gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan margawati kabupaten garut

Upload: tita-rosita

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    1/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

    saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri.

    Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu

    maupun kesehatan masyarakat (Notoatmojo:2007).

    Menurut H.L Blum (1974) dalam Notoatmojo (2007), kesehatan

    dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan

    pelayanan kesehatan. Keempat faktor tesebut disamping berpengaruh

    langsung kepada kesehatann, juga saling berpengaruh satu sama lainnya.

    Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor

    tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.

    Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

    lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

    status kesehatan yang optimal pula. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan

    yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas

    dari sampah, polusi, tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang

    memadai (Mulia,2005).

    Banyak faktor yang turut berpengaruh dalam permasalahan lingkungan

    hidup, terutama masalah sampah, di Indonesia. Minimnya pemahaman

    masyarakat tentang hakikat kebersihan dan pentingnya menjaga kebersihan

    lingkungan hidup menimbulkan polemik yang sulit untuk dituntaskan.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    2/35

    2

    Permasalahan yang ada tidak hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja,

    tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya, bahkan gaya hidup

    masyarakat (Aryani,2013)

    Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup

    masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan

    keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat

    terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya

    usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga

    memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah

    yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan

    pengelolaan yang baik (Suarna,2008).

    Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya

    banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Banyak

    permasalah kesehatan yang ditimbulkan akibat dari sampah, masih tingginya

    perilaku membuang sampah sembarangan di masyarakat menyebabkan

    permasalahan ini sulit untuk diselesaikan. Teknik pengelolaan sampah yang

    baik dapat mengurangi akibat buruk dari sampah.Pengelolaan sampah

    bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan

    serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya (Suarna,2008)

    Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah

    dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang

    biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara

    menyebarluasnya suatu penyakit. Pengelolaan sampah yang tidak

    mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    3/35

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    4/35

    4

    2. Mengidentifikasi penyebab rendahnya kepemilikan tempat

    sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

    3.

    Mengetahui pemecahan masalah dari rendahnya kepemilikan

    tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

    1.3Manfaat Penulisan

    1.3.1

    Agar Bagi masyarakat Kelurahan Margawati

    Sebagai pengetahuan dan informasi bagi masyarakat Kelurahan

    Margawati agar mampu mandiri dan berdaya dalam meningkatkan

    derajat kesehatannya.

    1.3.2 Bagi Kelurahan Margawati

    Diharapkan dari hasil kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini

    dapat dijadikan salah satu sumber informasi bagi masyarakat

    Kelurahan Margawati dalam masalah Rendahnya kepemilikan tempat

    sampah.

    1.3.3 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut

    Sebagai wujud nyata STIKes Garut dalam berperan aktif

    melaksanakan pembangunan kesehatan, terutama mewujudkan

    program kesehatan di Kabupaten Garut.

    1.3.4

    Bagi Mahasiswa

    Memeperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

    indentifikasi dan analisis masalah serta dapat menentukan pemecahan

    masalah dengan tepat.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    5/35

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian sampah

    Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudat tidak dipakai

    lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam

    suatu kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmojo:2007). Undang-Undang

    Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan :

    2.1.1 Sumber-sumber Sampah

    1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)

    Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan

    rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti: sisa-sisa

    makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum,bekas

    pembungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian bekas,

    perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.

    2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

    Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti : pasar,

    tempat- tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan

    sebagainya

    3. Sampah yang berasal dari perkantoran

    Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,

    perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya

    sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).

    4. Sampah yang berasal dari jalan raya

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    6/35

    6

    Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri

    dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan

    ban, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

    5. Sampah yang berasal dari industri (industrial waste)

    Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang

    berasal dari pembangunan industri dan sampah yang berasal dari

    proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang,

    logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

    6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

    Sampah ini berasal dari perkebunan atau pertanian, misalnya:

    jerami, sisa sayur-sayuran, batang padi, batang jagung, ranting

    kayu yang patah, dan sebagainya

    7. Sampah yang berasal dari pertambangan

    Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya

    tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya:

    batu-batuan, tanah, pasir, sisa-sisa pembakaran, dan sebagainya

    8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

    Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa:

    kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan

    sebagainya.

    2.1.2 Jenis-jenis sampah

    Menurut Notoatmojo (2007) Sampah dapat dibagi menjadi berbagai

    jenis, yakni :

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    7/35

    7

    1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

    a. Sampah anorganik

    b.

    Sampah organik

    2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

    a. Sampah yang mudah dibakar

    b.

    Sampah yang tidak dapat dibakar

    3.

    Berdasarkan karakteristik sampah

    a. Garbage

    b. Rabish

    c. Ashes

    d. Sampah jalanan

    e. Sampah industri

    f. Bangkai binatang

    g.

    Bangkai kendaraan

    h. Sampah pembangunan

    2.1.3 Pengelolaan Sampah

    Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Oleh karena

    itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak

    mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Yang dimaksud

    dengan pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan,

    pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah

    sampai sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan

    kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.(Notoatmojo : 2007)

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    8/35

    8

    Cara-cara pengelolaan sampah menurut Notoatmojo (2007) antara

    lain :

    1.

    Pengumpulan dan pengangkutan sampah

    Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-

    masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.

    Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat

    khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-

    masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke

    Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat

    Penampungan Akhir (TPA).

    2. Pemusnahan dan pengolahan sampah

    Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan

    melalui berbagai cara, antara lain :

    1.

    Ditanam

    2. Dibakar

    3. Dijadikan pupuk

    2.2 Tempat sampah

    Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya fasilitas

    pembuangan sampah. Agar sampah tidak membahayakan kesehatan

    manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan

    sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut

    dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Penyimpanan

    sampah (refuse storage) Yaitu tempat sampah sementara sebelum sampah

    itu dikumpulkan kemudian diangkat dan dibuang. Dalam hal ini

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    9/35

    9

    penyimpanan sampah sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda

    dengan jenis sampah, misalnya pemisahan untuk sampah organik dan

    non-organik. Tempat sampah adalah tempat untuk menampung sampah

    sementara yang biasanya dibuat dari logam atau plastik. Untuk tempat

    sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah

    ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi

    gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikusnya

    (Indonesian-Publichelath,2013).

    Adapun syarat tempat sampah (Indonesian-publichealth,2013) adalah

    sebagai berikut :

    1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak

    mudah bocor, kedap air.

    2. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat

    sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta

    mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat

    dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

    3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat

    oleh satu orang atau ditutup.

    4.

    Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-

    binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

    Tersediannya sarana pembuangan/penampungan sampah yang

    memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sumber

    pengotoran/penularan penyakit. Prinsip-prinsip pengelolaan pembuangan

    sampah sebagai berikut :

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    10/35

    10

    1. Adanya tempat sampah yang kedap air dan dilengkapi dengan tutup

    2. Memisahkan sampah berdasarkan sifatnya (misalnya sampah kering

    dan sampah basah) agar mudah memusnahkannya

    3. Menghindari mengisi tempat sampah yang melampaui kapasitasnya

    4. Kondisi kebersihan lingkungan tempat sampah harus baik sehingga

    tidak ada kepadatan serangga/lalat penular penyakit lainnya yang

    merugikan kesehatan

    5. Sampah tidak boleh ditampung di tempat sampah melebihi 2 hari.

    2.3 Perilaku Kesehatan

    2.3.1 Konsep perilaku

    Skinner (1938) dalam Notoatmojo:2007 menyatakan bahwa

    perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

    tanggapan. Prosedur pembentukan perilaku menurut skinner adalah :

    1.

    Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat

    atau reinforcer berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan

    dibentuk.

    2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen

    kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

    3.

    Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu

    sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi hadiah untuk

    masing-masing komponen tersebut.

    4.

    Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

    komponen yang telah tersusun itu.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    11/35

    11

    2.3.2 Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

    terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

    pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

    1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

    Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai

    dengan tingkat pencegahan penyakit, yakni perilaku sehubungan

    dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku

    pencegahan penyakit, perilaku sehubungan dengan pencarian

    pengobatan,perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan.

    2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

    perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara

    pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang terwujud

    dalam pengetahuan, persepsi,sikap dan penggunaan fasilitas,

    petugas dan obat-obatan.

    3. Perilaku terhadap makanan

    Respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

    kehidupan.

    4.

    Perilaku terhadap lingkungan

    a. Perilaku sehubungan dengan air bersih

    b. Perilaku sehubungan dengan air kotor

    c.

    Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat

    maupun limbah cair

    d. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    12/35

    12

    e. Perilaku sehubungan dengan pemberssihan sarang nyamuk

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

    dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan faktor ekstern.

    Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

    motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

    Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik

    maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan

    dan sebagainya.

    2.4 Pengetahuan

    2.4.1 Pengertian pengetahuan

    Menurut istilah, Bloom dalam Subiyanto (1988) menyatakan

    bahwa pengetahuan adalah hasil belajar kognitif yang mencakup hal-

    hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Sedangkan

    tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari hasil belajar

    terhadap suatu hal baik dari buku, alam sekitar, orang lain atau

    pengalaman pribadi.

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

    mengadakan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

    terhadap objek yang tejadi melalui panca indra manusia yakni

    penglihatan, pengindraan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

    Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

    sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap suatu

    objek.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

    dan telinga.(Notoatmodjo, 2007).

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    13/35

    13

    Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

    Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana

    diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

    semakin luas pula pengetahuanya. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh

    dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui

    pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

    mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

    aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak

    aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap

    yang makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO

    (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007),

    salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

    yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

    2.4.2

    Tingkat pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

    didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

    tidak didasari oleh pengetahuan.

    Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

    tingkat, yaitu :

    1.

    Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari Tahu

    adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    14/35

    14

    rendah.sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

    adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

    dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

    diterima.

    2. Memahami (Comprehention)

    Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat

    menginterprestasikan secara benar.Orang yang telah paham

    terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap

    suatu objek yang dipelajari.

    3. Aplikasi (application)

    Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

    (sebenarnya). Aplikasi ini biasa diartikan sebagai aplikasi atau

    penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi

    objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

    struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

    lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-

    kata kerja, dapt menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    15/35

    15

    5. Sintesis (syntesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis itu suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

    formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

    merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

    sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

    ada.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

    berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

    menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran

    pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

    penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin

    kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan

    diatas.

    2.4.3 Cara memperoleh pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan adalah:

    1.

    Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

    a. Cara coba salah (Trialand Error)

    b. Cara kekuasaan atau otoritas

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    16/35

    16

    Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

    masyarakat baik yang formal atau informal, ahli agama,

    pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain

    yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh yang

    mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

    membuktikan kebenaranya baik berdasaraknn fakta empiris

    maupun penalaran sendiri.

    c. Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

    memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan suatu

    permasalahan yang dihadapi masa lalu.

    2. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

    MenurutNotoatmodjo (2007), cara ini disebut metode penelitian

    ilmiah atau yang lebih popular atau disebut metodologi penelitian.

    Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2007)

    mengungkapkan bahwa sebelum orangmengadopsi perilaku baru

    (berperilaku baru), dalam diri orangtersebut terjadi proses yang

    berurutan, yakni:

    a.Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

    dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi

    (objek).

    b.Interest (merasa tertarik)terhadap stimulasi atau objek tersebut.

    Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    17/35

    17

    c.Evaluation (menimbang-nimbang)terhadap baik dan tidaknya

    stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

    sudah lebih baik lagi.

    d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

    dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

    e.

    Adoption, dimana subjek telahberperilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rongers

    menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu

    melewati tahap-tahap tersebut.

    2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    1. Faktor Internal (Anwar S. 2007 : 30-33)

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

    agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian

    diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat,

    pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan

    juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam

    yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

    kebijaksanaan.

    b. Minat

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    18/35

    18

    Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat

    merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk

    menambah pengetahuan.

    c. Intelegensi

    Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah

    pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat

    bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam

    pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai

    intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat

    dalam mengambil keputusan.

    2. Faktor Eksternal (Azwar, S : 2007 : 30-33)

    a. Media Masa

    Dengan majunya teknologi akan tersedia pula

    bermacam-macam media masa yang dapat pula

    mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

    b. Pengalaman

    Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang

    meninggalkan kesan paling dalam akan menambah

    pengetahuan seseorang.

    c. Sosial Budaya

    Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang

    mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum,

    adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan

    berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    19/35

    19

    dan cipta dan masyarakat.Masyarakat kurang menyadari

    bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial

    budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang

    dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas

    dari suatu pendidikan.

    d.

    Lingkungan

    Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan

    mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan

    seseorang.

    e. Penyuluhan

    Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat

    melalui metode penyuluhan, dan pengetahuan

    bertambah seseorang akan berubah perilakunya.

    f.

    Informasi

    Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif

    baru bagi penambah pengetahuan.Pemberian informasi

    adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap

    suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    20/35

    20

    BAB III

    PERMASALAHAN DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

    3.1 Permasalahan

    Berdasarkan hasil survei pada kegiatan PBL, diketahui bahwa dari 360

    responden sebanyak 159 respnden (44,17%) tidak memiliki tempat sampah di

    dalam dan di luar rumah.

    Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyaknya masyarakat

    Kelurahan Margawati yang tidak memiliki tempat sampah, baik di dalam

    maupun di luar rumah. Dengan tidak adanya sampah maka kemungkinan

    besar penghuni rumah akan membuang sampah dimana saja, sehingga

    sampah berserakan di setiap sudut rumah.

    Sampah akan menyebabkan gangguan kesehatan jika tidak dikelola

    dengan baik, terutama bila di dalam sampah tersebut terdapat

    mikroorganisme patogen ataupun Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

    Disamping itu proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah

    biasanya menghasilkan gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan maupun

    mengganggu estetika.

    Ketersediaan tempat sampah baik di dalam maupun di luar rumah sangat

    penting. Dengan menyediakan tempat sampah tersebut akan memudahkan

    dalam membuang sampah dan sampah tidak dibuang sembarangan sehingga

    tidak berserakan dan tidak mencemari lingkungan.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    21/35

    21

    Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai

    masalah yang akan ditimbulkan dari tidak tersedianya tempat sampah di

    rumah, baik di dalam maupun di luar rumah.

    3.2 Analisis Penyebab Masalah

    Berdasarkan permasalahan di atas maka masih rendahnya kepemilikan

    tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota dapat dilihat

    pada bagan di bawah ini.

    Gambar 3.1

    Analisis penyebab masalah

    Perilaku mayarakat dalam

    pengelolaan sampah

    Kurangnya pengetahuan tentangpengelolaan sampah yang baik

    Kebiasaan

    Kurangnya Sarana

    dan prasarana

    Tidak adanya

    dana

    Kurangnya

    Penyuluhan

    kesehatan

    Rendahnya

    tingkat

    pendidikan

    Rendahnya kepemilikan

    tempat sampah

    Tidak ada pemilahan

    sampah

    Perilaku membuang

    sampah sembarangan

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    22/35

    22

    Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya

    kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

    antara lain :

    1. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah kurang baik yang

    dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah

    yang baik, hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan

    dan kurangnya penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Selain

    dipengaruhi oleh pengetahuan perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh

    kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah yang sudah dilakukan

    sejak dulu tanpa adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

    2. Ketersediaan sarana dan prasarana baik TPSS maupun tong sampah di

    sekitar rumah masih minim, hal ini disebabkan oleh kurangnya dana.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    23/35

    23

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI PEMECAHAN MASALAH

    4.1 Pembahasan

    Dari uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa sebanyak 159 responden

    (44,17%) tidak memiliki tempat sampah di dalam dan di luar rumah. Hal ini

    dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan, baik kesehatan individu,

    masyarakat maupun lingkungan.

    Masih rendahnya kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati

    Kecamatan Garut Kota dapat disebabkan oleh :

    1. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah yang kurang baik,

    dipengaruhi oleh :

    a. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang

    baik.

    Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya tentang

    pengelolaan sampah berpengaruh terhadap cara dalam mengelola

    sampah.

    Dari hasil survei diketahui bahwa Pengetahuan masyarakat tentang

    pengelolaan sampah yang baik masih kurang. Menurut Notoatmojo

    (2007) Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

    formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan,

    dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang

    tersebut akan semakin luas pula pengetahuanya. Hal ini didasari dari

    tingkat pendidikan responden yang menunjukkan bahwa ddari 159

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    24/35

    24

    responden yang tidak memiliki tempat sampah sebanyak 12

    responden (7,5%) tidak tamat SD responden 114 responden (71,7%)

    tamat SD, 25 responden (15,7%)360 responden tingkat

    pendidikannya SMP dan 8 responden (5,1%) SMA.

    Selain itu menurut Notoatmojo (2007) Pengetahuan tidak mutlak

    diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh

    melalui pendidikan non formal. Pendidikan non formal ini bisa

    melalui penyuluhan, Selain dari rendahnya pendidikan responden,

    pengetahuan seseorang juga disebabkan oleh kurangnya penyuluhan

    dari petugas kesehatan tentang pengelolan sampah, hal ini dapat

    dilihat dari hasil survei dimana sumber informasi kesehatan yang

    didapat responden yang tidak memiliki tempat sampah dari petugas

    kesehatan hanya sebanyak 61 responden (38,19%).

    Dalam konsepsi kesehatan secara umum penyuluhan kesehatan

    diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan

    dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan.

    Dengan demikian masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti

    tatapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan

    dengan kesehatan (Maulana,2009).

    Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat

    menjadi sehat.

    b.

    Perilaku masyarakat

    Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk

    individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    25/35

    25

    yang lainnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan seseorang

    menyenangi sauatu hal tapi orang lain tidak. Hal ini sangat tergantung

    bagaimana individu menanggapi objek tersebut dengan persepsinya

    sehingga menimbulkan dampak dan perbuatan serta memungkinkan

    seseorang untuk melakukan sesuatu yang lambat laun menjadi

    kebiasaan. Baik itu kebiasaan positif maupun negatif.

    Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,

    berlangsumg secara otomastis dan tidak direncanakan. Kebiasaan

    merupakan hasil pelaziman yang berlangsung dalam waktu yang

    lama atau sebagai reaksi yang khas yang diulang berkali-kali

    (Notoatmojo,2010).

    Berdasarkan hukum pengaruh Thorndike teori belajar menurut E.L

    Thorndike mengemukakan bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh

    suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan

    bahwa tindakan itu diulangi dalam situasi-situasi yang mirip akan

    meningkat, tetapi bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan

    yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan-

    kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi

    konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat

    memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu

    selanjutnya.

    Berdasarkan pengamatan penulis selama di Lapangan Kebiasaan

    masyarakat di Kelurahan Margawati dalam hal pengelolaan sampah

    terbentuk karena perilaku yang selalu diulang-ulang setiap hari tanpa

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    26/35

    26

    adanya perubahan di lingkungan sekitar, baik berupa informasi

    maupun berupa peningkatan sarana dan prasarana, sehingga

    kebiasaan yang sebenarnya kurang baik tersebut menjadi kebiasaan.

    Dari hasil survey diketahui bahwa kebiasaan mengolah sampah

    dari sebanyak 159 responden yang tidak memiliki tempat sampah

    yaitu sebanyak responden 130 responden (81,77%) mengolah sampah

    dengan cara dibakar, 8 responden (5%) dibuang sembarangan, 4

    (2,5%) ke sungai, 12 responden (7,5%) membuang sampah

    sembarangan dan 5 responden (3,1%) dibuang ke TPS

    Karena kebiasaan pada umumnya sudah melekat pada diri

    seseorang maka sulit untuk diubah. Oleh karena itu perlu adanya

    intervensi dari pihak luar dalam upaya untuk mengubah kebiasaan

    masyarakat tersebut sehingga mereka mau dan mampu meninggalkan

    perilaku yang tidak sehat dan mengubah perilaku menjadi lebih sehat.

    Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

    terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

    pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

    c. Sarana dan prasarana

    Ketersediaan sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang

    berpengaruh dalam proses perubahan perilaku. Sarana dan prasarana

    adalah salah satu faktor pemudah dalam perubahan perilaku.

    Sarana adalah Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di dalam

    lingkungan tempat tinggal masyarakat untuk mendukung terlaksananya

    pengelolaan sampah. Sarana yang dimaksud dapat berupa tong sampah

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    27/35

    27

    yang sudah memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik,

    TPSS, bank sampah, maupun jasa pengangkutan sampah ke tempat

    pembuangan sementara.

    Berdasarkan pengamatan di lapangan Sarana yang disediakan

    masih belum mencukupi kebutuhan yang ada selain itu pendistribusian

    yang belum merata untuk menyentuh kepemukiman masyarakat yang

    tinggal jauh.

    Tidak adanya Tong sampah dan TPSS menyebabkan masyarakat

    merasa tidak memerlukan tempat sampah, karena mereka langsung

    membakar atau membuang sampah sembarangan.

    Berdasarkan pengamatan selama di Lapangan kurangnya fasilitas

    TPSS di Kelurahan Margawati. TPSS hanya ada di beberapa wilayah

    sehingga tidak semua RW dapat membuang sampah ke TPSS.

    Adapun gerobak sampah yang diberikan ke beberapa RW, tidak

    semuanya dapat dipergunakan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan

    kurangnya pemanfaatan gerobak sampah yang sudah diberikan adalah

    tidak adanya TPSS untuk membuang sampah hasil pengumpulan dari tiap

    rumah dan tidak adanya SDM yang bisa menjalankan tugas sebagai

    pengangkut sampah.

    Selain itu yang menjadi permasalahan tidak adanya TPSS adalah

    jarak yang ditempuh oleh truk sampah sangat jauh, sehingga truk sampah

    tidak dapat menjangkau daerah yang jauh.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    28/35

    28

    Salah satu pengelolaan sampah yang sudah ada yaitu Bank sampah

    yang ada di satu RW yaitu di RW 21, namun bank sampah tersebut

    belum bisa dikembangkan ke wilayah yang lain.

    Selain faktor-faktor tersebut, faktor sosialisasi dari pihak

    pemerintah kelapisan masyarakat belum maksimal terkait dengan

    melibatkan masyarakat secara langsung melalui pola pemberdayaan

    masyarakat.

    Dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan

    sampah, khususnya penyediaan TPSS diperlukan dana yang cukup besar.

    Perlu adanya kerjasama antara pemerintah setempat , masyarakat dan

    instansi terkait dalam upaya menyediakan sarana dan prasarana tersebut.

    4.2 Rekomendasi pemecahan masalah

    4.2.1 Upaya yang bisa dilakukan

    i.

    Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan

    sampah yang baik dengan cara meningkatkan kegiatan penyuluhan

    yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidang promkes, kesling)

    untuk lebih aktif terjun ke masyarakat dengan memberikan

    informasi melalui penyuluhan tentang cara pengelolaan sampah

    yang baik, dimulai dari pentingnya penyediaan tempat sampah di

    rumah, memilah sampah organik dan anorganik, sampai dengan

    pengolahan akhir sampah.

    ii.

    Menjalin kerjasama antara pemerintah setempat dengan dinas

    terkaitdalam menyediakan TPSS. TPSS dapat dibangun di beberapa

    wilayah yang strategis, meskipun tidak semua wilayah ada TPSS

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    29/35

    29

    Tetapi semua wilayah dapat menjangkau TPSS yang disediakan.

    Adapun jadwal truk sampah dapat disesuaikan jadwalnya dengan

    jam dan hari yang tetap sehingga setiap warga dapat

    mengumpulkan sampahnya secara rutin.

    iii. Selain itu peran serta masyarakat juga menjadi tonggak berjalannya

    kegiatan tersebut. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan

    bank sampah seperti yang telah ada di RW 21 perlu lebih

    dikembangkan.

    Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah

    menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah

    adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.

    4.2.2 Analisis pemecahan masalah

    Berdasarkan data dari uraian di atas, maka dapat dianalisa

    pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini dapat menggunakan

    metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode pernecanaan

    strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths),

    kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman

    (Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini

    melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau

    proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang

    mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

    Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan

    memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,

    kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    30/35

    30

    aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu

    mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang

    ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang

    mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang

    ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi

    ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara

    mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman

    (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

    Berdasarkan uraian di atas, maka analisis tersebut dapat disajikan dalam tabel

    berikut :

    Tabel 4.1

    Analisis pemecahan masalah

    NO KEGIATANSTRENGTH

    (Kekuatan)

    WEEKNESS

    (Kelemahan)

    OPPORTUNITY

    (Peluang)

    THREATS

    (Ancaman)

    1. Meningkatkanpengetahuan

    masyarakatmelalui kegiatan

    penyuluhan

    a.Adanyatenaga

    kesehatan,petugas

    promkes dan

    keslingb.Adanya kader

    posyandu

    yang aktif

    c.Masih

    aktifnya

    lembaga-

    lembaga

    masyarakat,

    seperti karang

    taruna, LPM,BKM dll.

    a. Kesibukanmasyarakat

    akanpekerjaanya

    b. Jadwal

    penyuluhanyang tidak

    tetap.

    a.Adanya kegiatan diposyandu

    b.

    Adanya dukungandari TOMA dan

    TOGA maupun

    pemrintahkelurahan

    c.Adanya pengajian

    rutin

    a. Jarak danwaktu yang

    ditempuhb.Kehadiran

    masyarakat

    saatpenyuluhan

    sedikit.

    2. Menyediakan

    TPSS melaluikerjasama antara

    pemerintah,

    masyarakat dan

    Dinas LH

    a.Adanya

    dukungan daripemerintah

    setempat

    b.Dukungan

    dinal terkait

    (LH)c.Dukungan

    dari TOMA

    dan TOGA

    c. Rencana yang

    kurangmatang akan

    membuat

    kegiatan

    tersebut sulit

    untukdirealisasikan.

    d.Keterbukaan dan

    kemudahan yangdiberikan oleh

    dinas LH dalam hal

    permohonan untuk

    melakukan

    kegiatan tersebut.

    c. Jarak dan

    medantempuh yang

    menjadi

    hambatan

    dalam

    pembangunanTPSS.

    3. Pembentukan

    Bank Sampah

    d.Adanya

    dukungan dari

    d. Kesibukan

    masyarakat

    e.Sudah adanya bank

    sampah

    Bank sampah

    yang telah

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    31/35

    31

    pemerintah

    setempat

    e.Dukungandinas terkait

    (LH)

    f.

    Dukungandari TOMA

    dan TOGA

    g.Masihaktifnya

    lembaga-

    lembaga

    kemasyarakat

    an

    dengan

    pekerjaannya

    e. Kurangnyapartisipasi

    masyarakat

    percontohan di RW

    21 yang akan

    menjadi motivasimasyarakat lain

    untuk melakukan

    kegiatan yang samadan lebih

    mengembangkanny

    a.

    terbentuk

    tidak berjalan

    dengan lancarkarena

    berbagai

    kesibukanwarga.

    Tabel 4.2

    Rencana tindak lanjut

    Uraian

    kegiatanInput Proses Output Out come Benefit Impact

    . Penyuluhanpengelolaan

    sampah dan

    tentang

    pentingnya

    kepemilikan

    tempat

    sampah di

    rumah

    a. ManPetugas

    kesehatan,

    TOMA,

    TOGA

    b. Money

    Dana

    anggaran

    desa,

    swadaya

    masyarakat

    c. MetodeCeramah,

    tanya jawab,

    demonstrasi

    d. Market

    Undangan,

    leaflet,brosur

    e. Mechine

    Laptop,proyector,

    sound

    system,

    f. Material

    Kantor

    kelurahan

    Diskusi,ceramah,

    tanya

    jawab

    dan

    demonstr

    asi

    Meningkatnya

    pengetahuan

    dan

    pemahaman

    masyarakat

    tentang

    pengelolaan

    sampah

    khusunya

    pentingnya

    kepemilikantempat

    sampah

    Semuamasyarakat

    mengerti

    betapa

    pentingnya

    tempat

    sampah

    dan mau

    melaksana

    kan

    Permasalahan sampah

    terutama

    kepemilikan

    te,mpat

    sampah

    dapat

    teratasi

    Meningkatnya deraajat

    kesehatan

    masyarakat

    Kelurahan

    Margawati

    2.Pembentuka

    n Bank

    sampah(menjalin

    kerjasama

    dengan

    dinas LH)

    g. Man

    Petugas

    kesehatan,Petuga dari

    LH

    Ketua Bank

    Sampah RW

    Diskusi,

    ceramah,

    tanyajawab

    dan

    demonstr

    asi

    a.Meningkat

    nya

    pengetahuan dan

    pemahama

    n

    masyaraka

    Semua

    masyarakat

    mauberpartisip

    asi dalam

    mengelola

    bank

    Permasalaha

    n sampah

    dapatteratasi

    Meningkatn

    ya deraajat

    kesehatanmasyarakat

    Kelurahan

    Margawati

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    32/35

    32

    21

    TOMA,

    TOGAh. Money

    Dana

    anggarandesa,

    swadaya

    masyarakati. Metode

    Ceramah,

    tanya jawab,

    demonstrasi

    . Market

    Undangan,

    leaflet,

    brosur

    k. Mechine

    Laptop,proyector,

    sound

    system,

    Alat peraga

    l. Material

    Kantor

    KarangTaruna

    t tentang

    pengelolaa

    n sampahmelalui

    bank

    sampah.b.Turunnya

    anggaran

    c.Terbentuknya

    kepanitiaa

    n bank

    sampah di

    setiap

    wilayah.

    sampah

    3.Menjalin

    kerjasama

    antara

    pemerintah

    setempatdengan

    dinas terkait

    (Dinas

    Kebersihan)

    m.Pemerintah

    Kelurahan

    Margawati.

    n. DinasKeber

    sihano. Masyarakat

    Kelurahan

    Margawati

    Pengajua

    n

    proposal

    kepada

    dinaskebersiha

    n

    a.Pengajuan

    Proposal

    disetujui

    oleh dinas

    kebersihanb.Turunnya

    anggaran

    untuk

    pembuatan

    TPSS

    Terlaksana

    nya

    pembangu

    nan TPSS

    Masyarakat

    memiliki

    sarana

    pembuangan

    sampahsementara

    Kebersihan

    lingkungan

    terjaga dan

    derajat

    kesehatanmasyarakat

    meningkat.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    33/35

    33

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pengamatan di lapangan yang menjadi penyebab rendahnya

    kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati adalah rendahnya

    pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah, perilaku masyarakat

    yang disebabkan oleh kebiasaan yang sudah terbentuk sejak dulu dan

    kurangnya sarana dan prasarana pembuangan sampah.

    Upaya pemecahan masalah yang dapat diupayakan adalah melakukan

    penyuluhan, pembentukan bank sampah dan menjalin kerjasama antara

    pemerintah setempat dengan dinas terkait dalam menyediakan TPSS.

    5.2Saran

    5.2.1

    Bagi Instansi Pendidikan

    Untuk dapat meneruskan program yang belum terlaksanakan selama

    kegiatan PBL khususnya dalam upaya pengelolaan sampah di

    Kelurahan Margawati.

    5.2.2 Bagi Puskesmas Pasundan

    Agar program-program yang ada di Puskesmas Pasundan dapat

    dilaksanakan dengan lebih optimal khususnya tentang pengelolaan

    sampah, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    34/35

    34

    5.2.3 Bagi masyarakat Kelurahan Margawati

    Agar laporan ini dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan

    pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah

    yang baik.

  • 7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut

    35/35