gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan margawati kabupaten garut
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
1/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat (Notoatmojo:2007).
Menurut H.L Blum (1974) dalam Notoatmojo (2007), kesehatan
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Keempat faktor tesebut disamping berpengaruh
langsung kepada kesehatann, juga saling berpengaruh satu sama lainnya.
Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor
tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal pula. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas
dari sampah, polusi, tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang
memadai (Mulia,2005).
Banyak faktor yang turut berpengaruh dalam permasalahan lingkungan
hidup, terutama masalah sampah, di Indonesia. Minimnya pemahaman
masyarakat tentang hakikat kebersihan dan pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan hidup menimbulkan polemik yang sulit untuk dituntaskan.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
2/35
2
Permasalahan yang ada tidak hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja,
tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya, bahkan gaya hidup
masyarakat (Aryani,2013)
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan
keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat
terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya
usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah
yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan
pengelolaan yang baik (Suarna,2008).
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Banyak
permasalah kesehatan yang ditimbulkan akibat dari sampah, masih tingginya
perilaku membuang sampah sembarangan di masyarakat menyebabkan
permasalahan ini sulit untuk diselesaikan. Teknik pengelolaan sampah yang
baik dapat mengurangi akibat buruk dari sampah.Pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya (Suarna,2008)
Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang
biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara
menyebarluasnya suatu penyakit. Pengelolaan sampah yang tidak
mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
3/35
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
4/35
4
2. Mengidentifikasi penyebab rendahnya kepemilikan tempat
sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota
3.
Mengetahui pemecahan masalah dari rendahnya kepemilikan
tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota
1.3Manfaat Penulisan
1.3.1
Agar Bagi masyarakat Kelurahan Margawati
Sebagai pengetahuan dan informasi bagi masyarakat Kelurahan
Margawati agar mampu mandiri dan berdaya dalam meningkatkan
derajat kesehatannya.
1.3.2 Bagi Kelurahan Margawati
Diharapkan dari hasil kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini
dapat dijadikan salah satu sumber informasi bagi masyarakat
Kelurahan Margawati dalam masalah Rendahnya kepemilikan tempat
sampah.
1.3.3 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut
Sebagai wujud nyata STIKes Garut dalam berperan aktif
melaksanakan pembangunan kesehatan, terutama mewujudkan
program kesehatan di Kabupaten Garut.
1.3.4
Bagi Mahasiswa
Memeperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
indentifikasi dan analisis masalah serta dapat menentukan pemecahan
masalah dengan tepat.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
5/35
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudat tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam
suatu kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmojo:2007). Undang-Undang
Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan :
2.1.1 Sumber-sumber Sampah
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti: sisa-sisa
makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum,bekas
pembungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian bekas,
perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti : pasar,
tempat- tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan
sebagainya
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
6/35
6
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan
ban, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari industri (industrial waste)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri dan sampah yang berasal dari
proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini berasal dari perkebunan atau pertanian, misalnya:
jerami, sisa sayur-sayuran, batang padi, batang jagung, ranting
kayu yang patah, dan sebagainya
7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya:
batu-batuan, tanah, pasir, sisa-sisa pembakaran, dan sebagainya
8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa:
kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan
sebagainya.
2.1.2 Jenis-jenis sampah
Menurut Notoatmojo (2007) Sampah dapat dibagi menjadi berbagai
jenis, yakni :
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
7/35
7
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a. Sampah anorganik
b.
Sampah organik
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah dibakar
b.
Sampah yang tidak dapat dibakar
3.
Berdasarkan karakteristik sampah
a. Garbage
b. Rabish
c. Ashes
d. Sampah jalanan
e. Sampah industri
f. Bangkai binatang
g.
Bangkai kendaraan
h. Sampah pembangunan
2.1.3 Pengelolaan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Yang dimaksud
dengan pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan,
pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah
sampai sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.(Notoatmojo : 2007)
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
8/35
8
Cara-cara pengelolaan sampah menurut Notoatmojo (2007) antara
lain :
1.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-
masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.
Oleh sebab itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat
khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-
masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat
Penampungan Akhir (TPA).
2. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain :
1.
Ditanam
2. Dibakar
3. Dijadikan pupuk
2.2 Tempat sampah
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya fasilitas
pembuangan sampah. Agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan
sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Penyimpanan
sampah (refuse storage) Yaitu tempat sampah sementara sebelum sampah
itu dikumpulkan kemudian diangkat dan dibuang. Dalam hal ini
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
9/35
9
penyimpanan sampah sebaiknya disediakan tempat sampah yang berbeda
dengan jenis sampah, misalnya pemisahan untuk sampah organik dan
non-organik. Tempat sampah adalah tempat untuk menampung sampah
sementara yang biasanya dibuat dari logam atau plastik. Untuk tempat
sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah
ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi
gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikusnya
(Indonesian-Publichelath,2013).
Adapun syarat tempat sampah (Indonesian-publichealth,2013) adalah
sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak
mudah bocor, kedap air.
2. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat
dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat
oleh satu orang atau ditutup.
4.
Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
Tersediannya sarana pembuangan/penampungan sampah yang
memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sumber
pengotoran/penularan penyakit. Prinsip-prinsip pengelolaan pembuangan
sampah sebagai berikut :
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
10/35
10
1. Adanya tempat sampah yang kedap air dan dilengkapi dengan tutup
2. Memisahkan sampah berdasarkan sifatnya (misalnya sampah kering
dan sampah basah) agar mudah memusnahkannya
3. Menghindari mengisi tempat sampah yang melampaui kapasitasnya
4. Kondisi kebersihan lingkungan tempat sampah harus baik sehingga
tidak ada kepadatan serangga/lalat penular penyakit lainnya yang
merugikan kesehatan
5. Sampah tidak boleh ditampung di tempat sampah melebihi 2 hari.
2.3 Perilaku Kesehatan
2.3.1 Konsep perilaku
Skinner (1938) dalam Notoatmojo:2007 menyatakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
tanggapan. Prosedur pembentukan perilaku menurut skinner adalah :
1.
Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat
atau reinforcer berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
3.
Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu
sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
4.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun itu.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
11/35
11
2.3.2 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat pencegahan penyakit, yakni perilaku sehubungan
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku
pencegahan penyakit, perilaku sehubungan dengan pencarian
pengobatan,perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang terwujud
dalam pengetahuan, persepsi,sikap dan penggunaan fasilitas,
petugas dan obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan
Respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan.
4.
Perilaku terhadap lingkungan
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih
b. Perilaku sehubungan dengan air kotor
c.
Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair
d. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
12/35
12
e. Perilaku sehubungan dengan pemberssihan sarang nyamuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan
dan sebagainya.
2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian pengetahuan
Menurut istilah, Bloom dalam Subiyanto (1988) menyatakan
bahwa pengetahuan adalah hasil belajar kognitif yang mencakup hal-
hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Sedangkan
tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari hasil belajar
terhadap suatu hal baik dari buku, alam sekitar, orang lain atau
pengalaman pribadi.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
mengadakan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terhadap objek yang tejadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pengindraan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap suatu
objek.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.(Notoatmodjo, 2007).
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
13/35
13
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana
diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuanya. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
yang makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO
(World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007),
salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
2.4.2
Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yaitu :
1.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari Tahu
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
14/35
14
rendah.sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar.Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
suatu objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi ini biasa diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-
kata kerja, dapt menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
15/35
15
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan
diatas.
2.4.3 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan adalah:
1.
Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trialand Error)
b. Cara kekuasaan atau otoritas
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
16/35
16
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik yang formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain
yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenaranya baik berdasaraknn fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan
MenurutNotoatmodjo (2007), cara ini disebut metode penelitian
ilmiah atau yang lebih popular atau disebut metodologi penelitian.
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2007)
mengungkapkan bahwa sebelum orangmengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), dalam diri orangtersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a.Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi
(objek).
b.Interest (merasa tertarik)terhadap stimulasi atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
17/35
17
c.Evaluation (menimbang-nimbang)terhadap baik dan tidaknya
stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adoption, dimana subjek telahberperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rongers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap tersebut.
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Faktor Internal (Anwar S. 2007 : 30-33)
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat,
pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan.
b. Minat
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
18/35
18
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat
merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk
menambah pengetahuan.
c. Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah
pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat
bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam
pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai
intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat
dalam mengambil keputusan.
2. Faktor Eksternal (Azwar, S : 2007 : 30-33)
a. Media Masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula
bermacam-macam media masa yang dapat pula
mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
b. Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang
meninggalkan kesan paling dalam akan menambah
pengetahuan seseorang.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum,
adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan
berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
19/35
19
dan cipta dan masyarakat.Masyarakat kurang menyadari
bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial
budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang
dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas
dari suatu pendidikan.
d.
Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan
seseorang.
e. Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat
melalui metode penyuluhan, dan pengetahuan
bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
f.
Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif
baru bagi penambah pengetahuan.Pemberian informasi
adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap
suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
20/35
20
BAB III
PERMASALAHAN DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH
3.1 Permasalahan
Berdasarkan hasil survei pada kegiatan PBL, diketahui bahwa dari 360
responden sebanyak 159 respnden (44,17%) tidak memiliki tempat sampah di
dalam dan di luar rumah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyaknya masyarakat
Kelurahan Margawati yang tidak memiliki tempat sampah, baik di dalam
maupun di luar rumah. Dengan tidak adanya sampah maka kemungkinan
besar penghuni rumah akan membuang sampah dimana saja, sehingga
sampah berserakan di setiap sudut rumah.
Sampah akan menyebabkan gangguan kesehatan jika tidak dikelola
dengan baik, terutama bila di dalam sampah tersebut terdapat
mikroorganisme patogen ataupun Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Disamping itu proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah
biasanya menghasilkan gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan maupun
mengganggu estetika.
Ketersediaan tempat sampah baik di dalam maupun di luar rumah sangat
penting. Dengan menyediakan tempat sampah tersebut akan memudahkan
dalam membuang sampah dan sampah tidak dibuang sembarangan sehingga
tidak berserakan dan tidak mencemari lingkungan.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
21/35
21
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai
masalah yang akan ditimbulkan dari tidak tersedianya tempat sampah di
rumah, baik di dalam maupun di luar rumah.
3.2 Analisis Penyebab Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka masih rendahnya kepemilikan
tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota dapat dilihat
pada bagan di bawah ini.
Gambar 3.1
Analisis penyebab masalah
Perilaku mayarakat dalam
pengelolaan sampah
Kurangnya pengetahuan tentangpengelolaan sampah yang baik
Kebiasaan
Kurangnya Sarana
dan prasarana
Tidak adanya
dana
Kurangnya
Penyuluhan
kesehatan
Rendahnya
tingkat
pendidikan
Rendahnya kepemilikan
tempat sampah
Tidak ada pemilahan
sampah
Perilaku membuang
sampah sembarangan
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
22/35
22
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya
kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota
antara lain :
1. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah kurang baik yang
dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah
yang baik, hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan kurangnya penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Selain
dipengaruhi oleh pengetahuan perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh
kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah yang sudah dilakukan
sejak dulu tanpa adanya perubahan ke arah yang lebih baik.
2. Ketersediaan sarana dan prasarana baik TPSS maupun tong sampah di
sekitar rumah masih minim, hal ini disebabkan oleh kurangnya dana.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
23/35
23
BAB IV
PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI PEMECAHAN MASALAH
4.1 Pembahasan
Dari uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa sebanyak 159 responden
(44,17%) tidak memiliki tempat sampah di dalam dan di luar rumah. Hal ini
dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan, baik kesehatan individu,
masyarakat maupun lingkungan.
Masih rendahnya kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati
Kecamatan Garut Kota dapat disebabkan oleh :
1. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah yang kurang baik,
dipengaruhi oleh :
a. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
baik.
Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya tentang
pengelolaan sampah berpengaruh terhadap cara dalam mengelola
sampah.
Dari hasil survei diketahui bahwa Pengetahuan masyarakat tentang
pengelolaan sampah yang baik masih kurang. Menurut Notoatmojo
(2007) Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan,
dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuanya. Hal ini didasari dari
tingkat pendidikan responden yang menunjukkan bahwa ddari 159
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
24/35
24
responden yang tidak memiliki tempat sampah sebanyak 12
responden (7,5%) tidak tamat SD responden 114 responden (71,7%)
tamat SD, 25 responden (15,7%)360 responden tingkat
pendidikannya SMP dan 8 responden (5,1%) SMA.
Selain itu menurut Notoatmojo (2007) Pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh
melalui pendidikan non formal. Pendidikan non formal ini bisa
melalui penyuluhan, Selain dari rendahnya pendidikan responden,
pengetahuan seseorang juga disebabkan oleh kurangnya penyuluhan
dari petugas kesehatan tentang pengelolan sampah, hal ini dapat
dilihat dari hasil survei dimana sumber informasi kesehatan yang
didapat responden yang tidak memiliki tempat sampah dari petugas
kesehatan hanya sebanyak 61 responden (38,19%).
Dalam konsepsi kesehatan secara umum penyuluhan kesehatan
diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan.
Dengan demikian masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti
tatapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan
dengan kesehatan (Maulana,2009).
Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat
menjadi sehat.
b.
Perilaku masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk
individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
25/35
25
yang lainnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan seseorang
menyenangi sauatu hal tapi orang lain tidak. Hal ini sangat tergantung
bagaimana individu menanggapi objek tersebut dengan persepsinya
sehingga menimbulkan dampak dan perbuatan serta memungkinkan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang lambat laun menjadi
kebiasaan. Baik itu kebiasaan positif maupun negatif.
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsumg secara otomastis dan tidak direncanakan. Kebiasaan
merupakan hasil pelaziman yang berlangsung dalam waktu yang
lama atau sebagai reaksi yang khas yang diulang berkali-kali
(Notoatmojo,2010).
Berdasarkan hukum pengaruh Thorndike teori belajar menurut E.L
Thorndike mengemukakan bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh
suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan
bahwa tindakan itu diulangi dalam situasi-situasi yang mirip akan
meningkat, tetapi bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan
yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan-
kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat
memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu
selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan penulis selama di Lapangan Kebiasaan
masyarakat di Kelurahan Margawati dalam hal pengelolaan sampah
terbentuk karena perilaku yang selalu diulang-ulang setiap hari tanpa
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
26/35
26
adanya perubahan di lingkungan sekitar, baik berupa informasi
maupun berupa peningkatan sarana dan prasarana, sehingga
kebiasaan yang sebenarnya kurang baik tersebut menjadi kebiasaan.
Dari hasil survey diketahui bahwa kebiasaan mengolah sampah
dari sebanyak 159 responden yang tidak memiliki tempat sampah
yaitu sebanyak responden 130 responden (81,77%) mengolah sampah
dengan cara dibakar, 8 responden (5%) dibuang sembarangan, 4
(2,5%) ke sungai, 12 responden (7,5%) membuang sampah
sembarangan dan 5 responden (3,1%) dibuang ke TPS
Karena kebiasaan pada umumnya sudah melekat pada diri
seseorang maka sulit untuk diubah. Oleh karena itu perlu adanya
intervensi dari pihak luar dalam upaya untuk mengubah kebiasaan
masyarakat tersebut sehingga mereka mau dan mampu meninggalkan
perilaku yang tidak sehat dan mengubah perilaku menjadi lebih sehat.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
c. Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang
berpengaruh dalam proses perubahan perilaku. Sarana dan prasarana
adalah salah satu faktor pemudah dalam perubahan perilaku.
Sarana adalah Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di dalam
lingkungan tempat tinggal masyarakat untuk mendukung terlaksananya
pengelolaan sampah. Sarana yang dimaksud dapat berupa tong sampah
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
27/35
27
yang sudah memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik,
TPSS, bank sampah, maupun jasa pengangkutan sampah ke tempat
pembuangan sementara.
Berdasarkan pengamatan di lapangan Sarana yang disediakan
masih belum mencukupi kebutuhan yang ada selain itu pendistribusian
yang belum merata untuk menyentuh kepemukiman masyarakat yang
tinggal jauh.
Tidak adanya Tong sampah dan TPSS menyebabkan masyarakat
merasa tidak memerlukan tempat sampah, karena mereka langsung
membakar atau membuang sampah sembarangan.
Berdasarkan pengamatan selama di Lapangan kurangnya fasilitas
TPSS di Kelurahan Margawati. TPSS hanya ada di beberapa wilayah
sehingga tidak semua RW dapat membuang sampah ke TPSS.
Adapun gerobak sampah yang diberikan ke beberapa RW, tidak
semuanya dapat dipergunakan. Beberapa hal yang menjadi permasalahan
kurangnya pemanfaatan gerobak sampah yang sudah diberikan adalah
tidak adanya TPSS untuk membuang sampah hasil pengumpulan dari tiap
rumah dan tidak adanya SDM yang bisa menjalankan tugas sebagai
pengangkut sampah.
Selain itu yang menjadi permasalahan tidak adanya TPSS adalah
jarak yang ditempuh oleh truk sampah sangat jauh, sehingga truk sampah
tidak dapat menjangkau daerah yang jauh.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
28/35
28
Salah satu pengelolaan sampah yang sudah ada yaitu Bank sampah
yang ada di satu RW yaitu di RW 21, namun bank sampah tersebut
belum bisa dikembangkan ke wilayah yang lain.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor sosialisasi dari pihak
pemerintah kelapisan masyarakat belum maksimal terkait dengan
melibatkan masyarakat secara langsung melalui pola pemberdayaan
masyarakat.
Dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan
sampah, khususnya penyediaan TPSS diperlukan dana yang cukup besar.
Perlu adanya kerjasama antara pemerintah setempat , masyarakat dan
instansi terkait dalam upaya menyediakan sarana dan prasarana tersebut.
4.2 Rekomendasi pemecahan masalah
4.2.1 Upaya yang bisa dilakukan
i.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan
sampah yang baik dengan cara meningkatkan kegiatan penyuluhan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidang promkes, kesling)
untuk lebih aktif terjun ke masyarakat dengan memberikan
informasi melalui penyuluhan tentang cara pengelolaan sampah
yang baik, dimulai dari pentingnya penyediaan tempat sampah di
rumah, memilah sampah organik dan anorganik, sampai dengan
pengolahan akhir sampah.
ii.
Menjalin kerjasama antara pemerintah setempat dengan dinas
terkaitdalam menyediakan TPSS. TPSS dapat dibangun di beberapa
wilayah yang strategis, meskipun tidak semua wilayah ada TPSS
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
29/35
29
Tetapi semua wilayah dapat menjangkau TPSS yang disediakan.
Adapun jadwal truk sampah dapat disesuaikan jadwalnya dengan
jam dan hari yang tetap sehingga setiap warga dapat
mengumpulkan sampahnya secara rutin.
iii. Selain itu peran serta masyarakat juga menjadi tonggak berjalannya
kegiatan tersebut. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan
bank sampah seperti yang telah ada di RW 21 perlu lebih
dikembangkan.
Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah
menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah
adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.
4.2.2 Analisis pemecahan masalah
Berdasarkan data dari uraian di atas, maka dapat dianalisa
pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini dapat menggunakan
metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode pernecanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
30/35
30
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang
ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang
ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis tersebut dapat disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.1
Analisis pemecahan masalah
NO KEGIATANSTRENGTH
(Kekuatan)
WEEKNESS
(Kelemahan)
OPPORTUNITY
(Peluang)
THREATS
(Ancaman)
1. Meningkatkanpengetahuan
masyarakatmelalui kegiatan
penyuluhan
a.Adanyatenaga
kesehatan,petugas
promkes dan
keslingb.Adanya kader
posyandu
yang aktif
c.Masih
aktifnya
lembaga-
lembaga
masyarakat,
seperti karang
taruna, LPM,BKM dll.
a. Kesibukanmasyarakat
akanpekerjaanya
b. Jadwal
penyuluhanyang tidak
tetap.
a.Adanya kegiatan diposyandu
b.
Adanya dukungandari TOMA dan
TOGA maupun
pemrintahkelurahan
c.Adanya pengajian
rutin
a. Jarak danwaktu yang
ditempuhb.Kehadiran
masyarakat
saatpenyuluhan
sedikit.
2. Menyediakan
TPSS melaluikerjasama antara
pemerintah,
masyarakat dan
Dinas LH
a.Adanya
dukungan daripemerintah
setempat
b.Dukungan
dinal terkait
(LH)c.Dukungan
dari TOMA
dan TOGA
c. Rencana yang
kurangmatang akan
membuat
kegiatan
tersebut sulit
untukdirealisasikan.
d.Keterbukaan dan
kemudahan yangdiberikan oleh
dinas LH dalam hal
permohonan untuk
melakukan
kegiatan tersebut.
c. Jarak dan
medantempuh yang
menjadi
hambatan
dalam
pembangunanTPSS.
3. Pembentukan
Bank Sampah
d.Adanya
dukungan dari
d. Kesibukan
masyarakat
e.Sudah adanya bank
sampah
Bank sampah
yang telah
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
31/35
31
pemerintah
setempat
e.Dukungandinas terkait
(LH)
f.
Dukungandari TOMA
dan TOGA
g.Masihaktifnya
lembaga-
lembaga
kemasyarakat
an
dengan
pekerjaannya
e. Kurangnyapartisipasi
masyarakat
percontohan di RW
21 yang akan
menjadi motivasimasyarakat lain
untuk melakukan
kegiatan yang samadan lebih
mengembangkanny
a.
terbentuk
tidak berjalan
dengan lancarkarena
berbagai
kesibukanwarga.
Tabel 4.2
Rencana tindak lanjut
Uraian
kegiatanInput Proses Output Out come Benefit Impact
. Penyuluhanpengelolaan
sampah dan
tentang
pentingnya
kepemilikan
tempat
sampah di
rumah
a. ManPetugas
kesehatan,
TOMA,
TOGA
b. Money
Dana
anggaran
desa,
swadaya
masyarakat
c. MetodeCeramah,
tanya jawab,
demonstrasi
d. Market
Undangan,
leaflet,brosur
e. Mechine
Laptop,proyector,
sound
system,
f. Material
Kantor
kelurahan
Diskusi,ceramah,
tanya
jawab
dan
demonstr
asi
Meningkatnya
pengetahuan
dan
pemahaman
masyarakat
tentang
pengelolaan
sampah
khusunya
pentingnya
kepemilikantempat
sampah
Semuamasyarakat
mengerti
betapa
pentingnya
tempat
sampah
dan mau
melaksana
kan
Permasalahan sampah
terutama
kepemilikan
te,mpat
sampah
dapat
teratasi
Meningkatnya deraajat
kesehatan
masyarakat
Kelurahan
Margawati
2.Pembentuka
n Bank
sampah(menjalin
kerjasama
dengan
dinas LH)
g. Man
Petugas
kesehatan,Petuga dari
LH
Ketua Bank
Sampah RW
Diskusi,
ceramah,
tanyajawab
dan
demonstr
asi
a.Meningkat
nya
pengetahuan dan
pemahama
n
masyaraka
Semua
masyarakat
mauberpartisip
asi dalam
mengelola
bank
Permasalaha
n sampah
dapatteratasi
Meningkatn
ya deraajat
kesehatanmasyarakat
Kelurahan
Margawati
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
32/35
32
21
TOMA,
TOGAh. Money
Dana
anggarandesa,
swadaya
masyarakati. Metode
Ceramah,
tanya jawab,
demonstrasi
. Market
Undangan,
leaflet,
brosur
k. Mechine
Laptop,proyector,
sound
system,
Alat peraga
l. Material
Kantor
KarangTaruna
t tentang
pengelolaa
n sampahmelalui
bank
sampah.b.Turunnya
anggaran
c.Terbentuknya
kepanitiaa
n bank
sampah di
setiap
wilayah.
sampah
3.Menjalin
kerjasama
antara
pemerintah
setempatdengan
dinas terkait
(Dinas
Kebersihan)
m.Pemerintah
Kelurahan
Margawati.
n. DinasKeber
sihano. Masyarakat
Kelurahan
Margawati
Pengajua
n
proposal
kepada
dinaskebersiha
n
a.Pengajuan
Proposal
disetujui
oleh dinas
kebersihanb.Turunnya
anggaran
untuk
pembuatan
TPSS
Terlaksana
nya
pembangu
nan TPSS
Masyarakat
memiliki
sarana
pembuangan
sampahsementara
Kebersihan
lingkungan
terjaga dan
derajat
kesehatanmasyarakat
meningkat.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
33/35
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di lapangan yang menjadi penyebab rendahnya
kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Margawati adalah rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah, perilaku masyarakat
yang disebabkan oleh kebiasaan yang sudah terbentuk sejak dulu dan
kurangnya sarana dan prasarana pembuangan sampah.
Upaya pemecahan masalah yang dapat diupayakan adalah melakukan
penyuluhan, pembentukan bank sampah dan menjalin kerjasama antara
pemerintah setempat dengan dinas terkait dalam menyediakan TPSS.
5.2Saran
5.2.1
Bagi Instansi Pendidikan
Untuk dapat meneruskan program yang belum terlaksanakan selama
kegiatan PBL khususnya dalam upaya pengelolaan sampah di
Kelurahan Margawati.
5.2.2 Bagi Puskesmas Pasundan
Agar program-program yang ada di Puskesmas Pasundan dapat
dilaksanakan dengan lebih optimal khususnya tentang pengelolaan
sampah, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
34/35
34
5.2.3 Bagi masyarakat Kelurahan Margawati
Agar laporan ini dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah
yang baik.
-
7/21/2019 gambaran kepemilikan tempat sampah di kelurahan Margawati Kabupaten Garut
35/35