), dari masing-

    masing jawaban panelis yang berjumlah 47 panelis, dimana jumlah panelis yang

    menyatakan beda (untuk warna) pada periode tersebut adalah 24 panelis. Sedangkan

    pada Tabel 14 berikut diperlihatkan data respon panelis pada saat pengujian periode ke

    6 untuk kriteria warna.

    Tabel 13. Uji segitiga untuk rasa tengik, bau tengik dan perubahan warna

    Panelis Menyatakan Beda Waktu Penyimpanan Rasa Bau Tekstur Warna Periode 1 5 4 6 5 Periode 2 8 7 6 5 Periode 3 11 12 15 11 Periode 4 16 15 14 12 Periode 5 20 22 21 22 Periode 6 23 23 25 24 Periode 7 27 26 27 28 Periode 8 30 33 32 29 Periode 9 35 39 36 38 Periode 10 44 45 44 46 Periode 11 47 47 47 47

    Tabel 14. Uji segitiga tingkat perubahan warna (Periode 6)

    Sampel pada lama Penyimpanan Panelis Periode 6 Periode 6 Standar

    Kode Sampel 031 044 056 Panelis 1 0 0 1

    2 0 0 1 3 1 0 0 4 0 1 0 5 0 1 0 6 1 0 0 7 0 0 1 8 0 0 1 9 0 0 1 10 0 0 1

  • Penuntun Teknis

    23

    11 0 1 0 12 1 0 0 13 1 0 0 14 0 0 1 15 0 0 1 16 1 0 0 17 0 1 0 18 0 1 0 19 0 0 1 20 0 1 0 21 0 0 1 22 0 1 0 23 1 0 0 24 1 0 0 25 0 0 1 26 0 1 0 27 0 0 1 28 0 0 1 29 0 1 0 30 1 0 0 31 0 1 0 32 0 1 0

    Panelis 33 0 0 1 34 0 0 1 35 1 0 0 36 1 0 0 37 0 1 0 38 1 0 0 39 0 0 1 40 0 0 1 41 0 0 1 42 0 0 1 43 0 0 1 44 0 0 1 45 0 0 1 46 0 0 1 47 0 0 1

    R Beda 11 13 24 0 = sama; 1 = beda

  • Penuntun Teknis

    24

    Seperi terlihat pada Tabel 14 bahwa pada periode ke 6 tersebut terdapat sejumlah 24

    panelis yang telah menyatakan bahwa kedua sampel yang diuji telah berbeda dengan

    standar. Sedangkan pada periode sebelumnya terlihat bahwa hanya 22 panelis yang

    menyatakan beda (periode 5), sedangkan pada periode ke 4, hanya sejumlah kecil (12

    panelis) yang telah menyatakan beda. Format uji sagitiga adalah sebagai berikut:

    Format : Uji segitiga untuk bau, rasa dan warna

    Nama : Tanggal:

    Petunjuk :

    Setelah melihat (warna), membau (bau) dan mencicip bandingkanlah ketiga sampel

    nyatakan salah satu sampel yang berbeda dengan tanda ( ). Kode sampel

    180 296 422

    Bau

    (tingkat

    ketengikan)

    Kode sampel

    0.31 044 056

    Rasa

    (tingkat

    ketengikan)

    Kode sampel

    567 765 675

    Warna

  • Penuntun Teknis

    25

    III. SELEKSI, PELATIHAN DAN UJI KETERANDALAN PANELIS

    Untuk memilih panelis terlatih sejumlah 8 -10 orang dilakukan tahap-tahap, seleksi,

    pelatihan dan uji keterandalan panelis. Dalam contoh ini seleksi dilakukan terhadap

    calon panelis mahasiswa. Seleksi panelis dilakukan dengan wawancara terhadap

    sejumlah besar mahasiswa (misalnya dalam satu kelas yang berjumlah 70 orang

    mahasiswa, dengan syarat bahwa kelas tersebut telah menerima mata kuliah penilaian

    indra minimal selama 1 semester). Kriteria seleksi yang umum antaranya tidak

    merokok, mengenal produk yang akan diuji dan pernah mencicipinya dan sebagainya.

    Dari hasil seleksi direkrut 47 orang panelis yang selanjutnya diberi pelatihan

    menggunakan uji pelatihan panelis. Uji ini disebut uji pengenalan rasa khas, bau khas,

    warna khas dan flavor khas kemudian setelah itu dilanjutkan dengan uji keterandalan

    panelis.

    Uji yang terakhir ini yang baik diterapkan adalah menggunakan uji skor atau skala,

    namun dengan uji segitiga pun cukup memadai, hanya saja agar sukar mengambil dan

    memisahkan sejumlah kecil panelis terlatih (8-10 panelis) jika diterapkan uji segitiga.

    Jika diterapkan uji akor atau skala maka panelis yang andal kemudian dapat disaring

    lebih lanjut untuk mendapatkan 10 diantaranya yang terandal.

    Pada contoh ini, digunakan produk salad dressing. Rasa tengik pada mayonnaise

    diperoleh dengan menambahkan asam butirat, sedangkan perubahan warna karena

    pencoklatan pada salad dressing diperoleh dengan memproduksi salad dressing

    dengan bahan minyak yang telah berwarna kemerahan.

    Waktu pelatihan berlangsung 3 jam per minggu selama 3 minggu, sehingga total waktu

    pelatihan adalah 9 jam.

    Untuk membedakan produk kadaluwarsa dan yang belum kadalauwarsa, beberapa

    istilah diperkenalkan kepada panelis pada awal pelatihan antara lain:

  • Penuntun Teknis

    26

    1. rasa khas salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai campuran

    rasa asam dan gurih pada mulut (yang menyerupai rasa gurih kuning telur)

    disertai dengan aroma/flavor minyak yang segar.

    2. rasa khas salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai campuran rasa

    asam dan gurih pada mulut (yang menyerupai rasa gurih kuning telur) dengan

    aroma/flavor minyak yang tengik.

    3. bau khas pada salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai bau

    minyak segar disertai bau asam yang ringan.

    4. bau khas pada salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai adanya

    penyimpangan terhadap bau khas salad dressing segar akibat terjadinya

    ketengikan

    (sebagai referensi bau tengik pada panelis diminta mengingat bau minyak sawit

    yang telah tengik, sedangkan Gills dan Resurreccion (2000) menggunakan

    shortening sebagai standar bau tengik).

    5. warna khas salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai warna

    putih menyerupai krim yang terbentuk karena terjadinya emulsi minyak dalam

    air.

    6. warna khas salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai perubahan

    terhadap warna putih krim menuju kecoklatan (sebagai referensi warna coklat

    kepada panelis diperlihatkan warna kecoklatan pada minyak yang telah

    mengalami pemanasan tinggi).

    2. TUJUAN Tujuan dari seleksi, pelatihan dan uji keterandalan panelis ini adalah: memperoleh

    panelis yang sudah mengenal metoda dan teknik pengujian oraganoleptik,

    mengenalkan pada calon panelis rasa khas tengik pada produk salad dressing serta

    perubahan-perubahan yang menyertainya, menghitung koefisien keterandalan panelis

    menggunakan metoda sidik ragam dan memperkecil galat dari respon panelis selama

    pengujian.

    3. SILABUS

  • Penuntun Teknis

    27

    3. SILABUS Tahap Subyek Waktu A. SELEKSI 1. Memberikan

    informasi awal kepada sejumlah mahasiswa

    2. Wawancara 3. Penyaringan

    Kriteria Seleksi: 1. Pengertian dan

    pemahaman panelis terhadap produk seperti mayonnaise dan salad dressing

    2. Kemampuan indra panelis seperti kemampuan membedakan warna , rasa dan pembauan

    3. Latar belakang: tidak alergi terhadap produk pangan dan tidak merokok.

    4. Panelis diminta membedakan rasa, warna dan bau khas salad dressing yang baru diproduksi dengan mayonnaise yang telah kadaluwarsa

    180 menit

    B.PELATIHAN Uji pengenalan rasa khas, bau khas dan flavor khas.

    1. Konsensus

    mengenai definisi salad dressing kadaluwarsa dan yang belum kadaluwarsa.

    2. Pengenalan laboratorium uji

    3. Penyusunan jadwal pengujian

    4. Uji pengenalan rasa khas bau khas dan flavor khas.

    1. Pengertian dari

    beberapa definisi dan istilah: bau khas salad dressing kadaluwarsa, rasa khas pada salad dressing kadaluwarsa dan perubahan warna.

    2. Uji bau khas tengik 3. Uji rasa khas tengik. 4. Uji perubahan warna.

    180 menit

    C. UJI KETERANDALAN

    1. Uji Segitiga 2. Uji Skor

    1. Uji segitiga 2. Uji skor

    180 menit

    Total Waktu: 9 Jam

  • Penuntun Teknis

    28

    Format uji pelatihan penelis

    Format : Pengenalan rasa khas tengik dengan Cicip

    Nama : Tanggal:

    Petunjuk :

    Beri tanda ( ) pada kolom sesuai dengan rasa tengik yang anda cicip

    Kode Sampel Ciri khas

    rasa tengik 821 367 689 145 752

    Ada

    Tidak ada

    Format : Pengenalan bau khas tengik dengan pembauan.

    Nama : Tanggal:

    Petunjuk :

    Beri tanda ( ) pada kolom sesuai dengan bau tengik yang anda rasa

    Kode Sampel Ciri khas

    bau tengik 521 327 489 345 652

    Ada

    Tidak ada

    Format : Pengenalan tingkat perubahan warna (kecerahan)

    Nama : Tanggal:

    Petunjuk :

    Beri tanda ( ) pada kolom sesuai dengan perubahan kecerahan yang saudara amati.

  • Penuntun Teknis

    29

    Kode Sampel Ciri khas

    perubahan

    warna

    621 337 418 645 152

    Ada

    Tidak ada

    Format : Uji sagitiga untuk bau, rasa dan warna

    Nama: Tanggal:

    Petunjuk:

    Setelah melihat (warna), membau (bau) dan mencicip bandingkanlah ketiga

    sampel nyatakan salah satu sampel yang berbeda dengan tanda ( ).

    Kode sampel

    180 296 422

    Bau

    (tingkat

    ketengikan)

    Kode sampel

    0.31 044 056

    Rasa

    (tingkat

    ketengikan)

    Kode sampel

    567 765 675

    Warna

    Format : Ujj skala

    Nama : Tanggal:

    Petunjuk : Berilah tanda (X) pada garis sesuai dengan rasa tengik yang anda

    rasa

    Kode sampel

  • Penuntun Teknis

    30

    Sangat tidak tengik Sangat tengik

    432

    561

    785

    896

    984

    465

    985

    237

    986

    398

    Tabel 16. Data uji pengenalan rasa khas tengik dengan cicip

    Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg) 0.03 mg/Kg 0.06 mg/Kg 0.09 mg/Kg 0.12 mg/Kg 0.15 mg/Kg

    Kode Panelis 521 327 489 345 652 Panelis 1 0 0 1 1 1

    2 0 0 0 1 0 3 0 0 1 1 1 4 0 0 1 0 1 5 1 0 0 0 1 6 0 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 9 0 1 0 1 1 10 0 1 0 1 1 11 0 0 1 1 1

  • Penuntun Teknis

    31

    12 0 1 1 1 1 13 1 0 0 1 1 14 0 0 1 1 0 15 0 0 1 1 1 16 0 0 0 1 1 17 0 1 1 1 1 18 0 0 1 1 0 19 0 1 1 1 1 20 0 1 0 0 0 21 0 0 0 1 1 22 0 1 1 0 1 23 0 0 1 1 1 24 0 1 0 1 1 25 0 1 1 1 1 26 0 1 0 0 0 27 0 1 0 0 1 28 0 1 1 0 0 29 0 0 1 1 0 30 0 0 1 1 1 31 0 1 1 0 1 32 0 0 0 0 0

    Ada=1; tdk ada=0

    Tabel 16 . (Lanjutan) Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg)

    0.03 mg/Kg

    0.06 mg/Kg

    0.09 mg/Kg 0.12 mg/Kg

    0.15 mg/Kg Kode Panelis

    521 327 489 345 652 Panelis 33 0 0 0 0 0

    34 0 0 0 1 1 35 0 0 1 1 1 36 0 0 1 1 1 37 0 0 0 0 1 38 0 0 0 0 0 39 0 0 1 1 1 40 0 0 1 1 1 41 0 1 1 1 1 42 0 1 0 0 1 43 0 1 0 1 1 44 0 1 1 1 1 45 0 1 1 1 1 46 1 0 0 1 1 47 0 0 0 1 1 R 4 20 27 34 37

    Ada=1; tdk ada=0

  • Penuntun Teknis

    32

    Tabel 17. Data uji pengenalan bau khas tengik dengan pembaun

    Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg) 0.03

    mg/Kg 0.06

    mg/Kg 0.09

    mg/Kg 0.12

    mg/Kg 0.15

    mg/Kg

    Kode Panelis

    821 367 689 145 752 Panelis 1 0 0 1 0 1

    2 0 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 4 0 1 0 1 1 5 0 0 1 0 1 6 0 0 1 1 1 7 0 0 0 1 1 8 0 0 1 0 1 9 1 1 1 1 1

    10 0 0 1 0 1 11 0 1 0 1 1 12 0 0 1 1 1 13 0 0 0 1 1 14 1 0 0 1 1 15 1 0 0 1 1 16 0 1 1 1 1 17 0 1 1 1 1 18 1 0 0 1 0 19 0 0 0 1 1 20 1 0 1 1 0 21 1 0 0 0 1 22 0 0 0 0 0 23 0 1 1 1 1 24 0 0 1 0 0 25 0 0 1 1 1 26 0 0 0 1 1 27 0 0 1 0 1 28 1 0 1 1 1 29 0 0 1 1 1 30 0 0 1 0 1 31 0 0 1 0 0 32 0 0 1 1 1

    Ada=1; tdk ada=0

  • Penuntun Teknis

    33

    Tabel 17. (Lanjutan)

    Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg) 0.03

    mg/Kg 0.06

    mg/Kg 0.09

    mg/Kg 0.12

    mg/Kg 0.15

    mg/Kg

    Kode Panelis

    821 367 689 145 752 Panelis 33 0 0 1 1 1

    34 0 0 0 0 0 35 0 0 0 0 1 36 0 0 1 0 1 37 0 0 1 1 1 38 0 0 1 0 1 39 1 0 1 1 1 40 0 1 1 1 1 41 0 0 1 1 1 42 0 0 1 0 1 43 0 0 1 0 0 44 1 0 0 1 1 45 0 0 1 1 1 46 1 1 1 0 0 47 0 0 0 1 1

    R 11 9 31 29 38 Ada=1; tdk ada=0

  • Penuntun Teknis

    34

    Tabel 18. Data uji pengenalan perubahan warna

    Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg) 0.03

    mg/Kg 0.06

    mg/Kg 0.09

    mg/Kg 0.12

    mg/Kg 0.15

    mg/Kg

    Kode Panelis

    621 337 419 645 152 Panelis 1 0 1 1 1 1

    2 0 0 1 1 1 3 0 0 0 1 1 4 0 1 0 0 1 5 1 1 0 0 0 6 0 0 1 1 1 7 0 0 1 1 1 8 0 0 1 1 1 9 0 0 1 1 1

    10 0 0 1 1 1 11 1 1 1 0 0 12 0 0 1 1 1 13 0 0 1 1 1 14 1 1 0 1 0 15 1 1 0 1 0 16 0 0 1 0 1 17 0 1 1 1 1 18 1 1 0 1 0 19 0 0 1 0 1 20 0 0 1 1 0 21 1 1 0 1 0 22 0 0 1 0 1 23 0 0 1 1 1 24 0 0 1 1 1 25 0 1 1 1 1 26 1 0 0 0 1 27 0 0 1 1 1 28 0 0 1 1 1 29 0 0 1 0 0 30 1 1 0 0 1 31 0 0 1 1 1 32 1 0 0 0 1

    Ada=1; tdk ada=0

  • Penuntun Teknis

    35

    Tabel 18 . (Lanjutan)

    Konsentrasi (mg malonaldehida/Kg) 0.03

    mg/Kg 0.06

    mg/Kg 0.09

    mg/Kg 0.12

    mg/Kg 0.15

    mg/Kg

    Kode Panelis

    621 337 419 645 152 Panelis 33 0 0 1 0 1

    34 0 1 1 1 1 35 0 0 1 1 1 36 0 1 1 1 1 37 1 1 0 1 0 38 0 0 1 0 1 39 0 0 1 1 1 40 0 0 1 1 1 41 0 1 0 0 0 42 0 1 0 1 1 43 0 0 1 1 1 44 0 0 1 1 1 45 0 0 1 1 1 46 1 1 0 1 1 47 0 1 0 1 1

    R 11 18 32 34 37 Ada=1; tdk ada=0

  • Penuntun Teknis

    36

    1. Seleksi Panelis Seleksi dilakukan dengan melihat tingkat pemahaman panelis terhadap uji organoleptik

    dan sifat-sifat produk yang akan diuji (mayonnaise). Semua panelis adalah

    mahasiswa dan telah memperoleh mata ajaran penilaian organoleptik selama 1

    semester. Pertama-tama seleksi dengan wawancara dilakukan untuk melihat

    pengertian dan pemahaman panelis terhadap produk seperti mayonnaise dan salad

    dressing dan kemampuan indra panelis seperti kemampuan membedakan warna, rasa

    dan pembauan. Calon panelis yang merokok dan mempunyai latar belakang alergi

    terhadap produk pangan disisihkan. Kemudian seleksi dilanjutkan dan panelis diminta

    membedakan rasa, warna dan bau khas mayonnaise yang baru diproduksi dengan

    mayonnaise yang telah kadaluwarsa. Panelis yang mampu membedakan kemudian

    diberi pelatihan. Sebanyak 47 panelis hasil seleksi kemudian diberi pelatihan sebanyak

    9 jam yang dibagi menjadi 3 sesi masing-masing 3 jam.

    2. Pelatihan Panelis Pelatihan terhadap rasa khas tengik, bau khas tengik dan pencoklatan pada salad

    dressing dilakukan dengan menggunakan uji pelatihan panelis atau uji pengenalan rasa

    khas, bau khas, warna khas dan flavor khas (Soekarto dan Hubeis 1992; Gills dan

    Resurreccion 2000). Kepada panelis terlebih dahulu diberi pengertian tentang produk

    kadaluwarsa serta perubahan-perubahan organoleptik yang digunakan sebagai kriteria

    kadaluwarsa (Gills dan Resurreccion 2000). Untuk membedakan produk kadaluwarsa

    dan yang belum kadalauwarsa, beberapa istilah diperkenalkan kepada panelis antara

    lain:

    1. rasa khas salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai campuran

    rasa asam dan gurih pada mulut (yang menyerupai rasa gurih kuning telur)

    disertai dengan aroma/flavor minyak yang segar

    2. rasa khas salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai campuran rasa

    asam dan gurih pada mulut (yang menyerupai rasa gurih kuning telur) dengan

    aroma/flavor minyak yang tengik

    3. bau khas pada salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai bau

    minyak segar disertai bau asam yang ringan

  • Penuntun Teknis

    37

    4. bau khas pada salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai adanya

    penyimpangan terhadap bau khas mayonnaise segar akibat terjadinya

    ketengikan (sebagai referensi bau tengik pada penelitian ini panelis diminta

    mengingat bau minyak sawit yang telah tengik, sedangkan Gills dan

    Resurreccion (2000) menggunakan shortening sebagai standar bau tengik)

    5. warna khas salad dressing (belum kadaluwarsa) didefinisikan sebagai warna

    putih menyerupai krim yang terbentuk karena terjadinya emulsi minyak dalam air

    6. warna khas salad dressing kadaluwarsa didefinisikan sebagai perubahan

    terhadap warna putih krim menuju kecoklatan (sebagai referensi warna coklat

    kepada panelis diperlihatkan warna kecoklatan pada minyak yang telah

    mengalami pemanasan tinggi).

    Panelis kemudian diminta mengenali ada atau tidak ada rasa khas, bau khas, warna

    khas mayonnaise kadaluwarsa pada contoh yang disajikan. Bila terdapat rasa khas,

    bau khas, warna khas kadaluwarsa panelis diminta memberi angka 1 (satu) pada form

    uji, sebaliknya bila tidak ada maka diberi angka 0 (nol).

    Gills dan Resurreccion (2000) yang melakukan penentuan waktu kadaluwarsa selai

    kacang melakukan pelatihan terhadap panelis dengan cara memberikan sejumlah

    produk/material kepada panelis yang relevan dengan kriteria uji sebagai standar

    seperti ketengikan (standar shortening), warna coklat (standar cardboard), oiliness

    (standar mayonnaise), spreadability (standar mayonnaise), kelengketan (standar saus

    keju) dan sebagainya, panelis kemudian diberi produk selai kacang bermerek tertentu

    (misalkan merk A) dan diminta memberikan skor antara 0 hingga 150 (jika sama dengan

    standar) pada masing-masing criteria. Panelis yang memberikan rata-rata skor kurang

    dari 10 diuji ulang sampai mencapai nilai tertentu yang merupakan konsensus dari para

    panelis terhadap produk selai kacang merk A tersebut. Konsensus tersebut dilaporkan

    sebagai berikut, misalnya ketengikan = 60 (standar shortening= 150), warna coklat

    =65 (standar cardboard=150), oiliness = 50 (standar mayonnaise=150),

    spreadability=145 (standar mayonnaise=150), kelengketan = 20 (saus keju=150). Pada

    penelitian tidak dijelaskan bagaimana para panelis bisa sampai pada nilai konsensus

  • Penuntun Teknis

    38

    terhadap selai kacang merek A tersebut. Disamping itu selai kacang bermerek A yang

    diberi skor pada pelatihan panelis tidak digunakan sama sekali dalam penelitian utama.

    Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan studi pustaka terlebih dahulu mengenai

    batas ketengikan yang umum digunakan sebagai batas kadaluwarsa pada produk

    pangan yang berkisar antara 0.1 mg malonaldehida/Kg hingga 0.5 mg

    malonaldehida/Kg yaitu: 0.5 mg malonaldehida/Kg pada sosis daging babi (Sheard et

    al. 2000), pada minyak kelapa ketengikan mulai dapat dideteksi pada konsentrasi 0.1

    mg malonaldehida/Kg (Qazumi 1993) serta 0.15 mg malonaldehida/Kg pada crackers

    (Arpah 1998). Demikian juga pada oat cereal ketengikan mulai dapat dideteksi pada

    konsentrasi 0.2 mg malonaldehida/Kg (Labuza 1982) dan pada produk krim susu yang

    disterilisasi UHT (ultra high temperature) kriteria kadaluwarsa berdasarkan perubahan

    bilangan TBA adalah sebesar 0.16 mg malonaldehida/Kg (Labuza 1982).

    Sampel mayonnaise minyak sawit kemudian diproduksi dengan tingkat ketengikan

    sebagai berikut: 0.03 mg malonaldehida/Kg, 0.06 mg malonaldehida/Kg, 0.09 mg

    malonaldehida/Kg; 0.12 mg malonaldehida/Kg dan 0.15 mg malonaldehida/Kg,

    kemudian disajikan untuk dikenali tingkat intensitas perubahannya: meliputi perubahan

    rasa, bau dan warna dihadapan 47 panelis. Disamping itu juga dilakukan pengenalan

    terhadap perubahan bau dan rasa (tidak termasuk perubahan warna dan flavor)

    terhadap sampel salad dressing yang mengandung 0.1% (v/v) asam butirat 10% di

    dalam polietilen glikol.

    Hasil pengujian terhadap pengenalan rasa khas tengik, bau khas tengik dan tingkat

    pencoklatan (perubahan warna) pada produk mayonnaise dengan tingkat ketengikan

    0.03, 0.06, 0.09, 0.12 dan 0.15 mg malonaldehida/Kg diperlihatkan pada Tabel 16, 17

    dan 18

    Hasil menunjukkan bahwa pengenalan panelis terhadap rasa khas tengik, bau khas

    tengik dan perubahan warna konsisten dengan tingkat ketengikan produk yang diujikan.

    Pengenalan panelis terhadap kriteria kadaluwarsa tersebut meningkat jika tingkat

    ketengikan meningkat yang berarti bahwa panelis mengenali dengan baik kriteria yang

  • Penuntun Teknis

    39

    diujikan serta mengurutkannya/merangking sesuai dengan perubahan yang

    sesungguhnya. Untuk pengenalan rasa khas tengik, pada tingkat ketengikan 0.03 mg

    malonaldehida/Kg, 4 orang dari 47 panelis menyatakan merasakan rasa tengik. Pada

    konsentrasi 0.06 mg malonaldehida/Kg meningkat menjadi 20 orang. Pada konsentrasi

    0.09 mg malonaldehida/Kg meningkat lagi menjadi 27 orang dan pada konsentrasi 0.12

    mg malonaldehida/Kg dan 0.15 mg malonaldehida/Kg masing-masing menjadi 34 dan

    37 panelis (Tabel 19). Hal ini berarti bahwa trend pengenalan panelis konsisten dengan

    trend peningkatan tingkat ketengikan yang digunakan dan menunjukkan bahwa panelis

    mengenali dengan baik rasa khas tengik yang diujikan. Menurut Soewarno (1993)

    trend yang berlawanan dapat terjadi jika panelis belum mengenali sifat organoleptik

    yang diujikan dan perlu dilakukan pelatihan/uji ulang.

    Hal yang hampir sama diperlihatkan pada uji pengenalan bau khas tengik (dengan

    pembauan). Jumlah panelis yang mengenali bau khas tengik dengan pembauan untuk

    tingkat ketengikan 0.03, 0.06, 0.09, 0.12 dan 0.15 mg malonaldehida/Kg masing-masing

    adalah: 11 panelis, 9 panelis, 31 panelis , 29 panelis dan 38 panelis (Tabel 19).

    Sedangkan pengenalan kecenderungan terjadinya pencoklatan untuk tingkat ketengikan

    0.03, 0.06, 0.09, 0.12 dan 0.15 mg malonaldehida/Kg adalah masing-masing 11

    panelis, 18 panelis, 32 panelis 34 panelis dan 37 panelis.

    Tabel 19. Pengenalan rasa khas tengik, bau khas tengik dan pencoklatan

    Konsentrasi (tingkat ketengikan) R 0.03 mg/Kg 0.06 mg/Kg 0.09 mg/Kg 0.12 mg/Kg 0.15 mg/Kg

    R1 4 20 27 34 37 R2 11 9 31 29 38 R3 11 18 32 34 37 R1=jumlah panelis yang memberi skor ada rasa tengik, R2=jumlah panelis yang memberi skor ada bau tengik, R3=jumlah panelis yang memberi skor pencoklatan. Hasil pelatihan berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa panelis telah mengenali

    dengan baik rasa khas tengik dan tingkat perubahan warna yang diamati sehingga

    menghasilkan suatu urutan yang benar dan konsisten antara hasil pengenalan dengan

  • Penuntun Teknis

    40

    perubahan sesungguhnya yang terjadi (tingkat ketengikan/kerusakan). Namun

    demikian pada bau khas tengik terdapat panelis yang tidak mampu mengurutkan

    dengan benar perubahan bau pada tingkat konsentrasi 0.03 dan 0.06 mg

    malonaldehida/Kg.

    Menurut Soekarto (1993), pengujian ulang dapat diterapkan terhadap panelis yang

    memberikan pengurutan yang ekstrim yaitu panelis yang cenderung memberikan

    jawaban yang berlawanan (memberikan angka 1 pada konsentrasi rendah dan angka 0

    pada konsentrasi tinggi) atau jika tersedia cukup banyak panelis maka panelis tersebut

    dapat disisihkan secara langsung sehingga diperoleh urutan yang benar.

    Pada penggunaan uji pengenalan diatas kesimpulan yang diambil hanya berlaku atas

    kelompok panelis (kemampuan 47 panelis secara berkelompok yang mampu meranking

    dengan benar tidak berarti bahwa tiap-tiap individu panelis akan secara konsisten

    mampu meranking sampel yang disajikan), dengan uji pengenalan tersebut konsistensi

    dan keterandalan individu panelis belum dijamin oleh suatu hasil penarikan kesimpulan

    yang didasarkan pada kriteria baku, misalnya tabel statistika. Bilamana sejumlah panelis

    ditarik secara acak dari kelompok tersebut dan diuji ulang, maka kemungkinan untuk

    mendapatkan urutan yang salah dapat terjadi, meskipun demikian kesalahan tersebut

    dapat diperkecil jika secara hati-hati dipilih panelis yang cenderung memberikan

    jawaban 0 (tidak ada) pada konsentrasi rendah dan jawaban 1 (ada) pada konsentrasi

    yang tinggi serta menyisihkan panelis yang cenderung memberi jawaban yang

    berlawanan dengan tingkat kerusakan yang diujikan. Untuk meningkatkan lagi

    pengenalan panelis terhadap kriteria yang diujikan dan sekaligus melihat keterandalan

    panelis maka dilakukan uji keterandalan panelis menggunakan uji segitiga.

    3. Uji Keterandalan Panelis Menurut Soekarto (1992) uji segitiga lebih sensitif dibandingkan dengan uji pembeda

    lainnya seperti misalnya uji pasangan, karena pada dasarnya uji segitiga adalah

    pengembangan dari uji pasangan dimana pembandingan meliputi bukan saja antara

    sampel A terhadap B tetapi juga sekaligus apakah A> B ; B=A ataukah B>A.

  • Penuntun Teknis

    41

    3.1 Uji Keterandalan dengan Uji Segitiga Oleh karena tingkat pengenalan panelis terhadap rasa dan warna sudah sangat baik

    sedangkan pada bau kesalahan pengurutan hanya ditemukan pada konsentrasi 0.03

    dan 0.06 (dibawah treshold konsentrasi ketengikan produk pangan pada umumnya,

    yaitu 0.1 hingga 0.5 mg malonaldehida/Kg), maka konsentrasi 0.09 dapat langsung

    dipilih dan digunakan untuk dapat dibedakan dengan 2 sampel lainnya yang masing-

    masing mempunyai konsentrasi 0.00 mg malonaldehida/Kg, dalam hal ini dua sampel

    berkonsentrasi 0.00 mg malonaldehida/Kg dibandingkan dengan satu sampel

    berkonsentrasi 0.09 mg malonaldehida/Kg. Panelis diminta untuk mengenali sampel

    yang berbeda dari ketiga sampel tersebut.

    Untuk dapat mengatakan bahwa produk dengan kandungan 0.09 mg malonaldehida/Kg

    benar-benar berbeda dengan sampel 0.00 maka diperlukan sebanyak 23, 24 dan 27

    jawaban benar untuk masing-masing tingkat signifikansi 5 %, 1% dan 0.1%. Hasil

    pengujian menunjukkan (Lampiran 7, 8 dan 9 serta direkapitulasikan pada Tabel 20),

    bahwa diperoleh jawaban benar yang melampaui tingkat signifikasi 0.1%. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa panelis mengenali dengan sangat baik perubahan bau, rasa

    dan warna produk jika konsentrasi mencapai 0.09 mg malonaldehida/Kg, dengan

    demikian diharapkan akan dapat mengenali sampel kadaluwarsa yang memiliki batas

    kadaluwarsa sama dengan atau lebih besar dari tingkat ketengikan tersebut. Oleh

    karena produk mayonnaise memiliki batas kadaluwarsa yang lebih besar dari nilai

    tersebut, maka dapat diharapkan bahwa panelis akan dapat membedakan antara

    produk yang belum kadaluwrsa dengan produk yang sudah kadaluwarsa.

    Tabel 20. Uji segitiga untuk rasa tengik, bau tengik dan perubahan warna

    Konsentrasi (tingkat ketengikan) Beda 0.00 mg/Kg 0.00 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Beda1 0 0 47 Beda2 0 1 46 Beda3 0 2 45

  • Penuntun Teknis

    42

    B1=jumlah panelis yang menyatakan beda pada rasa, B2=jumlah panelis yang menyatakan beda pada bau, B3=jumlah panelis yang menyatakan beda pada warna.

    Hasil pengujian segitiga memperlihatkan tingginya tingkat keterandalan panelis yaitu

    hanya ada 3 panelis yang memberikan jawaban yang salah (Tabel 20), masing-masing

    1 panelis pada uji bau dan 2 panelis pada uji warna. Hal ini memberikan tingkat

    signifikasi yang tinggi yaitu berbeda nyata pada tingkat 0.1%.

    Meskipun semua panelis dapat dikategorikan sebagai panelis yang telah mengenal

    dengan sangat baik kriteria kadaluwarsa pada mayonnaise, namun ingin diketahui juga

    rangking keterandalan dari panelis, sehingga dapat terlihat 10 panelis yang terbaik yaitu

    panelis yang konsisten memberikan jawaban yang sesuai dengan perubahan intensitas

    kriteria yang digunakan. Hal ini dapat diketahui jika dapat diukur keterandalan individu

    masing-masing panelis. Oleh karena data hasil pengujian sebelumnya tidak dapat

    digunakan untuk mengukur keterandalan individu panelis maka diterapkan uji skala

    dan digunakan untuk menghitung keterandalan individu berdasarkan analisis

    keragaman (Hubeis 1985).

    3.2. Uji Keterandalan Berdasarkan Analisis Keragaman dari Hasil Uji Skala Menurut Soekarto dan Hubeis (1993), perhitungan nilai keterandalan panelis dapat

    dilakukan dengan 2 cara yaitu: pertama dengan metode sekuensi Walds dan kedua

    dengan analisis keragaman. Hubeis (1985) menggunakan analisis keragaman (dari

    hasil uji skor/skala) untuk mengukur keterandalan panelis terhadap kepulenan nasi dari

    berbagai varietas padi. Keunggulan metode keragaman adalah bahwa koefisien

    keterandalan tim dan individu panelis dapat diukur secara bersama-sama.

    Pengujian dilakukan dengan menerapkan uji skala sebagai berikut: terhadap panelis

    disajikan 10 sampel dari 2 jenis sampel yang berbeda intensitasnya yaitu masing-

    masing 5 sampel dengan tingkat ketengikan 0.05 mg malonaldehida/Kg dan 5 sampel

    dengan dengan tingkat ketengikan 0.1 mg malonaldehida/Kg (digunakan 5 ulangan

    agar diperoleh keragaman yang besar sedangkan digunakan konsentrasi 0.05 dan 0.1

    mg malonaldehida/Kg karena pada kisaran konsentrasi tersebut panelis paling tidak

  • Penuntun Teknis

    43

    dapat membedakan secara pasti intensitas yang diujikan) kemudian panelis diminta

    merespon tingkat ketengikannya pada suatu skala garis lurus dengan skala 0 cm (tidak

    ada) hingga 12.5 cm (sangat kuat intensitasnya) pada masing-masing sampel. Dua

    jenis sampel tersebut dihitung keragamannya masing-masing dengan 5 ulangan untuk

    tiap tingkat ketengikan kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan satu nilai

    keragaman.

    Hasil perhitungan galat individu panelis 1 hingga panelis 47 diperlihatkan ditabulasi

    (tidak dimuat dalam diktat ini) menunjukkan bahwa dari 47 panelis tersebut terdapat 10

    panelis yang benar-benar andal (memberikan keragaman terkecil) dan digunakan untuk

    penelitian penentuan waktu kadaluwarsa salad dressing.

    Table 21. Uji segitiga untuk Rasa tengik

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 567 765 675

    Panelis 1 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 1 4 0 0 1 5 0 0 1 6 0 0 1 7 0 0 1 8 0 0 1 9 0 0 1

    10 0 0 1 11 0 0 1 12 0 0 1 13 0 0 1 14 0 0 1 15 0 0 1 16 0 0 1 17 0 0 1 18 0 0 1 19 0 0 1 20 0 0 1 21 0 0 1 22 0 0 1 23 0 0 1 24 0 0 1 25 0 0 1

  • Penuntun Teknis

    44

    26 0 0 1 27 0 0 1 28 0 0 1 29 0 0 1 30 0 0 1 31 0 0 1 32 0 0 1

    0=sama; 1=beda

    Tabel 21 .(Lanjutan)

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 567 765 675 Panelis 33 0 0 1

    34 0 0 1 35 0 0 1 36 0 0 1 37 0 0 1 38 0 0 1 39 0 0 1 40 0 0 1 41 0 0 1 42 0 0 1 43 0 0 1 44 0 0 1 45 0 0 1 46 0 0 1 47 0 0 1

    Beda 0 0 47

  • Penuntun Teknis

    45

    Tabel 22. Uji segitiga untuk bau tengik

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 180 296 422

    Panelis 1 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 1 4 0 0 1 5 0 0 1 6 0 0 1 7 0 0 1 8 0 0 1 9 0 0 1

    10 0 0 1 11 0 0 1 12 0 0 1 13 0 0 1 14 0 0 1 15 0 0 1 16 0 0 1 17 0 0 1 18 0 0 1 19 0 0 1 20 0 0 1 21 0 0 1 22 0 0 1 23 0 0 1 24 0 0 1 25 0 0 1 26 0 0 1 27 0 0 1 28 0 0 1 29 0 0 1 30 0 0 1 31 0 0 1 32 0 0 1

    0=sama; 1=beda.

  • Penuntun Teknis

    46

    Table 22. (Lanjutan)

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 180 296 422 Panelis 33 0 0 1

    34 0 0 1 35 0 1 0 36 0 0 1 37 0 0 1 38 0 0 1 39 0 0 1 40 0 0 1 41 0 0 1 42 0 0 1 43 0 0 1 44 0 0 1 45 0 0 1 46 0 0 1 47 0 0 1

    R Beda 0 1 46

  • Penuntun Teknis

    47

    Tabel 23. Uji segitiga tingkat perubahan warna

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 031 044 056

    Panelis 1 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 1 4 0 0 1 5 0 0 1 6 0 0 1 7 0 0 1 8 0 0 1 9 0 0 1

    10 0 0 1 11 0 0 1 12 0 0 1 13 0 0 1 14 0 0 1 15 0 0 1 16 0 0 1 17 0 0 1 18 0 0 1 19 0 0 1 20 0 1 0 21 0 0 1 22 0 0 1 23 0 0 1 24 0 0 1 25 0 0 1 26 0 1 0 27 0 0 1 28 0 0 1 29 0 0 1 30 0 0 1 31 0 0 1 32 0 0 1

    0=sama; 1=beda

  • Penuntun Teknis

    48

    Tabel 23. (Lanjutan)

    Konsentrasi asam butirat 0 mg/Kg 0 mg/Kg 0.09 mg/Kg

    Kode Panelis 031 044 056 Panelis 33 0 0 1

    34 0 0 1 35 0 0 1 36 0 0 1 37 0 0 1 38 0 0 1 39 0 0 1 40 0 0 1 41 0 0 1 42 0 0 1 43 0 0 1 44 0 0 1 45 0 0 1 46 0 0 1 47 0 0 1

    R Beda 0 2 45

  • Penuntun Teknis

    49

    IV. PENETAPAN KADALUWARSA DENGAN METODA KADAR AIR KRITIS

    Metoda ini banyak diterapkan pada produk-produk kering dimana perubahan kadar air

    menjadi kriteria kadaluwarsa. Ditemukan cukup banyak literatur yang menvariasikan

    metoda ini, namun demikian semuanya berdasarkan rumus dasar yang sama.

    Diantaranya adalah:

    1. Metoda Labuza

    2. Metoda Heiss-Eichner

    3. Metoda Rudolph

    1. CONTOH PENGGUNAAN PERSAMAAN LABUZA UNTUK MENGHITUNG UMUR SIMPAN Parameter (data) yang diperlukan adalah:

    1. data pengemas terdiri dari : luas pengemas dan permeabilitas uap air pengemas

    2. kadar air awal produk

    3. berat kering produk di dalam kemasan yang digunakan tersebut

    4. kadar air kesetimbangan produk pada RH (relatif humidity) yang digunakan

    5. kadar air kritis produk, yaitu kadar air pada saat produk dianggap telah kadaluwarsa

    6. tekanan uap air jenuh udara pada temperatur yang digunakan

    7. nilai slope dari kurva sorpsi isothermis produk, yaitu kurva hubungan antara kadar

    air dengan aw (aktivitas air).

    Contoh: Data yang tersedia adalah sebagai berikut,

    1. Produk kering (jenis biskuit) dengan kadar air awal (simbol = Mi) adalah 0.02 gram

    H2O/gram BK ( kadar air diukur dengan metoda oven dengan Basis Kering) atau

    sama dengan KA= 2.0% (BK)

    2. Produk dikemas dalam kemasan plastik dengan nilai permeabilitas uap air ( simbol

    = k/X) adalah 0.3 gram H2O/hari.m2.mmHg, data ini dapat diperoleh dari data

    sekunder dapat pula diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung.

    3. Berat kering produk tersebut (simbol = Ws) adalah 500 gram dan luas kemasan

    adalah A = 0.15 m2. Berat kering produk adalah berat produk setelah dipanaskan

    pada 105oC sampai beratnya konstan.

  • Penuntun Teknis

    50

    4. Produk pada penyimpanan T = 30oC. Tekanan uap air jenuh (Po) pada suhu (T)

    30oC = 31.8. Data ini diperoleh dari tabel uap.

    5. Kadar air kritis biskuit (Mc) = 0.06 gram H2O/gram BK atau 6.0% (BK). Data ini

    dapat digunakan data sekunder dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran

    secara langsung. Kadar air kritis biskuit adalah kadar air pada saat biskuit kehilangan

    kekerasannya, dalam hal ini adalah 6.0 % (BK)

    6. Kadar air kesetimbangan biskuit (= Me) pada suhu (T = 30oC) = 0.08 gram

    H2O/gram BK atau 8.0% (BK) adalah kadar biskuit pada saat terjadi kesetimbangan

    dengan lingkungan tempat penyimpanan.

    7. slope kurva sorpsi isothermis produk (b), diperoleh berdasarkan contoh yang akan

    diperlihatkan pada bagian selanjutnya.

    Rumus yang digunakan adalah persamaan Labuza, sebagai berikut:

    PERHITUNGAN:

    03.23

    0.0631.8

    5000.153.0

    0.060.080.02-0.08ln

    t =

    =

    bP

    WA

    xk

    mmmmln

    t o

    s

    ce

    ie

    =

  • Penuntun Teknis

    51

    Waktu kadaluwarsa bisKuit tersebut adalah : 23 hari

    Berapakah waktu kadaluwarsa pada T = 10oC, T = 20oC dan T = 30oC, jika diketahui

    nilai Po (tekanan uap air jenuh) pada temperatur tersebut masing masing-masing

    adalah:

    Po, pada T 10oC =9,21 20oC= 17,54 30oC= 31,8 40oC= 55,32

    Nilai-nilai tekanan uap air jenuh (Po) ini dapat diperoleh pada tabel uap (Lampiran 1).

    Pada 10oC (Po =9,21):

    Pada 20oC (Po=17,54):

    Pada : 40oC, Po = 55,32.

    53.79

    0.069.21

    5000.153.0

    0.060.080.02-0.08ln

    t =

    =

    76.41

    0.0617.54

    5000.153.0

    0.060.080.02-0.08ln

    t =

    =

    24.13

    0.0655.32

    5000.153.0

    0.060.080.02-0.08ln

    t =

    =

  • Penuntun Teknis

    52

    Ketiga waktu kadaluwarsa ini yang diperoleh pada 3 temperatur yang berbeda

    kemudian dapat dihubungkan untuk mendapatkan persamaan garisnya, sebagai berikut:

    Kadaluwarsa Biskuit

    y = 141.24e-0.5974x

    R2 = 0.9989

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Temperatur oC

    Wak

    tu k

    adal

    uwar

    sa

    Setelah diperoleh persamaan garis (kurva) hubungan waktu kadaluwarsa dengan

    temperatur seperti diatas, maka persamaan ini dapat digunakan langsung menghitung

    waktu kadaluawarsa pada temperatur lainnya, tanpa memasukkan data-data Po.

    Sebagai contoh, persamaan dari kurva diatas adalah:

    y = 141,24e-0,05974x

    Atau

    ln t = ln 141.24 0.05974 (T)

    R2 = 0,9989

    Contoh 1: Dengan menggunakan persamaan ini maka dengan mudah akan dapat

    dihitung waktu kadaluwarsa pada temperatur penyimpanan lainnya,

    10 20 30 40

  • Penuntun Teknis

    53

    Waktu kadaluwarsa pada 15oC dengan menggunakan persamaan ini adalah:

    ln 141.24( )( ) 0.0597( ) 15( )[ ] 4.055=

    e4.055 57.685=

    Sehingga umur simpan (t) pada 15oC akan sama dengan 57.7 hari

    Contoh 2: Waktu kadaluwarsa pada 25oC dengan menggunakan persamaan ini adalah:

    ln 141.24( )( ) 0.0597( ) 25( )[ ] 3.458= e3.458 31.753=

    Sehingga t pada 25oC akan sama dengan 31.8 hari.

    Contoh 3: waktu kadaluwarsa pada 35oC dengan menggunakan persamaan adalah:

    ln 141.24( )( ) 0.0597( ) 35( )[ ] 2.861= e2.861 17.479=

    Sehingga t pada 35oC akan sama dengan 17 hari.

    Hal ini, juga dapat diterapkan dan berlaku terhadap waktu kadaluwarsa yang diperoleh

    menggunakan uji organoleptik dengan penyimpanan ASLT.

  • Penuntun Teknis

    54

    2. CONTOH TRANSFORMASI UMUR SIMPAN MENJADI TANGGAL, BULAN DAN TAHUN KADALUWARSA.

    Transformasi berikut ini hanya dilakukan jika penetapan waktu kadaluwarsa yang

    diterapkan adalah dengan penyimpanan yang dipercepat seperti ASLT atau ASS,

    sedangkan jika digunakan penyimpanan ESS, transformasi tidak dilakukan seperti telah

    diperlihatkan sebelumnya pada penerapan metoda organoleptik.

    2.1. Berdasarkan Metoda Numerik Terdapat beberapa cara untuk merubah umur simpan (waktu kadaluwarsa pada

    temperatur tertentu) menjadi tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa (waktu

    kadaluwarsa pada berbagai kondisi temperatur), namun cara numerik yang akan

    diberikan berikut ini adalah cara yang paling baik untuk memberikan pengertian tentang

    prinsip perubahan nilai umur simpan (pada kondisi tertentu) menjadi tanggal, bulan dan

    tahun kadaluwarsa. Umur simpan pada kondisi tertentu, sebenarnya juga adalah waktu

    kadaluwarsa. Hanya saja, waktu kadaluwarsa ini diperhitungkan hanya pada satu

    kondisi spesifik, misalnya pada suhu 10, 20, atau 30 oC, sedangkan tanggal, bulan dan

    tahun kadaluwarsa sudah bersifat umum.

    Hal ini memungkinkan karena kondisinya sudah diperhitungan secara kumulatif.

    Bagaimanapun perubahan umur simpan menjadi tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa

    jarang ditemukan atau dipublikasikan secara detil dan biasanya dilakukan oleh

    produsen dengan berbagai pertimbangan. Hal ini berbeda halnya dengan topik seperti

    pemilihan kriteria kadaluwarsa, pemodelan umur simpan, metoda pengukuran

    perubahan mutu dalam penentuan umur simpan dan sebagainya yang banyak dibahas

    dan dipublikasikan.

    Untuk mengubah umur simpan menjadi tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa, maka

    harus tersedia data distribusi perjalanan produk setelah keluar dari gudang pabrik. Data

    ini dapat disusun berdasarkan pengalaman atau dapat pula diestimasi berdasarkan

    rata-rata kondisi penyimpanan. Contoh data distribusi yang akan digunakan adalah

    seperti yang diperlihatkan pada Tabel 24.

  • Penuntun Teknis

    55

    Data di dalam Tabel 24 ini menyatakan bahwa rata-rata produk biskuit tersimpan

    selama 4 hari pada gudang pabrik yang bersuhu rata-rata =20oC, kemudian produk

    akan mengalami transpor yang rata-rata berlangsung selama 2 hari dengan suhu

    tempat penyimpanan selama transpor rata-rata sebesar = 20oC. Setelah itu produk

    akan disimpan pada gudang distributor selama 7 hari, dimana suhu penyimpanan

    gudang distributor rata-rata sebesar = 25oC, demikian seterusnya.

    Tabel 24. Data distribusi

    No. Kondisi Distribusi Suhu (oC)

    Rata-rata waktu Simpan pada Suhu tersebut

    (Hari) 1 Gudang Pabrik 20 4 2 Transport 20 2 3 Gudang Distributor 25 7 4 Transport 21 1 7 Toko/Eceran Bagian luar 15 5 Bagian dalam 20 6

    8 Transport 29 0,167 9 Konsumen 10 14

    Langka-langkah yang dilakukan dalam penetapan tanggal, bulan dan tahun

    kadaluwarsa ini adalah:

    1. Pertama-tama tentukanlah persamaan umum hubungan umur simpan dengan

    temperatur. Pada contoh sebelumnya telah diperoleh hubungan sebagai berikut:

    y = 141,24e-0,05974x

    ln t = ln 141.24 0.05974 (T)

    2. Kemudian untuk masing-masing temperatur penyimpanan pada kolom distribusi,

    hitunglah umur simpan dari masing-masing temperatur itu (seperti pada contoh yang

    diberikan pada saat menghitung umur simpan pada 15oC, 25oC dan 35oC dibagian

    1). Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam kolom berikut dari data distribusi,

    sebagai berikut (Tabel 25):

  • Penuntun Teknis

    56

    3. Untuk mendapatkan nilai perubahan mutu yang telah hilang setelah penyimpanan

    produk pada kondisi distribusi yang telah dilaluinya, bagikan nilai kolom (4) dengan

    kolom (5) kemudian kalikan dengan 100 (lihat Tabel 26).

    4. Data pada kolom (7) pada Tabel 26 memberikan pengertian bahwa pada akhir

    distribusi produk ini kehilangan umur simpan sebesar 85.5 %, dengan sisa waktu

    simpan sebesar 14.5%.

    Dalam hal ini total waktu kadaluwarsanya adalah:

    Waktu Kadaluwarsa berdasarkan distribusi = {(Total waktu simpan (kolom 4) + (sisa

    waktu kadaluwarsa yang tersisa)

    Tabel 25. Data distribusi disertai nilai umur simpan

    No. Kondisi Distribusi (2)

    Temp. (oC) (3)

    Rata-rata waktu Simpan pada Temp.

    tersebut (Hari) (4)

    Umur simpan pada Temp. tersebut

    (Hari) (5)

    1 Gudang Pabrik 20 4 42,82 2 Transport 20 2 42,82 3 Gudang Distributor 25 7 31,77 4 Transport 21 1 40,34 7 Toko/Eceran Bagian luar 15 5 57,72 Bagian dalam 20 6 42,82

    8 Transport 29 0,167 25,02 9 Konsumen 10 14 77,79

  • Penuntun Teknis

    57

    Tabel 26. Data distribusi disertai nilai umur simpan

    Rata-rata waktu simpan pada Temp.

    tersebut (Hari)

    (4)

    Umur simpan pada Temp. tersebut

    (Hari) (5)

    Mutu yang hilang (%) (6)

    Kumulatif mutu yang hilang (%)

    (7)

    4 42,82 9,34 15,06 2 42,82 4,67 19,73 7 31,77 22,03 41,76 1 40,34 2,48 44,24 5 57,72 8,66 52,91 6 42,82 14,01 66,92

    0,167 25,02 0,67 67,58 14 77,79 18,00 85,58

    Dalam hal ini total waktu distribusi = 39.167 hari

    Sisa sebesar 14.5 % pada 10oC = (0.145 x 77,79248) =11.2 hari

    Dengan demikian Waktu kadaluwarsa = 39.167 hari +11.2 hari = 50.37 Hari

    Jadi, jika produk diproduksi tanggal 13 Oktober 2003, maka produk akan kadaluwarsa

    pada tanggal : 1 Desember 2003 (yaitu, 50.37 hari setelah hari ini).

    2. 2. Metoda Lainnya. 2.2.1. Jika berdasarkan pengalaman, diyakini bahwa distribusi produk sebagian besar

    hanya berlangsung pada satu atau dua temperatur penyimpanan tertentu yang dominan

    dan fluktuasi temperatur selama distribusi tidak terlalu bervariasi, maka penetapan

    tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa cukup dilakukan pada temperatur yang dominan

    tersebut. Misalkan, diasumsikan bahwa selama distribusi produk hanya akan

    mengalami 2 kondisi temperatur yang ekstrim yaitu pada siang hari dengan temperatur

    20oC dan malam hari dengan temperatur 15 oC. Sehingga waktu kadaluarsa dapat

    ditentukan dengan mengambil rata-rata kedua temperatur tersebut, yaitu:

    (umur simpan pada 15 oC + umur simpan pada 20 oC)/2 = (57.6 + 41.7)/2 = 50 Hari.

  • Penuntun Teknis

    58

    Dengan cara ini maka tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa produk akan sama dengan

    : 1 Desember 2003, atau sama dengan yang diperoleh diatas.

    2.2.2. Dapat juga diasumsikan bahwa produk setelah keluar dari pabrik sebagian besar

    akan disimpan pada satu temperatur saja misalnya 15oC , yaitu temperatur rata-rata di

    supermarket. Dengan cara ini maka akan diperoleh waktu kadaluwarsa sebesar:

    y = 141,24e-0,05974x

    ln t = ln 141.24 0.05974 (T)

    ln 141.24( )( ) 0.0597( ) 15( )[ ] 4.055=

    Sehingga t pada 15oC akan sama dengan:

    e4.055 57.685=

    Dengan cara ini, maka tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa adalah: 7 Desember

    2003.

  • Penuntun Teknis

    59

    V. PEMBUATAN KURVA SORPSI ISOTHERMIS

    Penerapan persamaan Labuza atau Model Heiss-Eichner, memerlukan slope kurva

    sorpsi isothermis produk. Kurva ini, jika belum tersedia datanya maka memerlukan

    pelaksanaan percobaan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

    Menurut Spiess dan Wolf (1987). penetapan kurva sorpsi isothermis dilakukan dengan

    menggunakan 8 jenis garam seperti yang diperlihatkan pada Tabel 27 berikut ini

    (Meskipun demikian penggunaan 4 atau 5 jenis garam juga menghasilkan kurva yang

    cukup baik, bilamana interval nilai aw-nya tidak terlalu berimpit).

    Tabel 27. Preparasi larutan jenuh untuk penetapan kurva sorpsi isothermis

    Kuantitas Jenis Garam aw Garam (gram) Air (ml)

    NaOH 0.06 150.0 85.0 MgCl2 0.32 200.0 25.0 K2CO3 0.44 200.0 90.0

    KI 0.69 200.0 50.0 NaCl 0.75 200.0 60.0 KCl 0.84 200.0 80.0

    BaCl2 0.96 250.0 70.0 K2Cr2

top related