Download - BAB II Revisi

Transcript

27

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1.Air

Air yang terdapat di alam memiliki jumlah yang relatif konstan, tetapi tidak diam, namun bersirkulasi akibat pengaruh cuaca yang dikenal dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mempertahankan keberadaan air dan merupakan suatu proses alami untuk membersihkan lingkungan air secara mandiri (Slamet, 2011).

Siklus hidrologi merupakan suatu proses yang meliputi proses penguapan, kondensasi, presipitasi, dan pengaliran. Penguapan oleh air permukaan akibat sinar matahari akan menghasilkan uap air yang kemudian memasuki atmosfer berubah menjadi awan dan dalam kondisi tertentu akan mengalami pendinginan berubah menjadi tetesan air sehingga jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan akan mengalir langsung ke tempat tertentu membentuk air permukaan atau meresap dan tersimpan ke dalam tanah menjadi air tanah (Marsono, 2009). Siklus hidrologi akan menghasilkan berbagai sumber air tawar yang terdiri dari :

1. Air Permukaan

Sumber utama air permukaan berasal dari sungai, selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Sebagian besar air permukaan sudah tercemar akibat aktivitas manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain, kecuali air terjun karena berasal dari pembendungan alam dan jatuh ke permukaan akibat gaya gravitasi. Air permukaan adalah sumber penting sebagai bahan baku air bersih, maka harus diperhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya (Chandra, 2006).

2. Air Angkasa

Air angkasa dapat berupa air hujan, salju, dan es. Air hujan sangat bergantung pada kualitas udara yang dilaluinya pada saat turum ke permukaan bumi, karena air hujan akan melarutkan partikel debu dan gas yang terdapat di udara.

3. Air Tanah

Air tanah bersumber dari air hujan yang turun ke permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah menjadi air tanah. Dalam prosesnya, air tanah harus melewati beberapa lapisan tanah sehingga terjadi kesadahan air. Keadaan ini menyebabkan air tanah mengandung berbagai mineral dalam konsentrasi tertentu (Chandra, 2006).

Air tanah dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal memiliki kualitas yang cukup baik, namun dari segi kuantitas kurang baik karena sangat bergantung pada musim. Air ini didapatkan pada kedalaman 15 meter dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum maupun air bersih melalui sumur-sumur dangkal.

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam didapatkan pada kedalaman 100-300 meter dan harus menggunakan bor untuk memasukkan pipa kedalamnya. Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama sehingga sudah mengalami proses penyaringan berulang. Dari segi kualitas air tanah dalam lebih baik dibandingkan air tanah dangkal.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Sumber mata air dapat berasal dari lereng gunung atau daerah dataran rendah. Mata air merupakan sumber air yang sangat baik untuk digunakan sebagai air minum (Alamsyah, 2006).II.1.1.1. Kualitas Baku Mutu Air Minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk minum, masak, mandi, dan mencuci. Kebutuhan air untuk makan dan minum harus sangat diperhatikan, maka kualitas air tersebut diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan untuk dapat di minum (Notoatmodjo, 2003).

Kualitas baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar normal suatu zat, energi, makhluk hidup atau komponen yang ada atau harus ada atau suatu pencemar dalam kisaran tertentu. Maka, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas air berdasarkan parameter-parameter tertentu menggunakan metode tertentu (Mulia, 2005).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001, disebutkan tentang pengujian mutu air yang ditetapkan berdasarkan parameter fisika, parameter kimia, dan parameter bakteriologis.

Beberapa persyaratan air minum yang layak menurut Sujana Alamsyah (2007) dalam bukunya, terdiri dari :

a. Syarat Fisik

1. Derajat Kekeruhan : air yang baik adalah jernih dan tidak keruh.

2. Tidak berbau dan tidak berasa.

3. Jumlah padatan terapung : padatan dalam air minum yang layak tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah ditentukan, yaitu 1.000mg/l.

4. Suhu : normalnya air yang baik memiliki temperatur normal 3C dari suhu kamar (27C).

5. Warna : air yang baik tidak berwarna, harus jernih, dan tidak keruh. Apabila berwarna bias disebabkan karena adanya bahan kimia atau mikroorganisme yang terlarut dalam air.

b. Syarat Kimiawi1. Derajat Keasaman (pH) : air yang baik dan layak minum memiliki pH netral (pH = 7). Batas pH minimum dan maksimum berkisar 6,5 9,0.

2. Kandungan Bahan Kimia Organik : air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organic dalam jumlah sesuai batas yang telah ditentukan.

3. Kandungan Bahan Kimia Anorganik dan kandungan bahan kimia yang terkandung tidak melebihi batas yang ditetapkan. c. Syarat Bakteriologis

Air yang digunakan untuk minum, selain harus memenuhi persyaratan fisik dan kimiawi, tetapi juga harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Bakteri yang menjadi indikator adanya pencemaran oleh bakteri atau virus adalah terdapatnya bakteri Coliform dalam air tersebut.Persyaratan yang harus dipenuhi oleh air agar dapat dijadikan sumber air minum harus sesuai standar mutu air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES /PER/IV/2010 sesuai dengan standar WHO.

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air MinumNo.ParameterSatuanKadar Maksimum yang DiperbolehkanKeterangan

Fisika

1.Bau-Tidak berbau

2.Zat Padat Terlarutmg/l1000

3.KekeruhanSkala NTU5

4.Rasa-Tidak berasa

5.Suhu3C dari suhu udara

6.WarnaSkala TCU

Kimia

Kimia Anorganik

Air raksa (Hg)mg/liter0,001

Aluminium (Al)mg/liter0,2

Arsen (As)mg/liter0,05

Besi (Fe)mg/liter0,3

Kesadahan (CaCO3)mg/liter500

Klorida (Cl)mg/liter250

Mangan (Ma)mg/liter0,1

Nitrat (NO3)mg/liter10

Nitrit (NO2)mg/liter1,0

pH-6,5 s/d 8,5

Sianida (Si)mg/liter0,1

Sulfat (SO4)mg/liter400

Tembaga (Cu)mg/liter1,0

Timbal (Pb)mg/liter0,05

Kimia Organik

Benzenemg/liter0,1

Chloroformmg/liter0,03

DDTmg/liter0,03

Detergenmg/liter0,05

Pestisida Totalmg/liter0,10

Zat Organik (KMnO4)mg/liter10

Mikrobiologi

Koliform tinja/100 mlJumlah0

Total Koliform/100 mlJumlah0

Radioaktif

Gross Alpha ActivityBq/liter0,1

Gross Beta ActivityBq/liter1,0

Menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1.PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, kualitas air bersih dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan kandungan bakterinya, yaitu (Purbowarsito, 2011) :

1. Air bersih kelas A kategori baik dengan kandungan Coliform kurang dari 50MPN/100ml.2. Air bersih kelas B kategori kurang baik dengan kandungan Coliform 51-100 MPN/100ml.3. Air bersih kelas C kategori jelek dengan kandungan Coliform 101 1000 MPN/ 100ml.4. Air bersih kelas D kategori amat jelek dengan kandungan Coliform 1001 2400 MPN/100ml.5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek dengan kandungan Coliform >2400 MPN/100ml.II.1.2. Air Sumur

Air sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah dengan lapisan air yang berbeda-beda. Air sumur berdasarkan lapisan airnya dibedakan menjadi air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air sumur dangkal memiliki kedalaman 5 15 meter dari permukaan tanah dan biasanya tidak begitu baik akibat kontaminasi kotoran permukaan tanah. Air sumur dalam dengan kedalaman lebih dari 15 meter sebagian besar sudah cukup baik untuk dijadikan sumber air minum (Notoatmodjo, 2003).II.1.2.1Persyaratan Teknis Air Sumur

Proses pembuatan sumur air harus diperhatikan bahwa air yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi, dan mencuci dengan syarat air tersebut harus bernilai baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Hanif Fakhrurroja (2010), dalam membuat sebuah sumur air harus diperhatikan persyaratan teknisnya, yaitu :

a. Konstruksi Sumur

Dalam pembuatan sumur, perlu diperhatikan konstruksi sumur airnya meliputi :

1. Sumur air harus memiliki dinding atau tembok bagian atas pada jarak 3 meter dari permukaan tanah agar tidak terjadi perembesan air dari permukaan tanah yang dapat merusak atau mengkontasminasi kualitas air bersih.

2. Pada bagian atas sumur harus diberi tutup agar kontaminan tidak merusak air yang bersih menjadi kotor.

3. Kedalaman air sebaiknya lebih dari 15 meter agar lebih aman dari pencemaran.

4. Air sumur harus diberi antai kedap air selebar 1 1,5 m2 untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar (Sutrisno, 2004).b. Pemilihan Letak Sumur

1. Jarak sumur air dengan jamban

Letak sumur air tidak boleh berdekatan dengan jamban atau kamar mandi agar tidak terjadi kontaminasi saluran pembuangan dengan jaringan sumur air tanah. Apabila tanah yang berada di sekitar sumur merupakan tanah liat, jarak yang baik minimal 5 meter. Namun, jika tanahnya berpasir, jarak minimal antara sumur dengan jamban adalah 7,5 meter.

2. Jarak sumur air dengan septictankJarak antara sumur air dengan septictank sebaiknya 10 meter atau lebih. Namun, jarak tersebut menjadi suatu masalah bila rumah tersebut terletak pada daerah padat penduduk. Selain itu, dapat saja jarak antara sumur air dengan septictank sudah 10 meter, tetapi dengan septictank tetangga sebelahnya kurang dari 10 meter. Untuk menentukan letak sumur air dengan septictank dapat diatasi dengan cara mengetahui arah aliran tanahnya, sehingga dapat mengurangi penyebaran bakteri ke dalam air sumur

II.1.3. Pencemaran Air

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi pula peningkatan aktivitas manusia yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, salah satunya adalah pencemaran air yang mengakibatkan penurunan kualitas air. Pencemaran air adalah perubahan tatanan air oleh kegiatan manusia dengan masuknya suatu zat, energi, mikroorganisme, atau komponen lain ke dalam air sehingga kualitas air menurun dan tidak dapat berfungsi lagi seperti normalnya (Mulia, 2005).

Pencemaran air adalah salah satu dampak yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan merupakan suatu fenomena yang ditimbulkan akibat interaksi antara manusia dengan lingkungan akibat aktivitas yang dapat menimbulkan kerusakan. Air merupakan salah satu media yang dirugikan akibat adanya perubahan lingkungan, sehingga air yang tercemar dapat menjadi media transmisi yang dapat membawa sumber penyakit (Achmadi, 2008).

II.1.3.1. Sumber Pencemaran Air

Sumber pencemar air menurut Ricki M Mulia (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa pencemar air dapat dikategorikan sebagai :

a. Agen Infeksi

Bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan manusia paling sering berasal dari mikroorganisme patogen. Mikroorganisme ini dapat menjadi pencemar air dan mengakibatkan penyakit bawaan air atau Water Borne Disease. Sumber utama mikroorganisme patogen berasal dari ekskreta manusia atau hewan yang tidak dikelola dengan baik. Untuk mendeteksi keberadaan mikroorganisme patogen dalam air dapat diketahui dari keberadaan bakteri Coliform yang merupakan suatu organisme petunjuk.

b. Zat-zat Pengikat Oksigen

Air dengan kandungan oksigen lebih dari 6 ppm dapat mendukung kehidupan. Namun, bia kadar tersebug menurun sampai 2 ppm hanya dapat memberikan kehidupan bagi cacing, bakteri, jamur, dan mikroorganisme pengurai lainnya. Oksigen yang terlarut dapat berasal dari proses difusi oleh oksigen yang terdapat dari atmosfir ataupun berasal dari hasil fotosintesis.c. Sedimen

Sedimen yang dapat menyebabkan pencemaran air dapat berupa tanah dan pasir yang dapat masuk ke dalam air akibat erosi atau banjir. Akibat adanya sedimen dalam air dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan air.

d. Nutrisi atau Zat Hara

Air yang banyak mengandung nutrisi atau zat hara, seperti nitrat dan fosfat dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pertumbuhan tumbuhan air seperti alga dan dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Hal tersebut menyebaban air menjadi keruh dan bau.

e. Pencemar Anorganik

Pencemaran anorganik oleh logam, garam, asam, dan basa yang biasanya dihasilkan oleh aktivitas industry dapat menyebabkan perubahan pH air, sehingga dapat mengganggu kehidupan mikroorganisme air dan dampak kesehatan bagi manusia.

f. Zat Kimia Organik

Kontaminasi air oleh zat kimia organik yang biasanya berasal dari limbah industri kimia untuk pembuatan pestisida, pasti, dan produk farmasi yang tidak dikelola dengan baik dapat mengancam kesehatan manusia.g. Energi Panas

Perubahan temperatur air dari kondisi normal dapat memperburuk kualitas air dan aktivitas mikroorganisme air. Peningkatan temperature akibat pembuangan limbah panas dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut, sehingga dapat memperburuk kualitas air.

h. Zat Radioaktif

Pengeolaan limbah zat radioaktif dalam teknologi nuklir yang tidak baik dapat memberikan pengaruh buruk yang bersifat akut maupun kronis. Pada kadar yang tinggi, dapat menyebabkan gangguan proses pembelahan sel dan rusaknya kromosom. Pengaruh kronis yang muncul dalam waktu lama dapat berakibat buruk pada genetik dan somatik.II.1.4. Peranan Air sebagai Penyebab Penyakit

Peranan air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam-macam, yaitu (Slamet, 2011) :

a. Air sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease)Kuman patogen terdapat dalam air minum dan bila air yang mengandung bakteri patogen ini terminum dapat menimbulkan penyakit, diantaranya adalah cholera, tifoid, hepatitis, dan disentri basiler.

b. Air sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Rellated Vector Disease)Air merupakan tempat perkembangbiakan bagi beberapa macam insekta yang menjadi vektor penyakit. Nyamuk aedes aegypti merupakan salah satu contoh vektor yang berkembang biak di air. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh insekta, antara lain adalah malaria, yellow fever, dengue, dan onchocersiasis.c. Penyakit akibat Kurangnya Kuantitas Air bersih (Water Washed Disease)Kurangnya air bersih khsusnya untuk menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit dan mata. Karena kuantitas air yang minim menyebabkan menurunnya hiegientas sanitasi pada individu, sehingga bakteri yang terdapat di kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang.d. Penyakit Akibat Hospes yang Hidup di Air (Water Bashed Disease)Penyakit yang siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara yang hidup di dalam air. Contoh penyakit yang ditimbukan adalah Schistosomiasis, dimana larvanya hidup di dalam keong air.II.1.5. Bakteri Indikator Pencemaran Air

Penggunaan bakteri sebagai indikator dalam menentukan kualitas air sudah dikenal sejak 1880 saat ditemukannya Klebsiella pneumonia dan Klebsiella rhinoscleromatis pada feses manusia. Pada tahun 1893 mulai digunakan pemeriksaan penghitungan jumlah Coliform pada sampel air sebagai indikator bakteriologis sanitasi (WHO, 2001).

II.1.5.1. Bakteri ColiformColiform adalah suatu bakteri Gram negatif yang bersifat oksidase negatif, tidak membentuk spora, dan memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas pada suhu 35-37C selama 24-48 jam pada medium garam empedu dan detergen. Bakteri Coliform merupakan suatu indikator pencemaran air. Beberapa spesies, seperti Escherichia, Klebsiella, Enterobacter, dan Citrobacter memberikan hasil positif pada pemeriksaan (Cabral, 2011).

Coliform disebut juga sebagai bakteri enterik yang memiliki ciri-ciri, dintaranya (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005) :

1. Berbentuk batang motil dan nonmotil, bersifat Gram negatif.

2. Tumbuh dalam pepton atau media kaldu daging tanpa tambahan natrium klorida atau tambahan lain.

3. Bersifat anaerob fakultatif

4. Tumbuh baik pada agar MacConkey5. Memfermentasi laktosa dengan membentuk gas.

6. Oksidase negatif dan katalase positif.

7. Mereduksi nitrat menjadi nitrit.

Bakteri Coliform yang terdapat di dalam air, minuman atau makanan menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik. Coliform terdiri dari 2 jenis, yaitu (Purbowarsito, 2011) :

a. Coliform Fekal

Kelompok bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia salah satu bakterinya adalah Escherichia coli. Apabila E. coli ditemukan di dalam air menunjukkan bahwa air tersebut mengandung bakteri patogen intestinal.b. Coliform Non-fekal

Bakteri ini biasa ditemukkan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati. Jenis bakteri Coliform Non-fekal, diantaranya adalah Enterobacter aerogens. Untuk mengetahui jumlah bakteri Coliform dalam air dilakukan pemeriksaan dengan metode Multiple-Tube Fermentation yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Metode Most Probable Number (WHO, 2001).II.1.5.2. Escherichia coliII.1.5.2.1. Taksonomi Escherichia coliDomain: Bacteria

Phylum: Proteobacteria

Classis

: Gammaproteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

Familia: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies: Escherichia coli

Gambar II.1. Escherichia coli Colorized Scanning Electron MicrographSumber : CDC National Centre for Infectious Disease; http://phil.cdc.gov/PHIL_images/10070/10070.aspII.1.5.2.2. Karakteristik Escherichia coliEscherichia merupakan salah satu genus bakteri dari famili Enterobacteriaceae dan E. coli merupakan spesies dari genus tersebut. E. coli bersifat katalase positif, oksidase negatif, memfermentasikan laktosa, berbentuk batang pendek dengan ukuran sekitar 1.1-1.5 x 2.0-6.0 m dalam keadaan hidup dan 0.4-0.7 x 1.0-3.0 m saat kering dalam pewarnaan, susunan tunggal, Gram negatif, tidak berspora, dan sebagian dapat bergerak menggunakan flagel peritrikh. E. coli merupakan bakteri anaerob fakultatif dan dapat tumbuh pada keadaan aerob pada suhu 370C (Adam & Moss,2008; Simjee, 2007).

II.1.5.2.3. E. coli sebagai Indikator Pencemaran Air

Pada tahun 1892, Shardinger mengemukakan bahwa E. coli merupakan indikator kontaminasi fecal. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya E. coli dalam jumlah yang banyak pada kotoran manusia atau hewan. Namun, karena masih terdapat jenis bakteri lain yang bisa terdapat dalam saluran cerna seperti Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter yang dapat diperiksa menggunakan fermentasi laktosa dan menunjukkan karakteristik seperti E. coli. Sehingga, untuk pemeriksaan air digunakan Coliform sebagai indikator. Sedangkan E. coli digunakan untuk mengindikasikan telah terjadinya kontaminasi fecal (FDA, 2002; Downes & Ito, 2001)II.1.6. Metode Most Probable Number

Metode Most Probable Number (MPN) atau yang disebut Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform dalam suatu sampel. Prinsip dari metode ini adalah Fermetasi laktosa selama 24 jam dan akan menghasilkan gas yang tertangkap oleh tabung durham. (WHO, 2001).

Uji kualitatif Coliform dengan metode MPN ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu (Badiamurti; Radina; Muntalif, 2013):

a. Uji Penduga (Presumptive Test)

Pada uji pendugaan digunakan media kaldu laktosa (lactose broth) sebagai media pertumbuhan untuk membedakan Coliform dari kelompok lain. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna pada media dan terperangkapnya gelembung udara pada tabung durham setelah media yang telah diinokulasi tersebut diinkubasi pada suhu 37 selama 242 jam. Hasil tersebut menunjukan adanya bakteri indikator yang diinginkan.b. Uji Penegasan (Confirmed Test)

Uji penegasan atau yang disebut uji konfirmasi. Pada uji ini digunakan media Levine-EMBA yang merupakan media selektif yang hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri Coliform karena pada media tersebut terdapat senyawa yang menghambat pertumbuhan bakteri selain Coliform. Hasil diamati pada media yang telah ditanami dengan metode strik dan telah diinkubasi pada suhu 37C selama 242 jam. Hasil positif pada tes ini menunjukan besarnya kandungan total Coliform pada sampel. Total Coliform merupakan keselurahan dari enterobakter. Sehingga hasil positif yang dilihat tidak hanya adanya koloni hijau metalik dengan warna hitam ditengahnya yang menunjukan pertumbuhan bakteri E. coli, namun juga berbagai tanda positif lain seperti transparan dan berwarna agak kekuningan yang menunjukan adanya Salmonella dan Shigella serta adanya koloni berwarna coklat abu-abu yang menunjukan adanya Enterobakter lain. Uji ini sangat berpengaruh pada uji penduga karena dalam menentukan total Coliform didapat dari nilai pengenceran dikalikan dengan angka yang ada pada table penentuan MPN.

c. Uji Kesempurnaan (Completed Test)

Uji kesempurnaan adalah kelanjutan dari uji konfirmasi. Pada uji kesempurnaan menggunakan EC broth yang hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri E. coli. Hasil positif pada media Levine-EMBA diinokulsi secara septik menggunakan ose ke medium EC broth dan diinkubasi selam 242 jam pada suhu 44C. Hasil positif ditunjukkan denga adanya gelembung pada tabung durham. Hasil inilah yang dibandingkan dengan table MPN dan dikalian dengan pengencerannya.

II.1.7.Perilaku

II.1.7.1. Definisi

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk dapat sampai kepada perilaku tertentu. Menurut Green (1991) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2007).

menjelaskan bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan, dan kesehatan itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :a. Faktor Predisposisi

Faktor yang mendahului dan menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, niai, dan presepsi. Faktor predisposisi lebih cenderung merupakan bawaan pribadi atau kelomok yang mendukung dan menghambat perilaku sehat.b. Faktor Pemungkin

Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku yang menimbulkan suatu motivasi terlaksana. Faktor ini mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan, seperi ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas, sarana, dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan.

c. Faktor Penguat

Faktor penyerta perilaku yang memberi penghargaan atau hukuman atas perilaku yang berperan. Faktor penguat mencakup keluarga, teman sebaya, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan pembuat keputusan.

II.1.7.2. Perilaku Masyarakat Pengguna Air Sumur

Perilaku masyarakat yang terbiasa membuat sumur tanpa bibir, tdak menutup bibir sumur, dan kebiasaan mandi serta mencuci di sekitar sumur akan menyebabkan air bekas pakai mengalir dan meresap kembali ke dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran air. Selain itu, kebiasaan mengambil air sumur, membuang kotoran manusia, dan pengolahan air sumur sebagai sumber air minum juga ikut mempengaruhi (Marsono, 2009).II.2. Kerangka TeoriBagan 2.1. Kerangka Teori Hubungan Perilaku Masyarakat Pengguna Air dan Tingkat Risiko Pencemaran terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur

II.3. Kerangka KonsepBerdasarkan kerangka teori disusun kerangka konsep penelitian dengan mencari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Bagan 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

II.3.1. HipotesisH0 : Tidak terdapat hubungan antara perilaku masyarakat pengguna air dan tingkat risiko pencemaran terhadap kualitas bakteriologis air sumur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi.

H1 : Terdapat hubungan antara perilaku masyarakat pengguna air terhadap kualitas bakteriologis air sumur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang, bekasi.

H2 : Terdapat hubungan antara tingkat risiko pencemaran terhadap kualitas bakteriologis air sumur di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang, bekasi.

II.4. Penelitian Terkait

1. Cut Khaerunnia melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Jarak dan Konstruksi Sumur Serta Tindakan Pengguna Air terhadap Jumlah Coliform Air Sumur Gali Penduduk di Sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa perilaku masyarakat khususnya tindakan pengguna air sumur memiliki hubungan yang bermakna dengan jumlah Coliform dalam air sumur.2. Riefka Aulia melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kualitas Fisik dan Bakteriologis Air di Kecamatan Arjasari Kabupaten Jember Tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku masyarakat dengan kualitas bakteriologis air sumur.3. Rina Mutiara Ginting melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Risiko Pencemaran Terhadap Kualitas Air Sumur Gali di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006. Penelitian dilakukan dengan metode analitik dan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor risiko pencemaran dengan kualitas air sumur gali.PERILAKU PENGGUNA AIR

Membuat sumur dengan jarak > 10 dari sumber pencemaran

Membuat sumur dilengkapi dengan dinding dan bibir sumur yang kedap air

Sumur dilengkapi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Pengolahan air untuk dikonsumsi

RISIKO PENCEMARAN

Sumber Pencemaran (Jamban, pembuangan sampah, kandang ternak, genangan air)

Konstruksi sumur yang tidak memenuhi kriteria sumur sehat

Pencemaran Air oleh Faktor Biologis

Kontaminasi bakteri pada air sumur

Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air (Perhitungan Jumlah Coliform) metode MPN

Uji Penduga

(Presumtive Test)

Uji Penguat

(Confirmed Test)

Uji Pelengkap

(Completed Test)

Fermentasi Laktosa oleh bakteri Coliform pada medium Lactose Broth

Perubahan warna pada medium dan terperangkap gas pada tabung durham

Pembiakan pada media Endo Agar

Koloni Kilat Logam Keemasan

Pewarnaan Gram

Identifikasi Bakteri

Bentuk Cocobasil

Susunan Tunggal

Warna Merah

Sifat Gram Negatif

Genus Escherichia

Perilaku Masyarakat Pengguna Air Sumur

Tingkat Risiko Pencemaran Air Sumur

Jumlah Bakteri Coliform

7


Top Related