Download - Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
1/39
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LAPARATOMY
1 LAPARATOMY
Askep kasus Laparatomyklik >>disini
a. Defenisi
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun
tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini
adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi,
apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan
bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai
jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang
meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,
salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami
nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma
dan perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen
http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.html -
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
2/39
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
3/39
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer
dapat disebabkan olehspontaneous bacterial peritonitis(SBP) akibat penyakit hepar
kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),
sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai
kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila
penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus
menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut
setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup
kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus(usus besar yang mempunyaimesocolondapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
4/39
otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus
atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi
lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi.
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding
c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter(2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu
periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif.
Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
5/39
laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang
telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
2. Tujuan perawatan post laparatomi Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri klien.
Mempersiapkan klien pulang.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
Kelemahan
Mual, muntah, anoreksia
Konstipasi
4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
6/39
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan
darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman
dari pembuluh darah yang tidak terikat
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami
erosi oleh selang drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-
basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan
konjungtiva pucat dan pasien melemah.
5. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
Syok
Pencegahan :
a. Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimumc. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan
menggunakan narkotik secara bijaksana
d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
e. Ruangan tenang untuk mencegah stres
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
7/39
f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g. Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika
diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah,
albumin, plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi
retensi cairan dan edema)
Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
2.2 Ileustomy
a. Pengertian
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
8/39
Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma.
Produk ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg
hilang terutama sodium (Na) dan Kalium (K).
b. Indikasi Illeostomi
Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional
Keganasan pada daerah usus halus.
Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )
c. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos abdomen 3 posisi
Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)
Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)
d. Komplikasi
Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi
atau terjadinya obstruksi.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
Kriteria NANDA, NOC DAN NIC
A. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
9/39
NANDA : Acute pain (1996)
Domain 12 : Kenyamanan. Perasaan sejahtera atau tenteram.
Kelas 1 : Kenyamanan fisik : Perasaan sejahtera atau nyaman dan atau bebas dari rasa
nyeri.
Pengertian : Pengalaman emosional dan sensori tidak menyenangkan yang muncul dari
kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan
(Association for the Study of Pain) : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
Melaporkan nyeri secara verbal atau nonverbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Gerakan untuk melindungi
Fokus pada diri sendiri
Faktor yang berhubungan :
Agen cedera (fisik)
Clien outcomes :
Menunjukkan nyeri : efek merusak,dibuktikan dengan indicator 1-
5(ekstrem,berat,sedang,ringan,atau tidak ada).
o
Penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal.
o Gangguan kerja,kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.
o Penurunan konsentrasi
o Tergangganya tidur
o Penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
10/39
Menunjukkan tingkat nyeri:
o Ekpresi lisan atau wajah
o Posisi tubuh melindungi
o Kegelisahan atau ketegangan otot
o Klien dalam kecepatan pernapasan,denyut jantung atau tekanan darah
Klien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
Klien akan mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)
Klien melaporkan fisik dan psikologis
Klie mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
Klien melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
Klien menggunajan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesic seara tepat
Nursing Out Come (NOC) :
Tingkat kenyamanan (2001)
Domain : Perceived-Health (V)
Class : Symtom-Status (V)
Scale : None to extensive (i)
Definisi : Perasaan senang secara fisik dan psikologis.
Indikator :
2100 01 : Melaporkan kenyamanan fisik
2100 02 : Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan nyeri
2100 03 : Melaporkan kenyamanan psikologis
2100 07 : Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
11/39
2100 08 : Ekspresi puas terhadap pengawasan nyeri
Tingkat nyeri (2102).
Domain : Perceived-Health (V)
Class : Symptom Status (V)
Scale : Severe to None (n)
Definisi : Jumlah nyeri yang dilaporkan atau ditunjukkan.
Indikator :
2102 01 : Melaporkan nyeri
2102 02 : Bagian tubuh yang diserang
21002 03 : Frekuensi nyeri
21002 04 : Panjangnya episode nyeri
21002 05 : Ekspresi mulut terhadap nyeri
21002 06 : Ekspresi wajah terhadap nyeri
21002 07 : Posisi perlindungan tubuh
21002 08 : Istirahat
21002 09 : Ketahanan otot
Nursing Intervention Classification (NIC) :
Pengaturan nyeri (1400) :
Melakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri termasuk local, karakteristik,
serangan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau penyebab dan faktor-faktor pencetus.
Mengobservasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan terutama pada ketidakmampuan
berkomunikasi secara efektif.
Memastikan klien mendapatkan perawatan analgesic.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
12/39
Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik dan mengetahui pengalaman nyeri dan respon klien
terhadap nyeri.
Menyediakan informasi tentang nyeri seperti : Penyebab, lamanya dan cara mengantisipasi
ketidaknyamanan.
Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan.
Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor pencetus yang dapat meningkatkan nyeri .
Memantau kepuasan klien terhadap management nyeri.
B. Diagnosa 2 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.
NANDA : Impaired Physical Mobility (1973, 1998).
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat.
Kelas 2 : Aktivitas/Latihan : Pergerakan bagian tubuh (mobilitas), melakukan pekerjaan
atau melakukan tindakan yang sering (tidak selalu) melawan resistensi.
Pengertian : Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu
atau lebih ekstremitas.
Batasan karakteristik :
Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin.
Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar.
Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus.
Sulit berbalik
Clien outcomes:
Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator 1-5:
1. Ketergantungan/tidak berpartisipasi
2. Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
13/39
3. Membutuhkan bantuan orang lain
4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu
5. Mandiri penuh
o Penampilan yang seimbang
o Penampilan posisi tubuh
o Pergerakan sendi dan otot
o Melakukan perpindahan
o Ambulasi : Berjalan
o Ambulasi : Kursi roda
Klien akan menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
Klien akan meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.
Klien akan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu (Sebutkan
aktivitas dan alat bantunya) ;
Klien akan menyangga berat badan.
Klien akan berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh (sebutkan
jaraknya).
Klien akan berpindah dari dan ke kursi/kursi roda.
Klien akan menggunakan kursi roda secara efektif.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Impaired Physical Mobility.
Definisi : Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih.
Suggested Outcomes :
Ambulasi : Berjalan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
14/39
Ambulasi : Kursi roda
Penampilan posisi tubuh
Pergerakan sendi : Aktif
Tingkat mobilitas
Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari
Pelaksanaan berpindah.
Nursing Intervention Classification (NIC) :
Terapi aktivitas, ambulasi :
Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh
volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cedera.
Terapi aktivitas : Mobilitas sendi :
Penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi
tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cidera
Perubahan posisi :
Memindahkan klien atau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko
kerusakan kulit, mendukung integritas kulit, dan meningkatkan penyembuhan.
C. Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
1. NANDA : Risk For Infection.
Domain 11 : Keselamatan/Perlindungan :
Bebas dari rasa bahaya, cedera fisik, kerusakan system imun, penjagaan dari kehilangan,
perlindungan keselamatan dan keamanan.
Kelas 1 : Infeksi : Respon host sehubungan dengan invasi pathogen.
Pengertian : Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
15/39
Batasan karakteristik :
Prosedur invasive
Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen.
Trauma
Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
Malnutrisi
Pertahanan primer tak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan
statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltic).
Clien outcomes:
Fakor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien,
pengetahuan yang penting : Pengendalian infeksi, dan secara konsisten menunjukkan perilaku
deteksi resiko dan pengendalian resiko.
Klien menunjukkan pengendalian resiko dengan indicator 1-5 (Tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, konsisten menunjukkan)
o Mendapatkan imunisasi yang tepat.
o Memantau factor resiko lingkungan dan perilaku seseorang.
o Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan.
o Mengurang gaya hidup untuk mengurangi resiko.
Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.
Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal.
Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi.
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mkengikuti prosedur pernapasan dan pemantauan.
2. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
16/39
Immobility Concequences : Physiological (0204)
Domain : Functional health (I)
Class : Mobility (C)
Scale : Severe to none (n)
Indikasi :
020401 Tekanan pada luka
020402 Konstipasi
020404 Penurunan status nutrisi
020409 Demam
020411 Penurunan kekuatan otot
NOC : Nutritional Status (1004)
Domain : Physiologic health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely compromised to not
compromised (a)
Indikasi :
100401 Pemasukan nutrisi
100402 Intake makanan dan minuman
100403 Energi
100404 Massa tubuh
100405 Berat badan
3. Nursing Intervention Classification (NIC) : Infection Control (6540).
Aktivitas :
Membatasi jumlah pengunjung
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
17/39
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
Mengajarkan klien teknik mencuci tangan
Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan steril
Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar
dari ruangan klien
Mempertahankan teknik isolasi
Menyendirikan klien yang terinfeksi
Read more:http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-
dengan.html#ixzz2i50Ip7ex
http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7ex -
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
18/39
APPENDISITIS
APPENDISITIS
Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis akut
merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan
terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendisitis akut mengalami perforasi setelah
dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik
yang lebih baik, appendisitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap
memiliki angka morbiditas yang signifikan.
Diagnosis appendisitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat
hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendiktomy negatif pada
pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal
yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.
Semua kasus appendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendixyang terinflamasi,
baik denganlaparotomymaupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan,
maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan shock. Reginald Fitz
pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendisitis akuta merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.
Gambaran Anatomis Appendix Vermiformis
http://c1ncer81edy.blogspot.com/2012/11/appendisitis.htmlhttp://c1ncer81edy.blogspot.com/2012/11/appendisitis.html -
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
19/39
Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak pada saat perkembangan embriologi
minggu ke delapan yaitu pada bagian ujung dariprotuberans sekum. Pada
saat antenataldanpostnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang
akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah ujung.
Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki
lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat
tiga taenia coliyang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi
appendiks. Gejala appendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiksadalah retrocaecal(di belakang sekum) 65,28%,pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal(di bawah
sekum) 2,26%,perileal(di depan usus halus) 1% danpostileal(di belakang usus halus) 0,4%.
Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan limfoid
pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya meningkat selama
pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20 tahun dan menetap saat
dewasa. Setelah itu mengalami atrofi dan menghilang pada usia 60 tahun.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterica
superiordari arteriappendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus. Appendiks diperdarahioleh arteri appendikularis yang merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri
appendiks termasuk end arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami
ganggren.
Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya
berperan pada patogenesis appendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks adalah Imunoglobulin A (Ig-A).
immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi
bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
20/39
Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan
sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
Definisi Appendisitis
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu
feses), hiperplasia jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama
appendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba
histolytica, Trichuris trichura dan Enterobius vermicularis.
Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% ditemukan adanya faktor
obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasia aringan limfoid submukosa 60%, fekalith 35%,
benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.
Etiologi
Appendisitis dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria yang
dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus di antaranya hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor
apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi membran mukosa merupakan tahap awal
dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang
appendiks, diantaranya:
1. Faktor sumbatan (obstruksi)
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya appendisitis (90%) yang diikuti oleh
infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa, 35% karena
stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% di antaranya sumbatan oleh parasit dan
cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis
akut di antaranya: fekalith ditemukan 40% pada kasus appendisitis kasus sederhana, 65% pada
kasus appendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus appendisitis akut dengan
rupture.
2. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada appendisitis akut. Adanya fekalith
dalam lumen appendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi
peningkatan stagnansi feses dalam lumen appendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan
adalah kombinasi antara bacteriodes fragilis dan E. coli, lalu Splanchicus, Lactobacillus,
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
21/39
Pseudomonas, Bacteroides splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
22/39
Epidemiologi
Insidensi appendisitis sekitar 7% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat dan negara-negara
di Eropa. Di Asia dan Afrika, insidensi appendisitis akut diperkirakan lebih rendah dikarenakan
kebiasaan makan dari penduduknya bergantung daerah geografisnya.
Pada beberapa tahun terakhir ini, dilaporkan penurunan frekuensi dari appendisitis di Negara
Barat, yang mungkin berhubungan dengan perubahan pola makan kaya serat. Pada kenyataannya,
insidensi appendisitis dihubungkan dengan rendahnya pemakaian serat di beberapa negara. Orang
yang berkemungkinan terkena appendisitis dengan tingginya insidensi pada dekade kedua dan
kedua kehidupannya. Kasus appendisitis pada neonatal dan prenatal jarang dilaporkan.
Appendisitis lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio
laki-laki dibanding perempuan 1,7:1.
Patofisiologi Appendisitis
Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ
tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadilangkah awal terjadinya appendisitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya
sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada dinding
appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada
dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di usus besar
memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel
meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.
Appendisitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub mukosa, dan muskularis
propi. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan
edema, warnanya menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada perkembangan
selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis lokal disebut
appendsisitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan gangguan sirkulasi darah
sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat potensial ruptur. Pada
semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema dan
pembuluh darah kongesti.
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
23/39
Pada suatu saat organ ini dapat mengalami perubahan peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi.
Klasifikasi Appendisitis
Adapun klasifikasi appendisitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai berikut:
Appendisitis Akut
a. Appendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendisitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa disebabkan oleh obstruksi. Sekresi
mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang
mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema dan kemerahan. Gejala diawali
dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan. Padaappendisitis lateral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema dan tidak
ada eksudat serosa.
b. Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya
aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia
dan edema pada appendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan
fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia dan di dalam lumen terdapat
eksudat fibrinopurulen.
Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik McBurney,
defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
c. Appendisitis Akut Ganggrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi
infark dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami ganggren pada
bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau kebauan atau merah kehitaman. Pada
appendisitis akut ganggrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.
Appendisitis Infiltrat
Appendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh
omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpakan massa
flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
24/39
Appendisitis Abses
Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa
iliaka kanan, lateral dan sekum, retrocaecal, subcaecal, danpelvic.
Appendisitis Perforasi
Appendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang menyebabkan
pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks
tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Appendisitis Kronis
Appendisitis kronis merupakan merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai proses
radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi randah, khususnya obstruksiparsial terhadap lumen. Diagnosa appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat
serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal, submukosa
dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada
submukosa, muskularis propia dan serosa. Pembuluh darah seros tampak dilatasi.
Gambaran Klinis
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada neonatus
dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan diagnosis appendicitis jauh lebih sulitdan kadang tertunda. Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul. Seringkali dirasakan
sebagai nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu akan
berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri yang gradual seiring dengan
perkembangan penyakit.
Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Pada anak-anak,
dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri dapat mulai terjadi di kuadran kanan
bawah tanpa diawali nyeri pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri punggung, dan nyeri alih pada
testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan appendicitis retrocecal arau pelvis.
Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa nyeri saat
kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi kandung kemih.
Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset terjadinya
nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada ileum
terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya
mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun demikian, keluhan GIT ringan seperti
indigesti atau perubahan bowel habit dapat terjadi pada anak dengan appendisitis.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
25/39
Pada appendisitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu tubuh
diatas 38,6 0 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang berjalan
pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan akan menekan
Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang dapat
dipercaya dapat menurun atau menghilang.
Anak dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan cenderung untuk
berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut diflexikan. Anak yang menggeliat dan
berteriak-teriak jarang menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan appendicitis retrocaecal,
nyeri seperti kolik renal akibat perangsangan ureter.
Tabel Gejala Appendicitis Akut
Gejala Appendicitis Akut Frekuensi(%)Nyeri perut 100Anorexia 100Mual 90Muntah 75Nyeri berpindah 50Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudiananorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudiandemam yang tidak terlalu tinggi)
50
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: pada appendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada
pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
26/39
Palpasi: pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas
juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari appendisitis.
Pada penekanan perut kiri bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda
Blumberg (Blumberg Sign).
Pemeriksaan colok dubur: pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis, untuk menentukan letak
appendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri,
maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan
kunci diagnosis pada appendisitis pelvika.
Pemeriksaan Uji Psoas dan Uji Obturator: pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak
appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi
panggul pada posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus
yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan inidilakukan pada appendisitis pelvika.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya digunakan sebagai sarana untuk menegakkan
diagnosis apendisitis akut dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lainnya. Pada
kasus apendisitis biasanya nilai sel darah putih akan meningkat, terlebih pada kasus komplikasi.
Namun pada beberapa tertentu dapat dijumpai sel darah putih dengan nilai yang normal.
Pada keadaan tertentu diperlukan juga pemeriksaan rutin lainnya seperti: Pertama, analisis
urin dengan pemeriksaan mikroskopik, tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk
menyingkirkan kemungkinan batu uretra (hematuria), infeksi saluran kemih (piuria, bakteriuria)
sebagai penyebab dari nyeri abdomen bagian bawah, terutama pada pasien lanjut usia yang disertai
dengan diabetes. Tidak jarang ditemukan infeksi saluran kemih bagian bawah pada pasien wanita
dengan apendisitis.
Kedua, pengukuran kadar enzim hati dalam serum dan kadar amylase untuk membantu
menyingkirkan diagnosis inflamasi pada hati, kandung empedu dan pancreas, yaitu pada
pasien dengan keluhan nyeri yang lebih mengarah pada mid-abdomen atau pada kwadran kanan
atas.
Ketiga, pengukuran kadar serum -HCG (human chorionic gonadotropin) pada pasien wanita
usia subur untuk menyingkirkan kemungkinan dari kehamilan.
b. Pemeriksaan Pencitraan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
27/39
Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan pada
pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan dengan kasus
apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya ditemukan pada sekitar 10-40%
dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya
fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis
apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatandiagnosis , merupakan faktor yang berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.
Gambar Foto polos abdomen menunjukan apendicolith
Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya nonfilling
apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.
Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya
meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain: Penebalan
dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan echogenitas dari jaringan
lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan motilitas.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
28/39
Gambar Hasil USG pada apendisitis (Target sign)
Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan imaging non
invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan lokasi inflamasi,
massa, maupun abses.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
29/39
Gambaran CT-Scan dari tiga pasien yang dicurigai menderita apendisitis akut
Skor Diagnostik
Dalam rangka meningkatkan tingkat akurasi dari diagnosis apendisitis, maka telah disusun
sebuah system penilaian yang dibuat berdasarkan penelitian secara retrospektif oleh Alvarado.Sistem penilaian ini meliputi gejala-gejala (nyeri yang berpindah dari periumbilikal ke perut kanan
bawah, mual dan penurunan nafsu makan), tanda-tanda (nyeri tekan pada perut kanan bawah, nyeri
lepas, dan demam), dan pemeriksaan laboratorium (leukositosis dan pergeseran ke kiri).
TabelAlvarado Score untuk membantu menegakkan diagnosis
Manifestasi Skor
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
30/39
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
Diagnosa Banding
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendisitis karena penyakit lain
yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan appendisitis, diantaranya:
- Gastroenteritis ditandai dengan mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih
ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan
dengan appendisitis akut
- Limfadenitis mesenterika, biasanya didahului oleh entertitis atau gastroenteritis. Ditandai dengan
nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.
- Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif untuk rumple
lead, trombositopenia dan hematokrit yang meningkat.
- Infeksi panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendisitis akut. Suhu biasanya
lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada
wanita biasanya diserai keputihan dan infeksi urin.
- Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut
kanan bawah pada pertengahan siklis menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang
dalam waktu 24 jam.
- Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak jelas
seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri
mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.
- Divertikulosis meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendisitis akut dan sering
dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendisitis akut sehingga diperlukan pengobatan
serta tindakan bedah yang sama.
- Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendisitis jika isi gastroduodenum mengendapturun ke daerah usus bagian kanan sekum.
- Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendisitis retrocaecal. Nyeri menajalar ke labia, skrotum, penis, hematuria dan terjadi demam
atau leukositosis.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
31/39
Penatalaksanaan
Indikasi Operasi
Apabila diagnosis apendisitis telah ditegakkan dengan berbagai pemeriksaan yangmendukung, hal tersebut sudah merupakan suatu indikasi operasi (apendektomi), kecuali pada
kasus-kasus tertentu seperti halnya pada keadaan dimana masa akut telah dilewati namun muncul
komplikasi dengan terbentuknya abses. Pada beberapa kasus dapat digunakan antibiotic sebagai
terapi tunggal untuk mengurangi massa abses tersebut. Bila massa abses telah terbentuk di ekitar
apendiks maka basis dari sekum akan sulit untuk ditemukan, selain itu tindakan operatif secara
aman akan sulit untuk dikerjakan.
Persiapan pre-operasi
Analgetik dapat diberikan pada pasien setelah diagnosis dari apendisitis sudah dapatditegakkan dan manajemen operatif telah direncanakan. Status cairan harus dipantau dengan ketat
menggunakan indicator klinis seperti nadi, tekanan darah, dan jumlah pengeluaran urine.
Pemberian antibiotik dapat dimulai, umumnya diberikan cephalosporine generasi 2 secara
tunggal atau dikombinasikan dengan antibiotic spectrum luas yang melingkupi bakteri gram negatif
aerob (e.coli) dan anaerob (bacteroides spp.). Perlu diingat bahwa tujuan utama dari pemberian
antibiotic bukan untuk memberantas apendisitis itu sendiri. Pada kasus yang tidak disertai dengan
komplikasi, antibiotic umumnya diberikan untuk mengurangi insidens infeksi dari luka dan
peritoneum bagian dalam setelah operasi dan melindungi terhadap kemungkinan terjadinya
bakteremia.
Pada kasus-kasus dimana telah terjadi komplikasi berupa pembentukan abses maupun
bakteremia, maka pemberian antibiotic ditujukan untuk mengobati komplikasi tersebut. Terdapat
beragam pendapat tentang pemberian antibiotic profilaksis, namun terdapat konsensus bahwa:
1. Pemberian cephalosporin generasi 2 efektif dalam mengurangi komplikasi yang dapat timbul oleh
karena luka pada kasus non-komplikata
2. Waktu yang tepat dalam memberikan antibiotic adalah sesaat sebelum pembedahan atau pada
saat pembedahan dilakukan agar tercapai kadar yang optimal pada saat akan dilakukan incise
3. Pada kasus non-komplikata, pemberian antibiotic cukup dengan dosis tunggal. Penambahan dosis
setelah operasi tidak berguna dalam menurunkan resiko infeksi lebih lanjut.
Pertimbangan Operatif
Perlu ditentukan apakah prosedur operasi akan dilaksanakan melalui pendekatan secara
tradisional (terbuka) atau dengan bantuan laparoskopi. Terdapat berbagai penelitian yang
membandingkan antara pendekatan secara terbuka maupun dengan laparoskopi. Berdasarkan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
32/39
informasi terkini dapat disimpulkan bahwa pada kasus apendisitis tanpa disertai komplikasi,
pendekatan secara laparoskopik dapat mengurangi nyeri, kebutuhan untuk dirawat dan juga
menurunkan insidens infeksi pada luka setelah operasi. Pasien juga dapat kembali bekerja lebih
awal.
Tabel Perbandingan Antara Laparotomy dan Laparoskopi
Dilakukan pengangkatan apendiks apabila pada saat operasi ditemukan gambaran inflamasi.
Hal penting yang harus diingat adalah untuk melakukan disseksi apendiks sampai ke basis, yaitu
pada pertemuan taenia di dinding sekum. Kegagalan dalam mengangkat seluruh apendiks sampai
ke basis-nya dapat mengingkatkan resiko terjadinya apendisitis rekuren. Mengingat bahwa terdapat
beberapa laporan terjadinya appendicitis rekuren, maka penting untuk tetap berwaspadaterhadap kemungkinan munculnya apendisitis rekuren meski terdapat riwayat operasi apendiks dan
bukti jaringan parut yang nyata. Apabila diseksi secara aman tidak dimungkinkan oleh karena
adanya inflamasi ataupun pembentukan abses, sebuah closed suction drain dapat diletakan
kedalam kavum peritoneum. Tindakan ini bermanfaat untuk mengalirkan materi fekal maupun pus
keluar sehingga mencegah tertimbunnya materi-materi tersebut kedalam kavum peritoneum.
Apendektomi
Untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara operatif mempunyai keuntungan dan
kerugian.
a. Insisi menurut Mc Burney (grid incision atau muscle splitting incision).
Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka
anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc Burney). Sayatan ini
mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
33/39
serabutnya. Setelah itu akan tampak peritoneum parietal (mengkilat dan berwarna biru keabu-
abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum dikenali dari ukurannya yang
besar dan mengkilat dan lebih kelabu/putih, mempunyai haustrae dan teania koli, sedangkan ileum
lebih kecil, lebih merah dan tidak mempunyai haustrae atau teania koli. Basis apendiks dicari pada
pertemuan ketiga taenia coli.
Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi benjolan dan
tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat tubuh, dan masa istirahat
pasca bedah lebih pendek karena masa penyembuhannya lebih cepat. Kerugiannya adalah
lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi lebih lama. Lapangan operasi dapat
diperluas dengan memotong secara tajam.
b. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)
Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung menembus
otot dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak peritoneum. Keuntungannya
adalah lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas, sederhana, dan mudah.
Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat dipastikan,
lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah sehingga perdarahan menjadi lebih banyak,
masa istirahat pasca bedah lebih sering terjadi, kadang-kadang ada hematoma yang terinfeksi, dan
masa penyembuhan lebih lama.
c. Insisi pararektal
Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis dekstra secara vertikal dari
kranial ke kaudal sepanjang 10cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai pada kasus-kasus
apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang dengan mudah. Sedangkan
kerugiannya, sayatan ini tidak langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan
memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar, dan untuk menutup luka operasi diperlukanjahitan penunjang.
Setelah peritoneum dibuka dengan retractor, maka basis apendiks dapat dicari pada
pertemuan tiga taenia koli. Untuk membebaskannya dari mesoapendiks ada dua cara yang dapat
dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu :
Apendiktomi secara biasa, bila kita mulai dari apeks ke basis apendiks untuk memotong
mesoapendiks. Ini dilakukan pada apendiks yang tergantung bebas pada sekum atau bila puncak
apendiks mudah ditemukan.
Apendiktomi secara retrograde; bila kita memotong mesoapendiks dari basis ke arah puncak. Ini
dilakukan pada apendiks yang letaknya sulit, misalnya retrosekal, atau puncaknya sukar dicapaikarena tersembunyi, misalnya karena terjadi perlengketan dengan sekitarnya.
Teknik Apendektomi Mc Burney :
1. Pasien berbaring telentang dalam anestesi umum atau regional. Kemudian dilakukan tindakan
asepsis dan antisepsis pada perut kanan bawah
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
34/39
2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney seoanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding perut
dibelah secara tumpul menrut arah serabutnya, berturut-turut m rektus abdominis eksternus, m.
abdominis internus, m transversus abdominis, sampai akhirnya tampak peritoneum.
3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi.
4.
Sekum beserta apendiks diluksasi keluar.
5. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah basis.
6. Semua perdarahan dirawat.
7.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
35/39
Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut.
8. Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut.
9. Ujung apendiks dioleskan betadin.
10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan Mesoapendiks diikat.
11.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
36/39
Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat di dalamnya, semua perdarahan
dirawat.
12. Sekum dikembalikan ke dalam abdomen.
13.
Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgutdan otot-otot dikembalikan.
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
37/39
14. Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis
15. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.
Pasca Operasi
Kasus-kasus apendisitis tanpa komplikasi, pasien dapat mulai minum dan makan segera
setelah mereka merasa mampu, dan defekasi dievaluasi dalam 24-48 jam. Pemberian antibiotik dan
dekompresi dengan nasogastric tube pasca operasi tidak rutin dikerjakan pada pasien apendisitis
tanpa komplikasi. Pada kasus-kasus yang disertai dengan peritonitis, pemberian antibiotic diberikan
hingga 5-7 hari setelah operasi.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami wall-offsehingga berupa massa yang
terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan lekuk usus halus.
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak
dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi.
Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa
tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan
bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, danleukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah
terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal
perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium
(setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang,
pemberian antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan
hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila
ada.
Bila terbentuk abses apendik akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung
mengelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik
(ampisilin, gentamisin, metronidazol atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera
menghilang, dan apendektomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap
progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rectum atau
vagina dengan fluktuasi positif juga perlu dilakukan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang
letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali dan ikterus
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
38/39
setelah terjadi perforasi apendik. Pada kedaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi
dengan drainase.
Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal
lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
Prognosis
Sebagian besar pasien apendisitis sembuh dengan mudah melalui terapi operatif, namun
komplikasi dapat muncul apabila terjadi keterlambatan dalam penatalaksanaan atau bila sudah
terjadi peritonitis. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan sangat bergantung pada usia, kondisi
fisik, komplikasi, dan keadaan-keadaan lainnya, termasuk konsumsi alcohol, namun biasanya untuk
penyembuhan memerlukan waktu sekitar 10 dan 28 hari. Pada anak-anak (usia kurang lebih 10
tahun), penyembuhan memerlukan waktu sekitar tiga minggu.
Peritonitis yang mengancam nyawa merupakan alasan mengapa apendisitis akut
memerlukan evaluasi dan penatalaksanaan secara cepat. Apendisitis tipikal memberikan respon
yang sangat baik dengan apendektomi, dan terkadang dapat sembuh dengan spontan. Apabila
apendisitis sembuh dengan spontan, masih merupakan kontroversi mengenai perlu tidaknya
tindakan apendektomi elektif untuk mencegah apendisitis rekuren.
Apendisitis atipikal (dihubungkan dengan apendisitis supuratif) lebih sulit untuk didiagnosis
dan lebih cenderung untuk terjadi komplikasi meskipun telah dilakukan operasi secara dini. Pada
kedua keadaan diatas diagnosis secara tepat dan apendektomi memberikan hasil yang baik, dan
penyembuhan penuh terjadi antara dua sampai empat minggu. Mortalitas dan komplikasi berat
umumnya jarang ditemui, namun dapat terjadi apabila peritonitis berlanjut dan tidak mendapatterapi. Terdapat pula topic pembahasan yang sering mendapat perhatian mengenai massa
apendikular, yaitu terbentuknya suatu massa yang terdiri dari omentum dan usus yang saling
melekat, hal ini terjadi apabila apendiks tidak segera dipindahkan dengan segera selama terjadinya
infeksi. Selama masa ini, tindakan apendektomi akan sangat beresiko kecuali bila didapatkan
pembentukan pus yang dibuktikan dengan adanya demam dan toksisitas atau dengan USG.
Stump appendicitis, merupakan suatu komplikasi yang jarang ditemui, yaitu terjadinya
inflamasi pada sisa apendiks yang tertinggal setelah apendektomi yang tidak komplit.
Kesimpulan
-
7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya
39/39
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut
merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja
Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel dantidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian
akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi lemah dan letargik. Karena gejala yang tidak
khas tadi, appendicitis sering diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi, 80-90% appendicitis
baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting
dalam mendiagnosis appendicitis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartzs Principles of Surgery 9edebook. New York:
McGraw-Hills
Katz MS. Appendicitis. Available at :www.emedicine.com. Last update Apr 20th 2010
Kevin P. Lally, Charles S. Cox JR. dan Richard J. Andrassy. 2004. Appendix on Chapter 47 in Sabiston
Textbook of Surgery 17ed ebook. New York: Saunders.
Sjamsuhidajat R, Jong WD, et al. Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003
http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/