Download - Referat Luka Bakar TERBARU
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
1/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luas luka
bakar menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka
bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergency, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia,
belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk
serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat .
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis. Hal yang penting dalam penanganan
luka bakar adalah resusitasi cairan pada 48 jam pertama, terutama pada pasien dengan luka
bakar yang luas. Pemantauan ketat perlu dilakukan pada pasien ini apalagi bila hal ini terjadi
pada pasien lansia atau anak-anak. Pemberian resusitasi cairan mempunyai tujuan untuk
menormalkan kembali curah jantung. Dimana pemberian resusitasi cairan ini tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan, agar efek samping resusitasi cairan tidak terjadi diantaranya
oedema pulmo. (1)
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
2/29
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Etiologi
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia yang bersifat
asam atau basa kuat, listrik, petir, radiasi dan akibat suhu yang sangat rendah (frost bite)
sehingga dapat menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetik.
Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah
tangga dan lainnya yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal
kulit. Pada anak, kurang lebih 60% luka bkaar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada
kecelakaan rumah tangga dan umumnya merupakan luka bakar superficial, tetapi dapat juga
mengenai seluruh ketebalan kulit.
Penyebab lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Bahan kimia ini dapat berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis
koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Sedangkan luka bakar yang
disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair
(liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam dan lebih kuat
dibanding asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering
terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiaptahunnya.
Dari angkat tersebut, 112.000 penderita luka bakar membtuhkan tindakan emergensi, dan
sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
3/29
3
Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut akan meningkat.
2.3 Patofisiologi
2.3.1 Zona Luka Bakar(1)
Luka bakar pada kulit dibagi menjadi 3 zona :
1. Zona Koagulasi2. Zona Statis3. Zona Hiperemia
Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) karena luka bakar,
disebut juga zona nekrosis. Dan kerusakan jaringan pada daerah ini adalah ireversibel.
Zona Statis
Area yang mengelilingi zona koagulasi memiliki daerah perfusi yang rendah. Adanya
kerusakan pembuluh darah dan perubahan permeabilitas kapiler. Zona statis ini bisa berubah
menjadi lebih parah ke zona statis atau tetap bertahan. Memblokade leukosit dengan anti-CD
18 atau anti-interseluler adesi molekul antibodi monoklonal meningkatkan perfusi jaringan
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
4/29
4
dan ketahanan jaringan pada binatang percobaan, oleh karena itu indikasi penangannannya
adalah langsung segera mengontrol inflamasi setelah terjadinya luka yang bertujuan utuk
mempertahankan zona statis
Zona Hiperemia
Daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi
zona statis bila terapi tidak adekuat..
2.3.2 Perubahan Sistemik
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2pada anak baru lahir
sampai 1 m2pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan
menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya
kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan
penguapan(2).
Kedua penyebab tersebut dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok
hipovolemik disertai dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi
perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam(2).
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terdapat di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Cedera inhalasi
menjelaskan perubahan mukosa saluran napas akibat adanya paparan berupa iritan dan
menimbulkan manifestasi klinik dengan gejala distress pernapasan. Reaksi yang timbul
berupa inflamasi akut dengan edema dan hipersekresi mukosa saluran napas. Edema mukosa
masif di saluran napas bagian atas menyebabkan obstruksi lumen sehingga menyebabkansumbatan total saluran napas. Mekanisme obstruksi yang lain disebabkan oleh percampuran
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
5/29
5
epitel mukosa yang nekrosis dengan sekret kental yang mengadung banyak fibrin.Inflamasi
pada saluran napas bagian bawah berhubungan dengan peranan sitokin dan radikal bebas.
Inflamasi yang terjadi menyebabkan lokalisasi netrofil dan leukosit PMN. Fibrin yang
menumpuk pada mukosa alveoli membentuk membran hialin yang mengakibatkan gangguan
difusi dan perfusi oksigen sehingga menyebabkan ARDS. Gejala yang ditimbulkan dapat
berupa sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida
sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat
terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya dieresis.
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang meruoakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal pembuluh ini memawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebabinfeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
Inflamasi dan edema
Luka bakar yang cukup luas mengakibatkan lepasnya mediator inflamasi pada jaringan
yang rusak atau yang sehat. Mediator-mediator ini menghasilkan vasokonstriktor dan
vasodilator, meingkatkan permeabilitas kapiler dan edema lokal atau di organ lain. Edema ini
muncul akibat respon dari gaya Starling pada kulit yang terbakar maupun tidak. Awalnya,
tekanan hidrostatik menurun secara drastis pada kulit yag terbakar dan ini di ikuti dengan
meningkatnya tekanan iterstitial pada kulit yang tidak terbakar. Tekanan onkotik plasma
menurun dan tekanan tekanan onkotik interstitial meningkat sebagi akibat dari hilangnya
protein oleh karena meningkatnya permeabilitas kapiler , edema terjadi pada jaringan yang
terbakar maupun sehat. Edema paling banyak pada jaringan yang terbakar karena rendahnya
tekanan interstitial.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
6/29
6
Perubahan mikrovaskular terjadi dikarenakan perubahan kardio-pulmonal oleh karena
hilangnya volume plasma, meningkatknya tahanan perifer, dan akibat berkurangnya volume
sekuncup (cardiac output). Volume sekuncup berkurang karena kurangnya volume darah,
meningkatnya kekentalan darah, serta berkurangnya kontraktilitas jantung. Dengan resusitasi
cairan volume sekuncup dapat diperbaiki.
Sistem Ginjal
Berkurangnya volume darah dan volume sekuncup mengakibatkan aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus berkurang dan bisa terjadi oliguria, apabila tidak diterapi
akan menyebabkan acute tubular necrosisdan gagal ginjal. Sebelum 1984, gagal ginjal akut
hampir selalu mematikan pada pasien luka bakar; setelah 1984, teknik terbaru pada dialisis
menjadi sangat luas digunakan untuk membantu ginjal selama penyembuhan. Laporan
terakhir menunjukan angka kematian pada luka bakar yang disertai gagal ginjal akut pada
orang dewasa sebesar 88% dan pada anak sebesar 56%. Resusitasi yang segera dapat
menurunkan angka kejadian gagal ginjal.
Sistem Kardiovaskular(5)
Meningkatnya permeabilitas kapiler akibat keluarnya protein dan cairan dari
intravaskular ke interstitial. Terjadi vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dan
splanchnic. Menurunnya kontraktilitas miokard, kemungkinan akibat terlepasnya mediator
tumor nekrosis faktor. Semua hal ini menyebabkan hipotensi dan end-organ hypoperfusion.
Patofisiologi syok pada luka bakar
Cedera thermal memberikan efek pada sirkulasi sistemik sehingga penatalaksanaan
hemodinamik adalah hal yang utama. Setelah cedera thermal yang masif akan terjadi syok
akibat hipovolemia intravaskular, dan pada sebagian besar kasus dapat terjadi depresi
miokard yang mengakibatkan penurunan cardiac output. Respon tubuh terhadap turunnya
curah jantung akan menimbulkan refleks peningkatan tahanan vaskular sistemik sebagai
suatu usaha untuk mempetahankan tekanan darah arteri. Jika turunnya curah jantung dan
tingginya tahanan perifer vaskular ini menetap, dapat terjadi hipoperfusi jaringan5,6. Hal ini
terutama terjadi pada sirkulasi splanik sebagai akibat kompensasi untuk mempertahankan
perfusi organ vital seperti otak dan jantung. Patofisiologi syok luka bakar tidak sepenuhnya
dimengerti. Tanda dari syok luka bakar adalah peningkatan yang jelas pada permeabilitas
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
7/29
7
vaskular baik pada jaringan yang terbakar maupun tidak terbakar. Eksudasi cairan yang kaya
protein dari kompartemen intravascular ke dalam interstitial mengakibatkan hipovolemia
intravaskular dan akumulasi cairan interstitial yang masif. Aliran limfe kutaneus meningkat
secara drastis pada periode segera setelah luka bakar dan tetap tinggi selama hampir 48 jam.
Akumulasi cairan yang progresif yang berasal dari cairan intravaskular ke dalam interstitial
akan menyebabkan peningkatan aliran limfatik.
2.4 Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar di bedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kedalaman
kerusakan jaringan; yang perlu dicantumkan dalam diagnosis, yaitu :
2.4.1 Berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain :
Luka bakar karena apiLuka bakar karena air panasLuka bakar karena bahan kimiaLuka bakar karena listrik dan petirLuka bakar karena radiasiCedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2.4.2 Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan(1)
Kedalaman luka bakar tergatung dari derajat kerusakan jaringan seperti epidermis,
dermis, lemak subkutan, dan jaringan dibawahnya.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
8/29
8
1. Derajat I : Kerusakan terbatas pada epidermis. Terasa nyeri dan eritema. Sembuh 5-
7 hari.
Contoh : tersengat matahari2. Derajat II:
a. Dangkal : Eritematous dan nyeri, terdapat bula. Masih ada epitel sehat yang tersisa seperti kelenjar sebasea,
kelenjar keringat dan pangkal
rambut sehingga bisa sembuh
sendiri sekitar 7-14 hari. Setelah
sembuh, kulit akan sedikit lebih
tipis dan warnanya tidak sama
dengan sekitarnya
Contoh : tersiram air panasb. Dalam :
Sampai ke retikular dermis
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
9/29
9
Lebih pucat, bercorak, tidak menjadi pucat bila di sentuh tapitetap nyeri seperti ditusuk jarum. Sembuh sendiri 14 35 hari
dengan meninggalkan jaringan parut.
3. Derajat III: Kerusakan sampai melebihi dermis dengan ciri-ciri keras, eskar, tidak
sakit, hitam, putih atau merah ceri.
Tidak ada epidermis atau dermisyang tersisa sehingga
penyembuhan luka mulai dari
pinggir luka. Memerlukan eksisi
dengan skin grafting untuk
penyembuhan luka.
4. Derajat IV: Mengenai organ dibawah kulit seperti otot, tulang dan otak
2.5 Luas Luka Bakar(2)
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan rumus 9 yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang
dan bokog, ekstremitas atas kanan dan kiri, paha kanan dan kiri masing-masing 9% sisanya
1% adalah daerah genitalia. Ruus ii membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal
rumus 10 untuk bayi dan rumus 15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masig0masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
10/29
10
2.6 Beratnya Luka Bakar
1. Berat/kritis bila : Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 % Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan
tangan
Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, ataufraktur
Luka bakar listrik
2. Sedang bila :
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
11/29
11
Derajat 2 dengan luas 15 -25 % Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, tangan, dan kaki.
3. Ringan bila : Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 % Derajat 3 kurang dari 2 %
2.7 Penanganan
2.7.1 Prehospital(1)
Sebelum dilakukan penatalaksanaan khusus, pasien luka bakar harus dipisahkan dari
sumber panas dan hentikan proses terbakarnya. Cedera inhalasi harus selalu dipikirkan dan
berikan oksigen 100% dengan menggunakan sungkup. Saat memisahkan pasien dengan
sumber panas, pastikan penolong tidak ikut menjadi korban. Kontak dengan pasien atau baju
pasien bisa menyebabkan cedera. Padamkan baju dan segera lepas sesegera mungkin untuk
mencegah cedera lebih lanjut. Semua cincin, jam tangan, perhiasan, dan sabuk dilepaskan
karena menahan panas dan bisa membuat tourniquet-like effect.Temperatur air yang sama
dengan suhu ruangan bisa disiramkan selama 15 menit pada luka untuk mengurangi
kedalaman luka.
2.7.2 Penatalaksanaan Awal
Seperti pada pasien trauma lainnya, langkah awal pada pasien luka bakar dibagi
menjadi primari dan secondary survey. Pada primary survey, segera perbaiki tanda vital.
Secondary survey, lakukan evaluasi secara menyeluruh setelah pasien stabil.
Evaluasi awal pada pasien luka bakar mencangkup 4 hal : tatalaksana jalan napas,
evaluasi cedera yang lain, perkirakan luas luka bakar, dan pastikan ada atau tidak keracunan
karbon monoksida atau sianida. Cedera panas langsung ke saluran napas bagian atas atau
terhirupnya asap, bisa menyebabkan edema saluran napas dengan sangat cepat dan
berbahaya. Antisipasi dengan melakukan intubasi dan mengamankan jalan napas. Luka bakar
sekitar mulut dan adanya hangus bulu hidung merupakan tanda bahwa perlu dilakukan
evaluasi lebih jauh pada rongga mulut dan faring apakah ada kerusakan mukosa. Tanda
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
12/29
12
bahwa akan terjadi sumbatan napas adalah suara serak, mengi atau stridor; dipsnoe yang
subjektif bisa dipertimbangkan. Dan harus dilakukan intubasi endotrakeal. Pada pasien
dengan cedera yang multipel, terutama pada trauma mulut, intubasi nasotrakeal mungkin
berguna tapi harus dihindari apabila intubasi oral aman dan mudah dilakukan(4)
Bagian dada harus terlihat untuk menilai pernapasan; patensi jalan nafas saja tidak
menjamin ventilasi yang memadai. Ekspansi dada dan suara napas yang seirama dengan CO2
yang kembali dari tabung endotrakeal menjamin pertukaran udara yang memadai.
IV kateter harus dipasang dan resusitasi cairan harus dilakukan pada luka bakar lebih
dari 40% luas permukaan tubuh (total body surface area, TBSA), pasang dua line IV kateter.
Akses vena sentral diperlukan pada luka bakar yang luas, dan dibutuhkan informasi yang
lengkap untuk jumlah volume cairan yang dibutuhkan di ICU. Pasien anak mungkin
membutuhkan akses intraosseous pada keadaan yang emergensi.
Pada secondary survey harus dilakukan pada semua pasien luka bakar, terutama pada
pasien yang mempunyai riwayat trauma seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau
kebakaran. Radiologi seperti foto rontgen thorax bisa dilakukan dan selain itu bisa menyusul
dikarenakan untuk menghindari keterlambatan resusitasi dan hipotermia. Hipotermia
merupakan komplikasi pada perawatan prehospital yang dapat membuat gagalnya resusitasi.Pasien harus diselimuti dengan kain yang bersih. Kain yang dingin harus dihindari pada
pasien dengan luka bakar yang luas maupun sedang.
Pasien luka bakar akut jangan pernah diberikan antibiotik profilaksis karena bisa
menyebabkan pertumbuhan jamur dan terjadinya resistensi organisme. Booster tetanus harus
diberikan.
Tekanan darah mungkin sulit untuk digukur pada pasien luka bakar dengan ekstremitas
edematous atau hangus. Denyut nadi dapat digunakan sebagai ukuran tidak langsung dari
sirkulasi, namun kebanyakan pasien luka bakar tetap takikardi bahkan dengan resusitasi yang
memadai. Untuk primary survey, terabanya nadi atau sinyal Doppler pada ekstremitas distal
mungkin cukup untuk menentukan apakah sirkulasi darah memadai.
2.7.3 Perawatan Luka
Perawatan prahospital pada luka bakar sederhana karena hanya memerlukan
perlindungan dari lingkungan dengan menerapkan prinsip kering dan bersih atau kain untuk
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
13/29
13
menutupi bagian yang terluka. Kain/ baju yang lembab tidak digunakan . Pasien terbungkus
selimut untuk meminimalkan kehilangan panas dan untuk kontrol suhu selama transportasi.
Langkah pertama dalam mengatasi nyeri pasien adalah dengan menutup luka untuk
mencegah kontak dengan ujung saraf yang terkena . Suntikan intramuskular atau subkutan
narkotika untuk nyeri tidak pernah digunakan karena penyerapan obat menurun sebagai
akibat dari vasokonstriksi perifer . Ini mungkin menjadi masalah kemudian ketika pasien
diresusitasi dan vasodilatasi meningkatkan penyerapan obat narkotika dan menyebabkan
apnea . Dosis kecil intravena ( IV ) morfin dapat diberikan setelah penilaian lengkap pasien.
Walaupun manajemen prahospital sederhana , seringkali sulit untuk dilakukan. Sebuah
penelitian terbaru di Selandia Baru menunjukkan bahwa pengobatan pertolongan pertama
awal luka bakar tidak memadai di 60 % dari pasien yang diwawancarai . Perawatan yang
tidak memadai pada pertolongan pertama jelas terkait dengan hasil yang lebih buruk . Mereka
menyarankan bahwa program pendidikan didefinisikan ditargetkan untuk populasi berisiko
mungkin meningkatkan hasil ini
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berpoliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup dan terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat
yang mempunyai tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai. Dalam perjalanan pasien
sudah dilengkapi dengan infus dan penutup kain yang bersi serta mobil ambulans atau
sejenisnya yang membawa pasein dengan posisi tidur (telentang/ terlungkup).
Indikasi merujuk pasien luka bakarke unit luka bakar (menurut American Burn
Association) :
1. Luka bakar derajat 2 > 10%2. Luka bakar mengenai wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, persedian
utama.
3. Luka bakar derajat 3 pada usia berapa pun4. Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)5. Luka bakar zat kimia6. Terdapat cedera inhalasi7. Terdapat masalah medis sebelumnya/ kondisi komorbiditas
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
14/29
14
Pada luka bakar berat, harus segera di resusitasi apabila menunjukan gejala syok. Kalau
terjadi udema laring dipasang pipa endotrakeal atau trakeostomi. Trakeostomi berguna untuk
membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati dan memudahkan pembersihan jalan
napas dari lendir atau kotoran
2.7.4 Terapi Cairan Pada Luka Bakar
Pasien luka bakar memerlukan resusitasi volume cairan yang besar segera setelah
trauma. Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat merupakan faktor resiko
yang independent terhadap tingkat kematian pada pasien dengan luka bakar yang berat.
Tujuan dari resusitasi pasien luka bakar adalah untuk tetap menjaga perfusi jaringan dan
meminimalkan edema interstitial. Idealnya sedikit cairan dibutuhkan untuk menjaga perfusi
jaringan perlu diberikan. Pemberian volume cairan seharusnya secara terus menerus di titrasi
untuk menghindari terjadinnya resusitasi yang kurang atau yang berlebihan. Ketika resusitasi
cairan pada pasien luka bakar ditingkatkan, volume cairan yang besar ditunjukkan untuk
menjaga perfusi jaringan. Akan tetapi resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinnya edema dan terjadinya sindroma kompartement pada daerah abdomen dan
ekstremitas.
Sampai saat ini, belum ada kesepakatan tentang jenis cairan yang harus digunakan
untuk resusitasi luka bakar. Pada kenyataannya setiap jenis cairan mempunyai keuntungan
dan kerugian masing masing pada berbagai macam kondisi. Akan tetapi yang paling penting
adalah apaun jenis cairan yang diberikan, volume cairan dan garam yang adekuat harus
diberikan untuk menjada perfusi jaringan dan memperbaiki homeostatic.
Terapi Cairan Kristaloid
Resusitasi cairan isotonik kristaloid di gunakan pada sebagian pusat
penanganan luka bakar dan umumnnya merupakan hasil resusitasi yang adekuat.
Buffer cairan kristaloid seperti ringer laktat merupakan cairan yang paling popular
untuk resusitasi sampai saat ini. Formula resusitasi yang klasik di modifikasi oleh
Brooke dan Parkland. Formula modifikasi dari Brooke di kembangkan dari formula
Evans dan Brooke yang menyarankan pemberian 2 ml/ kg / % dari total tubuh yang
terkena luka bakar selama 24 jam pertama dan merupakan jenis formula pertama yang
berdasarkan persentase total permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Formula
Brooke merupakan modifikasi dari formula Evans yang mengandung persentase
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
15/29
15
kristaloid yang relatif lebih besar di bandingkan koloid pada formula Evans.
Modifikasi formula Brooke murni menggunakan cairan kristaloid. Konsep terbaru
yang dikembangkan oleh Baxter dan Shires menghasilkan perkembangan 4 ml /kg / %
luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Setengah dari volume cairan resusitasi
diberikan pada 8 jam pertama dan setengahnya lagi di berikan pada 16 jam
berikutnnya setelah trauma. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa formula ini
merupakan suatu penuntun yang sederhana untuk terapi cairan di mana pasien harus
di monitor secara ketat untuk mengoptimalisasi resusitasi syok akibat luka bakar.
Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa kebutuhan cairan terutama untuk pasien
dengan area luka bakar yang luas sering di prediksi dengan menggunakan rumus
Parkland.
Kristaloid merupakan cairan yang paling sering digukan untuk resusitasi syok
akibat luka bakar. Sampai saat ini tidak ada studi prosfektif yang dapat
memperlihatkan bahwa koloid atau salin hipertonik memiliki mamfaat yang lebih
dibandingkan kristaloid isotonik dalam hal resusitasi pasien pasien luka bakar. Selain
itu kriataloid isotonik lebih murah dibandingkan koloid, meskipun kerugian
penggunaan kristaloid memerlukan volume yang realtif lebih besar untuk resusitasi
syok akibat luka bakar dan berpotensi menyebabkan terjadinnya edema jaringan. Ada
kemungkinan hal ini terjadi akibat resusitasi yang berlebihan jika pasien tidak
dimonitor ketat. Penumpukan cairan ini terjadi terutama pada ruang interstitial.
Kebanyakan studi tidak memperlihatkan insiden edema paru pada pasien yang
menerima resusitasi dengan kristaloid. Kolm dkk, baru-baru ini mengkomfirmasi
bahwa kebanyakan pasien-pasien luka bakar tidak memperlihatkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah paru setelah luka bakar dan edema paru jarang terjadi
selama tekanan pengisian intravaskuler dipertahankan dalam batas normal.
Komplikasi potensial yang lain akibat resusitasi kristaloid yang berlebihan adalah
hipoalbuminemia dan ketidak seimbangan elektrolit. Perubahan ini belum
memperlihatkan hubungan secara signifikan dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas.(5)
Terapi Cairan Koloid
Secara teoritis koloid memberikan keuntungan yang lebih dalam menjaga
volume intravaskular dengan volume yang lebih sedikit dengan waktu yang lebih
pendek dibandingkan kristaloid. Pada pasien dengan endotel yang intak koloid lebih
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
16/29
16
bertahan lama dibandingkan kristaloid dalam kompartemen intravaskular. Protein
plasma memegang peranan yang penting dalam dalam mempertahankan volume
vaskular dengan memberikan tekanan koloidosmotik yang berlawanan dengan
tekanan hidrostatik intravascular.
Meskipun demikian pada pasien luka bakar memperlihatkan penigkatan
permeabilitas vaskular terhadap cairan elektrolit dan koloid sehingga penggunaan
koloid pada 8-24 jam pertama setelah luka bakar masih dipertanyakan. Akibat
peningkatan permeabilitas vaskular yang diobservasi pada luka bakar, koloid mungkin
saja tidak bertahan lebih lama dalam sirkulasi di bandingkan dengan kristaloid. Selain
itu dikhawatirkan bahwa aliran koloid ke interstitial dapat memperburuk edema.(5)
Cairan hipertonik
Penggunaan salin hipertonik baik sendiri maupun bersama sama dengan
koloid telah dianjurkan oleh beberapa praktisi untuk resusitasi awal pada pasien luka
bakar. Salah satu keuntungan dari cairan hipertonik adalah mengurangi kebutuhan
volume untuk mencapai tingkat yang sama dengan cairan isotonik. Secara teoritis
pengurangan volume dari koloid yang dibutuhkan ini akan mengurangi resiko
terjadinya resiko edema paru dan edema jaringan yang dapat mengurangi insiden
intubasi trakeal. Cairan salin hipertonik telah memperlihatkan ekspansi volume
intravaskular dengan jalan memindahkan cairan dari intra selular dan kompartemen
interstisial. Bagaimanapun ekspansi intravaskular ini bersifat sementara. Beberapa
peneliti telah memperlihatkan besarnya total cairan yang dibutuhkan untuk resusitasi
tidak akan berkurang bila digunakan cairan hipertonik pada awal luka bakar.
Walupun semua keuntungan cairan hipertonik yang digunakan untuk resusitasi
luka bakar perlu dipertimbangkan, cairan hipertonik mungkin berguna pada suatu
keadaan tertentu. Keadaan tertentu termasuk keadan dimana sulit untuk menggunakan
volume cairan yang besar dan pada pasien dengan penyakit penyerta yang mempunyai
resiko untuk terjadinnya gagal jantung. Bagaimanapun tidak ada kesepakatan yang
menyatakan cairan hipertonik mana yang paling menguntungkan. Beberapa penelitian
telah mempelajari cairan hipertonik salin dan hipertonik laktat salin. Terdapat suatu
studi yang memperlihatkan tingkat mortalitas yang lebih tinggi pada pasien yang
menerima laktat salin hipertonik di bandingkan pasien yang menerima cairan isotonik.
Pada beberapa kasus, koloid telah dikombinasi dengan cairan hipertonik pada
resusitasi luka bakar. Griswold dkk, melaporkan penambahan volume pada pasien
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
17/29
17
yang menerima albumin danfresh frozen plasma yang digabungkan dengan cairan
salin hipertonik, dan Jelenko dkk melaporkan berkurangnya insiden eskriotomi,
pengurangan hari penggunaan vetilator, dan berkurangnya volume cairan yang di
butuhkan pada pasien yang menerima kombinasi albumin dan salin hipertonik di
bandingkan pasien yang hanya menerima cairan kristaloid isotonik. Akan tetapi Gun
dkk, tidak memperhatikan volume cairan saat memberikanfresh frozen plasmayang
digabungkan dengan cairan salin hipertonik.
Kekhawatiran utama dalam penambahan cairan salin hipertonik adalah
berkembangnya hipernatremia. Konsentrasi natrium serum lebih dari 160 mEq/L telah
dilaporkan terjadinnya pada 40% - 50 % pasien yang menerima saline hiper tonik
untuk resusitasi luka bakar. Huang dkk, melaporkan beberapa kasus kematian yang
berhubungan dengan teknik resusitasi ini. Karena berpotensinnya terjadi gangguan
elektrolit yang berat dan sedikitnnya bukti yang menunjukkan bahwa resusitasi
dengan hipertonik akan meningkatkan tingkat mortalitas, cairan garam isotonik
digunakan pada sebagian besar pusat resusitasi luka bakar. Secara keseluruhan cairan
hipertonik hanya digunakan oleh para ahli yang mempunyai pengalaman
menggunakannya, karena adanya beberapa resiko dan komplikasi
Kristaloid saat ini merupakan cairan yang terpilih dan paling sering digunakan untuk
resusitasi cairan awal pada penderita luka bakar (level IB). Sebagian besar studi tidak
memperlihatkan peningkatan insiden edema paru pada pasien yang mendapatkan cairan
kristaloid. Holm dkk, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sebagian besar pasien luka
bakar tidak memperlihatkan peningkatan permeabilitas kapiler paru setelah trauma dan
insiden edema paru jarang terjadi sepanjang tekanan pengisian intravaskular dipertahankan
dalam batas normal.
Cairan koloid dan atau cairan hipertonik sebaiknya dihindari dalam 24 jam pertama
setelah trauma luka bakar (level II B). Koloid tidak memperlihatkan keuntungan dibanding
kristaloid pada awal resusitasi cairan pada penderita luka bakar dan bahkan
memperburuk edema formation pada awal-awal terjadinnya luka bakar. Hal ini oleh karena
selama 8-24 jam setelah luka bakar terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga koloid
mengalami influks masuk kedalam interstitium sehingga memperburuk edema. Studi meta-
analisis terakhir memperlihatkan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang mendapatkan
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
18/29
18
albumin sebagai bagian resusitasi awal dengan 2,4 kali resiko relatif mortalitas di banding
yang mendapatkan kristaloid.
Cairan koloid dan atau cairan hipertonik (salin) mengurangi kebutuhan cairan total dan
memperbaiki performa jantung pada luka bakar (level I B). Cairan hipertonik
memperlihatkan daya ekspansi volume intravaskular dengan memobilisasi cairan dari
kompartemen intraseluler dan interstitial serta mengurangi disfungsi kontraksi jantung yang
berkaitan dengan luka bakar.
2.7.5 Formula Resusitasi
Formula Parkland/Baxter(2)
Kebanyakan unit luka bakar umumnnya menggunakan formua Parklandatau yang
mirip dengannya. Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka bakar
adalah jenis hipovolemia, yang hanya membutuhkan penggantian cairan (yaitu kristaloid).
Penurunan efektifitas hemoglobin yang terjadi disebabkan perlekatan eritrosit, trombosit,
lekosit dan komponen sel lainnya pada dinding pembuluh darah (endotel). Sementara
dijumpai gangguan permeabilitas kapilar dan terjadi kebocoran plasma, pemberian koloid ini
sudah barang tentu tidak akan efektif bahkan menyebabkan penarikan cairan ke jaringan
interstisiel, menyebabkan akumulasi cairan yang akan sangat sulit ditarik kembali ke rongga
intravaskular. Hal tersebut akan menambah beban jaringan dan 'menyuburkan' reaksi
inflamasi di jaringan, serta menambah beban organ seperti jantung, paru dan ginjal.
Berdasarkan alasan tersebut, maka Parkland hanya memberikan larutan Ringer's
Lactate (RL) yang diperkaya dengan elektrolit. Sedangkan koloid/plasma, bila diperlukan,
diberikan setelah sirkulasi mengalami pemulihan (>24-36jam). Menurut Baxter dan Parkland,
pada kondisi syok hipovolemia yang dibutuhkan adalah mengganti cairan; dalam hal ini
cairan vang diperlukan adalah larutan fisiologik (mengandung elektrolit). Oleh karenanya
mereka hanya mengandalkan larutan (RL) untuk resusitasi. Dan ternyata pemberian cairan
RL ini sudah mencukupi, bahkan mengurangi kebutuhan akan transfusi.
FormulaParklandyang menggunakan larutan kristaloid Ringer, perhitungannya ialah
Luas luka (%) x BB (Kg) x 4 ml RL
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
19/29
19
Setengah nya diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16 jam
kemudian. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan Ringer Laktat. Hari kedua
diberikan setengah cairan hari pertama. Formula ini merupakan pedoman untuk resusitasi
langsung dari jumlah cairan yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi yang memadai.
Selain dari jumlah cairan diatas, pada anak - anak menerima cairan pemeliharaan dengan
pertitungan perjam nya
4 ml / kg untuk 10 kg pertama dari berat badan, ditambah. 2 ml / kg untuk 10 kg kedua dari berat badan, ditambah. 1 ml / kg untuk berat badan > 20 kg.Adapun target resusitasi(End points)pada formula ini adalah:
Urine output 0,5-1,0 ml / kg / jam pada orang dewasa Urine output dari 1,0-1,5 ml / kg / jam pada anak-anakPemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya jika penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu pemantauan yang ketat sangat penting, karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat pada fase awal luka bakar.
Formula Evans
Evans memberikan larutan fisiologik, koloid dan glukosa dalam resusitasi. Ketiga
jenis cairan ini diberikan dalam waktu dua puluh empat jam pertama. Dasar pemikirannya
adalah, bahwa pada luka bakar, dijumpai inefektifitas hemoglobin dalam menyelenggarakan
proses oksigenasi. Disamping itu terjadi kehilangan energi yang mempengaruhi proses
penyembuhan. Untuk itu diperlukan darah yang efektif dan asupan energi dalam bentuk
glukosa.
Cara Evans-Brooke adalah sebagai berikut :
Luas luka (%) x BB (kg)/ ml NaCl/24 jam Luas luka (%) x BB (kg)/ml plasma/24 jam Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam.
1 dan 2 merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edem. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
20/29
20
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dibeikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltik usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Jika diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat
minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Formula resusitasi pada anak
2.7.6 Monitoring(2)
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya
1000-1500mL/24 jam atau 1 mL/KgBB/jam dan 3 mL/KgBB/jam pada pasien anak. Yang
penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas dosertai resusitasi yang tidak betul
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremi sebagai gejala keracunan
airdapatmenyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang.
Kekurangan io K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yangmenunjukan depresi segmen ST atau gelombang U .(3)
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
21/29
21
2.7.7 Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi.
Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar :
1. minuman diberrikan pada penderita luka bakara. segera setelah peristaltik normal
b. 25mL/KgBB/haric. Sampai minimal diuresis 30mL/kgBB/hari
2. makanan diberikan oral pada penderita luka bakara. segera setelah minum tanpa kesulitan
b. 2500 kal/haric. Protein 100-150 gr/hari
3. sebagai tambahan setiap haria. vitamin A,B dan D
b. vitamin C 500mgc. Fe Sulfat 500mgd. Mukoprotektor
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
22/29
22
2.7.8 Penangannan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar
keringat atau pangkal rambut dapat diharapkan semuh sendiri asal dijaga agar epitel tersebut
tidak rusak akibat infeksi. Oleh karena itu perlu pencegahan terhadap infeksi.
Pada luka leih dalam perlu diusahakan secepat ungkin membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan
mati.
Masih banyak kontroversi dalam pemakaia obat-obatan topikal, tetapi yang penting
obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi nyeri, bisa menembus eskar
dan mempercapat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment)
Obat topokal yang dipakai bisa berbentuk larutan, salep, atau krim. Antibiotik bisa
diberikan dalam sediaan kasa. Antiseptik yang dipakai adalah povidon iodin atau nitras-
argenti 0,5%. Kompres nitrras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif untuk
bakteriostatik semua kuman.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor sehingga membuat
tidak nyaman.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga
masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungannya perawatan tertutup
adalah luka tampak rapi, terlindungi, dan enak bagi pasien. Hanya saja diperlukan tambaha
tenaga dan dana. Kadang suasanya luka yang lembab dan hangat memudahkan kuman untuk
berkembang. Oleh karena itu, apabila pembalu melekat tapi tidak berbau, sebaiknya jangan
dilepaskan, tunggusampai terlepas sendiri.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
23/29
23
2.7.9 Tindakan Bedah
Debridemen
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan matidengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita stabil
karena eksisi tangensila juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan
pada hari ke-3 sampai ke-7 dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial
sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh karena dapat terjadi
perdarahn yang cukup banyak
Eskarotomi
Ketika luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga mencakup ekstremitas ,sirkulasi
perifer yang menuju lengan atau tungkai dapat berbahaya. Perkembangan edema umum di
bawah eschar menghambat aliran vena dan akhirnya mempengaruhi aliran arteri ke bagian
distal . Hal ini dapat ditandai oleh mati rasa dan kesemutan di tungkai dan nyeri meningkat
pada jari-jari. Aliran arteri dapat dinilai dengan menggunakan sinyal Doppler pada arteri di
jari-jari palmar dan plantar di kaki yang terkena . Kapiler refill juga dapat dilakukan.Ekstremitas yang beresiko diidentifikasi dengan pemeriksaan klinis atau dengan pengukuran
tekanan jaringan lebih besar dari 40 mm Hg . Ekstremitas ini membutuhkan escharotomies ,
yang terdiri dari pelepasan eschar dengan meng-insisi bagian lateral dan medial ekstremitas
dengan pisau bedah atau unit elektrokauter.
Seluruh eschar konstriksi harus di insisi secara longitudinal untuk benar-benar
menghilangkan halangan aliran darah. Sayatan dilakukan turun ke tenar dan hipotenar
eminences dan sepanjang sisi dorsolateral dari jari. Jika jelas bahwa luka akan memerlukan
eksisi dan grafting karena kedalaman lukanya, escharotomies aman untuk mengembalikan
perfusi ke jaringan yang sehat sampai eksisi dilakukan. Jika kerusakan vaskular telah
berkepanjangan , reperfusi setelah escharotomy dapat menyebabkan hiperemia reaktif dan
pembentukan edema lebih lanjut dalam otot , sehingga membuat pengawasan lanjutan dari
ekstremitas bagian distal diperlukan . Peningkatan tekanan kompartemen otot mungkin
memerlukan fasciotomies . Komplikasi yang paling umum yang terkait dengan prosedur ini
kehilangan darah dan hipotensi transien yang disebabkan oleh pelepasan metabolit anaerob .
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
24/29
24
Jika perfusi distal tidak membaik dengan langkah-langkah ini , hipotensi sentral akibat
hipovolemik dapat dipikirkan dan diterapi.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
25/29
25
Luka Sengatan Listrik
Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi
panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada
jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai
tubuh akan menumbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik dapat
mencapai 2.500 derajat celcius. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot hebat berupa
kejang-kejang. Bila arus itu melewati jantung, kekuatan sebesar 60 miliampere saja sudah
cukup untuk menimbulkan fibrilasi ventrikel. Lebih-lebih kala arus langsung mengenai
jantung, fibrilasi dapat terjadi oleh arus yang hanya sebesar 1/10 miliampere.
Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan fraktur kompresi
vertebra. Bila kawat berarus listrik terpegang tangan, pegangan akan sulit dilepaskan akibat
akibat kontraksi otot fleksor jari lebih kuat daripada otot ekstensor jari sehingga korban terus
teraliri listrik. Pada otot dada keadaan ini menyebabkan gerakan napas terhenti sehingga
penderita dapat menalami asfiksia. Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya
dibandingkan arus bolak-balik dengan ampere yang sama. Sebaliknya, pada tegangan tinggi,
arus searah lebih berbahaya. Panas timbul karena tahanan yang dijumpai waktu arus mengalir
dan dampaknya bergantung pada jenis jaringan dan keadaan kulit.
Urutantahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf, pembuluh
darah, otot, kulit, tendi, dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih banyak dialiri
arus listrik sehingga akan menerima panas lebih banyak.
Kelancaran arus masuk tubuh juga bergantung pada basah keringnya kulit yang
berkonak dengan arus. Bila kulit basah dan lembab, arusakan mudah sekali masuk.
Panas yang timbul pada pembuluh darah akanmerusak tuika intima sehingga terjadi
trombosis yang timbul pelan-pelan. Hal ini menerangkan mengapa kematian jaringan pada
luka listrik seakan-akan progresif dan banyak kerusakan jaringan baru terjadi kemudian.
Beberapa jam setelah kecelakaan listrik dapat terjadi sindrom kompartemen karena udem dan
trombosis.
Tatalaksana
Penderita harus diputus terlebih dahulu dengan sumber listrik. Bila perlu lakukan
resusitasi jantung-paru. Cairan parentral harus diberikan dan umumnya diperluka lebih
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
26/29
26
banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan jaringan yang luas. Kalau banyak kerusakan
otot, urin akan berwarna gelap karena mengandung banyak mioglobin; penderita ini perlu
diberikan manitol dengan dosis 25gr, disusul dosis rumat 12,5gr/jam.
Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jarungan yang mati secra
bertahap karena tidak semua jaringan mati jelas tampak pada hari pertama. Bila luka pada
ekstremitas, mungkin perlu fasiotomi pada hari pertama untuk mencegah sindrom
kompartemen. Selanjutnya bisa dilakukan skin grafting atau rekonstruksi
Luka Akibat Zat Kimia
Kerusakan yang terjadi sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai
tubuh, cara dan lama kontaknya, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia ini
akan masuk ke jaringan sampai bahan tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh.
Zat kimia seperti kaporit, kaliu permangas, dan asama kromat dapat bersifat oksidator.
Bahan korosif, seperti fenol dan fosfor putih serta larutan basa seperti kalium hidroksida dan
natrium hidroksidamenyebabkan dnaturasi protein. Denaturasi akibat penggaraman dapat
disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, fluorat, dan klorida. Asam sulfat merusak selkarena bersifat cepat menarik air.
Asam flourida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat,
formiat, pikrat dan fosfor dapar merusak hati dan ginjal kalau diabsorbsi. Lisol menyebabkan
methemoglobinemia
Tatalaksana
Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepaskan. Pada umumnya penanganan
dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara masif yaitu dengan mengguyur penderita
dengan air mengalir sambi;, kalau perlu diusahakan membersihkan pelan-pela secara
mekanis. Netralisasi dengan zat kimia lain merugika karena membuang waktu untuk
mencarinya dan panas yang timbul dari reaksi kimianya dapat menambah kerusakan jaringan.
Pada kecelakaan akibat asam fluorida, pemberian kalsim glukonat 10% di bawah
jaringan yang terkena bermanfaat mencegah ion fluor menembus jaringan dan menyebabkan
dekalsiffikasi tulang.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
27/29
27
Pajanan zat kimia padamata memerlukan tindakan darurat segera berupa irigasi
dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9% secara terus-menerus sampai penderita
ditangani di rumah sakit. Penyiraman sering sukar dilakukan karena biasanya timbul
blefarospasme.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
28/29
28
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas. Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api
langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar.
Luka bakar yang luas dapat memberikan gangguan sistemik seperti edema, gangguan
kardiovaskular bahkan sampai syok. Oleh karena itu penanganannya harus cepat dan tepat.
Luka bakar dengan luas lebih dari 40% luas permukaan tubuh membutuhkan resusitasi. Dan
perhatikan apakah ada cedera inhalasi dengan tanda-tanda adanya luka bakar pada daerah
mulut, bulu hidung hangus, atau suara stridor. Perlu segera lakukan intubasi endotrakeal
untuk mempertahankan jalan napas.
Evaluasi awal pada pasien luka bakar mencangkup 4 hal : tatalaksana jalan napas,
evaluasi cedera yang lain, perkirakan luas luka bakar, dan pastikan ada atau tidak keracunan
karbon monoksida atau sianida.
Cairan resusitasi yang banyak dipakai adalah kristaloid karena walaupun hanya
sebentar berada di pembuluh darah tapi bisa mengatasi keadaan hipoperfusi jaringan dan
tidak memperberat edema.
Perawatan luka bakar bisa dilakukan perawatan luka terbuka atau tertutup. Cegah
infeksi atau kerusakan jaringan yang masih sehat agar penyembuhan cepat terjadi. Bisa
dilakukan pembedahan berupa debrideman dan eskarotomi pada luka bakar derajat 3 yang
luas.
-
7/22/2019 Referat Luka Bakar TERBARU
29/29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, Textbook of Surgery, 18th ed [Digital E-Book] Trauma : Burn. Elsevier.2008.
2. Sjamsuhidajat R, De Jong, W. Luka Bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :EGC, 2004. h : 103-14.
3. Morgan, Clinical Anasthesiology [Digital E-book] Management of Patients with Fluid& Electrolyte Disturbances.United State. 2006.
4. Schwartz, S. Principle of Surgery [Digital E-Book] Burns. California McGraw-Hill.2010.
5. Cuschieri A, Grace P.A, Darzi A. Clinical Surgery. Second edition. UK. Blackwell,2003. h : 254