identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon, kelurahan sembulang,...

15
 Identifikasi Penyakit Ikan, Kualitas Lingkungan dan Kelayakan Usaha Budidaya di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, Kotamadya Batam Romi Novriadi 1 , Mulyadi 2 , M.Sanuri 2 , Jhonner Sihotang 3 , Oskar Putra 4 1)  Pengendali hama dan penyakit ikan ahli muda BPBL Batam 2)  Pengawas perikanan ahli muda BPBL Batam 3) Pengawas perikanan terampil pelaksana BPBL Batam 4) Penyuluh perikanan terampil BPBL Batam Koresponding penulis: Komplek Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Jl. Raya Barelang Jembatan III, PO BOX 60 Sekupang. Batam -29438. E-mail: [email protected] ; [email protected] A B S T R A K Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha  budidaya di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Batam. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari 2015 di tiga lokasi budidaya dan dua diantaranya adalah unit produksi ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat ( integrated ) berdasarkan SNI  No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH 3 ), nitrit (NO 2 ), posfat (PO 4 ) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kedalaman air memiliki level yang rendah untuk budidaya ikan laut dan kekeruhan cukup tinggi untuk media persiapan  produksi. Untuk budidaya ikan laut, pH berada pada kisaran 7,67-7,69, suhu 29,2 C, salinitas 30  dan kekeruhan 2,28-2,65 NTU. Sementara untuk media persiapan air tawar, pH 7,25, suhu 29,8 C, salinitas 0 ‰ dan kekeruhan 22,6 NTU. Secara umum, untuk seluruh lokasi parameter NO 2, NH3 dan PO4 berada di  bawah limit deteksi. Tidak adanya aplikasi biosekuriti, penerapan cara budidaya ikan yang baik serta terlalu bergantungnya masyarakat terhadap bantuan benih dan berbagai sarana produksi menjadikan aktivitas budidaya perikanan di Desa Tanjung Banon menjadi tidak berkelanjutan Kata kunci: Tanjung Banon, Kualitas Air, Biosekuriti, Cara Budidaya Ikan yang Baik  A B S T R A C T The objective of the present study was to examine the water quality, diseases and aquaculture activity of Tanjung Banon, Sub District Sembulang, Batam. The study was conducted on February 2015 at three aquaculture sites which two of them performed mariculture activities. Integrated water sampling was used based on SNI No. 6989.57:2008 for pH, salinity temperature, water depth, ammonia (NH 3  ), nitrit (NO2  ), posfat (PO4  ) and turbidity. This study also performed an intervie w to collect the aquaculture activities data from the farmers. The results shows that the water depth has a low level for mariculture and the turbidity has a high level for preparation media.For mariculture site , pH ranged from 7.67-7.69, temperature 29,2⁰ C, salinity 30 ‰ and turbidity ranged from 2,28 -2,65 NTU. Meanwhile, for preparation media pH 7,25, temperature 29,8 ⁰ C, salinity 0 ‰ and turbidity was 22,6 NTU. In general, NO 2  , NH 3 dan  PO4 were under detection limits. The absence of biosecurity, good aquaculture practices and too rely on local government for seed and other facilities make the aquaculture activities at Tanjung banon become unsustainability Key words : Tanjung Banon, Water quality, Biosecurity, Good aquaculture practices  

Upload: romi-novriadi

Post on 05-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 1/15

Identifikasi Penyakit Ikan, Kualitas Lingkungan dan Kelayakan Usaha Budidaya di Desa

Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, Kotamadya Batam

Romi Novriadi1, Mulyadi2, M.Sanuri2, Jhonner Sihotang3, Oskar Putra4

1)

 Pengendali hama dan penyakit ikan ahli muda BPBL Batam2) Pengawas perikanan ahli muda BPBL Batam3) Pengawas perikanan terampil pelaksana BPBL Batam4) Penyuluh perikanan terampil BPBL Batam

Koresponding penulis: Komplek Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Jl. Raya Barelang Jembatan III,PO BOX 60 Sekupang. Batam -29438. E-mail: [email protected] ; [email protected] 

A B S T R A K

Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Batam. Pengamatan dilakukan pada bulanFebruari 2015 di tiga lokasi budidaya dan dua diantaranya adalah unit produksi ikan laut. Pengambilansampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated ) berdasarkan SNI  No.6989.57:2008untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dankekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasiterkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kedalaman airmemiliki level yang rendah untuk budidaya ikan laut dan kekeruhan cukup tinggi untuk media persiapan

 produksi. Untuk budidaya ikan laut, pH berada pada kisaran 7,67-7,69, suhu 29,2⁰C, salinitas 30 ‰ dan

kekeruhan 2,28-2,65 NTU. Sementara untuk media persiapan air tawar, pH 7,25, suhu 29,8⁰C, salinitas 0

‰ dan kekeruhan 22,6 NTU. Secara umum, untuk seluruh lokasi parameter NO2, NH3 dan PO4 berada di bawah limit deteksi. Tidak adanya aplikasi biosekuriti, penerapan cara budidaya ikan yang baik sertaterlalu bergantungnya masyarakat terhadap bantuan benih dan berbagai sarana produksi menjadikanaktivitas budidaya perikanan di Desa Tanjung Banon menjadi tidak berkelanjutan

Kata kunci: Tanjung Banon, Kualitas Air, Biosekuriti, Cara Budidaya Ikan yang Baik  

A B S T R A C T

The objective of the present study was to examine the water quality, diseases and aquaculture activity ofTanjung Banon, Sub District Sembulang, Batam. The study was conducted on February 2015 at threeaquaculture sites which two of them performed mariculture activities. Integrated water sampling wasused based on SNI No. 6989.57:2008 for pH, salinity temperature, water depth, ammonia (NH 3 ), nitrit(NO2 ), posfat (PO4 ) and turbidity. This study also performed an interview to collect the aquaculture

activities data from the farmers. The results shows that the water depth has a low level for maricultureand the turbidity has a high level for preparation media.For mariculture site, pH ranged from 7.67-7.69,

temperature 29,2⁰ C, salinity 30 ‰ and turbidity ranged from 2,28-2,65 NTU. Meanwhile, for preparation

media pH 7,25, temperature 29,8⁰ C, salinity 0 ‰ and turbidity was 22,6 NTU. In general, NO2 , NH 3 dan

 PO4 were under detection limits. The absence of biosecurity, good aquaculture practices and too rely on

local government for seed and other facilities make the aquaculture activities at Tanjung banon becomeunsustainability

Key words: Tanjung Banon, Water quality, Biosecurity, Good aquaculture practices 

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 2/15

1.  Pendahuluan

Pengembangan sektor perikanan budidaya pada dasarnya dapat dilakukan dengan cepat,efektif dan menguntungkan karena memiliki peranan yang cukup penting untuk memenuhi permintaan akan ketersediaan ikan yang terus meningkat, sebagai sumber devisa negara dan

 penyediaan lapangan kerja (Asmawi, 1984). Namun, munculnya wabah penyakit, degradasikualitas lingkungan dan pengelolaan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan kepada sistemstandar yang sudah ditetapkan menjadi faktor pembatas dalam menjamin keberlanjutan produksi budidaya (Novriadi, 2013). Timbulnya wabah penyakit memiliki potensi untuk menyebabkankerugian ekonomi hingga mencapai US$ 3 miliar per tahun (Subasinghe et al., 2001) danmenurunkan jumlah produksi di seluruh dunia (Hill, 2005). Sementara kerugian ekonomi yangdiakibatkan oleh degradasi kualitas lingkungan juga memberikan dampak yang cukup signifikan,seperti yang dialami oleh pembudidaya ikan Kerapu di Batu licin yang menderita kerugian akibatlimbah eksploitasi bauksit hingga 1,8 Milyar (Novriadi, 2013).

Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan melalui peningkatan

sistem kekebalan tubuh seperti aplikasi vaksin (Attia et al., 2012), pemberian immunostimulan(Novriadi dan Ibtisam, 2014) dan multivitamin (Ortuño et al., 1999) atau melalui sistem pengobatan tanpa menggunakan antibiotika dan bahan kimia seperti aplikasi herbal yangmemiliki aktivitas antimikrobial karena memiliki zat aktif seperti alkaloid, flavonoid, pigments,fenolik, terpenoid dan steroid (Citarasu et al., 1998). Peningkatan sistem kekebalan tubuhseperti kisah sukses penerapan vaksinasi di Norwegia bahkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan produksi dan berhasil menekan penggunaan antibiotika yang dapat menyebabkanresistensi pada mikroorganisme tertentu (Defoirdt et al., 2007) dan menimbulkan alergi padamanusia akibat residu pada produk budidaya (Alderman dan Hastings, 1998; Cabello, 2006).Sejalan dengan hal tersebut, penerapan biosekuriti untuk meningkatkan kapasitas kelayakanusaha budidaya juga sangat diperlukan dalam rangka menjamin hasil produksi tetap berkelanjutan dan memiliki mutu hasil produksi yang optimal.

Pemanfaatan zona perikanan yang berkelanjutan untuk pengembangan produksi perikanan budidaya perlu mendapatkan perhatian. Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan program peningkatan ekonomi masyarakat pesisir yang selama ini mengandalkan aktivitas penangkapansebagai sumber pendapatan. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk implementasi dan pengembangan aktivitas budidaya adalah Desa Tanjung Banon, Kecamatan Galang, KotamadyaBatam. Sistem budidaya yang sudah dikembangkan meliputi sistem budidaya Keramba JaringApung (KJA) dan Keramba Tancap untuk produksi ikan laut serta sistem budidaya menggunakankolam semen dan tanah dengan memanfaatkan sumber mata air untuk pengembangan komoditas budidaya ikan air tawar. Berkembangnya usaha budidaya, khuusnya untuk produksi ikan lauttentu akan berimplikasi kepada beberapa hal, antara lain: (1) Terbukanya sumber usaha baru, (2)mengurangi ketergantungan konsumsi ikan hasil tangkapan dan (3) mengurangi tekanan terhadapekosistem terumbu karang (Darmawan et al., 2007). Untuk mendukung optimalisasi produksi,maka Balai Perikanan Budidaya Laut Batam secara aktif memberikan penyuluhan, masukan dan bimbingan teknis melalui kegiatan identifikasi kelayakan usaha budidaya dan monitoring penyakit ikan dan lingkungan. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan ini akan dijadikandasar untuk menyusun strategi pengelelolaan kesehatan ikan dan sistem budidaya yang efisiendan efektif agar peluang keberhasilan usaha budidaya semakin tinggi.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 3/15

2.  Metodologi

2.1 Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan pemantauan ini dilakukan di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamatan

Galang, Kotamadya Batam pada tanggal 12 Februari 2015. Kegiatan pemantauan di lakukan diwilayah Tanjung Banon dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki potensi untuk peningkatan volume produksi ikan laut dan air tawar serta sebagai salah satu daerah binaan yangmendapatkan bantuan sarana dan prasarana untuk kegiatan budidaya dari Pemerintah Daerah.

2.2 Pengambilan contoh

Metoda pengambilan contoh air pada setiap lokasi budidaya dilakukan menurut metodegabungan tempat (integrated ) berdasarkan SNI   No.6989.57:2008, sementara metoda pengambilan contoh ikan dilakukan secara purposive random sampling yang merupakan metoda pemilihan sampel untuk kepentingan tertentu (FAO, 2004). Program pengambilan sampel juga

dilakukan dengan mempertimbangkan jalur masuk agen pencemar atau penyakit ke lingkunganlaut, periode pemaparan dan mekanisme transport di badan air (Syakti, et al., 2012).

2.3 Preparasi Sampel

Penanganan sampel dilakukan dengan memasukkan sampel air kedalam botol plastik tanpagelembung udara dan selanjutnya diberi nama sampel dan lokasi pengambilan. Sampel air yangtelah diberi label dipindahkan ke dalam kotak  polystyrene  yang mengandung es dandipertahankan pada suhu 40  C. Untuk identifikasi virus, organ target di fiksasi dalam larutanethanol 75% kemudian disimpan dalam kotak  polystyrene  terpisah untuk mencegah adanyakontaminasi. Untuk identifikasi bakteri, organ target diinokulasikan ke dalam media umum danmedia khusus, kemudian diisolasi untuk menghindari kontaminasi selama proses transportasi.

2.4 Analisa Data

Analisa distribusi penyakit, kualitas lingkungan dan kelayakan usaha budidaya dilakukan melaluitiga tahapan, yakni tahapan  pre site, on site dan post site. Tahapan pre site merupakan tahapan pengumpulan data untuk memperoleh informasi tentang keragaan budidaya dan kesehatan ikanmelalui studi literatur dan pencermatan dokumen hasil kegiatan pada periode pemantauansebelumnya.

Tahapan on site  dilakukan dengan melakukan analisa penyakit ikan, kualitas lingkungan,diagnosa klinis dan data primer sistem produksi budidaya di lokasi pemantauan pada saatkegiatan dilakukan. Parameter kualitas lingkungan yang diukur di lapangan (in situ) meliputi parameter: pH (derajat keasaman), oksigen terlarut (DO), suhu, kedalaman dan kadar garam air.Sementara data primer usaha budidaya diperoleh melalui wawancara dan pencermatan dokumenterkini tentang kegiatan usaha budidaya

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 4/15

Tahapan  post site dilakukan untuk analisa kualitas air lanjutan di laboratorium (ex situ) yangmeliputi parameter Kekeruhan, Ammonia (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan Posphat (PO4)dengan menggunakan metode turbidimetri, spektrofotometri dan kolorimetri. Tahapan analisa post site  juga dilakukan untuk identifikasi bakteri secara konvensional dan identifikasikeberadaan virus dengan menggunakan metode  Polymerase Chain Reaction (PCR)

konvensional.

3.  Hasil dan Pembahasan

3.1 Kondisi umum lokasi pemantauan

Secara geografis, Kecamatan Galang memiliki sekitar 120 pulau besar dan kecil dimana 36 pulau sudah berpenghuni dan sekitar 84 pulau lainnya masih belum memiliki penghuni. Pulau- pulau yang berada di wilayah Kecamatan Galang umumnya merupakan sisa-sisa erosi daratan pra-tersier   yang membentang mulai dari Semenanjung Malaysia di bagian utara hingga PulauMoro, Kundur serta Karimun di bagian selatan. Berdasarkan sejarah geologi, wilayah dataran

Kecamatan Galang merupakan bagian dari paparan kontinental di sepanjang Benua Asia hingga berakhir di Benua Australia. Namun demikian, struktur daratan yang ada tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan wilayah di Provinsi Kepulauan Riau lainnya (Anonim, 2013).

Penduduk Kecamatan Galang pada akhir tahun 2012 terdiri dari 9.208 jiwa laki-laki dan8.260 jiwa perempuan. Secara persentase, dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki5% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Konsentrasi pendudukterkecil berada di Kelurahan Air Raja dengan 784 jiwa atau sekitar 4,49 %. Sama halnya denganKelurahan Subang Mas, penduduk di Kelurahan Subang Mas juga relatif kecil dengan 830 jiwaatau sekitar 4,75 % dari total penduduk di Kecamatan Galang. Sementara konsentrasi pendudukterbesar berada di Kelurahan Rempang Cate dengan 3.790 jiwa atau sekitar 21,70% dari total penduduk di Kecamatan Galang. Untuk Kelurahan Karas dan Sembulang relatif sama yaitusekitar 15,89 % dan 15,01 %. Sedangkan di Kelurahan Galang Baru hanya memiliki penduduklebih dari 16,93 %.

Dari sisi kegiatan perikanan, Kecamatan Galang memiliki sumber daya perikanan budidayadan tangkap dengan nilai produksi yang cukup besar. Hal ini umumnya didukung oleh kondisigeografis sebagai wilayah kepulauan. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2012 sebanyak5.429 ton dengan nilai produksi mencapai Rp. 182,5 Milyar. Sementara dari sektor kegiatan budidaya, Kecamatan Galang mampu memproduksi 736 ton ikan dengan nilai ekonomi sekitarRp. 29,4 Milyar dengan komoditas utama Kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus, Kakap putih Lates calcarifer, Bawal bintang Trachinotus blochii dan Kerapu cantang  Hybrid grouper. Benihuntuk kegiatan produksi budidaya umumnya diperoleh dari unit produksi di Balai PerikananBudidaya Laut (BPBL) Batam, Situbondo dan Bali. Bila dibandingkan dengan total nilai produksi perikanan laut Kota Batam yang memiliki nilai ekonomi Rp. 850,2 Milyar, maka persentase produksi di Kecamatan Galang mencapai 21,46 %.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 5/15

 

Gambar 1. Lokasi pemantauan budidaya dan keragaan penyakit ikan dan lingkungan oleh timmonitoring Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.

Berdasarkan data Kecamatan Galang dalam Angka tahun 2013, diketahui bahwaKelurahan Sembulang merupakan wilayah yang paling dekat dengan Kantor Kecamatan Galangdengan jarak tempuh 1 Km, sementara untuk menuju ke Pusat Pemerintahan Kota Batam,masyarakat Sembulang memiliki jarak tempuh mencapai 57,67 Km. Dari 6 (enam) pulau yang berada di wilayah administratif kelurahan Sembulang, hanya ada 2 pulau yang telah berpenghuniyakni Pulau Rempang dan Pulau Prantun, sementara 4 (empat) pulau lainnya belum berpenghuni,diantaranya adalah Pulau Bekaol, Pulau Berbas, Pulau Nibung dan Pulau Bilis. Dari sebaran penduduk, diketahui bahwa Kelurahan Sembulang juga memiliki 3 (tiga) perkampungan tua,yakni: Desa Tanjung Banon, Kampung Dapur enam dan Kampung Sembulang. Berdasarkan peta geografis, Kelurahan Sembulang memiliki batas:

1.  Utara berbatasan dengan Kelurahan Rempang Cate 

2.  Selatan berbatasan dengan Selat Tiung 

3.  Barat berbatasan dengan Pulau Panjang (Kelurahan Sijantung) 4.  Timur berbatasan dengan Desa Pangkil 

Total luas wilayah yang dimiliki Kelurahan Sembulang adalah 125.232 Km2, dengan perincianluas daratan sebanyak 65.834 Km2  dan luas lautan mencapai 59.398 Km2. Potensi wilayah diKelurahan Sembulang sudah tidak diragukan lagi. Namun, belum optimalnya penggunaansumber daya alam menjadikan banyaknya lahan yang masih tersedia sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat hinterland  di Kelurahan Sembulang yang umumnya berprofesi sebagainelayan tangkap 

Lokasi

 pemantauan

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 6/15

Data keragaan budidaya

Berikut ditampilkan data keragaan budidaya melalui kegiatan wawancara di tiga lokasi pemantauan.

Tabel 1. Data keragaan budidaya di lokasi pertama pemantauan milik Bp. Balil

No Data primer Keterangan

1 Nama pemilik Bp. Balil (Kelompok Usaha Bersama Sukses)Jumlah anggota kelompok: 13 orang

2 Nomor kontak 081372534076

3 Lokasi budidaya Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, KecamatanGalang, Kotamadya Batam. Provinsi Kepulauan Riau

4 Luas budidaya 10 unit KJA HDPE dengan ukuran @ 3 x 3 x 1 m

5 Struktur KJA High Density Poly Ethylene merk dagang Aquatec

6 Tingkat teknologi Sederhana7 Kapasitas produksi Estimasi volume optimal untuk satu siklus produksi 4 ton

8 Asal benih Produksi 1: Bantuan benih Kerapu macan dari Dinas KPPemprov Kepri sebanyak 2000 ekor (uk: 4-5 cm)Produksi 2 : Benih tangkapan alam Kerapu lumpur sebanyak500 ekor

9 Padat tebar Benih bantuan dibagi rata untuk 13 orang anggota kelompokdan masing-masing menebar 170 ekor benih kerapu macanuntuk KJA ukuran 3x3x3 m3

10 Waktu tebar Februari 2013. Panen perdana 24 Desember 2013 (ukuran ±500gr). Panen kedua dilakukan pada tanggal 7 Februari 2014

11 Tingkat kelulushidupan Benih bantuan Kerapu macan memiliki SR 40%12 Jumlah kematian Benih bantuan Kerapu macan mengalami kematian pada masa

awal pemeliharaan setelah tebar dengan jumlah kematiansebanyak ±300 ekor untuk 3 hari berturut-turut. Kematian ikankemudian konsisten terjadi selama fase produksi namun masihdalam jumlah wajar

13 Sejarah penyakit Kesalahan penanganan

14 Waktu serangan Pada saat awal masa penebaran dan dipicu dengan degradasikualitas air akibat dibukanya pelabuhan ferry di dekat lokasi budidaya.

15 Upaya pengendalian

 penyakit

Dilakukan dengan pencucian air tawar dan Iodine. Upaya

 pencegahan juga dilakukan dengan mengaplikasikan suplemen penambah nafsu makan, vitamin dan immunostimulan

16 Bobot serangan Sedang

17 Taksiran kerugian Rp. 4.200.000,-

18 Pakan Ikan rucah (harga Rp. 5000/kg)Pemberian pakan dilakukan 2 x sehari

19 Biosekuriti Negatif

20 Sertifikat Negatif

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 7/15

Tabel 2. Data keragaan budidaya di lokasi pertama pemantauan milik Bp. Atong

No Data primer Keterangan

1 Nama pemilik Bp. Atong / Bp. Muhammad 

2 Nomor kontak 0812765659183 Lokasi budidaya Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamatan

Galang, Kotamadya Batam. Provinsi Kepulauan Riau 

4 Luas budidaya 26 unit KJA dengan ukuran @ 3x3x3 m3 

5 Struktur KJA Kayu

6 Tingkat teknologi Sederhana

7 Kapasitas produksi Estimasi volume optimal untuk satu siklus produksi 12 ton

8 Asal benih 1. Bawal bintang dari Balai Perikanan Budidaya Laut Batam2. Kerapu cantang dari Balai Perikanan Budidaya Laut Batam3. Kakap putih dari Tanjung pinang4. Kerapu kertang berasal dari tangkapan alam

5. 

Kerapu sunu berasal dari tangkapan alam9 Padat tebar ± 250 ekor/jaring

10 Waktu tebar Sepanjang siklus produksi

11 Tingkat kelulushidupan 1. Bawal bintang, SR: 40% (tebar awal agustus 2014)2. Kerapu cantang, SR : 74% (tebar awal Juli 20143. Kakap putih dan Kerapu sunu hanya bersifat transit

12 Sejarah penyakit Dimulai sejak 2 minggu awal masa pemeliharaan dengan gejalaklinis:1.Bawal bintang (warna kulit menghitam, nafsu makan berkurang dan berenang berputar / whirling)

2.Kerapu cantang (mulut dan kepala selalu ada luka dan radang)

13 Waktu serangan Angin timur (Bulan April –  Juni) dan dipicu dengan suhu airyang meningkat. Peningkatan suhu ini selalu diikuti dengankemunculan lintah dan cacing insang

14 Upaya pengendalian penyakit

Cuci air tawar disertai dengan perendaman dengan Acriflavine1.Ikan ukuran besar (>10 gr), dicuci dengan air tawar 1 x

seminggu2.Ikan ukuran kecil (<10 gr), dicuci dengan air tawar 2 –  3 x

seminggu

15 Bobot serangan Sedang

16 Taksiran kerugian >Rp. 5.000.000,-Berdasarkan kepada jumlah kematian ikan Bawal bintang dan

Kerapu macan selama masa produksi dengan memperkirakanukuran dan nilai ekonomis pada saat penilaian

17 Pakan Pelet dan ikan rucah

18 Biosekuriti Negatif

19 Sertifikat Negatif

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 8/15

Tabel 1. Data keragaan budidaya di lokasi pertama pemantauan milik Bp. Naharuddin

No Data primer Keterangan

1 Nama pemilik Bp. Naharuddin (Kelompok Usaha Bersama) dengan jumlah

anggota sebanyak 4 orang2 Nomor kontak 081373494522

3 Lokasi budidaya Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, KecamatanGalang, Kotamadya Batam. Provinsi Kepulauan Riau 

4 Luas budidaya 5 kolam produksi ikan lele dengan ukuran @ 8 x 5 x 1 m

5 Struktur Kolam Dasar tanah dengan struktur dinding adalah beton

6 Tingkat teknologi Sederhana

7 Kapasitas produksi Estimasi volume optimal untuk satu siklus produksi 2,5 ton

8 Asal benih 1. Produksi perdana: Bantuan benih ikan lele (ukuran 3-4 cm)dari Dinas KP3K Kotamadya Batam sebanyak 9000 ekor

2. Produksi lanjutan: Bantuan benih ikan lele (ukuran 3-4 cm)

dari Dinas KP3K Kotamadya Batam sebanyak 9000 ekor  9 Padat tebar 2000 benih / kolam

10 Waktu tebar Pada saat menerima bantuan benih

11 Tingkat kelulushidupan Dari dua siklus produksi rata-rata 70%

12 Sejarah penyakit 1.  Produksi perdana gagal total dikarenakan adanyalimpahan air hujan yang menghanyutkan seluruh ikan lele diunit produksi menunju ke laut

2.  Produksi kedua memiliki gejala klinis khas seperti badanmemutih, tegak dan gerakan renang lemah

13 Waktu serangan Setiap bulan pertama pada masa produksi

14 Upaya pengendalian

 penyakit

Tidak pernah, namun kelompok pembudidaya juga

mendapatkan bantuan obat-obatan untuk pengendalian penyakitikan dari Dinas KP3K Kota Batam

15 Bobot serangan Rendah

16 Taksiran kerugian 1.  Produksi perdana: Rp. 15.000.000,-2.  Produksi kedua: Rp. 4.000.000,-

17 Pakan Pakan pellet bantuan dinas KP3K sebanyak 30 karung denganvolume @ 30 kg

18 Biosekuriti Negatif

19 Sertifikat Negatif

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 9/15

Gambar 1. Kegiatan pengambilan data keragaan budidaya dan kualitas lingkungan

Berdasarkan data keragaan budidaya diketahui bahwa sistem budidaya dengan menggunakankeramba jaring apung dengan struktur kayu dan  polyethylene  adalah sistem yang umumdigunakan oleh masyarakat pembudidaya di Desa Tanjung Banon untuk pengembangankomoditas ikan laut. Berdasarkan laporan Coremap (2009), struktur polyethylene lebihdisarankan karena bahan ini disamping tahan terhadap berbagai pengaruh lingkungan juga lebihmurah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dari dua lokasi pemantauan, KelompokUsaha Bersama Sukses yang dipimpin oleh Bp. Balil telah menggunakan unit KJA berbahandasar polyethylene yang merupakan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau.

Tim monitoring dan pemantauan BPBL

Batam di lokasi budidayaUnit budidaya milik Bp. Balil (Lokasi 1)

Proses pengambilan data dan wawancara

dengan para pembudidaya

Proses pengambilan data kualitas air

secara langsung di lokasi pemantauan

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 10/15

  Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 1,2 dan 3, umumnya para pembudidaya yangmembentuk kelompok usaha sangat mengandalkan bantuan benih, pakan dan sarana kegiatanusaha budidaya dari Pemerintah Daerah. Hal ini dapat dilihat pada siklus produksi KelompokUsaha Bersama Sukses yang dipimpin oleh Bp. Balil dan Kelompok Usaha Bersama yang fokus pada produksi ikan lele Clarias gariepinus  pimpinan Bp. Naharuddin. Keterlambatan bantuan

 berakibat kepada berhentinya siklus produksi dan tidak optimalnya penggunaan bantuan sara dan prasarana yang telah diberikan. Menurut laporan Coremap (2009), tantangan  untukkeberlanjutan produksi di wilayah Kepulauan Riau, khususnya di daerah hinterland  di wilayahadministratif Kotamadya Batam sangat dipengaruhi oleh empat variabel, diantaranya (1)ketersediaan benih, (2) ketersediaan tenaga kerja, (3) peluang pasar dan (4) minat masyarakat.

Sampai saat ini budidaya ikan dalam KJA di lokasi pemamtauan belum berkembang. Hal inidisebabkan karena biaya untuk pembelian benih, pakan dan pemeliharaan sarana dan prasaranayang diberikan melalui bantuan proyek pendampingan cukup besar. Pada lokasi milik Bp. Atongyang seluruh investasi usaha berasal dari dana pribadi, kondisi ini disiasati dengan menggunakan beberapa unit produksi sebagai lokasi transit dari hasil tangkapan alam yang mendekati ukuran

konsumsi hingga mencapai ukuran jual. Menurut Utama (2008), kekurangan dari berbagai proyek bantuan selama ini adalah: (1) Kurang optimalnya mekanisme pendampingan, sehinggakesulitan teknis di lapangan tidak dapat diantisipasi oleh masyarakat pembudidaya, (2)Implementasi organisasi yang tidak tepat, sehingga masing-masing anggota cenderung untuksaling menyalahkan bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, dan (3) aturan maindiantara pihak-pihak yang terlibat belum dikoordinasikan dengan baik

Kegiatan kelompok usaha budidaya saat ini tidak terlalu mengesankan bagi masyarakat pulau, mungkin diakibatkan oleh sifat sosial dan homogenitas masyarakat yang sedemikiantinggi sehingga kohesifitas sosial yang berkaitan dengan musyawarah untuk membahas hasil pekerjaan, evaluasi dan saling tegur untuk memperingatkan bila terjadi aktivitas yang tidaksesuai dalam sistem produksi menjadi sangat rendah. Kondisi ini semakin dipersulit dengan fakta bahwa sebahagian besar anggota kelompok usaha budidaya memiliki hubungan persaudaraanataupun kekerabatan. Dalam konteks masyarakat Desa Tanjung Banon, pengertian tentangkerjasama dalam satu kelompok dan membentuk usaha bersama dalam sebuah wadah yangdisebut koperasi sangat sulit dipahami. Hal ini utamanya disebabkan oleh paham yang selalumengartikan usaha bersama sebagai proses pembangunan badan hukum usaha yang dapatdigunakan secara bersama atau berkelompok untuk pengajuan maupun penerimaan bantuansarana dan prasarana pendukung usaha budidaya ikan.

Dalam menjamin keberlanjutan produksi budidaya, penguasaan teknologi dan pengetahuansangat penting dan dapat diperoleh melalui pelatiahn budidaya yang rutin dilakukan olehPemerintah Daerah dan Pusat. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3, diketahui bahwa tingkat kematian yang tinggi utamanya disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan aklimatisasi dan pengelolaan sistem produksi. Hal ini berdasarkan kepada kematian ikan budidaya yang lebih diakibatkan oleh faktor penguasaanteknis seperti kematian sejumlah 900 ekor benih kerapu macan pada masa tiga hari awal pemeliharaan akibat kesalahan dalam melakukan aklimatisasi di kelompok Usaha BersamaSukses atau kehilangan seluruh ikan lele menjelang masa panen di lokasi milik Bp. Naharuddiin(Lokasi 3) akibat kurangnya pengetahuan dalam hal konstruksi.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 11/15

  Dalam sistem pemeliharaan ikan yang baik, aspek kesehatan ikan dan lingkungan memiliki peranan penting dalam mendukung optimalisasi produksi. Berdasarkan hasil pengamatan selamamasa pemantauan di desa Tanjung Banon diketahui bahwa untuk kelompok usaha budidaya yangmenjadi binaan dan mendapatkan bantuan, tindakan pengobatan umumnya dilakukan dengan pencucian air tawar dan dilajutkan dengan perendaman menggunakan iodine. Sementara untuk

unit budidaya yang merupakan usaha milik sendiri, seperti halnya di lokasi 2 milik Bp. Atong,tindakan pengendalian dilakukan dengan perendaman secara rutin, dimana untuk ikan besar perendaman dilakukan dengan frekuensi 1 x seminggu dan untuk ikan kecil, frekuensi perendaman adalah 2  –   3 x seminggu tergantung kondisi cuaca dan gejala klinis yangditunjukkan oleh ikan. Penekanan upaya pencegahan lebih baik dibandingkan pengobatan jugasangat diharapkan untuk dapat dilakukan, khususnya oleh para pembudidaya binaan denganmenggunakan suplemen yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah, seperti obat penambahnafsu makan, vitamin dan immunostimulan. Namun, kajian di lapangan menunjukkan bahwakelompok pembudidaya ikan khususnya di Desa Tanjung Banon tidak terlalu memperdulikanupaya pencegahan dalam pengelolaan kesehatan ikan selama masa produksi. Hal ini berdasarkankepada masih utuhnya persediaan vitamin, immunostimulan serta bahan suplemen aktif lainnya

yang telah diberikan kepada anggota kelompok. Sementara untuk usaha mandiri, tindakan pencegahan juga masih minim dan hanya bergantung kepada aplikasi vitamin pada pakan.Minimnya aplikasi bahan prophylaksis ini umumnya disebabkan oleh mahalnya bahan suplemendan sulitnya mencari obat dengan bahan aktif yang dapat memperkuat sistem imun. Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan dan dampak positif dari upaya pencegahan serta minimnya bimbingan teknis menyebabkan pembudidaya hanya melakukan tindakan pengendalian berdasarkan informasi yang diberikan oleh penyelenggara bantuan dengan melakukan perendaman air tawar dan antiseptik bila ikan menunjukkan gejala klinis terserang penyakit.Tindakan pengobatan dengan tidak memperhatikan dosis, jenis agen penyebab penyakit,lingkungan dan kondisi pengobatan akan mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif dan berakibat kepada penurunan tingkat ketahanan tubuh organisme akuatik (Novriadi dan Kadari,

2013), resistensi penyakit (Alderman dan Hastings, 1998) dan stress yang berakibat padakematian ikan budidaya (Thoney dan Hargis, 1991).

Gambar 2. Jenis obat-obatan bantuan Pemerintah Daerah provinsi Kepulauan Riau yangdiberikan kepada kelompok usaha budidaya, meliputi dari kiri ke kanan: Amino liquid untukmenambah nafsu makan, vitamin dan pemacu pertumbuhan.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 12/15

Data kualitas air budidaya

Tabel 2. Karakteristik kualitas air di lokasi pemantauan, Lokasi 1 merujuk pada unit KJA milikBp. Balil (Kelompok Usaha Bersama Sukses). Lokasi 2 merujuk pada unit produksi Bp. Atongdan Lokasi 3 merujuk pada unit budidaya lele milik Bp. Naharuddin (kelompok usaha bersama).

Parameter SatuanHasil Uji Kualitas Air

Metoda AnalisaLokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

 pH* 7,67 7,69 7,25 SNI 06-6989.11-2004

Suhu*⁰C 29,2 29,2 29,8 Elektrometri

Kedalaman* m 5 4 1 Bathimetri

Salinitas* g/L 30 30 0 Refraktometri

 Nitrit (NO2) mg/L <0.1 <0.1  <0.1  Kolorimetri

Ammonia (NH3) mg/L <0,09 <0,09 <0,09  IKM/5.4.6/BBL-B

Posfat (PO4) mg/L <0,04 <0.04 <0.04 IKM/5.4.8/BBL-B

Kekeruhan NTU 2,65 2,28 22,6 IKM/5.4.9/BBL-B

Keterangan: * : Analisa dilakukan di lokasi pemantauan ( In situ)

Data kualitas air hasil pemantauan untuk uji kelayakan usaha budidaya di wilayah DesaTanjung Banon, Kecamatan Galang, Kotamadya Batam ditampilkan pada Tabel 2.  Suhu pada

saat pemantauan berada pada kisaran 29,2  –  29,8⁰ C, konsentrasi nitrat <0,01 mg/l, nitrit < 0,1

mg/l, Ammonia <0,09 mg/l dan Posfat <0,04 mg/l. Sementara itu, nilai kekeruhan memilikivariasi, dimana pada budidaya ikan laut memiliki nilai kisaran 2,28  –  2,65 NTU dan untuk air persiapan produksi ikan lele Clarias gariepinus memiliki nilai kekeruhan mencapai 22,6 NTU.Menurut Adipu et al., (2013),  jika dibandingkan dengan nilai matriks kesesuaian, nilai parameter fisika dan kimia umumnya berada dalam kategori sesuai untuk budidaya ikan laut di

KJA. Namun, nilai kekeruhan pada media air persiapan untuk produksi ikan lele C. gariepinus mencapai 22,6 NTU. Menurut Fisesa et al., (2014),  Nilai kekeruhan pada perairan merupakangambaran dari banyaknya bahan-bahan yang tersuspensi di perairan, diantaranya adalah liat,debu, plankton dan organisme renik. Konsentrasi kekeruhan yang melebihi baku mutu akan berdampak kepada terhambatnya penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan danmempengaruhi kehidupan organisme akuatik, seperti gangguan pada sistem pernafasan, penglihatan dan mekanisme penyaringan makanan.

Kedalaman air dari dua daerah yang menjadi fokus pengamatan untuk produksi budidayaikan laut berada pada kisaran 4-5 m. Perbedaan kedalaman walaupun jarak unit KJA tersebutsedikit berdekatan dapat diakibatkan oleh dimensi kantong jaring, perbedaan pasang dan surut

dan jarak minimal antara dasar jaring KJA dengan dasar perairan. Menurut Adipu et al., (2013)  jika kantong jaring memiliki tinggi 3 m, beda pasang surut 2 m dan jarak minimal antara dasar jaring dengan perairan adalah 2 m, maka sebaiknya kedalaman untuk produksi ikan laut memiliki jarak minimal 7 m. Sementara berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di wilayah DesaTanjung Banon, dengan rata-rata tinggi jaring mencapai 3 m dan jarak antara pasang dan surutadalah 2 m, dapat disimpulkan bahwa kedalaman dengan variasi antara 4 –  5 m merupakan jarakkedalaman yang tidak optimal bagi produksi ikan laut. Tingkat kedalaman yang sangat rendahdapat mengakibatkan intensitas serangan parasit yang memiliki siklus hidup di dasar perairan

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 13/15

akan semakin tinggi serta mengakibatkan terganggunya sistem pernafasan dan penglihatan bilaterjadi aktivitas surut yang ekstrim akibat eksploitasi lumpur yang memasuki kolom air media pemeliharaan ikan. Menurut Ramelan (1998), kedalaman air untuk produksi ikan laut di KJAharus > 8 m. Pertimbangan untuk menentukan kedalaman maksimal untuk produksi budidayaikan juga harus mempertimbangkan besarnya biaya konstruksi, khususnya mooring system,

 besarnya biaya operasional dan sulitnya mekanisme instalasi KJA (Beveridge, 1991).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, nilai pH untuk produksi ikan laut berada padakisaran 7,67 –  7,69, sementara untuk media air persiapan produksi ikan lele C. gariepinus berada

 pada level 7,25. Suhu pada saat pemantauan untuk produksi ikan laut berada pada angka 29,2 ⁰C

dan untuk media persiapan ikan lele C. gariepinus 29,8⁰C. Sementara untuk parameter Ammonia(NH3), Nitrit (NO2) dan Posfat (PO4) secara umum berada dibawah limit deteksi alatspektrofotometer UV Visible. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas air untuk parameter pH,suhu, NH3, NO3  dan PO4  berada dalam kategori layak untuk digunakan sebagai media pemeliharaan ikan menurut KepMen LH No. 51/2004.

4. 

Kesimpulan

Pengembangan usaha budidaya perikanan, apabila tidak disertai dengan studi pendahuluandaya dukung lingkungan perairan dan kepedulian terhadap keseimbangan sumberdaya alam,maka seringkali berakhir dengan kegagalan. Berdasarkan pengalaman yang telah tersediasebelumnya, maka sangat diperlukan kegiatan pemantauan usaha kelayakan budidaya dan kajianterkini tentang keragaan penyakit dan kualitas lingkungan untuk mendukung optimalisasi hasil produksi. Berdasarkan hasil kajian dapat dismpulkan bahwa:

1.  Kondisi perairan di wilayah Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamatan GalangKotamadya Batam merupakan perairan oigotrofik  – mesotrofik  dimana unsur haranya masih

sangat rendah dan sangat potensial untuk pengembangan usaha budidaya ikan.2.  Dalam melakukan penataan penempatan keramba di sepanjang garus pantai, perlu dilakukan perencanaan penempatan agar usaha budidaya memiliki kondisi kelayakan yang sesuai baikuntuk parameter fisika, kimia maupun biologi. Perencanaan pengembangan juga harusmempertimbangkan estetika dan kelancaran lalu lintas hasil produksi budidaya dantransportasi masyarakat.

3.  Untuk mendukung keyakan usaha, diperlukan pelatihan dan bimbingan teknis khususnyatentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), pelaksanaan sistem biosekuriti dan pengisiandokumen selama masa produksi. Hal ini dimaksudkan agar kematian ikan akibat faktor teknismaupun non teknis hingga kerugian ekonomi dapat diminimalisir untuk menjaminkeberlanjutan hasil produksi

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Perikanan Budidaya Laut Batam yang telahmendukung kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan kajian keragaan penyakit dan kualitaslingkungan melalui DIPA Tahun Anggaran 2015 serta mengucapkan terima kasih kepada seluruhStaff Kelurahan Sembulang atas informasi geografis yang diberikan.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 14/15

Daftar pustaka

Aldeman, D.J., Hastings, T.S. (1998). Antibiotic use in aquaculture: development of antibioticresistance-potential for consumer health risks. Int. J. Food Sci. Technology (33): 139-155

Anonim. (2013). Kecamatan Galang dalam angka.

Attia A, Mesalhy S, Galil YA, Fathi M  (2012) Effect of Injection Vaccination against Pseudomonas fluorescens on Specific and Non-Specific Immune Response of Nile Tilapia(Oreochromis niloticus) Using Different Prepared Antigens. 1 : 552 doi : 10.4172 /scientificreports. 552

Asmawi. (1984). Pemeliharaan ikan dalam kerambah. Gramedia. Jakarta. 82 halaman.Beveridge, M. (1991). Cage aquaculture. Fishing News Books. Elsevier. Amsterdam. p.264 

Cabello, F.C. (2006). Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problemfor human and animal health and for the environment. Environ Microbiol (8): 1137-1144

Citarasu, T., Immanuel, G., Marian, M.P.  (1998). Effects of feeding Artemia enriched withstresstol and cod liver oil on growth and stress resistance in the Indian white shrimp Penaeusindicus post larvae. Asian Fish Sci (12):65-75

Darmawan. A., Suraji, B., Wiryawan, W., Koswara., Martosudarmo, W.  (2007). PanduanPenyusunan Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Coremap II DepartemenKelautan dan perikanan.

Defoirdt. T., Boon, N., Sorgeloos, P., Verstraete, W., Bossier, P. (2007). Alternatives toantibiotics to control bacterial infections : luminescent vibriosis in aquaculture as anexample. Trends in Biotechnology 25 (10) : 472-479.

FAO.  (2004). Fish marketing and credit in Viet Nam. In FAO Fisheries Technical Paper ID:167171. Fisheries and Aquaculture Department. p. 1-3

Fisesa, E.D., Setyobudiandi, I., Krisanti, M. (2014). Kondisi perairan dan struktur komunitasmakrozoobentos di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Jurnal

Depik, 3(1):1-9 Hill, B.J. (2005). The need for effective disease control in international aquaculture. Dev. Biol.

(Basel) (121): 3 – 12Novriadi, R . (2013). Studi komparasi dan dampak hasil keputusan gugatan perdata pencemaan

lingkungan budidaya ikan laut di pulau Bintan. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan danPerikanan, 8 (2): 41-45

Novriadi, R ., Kadari, M.  (2013). Perlakuan kultur gnotobiotik  Artemia  dengan β-glukan:Kajian potensi β-glukan untuk memperkuat resistensi terhadap vibriosis. AquaculturaIndonesiana 14 (3): 99-106

Ortuño, J., Esteban, M.A., Meseguer, J. (1999). Effect of high dietary intake of vitamin C onnon-specific immune response of gilthead seabream (Sparus aurata L.) Fish Shell. Immunol.,9: 429 – 443

Ramelan, H.S. (1998). Pengembangan budidaya ikan laut di Indonesia dalam: Kumpulanmakalah seminar teknologi perikanan pantai. Denpasar 6-7 Agustus 1998. BalitbangDepartemen Pertanian dan JICA. p. 1-37 

Subasinghe, R. dkk . (2001). Aquaculture development, health and wealth. In aquaculture in thethird millennium. Technical proceedings of the conference on aquaculture in the thirdmillennium (Subasinghe, R.P. et al., eds). pp. 167-191. Bangkok and FAO, NACA

Syakti, A.D., N.V. Hidayati dan A.S. Siregar. (2012). Agen pencemaran laut. IPB Press.Bogor. p. 100.

7/21/2019 Identifikasi Kualitas Lingkungan Dan Keragaan Budidaya Di Desa Tanjung Banon, Kelurahan Sembulang, Kecamata…

http://slidepdf.com/reader/full/identifikasi-kualitas-lingkungan-dan-keragaan-budidaya-di-desa-tanjung-banon 15/15

Thoney, D. A. dan W. J. Hargis, (1991). Monogenea (platyhelminthes) as hazards for fish inconfinement. Annual Rev. of fish Diseases, 133-153

Utama, F.W. (2008). Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang,Kabutapen Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Institut Pertaninan Bogor