euthanasia pro
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
1/10
MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN
EUTHANASIA (PRO)
Disusun Oleh :
1. Abit Mawan Dayoko (462010002)2. Stefanus Oka Mahendra (462010009)3. Oktanti Yuseta (462010021)4. Kristin ayu M K (462010045)5. Nanda Pradipta (462010055)6. Yantri (462010066)7. Stevani Helena Rihi (462010091)8. Liya Apriani (462010096)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
2/10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahDalam perkembangan dunia yang semakin maju, peradaban manusia juga tampil
gemilang sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan-
persoalan norma dan hukum kemasyarakatan dunia bisa bergeser, sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan.
Di dalam masyarakat modern seperti Barat, kebutuhan dan aspirasi masyarakat
menempati kedudukan yang tinggi, sehingga berdasarkan itu suatu produk hukum baru di
buat. Dari sini dapat digambarkan bahwa apabila terjadi pergeseran nilai dalam
masyarakat, maka interprestasi terhadap hukum juga bisa berubah. Dari perbuatan yang
dahulu di anggap tabu, pada waktu tertentu pandangan itu bisa saja berubah menjadi serba
boleh.
Dalam dunia kedokteran yang semakin maju, penemuan obat-obatan diharapkan dapat
semakin berkembang seriring berkembangnya pula berbagai macam penyakit kronis baru
yang sulit untuk disembuhkan dan mengancam nyawa penderitanya. Hingga sering kali
para dokter dan keluarga pasien putus asa menghadapi apa yang diderita oleh pasien.
Pada tahap ini pasien seringkali sudah dalam keadaan koma, yang membuat seolah-olah
hidup segan mati tak mau. Di sela-sela kebimbangan berbagai pihak, seringkali muncul
ide jalan keluar yang dianggap paling akhir untuk mengakhiri penderitaan pasien jika
memang pasien tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Jalan akhir itu disebut
euthanasia.
Ada dua masalah dalam bidang kedokteran atau kesehatan yang berkaitan dengan
aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu, sehingga dapat
digolongkan ke dalam masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu tentang abortus
provokatus dan euthanasia. Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Hippokrates
(460-377 SM), kedua masalah ini telah ditulis dan telah diingatkan. Sampai kini tetap
saja persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak dapat diatasi atau
diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang dapat diteroma oleh semuapihak. Di satu pihak tindakan abortus provokatus dan euthanasia pada beberapa kasus
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
3/10
dan keadaan memang diperlukan sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat
diterima, bertentangan dengan hukum, moral dan agama.
Mengenai masalah euthanasia bila ditarik ke belakang boleh dikatakan masalahnya
sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan,
sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi demikian tidak
jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin
diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar,
keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang
ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu
memberikan obat yang mempercepat kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul,
yaitu melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati secara baik.
Masalah makin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian karena semakin
banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran dan masyarakat terutama setelah
ditemukannya tindakan didalam dunia pengobatan dengan mempergunakan tegnologi
canggih dalam menghadapi keadaan-keadaan gawat dan mengancam kelangsungan hidup.
Banyak kasus-kasus di pusat pelayanan kesehatanterurtama di bagian gawat darurat dan
di bagian unit perawatan intensif yang pada masa lalu sudah merupakn kasus yang sudah
tidak dapat dibantu lagi.
1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian dari Euthanasia Untuk mengetahui jenis-jenis Euthanasia Untuk mengetahui tinjauan etis tehadap euthanasia Untuk mengetahui tinjauan yuridis terhadap euthanasia Mengetahui euthanasia menurut kode etik kedokteran. Mengetahui hukum euthanasia dilihat dari perspektif islam.
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
4/10
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Euthanasia
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan
thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia
berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan
meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam
kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145). Dalam
praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia
pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan
memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat
keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang
menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama.
Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan
hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang
memang sudah parah (Utomo, 2003:176).
Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seorang
individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai
bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya
(Parikesit, 2007). Hadiwardoyo (1989) menyatakan bahwa dahulu istilah euthanasia
menunjukkan usaha tenaga medis untuk membantu para pasien supaya dapat meninggal
dengan baik, tanpa penderitaan yang terlalu hebat. Apabila euthanasia dipandang sebagai
bantuan medis pada pasien yang sudah mendekati akhir hidupnya, dengan cara yang
sesuai dengan perikemanusiaan, maka tindakan tersebut baik motivasi tau caranya tidak
bertentangan dengan rasa hormat terhadap martabat manusia.
Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan, maka
dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan
kematian, namun untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang
menghadapi kematiannya. Dalam arti yang demikian itu euthanasia tidaklah bertentangan
dengan panggilan manusia untuk mempertahankan dan memperkembangkan hidupnya,
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
5/10
sehingga tidak menjadi persoalan dari segi kesusilaan. Artinya dari segi kesusilaan dapat
dipertanggungjawabkan bila orang yang bersangkutan menghendakinya.
Akan tetapi dalam perkembangan istilah selanjutnya, euthanasia lebih menunjukkan
perbuatan yang membunuh karena belas kasihan, maka menurut pengertian umum
sekarang ini, euthanasia dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena
kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan dan penderitaan. Inilah konsep dasar dari
euthanasia yang kini maknanya berkembang menjadi kematian atas dasar pilihan rasional
seseorang, sehingga banyak masalah yang ditimbulkan dari euthanasia ini. Masalah
tersebut semakin kompleks karena definisi dari kematian itu sendiri telah menjadi kabur.
Beberapa pengertian tentang terminologi euthanasia:
a. Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia ditinjau dari segi medis, hukum dan
psikologi, euthanasia diartikan:
Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk mengakhiri hidup seorang pasien.Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu (palaten) untuk memperpanjang
hidup pasien.
Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri atas permintaan atautanpa permintaan pasien.
b. Menurut kode etik kedokteran indonesia, kata euthanasia dipergunakan dalam tiga
arti:
Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untukyang beriman dengan nama Allah dibibir.
Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan memberinyaobat penenang.
Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja ataspermintaan pasien sendiri dan keluarganya.
Dari beberapa kategori tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur euthanasia
adalah sebagai berikut:
a. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
b. Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang hidup
pasien.
c. Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk disembuhkan kembali.
d. Atas atau tanpa permintaan pasien atau keluarganya.
e. Demi kepentingan pasien dan keluarganya
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
6/10
2.2 Jenis-jenis Euthanasia
Euthanasia bisa ditinjau dari berbagai sudut, seperti cara pelaksanaanya, dari mana
datang permintaan, sadar tidaknya pasien dan lain-lain. Secara garis besar euthanasia
dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Di
bawah ini dikemukakan beberapa jenis euthanasia:
1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk
mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya
dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan.
Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan
a. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan
medis yang diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup pasien. Misalnya
dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera mematikan
b. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis
yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui
bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya,
mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia,
sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan
dihentikan.
3. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau
mempercepat kematian atas permintaan sendiri.
4. Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien
dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan
keinginannya. Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
7/10
penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan
kriminal.
Selain kategori empat macam euthanasia di atas, euthanasia juga mempunyai
macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Frans
magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi, mereka
menambahkan macam-macam euthanasia selain euthanasia secara garis besarnya,
yaitu:
1. Euthanasia murni, yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang tanpa
memperpendek kehidupannya. Kedalamnya termasuk semua usaha
perawatan agar yang bersangkutan dapat mati dengan "baik".
2. Euthanasia tidak langsung, yaitu usaha untuk memperingan kematian dengan
efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di sini ke
dalamnya termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan
analgetika yang mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan
walaupun hal itu tidak disengaja
3. Euthanasia sukarela, yaitu mempercepat kematian atas persetujuan atau
permintaan pasien. Adakalanya hal itu tidak harus dibuktikan dengan
pernyataan tertulis dari pasien atau bahkan bertentangan dengan pasien.
4. Euthanasia nonvoluntary, yaitu mempercepat kematian sesuai dengan
keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya
keluarga), atau atas keputusan pemerintah.
2.3 Tinjauan Etis Eutanasia Tinjauan filosofis-etis
Dari segi filosofis, persoalan euthanasia berhubungan erat dengan pandangan
otonomi dan kebebasan manusia di mana manusia ingin menguasai dirinya sendiri
secara penuh sehingga dapat menentukan sendiri kapan dan bagaimana ia akan mati
(hak untuk mati). Perdebatan mengenai euthanasia dapat diringkas sebagai berikut:
atas nama penghormatan terhadap otonomi manusia, manusia harus mempunyai
kontrol secara penuh atas hidup dan matinya sehingga seharusnya ia mempunyai
kuasa untuk mengakhiri hidupnya jika ia menghendakinya demi pengakhiran
penderitaan yang tidak berguna.
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
8/10
Banyak pakar etika menolak euthanasia dan assisted suicide. Salah satu
argumentasinya menekankan bahaya euthanasia disalahgunakan. Jika kita
mengizinkan pengecualian atas larangan membunuh, sebentar lagi cara ini bisa
dipakai juga terhadap orang cacat, orang berusia lanjut, atau orang lain yang dianggap
tidak berguna lagi. Ada suatu prinsip etika yang sangat mendasar yaitu kita harus
menghormati kehidupan manusia. Tidak pernah boleh kita mengorbankan manusia
kepada suatu tujuan tertentu. Prinsip ini dirumuskan sebagai kesucian kehidupan
(the sanctity of life). Kehidupan manusia adalah suci karena mempunyai nilai absolut
dan karena itu dimana-mana harus dihormati.
Masing-masing orang memiliki martabat (nilai) sendiri-sendiri yang ada secara
intrinsik (ada bersama dengan adanya manusia dan berakhir bersama dengan
berakhirnya manusia). Keberadaan martabat manusia ini terlepas dari pengakuan
orang, artinya ia ada entah diakui atau tidak oleh orang lain. Masing-masing orang
harus mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri-sendiri dan oleh karena itu masing-
masing orang memiliki tujuan hidupnya sendiri. Karena itu, manusia tidak pernah
boleh dipakai hanya sebagai alat/instrumen untuk mencapai suatu tujuan tertentu oleh
orang lain.
Meski demikian, tidak sedikit juga yang mendukung euthanasia. Argumentasi
yang banyak dipakai adalah hak pasien terminal: the right to die. Menurut mereka,
jika pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta agar penderitaannya
segera diakhiri. Beberapa hari yang tersisa lagi pasti penuh penderitaan. Euthanasia
atau bunuh diri dengan bantuan hanya sekedar mempercepat kematiannya, sekaligus
memungkinkan kematian yang baik, tanpa penderitaan yang tidak perlu.
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
9/10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan
thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut.
Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif
dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian
pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut.
Macam-macam Euthanasia :
1. Euthanasia Aktif
2. Euthanasia Pasif
-
7/22/2019 Euthanasia Pro
10/10
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah Jusuf:Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta, 2005
http://Hukum-Kesehatan.web.id/AspekHukumdalamPelaksanaanEuthanasiadi
IndonesiaHukumKesehatan.htm
http://JohnkoplosWeblog.com/Euthanasia Tinjauan dari Segi Medis, Etis, dan Moral
Utomo, S.B. 2009. Hukum Euthanasia dan Kode Etik Kedokteran.Fikih Kontemporer.
www.eramuslim.com>konsultasi>Fikihkontemporer.
Wikipedia. 2009. Bioetika. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.
Id.wikipedia.org/wiki/Bioetika.
Wikipedia. 2009. Eutanasia. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.
Id.wikipedia.org/wiki/Bioetika.
http://hukum-kesehatan.web.id/http://hukum-kesehatan.web.id/http://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://hukum-kesehatan.web.id/