pembuatan prototipe alat ukur body mass index (bmi) menggunakan modifikasi timbangan dan sensor...

Upload: allind-alba

Post on 09-Oct-2015

416 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Tugas Akhir Alinda Nurul Badriyah dari D3 Metrologi dan Instrumentasi ITB

TRANSCRIPT

  • PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX

    (BMI) MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN

    SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI

    PROJEK AKHIR

    Oleh :

    Alinda Nurul Badriyah / 03311015

    Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043

    PROGRAM D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2014

  • PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX

    (BMI) MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN

    SENSOR ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI

    PROJEK AKHIR

    Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan tahap pendidikan pada

    Program D3 Metrologi dan Instrumentasi

    Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Bandung

    Oleh :

    Alinda Nurul Badriyah / 03311015

    Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043

    Pembimbing :

    Dr. Ir. Farida I. Muchtadi

    Achsan Rifani S.T.

    PROGRAM D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Projek Akhir MI-3201

    Program D3 Metrologi dan Instrumentasi

    Institut Teknologi Bandung

    Judul Projek Akhir

    PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT UKUR BODY MASS INDEX (BMI)

    MENGGUNAKAN MODIFIKASI TIMBANGAN DAN SENSOR

    ULTRASONIK SEBAGAI ALAT UKUR TINGGI

    Mahasiswa :

    1. Alinda Nurul Badriyah / 03311015

    2. Mohamad Nurdinsyah Ekapujakesuma / 03311043

    Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 2 Mei 2014

    Mengetahui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Ir. Farida I. Muchtadi

    NIP. 194808061974122202

    Achsan Rifani, S.T.

    NIP. 198303262008011003

  • i

    ABSTRAK

    Masalah kesehatan yang belakangan ini melanda negara berkembang adalah

    semakin banyaknya masyarakat yang mengalami obesitas. Obesitas merupakan

    keadaan tubuh yang memiliki massa melebihi batas maksimal massa tubuh ideal.

    Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi obesitas adalah

    mengidentifikasi Body Mass Index (BMI) dari seseorang. BMI merupakan

    parameter yang menggabungkan dua pengukuran yaitu pengukuran massa dan

    tinggi tubuh. Kombinasi dari dua pengukuran tersebut dapat menentukan nilai

    BMI dan kondisi tubuh dari seseorang. Mengetahui BMI lebih awal akan

    membuat kita waspada dan memperbaiki gaya hidup dan pola makan demi

    kesehatan.

    Pembuatan prototipe pengukur BMI akan menggabungkan dua sistem pengukuran

    secara langsung yaitu pengukuran massa tubuh dan pengukuran tinggi tubuh.

    Pengukuran massa tubuh akan dilakukan dengan memodifikasi timbangan pegas

    agar keluarannya dapat diakuisisi dengan pengukuran tinggi. Pengukuran tinggi

    tubuh menggunakan sensor ultrasonik. Sistem pengukuran tinggi tubuh dilakukan

    dengan otomatis sehingga hasil pengukuran lebih akurat.

    Pengujian sistem dilakukan terlebih dahulu untuk masing-masing pengukuran.

    Setelah itu baru dilakukan pengujian secara keseluruhan untuk mengetahui BMI

    objek. Kesalahan pengukuran massa tubuh yang didapat dari hasil pengujian

    kebenaran memiliki rata-rata sebanyak 11,3 %. Kesalahan dalam pengukuran

    tinggi kurang dari 1 %. Objek yang diukur BMI nya secara keseluruhan sebanyak

    16 orang dengan kondisi tubuh yang beragam. Kesalahan yang terdapat dalam

    pengelompokan BMI berasal dari kesalahan alat ukur massa tubuh.

    Kata kunci:Obesitas, Body Mass Index (BMI), Massa, Tinggi

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas limpahan karunia-Nya

    penulis dapat menyelesaikan laporan projek akhir yang berjudul Pembuatan

    Prototipe Alat Ukur Body Mass Index (BMI) Menggunakan Modifikasi

    Timbangan dan Sensor Ultrasonik Sebagai Alat Ukur Tinggi. Laporan

    projek akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan pendidikan Diploma-3

    di Program D3 Metrologi dan Instrumentasi Institut Teknologi Bandung.

    Laporan projek akhir ini disusun secara sistematis mulai dari spesifikasi desain

    sistem, perancangan, dan pengujian. Prototipe Pengukur Body Mass Index

    (BMI) hasil rancangan telah diuji dengan skenario tertentu. Pengujian dilakukan

    untuk melihat performa prototipe dari beberapa indikator.

    Selama pelaksanaan projek akhir ini, penulis banyak menerima bantuan dan

    dukungan guna memperlancar projekakhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tua kami yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan doa

    dan materi sehingga kami bisa menyelesaikan projek akhir ini.

    2. Bapak Dr. Supriyanto, M.T. selaku Koordinator Program Studi D3 Metrologi

    dan Instrumentasi ITB yang telah memberikan bimbingan, saran, dan bantuan.

    3. Ibu Dr. Ir. Farida I. Muchtadi selaku dosen pembimbing 1 yang telah

    memberikan bimbingan, saran, dan bantuan.

    4. Bapak Achsan Rifani, S.T. selaku dosen pembimbing 2 yang telah

    membimbing dan mengarahkan kami selama melakukan pengujian di

    PPSDMK.

    5. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah memberikan

    beasiswa program D3 Metrologi dan Instrumentasi.

    6. Segenap dosen dan staf tata usaha program D3 Metrologi dan Instrumentasi

    ITB.

    7. Ibu Gina Safitri selaku staff administrasi Program Studi D3 Metrologi dan

    Instrumentasi ITB yang selalu sabar mengurus segala keperluan administrasi

    kami selama kuliah.

  • iii

    8. Bapak Parji, Bapak Iyan, dan Bapak Soleh selaku pegawai teknis di Teknik

    Fisika yang telah membantu memberikan saran dan tenaga dalam mengerjakan

    projek akhir.

    9. Rekan-rekan program D3 Metrologi dan Instrumentasi 2009, dan 2010, 2011

    yang telah membantu penulis dalam bentuk nasihat dan semangat.

    10. Teman-teman Kosan yang selalu membantu memberikan semangat dan saran

    dalam menyelesaikan projek akhir.

    Penulis menyadari bahwa dalam projek akhir ini banyak terdapat kekurangan.

    Oleh karena itu, masukan, kritik, dan saran sangat diharapkan.

    Bandung, Mei 2013

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    Hal.

    ABSTRAK i

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI iv

    DAFTAR GAMBAR vi

    DAFTAR TABEL viii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Rumusan Masalah 2

    1.3 Tujuan 3

    1.4 Batasan Masalah 3

    1.5 Metodologi Penulisan 3

    1.6 Sistematika Penulisan 4

    BAB II TEORI DASAR 5

    2.1 Body Mass Index(BMI) 5

    2.2 Timbangan 6

    2.2.1 Timbangan Berdasarkan Sistem Pengoperasian 6

    2.2.2 Timbangan Berdasarkan Tingkat Ketelitian 7

    2.2.3 Timbangan Berdasarkan Komponen Timbangan 8

    2.2.4 Macam-macam Timbangan 8

    2.3 Spesifikasi Timbangan yang Digunakan dalam Projek Akhir10

    2.4 Sensor Ultrasonik 11

    2.5 Motor DC 12

    2.6 IC L293D 13

    2.7 Microswitch 14

    2.8 Mikrokontroler 15

    2.9 Light Emitting Diode (LED) 15

    2.10 Liquid Crystal Display (LCD) 16

    BAB III RANCANG BANGUN ALAT 17

    3.1 Pengukuran Massa Tubuh 17

    3.1.1 Komponen Penyusun 18

    3.1.2 Perancangan Perangkat Pengukur Massa Tubuh 22

  • v

    3.2 Pengukuran Tinggi Tubuh 23

    3.2.1 Komponen Penyusun 24

    3.2.2 Perancangan Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh 24

    3.2.3 Perancangan Perangkat Sistem Otomasi Pengukur Tinggi

    Tubuh 25

    3.2.3.1 Sistem Kerja Motor DC dengan Driver L293D26

    3.2.3.2 Sistem Otomasi Penggerak Bidang Pantul 27

    3.3 Desain Pengukuran Body Mass Index (BMI) 29

    3.3.1 Desain Mekanik Perangkat Pengukur BMI 29

    3.3.2 Desain Rangkaian Elektronik Perangkat Pengukur BMI30

    3.3.3 Algoritma Pengukuran BMI 30

    4.1 Pengujian Alat Ukur 32

    4.1.1 Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh 32

    4.1.1.1 Karakterisasi Sensor Magnet Menggunakan

    Massa Standar 32

    4.1.1.2 Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh 33

    4.1.1.3 Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh36

    4.1.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh 40

    4.1.2.1 Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh 41

    4.1.2.2 Pengujian Kebenaran Penunjukkan Alat Ukur

    Tinggi Tubuh 42

    4.1.3 Pengujian Alat Ukur Body Mass Index (BMI) 43

    4.2 Analisis 46

    BAB V Penutup 48

    5.1 Simpulan 48

    5.2 Saran 48

    Daftar Pustaka 50

    LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN 51

    LAMPIRAN B DESAIN MEKANIK PROTOTIPE 60

    LAMPIRAN C DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY 77

    LAMPIRAN D BARIS PROGRAM PROTOTIPE 78

    LAMPIRAN E FOTO PROTOTIPE 86

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Hal.

    Gambar 2.1 Neraca 9

    Gambar 2.2 Timbangan elektronik 9

    Gambar 2.3 Timbangan sentisimal 9

    Gambar 2.4 Timbangan dacin 9

    Gambar 2.5 Timbangan meja 10

    Gambar 2.6 Timbangan pegas 10

    Gambar 2.7 Sensor Ultrasonik 11

    Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Motor DC 12

    Gambar 2.9 Rangkaian IC Driver L293D 13

    Gambar 2.10 Koneksi Pin IC Driver L293D 14

    Gambar 2.11 Microswitch 14

    Gambar 2.12 Arduino UNO 15

    Gambar 2.13 LED[7] 16

    Gambar 2.14 Liquid Crystal Display (LCD) 4 x 16 16

    Gambar 3.1 Blok Diagram Pengukuran BMI 17

    Gambar 3.2 Dudukan Timbangan Pegas 18

    Gambar 3.3 Efek Hall 19

    Gambar 3.4 Sensor Efek Hall 20

    Gambar 3.5 Sensor Hall A1302 21

    Gambar 3.6 Magnet Silinder 21

    Gambar 3.7 Diagram Blok Proses Modifikasi Timbangan Pegas 22

    Gambar 3.8 Modifikasi Timbangan Pegas 23

    Gambar 3.9 Diagram Blok Pengukuran Tinggi Tubuh 24

    Gambar 3.10 Sistem Pengukuran Tinggi Tubuh 25

    Gambar 3.11 Skematik Rangkaian Hubungan Motor DC dan IC L293D 26

    Gambar 3.12 Diagram Alir Sistem Otomasi Pengukuran Tinggi Tubuh 28

    Gambar 3.13 Rangkaian Skematik Sistem Pengukuran BMI 30

    Gambar 3.14 Diagram Alir Sistem Pengukuran BMI 31

    Gambar 4.1 Grafik Karakterisasi Magnet 33

    Gambar 4.2 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Outuput Analog 34

  • vii

    Gambar 4.3 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Penunjukkan Massa di

    Display Alat Ukur Massa Tubuh 35

    Gambar 4.4 Laser Distance Meter 40

    Gambar 4.5 Grafik Histerisis Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh 41

    Gambar 4.6 Timbangan Acuan 44

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Hal.

    Tabel 2.1 Kategori Keadaan Tubuh 6

    Tabel 2.2 Klasifikasi Timbangan 8

    Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik 11

    Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302 20

    Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh 36

    Tabel 4.2 Pengolahan Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh 39

    Tabel 4.3 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi 42

    Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran BMI 45

    Tabel 4.5 Pengolahan Data Pengukuran BMI 45

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1 Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Kegemukan atau obesitas merupakan salah satu penyakit yang paling sering

    ditemukan di negara negara maju. Tekanan pada pekerjaan yang sangat besar

    membuat sebagian besar masyarakat di negara negara besar memiliki pola hidup

    yang sangat tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji ,

    juga kebiasaan meminum minuman keras. Namun dewasa ini, fenomena obesitas

    tidak hanya terjadi pada negara maju saja, fenomena ini sudah merambah ke

    negara negara berkembang seperti Indonesia, seiring dimulainya era globalisasi

    yang memaksa Indonesia juga bersiap menghadapinya. Semua masyarakat

    Indonesia kini mulai meniru kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang

    mengandung banyak lemak, kolesterol, dan banyak zat lain yang menyebabkan

    kegemukan. Banyaknya produsen makanan cepat saji dari berbagai negara maju

    yang masuk ke Indonesia membuat fenomena ini lebih tumbuh subur sehingga

    saat ini banyak dijumpai orang orang Indonesia yang mengalami masalah

    kegemukan atau obesitas. Kegemukan dapat memicu banyak penyakit ganas yang

    berujung dengan kematian. Beberapa penyakit yang banyak dihadapi para

    penderita obesitas adalah penyempitan pembuluh darah pada jantung yang

    menyebabkan serangan jantung atau jantung koroner. Selain itu penderita obesitas

    sangat beresiko terkena Diabetes Melitus yang disebabkan oleh kadar gula darah

    yang terlampau tinggi. Sebaiknya, sebelum terkena berbagai resiko penyakit yang

    berbahaya, alangkah baiknya melakukan berbagai alternatif untuk mencegah hal

    hal tersebut terjadi, salah satu alternatif adalah dengan mengatur pola hidup dan

    pola makan yang sehat .

    Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari obesitas adalah dengan

    mendeteksi kondisi tubuh terlebih dahulu. Apakah tubuh masih dalam kategori

    yang ideal atau sudah mendekati obesitas. Salah satu parameter yang dapat

    menentukan apakah tingkat keidealan tubuhh adalah dengan nilai Body Mass

    Index (BMI). Body Mass Index merupakan suatu nilai yang menyatakan keidealan

  • 2

    tubuh seseorang dengan menggunakan kombinasi informasi tentang massa dan

    tinggi tubuh seseorang. dalam rangka mendukung tercapainya proses

    pengukuran/pendeteksian BMI yang lebih baik, akan dibuat sebuah prototipe yang

    dapat melakukan deteksi langsung terhadap nilai BMI seseorang. Artinya,

    operator tidak perlu lagi perlu memasukan data tinggi badan subjek yang sedang

    diuji nilai BMI-nya. Hal ini tentu akan dapat menanggulangi adanya error akibat

    kesalahan pengukuran tinggi badan. Masyarakat pada umumnya jarang mengukur

    tinggi badan mereka secara rutin dan hanya akan mengingat terakhir kali mereka

    melakukan pengukuran. Tinggi badan yang mereka masukankan bisa tidak akurat

    karena manusia berkembang dan bertambah tinggi. Hal tersebut yang

    mengakibatkan error pada hasil pengukuran menggunakan BMI meter

    sebelumnya.

    Prototipe alat ukur Body Mass Index menggabungkan dua besaran pokok yaitu

    massa dan panjang (tinggi). Sedangkan perhitungan BMI nya adalah

    menggunakan rumus[1] sebagai berikut.

    Keterangan :

    MB = Massa badan

    TB = Tinggi badan

    Berdasarkan rumusan diatas akan dibuat alat ukur BMI dengan menggunakan dua

    sensor untuk mengetahui massa badan dan tinggi badan. Penggunaan timbangan

    pegas untuk mengukur massa dan sensor ultrasonik untuk mengukur tinggi. Alat

    ukur ini diharapkan mampu mengolah massa dan tinggi sehingga dapat

    menghasilkan pengukuran BMI yang benar.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang ingin

    dibahas pada projek akhir ini adalah membuat alatpengukur Body Mass Index

    (BMI) dengan menggunakan modifikasi timbangan pegas dan sensor ultrasonik.

    (1.1)

  • 3

    1.3 Tujuan

    Tujuan Tujuan projek akhir ini adalah pembuatan alat ukur Body Mass Index.

    Parameter yang digunakan dalam penentuan Body Mass Index adalah kombinasi

    antara massa dan tinggi tubuh objek menggunakan modifikasi timbangan pegas

    untuk pengukuran massa dan sensor ultrasonik untuk pengukuran tinggi. Hasil-

    hasil pengukuran diolah oleh microcontroller Arduino UNO.

    1.4 Batasan Masalah

    Dalam penulisan laporan ini, terdapat beberapa batasan masalah, di antaranya :

    1. Pembuatan otomasi sistem pengukuran tinggi menggunakan motor DC sebagai

    penggerak.

    2. Penggabungan hasil pengukuran massa dan tinggi hanya diaplikasikan untuk

    perhitungan Body Mass Index.

    3. Pengukuran ditujukan untuk orang dewasa dengan tinggi 145 190 cm dan

    massa tubuh antara 30 kg sampai dengan 100 kg.

    4. Indikator klasifikasi BMI hanya untuk 3 kategori yaitu underweight, normal,

    dan overwight

    1.5 Metodologi Penulisan

    Dalam proses pembuatan prototipe ini, metode penelitian yang digunakan sebagai

    berikut:

    1. Studi literatur dan studi lapangan.

    2. Penentuan parameter-parameter terkait pengukuran BMI

    3. Perancangan desain body prototipe dan display.

    4. Pemilihan sensor-sensor (sensor magnet dan ultrasonik).

    5. Pembuatan body prototipe.

    6. Pembuatan instrumen pengolah data dari hasil pengukuran massa dan tinggi

    tubuh ke komputer.

    7. Pengujian prototipe BMI meter.

    8. Analisis hasil pengujian.

    9. Pembuatan laporan projek akhir.

  • 4

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan pada laporan projek akhir ini terdiri dari:

    1. Bab I Pendahuluan

    Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi

    penulisan, dan sistematika penulisan.

    2. Bab II Teori Dasar

    Berisi konsep dasar yang melandasi kegiatan penelitian serta perangkat-

    perangkat yang digunakan dalam projek akhir ini.

    3. Bab III Rancang Bangun Alat

    Berisi penjelasan rancang sistem, desain prototipe dan sistem kerja prototipe.

    4. Bab IV Analisis

    Berisi pengujian dan analisis hasil pengujian alat ukur massa dan tinggi serta

    pengukuran BMI secara keseluruhan.

    5. Bab V Simpulan dan Saran

    Berisi simpulan dan saran dalam projek akhir.

  • 5

    BAB II

    TEORI DASAR

    2 Teori Dasar

    2.1 Body Mass Index(BMI)

    National Obesity Observatory [2] mengatakan bahwa Body Mass Index (BMI)

    merupakan ikhtisar pengukuran dari massa dan tinggi tubuh seseorang.

    Perhitungannya adalah dengan membagi massa seseorang dalam satuan kilogram

    dengan kuadrat dari tinggi tubuh mereka dalam satuan meter. BMI merupakan

    salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memperkirakan apakah

    seseorang dalam keadaan kekurangan berat badan, ideal, atau obesitas. Meskipun

    BMI dapat memperkirakan keadaan tubuh seseorang, perkiraan itu hanyalah

    perwakilan dari masalah yang terjadi akibat kelebihan lemak tubuh. Jika lemak

    tubuh seseorang meningkat, baik BMI dan resiko kemunculan penyakit yang

    berhubungan dengan obesitas juga meningkat, walaupun masih terdapat

    ketidakpastian mengenai hubungan yang pasti dari hubungan tersebut khususnya

    pada anak-anak. Faktor-faktor lain seperti kebugaran, keturunan, dan pubertas

    dapat mengubah hubungan antara BMI dan lemak tubuh.

    Kelebihan lemak tubuh diketahui sangat berhubungan dengan sifat morbiditas

    atau mudahnya terkena penyaki. BMI menjadi pengukuran yang diminati karena

    mudah dan murah serta menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti dalam

    menilai kelebihan lemak tubuh. Pengukuran lemak tubuh secara benar dan

    langsung sulit diterapkan dalam populasi besar karena mahal dan sulit untuk

    dilakukan secara konsisiten dan akurat. Indikator lain seperti pengukuran lingkar

    pinggang dan ketebalan kulit juga dapat dilakukan untuk mengetahui lemak tubuh

    dan kondisi tubuh seseorang. Tidak satupun dari pengukuran tersebut digunakan

    sebanyak penggunaan dari BMI untuk menentukan kondisi tubuh seseorang.

    Pengelompokan nilai BMI dari hasil perhitungan rumus menjadi kategori-kategori

    keadaah tubuh dapat dilihat di Tabel 2.1 berikut yang diterbitkan oleh WHO [3]

    untuk kondisi tubuh orang asia.

  • 6

    Tabel 2.1 Kategori Keadaan Tubuh

    Nilai BMI Kategori

    < 18.5 Underweight

    18.5 24.99 Normal

    25-29.99 Overwight

    >=30 Obesitas

    Prototipe alat ukur Body Mass Index (BMI) dirancang dengan menggabungkan

    prinsip pengukuran massa tubuh. BMI menggunakan modifikasi timbangan dan

    pengukuran tinggi badan secara otomatis menggunakan sensor Ultrasonik HY-

    SRF05 sebagai sensor tinggi, motor DC sebagai penggerak dan microswitch

    sebagai switch pengontrol, kemudian seluruh perangkat tersebut terintegrasi dalam

    satu mikrokontroller Arduino UNO, dan data hasil pengukuran ditampilkan secara

    digital melalui Liquid Crystal Display (LCD).

    2.2 Timbangan

    Timbangan adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran massa suatu

    benda. Timbangan atau neraca dikategorikan kedalam system mekanik dan

    elektronik atau digital. Kegiatan penimbangan adalah pekerjaan untuk mengetahui

    massa suatu benda. Prinsipnya adalah membandingkan suatu benda dengan benda

    lainnya yang telah diketahui massanya. Berikut adalah pembahasan mengenai

    pengelompokan timbangan [4].

    2.2.1 Timbangan Berdasarkan Sistem Pengoperasian

    Berdasarkan sistem pengoperasiannya timbangan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis

    yaitu :

    a. Timbangan non otomatis

    Timbangan ini adalah timbangan yang proses penimbangannya dilakukan oleh

    operator secara langsung sehingga muatan dinaikkan dan diturunkan dari lantai

    muatan juga dilakukan oleh operator.

    b. Timbangan otomatis

  • 7

    Timbangan ini adalah timbangan yang proses penimbangan tidak dilakukan

    oleh operator secara langsung.

    2.2.2 Timbangan Berdasarkan Tingkat Ketelitian

    Berdasarkan tingkat ketelitian, timbangan dibagi menjadi 4(empat) kelas yaitu:

    a. Timbangan Kelas Satu atau timbangan dengan ketelitian khusus

    b. Timbangan Kelas Dua atau timbangan dengan ketelitian halus

    c. Timbangan Kelas Tiga atau timbangan dengan ketelitian sedang

    d. Timbangan Kelas Empat atau timbangan dengan ketelitian biasa

    Untuk menentukan kelas timbangan, kita memerlukan informasi timbangan

    berupa kapasitas maksimal dan nilai interval skala verifikasi (e) yang dapat

    diperoleh dari pemeriksaan visual timbangan. Nilai skala verifikasi(e) sama

    dengan nilai skala terkecil (d), e=d timbangan apabila tidak tercantum pada

    timbangan. Langkah-langkah menetukan kelas timbangan dan minimum

    menimbang:

    a. Menenentukan nilai maksimum dan interval skala verifikasi(e) dari timbangan

    b. Mengkonversi nilai kapasitas maksimum timbangan dan nilai interval skala

    verifikasi (e) dengan satuan yang sama.

    c. Menentukan jumlah interval skaladengan persamaan

    d. Menentukan rentang interval skala yang ada pada tabel

    e. Menentukan kelas timbangan dan minimum menimbang dari rentang interval

    skala yang terdapat pada tabel.

    f. Apabila timbangan masuk kedalam dua kelas, ambil kelas yang lebih tinggi.

    Informasi mengenai kelas timbangan dapat diperoleh dengan melakukan langkah-

    langkah di atas dan menyesuaikan dengan tabel. Klasifikasi timbangan dapat

    dilihat pada Tabel 2.2

  • 8

    2.2.3 Timbangan Berdasarkan Komponen Timbangan

    Berdasarkan komponen-komponen penyusunnya timbangan dibedakan menjadi 2

    (dua) yaitu :

    a. Timbangan mekanik

    Timbangan yang seluruh komponennya tersusun dan bekerja secara mekanik.

    Timbangan yang termasuk kategori timbangan mekanik adalah neraca,

    timbangan dacin, timbangan pegas, timbangan sentisimal, dan timbangan meja

    b. Timbangan elektronik

    Timbangan yang dilengkapi dengan komponen elektronik sehingga

    penunjukanny amerupakan penunjukan digital.

    2.2.4 Macam-macam Timbangan

    Timbangan dibuat dengan berbagai macam-macam spesifikasi yang disesuaikan

    dengan penggunaannya, berbagai macam timbangan yang sering digunakan dalam

    kehidupan sehari-hari antara lain.

    1. Neraca : timbangan yang terdiri dari sebatang tuas yang dapat berputar pada

    sumbu yang dipasang di tengah-tengahnya, dan pada umumnya neraca dipakai

    untuk penimbangan kapasitas kecil tetapi cukup akurat.

    Tabel 2.2 Klasifikasi Timbangan

    Kelas

    Ketelitian

    Interval Skala

    Verifikasi (e)

    Jumlah Interval Skala Kapasitas

    Minimum Minimum Maksimum

    Khusus Satu 0,001 g e 50000 - 100e

    Halus Dua 0,001 g e 0,05 g 100 100000 20e

    0,1 g e 5000 100000 50e

    Sedang Tiga 0,1 g e 2 g 100 10000 20e

    5 g e 500 10000 20e

    Biasa Empat 5 g e 100 1000 10e

  • 9

    Gambar 2.1 Neraca

    2. Timbangan elektronik : timbangan yang kerjanya berdasarkan sistem

    elektronik.

    3. Timbangan sentisimal : timbangan majemuk kelas menengah yang banyak

    digunakan para pedagang.

    4. Timbangan dacin : timbangan bertuas tunggal, karena tuasnya hanya satu.

    Dacin hanya mempunyai dua pisau yaitu pisau tumpuan dan pisau muatan.

    Gambar 2.2 Timbangan elektronik

    Gambar 2.3 Timbangan sentisimal

    Gambar 2.4 Timbangan dacin

  • 10

    5. Timbangan meja : termasuk timbangan majemuk, dimana jumlah tuasnya lebih

    dari satu yaitu terdiri dari tuas utama dan tuas penghubung.

    Gambar 2.5 Timbangan meja

    6. Timbangan pegas : timbangan yang menggunakan pegas sebagai alat untuk

    menentukan massa benda ukurnya. Prinsip kerjanya merupakan defleksi pegas

    yang ditampilkan dalam skala massa. Timbangan pegas ini adalah timbangan

    yang akan digunakan dalam pembuatan prototipe Body Mass Index (BMI)

    meter.

    2.3 Spesifikasi Timbangan yang Digunakan dalam Projek Akhir

    Timbangan yang akan digunakan dalam pembuatan prototipe Body Mass Index

    meter ini adalah timbangan badan dengan sistem pegas seperti pada Gambar 2.6.

    Timbangan jenis ini merupakan timbangan yang paling banyak digunakan oleh

    masyarakat. Timbangan yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

    1. Kapasitas Maksimum (Maks) : 130 kg

    2. Interval skala verivikasi (e) : 1 kg

    3. Kelas Timbangan : 4 (biasa)

    4. Minimum menimbang : 10 kg

    TimbanganMeja(Beranger)

    Piring Anak

    T imbangan

    Piring Muatan

    (tembor)

    Gambar 2.6 Timbangan pegas

  • 11

    2.4 Sensor Ultrasonik

    Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan secara manual menggunakan

    meteran badan. Namun, dalam pembuatan prototype Body Mass Index meter ini

    digunakan sensor ultrasonik dengan prinsip konversi sinyal suara menjadi nilai

    jarak antara sumber dan daerah pantulan.

    Sensor mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik

    dari sumber dengan frekuensi 40 kHz dengan waktu 200 us, kemudian pantulan

    dari gelombang ultrasonik tersebut dideteksi oleh receiver. Sensor ultrasonik

    memancarkan gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari mikrokontroller

    pengendali.

    Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik [5]

    Tipe HY-SRF05

    Tegangan 5 V

    Arus Terkecil 4 mA

    Frekuensi 40 kHz

    Range Maksimum 4 m

    Range Minimum 1 cm

    Masukan Trigger 10 s Min. TTL level pulse

    Echo Pulse Positive TTL level signal,

    Dimensi 43mm x 20mm x 17mm

    Gambar 2.7 Sensor Ultrasonik

  • 12

    2.5 Motor DC

    Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan arus searah sebagai sumber

    tenaga. Dengan memberikan suatu tegangan pada kedua terminal maka motor

    akan bergerak satu arah, dan saat polaritas dari tegangan dibalik maka gerakan

    motor akan berbalik pula. Mekanisme kerja [6] untuk seluruh jenis motor secara

    umum adalah sebagai berikut :

    1. Jika ada arus listrik (I) yang mengalir dalam suatu medan magnet (B) maka

    akan menghasilkan suatu gaya gaya (F).

    2. Jika kawat sepanjang (L) yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah

    lingkaran atau loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan

    magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.

    3. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar atau torque untuk memutar

    kumparan.

    4. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan

    tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh

    susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan.

    Gambar 2.8 Mekanisme Kerja Motor DC

  • 13

    Besarnya gaya yang dihasilkan oleh motor DC sesuai dengan prinsip gaya Lorentz

    yaitu dengan persamaan F = B.I.L , dengan B merupakan besarnya medan magnet,

    I adalah besarnya arus yang mengalir dalam medan magnet dan L adalah panjang

    kawat yang dialiri arus. Sedangkan arah putaran motor sesuai dengan kaidah

    tangan kanan Lorentz.Untuk mengatur arah putaran motor dapat dilakukan dengan

    mengubah polaritas dari arah arus yang dialirkan ke dalam medan magnet.

    Biasanya digunakan rangkaian H-Bridge yang tersusun dari 4 buah transistor

    untuk mengatur arah putaran motor. Namun ada suatu komponen yang sudah

    tersedia di pasaran sebagai driver motor DC yaitu IC Driver L293D.

    2.6 IC L293D

    Integrated Circuit (IC) Driver L293D [7] merupakan suatu komponen elektronik

    yang dapat digunakan untuk mengatur arah putaran dan kecepatan dari motor DC.

    Terdiri dari 16 kaki dan dalam sebuah IC L293D dapat digunakan untuk

    mengontrol 2 buah perangkat motor DC.

    Gambar 2.9 Rangkaian IC Driver L293D

  • 14

    Gambar 2.10 Koneksi Pin IC Driver L293D

    2.7 Microswitch

    Microswitch [8] merupakan sebuah saklar elektronik yang apabila ditekan akan

    memberikan suatu kondisi berbeda dengan kondisi awal, tergantung posisi saklar

    tersebut ada pada Normally Open (NO) atau Normally Close (NC). Normally

    Close adalah kondisi saat keadaan awal Keluaran bernilai high (1) atau switch

    langsung terhubung. Sedangkan Normally Open adalah kondisi saat keadaan

    keluaran awal bernilai low (0) atau switch tidak terhubung.

    Gambar 2.11 Microswitch

  • 15

    2.8 Mikrokontroler

    Data hasil pengukuran dari semua sistem diolah dalam sebuah mikrokontroller.

    Mikrokokontroller yang digunakan pada pembuatan prototipe Body Mass Index

    meter ini adalah mikrokontroler Arduino UNO. Arduino UNO adalah pengendali

    mikro single-board yang bersifat open-source, Arduino UNO adalah board

    berbasis mikrokontroler pada Atmega 328. Board ini memiliki 14 digital masukan

    atau keluaran pin (dimana 6 pin dapat digunakan sebagai keluaran PWM), 6

    masukan analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, saklar listrik tombol reset.

    Pin-pin ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, hanya

    terhubung ke komputer dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat dari

    adaptor AC-DC atau baterai untuk menggunakannya. Pemrograman Arduino

    UNO menggunakan bahasa C. Mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 2.12

    2.9 Light Emitting Diode (LED)

    Light Emitting Diode (LED) merupakan salah satu perangkat yang dapat

    menghasilkan cahaya ketika terdapat arus listrik yang melewati katoda dan anoda

    dalam perangkat tersebut. Projek akhir ini menggunakan LED sebagai indikator

    untuk menentukan kondisi tubuh dari objek yang diukur BMI nya. Dua macam

    LED digunakan sebagai indikator yaitu LED merah dan hijau. LED hijau

    digunakan sebagai indikator tubuh ideal. LED merah digunakan sebagai indikator

    tubuh yang kekurangan berat badan dan kelebihan berat badan.

    Gambar 2.12 Arduino UNO

  • 16

    2.10 Liquid Crystal Display (LCD)

    Liquid Crystal Display (LCD) adalah komponen elektronik yang digunakan untuk

    menampilkan hasil keluaran secara digital dari suatu perangkat elektronik, bisa

    berupa karakter, huruf, angka tergantung dari program yang dibuat. LCD adalah

    lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening dengan elektroda

    transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-segment dan lapisan

    elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik

    (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan

    elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal

    depan dan polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan

    reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul yang

    telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi gelap dan

    membentuk karakter data yang ingin ditampilkan. LCD yang digunakan dalam

    projek akhir ini adalah LCD ukuran 4 x 16. Artinya adalah terdapat 4 kolom dan

    16 baris dalam LCD tersebut.

    Gambar 2.14 Liquid Crystal Display (LCD) 4 x 16

    Gambar 2.13 LED

  • 17

    BAB III

    RANCANG BANGUN ALAT

    3 Rancang Bangun Alat Perangkat alat ukur Body Mass Index pada tugas akhir ini melibatkan perangkat

    dari dua pengukuran secara langsung yaitu pengukuran massa dan pengukuran

    panjang atau tinggi. Pengukuran massa tubuh menggunakan timbangan pegas

    yang telah dimodifikasi sehingga memiliki keluaran digital. Pengukuran tinggi

    tubuh menggunakan sensor ultrasonik HY-SRF05 (Ping) yang memancarkan dan

    menangkap gelombang ultrasonik yang telah dipantulkan di bidang pantul. Waktu

    yang dibutuhkan oleh gelombang tersebut untuk dipancarkan dan ditangkap

    kembali akan dikonversi menjadi jarak yang merepresentasikan tinggi tubuh

    seseorang pada acuan tertentu.

    3.1 Pengukuran Massa Tubuh

    Pengukuran massa tubuh ini dilakukan dengan digitalisasi timbangan pegas

    pengukur massa tubuh yang biasa digunakan oleh masyarakat. Digitalisasi

    dilakukan dengan mengkonversi nilai keluaran tegangan dari sensor magnet yang

    terbaca di Arduino. Sensor Magnet yang diletakkan pada ujung batang penggerak

    akan bergerak translasi mendekati dan menjauhi magnet silinder yang dipasang

    statis pada jarak tertentu. Gerak translasi batang penggerak terjadi akibat beban

    yang diterima lantai muatan memberikan tekanan pada pisau-pisau timbangan,

    sehingga pegas pada timbangan meregang. Besarnya beban muatan akan

    Pengukuran

    massa tubuh

    (Keluaran digital)

    Pengukuran tinggi

    tubuh (Keluaran

    digital)

    Mikrokontroller Display

    Gambar 3.1 Blok Diagram Pengukuran BMI

  • 18

    berbandng lurus dengan regangan pegas, perubahan posisi dari batang yang

    bergerak translasi, dan berbanding lurus juga dengan nilai keluaran dari sensor

    magnet. Berikut ini adalah bagian bawah body prototipe yang menjadi dudukan

    tempat timbangan pegas berada.

    Gambar 3.2 Dudukan Timbangan Pegas

    3.1.1 Komponen Penyusun

    Komponen penyusun alat pengukur massa terdiri dari komponen utama dan

    komponen modifikasi. Komponen utama terdiri dari timbangan pegas massa

    tubuh yang sudah dijelaskan pada bagian 2.3. Komponen modifikasi terdiri dari

    magnet dan sensor magnet serta mikrokontroler Arduino UNO sebagai

    pengonversi analog ke digital. Berikut ini akan dijelaskan fungsi dari setiap

    komponen modifikasi yang digunakan.

  • 19

    1. Sensor Hall A1302

    Hall Effect [9] adalah fenomena yang terjadi apabila terdapat medan magnet

    yang tegak lurus terhadap bahan konduktif strip tipis dan arus listrik mengalir

    sepanjang strip, mobile charges yang membawa arus akan melayang pada satu

    sisi saat mereka bergerak sepanjang strip. Contoh yang ditunjukkan pada

    gambar berikut mengasumsikan bahwa logam adalah konduktif strip. Elektron

    adalah mobile charges. Seperti Kondisi arus yang ditunjukkan dalam gambar,

    elektron akan bergerak ke atas melalui strip. Karena terdapat medan magnet B,

    ditunjukkan dalam gambar, elektron akan melayangmenuju tepi kanan strip.

    Sensor Efek Hall adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi dan

    mengukur medan magnet. Keluaran dari sensor efek Hall berupa tegangan

    yang proporsional dengan kekuatan medan magnet yang terukur. Gambar

    berikut ini akan menunjukkan penggambaran konsep sensor efek hall.

    Gambar 3.3 Efek Hall

  • 20

    Sensor Hall yang digunakan dalam perangkat pengukuran massa adalah sensor

    A1302. Spesifikasi yang digunakan untuk projek akhir ini dicantumkan pada

    Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302

    Tabel 3.1 Spesifikasi Sensor Efek Hall A1302

    Karakteristik (Simbol) Nilai (Unit)

    Suplai Voltage (Vcc) 4.5 - 6 V

    Suplai Current (Icc) 11 mA

    Tegangan Keluaran (Vout) 4.65 4.7 V

    Hambatan Keluaran (Rout) 2 5

    Sensitivitas Magnetik (Sens) 1.0 1.6 mV/G

    Error Sensitivitas Magnetik (Sens(v)) 3%

    Gambar 3.4 Sensor Efek Hall

  • 21

    2. Magnet Silinder

    3. Projek akhir ini menggunakan tiga buah magnet silinder. Magnet tersebut

    digunakan untuk menciptakan medan magnet yang akan dideteksi oleh sensor

    A1302. Tiga buah magnet silinder yang disatukan akan diletakkan pada

    timbangan dan sejajar dengan sensor magnet. Saat ada timbangan diberi

    muatan, maka pegas akan meregang, regangan pegas berbanding lurus dengan

    gerak translasi batang penggerak yang diatasnya terdapat sensor magnet.

    Perubahan jarak antara sensor dengan magnet akan mempengaruhi besarnya

    medan magnet yang terdeteksi oleh sensor.

    Gambar 3.5 Sensor Hall A1302

    Gambar 3.6 Magnet Silinder

  • 22

    3.1.2 Perancangan Perangkat Pengukur Massa Tubuh

    Pengukuran massa tubuh menggunakan prinsip modifikasi timbangan pegas.

    Modifikasi tersebut menghasilkan keluaran berupa tegangan dari sensor A1302.

    Tiga buah magnet yang disatukan diletakkan pada batang penggerak yang

    bergerak translasi sesuai dengan seberapa besar massa yang terukur. Semakin

    dekat magnet dengan sensor A1302 maka semakin besar medan magnet yang akan

    terukur. Besaran medan magnet yang terukur oleh sensor A1302 akan sebanding

    dengan keluaran tegangan analog yang terbaca pada arduino.

    Keluaran tegangan analog tegangan yang dihasilkan oleh sensor A1302 akan

    diubah oleh microcontroller Arduino UNO menjadi keluaran digital. Keluaran

    digital tersebut akan diregresi dengan persamaan yang telah didapat dari kalibrasi

    timbangan. Hasil regresi merupakan nilai beban dalam satuan massa (kg). Massa

    tersebut akan ditunjukkan dalam display dan diolah dalam akuisisi data dengan

    nilai tinggi tubuh untuk mengahsilkan Body Mass Index (BMI).

    Gambar 3.7 Diagram Blok Proses Modifikasi Timbangan Pegas

    Keluaran

    Objek naik

    ke lantai

    muatan

    Pisau-pisau

    penyangga akan

    menggerakkan pegas

    Sensor

    bergerak

    mendekati

    magnet

    Sensor A1302

    mengukur

    medan magnet

    Microcontroller

    Arduino UNO

    Regresi nilai digital

    dalam satuan massa

    Keluaran Tegangan

    Display

    Akuisisi Data

    Nilai Massa (kg)

  • 23

    Gambar 3.8 Modifikasi Timbangan Pegas

    3.2 Pengukuran Tinggi Tubuh

    Pengukuran tinggi tubuh pada projek akhir ini menggunakan sensor ultrasonik

    yang telah dijelaskan pada bagian 2.4. Sensor ultrasonik akan mengeluarkan

    gelombang suara dan menerimanya kembali setelah gelombang tersebut

    dipantulkan oleh bidang tertentu. Bidang yang digunakan adalah logam

    alumunium yang dibentuk menyesuaikan bentuk body prototipe. Bidang pantul

    akan bergerak sesuai dengan tinggi objek yang diukur. Sistem otomasi yang

    digunakan untuk menggerakan bidang pantul menggunakan motor DC sebagai

    penggerak dan microswitcher sebagai pengontrol motor.

    Keluaran sensor berupa waktu lamanya gelombang suara untuk dipancarkan dan

    diterima kembali setelah memantul pada bidang pantul. Waktu yang didapatkan

    dari sensor ultrasonik akan dikonversi menjadi jarak dengan rumus

    Keterangan :

    s = Jarak antara sensor ultrasonik dengan objek yang dideteksi (cm)

    v = cepat rambat gelombang ultrasonik di udara (34400cm/s)

    tIN = selisih waktu pemancaran dan penerimaan pantulan gelombang(s)

    Batang penggerak Sensor Magnet

    Magnet

    Pegas Timbangan

    Pisau Timbangan

    (3.1)

  • 24

    3.2.1 Komponen Penyusun

    Penjelasan dan spesifikasi dari ultrasonik, motor DC, IC L293D dan

    microswitcher telah dibahas pada bagian 2.4, 2.5,2.6 dan 2.7.

    3.2.2 Perancangan Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh

    Sensor ultrasonik akan diletakkan pada bagian atas body prototipe. Sedangkan

    bidang pantul akan ditempatkan pada bagian bawah sensor dan terhubung dengan

    ulir yang digerakkan oleh motor DC. Bidang pantul diletakkan pada bagian bawah

    sensor dan terhubung dengan ulir yang digerakkan oleh motor DC. Bidang pantul

    akan bergerak sesuai dengan sistem otomasi yang telah dirancang. Jadi sensor

    ultrasonik akan mengukur waktu tempuh gelombang suara antara bagian paling

    atas tempat sensor berada dan bidang pantul yang turun menyesuaikan tinggi

    objek yang sedang diukur. Gambar dibawah ini akan menjelaskan sistem

    pengukuran tinggi tubuh.

    Gambar 3.9 Diagram Blok Pengukuran Tinggi Tubuh

    Keluaran

    Objek naik

    ke lantai

    muatan

    Bidang

    pantul turun

    Bidang pantul

    berhenti di objek

    Sensor Ultrasonik

    mengukur waktu

    tempuh gelombang

    Microcontroller

    Arduino UNO

    Regresi nilai digital

    dalam satuan tinggi

    (cm)

    Keluaran Tegangan

    Display

    Akuisisi Data

    Nilai Tinggi (cm)

  • 25

    Gambar 3.10 Sistem Pengukuran Tinggi Tubuh

    3.2.3 Perancangan Perangkat Sistem Otomasi Pengukur Tinggi Tubuh

    Perancangan sistem otomasi pengukuran tinggi tubuh menggunakan motor DC

    sebagai penggerak dan microswitcher. Sistem ini berfungis menggerakkan dan

    menghentikan bidang pantul. Bidang pantul berfungsi sangat penting dalam

    pengukuran tinggi tubuh sehingga sistem ini bekerja secara otomatis untuk

    meminimalisir kesalahan akibat operator.

    Bidang Pantul

    Display

    Sensor Ultrasonik

    Motor

    Ulir

    Jalur Gerak

    penghalang

  • 26

    3.2.3.1 Sistem Kerja Motor DC dengan Driver L293D

    Gambar 3.11 Skematik Rangkaian Hubungan Motor DC dan IC L293D

    IC Driver L293D merupakan rangkaian jembatan H yang terdiri dari 4 buah

    transistor yang berfungsi sebagai saklar untuk menggerakan motor DC secara

    bolak-balik. Pada kaki 1,8, dan 16 dihubungkan ke supply dari arduino (5V)

    sebagai suplai logic. Sedangkan pin 9 dihubungkan ke suplai tegangan 24 volt

    untuk menggerakan motor. Pin 4, 5, 12, dan 13 dihubungkan ke ground. Pin 2,

    dan 7 dihubungkan ke pin digital pada arduino untuk memberi perintah logic arah

    putaran motor DC. Kemudian pin 3 driver dihubungkan ke kaki positif motor DC

    dan dan pin 6 dihubungkan ke kaki negatif pada motor DC.

  • 27

    Saat pin 2 diberi nilai high dan pin 7 bernilai low maka dari arus dari suplai akan

    mengalir ke pin positif motor DC (pin 3) sehingga motor berputar searah jarum

    jam, Sedangkan saat pin 2 bernilai low dan pin 7 diberi nilai high maka motor

    akan berputar dengan arah sebaliknya.

    3.2.3.2 Sistem Otomasi Penggerak Bidang Pantul

    Motor DC bergerak saat terdapat objek pada lantai muatan yang mempunyai

    massa lebih dari 20 kg. Motor DC yang dihubungkan dengan ulir akan bergerak

    memutar ulir. Dudukan penghalang terhubung dengan sebuah mur yang terpasang

    di ulir dan ukurannya pas dengan jalur gerak penghalang. Ulir terpasang dalam

    posisi yang tetap dan terpasang dengan bearing. Saat motor berputar maka ulir

    ikut berputar, karena ulir terpasang pada posisi tetap maka mur yang terhubung

    dengan penghalang akan bergerak ke atas ataupun ke bawah sesuai arah putaran

    motor. Pada ujung penghalang terdapat sebuah Microswitcher yang berfungsi

    sebagai pengontrol motor. saat microswitcher menyentuh bagian paling atas objek

    (kepala) maka akan memberi masukan high pada microcontroller, microswitcher

    memberikan perintah berhenti pada motor DC sehingga bidang pantul akan

    berhenti tegak lurus tepat dengan kepala objek. Jarak antara bidang pantul yang

    mengenai kepala objek dan lantai muatan timbangan merupakan nilai tinggi badan

    objek yang terukur. Hasil pengukuran sensor akan diolah oleh mikrokontroler

    Arduino UNO dan ditampilkan pada display. Diagram alir pemrograman dapat

    dilihat pada Gambar 3.12.

  • 28

    Mulai

    Selesai

    Objek naik ke

    lantai muatan

    Objek naik ke

    lantai muatan

    Massa objek

    > 20 kg

    Microswitcher

    menyentuh objek

    Motor bergerak

    Bidang pantul turun

    Bidang pantul berhenti

    Sensor ultrasonik mengukur

    waktu tempuh gelombang (tIN)

    IN

    2

    Konversi waktu menjadi jarak

    Tinggi tubuh = 200 - s

    Tidak

    Ya

    Ya

    Tidak

    Gambar 3.12 Diagram Alir Sistem Otomasi Pengukuran Tinggi Tubuh

  • 29

    3.3 Desain Pengukuran Body Mass Index (BMI)

    Akuisisi data pengukuran projek akhir ini adalah menggabungkan data hasil

    pengukuran massa tubuh dengan tinggi tubuh. Seperti yang sudah dijelaskan pada

    subbab 2.1, kedua hasil pengukuran dapat menghasilkan BMI dengan rumus

    tertentu.

    3.3.1 Desain Mekanik Perangkat Pengukur BMI

    Konstruksi mekanik dari prototipe Body Mass Index sebagian besar dibuat dari

    bahan Aluminium, Untuk batang ulir pada sistem otomasi motor terbuat dari baja,

    sedangkan display prototipe terbuat dari acrylic. sebagai tambahan, alas dudukan

    timbangan terbuat dari bahan kayu.

    Gambar 3.13 Desain Mekanik Alat Ukur BMI

    Dudukan

    Perangkat

    Pengukur

    Massa Tubuh

    Tiang

    Utama

    Dudukan

    Perangkat

    Pengukur Tinggi

    Tubuh

  • 30

    3.3.2 Desain Rangkaian Elektronik Perangkat Pengukur BMI

    Perangkat alat ukur Body Mass Index (BMI) terdiri dari gabungan perangkat

    pengukuran massa dan tinggi tubuh serta mikrokontroler Arduino UNO.

    Komponen-komponen tersebut selanjutnya dirangkai sehingga sesuai dengan

    skematik berikut.

    3.3.3 Algoritma Pengukuran BMI

    Algoritma pengukuran BMI merupakan lanjutan dari data hasil pengukuran massa

    dan tinggi tubuh yang diakuisisi menggunakan mikrokontroler Arduino UNO dan

    ditampilkan pada display juga menyalakan indikator LED. Warna dan letak LED

    akan menjadi indikator kondisi tubuh yang telah ditentukan oleh BMI. LED

    merah akan menyala apabila objek yang terukur memiliki BMI dengan kondisi

    Gambar 3.14 Rangkaian Skematik Sistem Pengukuran BMI

  • 31

    Underweight dan Overweight . Adapun LED hijau akan menyala apbila objek

    yang terukur memiliki BMI dengan kategori ideal. Diagram alir pemrograman

    dapat dilihat pada Gambar 3.15

    Ya

    Tidak

    Tidak Tidak

    Ya Ya

    Ya

    Cetak nilai

    Cetak nilai

    Cetak nilai

    LED merah di

    gambar kiri

    menyala

    LED hijau di

    gambar tengah

    menyala

    LED merah di

    gambar kanan

    menyala

    Selesai

    BMI

    18,5

  • 32

    BAB IV

    PENGUJIAN DAN ANALISIS

    4 Pengujian dan Analisis

    4.1 Pengujian Alat Ukur

    Pengujian alat ukur pada projek akhir ini menjelaskan mengenai proses

    pengambilan data mulai dari data kalibrasi sampai pengujian alat ukur secara

    keseluruhan. Berikut ini akan dijelaskan proses-proses pengujian yang dilakukan

    dalam projek akhir ini.

    4.1.1 Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh

    Pengujian perangkat pengukur massa tubuh meliputi karakterisasi sensor magnet,

    pengujian histerisis alat ukur dan pengujian kebenaran penunjukan. Standar yang

    digunakan adalah anak timbangan kelas M1. Berikut ini akan dijelaskan prosedur

    serta pengolahan data kalibrasi dan pengujiannya.

    Prosedur Pengujian Perangkat Pengukur Massa Tubuh adalah sebagai berikut

    1. Mempersiapkan Prototype dan standar yang digunakan

    2. Mengondisikan agar penunjukan awal nol

    3. Menaikkan standar ke lantai muatan

    4. Mencatat hasil yang terukur

    5. Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan nilai muatan yang berbeda.

    4.1.1.1 Karakterisasi Sensor Magnet Menggunakan Massa Standar

    Karakterisasi sensor Magnet dilakukan untuk mengetahui keluaran sensor magnet

    yang dihubungkan dengan Arduino saat timbangan diberi muatan tertentu. Muatan

    yang digunakan adalah anak timbangan standar kelas M1. Besarnya keluaran

    tegangan analog yang terbaca sebanding dengan besarnya medan magnet yang

    terdeteksi sensor.

    Karena data yang dihasilkan tidak linear, sehingga dilakukan regresi dengan

    menggunakan perangkat lunak MATLAB. Regresi yang digunakan adalah regresi

    sinusoidal dengan orde 3. Hasil Regresi ditampilkan dalam grafik sebagai berikut

  • 33

    Gambar 4.1 Grafik Karakterisasi Magnet

    Dari regresi sinusoidal ini diperoleh persamaan konversi sebagai berikut :

    22

    Variabel y merupakan nilai konversi massa yang dihasilkan, sedangkan variabel x

    merupakan nilai keluaran tegangan analog yang terbaca pada Arduino. Dari

    persamaan diatas diperoleh nilai R sebesar 0.9987.

    Regresi sinusoidal ini digunakan karena data yang dihasilkan tidak linear.Saat

    digunakan regresi polinomial pada orde lebih dari 3, hasil regresi cukup bagus.

    Namun, saat persamaan tersebut dimasukkan ke dalam arduino, data tidak bisa

    diolah karena melebihi kemampuan tipe data yang telah digunakan. Tipe data

    yang digunakan adalah int, long, dan long int.

    4.1.1.2 Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh

    Pengujian histerisis dilakukan dengan uji naik dan uji turun dengan perubahan

    besar muatan yang konstan. Data hasil pengujian adalah sebagai berikut :

    (4.1)

  • 34

    Gambar 4.2 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Outuput Analog

    Dari Grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas keluaran tegangan

    analog arduino terhadap kenaikan massa standar kelipatan 20 kg adalah 1.613 dan

    nilai R adalah 0.913. sedangkan pada pengukuran turun nilai sensitivitas sebesar

    1.621 dan nilai R sebesar 0.927.

    Besarnya nilai Histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut

    Saat pengukuran naik y =0, maka x = -314.817

    Saat pengukuran turun y =0, maka x = -313.14

    Histerisis = | (-314.817)-(-313.14)| = 1.677

    Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun

    diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data cukup linear, sedangkan nilai histerisis

    masih cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan pengukuran turun

    berbeda.

    Naik y = 1.613x + 507.8

    R = 0.927

    Turun y = 1.621x + 507.6

    R = 0.913

    500,00

    520,00

    540,00

    560,00

    580,00

    600,00

    620,00

    640,00

    660,00

    680,00

    700,00

    0 20 40 60 80 100 120

    Ou

    tpu

    t A

    nal

    og

    Ard

    uin

    o

    Massa Standar (kg)

    Pengukuran Naik

    Pengukuran Turun

  • 35

    Gambar 4.3 Grafik Histerisis Massa Standar Terhadap Penunjukkan Massa di

    Display Alat Ukur Massa Tubuh

    Dari grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas hasil penunjukan

    display terhadap kenaikan massa standar kelipatan 20 kg adalah 0.999 dan nilai R

    adalah 0.999. sedangkan pada pengukuran turun nilai sensitivitas sebesar 1.019

    dan nilai R sebesar 0.998.

    Besarnya nilai histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut

    Saat pengukuran naik y =0, maka x = -0.492

    Saat pengukuran turun y =0, maka x = 0.934

    Histerisis = | (-0.492)-0.934| = 1.426

    Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun

    diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data hasil pengukuran linear, sedangkan

    nilai histerisis masih cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan

    pengukuran turun berbeda. Perbedaan pengukuran ini disebabkan karena posisi

    magnet saat perubahan beban yang kurang stabil. Sedikit saja perubahan posisi

    magnet akan mempengaruhi keluaran tegangan analog Arduino ikut berbubah dan

    nilai terukur pada display juga berubah.

    Naik y = 0.999x + 0.492

    R = 0.999

    Turun y = 1.019x - 0.952

    R = 0.998

    0,00

    20,00

    40,00

    60,00

    80,00

    100,00

    120,00

    0 20 40 60 80 100 120

    Mas

    sa A

    lat

    (kg)

    Massa Standar (kg)

    PengukuranNaik

    PengukuranTurun

  • 36

    4.1.1.3 Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh

    Pengujian kebenaran penunjukan alat ukur massa tubuh dilakukan pada 17 titik

    pengukuran dengan selisih 5 kg untuk setiap titik pengukuran. Data pengujian

    dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berikut ini spesifikasi prototipe timbangan.

    Massa maksimum = 100 kg

    Interval skala (e) = 1 kg

    Jumlah interval skala = 100kg/1kg = 100

    Kelas timbangan = 4 (biasa)

    Minimum menimbang = 10e = 10 kg

    Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh

    Muatan (L)

    standar (kg)

    Penunjukan (kg) Kesalahan penunjukan

    (kg)

    Error (%)

    E(%)=|E/L|*100

    Display (IL)

    Imbuh

    (L)

    Sebenarnya E = IL+0,5e -L - L ( IL + 0,5e - L)

    20 19 1.9 17.6 -2.4 12.0

    17 1.4 16.1 -3.9 19.5

    21 0.8 20.7 0.7 3.50

    25 24 1.1 23.4 -1.6 6.40

    22 0.3 22.2 -2.8 11.2

    24 0.9 23.6 -1.4 5.60

    30 28 0.6 27.9 -2.1 7.00

    28 0.4 28.1 -1.9 6.33

    32 0.4 32.1 2.1 7.00

    35 34 0.9 33.6 -1.4 4.00

    34 0.3 34.2 -0.8 2.29

    37 0.7 36.8 1.8 5.14

    40 39 0.8 38.7 -1.3 3.25

    40 0.8 39.7 -0.3 0.75

    40 0.9 39.6 -0.4 1.00

    45 44 0.9 43.6 -1.4 3.11

    44 0.6 43.9 -1.1 2.44

    44 1.4 43.1 -1.9 4.22

  • 37

    Muatan (L)

    standar (kg)

    Penunjukan (kg) Kesalahan penunjukan

    (kg)

    Error (%)

    E(%)=|E/L|*100

    Display (IL)

    Imbuh

    (L)

    Sebenarnya E = IL+0,5e -L L ( IL + 0,5e - L)

    55 54 0.5 54 -1 1.82

    56 0.9 55.6 0.6 1.09

    53 0.9 52.6 -2.4 4.36

    60 59 1.4 58.1 -1.9 3.17

    59 0.5 59 -1 1.67

    58 1.4 57.1 -2.9 4.83

    65 63 1.2 62.3 -2.7 4.15

    64 0.7 63.8 -1.2 1.85

    63 0.2 63.3 -1.7 2.62

    70 68 0.9 67.6 -2.4 3.43

    68 0.1 68.4 -1.6 2.29

    73 0.2 73.3 3.3 4.71

    75 73 0.8 72.7 -2.3 3.07

    75 0.7 74.8 -0.2 0.27

    74 0.2 74.3 -0.7 0.93

    80 81 0.4 81.1 1.1 1.37

    84 0.4 84.1 4.1 5.12

    83 0.1 83.4 3.4 4.25

    85 87 0.2 87.3 2.3 2.71

    88 0.2 88.3 3.3 3.88

    90 2 88.5 3.5 4.12

    90 92 0.4 92.1 2.1 2.33

    91 1.4 90.1 0.1 0.11

    91 1.2 90.3 0.3 0.33

    95 96 3.7 92.8 -2.2 2.32

    93 2 91.5 -3.5 3.68

    92 1 91.5 -3.5 3.68

    100 104 0.2 104.3 4.3 4.30

    98 0.4 98.1 -1.9 1.90

    98 0.2 98.3 -1.7 1.70

    Tabel 4.1 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh (Lanjutan)

    Masuk dalam rentang BKD

  • 38

    Batas Kesalahan yang Diizinkan sesuai prosedur untuk rentang 0 kg 50 kg

    sebesar 0.5 kg dan untuk rentang 51 kg 200 kg sebesar 1 kg. Dari hasil

    pengujian hanya sedikit data yang berada dalam rentang BKD.

    Pemgolahan data terdiri dari beberapa karakteristik statik. Beberapa parameter

    karakteristik statik diantaranya yaitu :

    1. Bias

    Bias adalah perbedaan harga rata-rata keluaran alat ukur dengan harga benar

    untuk masukan yang sama. Bias menunjukan kecenderungan nilai pengukuran

    yang lebih besar atau lebih kecil dari suatu alat ukur dibandingkan dengan alat

    ukur standar. Persamaan untuk menentukan nilai bias ditunjukan sebagai

    berikut.

    Bias | | (4.2)

    (4.3)

    : Nilai rata-rata pengukuran

    : Nilai Pengukuran

    : Jumlah data

    2. Akurasi

    Akurasi atau ketelitian adalah derajat kedekatan harga penunjukan alat ukur

    dengan harga penunjukan alat ukur standar yang dianggap benar. Akurasi

    menunjukan seberapa dekat hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang

    dengan nilai yang sebenarnya.

    Akurasi =(

    ) (4.4)

    (4.5)

    : Standar deviasi

    : Nilai pengukuran standar

    3. Presisi

  • 39

    Presisi atau ketepatan adalah derajat kedekatan dalam satu kelompok data

    pengukuran. Presisi menunjukan kemampuan alat ukur memberikan hasil

    pengukuran yang konsisten pada pengukuran secara berulang.

    Presisi = (

    ) (4.6)

    4. Kesalahan

    Kesalahan adalah perbedaan antara nilai keluaran dengan harga benar suatu

    standar.

    Kesalahan = (

    ) (4.7)

    Dari Tabel 4.2 bisa diketahui nilai standar deviasi rata-rata, standar deviasi, bias,

    kesalahan, akurasi, dan presisi untuk setiap titik pengukuran sebagai berikut

    Tabel 4.2 Pengolahan Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Massa Tubuh

    Muatan

    (kg)

    Rata2

    penunjukan

    sebenarnya

    (kg)

    Standar

    Deviasi

    (kg)

    Bias

    (kg)

    Kesalahan

    (%)

    Akurasi

    (%)

    Presisi

    (%)

    20 18.13 2.35 1.87 44.52 55.47 61.19

    25 23.07 0.76 1.93 16.82 83.18 90.15

    30 29.37 2.37 0.63 25.80 74.19 75.80

    35 34.87 1.70 0.13 14.96 85.03 85.36

    40 39.33 0.55 0.67 5.797 94.20 95.79

    45 43.53 0.40 1.47 5.953 94.04 97.21

    50 48.97 1.76 1.03 12.60 87.39 89.24

    55 54.07 1.50 0.93 9.885 90.11 91.67

    60 58.07 0.95 1.93 7.974 92.02 95.09

    65 63.13 0.76 1.87 6.396 93.60 96.37

    70 69.77 3.08 0.23 13.56 86.44 86.73

    75 73.93 1.09 1.07 5.810 94.18 95.54

    80 82.87 1.57 -2.87 2.302 97.69 94.31

    85 88.03 0.64 -3.03 1.299 98.70 97.80

    90 90.83 1.10 -0.83 2.745 97.25 96.36

    95 91.93 0.75 3.07 5.598 94.40 97.55

    100 100.23 3.52 -0.23 10.33 89.66 89.45

  • 40

    Dari data di Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat diketahui untuk pengukuran rentang

    yang kecil yaitu antara 20 kg 40 kg memiliki nilai kesalahan yang cukup besar.

    Hal ini terjadi karena pada saat pengukuran di bawah rentang 40 kg kenaikan

    skala belum stabil, yaitu di rentang 2 kg untuk tiap perubahan skala karena

    menyesuaikan nilai keluaran tegangan analog dari sensor yang terbaca pada

    Arduino UNO. Perubahan yang tidak stabil pada rentang pengukuran kecil terjadi

    karena pada jarak tertentu yang relatif lebih jauh, medan magnet yang terdeteksi

    oleh sensor kecil dan untuk setiap perubahan jarak tertentu, besarnya medan

    magnet yang terdeteksi tidak linear seperti pada karakterisasi sensor magnet yang

    dilakukan.

    4.1.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh

    Pengujian perangkat alat ukur tinggi tubuh dilakukan 2 kali pengujian yaitu

    pengujian histerisis dan pengujian kebenaran penunjukan. Standar yang digunakan

    sebagai pembanding adalah Laser Distance Leica Disto A6 dengan spesifikasi

    rentang pengukuran 0.05 m sampai 200 m dan akurasi 1,5 mm.

    Gambar 4.4 Laser Distance Meter

    Prosedur pengujian prototipe pengukur tinggi tubuh adalah sebagai berikut :

    1. Mempersiapkan prototipe dan standar pembanding

    2. Meletakkan standar pembanding tegak lurus lantai muatan dan menempel

    pada permukaan dudukan timbangan.

    3. Menjalankan sistem otomasi prototipe pengukur tinggi tubuh.

  • 41

    4. Mengontrol sistem agar alat ukur berhenti tiap perubahan 1 cm, baik pada

    saat pengukuran naik maupun pengukuran turun.

    5. Mengambil data menggunakan standar pembanding untuk setiap

    perubahan 1 cm

    6. Mencatat hasil pengukuran yang didapatkan.

    4.1.2.1 Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh

    Pengujian Histerisis alat ukur tinggi tubuh dilakukan dengan pengujian naik dan

    pengujian turun dari alat ukur, dengan rentang pengukuran dari 145 cm 190 cm,

    dan untuk setiap perubahan jarak 1 cm. setiap perubahan jarak pengukuran

    sebanding dengan 7 putaran motor. Dari pengujian histerisis, diperoleh grafik

    sebagai berikut.

    Gambar 4.5 Grafik Histerisis Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh

    Dari grafik dapat diketahui saat pengukuran naik sensitivitas dari alat penunjukan

    alat ukur dengan pembanding laser distance adalah 1.020 dan nilai R adalah

    0.999. sedangkan pada pengukuran turun sensitivitasnya sebesar 1.038 dan nilai R

    sebesar 0.999.

    Besarnya nilai histerisis dari data diatas adalah sebagai berikut

    Saat pengukuran naik y =0, maka x = 3.36

    Turun y = 1.038x - 6.162

    R = 0.999

    Naik y = 1.020x - 3.403

    R = 0.999

    140

    150

    160

    170

    180

    190

    200

    140 150 160 170 180 190 200

    Lase

    r D

    ista

    nce

    (cm

    )

    Alat Ukur (cm)

    PengujianTurun

    PengujianNaik

  • 42

    Saat pengukuran turun y =0, maka x = 5.93

    Histerisis = | 3.36-5.936| = 2.57

    Dari hasil perhitungan diatas, untuk pengukuran naik maupun pengukuran turun

    diperoleh nilai R mendekati 1, artinya data linear, sedangkan nilai histerisis masih

    cukup besar, sehingga data hasil pengukuran naik dan pengukuran turun berbeda.

    4.1.2.2 Pengujian Kebenaran Penunjukkan Alat Ukur Tinggi Tubuh

    Pada pengujian kebenaran prototipe tinggi badan dilakukan 3 kali pengulangan

    pada masing-masing titik pengukuran. Berikut adalah tabel rata-rata dari hasil

    pengujian dan kesalahan hasil pengukuran.

    Tabel 4.3 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi

    Alat

    Ukur

    (cm)

    Rata2

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm) Error (%)

    190 190.50 0.50 0.26

    189 189.73 0.73 0.39

    188 188.70 0.70 0.37

    187 187.63 0.63 0.34

    186 186.73 0.73 0.39

    185 185.57 0.57 0.31

    184 184.57 0.57 0.31

    183 183.67 0.67 0.36

    182 182.50 0.50 0.27

    181 181.60 0.60 0.33

    180 180.53 0.53 0.30

    179 179.70 0.70 0.39

    178 178.40 0.40 0.22

    177 177.00 0.00 0.00

    176 176.13 0.13 0.08

    175 175.10 0.10 0.06

    174 174.23 0.23 0.13

    173 173.20 0.20 0.12

    172 172.17 0.17 0.10

    171 171.17 0.17 0.10

    170 170.07 0.07 0.04

    169 169.07 0.07 0.04

  • 43

    Alat Ukur (cm)

    Rata2 Standar

    (cm)

    Error (cm)

    Error (%)

    168 168.00 0.00 0.00

    167 167.00 0.00 0.00

    165 165.03 0.03 0.02

    164 164.07 0.07 0.04

    163 163.07 0.07 0.04

    162 162.20 0.20 0.12

    161 161.10 0.10 0.06

    160 160.17 0.17 0.10

    159 159.17 0.17 0.10

    158 158.03 0.03 0.02

    157 157.10 0.10 0.06

    156 156.00 0.00 0.00

    155 154.93 -0.07 0.04

    154 153.87 -0.13 0.09

    153 152.77 -0.23 0.15

    152 151.90 -0.10 0.07

    151 150.93 -0.07 0.04

    150 149.43 -0.57 0.38

    149 148.47 -0.53 0.36

    148 147.53 -0.47 0.32

    147 146.47 -0.53 0.36

    146 145.43 -0.57 0.39

    145 144.70 -0.30 0.21

    Data hasil pengujian kebenaran perangkat pengukur tinggi tubuh yang diperoleh

    menunjukkan hasil yang cukup bagus. Selisih hasil pengukuran maksimum adalah

    0.73 cm, persentase kesalahan maksimum yang didapat adalah 0.39 %.

    4.1.3 Pengujian Alat Ukur Body Mass Index (BMI)

    Setelah dilakukan pengujian masing-masing perangkat, dilakukan pengujian

    dengan menggabungkan semua perangkat. Pengujian dilakukan dengan

    mengambil data dari beberapa sampel orang dari rentang tinggi badan 145-190

    dan berat badan dari ren 45 kg 100 kg. Untuk alat ukur pembanding, sebagai

    acuan digunakan Timbangan elektronik kelas III yang sudah dilakukan pengujian

    untuk pengukur massa tubuh dan Laser Distance Leica Disto A6 untuk pengukur

    tinggi tubuh.

    Tabel 4.4 Data Pengujian Kebenaran Alat Ukur Tinggi (Lanjutan)

  • 44

    Gambar 4.6 Timbangan Acuan

    Prosedur pengujian alat ukur Body Mass Index adalah sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan prototipe dan alat ukur pembanding

    2. Objek yang akan diukur melepaskan semua benda pada tubuh yang dapat

    menambah massa, seperti sepatu dll.

    3. Objek ukur naik ke lantai muatan alat ukur dengan posisi badan yang

    tegap serta kepala tegak lurus ke depan.

    4. Sistem alat akan mulai bekerja jika massa tubuh sampel yang terukur >20

    kg.

    5. Penghalang untuk pengukuran tinggi badan secara otomatis akan turun

    sampai switch menekan kepala sampel/objek.

    6. Setelah switch menyentuh kepala objek maka sistem akan berhenti dan

    nilai hasil pengukuran tinggi dan berat badan dan nilai BMI objek akan

    ditampilkan pada display LCD.

    7. Indikator LED pada display akan menyala sesuai klasifikasi BMI yang

    sudah ditentukan.

    8. Saat penghalang berhenti ukur jarak antara lantai muatan dan penghalang

    yang tegak lurus kepala objek

    9. Kemudian Mencatat hasil pengukuran yang diperoleh dari prototipe

    10. Objek turun dari lantai muatan prototipe.

    11. Objek Menimbang kembali ke Timbangan elektronik acuan

    12. Mencatat dan Membandingkan hasil pengukuran prototipe dengan hasil

    dari alat ukur acuan.

  • 45

    Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran BMI

    Tabel 4.5 Pengolahan Data Pengukuran BMI

    Sampel ke-

    Error Error (%)

    Tinggi Massa BMI Tinggi Massa BMI

    1 0.2 0.4 0.11 0.13 0.69 0.42

    2 0.6 1.4 0.42 0.40 2.43 1.61

    3 0.7 3.2 1.36 0.42 6.56 7.47

    4 0.3 7.5 2.69 0.18 9.20 8.91

    5 0.4 6.6 2.28 0.24 8.09 7.64

    6 0.7 3.4 1.43 0.42 5.70 6.60

    7 1.3 1.3 0.07 0.78 1.82 0.27

    8 0.7 0.9 0.51 0.42 1.52 2.38

    9 0.3 0.9 0.39 0.18 1.83 2.20

    10 0.5 4.0 1.27 0.30 5.80 5.17

    11 0.5 4.9 1.89 0.30 9.98 10.6

    12 1.1 9.4 3.51 0.65 19.3 20.9

    13 0.2 4.8 0.92 0.12 9.80 5.52

    14 0.4 0.5 0.06 0.23 0.73 0.27

    15 0.4 5.1 1.60 0.23 7.48 7.06

    16 0.2 0.9 0.35 0.11 1.32 1.55

    Sampel ke-

    Prototipe Alat Ukur Acuan

    Tinggi (cm)

    Massa (kg)

    BMI Kategori Tinggi (cm)

    Massa (kg)

    BMI Kategori

    1 149 58 26.12 Overweight 148.8 57.6 26.01 Overweight

    2 150 59 26.22 Overweight 149.4 57.6 25.81 Overweight

    3 163 52 19.57 Normal 163.7 48.8 18.21 Underweight

    4 164 74 27.50 Overweight 164.3 81.5 30.19 Overweight

    5 165 75 27.55 Overweight 165.4 81.6 29.83 Overweight

    6 165 63 23.14 Normal 165.7 59.6 21.71 Normal

    7 165 70 25.71 Overweight 166.3 71.3 25.78 Overweight

    8 166 60 21.77 Normal 166.7 59.1 21.27 Normal

    9 166 50 18.14 Underweight 166.3 49.1 17.75 Underweight

    10 166 64 23.25 Normal 166.5 68.0 24.52 Normal

    11 166 54 19.60 Normal 166.5 49.1 17.71 Underweight

    12 169 58 20.31 Normal 170.1 48.6 16.80 Underweight

    13 171 46 15.73 Underweight 171.2 48.8 16.65 Underweight

    14 173 68 22.72 Normal 173.4 68.5 22.78 Normal

    15 173 63 21.05 Normal 173.4 68.1 22.65 Normal

    16 174 69 22.79 Normal 174.2 68.1 22.44 Normal

  • 46

    Data yang diperoleh dari hasil pengujian belum cukup bagus khususnya pada

    pengukuran massa tubuh. Kesalahan pengukuran massa tubuh dari sistem

    gabungan cukup tinggi.

    4.2 Analisis

    Kesalahan pengukuran Body Mass Index (BMI) pada prototipe projek akhir ini

    cukup besar. Kesalahan yang cukup signifikan berasal dari alat ukur massa atau

    bagian modifikasi timbangan. Kesalahan hasil pengukuran pada timbangan

    dikarenakan karakteristik dari sensor efek hall yang sangat sensitif apabila terjadi

    sedikit perubahan posisi. Pemasangan timbangan pegas pada kerangka prototipe

    juga sangat berpengaruh. Karena konstruksi tempat dudukan timbangan memiliki

    ukuran yang pas, sebagian tekanan dari objek teredam oleh kerangka sehingga

    hasil pengujian timbangan di dalam dan di luar kerangka prototipe menjadi

    berbeda. Perubahan tersebut mempengaruhi nilai keluaran tegangan analog yang

    terbaca pada arduino, sehingga berpengaruh juga terhadap nilai konversi yang

    ditampilkan dalam display LCD. Selain itu pengaruh medan magnet di sekitar

    sensor juga sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran.

    Untuk hasil pengukuran tinggi tubuh menggunakan sensor ultrasonik sudah cukup

    bagus, kesalahan pada hasil pengukuran disebabkan karena resolusi dari alat ukur

    acuan yang digunakan sebagai pembanding lebih kecil yaitu 1 mm, sedangkan

    resolusi pada prototipe adalah 1 cm. Selisih dari hasil penunjukan prototipe dan

    alat ukur pembanding ini yang menyebabkan terjadinya error. Faktor lain yang

    menyebabkan terjadinya kesalahan hasil pengukuran adalah posisi motor DC yang

    berdekatan dengan sensor ultrasonik, sehingga saat motor berputar, secara tidak

    langsung akan mempengaruhi hasil pengukuran sensor ultrasonik.

    Pada sistem mekanik prototipe, waktu yang dibutuhkan penghalang untuk

    bergerak naik turun pada sistem otomasi pengukuran tinggi tubuh masih cukup

    lama. Untuk setiap perubahan 1 cm dibutuhkan waktu sekitar 5 sekon yang setara

    dengan 7 putaran motor. Hal ini terjadi karena kekuatan dari motor DC yang

    hanya mampu menerima arus yang kecil. Tegangan maksimum dari motor DC

  • 47

    yang digunakan adalah 24 V. Saat motor DC diuji menggunakan suplai voltage

    dan diberi masukan tegangan maksimum arus yang terukur adalah 0.08 A. Faktor

    lain yang mempengaruhi kecepatan gerak penghalang adalah gesekan antara

    dudukan penghalang dan lintasan pada tiang utama.

  • 48

    BAB V

    PENUTUP

    5 Penutup

    5.1 Simpulan

    Dari hasil perancangan dan pengujian prototipe pada proyek akhir ini dapat

    disimpulkan beberapa hal.

    1. Prototipe pengukur Body Mass Index (BMI) telah berhasil dibuat dengan

    menggabungkan pengukuran massa tubuh dan tinggi tubuh secara otomatis.

    2. Rentang pengukuran adalah massa tubuh 30 kg hingga 100 kg dan tinggi

    tubuh 145 cm hingga 190 cm.

    3. Konversi nilai output analog sensor magnet ke dalam nilai massa

    menggunakan persamaan

    22

    4. Pengujian kebenaran alat ukur massa tubuh menunjukkan pengukuran rentang

    yang kecil yaitu antara 20 kg 40 kg memiliki nilai kesalahan yang cukup

    besar hingga 25.80%. Adapun pengujian kebenaran alat ukur tinggi tubuh

    menunjukkan nilai yang baik karena kesalahan terbesar hanya 0.39%.

    5. Kesalahan pengukuran BMI dan pengelompokannya berasal dari kesalahan

    pengukuran massa tubuh yang cukup besar. Kesalahan tersebut disebabkan

    oleh sensor efek hall yang sangat sensitif apabila terjadi perubahan posisi

    walaupun hanya sedikit. Selain itu sebagian tekanan teredam oleh kerangka

    prototipe karena dudukan tempat timbangan sangat pas sehingga hasil

    pengujian timbangan di dalam dan di luar kerangka prototipe berbeda.

    5.2 Saran

    Pada penelitian selanjutnya, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

    performa prototipe adalah:

    1. Meningkatkan kestabilan sensor hall A1302 untuk mendapatkan hasil

    pengukuran massa tubuh yang lebih akurat.

    2. Menggunakan motor DC dengan arus lebih besar sehingga memiliki torsi yang

    lebih besar untuk meningkatkan kecepatan turunnya bidang pantul.

  • 49

    3. Membuat konstruksi dudukan tempat timbangan menjadi lebih stabil dan tidak

    terlalu pas dengan timbangan untuk mencegah terjadinya perbedaan pengujian

    timbangan di dalam dan di luar dudukan timbangan.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Daftar Pustaka

    [1] The Lancet, "Appropriate body-mass index for Asian populations and its

    implications for policy and intervention strategies," Public Health, vol. 363, p.

    1, 2004.

    [2] National Obesity Observatory, "Body Mass Index as Measure of Obesity,"

    Associaton of Public Health Observatories, pp. 2-3, 2009.

    [3] USDA, "Body Mass Index and Health," A Publication of the USDA Center for

    Nutrition Policy and Promotion, p. 1, 2000.

    [4] PPSDMK, Modul Praktikum SIstem Pengukuran Massa, Cimahi: BALAI

    DIKLAT METROLOGI , 2012.

    [5] DisiWare, "PING))) Ultrasonik Range Finder," Application Note, p. 1, 2007.

    [6] S. M. Hasbullah, "Motor Arus Searah," Teknik Elektro FPTK UPI, Bandung,

    2010.

    [7] STMicroelectronics, "PUSH-PULL FOUR CHANNEL DRIVER WITH

    DIODES," L293D L293DD, pp. 1-6, 2003.

    [8] HoneyWell, "MICRO SWITCH Basic Switches," Sensing, pp. 1-6, 2009.

    [9] G. Pepka, "Position and Level Sensing Using," Application Information, vol.

    1, pp. 1-6, 2006.

  • 51

    LAMPIRAN A

    DATA HASIL PENGUJIAN

    LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN A. Pengujian

    A.1 Pengujian Alat Ukur Massa Tubuh

    A. Pengujian Karakterisasi Sensor Magnet

    A.1 Data Hasil Pengujian Karakterisasi Sensor Magnet (Efek Hall)

    Standar

    (kg)

    Keluaran tegangan analog

    Arduino Tegangan (volt)

    I II Rata-

    rata I II Rata-rata

    0 527 527 527 2.57575758 2.575758 2.575758

    5 529 529 529 2.58553275 2.585533 2.585533

    10 531 531 531 2.59530792 2.595308 2.595308

    15 534 534 534 2.60997067 2.609971 2.609971

    20 537 537 537 2.62463343 2.624633 2.624633

    25 541 541 541 2.64418377 2.644184 2.644184

    30 544 544 544 2.65884653 2.658847 2.658847

    35 548 548 548 2.67839687 2.678397 2.678397

    40 553 553 553 2.7028348 2.702835 2.702835

    45 559 559 559 2.73216031 2.73216 2.73216

    50 566 566 566 2.76637341 2.766373 2.766373

    55 574 574 574 2.8054741 2.805474 2.805474

    60 583 583 583 2.84946237 2.849462 2.849462

    65 594 594 594 2.90322581 2.903226 2.903226

    70 607 607 607 2.96676442 2.966764 2.966764

    75 623 623 623 3.04496579 3.044966 3.044966

    76 627 627 627 3.06451613 3.064516 3.064516

    77 631 631 631 3.08406647 3.084066 3.084066

    78 634 634 634 3.09872923 3.098729 3.098729

    79 639 639 639 3.12316716 3.123167 3.123167

    80 643 643 643 3.1427175 3.142717 3.142717

    100 678 678 678 3.31378299 3.313783 3.313783

    110 717 717 717 3.50439883 3.504399 3.504399

    120 788 788 788 3.8514174 3.851417 3.851417

  • 52

    B. Pengujian Histerisis Alat Ukur Tubuh

    A.2 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh

    Standar

    (kg)

    Naik Turun

    Keluaran

    tegangan analog

    Arduino

    Penunjukan Alat

    (kg)

    Keluaran

    tegangan analog

    Arduino

    Penunjukan Alat

    (kg)

    0

    527 0 528 0

    528 0 530 0

    528 0 532 0

    20

    538 21 535 16

    538 21 538 21

    539 22 536 17

    40

    555 42 551 39

    554 41 555 42

    550 37 551 39

    60

    590 62 582 59

    588 61 585 60

    577 57 580 58

    80

    647 84 648 84

    646 83 650 85

    633 78 641 81

    100

    688 101 688 101

    680 98 680 98

    687 100 687 100

    A.3 Data Rata-Rata Pengujian Histerisis Alat Ukur Massa Tubuh

    Standar

    Naik Turun

    Keluaran

    tegangan

    analog

    Arduino

    Penunjukan Alat

    (kg)

    Keluaran

    tegangan

    analog

    Arduino

    Penunjukan Alat

    (kg)

    0 527.67 0.00 530.00 0.00

    20 538.33 21.33 536.33 18.00

    40 553.00 40.00 552.33 40.00

    60 585.00 60.00 582.33 59.00

    80 642.00 81.67 646.33 83.33

    100 685.00 99.67 685.00 99.67

  • 53

    A.2 Pengujian Alat Ukur Tinggi Tubuh

    A. Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh

    A.4 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh

    Alat

    Ukur

    (cm)

    Turun Naik

    Laser Distance

    Meter (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    Laser Distance

    Meter (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    190 190.7 -0.7 -0.37 190.3 -0.3 -0.16

    189 190.2 -1.2 -0.63 189.4 -0.4 -0.21

    188 189.0 -1.0 -0.53 188.6 -0.6 -0.32

    187 188.1 -1.1 -0.58 187.3 -0.3 -0.16

    186 187.1 -1.1 -0.59 186.4 -0.4 -0.21

    185 185.9 -0.9 -0.48 185.2 -0.2 -0.11

    184 184.8 -0.8 -0.43 184.5 -0.5 -0.27

    183 185.0 -2.0 -1.08 183.4 -0.4 -0.22

    182 183.0 -1.0 -0.55 182.4 -0.4 -0.22

    181 182.0 -1.0 -0.55 181.3 -0.3 -0.17

    180 180.9 -0.9 -0.50 180.3 -0.3 -0.17

    179 179.9 -0.9 -0.50 179.7 -0.7 -0.39

    178 178.6 -0.6 -0.34 178.5 -0.5 -0.28

    177 177.5 -0.5 -0.28 176.6 0.4 0.23

    176 176.4 -0.4 -0.23 175.8 0.2 0.11

    175 175.3 -0.3 -0.17 174.9 0.1 0.06

    174 174.4 -0.4 -0.23 174.2 -0.2 -0.11

    173 173.3 -0.3 -0.17 173.1 -0.1 -0.06

    172 172.2 -0.2 -0.12 172.1 -0.1 -0.06

    171 171.1 -0.1 -0.06 171.4 -0.4 -0.23

    170 170.1 -0.1 -0.06 170.2 -0.2 -0.12

    169 169.0 0.0 0.00 169 0 0.00

    168 168.1 -0.1 -0.06 167.9 0.1 0.06

    167 167.0 0.0 0.00 166.8 0.2 0.12

    166 166.0 0.0 0.00 166 0 0.00

    165 164.9 0.1 0.06 165 0 0.00

    164 164.2 -0.2 -0.12 163.9 0.1 0.06

    163 163.0 0.0 0.00 163.1 -0.1 -0.06

    162 162.1 -0.1 -0.06 162.2 -0.2 -0.12

    161 161.1 -0.1 -0.06 161.2 -0.2 -0.12

    160 160.2 -0.2 -0.12 160.1 -0.1 -0.06

  • 54

    A.5 Data Pengujian Histerisis Alat Ukur Tinggi Tubuh (Lanjutan)

    Alat

    Ukur

    (cm)

    Turun Naik

    Laser Distance

    Meter (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    Laser Distance

    Meter (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    159 159.1 -0.1 -0.06 159.2 -0.2 0.13

    158 157.9 0.1 0.06 158.0 0 0.00

    157 157.1 -0.1 -0.06 157.0 0 0.00

    156 155.7 0.3 0.19 156.2 -0.2 0.13

    155 154.7 0.3 0.19 155.0 0 0.00

    154 153.9 0.1 0.06 153.9 0.1 0.06

    153 153.4 -0.4 -0.26 152.0 1 0.66

    152 151.6 0.4 0.26 151.9 0.1 0.07

    151 150.8 0.2 0.13 151.3 -0.3 0.20

    150 149.6 0.4 0.27 149.2 0.8 0.54

    149 148.6 0.4 0.27 148.4 0.6 0.40

    148 147.5 0.5 0.34 147.2 0.8 0.54

    147 146.2 0.8 0.55 146.5 0.5 0.34

    146 145.3 0.7 0.48 145.3 0.7 0.48

    145 144.5 0.5 0.35 144.5 0.5 0.35

    B. Pengujian Penunjukan Tinggi

    A.6 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh

    Alat Ukur

    (cm)

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    190 190.7 0.7 0.37

    190.3 0.3 0.16

    190.5 0.5 0.26

    189 190.2 1.2 0.63

    189.4 0.4 0.21

    189.6 0.6 0.32

    188 189.0 1.0 0.53

    188.6 0.6 0.32

    188.5 0.5 0.27

    187 188.1 1.1 0.59

    187.3 0.3 0.16

    187.5 0.5 0.27

  • 55

    A.7 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh

    (Lanjutan)

    Alat Ukur

    (cm)

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    186 187.1 1.1 0.59

    186.4 0.4 0.22

    186.7 0.7 0.38

    185 185.9 0.9 0.49

    185.2 0.2 0.11

    185.6 0.6 0.32

    184 184.8 0.8 0.43

    184.5 0.5 0.27

    184.4 0.4 0.22

    183 183.9 0.9 0.49

    183.4 0.4 0.22

    183.7 0.7 0.38

    182 183.0 1.0 0.55

    182.4 0.4 0.22

    182.1 0.1 0.05

    181 182.0 1.0 0.55

    181.3 0.3 0.17

    181.5 0.5 0.28

    180 180.9 0.9 0.50

    180.3 0.3 0.17

    180.4 0.4 0.22

    179 179.9 0.9 0.50

    179.7 0.7 0.39

    179.5 0.5 0.28

    178 178.6 0.6 0.34

    178.5 0.5 0.28

    178.1 0.1 0.06

    177 177.5 0.5 0.28

    176.6 -0.4 -0.23

    176.9 -0.1 -0.06

    176 176.4 0.4 0.23

    175.8 -0.2 -0.11

    176.2 0.2 0.11

    175 175.3 0.3 0.17

    174.9 -0.1 -0.06

    175.1 0.1 0.06

  • 56

    A.8 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh

    (Lanjutan)

    Alat Ukur

    (cm)

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    174 174.4 0.4 0.23

    174.2 0.2 0.11

    174.1 0.1 0.06

    173 173.3 0.3 0.17

    173.1 0.1 0.06

    173.2 0.2 0.12

    172 172.2 0.2 0.12

    172.1 0.1 0.06

    172.2 0.2 0.12

    171 171.1 0.1 0.06

    171.4 0.4 0.23

    171.0 0.0 0.00

    170 170.1 0.1 0.06

    170.2 0.2 0.12

    169.9 -0.1 -0.06

    169 169.0 0.0 0.00

    169.0 0.0 0.00

    169.2 0.2 0.12

    168 168.1 0.1 0.06

    167.9 -0.1 -0.06

    168.0 0.0 0.00

    167 167.0 0.0 0.00

    166.8 -0.2 -0.12

    167.1 0.1 0.06

    166 166.0 0.0 0.00

    166.0 0.0 0.00

    166.2 0.2 0.12

    165 164.9 -0.1 -0.06

    165.0 0.0 0.00

    165.2 0.2 0.12

    164 164.2 0.2 0.12

    163.9 -0.1 -0.06

    164.1 0.1 0.06

    163 163.0 0.0 0.00

    163.1 0.1 0.06

    163.1 0.1 0.06

  • 57

    A.9 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi Tubuh

    (Lanjutan)

    Alat Ukur

    (cm)

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    162 162.1 0.1 0.06

    162.2 0.2 0.12

    162.3 0.3 0.19

    161 161.1 0.1 0.06

    161.2 0.2 0.12

    161.0 0.0 0.00

    160 160.2 0.2 0.12

    160.1 0.1 0.06

    160.2 0.2 0.12

    157 157.1 0.1 0.06

    157 0.0 0.00

    157.2 0.2 0.13

    156 155.7 -0.3 -0.19

    156.2 0.2 0.13

    156.1 0.1 0.06

    155 154.7 -0.3 -0.19

    155 0.0 0.00

    155.1 0.1 0.06

    154 153.9 -0.1 -0.06

    153.9 -0.1 -0.06

    153.8 -0.2 -0.13

    153 153.4 0.4 0.26

    152 -1.0 -0.65

    152.9 -0.1 -0.07

    152 151.6 -0.4 -0.26

    151.9 -0.1 -0.07

    152.2 0.2 0.13

    151 150.8 -0.2 -0.13

    151.3 0.3 0.20

    150.7 -0.3 -0.20

    150 149.6 -0.4 -0.27

    149.2 -0.8 -0.53

    149.5 -0.5 -0.33

    149 148.6 -0.4 -0.27

    148.4 -0.6 -0.40

    148.4 -0.6 -0.40

  • 58

    A.10 Data Hasil Pengujian Penunjukan Display Perangkat Pengukur Tinggi

    Tubuh (Lanjutan)

    Alat Ukur

    (cm)

    Standar

    (cm)

    Error

    (cm)

    Error

    (%)

    148 147.5 -0.5 -0.34

    147.2 -0.8 -0.54

    147.9 -0.1 -0.07

    147 146.2 -0.8 -0.54

    146.5 -0.5 -0.34

    146.7 -0.3 -0.20

    146 145.3 -0.7 -0.48

    145.3 -0.7 -0.48

    145.7 -0.3 -0.21

    145 144.5 -0.5 -0.34

    144.5 -0.5 -0.34

    145.1 0.1 0.07

    C. Pengujian Timbangan Acuan

    A.11 Data Pengujian Kebenaran Timbangan Acuan

    Muatan

    (L)

    standar

    (kg)

    Penunjukan (kg) Kesalahan

    penunjukan (kg)

    Display

    (IL) Imbuh

    (L)

    Sebenarnya

    E = IL+0,5e - - L ( IL + 0,5e - L)

    10 9.9 0.05 9.9 0.1

    20 20.1 0.2 19.95 0.05

    30 29.9 0.05 29.9 0.1

    40 40.1 0.16 39.99 0.01

    50 49.9 0.05 49.9 0.1

    60 60 0.1 60.95 0.05

    70 69.9 0.03 69.92 0.08

    80 79.9 0.03 79.92 0.08

    90 90 0.03 90.02 0.02

    100 99.9 0.03 99.92 0.08

  • 59

    A.12 Pengujian Repeatability Timbangan Acuan

    Muatan

    (L)

    standar

    (kg)

    Penunjukan (kg) Kesalahan

    penunjukan (kg)

    Display

    (IL) Imbuh

    (L)

    Sebenarnya

    E = IL+0,5e - - L ( IL + 0,5e - L)

    80 80.1 0.09 80.06 0.06

    80 80.2 0.16 80.09 0.09

    80 80.2 0.15 80.1 0.1

  • 60

    LAMPIRAN B

    DESAIN MEKANIK PROTOTIPE

    LAMPIRAN B DESAIN MEKANIK PROTOTIPE

  • 61

  • 62

  • 63

  • 64

  • 65

  • 66

  • 67

  • 68

  • 69

  • 70

  • 71

  • 72

  • 73

  • 74

  • 75

  • 76

  • 77

    LAMPIRAN C

    DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY

    LAMPIRAN C DESAIN MEKANIK KOTAK DISPLAY

  • 78

    LAMPIRAN D

    BARIS PROGRAM PROTOTIPE

    LAMPIRAN D BARIS PROGRAM PROTOTIPE #include

    #define trigPin 12

    #define echoPin 13

    LiquiDCrystal lcd (8,6,5,4,3,2);

    int setpo=0;

    void setup()

    {

    Serial.begin (9600);

    pinMode(trigPin, KELUARAN);

    pinMode(echoPin, MASUKAN);

    pinMode(10,KELUARAN);

    pinMode (11,KELUARAN);

    pinMode(9,MASUKAN);

    lcd.begin(16,4);

    lcd.print(" BMI Meter ");

    lcd.print(" MI ITB 2011 ");

    }

    void loop()

    {

    //------------------------------------------------------------------------------------------------

    ---------------------------------------

    long duration, distance;

    digitalWrite(trigPin, LOW);

    delayMicroseconds(2);

    digitalWrite(trigPin, HIGH);

    delayMicroseconds(10);

  • 79

    digitalWrite(trigPin, LOW);

    duration = pulseIn(echoPin, HIGH);

    distance = (duration/2) / 29.1;

    distance = int(distance);

    //(sumber : www.arduino.cc)

    //------------------------------------------------------------------------------------------------

    ---------------------------------------

    //tinggi badan

    int k = 200-distance-1;

    //Keluaran tegangan analog sensor magnet

    int x = analogRead(A0);

    //outpu tegangan sensor magnet

    float z = x * (5.0 / 1023.0);

    //konversi Keluaran tegangan analog - masssa badan

    int y = (163.8*sin((0.01309*x)-1.173))+(98.77*sin((0.02547*x)

    +0.1419)) + (34.22*sin((0.03366*x)+10.39));

    //membaca berat yang lebih dari 15 kg

    if(x190)

    {

    k=0;

    }

    //perhitungan bmi

    float r = float (k)/100;

    float bmi = (y/(r*r));

    //------------------------------------------------------------------------------------------------

    ---------------------------------------

    //sistem gerak otomasi pengukuran tinggi badan

    if(digitalRead(9)==HIGH )

  • 80

    {

    digitalWrite(10,LOW);

    digitalWrite(11,LOW);setpo=1;

    if(bmi

  • 81

    lcd.print("Tinggi : ");

    lcd.setCursor(10,0);

    lcd.print(k);

    lcd.setCursor(14,0);

    lcd.print("cm");

    lcd.setCursor(0,1);

    lcd.print("Berat : ");

    lcd.setCursor(10,1);

    lcd.print(y);

    lcd.setCursor(14,1);

    lcd.print("kg");

    lcd.setCursor(-2,3);

    lcd.print("Underweight");

    delay (1500);

    }

    if (bmi>18.5 && bmi

  • 82

    lcd.setCursor(10,1);

    lcd.print(y);

    lcd.setCursor(14,1);

    lcd.print("kg");

    lcd.setCursor(-4,3);

    lcd.print("BMI : ");

    lcd.setCursor(8,3);

    lcd.print(bmi);

    delay (1500);

    lcd.clear();

    lcd.setCursor(0,0);

    lcd.print("Tinggi : ");

    lcd.setCursor(10,0);

    lcd.print(k);