euthanasia pro

Upload: nan-nda-pradipta

Post on 10-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    1/10

    MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

    EUTHANASIA (PRO)

    Disusun Oleh :

    1. Abit Mawan Dayoko (462010002)2. Stefanus Oka Mahendra (462010009)3. Oktanti Yuseta (462010021)4. Kristin ayu M K (462010045)5. Nanda Pradipta (462010055)6. Yantri (462010066)7. Stevani Helena Rihi (462010091)8. Liya Apriani (462010096)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    2/10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang MasalahDalam perkembangan dunia yang semakin maju, peradaban manusia juga tampil

    gemilang sebagai refleksi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan-

    persoalan norma dan hukum kemasyarakatan dunia bisa bergeser, sesuai dengan

    kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang bersangkutan.

    Di dalam masyarakat modern seperti Barat, kebutuhan dan aspirasi masyarakat

    menempati kedudukan yang tinggi, sehingga berdasarkan itu suatu produk hukum baru di

    buat. Dari sini dapat digambarkan bahwa apabila terjadi pergeseran nilai dalam

    masyarakat, maka interprestasi terhadap hukum juga bisa berubah. Dari perbuatan yang

    dahulu di anggap tabu, pada waktu tertentu pandangan itu bisa saja berubah menjadi serba

    boleh.

    Dalam dunia kedokteran yang semakin maju, penemuan obat-obatan diharapkan dapat

    semakin berkembang seriring berkembangnya pula berbagai macam penyakit kronis baru

    yang sulit untuk disembuhkan dan mengancam nyawa penderitanya. Hingga sering kali

    para dokter dan keluarga pasien putus asa menghadapi apa yang diderita oleh pasien.

    Pada tahap ini pasien seringkali sudah dalam keadaan koma, yang membuat seolah-olah

    hidup segan mati tak mau. Di sela-sela kebimbangan berbagai pihak, seringkali muncul

    ide jalan keluar yang dianggap paling akhir untuk mengakhiri penderitaan pasien jika

    memang pasien tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Jalan akhir itu disebut

    euthanasia.

    Ada dua masalah dalam bidang kedokteran atau kesehatan yang berkaitan dengan

    aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu, sehingga dapat

    digolongkan ke dalam masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu tentang abortus

    provokatus dan euthanasia. Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Hippokrates

    (460-377 SM), kedua masalah ini telah ditulis dan telah diingatkan. Sampai kini tetap

    saja persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak dapat diatasi atau

    diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang dapat diteroma oleh semuapihak. Di satu pihak tindakan abortus provokatus dan euthanasia pada beberapa kasus

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    3/10

    dan keadaan memang diperlukan sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat

    diterima, bertentangan dengan hukum, moral dan agama.

    Mengenai masalah euthanasia bila ditarik ke belakang boleh dikatakan masalahnya

    sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan,

    sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi demikian tidak

    jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin

    diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar,

    keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang

    ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu

    memberikan obat yang mempercepat kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul,

    yaitu melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati secara baik.

    Masalah makin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian karena semakin

    banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran dan masyarakat terutama setelah

    ditemukannya tindakan didalam dunia pengobatan dengan mempergunakan tegnologi

    canggih dalam menghadapi keadaan-keadaan gawat dan mengancam kelangsungan hidup.

    Banyak kasus-kasus di pusat pelayanan kesehatanterurtama di bagian gawat darurat dan

    di bagian unit perawatan intensif yang pada masa lalu sudah merupakn kasus yang sudah

    tidak dapat dibantu lagi.

    1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian dari Euthanasia Untuk mengetahui jenis-jenis Euthanasia Untuk mengetahui tinjauan etis tehadap euthanasia Untuk mengetahui tinjauan yuridis terhadap euthanasia Mengetahui euthanasia menurut kode etik kedokteran. Mengetahui hukum euthanasia dilihat dari perspektif islam.

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    4/10

    BAB II

    ISI

    2.1 Pengertian Euthanasia

    Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan

    thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal

    dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia

    berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan

    meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam

    kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145). Dalam

    praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia

    pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan

    memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat

    keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang

    menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama.

    Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan

    hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang

    memang sudah parah (Utomo, 2003:176).

    Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seorang

    individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai

    bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya

    (Parikesit, 2007). Hadiwardoyo (1989) menyatakan bahwa dahulu istilah euthanasia

    menunjukkan usaha tenaga medis untuk membantu para pasien supaya dapat meninggal

    dengan baik, tanpa penderitaan yang terlalu hebat. Apabila euthanasia dipandang sebagai

    bantuan medis pada pasien yang sudah mendekati akhir hidupnya, dengan cara yang

    sesuai dengan perikemanusiaan, maka tindakan tersebut baik motivasi tau caranya tidak

    bertentangan dengan rasa hormat terhadap martabat manusia.

    Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan, maka

    dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan

    kematian, namun untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang

    menghadapi kematiannya. Dalam arti yang demikian itu euthanasia tidaklah bertentangan

    dengan panggilan manusia untuk mempertahankan dan memperkembangkan hidupnya,

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    5/10

    sehingga tidak menjadi persoalan dari segi kesusilaan. Artinya dari segi kesusilaan dapat

    dipertanggungjawabkan bila orang yang bersangkutan menghendakinya.

    Akan tetapi dalam perkembangan istilah selanjutnya, euthanasia lebih menunjukkan

    perbuatan yang membunuh karena belas kasihan, maka menurut pengertian umum

    sekarang ini, euthanasia dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena

    kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan dan penderitaan. Inilah konsep dasar dari

    euthanasia yang kini maknanya berkembang menjadi kematian atas dasar pilihan rasional

    seseorang, sehingga banyak masalah yang ditimbulkan dari euthanasia ini. Masalah

    tersebut semakin kompleks karena definisi dari kematian itu sendiri telah menjadi kabur.

    Beberapa pengertian tentang terminologi euthanasia:

    a. Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia ditinjau dari segi medis, hukum dan

    psikologi, euthanasia diartikan:

    Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk mengakhiri hidup seorang pasien.Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu (palaten) untuk memperpanjang

    hidup pasien.

    Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri atas permintaan atautanpa permintaan pasien.

    b. Menurut kode etik kedokteran indonesia, kata euthanasia dipergunakan dalam tiga

    arti:

    Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untukyang beriman dengan nama Allah dibibir.

    Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan memberinyaobat penenang.

    Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja ataspermintaan pasien sendiri dan keluarganya.

    Dari beberapa kategori tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur euthanasia

    adalah sebagai berikut:

    a. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu

    b. Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang hidup

    pasien.

    c. Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk disembuhkan kembali.

    d. Atas atau tanpa permintaan pasien atau keluarganya.

    e. Demi kepentingan pasien dan keluarganya

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    6/10

    2.2 Jenis-jenis Euthanasia

    Euthanasia bisa ditinjau dari berbagai sudut, seperti cara pelaksanaanya, dari mana

    datang permintaan, sadar tidaknya pasien dan lain-lain. Secara garis besar euthanasia

    dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Di

    bawah ini dikemukakan beberapa jenis euthanasia:

    1. Euthanasia aktif

    Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk

    mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya

    dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan.

    Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan

    a. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan

    medis yang diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup pasien. Misalnya

    dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera mematikan

    b. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis

    yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui

    bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya,

    mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.

    2. Euthanasia pasif

    Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala

    tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia,

    sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan

    dihentikan.

    3. Euthanasia volunter

    Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau

    mempercepat kematian atas permintaan sendiri.

    4. Euthanasia involunter

    Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien

    dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan

    keinginannya. Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    7/10

    penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan

    kriminal.

    Selain kategori empat macam euthanasia di atas, euthanasia juga mempunyai

    macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Frans

    magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi, mereka

    menambahkan macam-macam euthanasia selain euthanasia secara garis besarnya,

    yaitu:

    1. Euthanasia murni, yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang tanpa

    memperpendek kehidupannya. Kedalamnya termasuk semua usaha

    perawatan agar yang bersangkutan dapat mati dengan "baik".

    2. Euthanasia tidak langsung, yaitu usaha untuk memperingan kematian dengan

    efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di sini ke

    dalamnya termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan

    analgetika yang mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan

    walaupun hal itu tidak disengaja

    3. Euthanasia sukarela, yaitu mempercepat kematian atas persetujuan atau

    permintaan pasien. Adakalanya hal itu tidak harus dibuktikan dengan

    pernyataan tertulis dari pasien atau bahkan bertentangan dengan pasien.

    4. Euthanasia nonvoluntary, yaitu mempercepat kematian sesuai dengan

    keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya

    keluarga), atau atas keputusan pemerintah.

    2.3 Tinjauan Etis Eutanasia Tinjauan filosofis-etis

    Dari segi filosofis, persoalan euthanasia berhubungan erat dengan pandangan

    otonomi dan kebebasan manusia di mana manusia ingin menguasai dirinya sendiri

    secara penuh sehingga dapat menentukan sendiri kapan dan bagaimana ia akan mati

    (hak untuk mati). Perdebatan mengenai euthanasia dapat diringkas sebagai berikut:

    atas nama penghormatan terhadap otonomi manusia, manusia harus mempunyai

    kontrol secara penuh atas hidup dan matinya sehingga seharusnya ia mempunyai

    kuasa untuk mengakhiri hidupnya jika ia menghendakinya demi pengakhiran

    penderitaan yang tidak berguna.

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    8/10

    Banyak pakar etika menolak euthanasia dan assisted suicide. Salah satu

    argumentasinya menekankan bahaya euthanasia disalahgunakan. Jika kita

    mengizinkan pengecualian atas larangan membunuh, sebentar lagi cara ini bisa

    dipakai juga terhadap orang cacat, orang berusia lanjut, atau orang lain yang dianggap

    tidak berguna lagi. Ada suatu prinsip etika yang sangat mendasar yaitu kita harus

    menghormati kehidupan manusia. Tidak pernah boleh kita mengorbankan manusia

    kepada suatu tujuan tertentu. Prinsip ini dirumuskan sebagai kesucian kehidupan

    (the sanctity of life). Kehidupan manusia adalah suci karena mempunyai nilai absolut

    dan karena itu dimana-mana harus dihormati.

    Masing-masing orang memiliki martabat (nilai) sendiri-sendiri yang ada secara

    intrinsik (ada bersama dengan adanya manusia dan berakhir bersama dengan

    berakhirnya manusia). Keberadaan martabat manusia ini terlepas dari pengakuan

    orang, artinya ia ada entah diakui atau tidak oleh orang lain. Masing-masing orang

    harus mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri-sendiri dan oleh karena itu masing-

    masing orang memiliki tujuan hidupnya sendiri. Karena itu, manusia tidak pernah

    boleh dipakai hanya sebagai alat/instrumen untuk mencapai suatu tujuan tertentu oleh

    orang lain.

    Meski demikian, tidak sedikit juga yang mendukung euthanasia. Argumentasi

    yang banyak dipakai adalah hak pasien terminal: the right to die. Menurut mereka,

    jika pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta agar penderitaannya

    segera diakhiri. Beberapa hari yang tersisa lagi pasti penuh penderitaan. Euthanasia

    atau bunuh diri dengan bantuan hanya sekedar mempercepat kematiannya, sekaligus

    memungkinkan kematian yang baik, tanpa penderitaan yang tidak perlu.

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    9/10

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik, dan

    thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal

    dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut.

    Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau

    penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti

    mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat

    menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).

    Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif

    dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian

    pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut.

    Macam-macam Euthanasia :

    1. Euthanasia Aktif

    2. Euthanasia Pasif

  • 7/22/2019 Euthanasia Pro

    10/10

    DAFTAR PUSTAKA

    Hanafiah Jusuf:Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta, 2005

    http://Hukum-Kesehatan.web.id/AspekHukumdalamPelaksanaanEuthanasiadi

    IndonesiaHukumKesehatan.htm

    http://JohnkoplosWeblog.com/Euthanasia Tinjauan dari Segi Medis, Etis, dan Moral

    Utomo, S.B. 2009. Hukum Euthanasia dan Kode Etik Kedokteran.Fikih Kontemporer.

    www.eramuslim.com>konsultasi>Fikihkontemporer.

    Wikipedia. 2009. Bioetika. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.

    Id.wikipedia.org/wiki/Bioetika.

    Wikipedia. 2009. Eutanasia. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.

    Id.wikipedia.org/wiki/Bioetika.

    http://hukum-kesehatan.web.id/http://hukum-kesehatan.web.id/http://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://www.ziddu.com/download/18057416/lingkunganpenyakitberbasismasyarakat.docx.htmlhttp://hukum-kesehatan.web.id/