Download - Pendidikan Holistik Libre
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
1/22
PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM ISLAM
A. Pendahuluan
Berbicara masalah pendidikan tak pernah lelah untuk dipublikasikan, karena
dengan pendidikan itulah yang dapat membangun bangsa yang terpuruk dibanding
dengan bangsa-bangsa lain. Setiap orang wajib mengenyam pendidikan paling tidak
pendidikan Sembilan tahun. Hal itu penting demi kepentingan dirinya,
lingkungannya, terlebih-lebih untuk negaranya. Dikatakan demikian karena pada
tahun 2020 akan terjadi globalisasi total. Untuk itulah setiap dari kita perlu
mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut.
Pendidikan tidak hanya ditekankan aspek kognitif saja, yang mana hanya
mengandalkan kecerdasan otak kiri saja, tetapi perlu seimbang dengan aspek-aspek
lainya, seperti afektif dan psikomotorik. Yang mana kesemuanya itu merupakan
pendidikan yang terkait, tidak terkotak-kotak, yang terpadu dan menyeluruh
(holistik).
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari
pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna
dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan
nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang
baru.1
Sebuah pembelajaran holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila
pembelajaran yang akan dilakukan bersifat alami, natural, nyata, dekat dengan diri
1Akhmad Sudrajat, Pendidikan Holistik,diakses tgl 8 Juli 2011, http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
2/22
2
anak, dan guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran
terpadu dengan baik. Selain itu, juga dibutuhkan kreativitas dan bahan-bahan atau
sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam membuat model-model pembelajaran
yang tematis sehingga terasa kebermaknaan dalam pembelajarannya.2
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi
individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan,
demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi
dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis,
mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya,
memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan
emosionalnya.3
B. IQ, EQ, SQ
1. IQ
Intelligence Quotient (IQ) adalah perbandingan tingkat kecerdasan. 4
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif
seperti berpikir, daya menghubungkan, dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu.
Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan straegi pemecahan masalah dengan
menggunakan logika.5
2Masnur Muslich, Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
Jakarta, Bumi Aksara, 2011, h. 32.3Akhmad Sudrajat, Op.Cit.
4Yanto Subiyanto dan Dedi Suryadi, Tanya Jawab Pengantar Psikologi,Bandung, Armico,
1980, h. 67.5Danah Zohar and Ian Marshall, SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence,London,
Vloombury publishing, 2000, h. 3
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
3/22
3
Sejak beratus-ratus tahun pengetahuan tentang intelligence quotient (IQ)
dipelajari dan sejak itu pula orang sangat mempercapai bahwa kemampuan atau
kekuatan IQ tersebut dijadikan faktor penentu tentang keberhasilan seseorang dalam
kehidupannya. Dan bahkan saat ini hasil pengukuran IQ masih diperhitungkan,
dipercaya, dan digunakan untuk keperluan keberhasilan akademik dan karir.6
Intelligence atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa
makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Intelligence ini diperolah manusia
sejak lahir, dan sejak itu pula potensi intelligence mulai berfungsi mempengaruhi
tempo dan kualitas perkembangan individu. Dan manakala sudah berkembang maka
fungsinya makin berarti lagi bagi manusia, yaitu akan mempengaruhi kualitas
penyesuaian diri dengan lingkungan.7
Goleman mengatakan bahwa hasil survey di Amerika serikat menunjukkan skor
IQ anak-anak makin tinggi, sementara kecerdasan emosi mereka justru menurun.
Dalam semua pengkajian terhadap ratusan ribu pekerja, terbukti yang menjadi inti
utama keberhasilan mereka adalah kecerdasan emosi. Perbandingan pengaruh IQ dan
EQ terhadap kesuksesan hidup seseorang adalah 20% : 80%.8
Tidak lama kemudian di awal tahun 2000 Danah Zohar dan Ian Marshal,
masing-masing dari Harvard University dan Oxford University membuktikan secara
ilmiah adanya kecerdasan spiritual sebagai puncak kecerdasan, dengan karyanya yang
berjudul Spiritual Quotient: The Ultimate Intellligence yang terbit di London.
6Suriansyah Salati, Hakikat IQ, EQ, dan SQ: Dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam,
Banjarmasin, Antasari Press, 2009, h.17.7Ibid, h. 18.8Daniel Goleman, Emotional Intelligence (terj. T. Hermaya), Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 1999, h. 13-19.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
4/22
4
Teori ini di dasarkan pada dua temuan ahli psikologi/syaraf. Pertama Michael
Persinger dan Ramachandran, menentukan eksistensi God Spot dalam diri manusia,
yang menjadi pusat spiritual. Got spot itu terletak diantara jaringan syaraf dan otak
manusia. Kedua, Wolf Singer menemukan adanya proses syaraf dalam otak manusia
yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam
pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal mengikat
pengalaman kita secara bersama untuk lebih bermakna. Pada Got Spot inilah terdapat
fitrah manusia yang terdalam.9
2.
EQ
Emosional Quotient (IQ) merupakan kecerdasan emosional, artinya
kemampuan untuk menggunakan otak (berpikir atau menalar) dengan melibatkan
emosi, indera, untuk menggerakkan diri sendiri menyelesaikan secara tepat tugas-
tugas yang harus dihadapi, dan dengan memanfaatkan pengetahuan dan
pengalaman.10
Goleman mendefinisikan emosi dengan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis, dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.11Emosi juga merupakan reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi
kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan
yang kuat atau dibarengi dengan keadaan efektif.
Salovey dan mayer menggunakan istilah kecerdasan emosi untuk
menggambarkan sejumlah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan
9Danah ZoharOp.Cit., h. 4.10Ibid, h. 22.
11Ibid,h. 411.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
5/22
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
6/22
6
kreativitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi
kerjasama tim serta keinginan memberi kontribusi terhadap perusahaan.
Kemampuan akademik, nilai raport, predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak
bisa menjadi satu-satunya tolak ukur seberapa baik kinerja seseorang dalam
pekerjaannya atau seberapa tinggi sukses yang mampu dicapai, akan tetapi inti
kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang
sesungguhnya adalah kecerdasan emosi.
IQ lebih banyak dipengaruhi oleh pembawaan sejak lahir dan relatif tidak
berubah yang merupakan hidayah dari Allah swt, sedangkan EQ lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan sebagai pengalaman. 14 Kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual adalah dua hal yang saling berkaitan. Antara satu dan lainnya
tidak dapat dipisahkan. Karenanya kedua-duanya saling mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam menjalani kehidupan. Sekalipun kecerdasan IQ dan EQ itu saling
mempengaruhi terhadap kehidupan seseorang, akan tetapi bukanlah kemampuan yang
bertentangan, malah kemampuan yang memiliki korelasi yang sangat signifikan.
Kecerdasan IQ berhubungan dengan kemampuan berpikir, daya, nalar, dan logika.
Sedangkan pada kecerdasan EQ berhubungan dengan perasaan, suatu keadaan
biologis dan psikologis, serta serangkaian dorongan untuk bertindak. Kedua
kecerdasan itu diperlukan ketika kita menginginkan seseorang yang pandai, kreatif,
sekaligus manusia yang dapat berempati, dan mengontrol emosinya, serta memotivasi
dirinya untuk mandiri, dan selalu mawas diri karena mengetahui perasaan yang ada
didalam dirinya sendiri maupun dalam diri orang lain.
14Suriansyah Salati, Op.Cit., h. 25.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
7/22
7
3. SQ
Menurut kamus Webster kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin
spiiritus yang berarti nafas dan kata kerja spirare yang berarti untuk bernafas.
Melaihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya
memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaaan. 15 Spiritualitas dalam pengertian yang luas
merupakan hal yang berhubungan dengan spirit. Sesuatu yang spiritual memiliki
kebenaran abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Spiritualitas
memiliki dua proses. Pertama, proses keatas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan
internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses kebawah,
ditandai dengan peningkatan reallitas fisik seseorang akibat perubahan internal.
Konotasi lain, perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya
kesadaran diri, dimana nilai-nilai ketuhanan di dalam akan termanifestasi keluar
melalui pengalaman dan kemajuan diri.16
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak umat manusia
untuk cerdas dalam memilih atau memeluk salah satu agama yang dianggap benar.
Kecerdasan spiritual lebih merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan
bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna,
nilai-nilai, dan kualitas-kualitas spiritualnya. Dimana disini meliputi hasrat untuk
hidup bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia untuk
15Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembanagan Islami, Jakarta, RajaGrafindo
Persada, 2006, h. 288.16Ibid, h. 289-290.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
8/22
8
senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan mendambakan hidup
bermakna (the meaningful life).17
Dengan bermodalkan IQ dan EQ saja tidak cukup untuk membawa seseorang
kepada kesuksesan yang institusi, masyarakat, bahkan Negara sekalipun dalam
mencapai kebahagiaan dan kebenaran yang hakiki. Masih ada nilai-nilai lain yang
tidak bisa diingkari keberadaannya pada seseorang, yakni kecerdasan spiritual atau
yang disebut dengan SQ. kehadiran IQ memang penting artinya dalam kehidupan
manusia, yaitu agar manusia dapat menciptakan dan memanfaatkan teknologi agar
lebih efektif dan efisien dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Disamping juga
peran EQ yang memegang peran sangat penting dalam membangun hubungan antar
manusia yang efektif sekaligus dalam meningkatkan kinerjanya, namun tanpa SQ
yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu akan membawa
dampak negatif bagi kehidupan umat manusia dimuka bumi ini. Seperti tidak adanya
rasa keadilan atau penyalahgunaan tenaga nuklir dan sebagainya. Oleh karena itulah
hubungan antara ketiganya (IQ, EQ, SQ) harus seimbang. Apabila terjadi masalah
pada dimensi fisik (IQ) maka akan terjadi rangsangan pada dimensi omosional (EQ).
Namun karena aspek mental telah dilindungi oleh prisip tauhid, maka emosi akan
tetap tenang terkendali. Akibatnya, suara hati ilahiah pada dimensi spiritual (SQ)
bekerja dengan normal. Selanjutnya, barulah mengambil langkah yang konkrit berupa
perhitungan yang logis melalui IQ, sehingga intelektuallitas bergerak pada garis edar
yang mengorbit kepada Allah Yang Maha Esa (SQ).
17Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam,Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2002, h. 324-325.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
9/22
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
10/22
10
juga pernah menyatakan pentingnya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang telah
didapat seseorang pada orang lain yang membutuhkan terutama sesame umat islam.
pelajarilah ilmu dan ajarkanlah pada orang lain. Pelajarilah yang fardhu dan
ajarkanlah pada orang lain. Pelajarilah al-Quran dan ajarkanlah pada orang
lain. (HR. Ad Darimi)
Dengan demikian, islam telah mengajarkan pentingnya menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan umat islam menjadi umat yang
memiliki kekuatan dan peradaban yang tinggi. Penguasaan tersebut tidak terlepas dari
bagaimana orang menerima dan mempersepsikan informasi, bagaimana proses belajar
yang terjadi, bagaimana perkembangan kognitif manusia, bagaimana informasi
tersebut diolah, dan bagaimana meningkatkan kecerdasan.
2. Afektif
Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan minat untuk
mencapai atau memiliki sesuatu. Seberapa banyak dorongan-dorongan dan minat-
minat seseorang itu terpenuhi merupakan dasar dari pengalaman emosionalnya.
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-
perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau
tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif.
Apabila dalam warna afektif itu kuat, maka perasaan-perasaan lebih mendalam, lebih
luas, dan lebih terarah.20 Inilah yang disebut emosi. Menurut Crow & Crow emosi
adalah:
20Sunarto dan B. agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002,
h. 148-150.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
11/22
11
An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physiological stirred-up states in the individual, and
that shows it self in his overt behavior.
Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik.
Karakteristik perkembangan emosi dapat terlihat seperti cinta /kasih sayang,
gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain yang mana
kesemuanya itu ditunjukkan dengan perubahan sikap.
3. Psikomotik
Makna pendidikan tidaklah semata-mata kita menyekolahkan anak kesekolah
untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari pada itu. Seorang anak akan
tumbuh kembang dengan baik manakala ia memperoleh pendidikan yang paripurna
(komprehensif), agar ia kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat,
bangsa, Negara, dan agama. Anak yang demikian ini adalah anak yang sehat dalam
arti luas, yaitu sehat fisik, mental-emosional, mental-intelektual, mental social, dan
mental spiritual.21
Tiga aspek tidak pernah terpisahkan dalam pendidikan, yakni aspek kognitif,
aspek afektif, dan yang paling penting adalah aspek psikomotorik. Aspek kognitif
adalah kemampuan anak yang menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Hal ini
21Dadang Hawari,Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta, Dana
Bhakti Prima Yasa, 1999, h. 195.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
12/22
12
berhubungan dengan kemampuan intelektual dan taraf kecerdaan anak didik. Yang
dimaksud dengan aspek afektif adalah kemampuan anak untuk merasakan dan
menghayati apa-apa yang diajarkan, yang telah diperolehnya dari aspek kognitif
diatas. Sehingga dari padanya timbullah motivasi untuk mengamalkan atau
melakukan apa-apa yang telah dimilikinya itu. Sedangkan yang dimaksud dengan
aspek psikomotorik adalah kemampuan anak dalam merubah sikap dan perilaku
sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari (aspek kognitif) dan ilmu yang telah
dihayatinya (aspek afektif).22
Apa yang sering terjadi pada dunia pendidikan agama islam misalkan shalat,
ada anak didik pengetahuan pelajaran agama islam (misalkan shalat) baik sekali
(angka ulangan dan rapornya baik), tetapi sayang sekali ia tidak
merasakan,menghayati makna dan hikmah shalat baginya; karena itu ia tidak
menjalankan shalat. Jadi, anak ini memperoleh pendidikan agama hanya baru sampai
pada taraf kognitif, dan tidak mencapai taraf afektif, apalagi pada taraf psikomotor.23
Sehubungan dengan hal itu, kritik yang sering dilontarkan pada system dunia
pendidikan kita, adalah banyak lulusan universitas maupun akademiyang tidak siap
pakai. Mereka lulus dengan angka baik (hanya ilmu pengetahuan/aspek kognitif saja),
namun kurang atau gagal dalam segi afektif dan psikomoronya. Oleh karena itulah
kita harus mendidik anak-anak kita sejak dini, sejak TK hingga Universitas; yaitu
anak didik (generasi muda) yang memiliki: kondisi fisik yang prima; kecerdasan/IQ
22Ibid,h. 196.
23Ibid, h. 197.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
13/22
13
yang tinggi; kondisi kesehatan jiwa/kepribadian yang matang, mantap, serta penuh
percaya diri; integritas kepribadian yang tinggi; dan iman yang teguh dan takwa.24
D.
Fisik, Jiwa, Roh, Imajinasi, Intuisi
1. Fisik
Menurut Elizabeth, perkembangan fisik sangat penting dipelajari, karena baik
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-
hari. Secara langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan keterampilan anak
dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan
mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia
memandanng orang lain. Dapat dikatakan bahwa kompetensi dan hasil belajar yang
ingin dicapai pada aspek pengembangan fisik adalah kemampuan dalam mengelola
dan keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh,
gerakan halus, dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan dari pancaindera.25
Kebutuhan pendidikan jasmani (fisik) anak sangatlah penting, diantaranya
adalah memberikan ASI yang cukup dan anak diajarkan berolahraga. Menyusui
berarti memberikan makanan pada bayi agar dapat berkembang dan tumbuh, secara
sempurna, baik fisik maupun psikisnya. Unsure pendidikan yang diberikan kepada
ibu lewat air susu ibu (ASI) memiliki arti sangat penting. selain bayi dapat merasakan
hangatnya kasih saying ibu, pertumbuhan fisik dan perkembangan rohaninya dapat
24Ibid, h. 198.
25Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, h. 24.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
14/22
14
berlangsung dengan baik, maka demi kebaikan anaknya, ibu hendaklah memberikan
air susu ibu yang benar-benar halal dan baik.26
Selain ASI, anak juga diajarkan berolahraga. Yang paling sederhana adalah
shalat, karena shalat merupkan ibadah yang merupakan bentuk olahraga jasmani.
Gemar bermain merupakan karakteristik masa anak-anak yang disertai rasa bahagia
dan semangat luar biasa. Lincah dan aktif merupakan kebutuhan hidup masa anak-
anak. jika menginginkan agar anak menjadi sehat dan bahagia, maka harus diberi
kesempatan untuk bermain dan menggerakkan tubuhnya. Manfaat bermain dan
berolahragaadalah dapat meraih tenaga dan kekuatan. Sebab, bermain terlebih dalam
olahraga ringan bukan merupakan hal yang sia-sia dan buang-buang waktu, namun
justru dapat memberikan hasil dan manfaat cukup besar. Olahraga dan bermain
merupakan sarana untuk memperkuat dan membantu pertumbuhan jasmani (fisik),
menjaga kesehatan, serta membangkitkan semangat.27
2. Jiwa
Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, dan menjadi penggerak
dan mengatur sekalian perbuatan pribadi (organic behavior), mulai dari hewan tingkat
tinggi hingga manusia. Perbuatan pribadi adalah perbuatan yang dihasilkan melalui
proses belajar yang dimungkinkan dengan keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan
lingkungan.28
26Ibid, h. 162-163.
27Ibid, h. 168-169.
28Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaaran,Jakarta, Kencana, 2009, h.
53.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
15/22
15
Dalam bahasa Arab, kata jiwa biasanya digunakan sebagai terjemahan dari kata
nafs. Menurut M. Quraish Shihab, bahwa kata nafs dalam al-Quran mempunyai
aneka makna. Sekali waktu nafs diartikan sebagai totalitas manusia, seperti antara
lain yang terdapat pada maksud ayat 32 surat al-Maidah, dan di kali yang lain kata
nafs menunjuk kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan
tingkah laku, seperti yang terdapat dalam maksud yang terkandung dalam firman
Allah surat al-Rad ayat 11 yang artinya: sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam
diri mereka.29
Secara umum dapat dikatakan bahwa kata nafs dalam konteks pembicaraan
tentang manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan
buruk.30
Walaupun al-Quran menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan negatif,
namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya, potensi positif yang terdapat
dalam nafs jauh lebih kuat dibandingkan dari potensi negatif yang terdapat dalam
nafs, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Karena itu
manusia dituntut agar memelihara kesucian nafs-nya, dan tidak mengotorinya. Hal ini
dapat dipahami dari isyarat ayat al-Quran Q.S. al-Syams: 91-92, yang artinya:
sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikannya dan merugilah orang-
orang yang mengotorinya.31
29Ibid, h. 54-55.
30Ibid, h. 55.
31Ibid, h. 56.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
16/22
16
Carl Gustav Jung membagi jiwa dalam dua alam, yaitu: alam sadar (kesadaran)
dan alam tak sadar (ketidaksadaran). Alam sadar berfungsi sebagai penyesuaian
terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar untuk penyesuaian terhadap dunia
dalam. Batas antara kedua alam itu tidak tetap, melainkan dapat berubah-ubah,
artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau
berkurang.32
Masih menurut Jung, dia berpendapat bahwa fungsi jiwa adalah suatu bentuk
aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-
beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, pertama, dua rasional: pikiran dan
perasaan; kedua, dua irrasional: pendirian dan intuisi. Dalam berfungsinya fungsi-
fungsi rasional bekerja dengan penilaian:pikiranmenilai atas dasar benar dan salah,
sedangkan perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Kedua fungsi yang irrasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian,
melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan: pendirian mendapatkan
pengamatan dengan sadar-indriah, sedangkan intuisimendapatkan pengmatan secara
tak-sadar-naluriah. Pada dasarnya tiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan
tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan).
Fungsi yang paling berkembang itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe
orangnya.33
32Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1997, h. 156.
33Ibid, h. 158-159.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
17/22
17
Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan
ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh
individu selama hidupnya, seperti: hal-hal yang terdesak atau tertekan, hal-hal yang
terlupakan serta hal-hal yang teramati, terpikir dan terasa, di bawah ambang
kesadaran. Sementara ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh
selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia
melalui generasi yang terdahulu. Ini merupakan endapan cara-cara reaksi
kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu di dalam manusia menghadapi
situasi-situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran, kematian, dan sebagainya.34
3. Roh
At-Tirmidzi, seorang sufi besar pada abad ke III Hijriah adalah seorang yang
telah menganalisa ruh dalam kaitannya dengan jiwa. Didalam kitabnya, At-Tirmidzi
mengatakan: ruh adalah sesuatu yang sangat halus (lathif) serta bersifat malakut,
berada didalam darah dan daging manusia. Ruh itu merupakan angin (Raihan), dan
angin yang sangat halus, sangat ringan serta bersifat As Samawi (langit). Menurutnya
ruh merupakan kumpulan dari beberapa karakter, berupa marifat, kehidupan yang
tanpa awal dan tanpa akhir, berupa sejumlah cahaya, air dan udara. Setiap pribadi
memiliki komposisi yang berbeda-beda dalam hubungannya dengan unsur-unsur
karakter tersebut. Sehingga dapat mempengaruhi terhadap sifat, watak dan tabiat tiap-
tiap pribadi.35
34Ibid, h. 166.
35Amir An Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf: Studi Komparatif Dengan Ilmu Jiwa
Kontemporer, Jakarta, Pustaka Azzam, 2000, h. 58.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
18/22
18
At-Tirmidzi mengatakan ruh bertempat tinggal di kepala, lalu menyebar ke
seluruh tubuh. Dan jiwa bertempat tinggal di bagian perut, lalu menyebar keseluruh
tubuh. Sementara keduanya sama-sama memiliki kehidupan serta dapat
menggerakkan tubuh manusia. Ruh itu bersifat As Samawi, memiliki adat selalu taat,
dan jiwa bersifat Al Ardhiyah, dengan memiliki sifat syahwat. Menurutnya,
merupakan suatu keharusan bagi ruh untuk membersihkan diri dari kotoran jiwa.
Sekalipun ruh memiliki sifat As Samawi, akan tetapi ia akan menjadi kotor dan berat
jika bercampur dengan kegelapan syahwat. Namun, jika jiwa itu dilatih dan ruh
berusaha untuk membersihkan dirinya dari jiwa, niscaya akan kembali kepada tabiat
asalnya serta kepada kesuciannya. Ruh itu akan beriman kepada Allah swt, jika
dimiliki oleh seorang hamba yang benar-benar beriman dan hatinya merasa tenang
bersama dengan Allah swt.36
4. Imajinasi
Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi tetapi kita bisa memastikan masa
depan yang cerah dengan cara melakukan yang terbaik pada saat ini. Setiap manusia
memiliki potensi yang akan mengejutkan dirinya sendiri jika ia berhasil mewujudkan
potensi tersebut. Kapasitas pikiran manusia begitu hebat dan penting artinya untuk
terus mengasah kemampuan berpikir kita guna mewujudkan potensi tertinggi di
dalam diri kita. Untuk meraih sukses tanpa batas, manusia harus berani bermimpi
besar, dan memanfaatkan imajinasi kreatifnya untuk mengubah mimpi menjadi
kenyataan. Mimpi besar ini bermanfaat sebagai sumber energi yang memotivasi
manusia untuk bertindak secara nyata. Sumber pembelajaran yang berasal dari
36Ibid, h. 59.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
19/22
19
imajinasi kreatif akan menciptakan nilai tambah yang besar karena bersifat inovatif.
Apa yang mustahil menjadi mungkin asalkan kita mengadopsi prinsip peningkatan
kualitas secara konstan dan berkesinambungan dengan terus-menerus belajar dari
berbagai sumber pembelajaran. Keputusan strategis bisa membuat perbedaan besar
secara jangka panjang dan merupakan sebuah langkah sangat penting. Setiap manusia
dihadapkan dengan berbagai pilihan, dan dalam setiap pilihan yang manusia ambil
menentukan masa depannya. Keberhasilan jangka panjang adalah hasil dari
keputusan strategis yang tepat. Perspektif jangka panjang yang sesuai membantu kita
untuk mengambil keputusan strategis yang tepat. Keputusan strategis jangka panjang
bisa merupakan hasil kolaborasi antara fakta danimajinasi. Fakta menjamin hasil-
hasil yang memuaskan, sedangkan imajinasi merupakan bahan bakar untuk
menciptakan sesuatu yang baru.37
5. Intuisi
Intuisi adalah pandangan batiniah yang serta-merta tembus mengenai satu
peristiwa atau kebenaran, tanpa perurutan pikiran, mirip ilham. Intuisi merupakan
bentuk perkiraan yang samar-samar, sering setengah disadari, tanpa diiringi proses
berpikir yang cermat sebelumnya; namun kemudian bisa menuntun pada suatu
keyakinan, yaitu secara tiba-tiba dan pasti memunculkan satu keyakinan yang tepat.38
Intuisi ini kreatif sifatnya, dan menjadi bagian dari kehidupan psikis yang tidak
disadari. Maka intuisi bisa dianggap sebagai bentuk berpikir tembus-langsung dengan
37Mewujudkan Potensi Tertinggi di dalam Diri Manusia, diakses tgl 8 Juli 2011,
http://www.cilacapedu.com/tag/imajinasi/.
38Kartini kartono, Psikologi Umum,Bandung, Mandar Maju, 1990, h. 85.
http://www.cilacapedu.com/tag/imajinasi/http://www.cilacapedu.com/tag/imajinasi/ -
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
20/22
20
menggunakan wawasan insight menanggapi satu situasi. Prosesnya berlangsung
sebagai berikut: mula-mula gambarannya masih samar-samar; kemudian orang
mampu menanggapi dengan cepat dan tepat, muncul pada satu keyakinan; namun
kebenaran peristiwanya harus dicek dengan analisa peristiwa dan verifikasi. Segala
sesuatu yang diraba secara intuitif itu tidak berlandaskan satu pembuktian, namun
tiba-tiba saja menciptakan satu kepastian langsung atau satu keyakinan yang pasti.
Unsur kepastian langsung pada intuisi ini mirip sekali dengan instinkt, bahkan dekat
sekali dengan inspirasi para seniman; namun sifatnya irrasional. Sehubungan dengan
ini, orang perancis menamakan intuisi sebagai: La logique du Coeur (logika dari
hati).39
Intuisi dalam pengertian keyakinan terhadap kebenaran persangkaan sendiri
(namun tidak/belum ada bukti-buktinya) itu sering berlangsung dalam kehidupan kita
sehari-hari. Pedagang-pedagang, dokter bedah, politikus, pemimpin perusahaan, dan
orang-orang praktek lainnya menimbang dan memutuskan sebagaian besar dari
perkara dan usahanya dengan intuisi. Namun tidak bisa diingkari, bahwa oleh unsur
yang serta merta dan khas terdapat pada intuisi itu tidak jarang muncul bahaya,
yaitu orang bertindak spontan atau bertingkah impulsif, hingga dia membuat
kesalahan-kesalahan besar yang tidak terampun.40
Dalam Grolier Encyclopedia 2000,diartikan sebagai pengetahuan tentang
konsep, kebenaran, atau pemecahan masalah, yang dicapai secara spontan, tanpa
melalui tahapan-tahapan penalaran dan penyelidikan. Ia merupakan hasil dari
39Ibid, h. 85.
40Ibid, h. 86.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
21/22
21
kecakapan, kemampuan, dan simpati khusus terhadap objek yang dikenal. Sebagian
filosof dan psikolog menyatakan bahwa terdapat fenomena khusus hanya dapat
dipahami melalui intuisi. Beberapa psikolog yang lain member ciri pada intuisi
sebagai proses berpikir yang terjadi sangat cepat untuk mengidentifikasi pengalaman-
pengalaman saat ini dalam kaitannya memahami pengalaman-pengalaman masa lalu.
41
Baik filosof maupun psikolog, keduanya sepakat bahwa intuisi merupakan
pengetahuan yang didapat secara langsung, tanpa melalui proses dan prosedur
berpikir ilmiah.42
Perolehan intuisi boleh jadi melalui proses dan prosedur, tetapi
bukan seperti yang dilakukan sebgaimana dalam proses dan prosedur berpikir
empirik-eksperimental. Intuisi mengarahkan seseorang untuk memahami isyarat,
symbol, fenomena dan objek-objek tertentu yang dianggap sulit dicerna oleh nalar
rasional. Karenanya menurut Bergson, yang disitir oleh iqbal, intuisi dipandang
sebagai jenis intelektual yang tinggi.43
Cara perolehan intuisi dapat ditempuh melalui latihan dan pembiasaan
kontemplasi secara mendalam, meskipun kehadirannya di luar rencana dan kontrol
empunya. Validitasnya bersifat subyektif, sehingga masing-masing individu memiliki
pengalaman dan kualitas yang berbeda. Intuisi yang dikenal dalam wacana psikologi
kontemporer bersifat antroposentris. Artinya, ia berasal dari dalam diri manusia
sendiri, bukan dari luar.44
41Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,Lok. Cit, h. 273.
42Ibid, h. 274.
43Ibid, h. 274.
44Ibid, h. 275.
-
7/21/2019 Pendidikan Holistik Libre
22/22
22
E. Kesimpulan
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus
dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi
peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang
harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan
harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Pendidikan holistik merupakan suatu upaya membangun secara utuh dan
seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup
spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang
mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran
tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua
kehidupan didunia.