pembuatan prototipe alat ukur body mass index (bmi) menggunakan modifikasi timbangan dan sensor...
DESCRIPTION
Tugas Akhir Alinda Nurul Badriyah dari D3 Metrologi dan Instrumentasi ITBTRANSCRIPT
-
PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX
(BMI) MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN
SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI
PROJEK AKHIR
Oleh :
Alinda Nurul Badriyah / 03311015
Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043
PROGRAM D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
-
PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX
(BMI) MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN
SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI
PROJEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan tahap pendidikan pada
Program D3 Metrologi dan Instrumentasi
Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Bandung
Oleh :
Alinda Nurul Badriyah / 03311015
Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043
Pembimbing :
Dr. Ir. Farida I. Muchtadi
Achsan Rifani S.T.
PROGRAM D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
-
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Projek Akhir MI-3201
Program D3 Metrologi dan Instrumentasi
Institut Teknologi Bandung
Judul Projek Akhir
PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX (BMI)
MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN SENSOR
ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI
Mahasiswa :
1. Alinda Nurul Badriyah / 03311015
2. Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 2 Mei 2014
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Farida I. Muchtadi
NIP. 194808061974122202
Achsan Rifani, S.T.
NIP. 198303262008011003
-
i
ABSTRAK
Masalah kesehatan yang belakangan ini melanda negara berkembang adalah
semakin banyaknya masyarakat yang mengalami obesitas. Obesitas merupakan
keadaan tubuh yang memiliki massa melebihi batas maksimal massa tubuh ideal.
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi obesitas adalah
mengidentifikasi Body Mass Index (BMI) dari seseorang. BMI merupakan
parameter yang menggabungkan dua pengukuran yaitu pengukuran massa dan
tinggi tubuh. Kombinasi dari dua pengukuran tersebut dapat menentukan nilai
BMI dan kondisi tubuh dari seseorang. Mengetahui BMI lebih awal akan
membuat kita waspada dan memperbaiki gaya hidup dan pola makan demi
kesehatan.
Pembuatan prototipe pengukur BMI akan menggabungkan dua sistem pengukuran
secara langsung yaitu pengukuran massa tubuh dan pengukuran tinggi tubuh.
Pengukuran massa tubuh akan dilakukan dengan memodifikasi timbangan pegas
agar keluarannya dapat diakuisisi dengan pengukuran tinggi. Pengukuran tinggi
tubuh menggunakan sensor ultrasonik. Sistem pengukuran tinggi tubuh dilakukan
dengan otomatis sehingga hasil pengukuran lebih akurat.
Pengujian sistem dilakukan terlebih dahulu untuk masing-masing pengukuran.
Setelah itu baru dilakukan pengujian secara keseluruhan untuk mengetahui BMI
objek. Kesalahan pengukuran massa tubuh yang didapat dari hasil pengujian
kebenaran memiliki rata-rata sebanyak 11,3 %. Kesalahan dalam pengukuran
tinggi kurang dari 1 %. Objek yang diukur BMI nya secara keseluruhan sebanyak
16 orang dengan kondisi tubuh yang beragam. Kesalahan yang terdapat dalam
pengelompokan BMI berasal dari kesalahan alat ukur massa tubuh.
Kata kunci:Obesitas, Body Mass Index (BMI), Massa, Tinggi
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas limpahan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan projek akhir yang berjudul Pembuatan
Prototipe Alat Ukur Body Mass Index (BMI) Menggunakan Modifikasi
Timbangan dan Sensor Ultrasonik Sebagai Alat Ukur Tinggi. Laporan
projek akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan pendidikan Diploma-3
di Program D3 Metrologi dan Instrumentasi Institut Teknologi Bandung.
Laporan projek akhir ini disusun secara sistematis mulai dari spesifikasi desain
sistem, perancangan, dan pengujian. Prototipe Pengukur Body Mass Index
(BMI) hasil rancangan telah diuji dengan skenario tertentu. Pengujian dilakukan
untuk melihat performa prototipe dari beberapa indikator.
Selama pelaksanaan projek akhir ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dukungan guna memperlancar projekakhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan doa
dan materi sehingga kami bisa menyelesaikan projek akhir ini.
2. Bapak Dr. Supriyanto, M.T. selaku Koordinator Program Studi D3 Metrologi
dan Instrumentasi ITB yang telah memberikan bimbingan, saran, dan bantuan.
3. Ibu Dr. Ir. Farida I. Muchtadi selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan bantuan.
4. Bapak Achsan Rifani, S.T. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
membimbing dan mengarahkan kami selama melakukan pengujian di
PPSDMK.
5. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah memberikan
beasiswa program D3 Metrologi dan Instrumentasi.
6. Segenap dosen dan staf tata usaha program D3 Metrologi dan Instrumentasi
ITB.
7. Ibu Gina Safitri selaku staff administrasi Program Studi D3 Metrologi dan
Instrumentasi ITB yang selalu sabar mengurus segala keperluan administrasi
kami selama kuliah.
-
iii
8. Bapak Parji, Bapak Iyan, dan Bapak Soleh selaku pegawai teknis di Teknik
Fisika yang telah membantu memberikan saran dan tenaga dalam mengerjakan
projek akhir.
9. Rekan-rekan program D3 Metrologi dan Instrumentasi 2009, dan 2010, 2011
yang telah membantu penulis dalam bentuk nasihat dan semangat.
10. Teman-teman Kosan yang selalu membantu memberikan semangat dan saran
dalam menyelesaikan projek akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam projek akhir ini banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, masukan, kritik, dan saran sangat diharapkan.
Bandung, Mei 2013
Penulis
-
iv
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Metodologi Penulisan 3
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II TEORI DASAR 5
2.1 Body Mass Index(BMI) 5
2.2 Timbangan 6
2.2.1 Timbangan Berdasarkan Sistem Pengoperasian 6
2.2.2 Timbangan Berdasarkan Tingkat Ketelitian 7
2.2.3 Timbangan Berdasarkan Komponen Timbangan 8
2.2.4 Macam-macam Timbangan 8
2.3 Spesifikasi Timbangan yang Digunakan dalam Projek Akhir10
2.4 Sensor Ultrasonik 11
2.5 Motor DC 12
2.6 IC L293D 13
2.7 Microswitch 14
2.8 Mikrokontroler 15
2.9 Light Emitting Diode (LED) 15
2.10 Liquid Crystal Display (LCD) 16
BAB III RANCANG BANGUN ALAT 17
3.1 Pengukuran Massa Tubuh 17
3.1.1 Komponen Penyusun 18
3.1.2 Perancangan Perangkat Pengukur Massa Tubuh 22
-
v
3.2 Pengukuran Tinggi Tubuh 23
3.2.1 Komponen Penyusun 24
3.2.2 Perancangan Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh 24
3.2.3 Perancangan Perangkat Sistem Otomasi Pengukur Tinggi
Tubuh 25
3.2.3.1 Sistem Kerja Motor DC dengan Driver L293D26
3.2.3.2 Sistem Otomasi Penggerak Bidang Pantul 27
3.3 Desain Pengukuran Body Mass Index (BMI) 29
3.3.1 Desain Mekanik Perangkat Pengukur BMI 29
3.3.2 Desain Rangkaian Elektronik Perangkat Pengukur BMI30
3.3.3 Algoritma Pengukuran BMI 30
4.1 Pengujian Alat Ukur 32
4.1.1 Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh 32
4.1.1.1 Karakterisasi Sensor Magnet Menggunakan
Massa Standar 32
4.1.1.2 Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh 33
4.1.1.3 Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh36
4.1.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh 40
4.1.2.1 Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh 41
4.1.2.2 Pengujian Kebenaran Penunjukkan Alat Ukur
Tinggi Tubuh 42
4.1.3 Pengujian Alat Ukur Body Mass Index (BMI) 43
4.2 Analisis 46
BAB V Penutup 48
5.1 Simpulan 48
5.2 Saran 48
Daftar Pustaka 50
LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN 51
LAMPIRAN B DESAIN MEKANIK PROTOTIPE 60
LAMPIRAN C DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY 77
LAMPIRAN D BARIS PROGRAM PROTOTIPE 78
LAMPIRAN E FOTO PROTOTIPE 86
-
vi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Neraca 9
Gambar 2.2 Timbangan elektronik 9
Gambar 2.3 Timbangan sentisimal 9
Gambar 2.4 Timbangan dacin 9
Gambar 2.5 Timbangan meja 10
Gambar 2.6 Timbangan pegas 10
Gambar 2.7 Sensor Ultrasonik 11
Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Motor DC 12
Gambar 2.9 Rangkaian IC Driver L293D 13
Gambar 2.10 Koneksi Pin IC Driver L293D 14
Gambar 2.11 Microswitch 14
Gambar 2.12 Arduino UNO 15
Gambar 2.13 LED[7] 16
Gambar 2.14 Liquid Crystal Display (LCD) 4 x 16 16
Gambar 3.1 Blok Diagram Pengukuran BMI 17
Gambar 3.2 Dudukan Timbangan Pegas 18
Gambar 3.3 Efek Hall 19
Gambar 3.4 Sensor Efek Hall 20
Gambar 3.5 Sensor Hall A1302 21
Gambar 3.6 Magnet Silinder 21
Gambar 3.7 Diagram Blok Proses Modifikasi Timbangan Pegas 22
Gambar 3.8 Modifikasi Timbangan Pegas 23
Gambar 3.9 Diagram Blok Pengukuran Tinggi Tubuh 24
Gambar 3.10 Sistem Pengukuran Tinggi Tubuh 25
Gambar 3.11 Skematik Rangkaian Hubungan Motor DC dan IC L293D 26
Gambar 3.12 Diagram Alir Sistem Otomasi Pengukuran Tinggi Tubuh 28
Gambar 3.13 Rangkaian Skematik Sistem Pengukuran BMI 30
Gambar 3.14 Diagram Alir Sistem Pengukuran BMI 31
Gambar 4.1 Grafik Karakterisasi Magnet 33
Gambar 4.2 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Outuput Analog 34
-
vii
Gambar 4.3 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Penunjukkan Massa di
Display Alat Ukur Massa Tubuh 35
Gambar 4.4 Laser Distance Meter 40
Gambar 4.5 Grafik Histerisis Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh 41
Gambar 4.6 Timbangan Acuan 44
-
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Kategori Keadaan Tubuh 6
Tabel 2.2 Klasifikasi Timbangan 8
Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik 11
Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302 20
Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh 36
Tabel 4.2 Pengolahan Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh 39
Tabel 4.3 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi 42
Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran BMI 45
Tabel 4.5 Pengolahan Data Pengukuran BMI 45
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kegemukan atau obesitas merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di negara negara maju. Tekanan pada pekerjaan yang sangat besar
membuat sebagian besar masyarakat di negara negara besar memiliki pola hidup
yang sangat tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji ,
juga kebiasaan meminum minuman keras. Namun dewasa ini, fenomena obesitas
tidak hanya terjadi pada negara maju saja, fenomena ini sudah merambah ke
negara negara berkembang seperti Indonesia, seiring dimulainya era globalisasi
yang memaksa Indonesia juga bersiap menghadapinya. Semua masyarakat
Indonesia kini mulai meniru kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang
mengandung banyak lemak, kolesterol, dan banyak zat lain yang menyebabkan
kegemukan. Banyaknya produsen makanan cepat saji dari berbagai negara maju
yang masuk ke Indonesia membuat fenomena ini lebih tumbuh subur sehingga
saat ini banyak dijumpai orang orang Indonesia yang mengalami masalah
kegemukan atau obesitas. Kegemukan dapat memicu banyak penyakit ganas yang
berujung dengan kematian. Beberapa penyakit yang banyak dihadapi para
penderita obesitas adalah penyempitan pembuluh darah pada jantung yang
menyebabkan serangan jantung atau jantung koroner. Selain itu penderita obesitas
sangat beresiko terkena Diabetes Melitus yang disebabkan oleh kadar gula darah
yang terlampau tinggi. Sebaiknya, sebelum terkena berbagai resiko penyakit yang
berbahaya, alangkah baiknya melakukan berbagai alternatif untuk mencegah hal
hal tersebut terjadi, salah satu alternatif adalah dengan mengatur pola hidup dan
pola makan yang sehat .
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari obesitas adalah dengan
mendeteksi kondisi tubuh terlebih dahulu. Apakah tubuh masih dalam kategori
yang ideal atau sudah mendekati obesitas. Salah satu parameter yang dapat
menentukan apakah tingkat keidealan tubuhh adalah dengan nilai Body Mass
Index (BMI). Body Mass Index merupakan suatu nilai yang menyatakan keidealan
-
2
tubuh seseorang dengan menggunakan kombinasi informasi tentang massa dan
tinggi tubuh seseorang. dalam rangka mendukung tercapainya proses
pengukuran/pendeteksian BMI yang lebih baik, akan dibuat sebuah prototipe yang
dapat melakukan deteksi langsung terhadap nilai BMI seseorang. Artinya,
operator tidak perlu lagi perlu memasukan data tinggi badan subjek yang sedang
diuji nilai BMI-nya. Hal ini tentu akan dapat menanggulangi adanya error akibat
kesalahan pengukuran tinggi badan. Masyarakat pada umumnya jarang mengukur
tinggi badan mereka secara rutin dan hanya akan mengingat terakhir kali mereka
melakukan pengukuran. Tinggi badan yang mereka masukankan bisa tidak akurat
karena manusia berkembang dan bertambah tinggi. Hal tersebut yang
mengakibatkan error pada hasil pengukuran menggunakan BMI meter
sebelumnya.
Prototipe alat ukur Body Mass Index menggabungkan dua besaran pokok yaitu
massa dan panjang (tinggi). Sedangkan perhitungan BMI nya adalah
menggunakan rumus[1] sebagai berikut.
Keterangan :
MB = Massa badan
TB = Tinggi badan
Berdasarkan rumusan diatas akan dibuat alat ukur BMI dengan menggunakan dua
sensor untuk mengetahui massa badan dan tinggi badan. Penggunaan timbangan
pegas untuk mengukur massa dan sensor ultrasonik untuk mengukur tinggi. Alat
ukur ini diharapkan mampu mengolah massa dan tinggi sehingga dapat
menghasilkan pengukuran BMI yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang ingin
dibahas pada projek akhir ini adalah membuat alatpengukur Body Mass Index
(BMI) dengan menggunakan modifikasi timbangan pegas dan sensor ultrasonik.
(1.1)
-
3
1.3 Tujuan
Tujuan Tujuan projek akhir ini adalah pembuatan alat ukur Body Mass Index.
Parameter yang digunakan dalam penentuan Body Mass Index adalah kombinasi
antara massa dan tinggi tubuh objek menggunakan modifikasi timbangan pegas
untuk pengukuran massa dan sensor ultrasonik untuk pengukuran tinggi. Hasil-
hasil pengukuran diolah oleh microcontroller Arduino UNO.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan ini, terdapat beberapa batasan masalah, di antaranya :
1. Pembuatan otomasi sistem pengukuran tinggi menggunakan motor DC sebagai
penggerak.
2. Penggabungan hasil pengukuran massa dan tinggi hanya diaplikasikan untuk
perhitungan Body Mass Index.
3. Pengukuran ditujukan untuk orang dewasa dengan tinggi 145 190 cm dan
massa tubuh antara 30 kg sampai dengan 100 kg.
4. Indikator klasifikasi BMI hanya untuk 3 kategori yaitu underweight, normal,
dan overwight
1.5 Metodologi Penulisan
Dalam proses pembuatan prototipe ini, metode penelitian yang digunakan sebagai
berikut:
1. Studi literatur dan studi lapangan.
2. Penentuan parameter-parameter terkait pengukuran BMI
3. Perancangan desain body prototipe dan display.
4. Pemilihan sensor-sensor (sensor magnet dan ultrasonik).
5. Pembuatan body prototipe.
6. Pembuatan instrumen pengolah data dari hasil pengukuran massa dan tinggi
tubuh ke komputer.
7. Pengujian prototipe BMI meter.
8. Analisis hasil pengujian.
9. Pembuatan laporan projek akhir.
-
4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan projek akhir ini terdiri dari:
1. Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Teori Dasar
Berisi konsep dasar yang melandasi kegiatan penelitian serta perangkat-
perangkat yang digunakan dalam projek akhir ini.
3. Bab III Rancang Bangun Alat
Berisi penjelasan rancang sistem, desain prototipe dan sistem kerja prototipe.
4. Bab IV Analisis
Berisi pengujian dan analisis hasil pengujian alat ukur massa dan tinggi serta
pengukuran BMI secara keseluruhan.
5. Bab V Simpulan dan Saran
Berisi simpulan dan saran dalam projek akhir.
-
5
BAB II
TEORI DASAR
2 Teori Dasar
2.1 Body Mass Index(BMI)
National Obesity Observatory [2] mengatakan bahwa Body Mass Index (BMI)
merupakan ikhtisar pengukuran dari massa dan tinggi tubuh seseorang.
Perhitungannya adalah dengan membagi massa seseorang dalam satuan kilogram
dengan kuadrat dari tinggi tubuh mereka dalam satuan meter. BMI merupakan
salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memperkirakan apakah
seseorang dalam keadaan kekurangan berat badan, ideal, atau obesitas. Meskipun
BMI dapat memperkirakan keadaan tubuh seseorang, perkiraan itu hanyalah
perwakilan dari masalah yang terjadi akibat kelebihan lemak tubuh. Jika lemak
tubuh seseorang meningkat, baik BMI dan resiko kemunculan penyakit yang
berhubungan dengan obesitas juga meningkat, walaupun masih terdapat
ketidakpastian mengenai hubungan yang pasti dari hubungan tersebut khususnya
pada anak-anak. Faktor-faktor lain seperti kebugaran, keturunan, dan pubertas
dapat mengubah hubungan antara BMI dan lemak tubuh.
Kelebihan lemak tubuh diketahui sangat berhubungan dengan sifat morbiditas
atau mudahnya terkena penyaki. BMI menjadi pengukuran yang diminati karena
mudah dan murah serta menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti dalam
menilai kelebihan lemak tubuh. Pengukuran lemak tubuh secara benar dan
langsung sulit diterapkan dalam populasi besar karena mahal dan sulit untuk
dilakukan secara konsisiten dan akurat. Indikator lain seperti pengukuran lingkar
pinggang dan ketebalan kulit juga dapat dilakukan untuk mengetahui lemak tubuh
dan kondisi tubuh seseorang. Tidak satupun dari pengukuran tersebut digunakan
sebanyak penggunaan dari BMI untuk menentukan kondisi tubuh seseorang.
Pengelompokan nilai BMI dari hasil perhitungan rumus menjadi kategori-kategori
keadaah tubuh dapat dilihat di Tabel 2.1 berikut yang diterbitkan oleh WHO [3]
untuk kondisi tubuh orang asia.
-
6
Tabel 2.1 Kategori Keadaan Tubuh
Nilai BMI Kategori
< 18.5 Underweight
18.5 24.99 Normal
25-29.99 Overwight
>=30 Obesitas
Prototipe alat ukur Body Mass Index (BMI) dirancang dengan menggabungkan
prinsip pengukuran massa tubuh. BMI menggunakan modifikasi timbangan dan
pengukuran tinggi badan secara otomatis menggunakan sensor Ultrasonik HY-
SRF05 sebagai sensor tinggi, motor DC sebagai penggerak dan microswitch
sebagai switch pengontrol, kemudian seluruh perangkat tersebut terintegrasi dalam
satu mikrokontroller Arduino UNO, dan data hasil pengukuran ditampilkan secara
digital melalui Liquid Crystal Display (LCD).
2.2 Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran massa suatu
benda. Timbangan atau neraca dikategorikan kedalam system mekanik dan
elektronik atau digital. Kegiatan penimbangan adalah pekerjaan untuk mengetahui
massa suatu benda. Prinsipnya adalah membandingkan suatu benda dengan benda
lainnya yang telah diketahui massanya. Berikut adalah pembahasan mengenai
pengelompokan timbangan [4].
2.2.1 Timbangan Berdasarkan Sistem Pengoperasian
Berdasarkan sistem pengoperasiannya timbangan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu :
a. Timbangan non otomatis
Timbangan ini adalah timbangan yang proses penimbangannya dilakukan oleh
operator secara langsung sehingga muatan dinaikkan dan diturunkan dari lantai
muatan juga dilakukan oleh operator.
b. Timbangan otomatis
-
7
Timbangan ini adalah timbangan yang proses penimbangan tidak dilakukan
oleh operator secara langsung.
2.2.2 Timbangan Berdasarkan Tingkat Ketelitian
Berdasarkan tingkat ketelitian, timbangan dibagi menjadi 4(empat) kelas yaitu:
a. Timbangan Kelas Satu atau timbangan dengan ketelitian khusus
b. Timbangan Kelas Dua atau timbangan dengan ketelitian halus
c. Timbangan Kelas Tiga atau timbangan dengan ketelitian sedang
d. Timbangan Kelas Empat atau timbangan dengan ketelitian biasa
Untuk menentukan kelas timbangan, kita memerlukan informasi timbangan
berupa kapasitas maksimal dan nilai interval skala verifikasi (e) yang dapat
diperoleh dari pemeriksaan visual timbangan. Nilai skala verifikasi(e) sama
dengan nilai skala terkecil (d), e=d timbangan apabila tidak tercantum pada
timbangan. Langkah-langkah menetukan kelas timbangan dan minimum
menimbang:
a. Menenentukan nilai maksimum dan interval skala verifikasi(e) dari timbangan
b. Mengkonversi nilai kapasitas maksimum timbangan dan nilai interval skala
verifikasi (e) dengan satuan yang sama.
c. Menentukan jumlah interval skaladengan persamaan
d. Menentukan rentang interval skala yang ada pada tabel
e. Menentukan kelas timbangan dan minimum menimbang dari rentang interval
skala yang terdapat pada tabel.
f. Apabila timbangan masuk kedalam dua kelas, ambil kelas yang lebih tinggi.
Informasi mengenai kelas timbangan dapat diperoleh dengan melakukan langkah-
langkah di atas dan menyesuaikan dengan tabel. Klasifikasi timbangan dapat
dilihat pada Tabel 2.2
-
8
2.2.3 Timbangan Berdasarkan Komponen Timbangan
Berdasarkan komponen-komponen penyusunnya timbangan dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu :
a. Timbangan mekanik
Timbangan yang seluruh komponennya tersusun dan bekerja secara mekanik.
Timbangan yang termasuk kategori timbangan mekanik adalah neraca,
timbangan dacin, timbangan pegas, timbangan sentisimal, dan timbangan meja
b. Timbangan elektronik
Timbangan yang dilengkapi dengan komponen elektronik sehingga
penunjukanny amerupakan penunjukan digital.
2.2.4 Macam-macam Timbangan
Timbangan dibuat dengan berbagai macam-macam spesifikasi yang disesuaikan
dengan penggunaannya, berbagai macam timbangan yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain.
1. Neraca : timbangan yang terdiri dari sebatang tuas yang dapat berputar pada
sumbu yang dipasang di tengah-tengahnya, dan pada umumnya neraca dipakai
untuk penimbangan kapasitas kecil tetapi cukup akurat.
Tabel 2.2 Klasifikasi Timbangan
Kelas
Ketelitian
Interval Skala
Verifikasi (e)
Jumlah Interval Skala Kapasitas
Minimum Minimum Maksimum
Khusus Satu 0,001 g e 50000 - 100e
Halus Dua 0,001 g e 0,05 g 100 100000 20e
0,1 g e 5000 100000 50e
Sedang Tiga 0,1 g e 2 g 100 10000 20e
5 g e 500 10000 20e
Biasa Empat 5 g e 100 1000 10e
-
9
Gambar 2.1 Neraca
2. Timbangan elektronik : timbangan yang kerjanya berdasarkan sistem
elektronik.
3. Timbangan sentisimal : timbangan majemuk kelas menengah yang banyak
digunakan para pedagang.
4. Timbangan dacin : timbangan bertuas tunggal, karena tuasnya hanya satu.
Dacin hanya mempunyai dua pisau yaitu pisau tumpuan dan pisau muatan.
Gambar 2.2 Timbangan elektronik
Gambar 2.3 Timbangan sentisimal
Gambar 2.4 Timbangan dacin
-
10
5. Timbangan meja : termasuk timbangan majemuk, dimana jumlah tuasnya lebih
dari satu yaitu terdiri dari tuas utama dan tuas penghubung.
Gambar 2.5 Timbangan meja
6. Timbangan pegas : timbangan yang menggunakan pegas sebagai alat untuk
menentukan massa benda ukurnya. Prinsip kerjanya merupakan defleksi pegas
yang ditampilkan dalam skala massa. Timbangan pegas ini adalah timbangan
yang akan digunakan dalam pembuatan prototipe Body Mass Index (BMI)
meter.
2.3 Spesifikasi Timbangan yang Digunakan dalam Projek Akhir
Timbangan yang akan digunakan dalam pembuatan prototipe Body Mass Index
meter ini adalah timbangan badan dengan sistem pegas seperti pada Gambar 2.6.
Timbangan jenis ini merupakan timbangan yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Timbangan yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Kapasitas Maksimum (Maks) : 130 kg
2. Interval skala verivikasi (e) : 1 kg
3. Kelas Timbangan : 4 (biasa)
4. Minimum menimbang : 10 kg
TimbanganMeja(Beranger)
Piring Anak
T imbangan
Piring Muatan
(tembor)
Gambar 2.6 Timbangan pegas
-
11
2.4 Sensor Ultrasonik
Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan secara manual menggunakan
meteran badan. Namun, dalam pembuatan prototype Body Mass Index meter ini
digunakan sensor ultrasonik dengan prinsip konversi sinyal suara menjadi nilai
jarak antara sumber dan daerah pantulan.
Sensor mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik
dari sumber dengan frekuensi 40 kHz dengan waktu 200 us, kemudian pantulan
dari gelombang ultrasonik tersebut dideteksi oleh receiver. Sensor ultrasonik
memancarkan gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari mikrokontroller
pengendali.
Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik [5]
Tipe HY-SRF05
Tegangan 5 V
Arus Terkecil 4 mA
Frekuensi 40 kHz
Range Maksimum 4 m
Range Minimum 1 cm
Masukan Trigger 10 s Min. TTL level pulse
Echo Pulse Positive TTL level signal,
Dimensi 43mm x 20mm x 17mm
Gambar 2.7 Sensor Ultrasonik
-
12
2.5 Motor DC
Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan arus searah sebagai sumber
tenaga. Dengan memberikan suatu tegangan pada kedua terminal maka motor
akan bergerak satu arah, dan saat polaritas dari tegangan dibalik maka gerakan
motor akan berbalik pula. Mekanisme kerja [6] untuk seluruh jenis motor secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Jika ada arus listrik (I) yang mengalir dalam suatu medan magnet (B) maka
akan menghasilkan suatu gaya gaya (F).
2. Jika kawat sepanjang (L) yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah
lingkaran atau loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan
magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar atau torque untuk memutar
kumparan.
4. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan
tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh
susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan.
Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Motor DC
-
13
Besarnya gaya yang dihasilkan oleh motor DC sesuai dengan prinsip gaya Lorentz
yaitu dengan persamaan F = B.I.L , dengan B merupakan besarnya medan magnet,
I adalah besarnya arus yang mengalir dalam medan magnet dan L adalah panjang
kawat yang dialiri arus. Sedangkan arah putaran motor sesuai dengan kaidah
tangan kanan Lorentz.Untuk mengatur arah putaran motor dapat dilakukan dengan
mengubah polaritas dari arah arus yang dialirkan ke dalam medan magnet.
Biasanya digunakan rangkaian H-Bridge yang tersusun dari 4 buah transistor
untuk mengatur arah putaran motor. Namun ada suatu komponen yang sudah
tersedia di pasaran sebagai driver motor DC yaitu IC Driver L293D.
2.6 IC L293D
Integrated Circuit (IC) Driver L293D [7] merupakan suatu komponen elektronik
yang dapat digunakan untuk mengatur arah putaran dan kecepatan dari motor DC.
Terdiri dari 16 kaki dan dalam sebuah IC L293D dapat digunakan untuk
mengontrol 2 buah perangkat motor DC.
Gambar 2.9 Rangkaian IC Driver L293D
-
14
Gambar 2.10 Koneksi Pin IC Driver L293D
2.7 Microswitch
Microswitch [8] merupakan sebuah saklar elektronik yang apabila ditekan akan
memberikan suatu kondisi berbeda dengan kondisi awal, tergantung posisi saklar
tersebut ada pada Normally Open (NO) atau Normally Close (NC). Normally
Close adalah kondisi saat keadaan awal Keluaran bernilai high (1) atau switch
langsung terhubung. Sedangkan Normally Open adalah kondisi saat keadaan
keluaran awal bernilai low (0) atau switch tidak terhubung.
Gambar 2.11 Microswitch
-
15
2.8 Mikrokontroler
Data hasil pengukuran dari semua sistem diolah dalam sebuah mikrokontroller.
Mikrokokontroller yang digunakan pada pembuatan prototipe Body Mass Index
meter ini adalah mikrokontroler Arduino UNO. Arduino UNO adalah pengendali
mikro single-board yang bersifat open-source, Arduino UNO adalah board
berbasis mikrokontroler pada Atmega 328. Board ini memiliki 14 digital masukan
atau keluaran pin (dimana 6 pin dapat digunakan sebagai keluaran PWM), 6
masukan analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, saklar listrik tombol reset.
Pin-pin ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, hanya
terhubung ke komputer dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat dari
adaptor AC-DC atau baterai untuk menggunakannya. Pemrograman Arduino
UNO menggunakan bahasa C. Mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 2.12
2.9 Light Emitting Diode (LED)
Light Emitting Diode (LED) merupakan salah satu perangkat yang dapat
menghasilkan cahaya ketika terdapat arus listrik yang melewati katoda dan anoda
dalam perangkat tersebut. Projek akhir ini menggunakan LED sebagai indikator
untuk menentukan kondisi tubuh dari objek yang diukur BMI nya. Dua macam
LED digunakan sebagai indikator yaitu LED merah dan hijau. LED hijau
digunakan sebagai indikator tubuh ideal. LED merah digunakan sebagai indikator
tubuh yang kekurangan berat badan dan kelebihan berat badan.
Gambar 2.12 Arduino UNO
-
16
2.10 Liquid Crystal Display (LCD)
Liquid Crystal Display (LCD) adalah komponen elektronik yang digunakan untuk
menampilkan hasil keluaran secara digital dari suatu perangkat elektronik, bisa
berupa karakter, huruf, angka tergantung dari program yang dibuat. LCD adalah
lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening dengan elektroda
transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-segment dan lapisan
elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik
(tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan
elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal
depan dan polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan
reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul yang
telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi gelap dan
membentuk karakter data yang ingin ditampilkan. LCD yang digunakan dalam
projek akhir ini adalah LCD ukuran 4 x 16. Artinya adalah terdapat 4 kolom dan
16 baris dalam LCD tersebut.
Gambar 2.14 Liquid Crystal Display (LCD) 4 x 16
Gambar 2.13 LED
-
17
BAB III
RANCANG BANGUN ALAT
3 Rancang Bangun Alat Perangkat alat ukur Body Mass Index pada tugas akhir ini melibatkan perangkat
dari dua pengukuran secara langsung yaitu pengukuran massa dan pengukuran
panjang atau tinggi. Pengukuran massa tubuh menggunakan timbangan pegas
yang telah dimodifikasi sehingga memiliki keluaran digital. Pengukuran tinggi
tubuh menggunakan sensor ultrasonik HY-SRF05 (Ping) yang memancarkan dan
menangkap gelombang ultrasonik yang telah dipantulkan di bidang pantul. Waktu
yang dibutuhkan oleh gelombang tersebut untuk dipancarkan dan ditangkap
kembali akan dikonversi menjadi jarak yang merepresentasikan tinggi tubuh
seseorang pada acuan tertentu.
3.1 Pengukuran Massa Tubuh
Pengukuran massa tubuh ini dilakukan dengan digitalisasi timbangan pegas
pengukur massa tubuh yang biasa digunakan oleh masyarakat. Digitalisasi
dilakukan dengan mengkonversi nilai keluaran tegangan dari sensor magnet yang
terbaca di Arduino. Sensor Magnet yang diletakkan pada ujung batang penggerak
akan bergerak translasi mendekati dan menjauhi magnet silinder yang dipasang
statis pada jarak tertentu. Gerak translasi batang penggerak terjadi akibat beban
yang diterima lantai muatan memberikan tekanan pada pisau-pisau timbangan,
sehingga pegas pada timbangan meregang. Besarnya beban muatan akan
Pengukuran
massa tubuh
(Keluaran digital)
Pengukuran tinggi
tubuh (Keluaran
digital)
Mikrokontroller Display
Gambar 3.1 Blok Diagram Pengukuran BMI
-
18
berbandng lurus dengan regangan pegas, perubahan posisi dari batang yang
bergerak translasi, dan berbanding lurus juga dengan nilai keluaran dari sensor
magnet. Berikut ini adalah bagian bawah body prototipe yang menjadi dudukan
tempat timbangan pegas berada.
Gambar 3.2 Dudukan Timbangan Pegas
3.1.1 Komponen Penyusun
Komponen penyusun alat pengukur massa terdiri dari komponen utama dan
komponen modifikasi. Komponen utama terdiri dari timbangan pegas massa
tubuh yang sudah dijelaskan pada bagian 2.3. Komponen modifikasi terdiri dari
magnet dan sensor magnet serta mikrokontroler Arduino UNO sebagai
pengonversi analog ke digital. Berikut ini akan dijelaskan fungsi dari setiap
komponen modifikasi yang digunakan.
-
19
1. Sensor Hall A1302
Hall Effect [9] adalah fenomena yang terjadi apabila terdapat medan magnet
yang tegak lurus terhadap bahan konduktif strip tipis dan arus listrik mengalir
sepanjang strip, mobile charges yang membawa arus akan melayang pada satu
sisi saat mereka bergerak sepanjang strip. Contoh yang ditunjukkan pada
gambar berikut mengasumsikan bahwa logam adalah konduktif strip. Elektron
adalah mobile charges. Seperti Kondisi arus yang ditunjukkan dalam gambar,
elektron akan bergerak ke atas melalui strip. Karena terdapat medan magnet B,
ditunjukkan dalam gambar, elektron akan melayangmenuju tepi kanan strip.
Sensor Efek Hall adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur medan magnet. Keluaran dari sensor efek Hall berupa tegangan
yang proporsional dengan kekuatan medan magnet yang terukur. Gambar
berikut ini akan menunjukkan penggambaran konsep sensor efek hall.
Gambar 3.3 Efek Hall
-
20
Sensor Hall yang digunakan dalam perangkat pengukuran massa adalah sensor
A1302. Spesifikasi yang digunakan untuk projek akhir ini dicantumkan pada
Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302
Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302
Karakteristik (Simbol) Nilai (Unit)
Suplai Voltage (Vcc) 4.5 - 6 V
Suplai Current (Icc) 11 mA
Tegangan Keluaran (Vout) 4.65 4.7 V
Hambatan Keluaran (Rout) 2 5
Sensitivitas Magnetik (Sens) 1.0 1.6 mV/G
Error Sensitivitas Magnetik (Sens(v)) 3%
Gambar 3.4 Sensor Efek Hall
-
21
2. Magnet Silinder
3. Projek akhir ini menggunakan tiga buah magnet silinder. Magnet tersebut
digunakan untuk menciptakan medan magnet yang akan dideteksi oleh sensor
A1302. Tiga buah magnet silinder yang disatukan akan diletakkan pada
timbangan dan sejajar dengan sensor magnet. Saat ada timbangan diberi
muatan, maka pegas akan meregang, regangan pegas berbanding lurus dengan
gerak translasi batang penggerak yang diatasnya terdapat sensor magnet.
Perubahan jarak antara sensor dengan magnet akan mempengaruhi besarnya
medan magnet yang terdeteksi oleh sensor.
Gambar 3.5 Sensor Hall A1302
Gambar 3.6 Magnet Silinder
-
22
3.1.2 Perancangan Perangkat Pengukur Massa Tubuh
Pengukuran massa tubuh menggunakan prinsip modifikasi timbangan pegas.
Modifikasi tersebut menghasilkan keluaran berupa tegangan dari sensor A1302.
Tiga buah magnet yang disatukan diletakkan pada batang penggerak yang
bergerak translasi sesuai dengan seberapa besar massa yang terukur. Semakin
dekat magnet dengan sensor A1302 maka semakin besar medan magnet yang akan
terukur. Besaran medan magnet yang terukur oleh sensor A1302 akan sebanding
dengan keluaran tegangan analog yang terbaca pada arduino.
Keluaran tegangan analog tegangan yang dihasilkan oleh sensor A1302 akan
diubah oleh microcontroller Arduino UNO menjadi keluaran digital. Keluaran
digital tersebut akan diregresi dengan persamaan yang telah didapat dari kalibrasi
timbangan. Hasil regresi merupakan nilai beban dalam satuan massa (kg). Massa
tersebut akan ditunjukkan dalam display dan diolah dalam akuisisi data dengan
nilai tinggi tubuh untuk mengahsilkan Body Mass Index (BMI).
Gambar 3.7 Diagram Blok Proses Modifikasi Timbangan Pegas
Keluaran
Objek naik
ke lantai
muatan
Pisau-pisau
penyangga akan
menggerakkan pegas
Sensor
bergerak
mendekati
magnet
Sensor A1302
mengukur
medan magnet
Microcontroller
Arduino UNO
Regresi nilai digital
dalam satuan massa
Keluaran Tegangan
Display
Akuisisi Data
Nilai Massa (kg)
-
23
Gambar 3.8 Modifikasi Timbangan Pegas
3.2 Pengukuran Tinggi Tubuh
Pengukuran tinggi tubuh pada projek akhir ini menggunakan sensor ultrasonik
yang telah dijelaskan pada bagian 2.4. Sensor ultrasonik akan mengeluarkan
gelombang suara dan menerimanya kembali setelah gelombang tersebut
dipantulkan oleh bidang tertentu. Bidang yang digunakan adalah logam
alumunium yang dibentuk menyesuaikan bentuk body prototipe. Bidang pantul
akan bergerak sesuai dengan tinggi objek yang diukur. Sistem otomasi yang
digunakan untuk menggerakan bidang pantul menggunakan motor DC sebagai
penggerak dan microswitcher sebagai pengontrol motor.
Keluaran sensor berupa waktu lamanya gelombang suara untuk dipancarkan dan
diterima kembali setelah memantul pada bidang pantul. Waktu yang didapatkan
dari sensor ultrasonik akan dikonversi menjadi jarak dengan rumus
Keterangan :
s = Jarak antara sensor ultrasonik dengan objek yang dideteksi (cm)
v = cepat rambat gelombang ultrasonik di udara (34400cm/s)
tIN = selisih waktu pemancaran dan penerimaan pantulan gelombang(s)
Batang penggerak Sensor Magnet
Magnet
Pegas Timbangan
Pisau Timbangan
(3.1)
-
24
3.2.1 Komponen Penyusun
Penjelasan dan spesifikasi dari ultrasonik, motor DC, IC L293D dan
microswitcher telah dibahas pada bagian 2.4, 2.5,2.6 dan 2.7.
3.2.2 Perancangan Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh
Sensor ultrasonik akan diletakkan pada bagian atas body prototipe. Sedangkan
bidang pantul akan ditempatkan pada bagian bawah sensor dan terhubung dengan
ulir yang digerakkan oleh motor DC. Bidang pantul diletakkan pada bagian bawah
sensor dan terhubung dengan ulir yang digerakkan oleh motor DC. Bidang pantul
akan bergerak sesuai dengan sistem otomasi yang telah dirancang. Jadi sensor
ultrasonik akan mengukur waktu tempuh gelombang suara antara bagian paling
atas tempat sensor berada dan bidang pantul yang turun menyesuaikan tinggi
objek yang sedang diukur. Gambar dibawah ini akan menjelaskan sistem
pengukuran tinggi tubuh.
Gambar 3.9 Diagram Blok Pengukuran Tinggi Tubuh
Keluaran
Objek naik
ke lantai
muatan
Bidang
pantul turun
Bidang pantul
berhenti di objek
Sensor Ultrasonik
mengukur waktu
tempuh gelombang
Microcontroller
Arduino UNO
Regresi nilai digital
dalam satuan tinggi
(cm)
Keluaran Tegangan
Display
Akuisisi Data
Nilai Tinggi (cm)
-
25
Gambar 3.10 Sistem Pengukuran Tinggi Tubuh
3.2.3 Perancangan Perangkat Sistem Otomasi Pengukur Tinggi Tubuh
Perancangan sistem otomasi pengukuran tinggi tubuh menggunakan motor DC
sebagai penggerak dan microswitcher. Sistem ini berfungis menggerakkan dan
menghentikan bidang pantul. Bidang pantul berfungsi sangat penting dalam
pengukuran tinggi tubuh sehingga sistem ini bekerja secara otomatis untuk
meminimalisir kesalahan akibat operator.
Bidang Pantul
Display
Sensor Ultrasonik
Motor
Ulir
Jalur Gerak
penghalang
-
26
3.2.3.1 Sistem Kerja Motor DC dengan Driver L293D
Gambar 3.11 Skematik Rangkaian Hubungan Motor DC dan IC L293D
IC Driver L293D merupakan rangkaian jembatan H yang terdiri dari 4 buah
transistor yang berfungsi sebagai saklar untuk menggerakan motor DC secara
bolak-balik. Pada kaki 1,8, dan 16 dihubungkan ke supply dari arduino (5V)
sebagai suplai logic. Sedangkan pin 9 dihubungkan ke suplai tegangan 24 volt
untuk menggerakan motor. Pin 4, 5, 12, dan 13 dihubungkan ke ground. Pin 2,
dan 7 dihubungkan ke pin digital pada arduino untuk memberi perintah logic arah
putaran motor DC. Kemudian pin 3 driver dihubungkan ke kaki positif motor DC
dan dan pin 6 dihubungkan ke kaki negatif pada motor DC.
-
27
Saat pin 2 diberi nilai high dan pin 7 bernilai low maka dari arus dari suplai akan
mengalir ke pin positif motor DC (pin 3) sehingga motor berputar searah jarum
jam, Sedangkan saat pin 2 bernilai low dan pin 7 diberi nilai high maka motor
akan berputar dengan arah sebaliknya.
3.2.3.2 Sistem Otomasi Penggerak Bidang Pantul
Motor DC bergerak saat terdapat objek pada lantai muatan yang mempunyai
massa lebih dari 20 kg. Motor DC yang dihubungkan dengan ulir akan bergerak
memutar ulir. Dudukan penghalang terhubung dengan sebuah mur yang terpasang
di ulir dan ukurannya pas dengan jalur gerak penghalang. Ulir terpasang dalam
posisi yang tetap dan terpasang dengan bearing. Saat motor berputar maka ulir
ikut berputar, karena ulir terpasang pada posisi tetap maka mur yang terhubung
dengan penghalang akan bergerak ke atas ataupun ke bawah sesuai arah putaran
motor. Pada ujung penghalang terdapat sebuah Microswitcher yang berfungsi
sebagai pengontrol motor. saat microswitcher menyentuh bagian paling atas objek
(kepala) maka akan memberi masukan high pada microcontroller, microswitcher
memberikan perintah berhenti pada motor DC sehingga bidang pantul akan
berhenti tegak lurus tepat dengan kepala objek. Jarak antara bidang pantul yang
mengenai kepala objek dan lantai muatan timbangan merupakan nilai tinggi badan
objek yang terukur. Hasil pengukuran sensor akan diolah oleh mikrokontroler
Arduino UNO dan ditampilkan pada display. Diagram alir pemrograman dapat
dilihat pada Gambar 3.12.
-
28
Mulai
Selesai
Objek naik ke
lantai muatan
Objek naik ke
lantai muatan
Massa objek
> 20 kg
Microswitcher
menyentuh objek
Motor bergerak
Bidang pantul turun
Bidang pantul berhenti
Sensor ultrasonik mengukur
waktu tempuh gelombang (tIN)
IN
2
Konversi waktu menjadi jarak
Tinggi tubuh = 200 - s
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Gambar 3.12 Diagram Alir Sistem Otomasi Pengukuran Tinggi Tubuh
-
29
3.3 Desain Pengukuran Body Mass Index (BMI)
Akuisisi data pengukuran projek akhir ini adalah menggabungkan data hasil
pengukuran massa tubuh dengan tinggi tubuh. Seperti yang sudah dijelaskan pada
subbab 2.1, kedua hasil pengukuran dapat menghasilkan BMI dengan rumus
tertentu.
3.3.1 Desain Mekanik Perangkat Pengukur BMI
Konstruksi mekanik dari prototipe Body Mass Index sebagian besar dibuat dari
bahan Aluminium, Untuk batang ulir pada sistem otomasi motor terbuat dari baja,
sedangkan display prototipe terbuat dari acrylic. sebagai tambahan, alas dudukan
timbangan terbuat dari bahan kayu.
Gambar 3.13 Desain Mekanik Alat Ukur BMI
Dudukan
Perangkat
Pengukur
Massa Tubuh
Tiang
Utama
Dudukan
Perangkat
Pengukur Tinggi
Tubuh
-
30
3.3.2 Desain Rangkaian Elektronik Perangkat Pengukur BMI
Perangkat alat ukur Body Mass Index (BMI) terdiri dari gabungan perangkat
pengukuran massa dan tinggi tubuh serta mikrokontroler Arduino UNO.
Komponen-komponen tersebut selanjutnya dirangkai sehingga sesuai dengan
skematik berikut.
3.3.3 Algoritma Pengukuran BMI
Algoritma pengukuran BMI merupakan lanjutan dari data hasil pengukuran massa
dan tinggi tubuh yang diakuisisi menggunakan mikrokontroler Arduino UNO dan
ditampilkan pada display juga menyalakan indikator LED. Warna dan letak LED
akan menjadi indikator kondisi tubuh yang telah ditentukan oleh BMI. LED
merah akan menyala apabila objek yang terukur memiliki BMI dengan kondisi
Gambar 3.14 Rangkaian Skematik Sistem Pengukuran BMI
-
31
Underweight dan Overweight . Adapun LED hijau akan menyala apbila objek
yang terukur memiliki BMI dengan kategori ideal. Diagram alir pemrograman
dapat dilihat pada Gambar 3.15
Ya
Tidak
Tidak Tidak
Ya Ya
Ya
Cetak nilai
Cetak nilai
Cetak nilai
LED merah di
gambar kiri
menyala
LED hijau di
gambar tengah
menyala
LED merah di
gambar kanan
menyala
Selesai
BMI
18,5
-
32
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
4 Pengujian dan Analisis
4.1 Pengujian Alat Ukur
Pengujian alat ukur pada projek akhir ini menjelaskan mengenai proses
pengambilan data mulai dari data kalibrasi sampai pengujian alat ukur secara
keseluruhan. Berikut ini akan dijelaskan proses-proses pengujian yang dilakukan
dalam projek akhir ini.
4.1.1 Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh
Pengujian perangkat pengukur massa tubuh meliputi karakterisasi sensor magnet,
pengujian histerisis alat ukur dan pengujian kebenaran penunjukan. Standar yang
digunakan adalah anak timbangan kelas M1. Berikut ini akan dijelaskan prosedur
serta pengolahan data kalibrasi dan pengujiannya.
Prosedur Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh adalah sebagai berikut
1. Mempersiapkan Prototype dan standar yang digunakan
2. Mengondisikan agar penunjukan awal nol
3. Menaikkan standar ke lantai muatan
4. Mencatat hasil yang terukur
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan nilai muatan yang berbeda.
4.1.1.1 Karakterisasi Sensor Magnet Menggunakan Massa Standar
Karakterisasi sensor Magnet dilakukan untuk mengetahui keluaran sensor magnet
yang dihubungkan dengan Arduino saat timbangan diberi muatan tertentu. Muatan
yang digunakan adalah anak timbangan standar kelas M1. Besarnya keluaran
tegangan analog yang terbaca sebanding dengan besarnya medan magnet yang
terdeteksi sensor.
Karena data yang dihasilkan tidak linear, sehingga dilakukan regresi dengan
menggunakan perangkat lunak MATLAB. Regresi yang digunakan adalah regresi
sinusoidal dengan orde 3. Hasil Regresi ditampilkan dalam grafik sebagai berikut
-
33
Gambar 4.1 Grafik Karakterisasi Magnet
Dari regresi sinusoidal ini diperoleh persamaan konversi sebagai berikut :
22
Variabel y merupakan nilai konversi massa yang dihasilkan, sedangkan variabel x
merupakan nilai keluaran tegangan analog yang terbaca pada Arduino. Dari
persamaan diatas diperoleh nilai R sebesar 0.9987.
Regresi sinusoidal ini digunakan karena data yang dihasilkan tidak linear.Saat
digunakan regresi polinomial pada orde lebih dari 3, hasil regresi cukup bagus.
Namun, saat persamaan tersebut dimasukkan ke dalam arduino, data tidak bisa
diolah karena melebihi kemampuan tipe data yang telah digunakan. Tipe data
yang digunakan adalah int, long, dan long int.
4.1.1.2 Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh
Pengujian histerisis dilakukan dengan uji naik dan uji turun dengan perubahan
besar muatan yang konstan. Data hasil pengujian adalah sebagai berikut :
(4.1)
-
34
Gambar 4.2 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Outuput Analog
Dari Grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas keluaran tegangan
analog arduino terhadap kenaikan massa standar kelipatan 20 kg adalah 1.613 dan
nilai R adalah 0.913. sedangkan pada pengukuran turun nilai sensitivitas sebesar
1.621 dan nilai R sebesar 0.927.
Besarnya nilai Histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut
Saat pengukuran naik y =0, maka x = -314.817
Saat pengukuran turun y =0, maka x = -313.14
Histerisis = | (-314.817)-(-313.14)| = 1.677
Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun
diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data cukup linear, sedangkan nilai histerisis
masih cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan pengukuran turun
berbeda.
Naik y = 1.613x + 507.8
R = 0.927
Turun y = 1.621x + 507.6
R = 0.913
500,00
520,00
540,00
560,00
580,00
600,00
620,00
640,00
660,00
680,00
700,00
0 20 40 60 80 100 120
Ou
tpu
t A
nal
og
Ard
uin
o
Massa Standar (kg)
Pengukuran Naik
Pengukuran Turun
-
35
Gambar 4.3 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Penunjukkan Massa di
Display Alat Ukur Massa Tubuh
Dari grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas hasil penunjukan
display terhadap kenaikan massa standar kelipatan 20 kg adalah 0.999 dan nilai R
adalah 0.999. sedangkan pada pengukuran turun nilai sensitivitas sebesar 1.019
dan nilai R sebesar 0.998.
Besarnya nilai histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut
Saat pengukuran naik y =0, maka x = -0.492
Saat pengukuran turun y =0, maka x = 0.934
Histerisis = | (-0.492)-0.934| = 1.426
Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun
diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data hasil pengukuran linear, sedangkan
nilai histerisis masih cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan
pengukuran turun berbeda. Perbedaan pengukuran ini disebabkan karena posisi
magnet saat perubahan beban yang kurang stabil. Sedikit saja perubahan posisi
magnet akan mempengaruhi keluaran tegangan analog Arduino ikut berbubah dan
nilai terukur pada display juga berubah.
Naik y = 0.999x + 0.492
R = 0.999
Turun y = 1.019x - 0.952
R = 0.998
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0 20 40 60 80 100 120
Mas
sa A
lat
(kg)
Massa Standar (kg)
PengukuranNaik
PengukuranTurun
-
36
4.1.1.3 Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh
Pengujian kebenaran penunjukan alat ukur massa tubuh dilakukan pada 17 titik
pengukuran dengan selisih 5 kg untuk setiap titik pengukuran. Data pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berikut ini spesifikasi prototipe timbangan.
Massa maksimum = 100 kg
Interval skala (e) = 1 kg
Jumlah interval skala = 100kg/1kg = 100
Kelas timbangan = 4 (biasa)
Minimum menimbang = 10e = 10 kg
Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh
Muatan (L)
standar (kg)
Penunjukan (kg) Kesalahan penunjukan
(kg)
Error (%)
E(%)=|E/L|*100
Display (IL)
Imbuh
(L)
Sebenarnya E = IL+0,5e -L - L ( IL + 0,5e - L)
20 19 1.9 17.6 -2.4 12.0
17 1.4 16.1 -3.9 19.5
21 0.8 20.7 0.7 3.50
25 24 1.1 23.4 -1.6 6.40
22 0.3 22.2 -2.8 11.2
24 0.9 23.6 -1.4 5.60
30 28 0.6 27.9 -2.1 7.00
28 0.4 28.1 -1.9 6.33
32 0.4 32.1 2.1 7.00
35 34 0.9 33.6 -1.4 4.00
34 0.3 34.2 -0.8 2.29
37 0.7 36.8 1.8 5.14
40 39 0.8 38.7 -1.3 3.25
40 0.8 39.7 -0.3 0.75
40 0.9 39.6 -0.4 1.00
45 44 0.9 43.6 -1.4 3.11
44 0.6 43.9 -1.1 2.44
44 1.4 43.1 -1.9 4.22
-
37
Muatan (L)
standar (kg)
Penunjukan (kg) Kesalahan penunjukan
(kg)
Error (%)
E(%)=|E/L|*100
Display (IL)
Imbuh
(L)
Sebenarnya E = IL+0,5e -L L ( IL + 0,5e - L)
55 54 0.5 54 -1 1.82
56 0.9 55.6 0.6 1.09
53 0.9 52.6 -2.4 4.36
60 59 1.4 58.1 -1.9 3.17
59 0.5 59 -1 1.67
58 1.4 57.1 -2.9 4.83
65 63 1.2 62.3 -2.7 4.15
64 0.7 63.8 -1.2 1.85
63 0.2 63.3 -1.7 2.62
70 68 0.9 67.6 -2.4 3.43
68 0.1 68.4 -1.6 2.29
73 0.2 73.3 3.3 4.71
75 73 0.8 72.7 -2.3 3.07
75 0.7 74.8 -0.2 0.27
74 0.2 74.3 -0.7 0.93
80 81 0.4 81.1 1.1 1.37
84 0.4 84.1 4.1 5.12
83 0.1 83.4 3.4 4.25
85 87 0.2 87.3 2.3 2.71
88 0.2 88.3 3.3 3.88
90 2 88.5 3.5 4.12
90 92 0.4 92.1 2.1 2.33
91 1.4 90.1 0.1 0.11
91 1.2 90.3 0.3 0.33
95 96 3.7 92.8 -2.2 2.32
93 2 91.5 -3.5 3.68
92 1 91.5 -3.5 3.68
100 104 0.2 104.3 4.3 4.30
98 0.4 98.1 -1.9 1.90
98 0.2 98.3 -1.7 1.70
Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh (Lanjutan)
Masuk dalam rentang BKD
-
38
Batas Kesalahan yang Diizinkan sesuai prosedur untuk rentang 0 kg 50 kg
sebesar 0.5 kg dan untuk rentang 51 kg 200 kg sebesar 1 kg. Dari hasil
pengujian hanya sedikit data yang berada dalam rentang BKD.
Pemgolahan data terdiri dari beberapa karakteristik statik. Beberapa parameter
karakteristik statik diantaranya yaitu :
1. Bias
Bias adalah perbedaan harga rata-rata keluaran alat ukur dengan harga benar
untuk masukan yang sama. Bias menunjukan kecenderungan nilai pengukuran
yang lebih besar atau lebih kecil dari suatu alat ukur dibandingkan dengan alat
ukur standar. Persamaan untuk menentukan nilai bias ditunjukan sebagai
berikut.
Bias | | (4.2)
(4.3)
: Nilai rata-rata pengukuran
: Nilai Pengukuran
: Jumlah data
2. Akurasi
Akurasi atau ketelitian adalah derajat kedekatan harga penunjukan alat ukur
dengan harga penunjukan alat ukur standar yang dianggap benar. Akurasi
menunjukan seberapa dekat hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang
dengan nilai yang sebenarnya.
Akurasi =(
) (4.4)
(4.5)
: Standar deviasi
: Nilai pengukuran standar
3. Presisi
-
39
Presisi atau ketepatan adalah derajat kedekatan dalam satu kelompok data
pengukuran. Presisi menunjukan kemampuan alat ukur memberikan hasil
pengukuran yang konsisten pada pengukuran secara berulang.
Presisi = (
) (4.6)
4. Kesalahan
Kesalahan adalah perbedaan antara nilai keluaran dengan harga benar suatu
standar.
Kesalahan = (
) (4.7)
Dari Tabel 4.2 bisa diketahui nilai standar deviasi rata-rata, standar deviasi, bias,
kesalahan, akurasi, dan presisi untuk setiap titik pengukuran sebagai berikut
Tabel 4.2 Pengolahan Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh
Muatan
(kg)
Rata2
penunjukan
sebenarnya
(kg)
Standar
Deviasi
(kg)
Bias
(kg)
Kesalahan
(%)
Akurasi
(%)
Presisi
(%)
20 18.13 2.35 1.87 44.52 55.47 61.19
25 23.07 0.76 1.93 16.82 83.18 90.15
30 29.37 2.37 0.63 25.80 74.19 75.80
35 34.87 1.70 0.13 14.96 85.03 85.36
40 39.33 0.55 0.67 5.797 94.20 95.79
45 43.53 0.40 1.47 5.953 94.04 97.21
50 48.97 1.76 1.03 12.60 87.39 89.24
55 54.07 1.50 0.93 9.885 90.11 91.67
60 58.07 0.95 1.93 7.974 92.02 95.09
65 63.13 0.76 1.87 6.396 93.60 96.37
70 69.77 3.08 0.23 13.56 86.44 86.73
75 73.93 1.09 1.07 5.810 94.18 95.54
80 82.87 1.57 -2.87 2.302 97.69 94.31
85 88.03 0.64 -3.03 1.299 98.70 97.80
90 90.83 1.10 -0.83 2.745 97.25 96.36
95 91.93 0.75 3.07 5.598 94.40 97.55
100 100.23 3.52 -0.23 10.33 89.66 89.45
-
40
Dari data di Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat diketahui untuk pengukuran rentang
yang kecil yaitu antara 20 kg 40 kg memiliki nilai kesalahan yang cukup besar.
Hal ini terjadi karena pada saat pengukuran di bawah rentang 40 kg kenaikan
skala belum stabil, yaitu di rentang 2 kg untuk tiap perubahan skala karena
menyesuaikan nilai keluaran tegangan analog dari sensor yang terbaca pada
Arduino UNO. Perubahan yang tidak stabil pada rentang pengukuran kecil terjadi
karena pada jarak tertentu yang relatif lebih jauh, medan magnet yang terdeteksi
oleh sensor kecil dan untuk setiap perubahan jarak tertentu, besarnya medan
magnet yang terdeteksi tidak linear seperti pada karakterisasi sensor magnet yang
dilakukan.
4.1.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh
Pengujian perangkat alat ukur tinggi tubuh dilakukan 2 kali pengujian yaitu
pengujian histerisis dan pengujian kebenaran penunjukan. Standar yang digunakan
sebagai pembanding adalah Laser Distance Leica Disto A6 dengan spesifikasi
rentang pengukuran 0.05 m sampai 200 m dan akurasi 1,5 mm.
Gambar 4.4 Laser Distance Meter
Prosedur pengujian prototipe pengukur tinggi tubuh adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan prototipe dan standar pembanding
2. Meletakkan standar pembanding tegak lurus lantai muatan dan menempel
pada permukaan dudukan timbangan.
3. Menjalankan sistem otomasi prototipe pengukur tinggi tubuh.
-
41
4. Mengontrol sistem agar alat ukur berhenti tiap perubahan 1 cm, baik pada
saat pengukuran naik maupun pengukuran turun.
5. Mengambil data menggunakan standar pembanding untuk setiap
perubahan 1 cm
6. Mencatat hasil pengukuran yang didapatkan.
4.1.2.1 Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh
Pengujian Histerisis alat ukur tinggi tubuh dilakukan dengan pengujian naik dan
pengujian turun dari alat ukur, dengan rentang pengukuran dari 145 cm 190 cm,
dan untuk setiap perubahan jarak 1 cm. setiap perubahan jarak pengukuran
sebanding dengan 7 putaran motor. Dari pengujian histerisis, diperoleh grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.5 Grafik Histerisis Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh
Dari grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas dari alat penunjukan
alat ukur dengan pembanding laser distance adalah 1.020 dan nilai R adalah
0.999. sedangkan pada pengukuran turun sensitivitasnya sebesar 1.038 dan nilai R
sebesar 0.999.
Besarnya nilai histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut
Saat pengukuran naik y =0, maka x = 3.36
Turun y = 1.038x - 6.162
R = 0.999
Naik y = 1.020x - 3.403
R = 0.999
140
150
160
170
180
190
200
140 150 160 170 180 190 200
Lase
r D
ista
nce
(cm
)
Alat Ukur (cm)
PengujianTurun
PengujianNaik
-
42
Saat pengukuran turun y =0, maka x = 5.93
Histerisis = | 3.36-5.936| = 2.57
Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun
diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data linear, sedangkan nilai histerisis masih
cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan pengukuran turun berbeda.
4.1.2.2 Pengujian Kebenaran Penunjukkan Alat Ukur Tinggi Tubuh
Pada pengujian kebenaran prototipe tinggi badan dilakukan 3 kali pengulangan
pada masing-masing titik pengukuran. Berikut adalah tabel rata-rata dari hasil
pengujian dan kesalahan hasil pengukuran.
Tabel 4.3 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi
Alat
Ukur
(cm)
Rata2
Standar
(cm)
Error
(cm) Error (%)
190 190.50 0.50 0.26
189 189.73 0.73 0.39
188 188.70 0.70 0.37
187 187.63 0.63 0.34
186 186.73 0.73 0.39
185 185.57 0.57 0.31
184 184.57 0.57 0.31
183 183.67 0.67 0.36
182 182.50 0.50 0.27
181 181.60 0.60 0.33
180 180.53 0.53 0.30
179 179.70 0.70 0.39
178 178.40 0.40 0.22
177 177.00 0.00 0.00
176 176.13 0.13 0.08
175 175.10 0.10 0.06
174 174.23 0.23 0.13
173 173.20 0.20 0.12
172 172.17 0.17 0.10
171 171.17 0.17 0.10
170 170.07 0.07 0.04
169 169.07 0.07 0.04
-
43
Alat Ukur (cm)
Rata2 Standar
(cm)
Error (cm)
Error (%)
168 168.00 0.00 0.00
167 167.00 0.00 0.00
165 165.03 0.03 0.02
164 164.07 0.07 0.04
163 163.07 0.07 0.04
162 162.20 0.20 0.12
161 161.10 0.10 0.06
160 160.17 0.17 0.10
159 159.17 0.17 0.10
158 158.03 0.03 0.02
157 157.10 0.10 0.06
156 156.00 0.00 0.00
155 154.93 -0.07 0.04
154 153.87 -0.13 0.09
153 152.77 -0.23 0.15
152 151.90 -0.10 0.07
151 150.93 -0.07 0.04
150 149.43 -0.57 0.38
149 148.47 -0.53 0.36
148 147.53 -0.47 0.32
147 146.47 -0.53 0.36
146 145.43 -0.57 0.39
145 144.70 -0.30 0.21
Data hasil pengujian kebenaran perangkat pengukur tinggi tubuh yang diperoleh
menunjukkan hasil yang cukup bagus. Selisih hasil pengukuran maksimum adalah
0.73 cm, persentase kesalahan maksimum yang didapat adalah 0.39 %.
4.1.3 Pengujian Alat Ukur Body Mass Index (BMI)
Setelah dilakukan pengujian masing-masing perangkat, dilakukan pengujian
dengan menggabungkan semua perangkat. Pengujian dilakukan dengan
mengambil data dari beberapa sampel orang dari rentang tinggi badan 145-190
dan berat badan dari ren 45 kg 100 kg. Untuk alat ukur pembanding, sebagai
acuan digunakan Timbangan elektronik kelas III yang sudah dilakukan pengujian
untuk pengukur massa tubuh dan Laser Distance Leica Disto A6 untuk pengukur
tinggi tubuh.
Tabel 4.4 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi (Lanjutan)
-
44
Gambar 4.6 Timbangan Acuan
Prosedur pengujian alat ukur Body Mass Index adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan prototipe dan alat ukur pembanding
2. Objek yang akan diukur melepaskan semua benda pada tubuh yang dapat
menambah massa, seperti sepatu dll.
3. Objek ukur naik ke lantai muatan alat ukur dengan posisi badan yang
tegap serta kepala tegak lurus ke depan.
4. Sistem alat akan mulai bekerja jika massa tubuh sampel yang terukur >20
kg.
5. Penghalang untuk pengukuran tinggi badan secara otomatis akan turun
sampai switch menekan kepala sampel/objek.
6. Setelah switch menyentuh kepala objek maka sistem akan berhenti dan
nilai hasil pengukuran tinggi dan berat badan dan nilai BMI objek akan
ditampilkan pada display LCD.
7. Indikator LED pada display akan menyala sesuai klasifikasi BMI yang
sudah ditentukan.
8. Saat penghalang berhenti ukur jarak antara lantai muatan dan penghalang
yang tegak lurus kepala objek
9. Kemudian Mencatat hasil pengukuran yang diperoleh dari prototipe
10. Objek turun dari lantai muatan prototipe.
11. Objek Menimbang kembali ke Timbangan elektronik acuan
12. Mencatat dan Membandingkan hasil pengukuran prototipe dengan hasil
dari alat ukur acuan.
-
45
Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran BMI
Tabel 4.5 Pengolahan Data Pengukuran BMI
Sampel ke-
Error Error (%)
Tinggi Massa BMI Tinggi Massa BMI
1 0.2 0.4 0.11 0.13 0.69 0.42
2 0.6 1.4 0.42 0.40 2.43 1.61
3 0.7 3.2 1.36 0.42 6.56 7.47
4 0.3 7.5 2.69 0.18 9.20 8.91
5 0.4 6.6 2.28 0.24 8.09 7.64
6 0.7 3.4 1.43 0.42 5.70 6.60
7 1.3 1.3 0.07 0.78 1.82 0.27
8 0.7 0.9 0.51 0.42 1.52 2.38
9 0.3 0.9 0.39 0.18 1.83 2.20
10 0.5 4.0 1.27 0.30 5.80 5.17
11 0.5 4.9 1.89 0.30 9.98 10.6
12 1.1 9.4 3.51 0.65 19.3 20.9
13 0.2 4.8 0.92 0.12 9.80 5.52
14 0.4 0.5 0.06 0.23 0.73 0.27
15 0.4 5.1 1.60 0.23 7.48 7.06
16 0.2 0.9 0.35 0.11 1.32 1.55
Sampel ke-
Prototipe Alat Ukur Acuan
Tinggi (cm)
Massa (kg)
BMI Kategori Tinggi (cm)
Massa (kg)
BMI Kategori
1 149 58 26.12 Overweight 148.8 57.6 26.01 Overweight
2 150 59 26.22 Overweight 149.4 57.6 25.81 Overweight
3 163 52 19.57 Normal 163.7 48.8 18.21 Underweight
4 164 74 27.50 Overweight 164.3 81.5 30.19 Overweight
5 165 75 27.55 Overweight 165.4 81.6 29.83 Overweight
6 165 63 23.14 Normal 165.7 59.6 21.71 Normal
7 165 70 25.71 Overweight 166.3 71.3 25.78 Overweight
8 166 60 21.77 Normal 166.7 59.1 21.27 Normal
9 166 50 18.14 Underweight 166.3 49.1 17.75 Underweight
10 166 64 23.25 Normal 166.5 68.0 24.52 Normal
11 166 54 19.60 Normal 166.5 49.1 17.71 Underweight
12 169 58 20.31 Normal 170.1 48.6 16.80 Underweight
13 171 46 15.73 Underweight 171.2 48.8 16.65 Underweight
14 173 68 22.72 Normal 173.4 68.5 22.78 Normal
15 173 63 21.05 Normal 173.4 68.1 22.65 Normal
16 174 69 22.79 Normal 174.2 68.1 22.44 Normal
-
46
Data yang diperoleh dari hasil pengujian belum cukup bagus khususnya pada
pengukuran massa tubuh. Kesalahan pengukuran massa tubuh dari sistem
gabungan cukup tinggi.
4.2 Analisis
Kesalahan pengukuran Body Mass Index (BMI) pada prototipe projek akhir ini
cukup besar. Kesalahan yang cukup signifikan berasal dari alat ukur massa atau
bagian modifikasi timbangan. Kesalahan hasil pengukuran pada timbangan
dikarenakan karakteristik dari sensor efek hall yang sangat sensitif apabila terjadi
sedikit perubahan posisi. Pemasangan timbangan pegas pada kerangka prototipe
juga sangat berpengaruh. Karena konstruksi tempat dudukan timbangan memiliki
ukuran yang pas, sebagian tekanan dari objek teredam oleh kerangka sehingga
hasil pengujian timbangan di dalam dan di luar kerangka prototipe menjadi
berbeda. Perubahan tersebut mempengaruhi nilai keluaran tegangan analog yang
terbaca pada arduino, sehingga berpengaruh juga terhadap nilai konversi yang
ditampilkan dalam display LCD. Selain itu pengaruh medan magnet di sekitar
sensor juga sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran.
Untuk hasil pengukuran tinggi tubuh menggunakan sensor ultrasonik sudah cukup
bagus, kesalahan pada hasil pengukuran disebabkan karena resolusi dari alat ukur
acuan yang digunakan sebagai pembanding lebih kecil yaitu 1 mm, sedangkan
resolusi pada prototipe adalah 1 cm. Selisih dari hasil penunjukan prototipe dan
alat ukur pembanding ini yang menyebabkan terjadinya error. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan hasil pengukuran adalah posisi motor DC yang
berdekatan dengan sensor ultrasonik, sehingga saat motor berputar, secara tidak
langsung akan mempengaruhi hasil pengukuran sensor ultrasonik.
Pada sistem mekanik prototipe, waktu yang dibutuhkan penghalang untuk
bergerak naik turun pada sistem otomasi pengukuran tinggi tubuh masih cukup
lama. Untuk setiap perubahan 1 cm dibutuhkan waktu sekitar 5 sekon yang setara
dengan 7 putaran motor. Hal ini terjadi karena kekuatan dari motor DC yang
hanya mampu menerima arus yang kecil. Tegangan maksimum dari motor DC
-
47
yang digunakan adalah 24 V. Saat motor DC diuji menggunakan suplai voltage
dan diberi masukan tegangan maksimum arus yang terukur adalah 0.08 A. Faktor
lain yang mempengaruhi kecepatan gerak penghalang adalah gesekan antara
dudukan penghalang dan lintasan pada tiang utama.
-
48
BAB V
PENUTUP
5 Penutup
5.1 Simpulan
Dari hasil perancangan dan pengujian prototipe pada proyek akhir ini dapat
disimpulkan beberapa hal.
1. Prototipe pengukur Body Mass Index (BMI) telah berhasil dibuat dengan
menggabungkan pengukuran massa tubuh dan tinggi tubuh secara otomatis.
2. Rentang pengukuran adalah massa tubuh 30 kg hingga 100 kg dan tinggi
tubuh 145 cm hingga 190 cm.
3. Konversi nilai output analog sensor magnet ke dalam nilai massa
menggunakan persamaan
22
4. Pengujian kebenaran alat ukur massa tubuh menunjukkan pengukuran rentang
yang kecil yaitu antara 20 kg 40 kg memiliki nilai kesalahan yang cukup
besar hingga 25.80%. Adapun pengujian kebenaran alat ukur tinggi tubuh
menunjukkan nilai yang baik karena kesalahan terbesar hanya 0.39%.
5. Kesalahan pengukuran BMI dan pengelompokannya berasal dari kesalahan
pengukuran massa tubuh yang cukup besar. Kesalahan tersebut disebabkan
oleh sensor efek hall yang sangat sensitif apabila terjadi perubahan posisi
walaupun hanya sedikit. Selain itu sebagian tekanan teredam oleh kerangka
prototipe karena dudukan tempat timbangan sangat pas sehingga hasil
pengujian timbangan di dalam dan di luar kerangka prototipe berbeda.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
performa prototipe adalah:
1. Meningkatkan kestabilan sensor hall A1302 untuk mendapatkan hasil
pengukuran massa tubuh yang lebih akurat.
2. Menggunakan motor DC dengan arus lebih besar sehingga memiliki torsi yang
lebih besar untuk meningkatkan kecepatan turunnya bidang pantul.
-
49
3. Membuat konstruksi dudukan tempat timbangan menjadi lebih stabil dan tidak
terlalu pas dengan timbangan untuk mencegah terjadinya perbedaan pengujian
timbangan di dalam dan di luar dudukan timbangan.
-
50
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
[1] The Lancet, "Appropriate body-mass index for Asian populations and its
implications for policy and intervention strategies," Public Health, vol. 363, p.
1, 2004.
[2] National Obesity Observatory, "Body Mass Index as Measure of Obesity,"
Associaton of Public Health Observatories, pp. 2-3, 2009.
[3] USDA, "Body Mass Index and Health," A Publication of the USDA Center for
Nutrition Policy and Promotion, p. 1, 2000.
[4] PPSDMK, Modul Praktikum SIstem Pengukuran Massa, Cimahi: BALAI
DIKLAT METROLOGI , 2012.
[5] DisiWare, "PING))) Ultrasonik Range Finder," Application Note, p. 1, 2007.
[6] S. M. Hasbullah, "Motor Arus Searah," Teknik Elektro FPTK UPI, Bandung,
2010.
[7] STMicroelectronics, "PUSH-PULL FOUR CHANNEL DRIVER WITH
DIODES," L293D L293DD, pp. 1-6, 2003.
[8] HoneyWell, "MICRO SWITCH Basic Switches," Sensing, pp. 1-6, 2009.
[9] G. Pepka, "Position and Level Sensing Using," Application Information, vol.
1, pp. 1-6, 2006.
-
51
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENGUJIAN
LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN A. Pengujian
A.1 Pengujian Alat Ukur Massa Tubuh
A. Pengujian Karakterisasi Sensor Magnet
A.1 Data Hasil Pengujian Karakterisasi Sensor Magnet (Efek Hall)
Standar
(kg)
Keluaran tegangan analog
Arduino Tegangan (volt)
I II Rata-
rata I II Rata-rata
0 527 527 527 2.57575758 2.575758 2.575758
5 529 529 529 2.58553275 2.585533 2.585533
10 531 531 531 2.59530792 2.595308 2.595308
15 534 534 534 2.60997067 2.609971 2.609971
20 537 537 537 2.62463343 2.624633 2.624633
25 541 541 541 2.64418377 2.644184 2.644184
30 544 544 544 2.65884653 2.658847 2.658847
35 548 548 548 2.67839687 2.678397 2.678397
40 553 553 553 2.7028348 2.702835 2.702835
45 559 559 559 2.73216031 2.73216 2.73216
50 566 566 566 2.76637341 2.766373 2.766373
55 574 574 574 2.8054741 2.805474 2.805474
60 583 583 583 2.84946237 2.849462 2.849462
65 594 594 594 2.90322581 2.903226 2.903226
70 607 607 607 2.96676442 2.966764 2.966764
75 623 623 623 3.04496579 3.044966 3.044966
76 627 627 627 3.06451613 3.064516 3.064516
77 631 631 631 3.08406647 3.084066 3.084066
78 634 634 634 3.09872923 3.098729 3.098729
79 639 639 639 3.12316716 3.123167 3.123167
80 643 643 643 3.1427175 3.142717 3.142717
100 678 678 678 3.31378299 3.313783 3.313783
110 717 717 717 3.50439883 3.504399 3.504399
120 788 788 788 3.8514174 3.851417 3.851417
-
52
B. Pengujian Histerisis Alat Ukur Tubuh
A.2 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh
Standar
(kg)
Naik Turun
Keluaran
tegangan analog
Arduino
Penunjukan Alat
(kg)
Keluaran
tegangan analog
Arduino
Penunjukan Alat
(kg)
0
527 0 528 0
528 0 530 0
528 0 532 0
20
538 21 535 16
538 21 538 21
539 22 536 17
40
555 42 551 39
554 41 555 42
550 37 551 39
60
590 62 582 59
588 61 585 60
577 57 580 58
80
647 84 648 84
646 83 650 85
633 78 641 81
100
688 101 688 101
680 98 680 98
687 100 687 100
A.3 Data Rata-Rata Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh
Standar
Naik Turun
Keluaran
tegangan
analog
Arduino
Penunjukan Alat
(kg)
Keluaran
tegangan
analog
Arduino
Penunjukan Alat
(kg)
0 527.67 0.00 530.00 0.00
20 538.33 21.33 536.33 18.00
40 553.00 40.00 552.33 40.00
60 585.00 60.00 582.33 59.00
80 642.00 81.67 646.33 83.33
100 685.00 99.67 685.00 99.67
-
53
A.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh
A. Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh
A.4 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh
Alat
Ukur
(cm)
Turun Naik
Laser Distance
Meter (cm)
Error
(cm)
Error
(%)
Laser Distance
Meter (cm)
Error
(cm)
Error
(%)
190 190.7 -0.7 -0.37 190.3 -0.3 -0.16
189 190.2 -1.2 -0.63 189.4 -0.4 -0.21
188 189.0 -1.0 -0.53 188.6 -0.6 -0.32
187 188.1 -1.1 -0.58 187.3 -0.3 -0.16
186 187.1 -1.1 -0.59 186.4 -0.4 -0.21
185 185.9 -0.9 -0.48 185.2 -0.2 -0.11
184 184.8 -0.8 -0.43 184.5 -0.5 -0.27
183 185.0 -2.0 -1.08 183.4 -0.4 -0.22
182 183.0 -1.0 -0.55 182.4 -0.4 -0.22
181 182.0 -1.0 -0.55 181.3 -0.3 -0.17
180 180.9 -0.9 -0.50 180.3 -0.3 -0.17
179 179.9 -0.9 -0.50 179.7 -0.7 -0.39
178 178.6 -0.6 -0.34 178.5 -0.5 -0.28
177 177.5 -0.5 -0.28 176.6 0.4 0.23
176 176.4 -0.4 -0.23 175.8 0.2 0.11
175 175.3 -0.3 -0.17 174.9 0.1 0.06
174 174.4 -0.4 -0.23 174.2 -0.2 -0.11
173 173.3 -0.3 -0.17 173.1 -0.1 -0.06
172 172.2 -0.2 -0.12 172.1 -0.1 -0.06
171 171.1 -0.1 -0.06 171.4 -0.4 -0.23
170 170.1 -0.1 -0.06 170.2 -0.2 -0.12
169 169.0 0.0 0.00 169 0 0.00
168 168.1 -0.1 -0.06 167.9 0.1 0.06
167 167.0 0.0 0.00 166.8 0.2 0.12
166 166.0 0.0 0.00 166 0 0.00
165 164.9 0.1 0.06 165 0 0.00
164 164.2 -0.2 -0.12 163.9 0.1 0.06
163 163.0 0.0 0.00 163.1 -0.1 -0.06
162 162.1 -0.1 -0.06 162.2 -0.2 -0.12
161 161.1 -0.1 -0.06 161.2 -0.2 -0.12
160 160.2 -0.2 -0.12 160.1 -0.1 -0.06
-
54
A.5 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh (Lanjutan)
Alat
Ukur
(cm)
Turun Naik
Laser Distance
Meter (cm)
Error
(cm)
Error
(%)
Laser Distance
Meter (cm)
Error
(cm)
Error
(%)
159 159.1 -0.1 -0.06 159.2 -0.2 0.13
158 157.9 0.1 0.06 158.0 0 0.00
157 157.1 -0.1 -0.06 157.0 0 0.00
156 155.7 0.3 0.19 156.2 -0.2 0.13
155 154.7 0.3 0.19 155.0 0 0.00
154 153.9 0.1 0.06 153.9 0.1 0.06
153 153.4 -0.4 -0.26 152.0 1 0.66
152 151.6 0.4 0.26 151.9 0.1 0.07
151 150.8 0.2 0.13 151.3 -0.3 0.20
150 149.6 0.4 0.27 149.2 0.8 0.54
149 148.6 0.4 0.27 148.4 0.6 0.40
148 147.5 0.5 0.34 147.2 0.8 0.54
147 146.2 0.8 0.55 146.5 0.5 0.34
146 145.3 0.7 0.48 145.3 0.7 0.48
145 144.5 0.5 0.35 144.5 0.5 0.35
B. Pengujian Penunjukan Tinggi
A.6 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh
Alat Ukur
(cm)
Standar
(cm)
Error
(cm)
Error
(%)
190 190.7 0.7 0.37
190.3 0.3 0.16
190.5 0.5 0.26
189 190.2 1.2 0.63
189.4 0.4 0.21
189.6 0.6 0.32
188 189.0 1.0 0.53
188.6 0.6 0.32
188.5 0.5 0.27
187 188.1 1.1 0.59
187.3 0.3 0.16
187.5 0.5 0.27
-
55
A.7 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh
(Lanjutan)
Alat Ukur
(cm)
Standar
(cm)
Error
(cm)
Error
(%)
186 187.1 1.1 0.59
186.4 0.4 0.22
186.7 0.7 0.38
185 185.9 0.9 0.49
185.2 0.2 0.11
185.6 0.6 0.32
184 184.8 0.8 0.43
184.5 0.5 0.27
184.4 0.4 0.22
183 183.9 0.9 0.49
183.4 0.4 0.22
183.7 0.7 0.38
182 183.0 1.0 0.55
182.4 0.4 0.22
182.1 0.1 0.05
181 182.0 1.0 0.55
181.3 0.3 0.17
181.5 0.5 0.28
180 180.9 0.9 0.50
180.3 0.3 0.17
180.4 0.4 0.22
179 179.9 0.9 0.50
179.7 0.7 0.39
179.5 0.5 0.28
178 178.6 0.6 0.34
178.5 0.5 0.28
178.1 0.1 0.06
177 177.5 0.5 0.28
176.6 -0.4 -0.23
176.9 -0.1 -0.06
176 176.4 0.4 0.23
175.8 -0.2 -0.11
176.2 0.2 0.11
175 175.3 0.3 0.17
174.9 -0.1 -0.06
175.1 0.1 0.06
-
56
A.8 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh
(Lanjutan)
Alat Ukur
(cm)
Standar
(cm)
Error
(cm)
Error
(%)
174 174.4 0.4 0.23
174.2 0.2 0.11
174.1 0.1 0.06
173 173.3 0.3 0.17
173.1 0.1 0.06
173.2 0.2 0.12
172 172.2 0.2 0.12
172.1 0.1 0.06
172.2 0.2 0.12
171 171.1 0.1 0.06
171.4 0.4 0.23
171.0 0.0 0.00
170 170.1 0.1 0.06
170.2 0.2 0.12
169.9 -0.1 -0.06
169 169.0 0.0 0.00
169.0 0.0 0.00
169.2 0.2 0.12
168 168.1 0.1 0.06
167.9 -0.1 -0.06
168.0 0.0 0.00
167 167.0 0.0 0.00
166.8 -0.2 -0.12
167.1 0.1 0.06
166 166.0 0.0 0.00
166.0 0.0 0.00
166.2 0.2 0.12
165 164.9 -0.1 -0.06
165.0 0.0 0.00
165.2 0.2 0.12
164 164.2 0.2 0.12
163.9 -0.1 -0.06
164.1 0.1 0.06
163 163.0 0.0 0.00
163.1 0.1 0.06
163.1 0.1 0.06
-
57
A.9 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh
(Lanjutan)
Alat Ukur
(cm)
Standar
(cm)
Error
(cm)
Error
(%)
162 162.1 0.1 0.06
162.2 0.2 0.12
162.3 0.3 0.19
161 161.1 0.1 0.06
161.2 0.2 0.12
161.0 0.0 0.00
160 160.2 0.2 0.12
160.1 0.1 0.06
160.2 0.2 0.12
157 157.1 0.1 0.06
157 0.0 0.00
157.2 0.2 0.13
156 155.7 -0.3 -0.19
156.2 0.2 0.13
156.1 0.1 0.06
155 154.7 -0.3 -0.19
155 0.0 0.00
155.1 0.1 0.06
154 153.9 -0.1 -0.06
153.9 -0.1 -0.06
153.8 -0.2 -0.13
153 153.4 0.4 0.26
152 -1.0 -0.65
152.9 -0.1 -0.07
152 151.6 -0.4 -0.26
151.9 -0.1 -0.07
152.2 0.2 0.13
151 150.8 -0.2 -0.13
151.3 0.3 0.20
150.7 -0.3 -0.20
150 149.6 -0.4 -0.27
149.2 -0.8 -0.53
149.5 -0.5 -0.33
149 148.6 -0.4 -0.27
148.4 -0.6 -0.40
148.4 -0.6 -0.40
-
58
A.10 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi
Tubuh (Lanjutan)
Alat Ukur
(cm)
Standar
(cm)
Error
(cm)
Error
(%)
148 147.5 -0.5 -0.34
147.2 -0.8 -0.54
147.9 -0.1 -0.07
147 146.2 -0.8 -0.54
146.5 -0.5 -0.34
146.7 -0.3 -0.20
146 145.3 -0.7 -0.48
145.3 -0.7 -0.48
145.7 -0.3 -0.21
145 144.5 -0.5 -0.34
144.5 -0.5 -0.34
145.1 0.1 0.07
C. Pengujian Timbangan Acuan
A.11 Data Pengujian Kebenaran Timbangan Acuan
Muatan
(L)
standar
(kg)
Penunjukan (kg) Kesalahan
penunjukan (kg)
Display
(IL) Imbuh
(L)
Sebenarnya
E = IL+0,5e - - L ( IL + 0,5e - L)
10 9.9 0.05 9.9 0.1
20 20.1 0.2 19.95 0.05
30 29.9 0.05 29.9 0.1
40 40.1 0.16 39.99 0.01
50 49.9 0.05 49.9 0.1
60 60 0.1 60.95 0.05
70 69.9 0.03 69.92 0.08
80 79.9 0.03 79.92 0.08
90 90 0.03 90.02 0.02
100 99.9 0.03 99.92 0.08
-
59
A.12 Pengujian Repeatability Timbangan Acuan
Muatan
(L)
standar
(kg)
Penunjukan (kg) Kesalahan
penunjukan (kg)
Display
(IL) Imbuh
(L)
Sebenarnya
E = IL+0,5e - - L ( IL + 0,5e - L)
80 80.1 0.09 80.06 0.06
80 80.2 0.16 80.09 0.09
80 80.2 0.15 80.1 0.1
-
60
LAMPIRAN B
DESAIN MEKANIK PROTOTIPE
LAMPIRAN B DESAIN MEKANIK PROTOTIPE
-
61
-
62
-
63
-
64
-
65
-
66
-
67
-
68
-
69
-
70
-
71
-
72
-
73
-
74
-
75
-
76
-
77
LAMPIRAN C
DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY
LAMPIRAN C DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY
-
78
LAMPIRAN D
BARIS PROGRAM PROTOTIPE
LAMPIRAN D BARIS PROGRAM PROTOTIPE #include
#define trigPin 12
#define echoPin 13
LiquiDCrystal lcd (8,6,5,4,3,2);
int setpo=0;
void setup()
{
Serial.begin (9600);
pinMode(trigPin, KELUARAN);
pinMode(echoPin, MASUKAN);
pinMode(10,KELUARAN);
pinMode (11,KELUARAN);
pinMode(9,MASUKAN);
lcd.begin(16,4);
lcd.print(" BMI Meter ");
lcd.print(" MI ITB 2011 ");
}
void loop()
{
//------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------
long duration, distance;
digitalWrite(trigPin, LOW);
delayMicroseconds(2);
digitalWrite(trigPin, HIGH);
delayMicroseconds(10);
-
79
digitalWrite(trigPin, LOW);
duration = pulseIn(echoPin, HIGH);
distance = (duration/2) / 29.1;
distance = int(distance);
//(sumber : www.arduino.cc)
//------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------
//tinggi badan
int k = 200-distance-1;
//Keluaran tegangan analog sensor magnet
int x = analogRead(A0);
//outpu tegangan sensor magnet
float z = x * (5.0 / 1023.0);
//konversi Keluaran tegangan analog - masssa badan
int y = (163.8*sin((0.01309*x)-1.173))+(98.77*sin((0.02547*x)
+0.1419)) + (34.22*sin((0.03366*x)+10.39));
//membaca berat yang lebih dari 15 kg
if(x190)
{
k=0;
}
//perhitungan bmi
float r = float (k)/100;
float bmi = (y/(r*r));
//------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------
//sistem gerak otomasi pengukuran tinggi badan
if(digitalRead(9)==HIGH )
-
80
{
digitalWrite(10,LOW);
digitalWrite(11,LOW);setpo=1;
if(bmi
-
81
lcd.print("Tinggi : ");
lcd.setCursor(10,0);
lcd.print(k);
lcd.setCursor(14,0);
lcd.print("cm");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Berat : ");
lcd.setCursor(10,1);
lcd.print(y);
lcd.setCursor(14,1);
lcd.print("kg");
lcd.setCursor(-2,3);
lcd.print("Underweight");
delay (1500);
}
if (bmi>18.5 && bmi
-
82
lcd.setCursor(10,1);
lcd.print(y);
lcd.setCursor(14,1);
lcd.print("kg");
lcd.setCursor(-4,3);
lcd.print("BMI : ");
lcd.setCursor(8,3);
lcd.print(bmi);
delay (1500);
lcd.clear();
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("Tinggi : ");
lcd.setCursor(10,0);
lcd.print(k);