t_ipa_1103339_chapter1

Upload: nadhiravara-ar-rahma

Post on 21-Feb-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    1/8

    1Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu tujuan penting dari kegiatan pembelajaran adalah memberdayakan

    potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga menjadi manusia yang

    berkualitas. Hal ini tersirat dari salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan

    bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan

    pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (Permendiknas

    No. 41 tahun 2007). Ketika pendidikan diselenggarakan sebagai proses

    pembudayaan, maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas haruslah

    mampu membiasakan dan membudayakan agar peserta didik belajar dan berfikir.

    Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

    interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik

    untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

    kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

    serta psikologis peserta didik (Permendiknas No. 41 tahun 2007).Proses pembelajaran yang diharapkan di atas tentu proses yang melibatkan

    peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sehingga terjadi proses pembiasaan

    belajar pada peserta didik. Sains sesuai hakekatnya yaitu produk, proses, dan

    sikap juga harus dapat mengajak peserta didik melakukan proses belajar sehingga

    dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara

    mandiri (Permendiknas No. 23 tahun 2006).

    Fisika sebagai mata pelajaran sains tentu dalam pembelajarannya harus dapat

    mengajak peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mereka

    terbiasa dan terampil melakukan akivitas-aktivitas yang terkait dengan sains atau

    biasa disebut dengan keterampilan proses sains (science proccess skills).

    Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan

    aktivitas-aktivitas sains. Keterampilan proses sains adalah tuntutan pengalaman

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    2/8

    2Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    belajar bagi peserta didik karena melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif,

    manual, dan sosial (Rustaman: 2005). Keterampilan kognitif terlibat karena

    dengan keterampilan proses peserta didik menggunakan pikirannya. Keterampilan

    manual jelas terlibat karena dalam keterampilan proses merreka menggunakan alat

    dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial

    terlibat karena dalam keterampilan proses sains siswa diajak untuk berinteraksi

    dengan sesamanya, misalnya dengan mendiskusikan hasil pengamatan.

    SAPA (Science A Process Approach) (Padilla, 1990) mengelompokkan

    keterampilan proses menjadi dua tingkatan yaitu keterampilan proses sains dasar

    (basic science process skills) dan keterampilan proses sains terintegrasi

    (integrated science process skills). Keterampilan proses sains dasar (basic science

    process skills) meliputi mengamati (observing), mengklasifikasi (classifying),

    memprediksi (predicting), mengukur (measuring), mengkomunikasikan

    (communicating), dan menyimpulkan (inferring). Keterampilan proses sains

    terintegrasi (integrated science process skills) meliputi mengontrol variabel

    (controlling variables), membuat definisi operasional (defining operationally),

    berhipotesis (formulating hypotheses), menginterpretasi data (interpreting data)

    bereksperimen (experimenting), dan memformulasikan model (formulating

    models). Namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil guru yang melatihkan

    keterampilan proses ini (Rustaman: 2005).

    Berdasarkan hasil studi mengenai soal-soal ulangan harian di salah satu

    SMAN kecamatan di kabupaten Purwakarta diketahui bahwa memang guru jarang

    sekali mengukur keterampilan proses sains siswa sehingga keterampilan proses

    sains ini menjadi tidak muncul di sekolah tersebut.

    Untuk mengembangkan keterampilan proses sains ini diperlukan suatu

    pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara langsung terlibat dan benar-

    benar mengalami proses pembelajaran di kelas, karena dengan mengalami maka

    seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang dilakukan

    (Rustaman, 2005). Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    3/8

    3Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    pembelajaran aktif dan berbasis pada pengalaman adalah model experiential

    learning(Manolas, 2005).

    Experiential learning didefinisikan sebagai proses dimana pengetahuan

    diciptakan melalui transformasi pengalaman, pengetahuan dihasilkan dari

    kombinasi memahami dan mentransformasikan pengalaman experience (Kolb

    1984). Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses

    pembelajaran dimana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan

    istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience

    (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya

    dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun

    behaviorisme (Kolb, 1984).

    Experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada siswa

    yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa orang belajar dari pengalaman,

    dan untuk pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif harus menggunakan

    seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan

    eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindakan, hal ini sejalan dengan

    keterampilan proses sains.Experiential learningterdiri dari siklus yang yaitu

    pengalaman konkrit (concrete experience) bagi siswa yang kemudian diteruskan

    dengan pengamatan reflektif (reflective observation) dan masuk pada tahap

    konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization) dan tahap terakhir melakukan

    percobaan aktif (active experimentation) (Kolb, 1984).

    Berdasarkan studi sebelumnya menunjukkan bahwa model experiential

    Leaning secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan proses sains (Nuh,

    2012).

    Terlibatnya peserta didik secara langsung dan aktif dalam experiential

    learningdiharapkan juga dapat meningkatkan pemahanan peserta didik menganai

    materi yang diajarkan. Peserta didik dikatakan memahami bila mereka dapat

    mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan,

    tulisan, ataupun grafis yang disampaikan melalui pembelajaran, buku, ataupun

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    4/8

    4Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    layar komputer (Anderson dan Krathwohl, 2001). Pemahaman (understanding)

    terdiri dari beberapa kategori diantarannya menafsirkan (interpreting),

    mencontohkan (exemplifying), mengklasifikasi (classifying), meringkas

    (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan

    menjelaskan (explaining) (Anderson dan Krathwohl, 2001). Peserta didik

    memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

    lama mereka. Pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan

    kerangka-kerangka kognitif yang telah ada, hal ini pulalah yang menjadi ciri dari

    model experiential learning. Berdasarkan studi sebelumnya menunjukkan bahwa

    model experiential leaning secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman

    konsep siswa (Parwata, 2011).

    Salah satu konsep yang ada dalam materi ajar Fisika di SMA pada kelas XI

    adalah fluida dinamis. Konsep fluida dinamis merupakan salah satu konsep

    berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga banyak pengalaman konkrit

    yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengalaman konkrit

    yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat memberikan

    sebuah dasar bagi proses observasi dan refleksi pada pengalaman baru yang

    ditemuinya. Observasi dan refleksi ini selanjutnya diasimilasikan dan disaring

    menjadi konsep abstrak yang menghasilkan berbagai implikasi baru terhadap

    aktivitas, sehingga menciptakan berbagai pengalaman baru. Hal ini sesuai dengan

    karakteristik model pembelajaran Experiential Learning. Selain itu pada materi

    fluida dinamis juga ada beberapa hal abstrak yang tidak dapat diamati secara

    langsung sehingga memerlukan suatu visualisasi yang bisa lebih memperjelas

    materi yang dipelajari. Selain beberapa bagian materi yang abstrak, penerapan

    konsep fluida dinamis begitu banyak sehingga tidak mungkin bisa semuanya

    dibelajarkan di kelas, oleh karena itulah butuh sebuah media pembelajaran yang

    dapat melengkapi pembelajaran yang dilakukan di kelas.

    Seiring dengan pesatnya kemajuan bidang teknologi saat ini menciptakan

    lingkungan interaksi yang baru termasuk lingkungan belajar yang baru bagi

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    5/8

    5Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    manusia yaitu website. Sejauh ini, banyak penelitian yang dilakukan tentang

    penggunaan komputer dan prestasi siswa. Hasilnya menekankan bahwa ada

    korelasi positif antara penggunaan komputer dan prestasi siswa (Demirci:2005).

    Adanya website ini harusnya dapat dimanfaatkan oleh para pendidik untuk lebih

    dapat membantu pembelajaran bagi siswanya. Website memiliki beberapa

    kelebihan jika digunakan sebagai media pembelajaran antara lain (Rusman, 2011):

    1. Tersedianya fasilitas e-moderatingdimana pendidik dan peserta didik dapat

    berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau

    kapan saja kegiatan komunikasi itu dilakukan.

    2.

    Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk

    belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya

    bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

    3.

    Peserta didik dapat belajar atau mereviu bahan pelajaran setiap saat dan

    dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

    4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan

    materi yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih

    mudah.

    5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui yang

    dapat diikuti dengan jumlah peserta didik yang banyak, sehingga menambah

    ilmu pengetahuan dan wawasan lebih luas.

    6. Berubahnya peserta didik dari pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.

    Terkait dengan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis website, Linn

    dkk (2010) mengatakan bahwa WISE (Web-based Inquiry Science Environment)

    dapat secara efektif meningkatkan hasil belajar sains. WISE adalah suatu

    lingkungan belajar berbasis website yang terbuka, situs ini diciptakan oleh tim

    Universitas California di Berkeley dan memiliki domainwww.wise.barkeley.edu.

    WISE memungkinkan kita merancang mengembangkan kurikulum sesuai dengan

    tujuan yang diinginkan dan mengelola siswa kita.

    http://www.wise.barkeley.edu/http://www.wise.barkeley.edu/http://www.wise.barkeley.edu/http://www.wise.barkeley.edu/
  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    6/8

    6Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dan keterkaitan dengan

    penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang

    berjudul Model Pembelajaran Experiential Learning Berbantuan Website Pada

    Topik Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan

    Pemahaman Konsep.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah perbedaan

    peningkatan keterampilan proses sains dan peningkatan pemahaman konsep pada

    konsep fluida dinamis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran

    experiential learning berbantuan websitedengan siswa yang hanya mendapatkan

    pembelajaran experiential learning?.

    Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di

    atas adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana perbedaan peningkatan keterampilan proses sains pada konsep

    fluida dinamis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran

    experiential learning berbantuan website dengan siswa yang hanyamendapatkan pembelajaran experiential learning?

    2. Bagaimana perbedaan peningkatan pemahaman konsep fluida dinamis antara

    siswa yang mendapatkan model pembelajaran dengan model Experiential

    learning berbantuan website terhadap siswa yang hanya mendapatkan

    pembelajaran experiential learning?

    3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran experiential learning

    berbantuan websitepada konsep fluida dinamis?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan gambaran tentang potensi penggunaan model experiential

    learning berbantuan website dalam meningkatkan keterampilan proses sains

    dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran materi fluida dinamis.

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    7/8

    7Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2.

    Mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap model Experiential

    learningberbantuan websitepada materi fluida dinamis.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Memberikan kontribusi bagi penelitian model experiential learning yang

    sebelumnya sudah ada namun belum menambahkan penggunaan media

    websitesehingga melengkapi penelitian yang telah ada.

    2. Memberikan bukti empiris bahwa penggunaan website untuk pembelajaran

    dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains

    sehingga dapat menjadi rujukan berbagai pihak untuk mengembangkan

    websiteuntuk pembelajaran.

    E. Struktur Organisasi Tesis

    Rincian urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam tesis ini

    dimulai dari Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian,

    identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

    struktur organisasi tesis. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk

    menjelaskan alasan peneliti melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu

    untuk diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah. Identifikasi dan

    perumusan masalah menjelaskan tentang analisis dan rumusan masalah

    dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian menyajikan tentang

    hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, tujuan penelitian

    dirumuskan dalam bentuk kalimat kerja operasional. Manfaat penelitian

    diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi segi teori, kebijakan, dan dari

    segi praktis.

    Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis

    dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan, dan hipotesis.

    Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen

    dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian

  • 7/24/2019 T_IPA_1103339_Chapter1

    8/8

    8Agung Firmansyah, 2013

    Model Pembelajaran Experiental Learning Berbantuan website Pada Topik Fluida Dinamis UntukMeningkatkan KPS Dan Pemahaman KonsepUniversitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    berikut dengan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode penelitian berikut

    dengan justifikasi penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen

    penelitian, teknik pengolahan data, serta analisis data penelitian.

    Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan

    berkaitan tentang masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan

    kajian pustaka.

    Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang

    penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

    Penulisan kesimpulan untuk tesis berupa butir demi butir hasil penelitian. Saran

    dapat ditujukan kepada para praktisi pendidikan, ataupun kepada peneliti

    berikutnya.

    Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan

    dalam penulisan tesis. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam

    penelitian.