laporan pendahuluan apendisitis vya

Upload: sebastianus-doo

Post on 10-Feb-2018

278 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    1/39

    LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LAPARATOMY

    1 LAPARATOMY

    Askep kasus Laparatomyklik >>disini

    a. Defenisi

    Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi

    pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).

    Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada

    daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun

    tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini

    adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi,

    apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan

    bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai

    jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang

    meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic,

    salpingooferektomi bilateral.

    Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami

    nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma

    abdomen.

    Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma

    dan perbaikan bila diindikasikan.

    Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):

    a. Midline incision

    Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,

    eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen

    http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.htmlhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-kasus-klien-dengan.html
  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    2/39

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    3/39

    Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat

    disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-

    belt).

    2. Peritonitis

    Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga

    abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer

    dapat disebabkan olehspontaneous bacterial peritonitis(SBP) akibat penyakit hepar

    kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster

    dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid),

    sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

    3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

    Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)

    aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai

    kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari

    obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan

    gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila

    penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus

    menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut

    setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup

    kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus(usus besar yang mempunyaimesocolondapat terpuntir sendiri dengan demikian

    menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat

    distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    4/39

    otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus

    atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).

    4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks

    Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian

    inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi

    lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa

    menyebabkan inflamasi.

    5. Tumor abdomen

    6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

    7. Abscesses (a localized area of infection)

    8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

    9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)

    10. Intestinal perforation

    11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

    12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)

    13. Internal bleeding

    c. Post Op Laparatomi

    1. Defenisi

    Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses

    pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter(2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu

    periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif.

    Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    5/39

    laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang

    telah menjalani operasi pembedahan abdomen.

    2. Tujuan perawatan post laparatomi Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

    Mempercepat penyembuhan.

    Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.

    Mempertahankan konsep diri klien.

    Mempersiapkan klien pulang.

    3. Manifestasi Klinis

    Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

    Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan

    Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

    Kelemahan

    Mual, muntah, anoreksia

    Konstipasi

    4. Komplikasi

    Syok

    Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan

    ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

    Manifestasi Klinis :a. Pucat

    b. Kulit dingin dan terasa basah

    c. Pernafasan cepat

    d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    6/39

    e. Nadi cepat, lemah dan bergetar

    f. Penurunan tekanan nadi

    g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.

    Hemorrhagi

    a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan

    b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan

    darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman

    dari pembuluh darah yang tidak terikat

    c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena

    pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami

    erosi oleh selang drainage.

    Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-

    basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan

    konjungtiva pucat dan pasien melemah.

    5. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi

    Syok

    Pencegahan :

    a. Terapi penggantian cairan

    b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimumc. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan

    menggunakan narkotik secara bijaksana

    d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)

    e. Ruangan tenang untuk mencegah stres

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    7/39

    f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi

    g. Pemantauan tanda vital

    Pengobatan :

    a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan

    b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan

    c. Pemantauan status pernafasan dan CV

    d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika

    diindikasikan

    e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah,

    albumin, plasma atau pengganti plasma)

    f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi

    retensi cairan dan edema)

    Hemorrhagi

    Penatalaksanaan :

    a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok

    b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi

    c. Inspeksi luka bedah

    d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi

    e. Transfusi darah atau produk darah lainnya

    f. Observasi Vital Signs.

    2.2 Ileustomy

    a. Pengertian

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    8/39

    Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma.

    Produk ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg

    hilang terutama sodium (Na) dan Kalium (K).

    b. Indikasi Illeostomi

    Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional

    Keganasan pada daerah usus halus.

    Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Foto polos abdomen 3 posisi

    Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)

    Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)

    d. Komplikasi

    Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi

    atau terjadinya obstruksi.

    Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

    2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan

    3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

    Kriteria NANDA, NOC DAN NIC

    A. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    9/39

    NANDA : Acute pain (1996)

    Domain 12 : Kenyamanan. Perasaan sejahtera atau tenteram.

    Kelas 1 : Kenyamanan fisik : Perasaan sejahtera atau nyaman dan atau bebas dari rasa

    nyeri.

    Pengertian : Pengalaman emosional dan sensori tidak menyenangkan yang muncul dari

    kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan

    (Association for the Study of Pain) : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan

    sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

    Batasan karakteristik :

    Melaporkan nyeri secara verbal atau nonverbal

    Menunjukkan kerusakan

    Posisi untuk mengurangi nyeri

    Gerakan untuk melindungi

    Fokus pada diri sendiri

    Faktor yang berhubungan :

    Agen cedera (fisik)

    Clien outcomes :

    Menunjukkan nyeri : efek merusak,dibuktikan dengan indicator 1-

    5(ekstrem,berat,sedang,ringan,atau tidak ada).

    o

    Penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal.

    o Gangguan kerja,kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.

    o Penurunan konsentrasi

    o Tergangganya tidur

    o Penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    10/39

    Menunjukkan tingkat nyeri:

    o Ekpresi lisan atau wajah

    o Posisi tubuh melindungi

    o Kegelisahan atau ketegangan otot

    o Klien dalam kecepatan pernapasan,denyut jantung atau tekanan darah

    Klien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai

    kenyamanan

    Klien akan mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)

    Klien melaporkan fisik dan psikologis

    Klie mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri

    Klien melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan

    Klien menggunajan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesic seara tepat

    Nursing Out Come (NOC) :

    Tingkat kenyamanan (2001)

    Domain : Perceived-Health (V)

    Class : Symtom-Status (V)

    Scale : None to extensive (i)

    Definisi : Perasaan senang secara fisik dan psikologis.

    Indikator :

    2100 01 : Melaporkan kenyamanan fisik

    2100 02 : Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan nyeri

    2100 03 : Melaporkan kenyamanan psikologis

    2100 07 : Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    11/39

    2100 08 : Ekspresi puas terhadap pengawasan nyeri

    Tingkat nyeri (2102).

    Domain : Perceived-Health (V)

    Class : Symptom Status (V)

    Scale : Severe to None (n)

    Definisi : Jumlah nyeri yang dilaporkan atau ditunjukkan.

    Indikator :

    2102 01 : Melaporkan nyeri

    2102 02 : Bagian tubuh yang diserang

    21002 03 : Frekuensi nyeri

    21002 04 : Panjangnya episode nyeri

    21002 05 : Ekspresi mulut terhadap nyeri

    21002 06 : Ekspresi wajah terhadap nyeri

    21002 07 : Posisi perlindungan tubuh

    21002 08 : Istirahat

    21002 09 : Ketahanan otot

    Nursing Intervention Classification (NIC) :

    Pengaturan nyeri (1400) :

    Melakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri termasuk local, karakteristik,

    serangan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau penyebab dan faktor-faktor pencetus.

    Mengobservasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan terutama pada ketidakmampuan

    berkomunikasi secara efektif.

    Memastikan klien mendapatkan perawatan analgesic.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    12/39

    Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik dan mengetahui pengalaman nyeri dan respon klien

    terhadap nyeri.

    Menyediakan informasi tentang nyeri seperti : Penyebab, lamanya dan cara mengantisipasi

    ketidaknyamanan.

    Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan.

    Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor pencetus yang dapat meningkatkan nyeri .

    Memantau kepuasan klien terhadap management nyeri.

    B. Diagnosa 2 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.

    NANDA : Impaired Physical Mobility (1973, 1998).

    Domain 4 : Aktivitas/Istirahat.

    Kelas 2 : Aktivitas/Latihan : Pergerakan bagian tubuh (mobilitas), melakukan pekerjaan

    atau melakukan tindakan yang sering (tidak selalu) melawan resistensi.

    Pengertian : Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu

    atau lebih ekstremitas.

    Batasan karakteristik :

    Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin.

    Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar.

    Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus.

    Sulit berbalik

    Clien outcomes:

    Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator 1-5:

    1. Ketergantungan/tidak berpartisipasi

    2. Membutuhkan bantuan orang lain dan alat

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    13/39

    3. Membutuhkan bantuan orang lain

    4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu

    5. Mandiri penuh

    o Penampilan yang seimbang

    o Penampilan posisi tubuh

    o Pergerakan sendi dan otot

    o Melakukan perpindahan

    o Ambulasi : Berjalan

    o Ambulasi : Kursi roda

    Klien akan menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

    Klien akan meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.

    Klien akan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu (Sebutkan

    aktivitas dan alat bantunya) ;

    Klien akan menyangga berat badan.

    Klien akan berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh (sebutkan

    jaraknya).

    Klien akan berpindah dari dan ke kursi/kursi roda.

    Klien akan menggunakan kursi roda secara efektif.

    Nursing Outcomes Classification (NOC) : Impaired Physical Mobility.

    Definisi : Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh

    atau satu ekstremitas atau lebih.

    Suggested Outcomes :

    Ambulasi : Berjalan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    14/39

    Ambulasi : Kursi roda

    Penampilan posisi tubuh

    Pergerakan sendi : Aktif

    Tingkat mobilitas

    Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari

    Pelaksanaan berpindah.

    Nursing Intervention Classification (NIC) :

    Terapi aktivitas, ambulasi :

    Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh

    volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cedera.

    Terapi aktivitas : Mobilitas sendi :

    Penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi

    tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cidera

    Perubahan posisi :

    Memindahkan klien atau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko

    kerusakan kulit, mendukung integritas kulit, dan meningkatkan penyembuhan.

    C. Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

    1. NANDA : Risk For Infection.

    Domain 11 : Keselamatan/Perlindungan :

    Bebas dari rasa bahaya, cedera fisik, kerusakan system imun, penjagaan dari kehilangan,

    perlindungan keselamatan dan keamanan.

    Kelas 1 : Infeksi : Respon host sehubungan dengan invasi pathogen.

    Pengertian : Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    15/39

    Batasan karakteristik :

    Prosedur invasive

    Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen.

    Trauma

    Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.

    Malnutrisi

    Pertahanan primer tak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan

    statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltic).

    Clien outcomes:

    Fakor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien,

    pengetahuan yang penting : Pengendalian infeksi, dan secara konsisten menunjukkan perilaku

    deteksi resiko dan pengendalian resiko.

    Klien menunjukkan pengendalian resiko dengan indicator 1-5 (Tidak pernah, jarang, kadang-

    kadang, sering, konsisten menunjukkan)

    o Mendapatkan imunisasi yang tepat.

    o Memantau factor resiko lingkungan dan perilaku seseorang.

    o Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan.

    o Mengurang gaya hidup untuk mengurangi resiko.

    Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.

    Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.

    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal.

    Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi.

    Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mkengikuti prosedur pernapasan dan pemantauan.

    2. Nursing Outcomes Classification (NOC) :

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    16/39

    Immobility Concequences : Physiological (0204)

    Domain : Functional health (I)

    Class : Mobility (C)

    Scale : Severe to none (n)

    Indikasi :

    020401 Tekanan pada luka

    020402 Konstipasi

    020404 Penurunan status nutrisi

    020409 Demam

    020411 Penurunan kekuatan otot

    NOC : Nutritional Status (1004)

    Domain : Physiologic health (II)

    Class : Nutrition (K)

    Scale : Extremely compromised to not

    compromised (a)

    Indikasi :

    100401 Pemasukan nutrisi

    100402 Intake makanan dan minuman

    100403 Energi

    100404 Massa tubuh

    100405 Berat badan

    3. Nursing Intervention Classification (NIC) : Infection Control (6540).

    Aktivitas :

    Membatasi jumlah pengunjung

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    17/39

    Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan

    Mengajarkan klien teknik mencuci tangan

    Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan

    Menggunakan sarung tangan steril

    Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar

    dari ruangan klien

    Mempertahankan teknik isolasi

    Menyendirikan klien yang terinfeksi

    Read more:http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-

    dengan.html#ixzz2i50Ip7ex

    http://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7exhttp://yayannerz.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html#ixzz2i50Ip7ex
  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    18/39

    APPENDISITIS

    APPENDISITIS

    Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan

    penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis akut

    merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.

    Terdapat sekitar 250.000 kasus appendisitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan

    terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

    Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak

    sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan appendisitis akut mengalami perforasi setelah

    dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik

    yang lebih baik, appendisitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap

    memiliki angka morbiditas yang signifikan.

    Diagnosis appendisitis akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat

    hanya pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendiktomy negatif pada

    pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal

    yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.

    Semua kasus appendisitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendixyang terinflamasi,

    baik denganlaparotomymaupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan,

    maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan shock. Reginald Fitz

    pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendisitis akuta merupakan

    salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia.

    Gambaran Anatomis Appendix Vermiformis

    http://c1ncer81edy.blogspot.com/2012/11/appendisitis.htmlhttp://c1ncer81edy.blogspot.com/2012/11/appendisitis.html
  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    19/39

    Anatomi

    Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan

    berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak pada saat perkembangan embriologi

    minggu ke delapan yaitu pada bagian ujung dariprotuberans sekum. Pada

    saat antenataldanpostnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang

    akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.

    Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah ujung.

    Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki

    lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat

    tiga taenia coliyang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi

    appendiks. Gejala appendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiksadalah retrocaecal(di belakang sekum) 65,28%,pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal(di bawah

    sekum) 2,26%,perileal(di depan usus halus) 1% danpostileal(di belakang usus halus) 0,4%.

    Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan limfoid

    pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya meningkat selama

    pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20 tahun dan menetap saat

    dewasa. Setelah itu mengalami atrofi dan menghilang pada usia 60 tahun.

    Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterica

    superiordari arteriappendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X.

    Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus. Appendiks diperdarahioleh arteri appendikularis yang merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri

    appendiks termasuk end arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami

    ganggren.

    Fisiologi

    Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam

    lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya

    berperan pada patogenesis appendisitis.

    Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang

    terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks adalah Imunoglobulin A (Ig-A).

    immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi

    bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    20/39

    Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan

    sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

    Definisi Appendisitis

    Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu

    feses), hiperplasia jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama

    appendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba

    histolytica, Trichuris trichura dan Enterobius vermicularis.

    Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% ditemukan adanya faktor

    obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasia aringan limfoid submukosa 60%, fekalith 35%,

    benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.

    Etiologi

    Appendisitis dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria yang

    dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus di antaranya hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor

    apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi membran mukosa merupakan tahap awal

    dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang

    appendiks, diantaranya:

    1. Faktor sumbatan (obstruksi)

    Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya appendisitis (90%) yang diikuti oleh

    infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa, 35% karena

    stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% di antaranya sumbatan oleh parasit dan

    cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis

    akut di antaranya: fekalith ditemukan 40% pada kasus appendisitis kasus sederhana, 65% pada

    kasus appendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus appendisitis akut dengan

    rupture.

    2. Faktor bakteri

    Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada appendisitis akut. Adanya fekalith

    dalam lumen appendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi

    peningkatan stagnansi feses dalam lumen appendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan

    adalah kombinasi antara bacteriodes fragilis dan E. coli, lalu Splanchicus, Lactobacillus,

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    21/39

    Pseudomonas, Bacteroides splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah

    kuman anaerob sebesar 96% dan aerob

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    22/39

    Epidemiologi

    Insidensi appendisitis sekitar 7% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat dan negara-negara

    di Eropa. Di Asia dan Afrika, insidensi appendisitis akut diperkirakan lebih rendah dikarenakan

    kebiasaan makan dari penduduknya bergantung daerah geografisnya.

    Pada beberapa tahun terakhir ini, dilaporkan penurunan frekuensi dari appendisitis di Negara

    Barat, yang mungkin berhubungan dengan perubahan pola makan kaya serat. Pada kenyataannya,

    insidensi appendisitis dihubungkan dengan rendahnya pemakaian serat di beberapa negara. Orang

    yang berkemungkinan terkena appendisitis dengan tingginya insidensi pada dekade kedua dan

    kedua kehidupannya. Kasus appendisitis pada neonatal dan prenatal jarang dilaporkan.

    Appendisitis lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio

    laki-laki dibanding perempuan 1,7:1.

    Patofisiologi Appendisitis

    Appendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ

    tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadilangkah awal terjadinya appendisitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya

    sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada dinding

    appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada

    dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di usus besar

    memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel

    meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.

    Appendisitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub mukosa, dan muskularis

    propi. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan

    edema, warnanya menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada perkembangan

    selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis lokal disebut

    appendsisitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan gangguan sirkulasi darah

    sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang sangat potensial ruptur. Pada

    semua dinding appendiks tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema dan

    pembuluh darah kongesti.

    Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan

    membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan

    sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    23/39

    Pada suatu saat organ ini dapat mengalami perubahan peradangan kembali dan dinyatakan

    mengalami eksaserbasi.

    Klasifikasi Appendisitis

    Adapun klasifikasi appendisitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai berikut:

    Appendisitis Akut

    a. Appendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendisitis)

    Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa disebabkan oleh obstruksi. Sekresi

    mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang

    mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema dan kemerahan. Gejala diawali

    dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan. Padaappendisitis lateral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema dan tidak

    ada eksudat serosa.

    b. Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

    Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya

    aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia

    dan edema pada appendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding

    appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan

    fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia dan di dalam lumen terdapat

    eksudat fibrinopurulen.

    Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik McBurney,

    defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada

    seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.

    c. Appendisitis Akut Ganggrenosa

    Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi

    infark dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami ganggren pada

    bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau kebauan atau merah kehitaman. Pada

    appendisitis akut ganggrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.

    Appendisitis Infiltrat

    Appendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh

    omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpakan massa

    flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    24/39

    Appendisitis Abses

    Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa

    iliaka kanan, lateral dan sekum, retrocaecal, subcaecal, danpelvic.

    Appendisitis Perforasi

    Appendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang menyebabkan

    pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks

    tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.

    Appendisitis Kronis

    Appendisitis kronis merupakan merupakan lanjutan appendisitis akut supuratif sebagai proses

    radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi randah, khususnya obstruksiparsial terhadap lumen. Diagnosa appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat

    serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks

    secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal, submukosa

    dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada

    submukosa, muskularis propia dan serosa. Pembuluh darah seros tampak dilatasi.

    Gambaran Klinis

    Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada neonatus

    dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan diagnosis appendicitis jauh lebih sulitdan kadang tertunda. Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul. Seringkali dirasakan

    sebagai nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu akan

    berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri yang gradual seiring dengan

    perkembangan penyakit.

    Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Pada anak-anak,

    dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri dapat mulai terjadi di kuadran kanan

    bawah tanpa diawali nyeri pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri punggung, dan nyeri alih pada

    testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan appendicitis retrocecal arau pelvis.

    Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa nyeri saat

    kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi kandung kemih.

    Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset terjadinya

    nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada ileum

    terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya

    mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun demikian, keluhan GIT ringan seperti

    indigesti atau perubahan bowel habit dapat terjadi pada anak dengan appendisitis.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    25/39

    Pada appendisitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu tubuh

    diatas 38,6 0 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang berjalan

    pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan akan menekan

    Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang dapat

    dipercaya dapat menurun atau menghilang.

    Anak dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan cenderung untuk

    berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut diflexikan. Anak yang menggeliat dan

    berteriak-teriak jarang menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan appendicitis retrocaecal,

    nyeri seperti kolik renal akibat perangsangan ureter.

    Tabel Gejala Appendicitis Akut

    Gejala Appendicitis Akut Frekuensi(%)Nyeri perut 100Anorexia 100Mual 90Muntah 75Nyeri berpindah 50Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudiananorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudiandemam yang tidak terlalu tinggi)

    50

    *-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan Fisik

    Inspeksi: pada appendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada

    pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    26/39

    Palpasi: pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas

    juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari appendisitis.

    Pada penekanan perut kiri bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di

    perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda

    Blumberg (Blumberg Sign).

    Pemeriksaan colok dubur: pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis, untuk menentukan letak

    appendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri,

    maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak di daerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan

    kunci diagnosis pada appendisitis pelvika.

    Pemeriksaan Uji Psoas dan Uji Obturator: pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak

    appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi

    sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila

    appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan

    menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi

    panggul pada posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus

    yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan inidilakukan pada appendisitis pelvika.

    Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya digunakan sebagai sarana untuk menegakkan

    diagnosis apendisitis akut dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lainnya. Pada

    kasus apendisitis biasanya nilai sel darah putih akan meningkat, terlebih pada kasus komplikasi.

    Namun pada beberapa tertentu dapat dijumpai sel darah putih dengan nilai yang normal.

    Pada keadaan tertentu diperlukan juga pemeriksaan rutin lainnya seperti: Pertama, analisis

    urin dengan pemeriksaan mikroskopik, tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk

    menyingkirkan kemungkinan batu uretra (hematuria), infeksi saluran kemih (piuria, bakteriuria)

    sebagai penyebab dari nyeri abdomen bagian bawah, terutama pada pasien lanjut usia yang disertai

    dengan diabetes. Tidak jarang ditemukan infeksi saluran kemih bagian bawah pada pasien wanita

    dengan apendisitis.

    Kedua, pengukuran kadar enzim hati dalam serum dan kadar amylase untuk membantu

    menyingkirkan diagnosis inflamasi pada hati, kandung empedu dan pancreas, yaitu pada

    pasien dengan keluhan nyeri yang lebih mengarah pada mid-abdomen atau pada kwadran kanan

    atas.

    Ketiga, pengukuran kadar serum -HCG (human chorionic gonadotropin) pada pasien wanita

    usia subur untuk menyingkirkan kemungkinan dari kehamilan.

    b. Pemeriksaan Pencitraan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    27/39

    Pemeriksaan foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan pada

    pasien dengan nyeri abdomen akut. Temuan yang paling sering dihubungkan dengan kasus

    apendisitis adalah fekalit. Namun pada kenyataannya fekalit hanya ditemukan pada sekitar 10-40%

    dari seluruh pasien apendisitis. Tetapi apabila pada pasien nyeri abdomen akut ditemukan adanya

    fekalit setelah dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, maka kemungkinan diagnosis

    apendisitisnya adalah 90%. Terdapatnya fekalit, usia (orangtua dan anak kecil), keterlambatandiagnosis , merupakan faktor yang berperan terhadap terjadinya perforasi apendiks.

    Gambar Foto polos abdomen menunjukan apendicolith

    Pada pemeriksaan barium enema dapat dicari kemungkinan terhadap adanya nonfilling

    apendiks, juga perubahan dinding caecum yang irregular/efek massa.

    Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan pemeriksaan yang popularitasnya

    meningkat belakangan ini. Temuan yang penting pada pemeriksaan ini antara lain: Penebalan

    dinding dan kehilangan lapisan normalnya (Target sign), Peningkatan echogenitas dari jaringan

    lemak disekitarnya, lokulasi cairan pericaecal, gangguan motilitas.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    28/39

    Gambar Hasil USG pada apendisitis (Target sign)

    Pemeriksaan CT-scan dapat dianggap sebagai standar emas dari pemeriksaan imaging non

    invasive pada pasien dengan apendisitis. Dengan CT-scan dapat ditentukan lokasi inflamasi,

    massa, maupun abses.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    29/39

    Gambaran CT-Scan dari tiga pasien yang dicurigai menderita apendisitis akut

    Skor Diagnostik

    Dalam rangka meningkatkan tingkat akurasi dari diagnosis apendisitis, maka telah disusun

    sebuah system penilaian yang dibuat berdasarkan penelitian secara retrospektif oleh Alvarado.Sistem penilaian ini meliputi gejala-gejala (nyeri yang berpindah dari periumbilikal ke perut kanan

    bawah, mual dan penurunan nafsu makan), tanda-tanda (nyeri tekan pada perut kanan bawah, nyeri

    lepas, dan demam), dan pemeriksaan laboratorium (leukositosis dan pergeseran ke kiri).

    TabelAlvarado Score untuk membantu menegakkan diagnosis

    Manifestasi Skor

    Gejala Adanya migrasi nyeri 1

    Anoreksia 1

    Mual/muntah 1

    Tanda Nyeri RLQ 2

    Nyeri lepas 1

    Febris 1

    Laboratorium Leukositosis 2

    Shift to the left 1

    Total poin 10

    Keterangan:

    0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil

    5-6 : bukan diagnosis Appendicitis

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    30/39

    7-8 : kemungkinan besar Appendicitis

    9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis

    Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah

    sebaiknya dilakukan.

    Diagnosa Banding

    Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendisitis karena penyakit lain

    yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan appendisitis, diantaranya:

    - Gastroenteritis ditandai dengan mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih

    ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan

    dengan appendisitis akut

    - Limfadenitis mesenterika, biasanya didahului oleh entertitis atau gastroenteritis. Ditandai dengan

    nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.

    - Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif untuk rumple

    lead, trombositopenia dan hematokrit yang meningkat.

    - Infeksi panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendisitis akut. Suhu biasanya

    lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada

    wanita biasanya diserai keputihan dan infeksi urin.

    - Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut

    kanan bawah pada pertengahan siklis menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang

    dalam waktu 24 jam.

    - Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak jelas

    seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri

    mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.

    - Divertikulosis meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendisitis akut dan sering

    dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendisitis akut sehingga diperlukan pengobatan

    serta tindakan bedah yang sama.

    - Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendisitis jika isi gastroduodenum mengendapturun ke daerah usus bagian kanan sekum.

    - Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai

    appendisitis retrocaecal. Nyeri menajalar ke labia, skrotum, penis, hematuria dan terjadi demam

    atau leukositosis.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    31/39

    Penatalaksanaan

    Indikasi Operasi

    Apabila diagnosis apendisitis telah ditegakkan dengan berbagai pemeriksaan yangmendukung, hal tersebut sudah merupakan suatu indikasi operasi (apendektomi), kecuali pada

    kasus-kasus tertentu seperti halnya pada keadaan dimana masa akut telah dilewati namun muncul

    komplikasi dengan terbentuknya abses. Pada beberapa kasus dapat digunakan antibiotic sebagai

    terapi tunggal untuk mengurangi massa abses tersebut. Bila massa abses telah terbentuk di ekitar

    apendiks maka basis dari sekum akan sulit untuk ditemukan, selain itu tindakan operatif secara

    aman akan sulit untuk dikerjakan.

    Persiapan pre-operasi

    Analgetik dapat diberikan pada pasien setelah diagnosis dari apendisitis sudah dapatditegakkan dan manajemen operatif telah direncanakan. Status cairan harus dipantau dengan ketat

    menggunakan indicator klinis seperti nadi, tekanan darah, dan jumlah pengeluaran urine.

    Pemberian antibiotik dapat dimulai, umumnya diberikan cephalosporine generasi 2 secara

    tunggal atau dikombinasikan dengan antibiotic spectrum luas yang melingkupi bakteri gram negatif

    aerob (e.coli) dan anaerob (bacteroides spp.). Perlu diingat bahwa tujuan utama dari pemberian

    antibiotic bukan untuk memberantas apendisitis itu sendiri. Pada kasus yang tidak disertai dengan

    komplikasi, antibiotic umumnya diberikan untuk mengurangi insidens infeksi dari luka dan

    peritoneum bagian dalam setelah operasi dan melindungi terhadap kemungkinan terjadinya

    bakteremia.

    Pada kasus-kasus dimana telah terjadi komplikasi berupa pembentukan abses maupun

    bakteremia, maka pemberian antibiotic ditujukan untuk mengobati komplikasi tersebut. Terdapat

    beragam pendapat tentang pemberian antibiotic profilaksis, namun terdapat konsensus bahwa:

    1. Pemberian cephalosporin generasi 2 efektif dalam mengurangi komplikasi yang dapat timbul oleh

    karena luka pada kasus non-komplikata

    2. Waktu yang tepat dalam memberikan antibiotic adalah sesaat sebelum pembedahan atau pada

    saat pembedahan dilakukan agar tercapai kadar yang optimal pada saat akan dilakukan incise

    3. Pada kasus non-komplikata, pemberian antibiotic cukup dengan dosis tunggal. Penambahan dosis

    setelah operasi tidak berguna dalam menurunkan resiko infeksi lebih lanjut.

    Pertimbangan Operatif

    Perlu ditentukan apakah prosedur operasi akan dilaksanakan melalui pendekatan secara

    tradisional (terbuka) atau dengan bantuan laparoskopi. Terdapat berbagai penelitian yang

    membandingkan antara pendekatan secara terbuka maupun dengan laparoskopi. Berdasarkan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    32/39

    informasi terkini dapat disimpulkan bahwa pada kasus apendisitis tanpa disertai komplikasi,

    pendekatan secara laparoskopik dapat mengurangi nyeri, kebutuhan untuk dirawat dan juga

    menurunkan insidens infeksi pada luka setelah operasi. Pasien juga dapat kembali bekerja lebih

    awal.

    Tabel Perbandingan Antara Laparotomy dan Laparoskopi

    Dilakukan pengangkatan apendiks apabila pada saat operasi ditemukan gambaran inflamasi.

    Hal penting yang harus diingat adalah untuk melakukan disseksi apendiks sampai ke basis, yaitu

    pada pertemuan taenia di dinding sekum. Kegagalan dalam mengangkat seluruh apendiks sampai

    ke basis-nya dapat mengingkatkan resiko terjadinya apendisitis rekuren. Mengingat bahwa terdapat

    beberapa laporan terjadinya appendicitis rekuren, maka penting untuk tetap berwaspadaterhadap kemungkinan munculnya apendisitis rekuren meski terdapat riwayat operasi apendiks dan

    bukti jaringan parut yang nyata. Apabila diseksi secara aman tidak dimungkinkan oleh karena

    adanya inflamasi ataupun pembentukan abses, sebuah closed suction drain dapat diletakan

    kedalam kavum peritoneum. Tindakan ini bermanfaat untuk mengalirkan materi fekal maupun pus

    keluar sehingga mencegah tertimbunnya materi-materi tersebut kedalam kavum peritoneum.

    Apendektomi

    Untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara operatif mempunyai keuntungan dan

    kerugian.

    a. Insisi menurut Mc Burney (grid incision atau muscle splitting incision).

    Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka

    anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc Burney). Sayatan ini

    mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    33/39

    serabutnya. Setelah itu akan tampak peritoneum parietal (mengkilat dan berwarna biru keabu-

    abuan) yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum dikenali dari ukurannya yang

    besar dan mengkilat dan lebih kelabu/putih, mempunyai haustrae dan teania koli, sedangkan ileum

    lebih kecil, lebih merah dan tidak mempunyai haustrae atau teania koli. Basis apendiks dicari pada

    pertemuan ketiga taenia coli.

    Teknik inilah yang paling sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi benjolan dan

    tidak mungkin terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat tubuh, dan masa istirahat

    pasca bedah lebih pendek karena masa penyembuhannya lebih cepat. Kerugiannya adalah

    lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi lebih lama. Lapangan operasi dapat

    diperluas dengan memotong secara tajam.

    b. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)

    Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung menembus

    otot dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak peritoneum. Keuntungannya

    adalah lapangan operasi lebih luas, mudah diperluas, sederhana, dan mudah.

    Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang harus tepat sehingga lokasi dapat dipastikan,

    lebih banyak memotong saraf dan pembuluh darah sehingga perdarahan menjadi lebih banyak,

    masa istirahat pasca bedah lebih sering terjadi, kadang-kadang ada hematoma yang terinfeksi, dan

    masa penyembuhan lebih lama.

    c. Insisi pararektal

    Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis dekstra secara vertikal dari

    kranial ke kaudal sepanjang 10cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai pada kasus-kasus

    apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang dengan mudah. Sedangkan

    kerugiannya, sayatan ini tidak langsung mengarah ke apendiks atau sekum, kemungkinan

    memotong saraf dan pembuluh darah lebih besar, dan untuk menutup luka operasi diperlukanjahitan penunjang.

    Setelah peritoneum dibuka dengan retractor, maka basis apendiks dapat dicari pada

    pertemuan tiga taenia koli. Untuk membebaskannya dari mesoapendiks ada dua cara yang dapat

    dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi, yaitu :

    Apendiktomi secara biasa, bila kita mulai dari apeks ke basis apendiks untuk memotong

    mesoapendiks. Ini dilakukan pada apendiks yang tergantung bebas pada sekum atau bila puncak

    apendiks mudah ditemukan.

    Apendiktomi secara retrograde; bila kita memotong mesoapendiks dari basis ke arah puncak. Ini

    dilakukan pada apendiks yang letaknya sulit, misalnya retrosekal, atau puncaknya sukar dicapaikarena tersembunyi, misalnya karena terjadi perlengketan dengan sekitarnya.

    Teknik Apendektomi Mc Burney :

    1. Pasien berbaring telentang dalam anestesi umum atau regional. Kemudian dilakukan tindakan

    asepsis dan antisepsis pada perut kanan bawah

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    34/39

    2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney seoanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot dinding perut

    dibelah secara tumpul menrut arah serabutnya, berturut-turut m rektus abdominis eksternus, m.

    abdominis internus, m transversus abdominis, sampai akhirnya tampak peritoneum.

    3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi.

    4.

    Sekum beserta apendiks diluksasi keluar.

    5. Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa, dari puncak ke arah basis.

    6. Semua perdarahan dirawat.

    7.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    35/39

    Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut.

    8. Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut.

    9. Ujung apendiks dioleskan betadin.

    10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan Mesoapendiks diikat.

    11.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    36/39

    Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat di dalamnya, semua perdarahan

    dirawat.

    12. Sekum dikembalikan ke dalam abdomen.

    13.

    Peritoneum ini dijahit jelujur dengan chromic catgutdan otot-otot dikembalikan.

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    37/39

    14. Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis

    15. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.

    Pasca Operasi

    Kasus-kasus apendisitis tanpa komplikasi, pasien dapat mulai minum dan makan segera

    setelah mereka merasa mampu, dan defekasi dievaluasi dalam 24-48 jam. Pemberian antibiotik dan

    dekompresi dengan nasogastric tube pasca operasi tidak rutin dikerjakan pada pasien apendisitis

    tanpa komplikasi. Pada kasus-kasus yang disertai dengan peritonitis, pemberian antibiotic diberikan

    hingga 5-7 hari setelah operasi.

    Komplikasi

    Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas

    maupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami wall-offsehingga berupa massa yang

    terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan lekuk usus halus.

    Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak

    dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi.

    Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa

    tersebut.

    Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan

    bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, danleukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah

    terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakan dengan pasti.

    Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal

    perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium

    (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang,

    pemberian antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan

    hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila

    ada.

    Bila terbentuk abses apendik akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung

    mengelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik

    (ampisilin, gentamisin, metronidazol atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera

    menghilang, dan apendektomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap

    progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rectum atau

    vagina dengan fluktuasi positif juga perlu dilakukan drainase.

    Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang

    letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali dan ikterus

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    38/39

    setelah terjadi perforasi apendik. Pada kedaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi

    dengan drainase.

    Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal

    lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

    Prognosis

    Sebagian besar pasien apendisitis sembuh dengan mudah melalui terapi operatif, namun

    komplikasi dapat muncul apabila terjadi keterlambatan dalam penatalaksanaan atau bila sudah

    terjadi peritonitis. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan sangat bergantung pada usia, kondisi

    fisik, komplikasi, dan keadaan-keadaan lainnya, termasuk konsumsi alcohol, namun biasanya untuk

    penyembuhan memerlukan waktu sekitar 10 dan 28 hari. Pada anak-anak (usia kurang lebih 10

    tahun), penyembuhan memerlukan waktu sekitar tiga minggu.

    Peritonitis yang mengancam nyawa merupakan alasan mengapa apendisitis akut

    memerlukan evaluasi dan penatalaksanaan secara cepat. Apendisitis tipikal memberikan respon

    yang sangat baik dengan apendektomi, dan terkadang dapat sembuh dengan spontan. Apabila

    apendisitis sembuh dengan spontan, masih merupakan kontroversi mengenai perlu tidaknya

    tindakan apendektomi elektif untuk mencegah apendisitis rekuren.

    Apendisitis atipikal (dihubungkan dengan apendisitis supuratif) lebih sulit untuk didiagnosis

    dan lebih cenderung untuk terjadi komplikasi meskipun telah dilakukan operasi secara dini. Pada

    kedua keadaan diatas diagnosis secara tepat dan apendektomi memberikan hasil yang baik, dan

    penyembuhan penuh terjadi antara dua sampai empat minggu. Mortalitas dan komplikasi berat

    umumnya jarang ditemui, namun dapat terjadi apabila peritonitis berlanjut dan tidak mendapatterapi. Terdapat pula topic pembahasan yang sering mendapat perhatian mengenai massa

    apendikular, yaitu terbentuknya suatu massa yang terdiri dari omentum dan usus yang saling

    melekat, hal ini terjadi apabila apendiks tidak segera dipindahkan dengan segera selama terjadinya

    infeksi. Selama masa ini, tindakan apendektomi akan sangat beresiko kecuali bila didapatkan

    pembentukan pus yang dibuktikan dengan adanya demam dan toksisitas atau dengan USG.

    Stump appendicitis, merupakan suatu komplikasi yang jarang ditemui, yaitu terjadinya

    inflamasi pada sisa apendiks yang tertinggal setelah apendektomi yang tidak komplit.

    Kesimpulan

  • 7/22/2019 Laporan Pendahuluan Apendisitis Vya

    39/39

    Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan

    penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut

    merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja

    Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel dantidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian

    akan timbul muntah-muntah dan anaka akan menjadi lemah dan letargik. Karena gejala yang tidak

    khas tadi, appendicitis sering diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi, 80-90% appendicitis

    baru diketahui setelah terjadi perforasi.

    Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting

    dalam mendiagnosis appendicitis.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartzs Principles of Surgery 9edebook. New York:

    McGraw-Hills

    Katz MS. Appendicitis. Available at :www.emedicine.com. Last update Apr 20th 2010

    Kevin P. Lally, Charles S. Cox JR. dan Richard J. Andrassy. 2004. Appendix on Chapter 47 in Sabiston

    Textbook of Surgery 17ed ebook. New York: Saunders.

    Sjamsuhidajat R, Jong WD, et al. Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam Buku Ajar Ilmu

    Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/