jadi 2

22
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan  pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Di nas Kes ehat an, 200 !. "er has ilnya pembanguna n kes ehat an dit anda i deng an lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah #ndonesia.$kan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. %ermasalahan&permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. "eberapa diantaranya adalah' penyakit&penyakit seperti D"D, flu burung, dan sebagainya yang semakin meny ebar lua s, kas us& kas us gi i bur uk yang semaki n mar ak, pri ori tas kesehatan rendah, serta ti ngkat penc emaran li ngku ngan yang semakin tinggi. sebenar nya indi)idu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan aman.karna itulah kelompok kami membahas aspek&aspek social budaya yang berhubungan dengan kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah  $pa saja dan mengapa $spek *osial "udaya dapat Mempengaruhi %erilaku Kesehatan dan *tat us Kesehatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan+ 1.3 Tujuan ujuan -mum -ntuk mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi  perilaku kesehatan masyarakat. 1

Upload: harimuhammadakbar

Post on 06-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jadi 2

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.karna itulah kelompok kami membahas aspek-aspek social budaya yang berhubungan dengan kesehatan.1.2 Rumusan Masalah Apa saja dan mengapa Aspek Sosial Budaya dapat Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status Kesehatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan?1.3 Tujuan Tujuan UmumUntuk mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat.Tujuan KhususUntuk dapat memahami dan mempelajari aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat dan status kesehatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan.1.4 Metedologi PenulisanKajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet, jurnal,dan buku.1.5 Sistematika PenulisanJUDULKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah1.2 Perumusan Masalah1.3 Tujuan Penulisan1.4 Metedelogi Penulisan1.5 Sistematika PenulisanBAB II. Pembahasan2.1 Masyarakat2.2 Kebudayaan2.3 Perubahan social budaya 2.4 Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status Kesehatan2.5 Aspek Budaya yang mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status Kesehatan 2.6 Strategi Petugas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesmas2.7 Penyelesaian dengan Trancultural NursingBAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IIISI2.1 MayarakatManusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli antara lain :1.Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.2.Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.3.Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.4.Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.5.Menurut Koentjaraningrat (2001): masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama6.Menurut Gillin (2005): masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama

2.2 Kebudayaan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: 1.alat-alat teknologi2.sistem ekonomi3.keluarga4.kekuasaan politik2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: 1.sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya2.organisasi ekonomi3.alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)4.organisasi kekuatan (politik)

2.3 Perubahan Sosial Budaya Menurut para ahli pengertian dasar perubahan social budaya adalah :A.Selo Soemarjan. Perubahan social adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system social nya , termasuk didalamnya nilai-nilai,sikap,dan pola prilaku diantara nya kelompok-kelompok didalam masyarakat.B.William F.Ogburn. Ruang lingkup perubahan perubahan social meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun non material yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap usur-unsur non material.C.Kingsley Davis . Perubahan social sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. D.Gillin . Perubahan-perubahan social sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,kebudayaan material, komposisi penduduk , ideologi , maupun karena adanya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.E.Max Iver . Perubahan perubahan social sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan social (Social Realationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (Eqiulibrium) hubungan social Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli diatas dapat diambil sebuah kesimpulan tentang defisini perubahan social yaitu Perubahan yang terjadi didalam masyarakat yang menyangkut perubahan materil maupun non materil yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat . Dalam teori HL blum tentang status kesehatan,maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:1. lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,social budaya,ekonomi,prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan.2. Blum juga menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.

2.4 Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status KesehatanSelanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:1).umur 2).jenis kelamin 3).pekerjaan4).sosial ekonomi 5). Pendidikan6). Agama/Kepercayaan7). Hukum8). Kebiasaan (Koentjaraningrat, 2002).jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prostat.begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lebih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.

Menurut H Ray Elling (2005) ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan.antara lain 1.self concept 2.image kelompok.G.M foster menambahkan,bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

A.pengaruh self conceptkita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena itu,secara tidak langsung self concept kita cenderung menentukan,apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.B.pengaruh image kelompok.image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.sebagai contoh,seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis,dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter.C.pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan.Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.

2.5 Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan Menurut G.M foster(2003) Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain adalah:1.tradisi 2.sikap fatalism 3.nilai 4.ethnocentrisme 5.unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasiA.pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan.Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi kanibalisme.contoh dijawa Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.Fakta:Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.

B.pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah ttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.

C.pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatanSikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.

D.pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.

E.pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan

F.pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatanNilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih.Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan.

G.pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatanPada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajarkan antara lain bagaimana cara makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain. kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

H.pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatanTidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut apabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan.

2.6 Strategi Petugas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat1.DefinisiStrategi promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai atau teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.

2.Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHOBerdasarkan keputusan WHO pada tahun 1994, strategi promosi kesehatan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:a. AdvokasiAdvokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat di advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).b.Dukungan Sosial (Social support) Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi dalam program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).c.Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misaln ya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.

3.Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam OttawaKonferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan.Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment) Strategi ini ditujukan kepada para pengelolatempat umum,termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi para perokok dan non-perokok dan sebagainya. c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service) Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan consumer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatanini peran promosi kesehatan sangat penting.

d. Keterampilan Individu (Personnel Skill) Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.e. Gerakan masyarakat (Community Action) Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka akan terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai prasyarat untuk kesehatan, yaitu:1. Perdamaian/keamanan.2. Tempat tinggal.3. Pendidikan.4. Makanan.5. Pendapatan.6. Ekosistem yang stabil dan seimbang.7. Sumber daya yang berkesinambungan.8. Keadilan sosial.9. Pemerataan.2.7 Penyelesaian Dengan Teori Transcultural NursingTranscultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya padaproses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dankesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkanpada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakanuntuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).Konsep dalam Transcultural Nursing1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari pada kelompok lain.

Paradigma Transcultural NursingLeininger mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle).1. ManusiaManusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).2. SehatKesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).3. LingkunganLingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah didaerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada mataharisepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.4. KeperawatanAsuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budayaMempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.b. Cara II : Negosiasi budayaIntervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.c. Cara III : Restrukturisasi budayaRestrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianutBAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4 aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.3.2 Saran Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.Dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat.

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Fisher., Augrey. (1986). Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo). Bandung: Remaja Karya Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Anthropologi Kresno., sudarti. (1996).pencarian pertolongan pengobatan bagi anak balita dengan diare di Jakarta utaraNotoatmodjo., Soekidjo. (2010). promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: rineka cipta19