yogyakarta sebagai ibukota ri pada masa perang kemerdekaan tahun

Upload: roni-kudo

Post on 10-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    1/72

    A. Latar Belakang MasalahAlhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji syukur milik Allah

    Subhanahu Wataala, Semoga Allah selalu menunjukkan kita pada jalan

    kebaikan dan kebenaran. Sholawat serta salam semoga dapat senantiasa

    terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shollallohualaihi Wasallam, beserta

    keluarga dan sahabatnya, Allahuma Amin. Kami yakin tanpa adanya bantuan

    dari berbagai pihak, makalah ini belum dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

    kami dari kelompok empat mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak

    Dr. H.Zulfi Mubaroq M.Ag selaku pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban

    Islam, teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan

    kepada kami.

    Setelah sekian lama berada di dalam belenggu penjajahan, maka

    pada tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia menyatakan dirinya sebagai

    bangsa yang merdeka. Proklamasi Kemerdekaan tersebut pada hakekatnya

    merupakan perwujudan dari niat dan tekad bangsa Indonesia untuk

    melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Pada umumnya sebagian besar

    dari rakyat Indonesia dapat dengan cepat menanggapi arti dan maksud

    kemerdekaan itu. Kecepatan tanggapan rakyat terhadap kemerdekaan itu

    dapat dilihat dengan timbulnya gerakan-gerakan rakyat yang bergerak

    menyongsong Proklamasi Kemerdekaan. Datangnya kemerdekaan itu

    disambut oleh seluruh rakyat, baik yang berada di kota maupun di pelosok-

    pelosok. Rakyat dengan cepat dan serentak bergerak secara spontan untuk

    mengambil inisiatif untuk memberi arti dan isi kepada kemerdekaan yang

    baru saja diproklamasikan itu.

    Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian

    sejarah bahwa masa kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian

    masa depan dibentuk hari ini. Demikian pula halnya dengan kenyataan umat

    islam Indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi masa lalunya.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    2/72

    Bertolak dari asumsi itu, kita perlu memahami kehidupan umat Islam

    Indonesia pada pasca kemerdekaan yang akan menentukan sebagian wajahlehidupan umat Islam Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Kerajaan-

    kerajaan islam di Indonesia mempunyai pengaruh terhadapa peradaban,

    kehidupan agama, sosial dan politik di Indonesia.

    Sebagai kekuatan moral dan budaya, islam diakui keberadaannya, dan

    keberadaan kerjaan islam di indonesia telah banyak berjasa dalam usaha

    merebut tanah air kita dari tangan kolonialis. Para raja dan segenap kekuatan

    kerajaan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan.

    Sebagai contohnya adalah, setelah bangsa Indonesia

    memproklamasikan kemerdekaan sudah barang tentu mereka mengalami

    tantangan-tantangan dan hambatan yang berasal dari luar maupun dalam

    negeri. Pergolakan terjadi di mana-mana, keadaan Bala Tentara Dai Nippon

    yang masih utuh dan lengkap sebagai tentara penduduk Jepang di Indonesia

    dalam Perang Dunia II melawan Sekutu acuh tak acuh atau malahan tidak

    mau mengakui kemerdekaan Indonesia.1Untuk mengatasi hal tersebut jalan

    yang ditempuh rakyat Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan negerinya

    adalah dengan kekerasan memaksa pihak Jepang menyerahkan

    pemerintahan atas Republik Indonesia yang dikuasainya. Di seluruh wilayah

    Indonesia rakyat bangkit untuk mengadakan perlucutan senjata atas tentara

    Jepang yang telah kalah dalam Perang Dunia II baik lewat kekerasan maupun

    dengan jalan perundingan. Maka yang ditempuh jalan kekerasan seperti yang

    terjadi di Kotabaru Yogyakarta pada tanggal 6-7 Oktober 1945.2

    Dengan datangnya Sekutu pada akhir September 1945 di Indonesia

    disambut dengan sikap netral oleh pemerintah Indonesia mengingat

    tugasnya sebagai penjaga ketentraman bekas daerah jajahan bangsa Jepang,

    1Tashadi dkk,Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 di DIY, Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan, 1987, hlm. 79.2

    SESKOAD, Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.,Departemen Pendidikan danKebudayaan, 1993/1994, hlm. 1

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    3/72

    jadi tugas Sekutu di Indonesia bersifat kepolisian. Namun pada kenyataannya

    Sekutu telah melanggar kedaulatan Bangsa Indonesia dengan caramembebaskan dan mempersenjatai kembali tentara-tentara kolonial Belanda

    bahkan pasukan-pasukan Jepang yang seharusnya dilucuti justru dipakai

    untuk melawan kekuatan bersenjata rakyat Indonesia. Sikap dari Sekutu yang

    secara langsung telah membohongi bangsa Indonesia, membuat perasaan

    tidak suka di kalangan rakyat Indonesia. Di seluruh wilayah Indonesia

    kedatangan Sekutu mendapat perlawanan sangat keras, karena mereka

    merasa bahwa kedatangan Sekutu sebenarnya hanya ingin menegakkan

    kembali kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia. Hal inilah yang

    menyebabkan munculnya aksi-aksi untuk menegakkan kemerdekaan dan

    mempertahankan dari ancaman luar.

    Dalam perjuangan melawan musuh yang ingin menegakkan kembali

    penjajahan atas Indonesia, seluruh rakyat bangkit berjuang memanggul

    senjata. Hal tersebut merupakan perjuangan rakyat semesta, yaitu gerakan

    ketahanan dan pertahanan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali.

    Antara aparat Pemerintah Sipil dan Angkatan Bersenjata beserta laskar-laskar

    bersenjata bahu-membahu dalam totalitas ketahanan dan pertahanan.

    Jumlah persenjataan yang sangat terbatas bukan merupakan hambatan

    untuk melakukan perlawanan. Bangsa Indonesia telah memadukan kekuatan

    yang ada dengan mengikutsertakan seluruh rakyat baik moral maupun

    material.3

    Kasultanan Yogyakarta dan sekitarnya, yang terkenal dengan sebutan

    kota perjuangan dan kota revolusi, tidak luput pula dari keadaan di atas.

    Rakyat bersiap, menyesuaikan diri dengan suasana baru, alam kemerdekaan.

    Dan ketika kemerdekaan yang baru terwujud mendapat tantangan dari pihak

    3

    Badan Musyawarah MUSEA,1985,Yogya Benteng Proklamasi,Daerah Istimewa Yogyakarta,hlm. 1.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    4/72

    Belanda, sehingga timbul konflik dengan pemerintah Belanda.4Berdasarkan

    Proklamasi itu rakyat Indonesia menolak segala bentuk penjajahan yangberasal dari luar. Sebaliknya Pemerintah Belanda menganggap Indonesia

    sebagai daerah jajahannya. Pemerintah Belanda menyadari bahwa untuk

    mendirikan pemerintah seperti zaman Belanda itu tidak mungkin bisa

    dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena di mana-mana mendapat

    perlawanan dari rakyat Indonesia. Menghadapi kenyataan itu Pemerintah

    Belanda menggunakan strategi memecah belah wilayah Indonesia menjadi

    negara-negara bagian , sehingga pengaruh itu akan semakin berkurang kalau

    mungkin negara itu dilenyapkan.

    Dalam hal ini kerajaan ternate bersama rakyatnya berjuang sekuat

    tenaga mengusir penjajah dari negeri tercinta ini. Mereka meyakini bahwa

    penjajahan hanya akan menyengsarakan rakyat, dan tidak akan membawa

    kemakmuran. Dan hanya melakukan penindasan dan kerusuhan dimana saja.

    Tentunya kerajaan ternate tidak tinggal diam melihat kenyataan ini. Apalagi

    dalam islam segala bentuk penindasan dilarang dan diharamkan secara

    mutlak.

    Pemerintah Belanda beranggapan bahwa Republik Indonesia yang

    beribukota di Yogyakarta sejak 4 Januari 1946 ini, merupakan benteng

    perjuangan dan pertahanan bagi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pemerintah

    Republik Indonesia adalah jantung semangat kesatuan dan nasionalisme

    Indonesia. Berdasarkan pendapat itu maka Pemerintah Belanda tidak

    mungkin bisa melaksanakan rencananya untuk menguasai wilayah Indonesia

    kembali, selama pemerintah Indonesia masih tetap berdiri.5Taktik dan

    strategi yang dipergunakan Belanda dalam usaha melenyapkan RI dengan

    cara memecah belah wilayah Indonesia dengan pembentukan negara-negara

    4Letnan Djendaral T. B.Simatupang,Pengantar Ilmu Perang Di Indonesia,Djakarta: PT Kinta,

    1968, hlm. 18.5Moh. Idris A. Kesuma., Agresi Balanda II: Kegagalan Harian Kedaulatan Rakyat,tanggal 20

    Desember 1983.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    5/72

    bagian, melalui perundingan dan tindakan militer. Pembentukan negara-

    negara bagian dipelopori oleh Letnan Gubernur Van Mook berhasilmendirikan Negara Indonesia imur pada tahun 1946. Aksi ituditeruskan

    dengan membentuk negara Sumatra yang meliputi daerah pendudukan kaya

    pada tahun 1947. Perbuatan yang dilakukan Belanda tanpa berembug

    dengan RI atau KTN, merupakan tindakan sepihak tanpa menghargai

    perundingan yang di rintis.

    Pada tanggal 19 Desember 1948 pasukan Belanda menyerbu secara

    besar-besaran ke wilayah RI. Kota Yogyakarta yang berperan sebagai Ibukota

    RI, dalam waktu singkat jatuh ke tangan tentara Belanda. Presiden dan Wakil

    Presiden, Sutan Syahrir beserta sejumlah menteri berhasil ditawan Belanda.

    Keadaan ini cukup membesarkan harapan pemerintah Belanda untuk

    melenyapkan RI beserta angkatan perangnya. Tetapi yang diperhitungkan

    Belanda itu tidak seluruhnya benar, karena secara politis dan strategis

    tindakan kekerasan Belanda itu justru merugikan bagi dirinya sendiri.

    Tindakan tentara Belanda itu mengakibatkan meluapnya semangat rakyat

    dan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya yang

    diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena yang terjadi

    bukan perdamaian, melainkan persengketaan antara pemerintah Belanda

    dengan pemerintah RI serta rakyat Indonesia menjadi semakin memuncak.

    Uraian di atas menunjukkan bahwa salah satu kerajaan islam

    melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda, yang tetap berusaha

    untuk tetap menguasai wilayah RI. Sebaliknya pemerintah RI walapun di

    dalam menghadapi Belanda selalu mengalami kerugian, namun RI tetap

    berusaha mempertahankan kemerdekaan, kedaulatannya melalui perjuangan

    diplomatik dan militer.

    Dengan mempelajari eksistentensi kerajaan Islam di Indonesia kita

    dapat melihat bagaimana kontribusi mereka dalam menegakkan kedaulatan

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    6/72

    negara indonesia. Dalam makalah ini penulis hanya memfokuskan pada dua

    Kesultanan yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Ternate

    B. Tujuan PenulisanMendeskripsikan sejarah peradaban Islam dari aspek Ideologi, Politik,

    ekonomi, Sosial budaya, Militer, dan Pendidikan pada masa Kesultanan

    Yogyakarta dan Ternate

    C. Rumusan MasalahBagaimanakah sejarah peradaban islam, dari aspek Ideologi, Politik,

    ekonomi, Sosial budaya, Militer, dan Pendidikan pada masa Mendeskripsikan

    sejarah peradaban Islam dari aspek Ideologi, Politik, ekonomi, Sosial budaya,

    Militer, dan Pendidikan pada masa Kesultanan Yogyakarta dan Ternate ?

    D. Pembahasan1. Kondisi Geografis Kesultanan Yogyakarta

    Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah tingkat I di Indonesia

    dengan Ibukota Yogyakarta, yang wilayahnya terletak di bagian tengah pulau

    Jawa. Yogyakarta terletak dijantung pulau Jawa. Di utara terdapat gunung

    Merapi, di sebelah selatan dibatasi oleh samudra Hindia, sedangkan di

    http://1.bp.blogspot.com/-0DQHdndMOK0/TfJkZK9xVCI/AAAAAAAAACs/jEMohcGI384/s1600/keraton_yogya.jpg
  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    7/72

    sebelah timur dibatasi oleh kota Klaten, dan di sebelah barat dibatasi oleh

    kota Purworejo, sementaradijantung kota masih tegar berdiri Kraton yangdikelilingi bangunan bersejarah yang mencerminkan kekayaan budaya yang

    dapat memberikan gambaran perjuangan sejarah Yogyakarta.6

    Secara geologis propinsi DIY termasuk zona tengah bagian selatan dari

    formasi geologi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Letak Yogyakarta yang berada

    di tengah-tengah pulau Jawa ini merupakan wilayah yang sangat strategis

    dalam jaringan ekonomi terutama pulau Jawa bagian selatan.

    Sementara secara astronomi wilayah DIY terletak diantara 7 derajat

    33 LS-8 derajat 15 LS dan 110 derajat 5 BT-110 derajat 48 BT. Daerah

    Istimewa Yogyakarta meliputi wilayah dari eks Swapraja Kasultanan

    Yogyakarta dan eks Swapraja Pakualaman serta daerah eks enclave

    Kapenawon Ngawen di Gunung Kidul, eks Kawedanan Imogiri dan

    Kapenawon Kotagede di Bantul, yang mana ketiga tersebut semula termasuk

    wilayah propinsi Jawa Tengah. Jadi secara keseluruhan luas wilayah DIY

    mencapai 3. 185, 80 km persegi. Dengan demikian bentuk keseluruhan

    Daerah Istimewa Yogyakarta menyerupai segitiga dengan puncak gunung

    Merapi setinggi 2991 meter terletak di sebelah utara.7

    1.2 Sejarah Kesultanan Yogyakarta

    Di Daerah Istimewa Yogyakarta dari dulu sudah terdapat suatu

    pemerintahan yang teratur. Karena di Yogyakarta sudah ada pemegang

    kekuasaan, yaitu penguasa tradisional yang memerintah secara turun

    temurun. Pada saat itu di daerah Kasultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh

    Sultan Hamengku Buwono IX dan Kadipaten Pakualaman Kanjeng dipimpin

    oleh Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VIII.Keduanya pada masa Jepang

    menyatukan wilayah kembali. Kadipaten Pakualaman oleh Paku Alam VIII

    6Biro Bina Pemerintahan Umum Setwilda Propinsi DIY,1992, Sejarah Perkembangan

    Pemerintahan Propinsi DIY, Yogyakarta, hlm. 22.7Ibid. ,hlm 18

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    8/72

    dikembalikan ke induknya,yaitu Kasultanan Yogyakarta.8Adanya dua

    penguasa tradisional di daerah Yogyakarta memungkinkan pemerintahanBelanda semakin jauh mencampuri pemerintahan di daerah Yogyakarta. Hal

    itu memang telah dipersiapkan oleh Belanda jauh sebelumnya dan penguasa

    daerah Yogyakarta saat itu tinggal menerima warisan politik dari pendahulu-

    pendahulunya, yang pada waktu itu campur tangan Belanda telah ada.9

    Pada saat menjelang keruntuhan pemerintahan, Belanda tetap

    mengadakan hubungan dengan raja-raja di Jawa Tengah, termasuk

    Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakulaman. Kekuasaan untuk

    mengadakan hubungan ini dilakukan oleh Gubernur Jendral Belanda kepada

    penguasa tradisional Yogyakarta, yang kemudiaan melahirkan adanya

    kontrak politik yang terakhir diadakan dengan Kasultanan Yogyakarta pada

    tanggal 18 Maret 1940 yang di sebut Overeenkomst tusschenhet

    Gouverment van Nederlandsch Indieen sultanat Yogyakarta, dan

    diundangkan dalam Staatsblad 1941 No. 47. Sedang dengan Pakulaman

    disebut Zelfsbestuur Regelan Pakulaman yang diundangkan staatsblad

    1941 No. 577.10

    Walaupun nama dari kontrak politik itu berbeda, tetapi jiwa

    dan isinya pada hakekatnya sama, yaitu mengatur hubungan antar

    pemerintahan Hindia Belanda dengan penguasa tradisional atau daerah

    Swapraja.

    Kontrak politik itu diadakan setiap ada pergantian raja. Hubungan

    antara wilayah dari kerajaan-kerajaan itu ada yang secara langsung dengan

    pemerintah Belanda, tetapi ada juga yang tidak langsung. Wilayah yang

    langsung berhubungan dengan pemerintah Belanda ialah wilayah kerajaan

    yang ada di bawah kekuasaannya. Kontrak politik itu dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu Long Contract, ditetapkan satu persatu kesatuan Belanda

    8G. Moedjanto,1994,Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakulaman, Yogyakarta: Kanisius,

    hlm.40.9http//:sejarah-kasultanan yogyakarta.5-12-2013

    10

    Depdikbud, 1978, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: BalaiPustaka, hlm. 141.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    9/72

    mengenai hubungannya dengan kerajaan yang bersangkutan, dimana dalam

    kontrak politik itu ditetapkan semua aspek kehidupan yang ada di daerah danmerupakan kesepakatan bersama. Jenis kontrak politik yang kedua adalah

    Korte Verklaring, memuat pernyataan bahwa kerajaan mengakui kekuasaan

    Belanda dan mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, kontrak politik

    ini hanya dibuat oleh satu pihak yaitu Belanda.11

    Pada masa itu, secara birokrasi Sultan disingkirkan dari pemerintahan

    sehari-hari, yang dipegang oleh Pepatih Dalem dan berfungsi mengepalai

    bagian Kanayakan. Gubernur Belanda mengontrol pemerintahan Pepatih

    Dalem, dan Sultan cenderung hanya sebagai simbol di dalam Kraton dan

    terpisah dari rakyat.. Jadi pemerintah Belanda telah membatasi kekuasaan

    Sultan secara legal terhadap Kabupaten-kabupaten, sehingga secara

    sistematis wilayah Yogyakarta dapat dieksploitasi Belanda dengan birokrasi

    yang dimiliki oleh Kasultanan sendiri yaitu bagian Kanayakan. Begitu pula

    dengan nasib dari Kadipaten Pakulaman tidak jauh berbeda dengan

    Kasultanan Yogyakarta, campur tangan Belanda di Kadipaten Pakulaman juga

    cukup besar. Dalam hal itu Belanda juga mampu mengeksploitasi Kadipaten

    Pakualaman dengan birokrasi yang ada.12

    Keadaan-keadaan tersebut memang harus diterima oleh Sultan

    Hamengku Buwono IX maupun Pakualam VIII, karena politik daerah

    Yogyakarta memang ada di bawah pemerintah Hindia Belanda dan juga

    adanya kontrak politik yang semakin membatasi kekuasaan Sultan dan Paku

    Alam. Kekuasaan Politik pemerintah Belanda di daerah Yogyakarta

    berlangsung sampai pecahnya Perang dunia II, yang kemudiaan Yogyakarta

    dapat diduduki oleh Jepang.13

    11Ibidhal, 141

    12

    http//:sejarah-kasultanan yogyakarta13 http//:sejarah-kasultanan yogyakarta

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    10/72

    Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, maka ditetapkan Undang-

    Undang No. 1 tentang pemerintahan bala tentara Jepang. Dalam UU iniditentukan bahwa bala tentara Jepang untuk sementara waktu

    melangsungkan pemerintahan militer di daerah-daerah yang di kuasainya.

    Selanjutnya ditentukan pula bahwa badan pemerintahan, hukum dan UU dari

    Belanda untuk sementara diakui, asal tidak bertentangan dengan aturan

    pemerintah militer Jepang.14

    Pada jaman pendudukan Jepang, Yogyakarta mengalami perubahan

    susunan pemerintahan. Pada bulan April 1945 terjadi suatu perubahan yaitu

    Kabupaten Yogyakarta yang dulu mempunyai urusan meliputi daerah

    Kalasan, Sleman, Godean dipecah menjadi dua yakni: Kabupaten Kota dan

    Kabupaten Sleman. Kota Yogyakarta tidak mempunyai status Gemeente, jadi

    masih tetap di bawah pemerintahan Zelfbestuur yang berpusat di Kapatihan

    Danurejan. Pada masa itu Kemantren Panembahan dan Kemantren Kadipaten

    dijadikan satu Kemantren Kraton. Sedangkan Kalurahan Tegal Rejo dan

    Kalurahan Karang Waru dijadikan satu menjadi Kemantren Tegal Rejo.

    Selanjutnya Kalurahan Kuncen ditambah sebagian Kemantren Matri Jeron di

    gabung dengan Kemantren Wirobrajan. Dengan perubahan-perubahan ini,

    maka di dalam kota terdapat dua belas Kemantren dan dua orang Bupati,

    yaitu Bupati Kota Kasultanan dan Bupati Kota Paku Alaman. Sedangkan

    Wedana dan asisten Wedana dalam kota dihapuskan serta sebutan mantri

    Kepala Kampung telah lama diubah menjadi pangreh praja, yang

    berhubungan dengan Bupati Kota. Hal ini dilakukan Sri Sultan HB IX jauh

    sebelum Jepang menduduki Indonesia.15

    Pada masa pendudukan Jepang, daerah Yogyakarta mula-mula

    merupakan daerah pemerintahan militer yang disebut sebagai Yogyakarta

    Gunseibu yang meliputi Kasultanan dan Paku Alaman. Bulan Juli 1942 oleh

    14Depdikbud.Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan

    Daerah, 1977,Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta,.hlm. 272.15Ibid,.hlm. 279.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    11/72

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    12/72

    mendapat ancaman dari pihak lawan baik dari luar maupun dalam. Oleh

    karena itu, pihak Belanda senantiasa ingin menghancurkan dan merebutIbukota Yogyakarta. Untuk menghadapi Belanda ini, pihak pemerintah RI

    sudah mempersiapkan suatu pemerintahan sipil maupun militer.19

    1.3Aspek IdeologiBerbeda dengan para peneliti Barat yang menyimpukan bahwa

    persinggungan antara Islam dan kebudayaan lokal lebih dilihat sebagai proses

    Jawanisasi unsur-unsur Islam, Simuh berpandapat lain. Menurut Simuh,

    peneliti Barat lebih melihat dari sudut Hinduisme sehingga memperkecil

    pengaruh Islam yang sesungguhnya. Bagi dia, itu adalah proses Islamisasi

    warisan budaya kraton ketimbang Jawanisasi unsur-unsur Islam.Masih

    menurut Simuh, ada empat pertimbangan yang melatarbelakangi proses

    Islamisasi tradisi lama ini; Pertama, warisan budaya kraton yang sangat halus,

    adiluhung serta kaya raya itu pada zaman Islam tentu bisa dipertahankan dan

    dimasyarakatkan apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam. Secara

    obyektif para priyayi dan sastrawan Jawa sejak abad ke-8, berhasil

    mengembangkan kebudayaan istana dengan memanfaatkan unsur-unsur

    Hinduisme. Cerita mitos Ramayana dan Mahabarata telah mengilhami

    munculnya berbagai macam karya sastra dan seni pewayangan langkap

    dengan pakemnya. Dalam serat Babad disebutkan, bahwa perkembangan

    bentuk-bentuk kesenian tersebut, tidak lepas dari sentuhan para Wali,

    terutama Sunan Kalijaga. Contoh kongkret Islamisasi dalam pewayangan

    tercermin dengan masuknya jimat layang kalimasada (kalimat syahadah)

    yang dijadikan senjata pusaka kerajaan Amarta (Pandawa).

    Kedua, para pujangga dan sastrawan Jawa membutuhkan bahan

    sebagai subject matters dalam berkarya. Karena Hinduisme telah terputus

    pada zaman ramai-ramainya Islam mewarnai Nusantara, maka satu-satunya

    19Ibid,hlm. 101

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    13/72

    sumber acuan yang mendampingi kitab-kitab kuno hanyalah kitab-kitab yang

    bersumber dari lingkungan kebudayaan pesantren. Maka para pujangga dansastrawan Jawa yang mengetahui bahwa dalam lingkungan budaya pesantren

    terdapat sumber konsep-konsep ketuhanan, etika, falsafah kebatinan yang

    kaya, mereka bergairah memasukkan unsur-unsur baru tersebut dalam

    khasanah budaya Jawa.

    Ketiga, pertimbangan stabilitas sosial, budaya, dan politik. Adanya

    dua lingkungan budaya, yakni tradisi pesantren dan kejawen perlu

    dijembatani agar tercapai saling pengertian dan dapat mengeliminasi konflik-

    konflik yang mungkin dapat terjadi. Dan keempat, pihak kraton sendiri

    sebagai pendukung dan pelindung agama merasa perlu mengulurkan tangan

    untuk menyemarakkan syiar Islam. Untuk itu, pihak penguasa kraton

    membangun berbagai sarana, baik yang bersifat struktural maupun kultural

    demi tercapainya syiar Islam. Sehingga sejak jaman Demak bermunculanlah

    upacara-upacara keagamaan seperti sekaten, grebeg maulud, grebeg hari

    raya fitrah, juga grebeg hari raya haji, dan sebaginya.20

    Dalam hal ini kraton juga mempunyai makna, Yang disebut karaton

    ialah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata-kata : ka + ratu + an =

    kraton. Juga disebut kadaton, yaitu Indonesianya ialah istana, jadi kraton

    ialah sebuah istana, tetapi istana bukanlah keraton. Kraton ialah sebuah

    istana yang mengandung arti, arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil

    (kebudayaan).21

    Dan sesungguhnya kraton Yogyakarta itu penuh dengan arti-arti

    tersebut diatas. Arsiktur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya,

    ukiran-ukirannya, hiasanya, sampai pada warna gedung-gedungnya pun

    mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditaman di dalamnya bukan

    sembarangan pohon. Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi

    20Simuh, Sufisme Jawa : Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa,, (Yogyakarta : Bendang,

    1995), hlm. 12921

    Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    14/72

    nasehat kepada manusia untuk cinta dan menyerahkan diri kepada Allah,

    berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-haridan lain-lain.

    22

    Menurut Mark R. Woodward, mengutip apa yang telah diungkap

    Heine-Geldern, di kawasan Asia Tenggara yang mengalami Indianisasi,

    negara, kota-kota dan istana-istana adalah mikrokosmos. Konstruksi negara

    dan istana sebagai mikrokosmos yang sempurna merupakan salah satu

    diantara sumber legitimasi kerajaan yang penting. Tema ini, masih menurut

    Woordward, bergema dalam banyak studi mengenai agama dan usaha bina

    negara di kawasan tersebut belakangan ini. Mengutip Tambiah, yang

    menyebut Mataram dengan apa yang dia istilahkan sebagai masyarakat

    galaktis (galactic polity), yakni sebuah negara yang diorganisasikan sebagai

    suatu mandala.23

    Berbeda dengan negara-negara yang mengalami indianisasi, kraton

    Yogyakarta dalam paham kosmologinya menempatkan kasekten pada posisi

    subordinat dengan wahyu dan kewalian. Kraton Yogyakarta sendiri adalah

    model kosmik, tetapi kosmos yang dia wakili adalah Islami.24

    Ikonografi, simbolisme dan arsitektur kraton Yogyakarta

    menggambarkan struktur kosmos Muslim, hubungan antara sufisme dengan

    syariah, rumusan instropektif dan kosmologis jalan mistik, asal usul dan

    anak-turun manusia insan kamil. Sehingga kraton lebih dari segala hal, ia

    merupakan daerah (precinct) yang suci yang mendefinisikan negara dan

    masyarakat. Dalam hal ini, ia adalah analog dengan Kabah di Mekah, yang

    menjadi pusat dunia Muslim sebagai suatu keseluruhan. Kraton adalah pusat

    mistis dan badan spiritual kesultanan yang berperan sebagai wadah untuk

    mewujudkan esensi ilahiyah yang diwakili oleh sultan.25

    22Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    23 Mark R. Woodward, Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Hairus Salim HS

    (penterj.), (Yogyakarta : LkiS, 1999), hlm. 29324

    Op cit Mark R. Woodward,Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,hlm. 29325Op cit Mark R. Woodward,Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,hlm. 294

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    15/72

    Karena alasan itu, kraton memainkan peran yang demikian penting

    dalam kehidupan negara Jawa. Milik kraton, lebih dari penguasaan terhadapkawasan, penduduk dan sumber-sumber, adalah kurnia yang menandai

    legitimasinya. Lebih dari faktor apapun, keratonlah yang membedakan

    seorang raja dengan pangeran-pangeran penguasa daerah atau tokoh-tokoh

    pemberontak.26

    Bentuk arsitektual dan geometrisnya bersifat linier, dan terdiri atas

    sejumlah pintu gerbang dan halaman yang berorientasi pada poros utara-

    selatan. Dalam pengertian yang paling umum ia adalah model badan manusia

    sempurna dan jalan menuju penyempurnaan manusia. Ia didasarkan pada

    teori wahdah al-wujud,dan tujuh tingkatan wujud (martabat wujud). Kraton

    mempunyai sembilan pintu gerbang, yang mempresentasikan lubang-lubang

    di dalam badan (yang menurut Serat Wirid, harus tertutup dalam proses

    meditasi maupun dalam ritual pemakaman Muslim).27

    Pertiga selatan kraton menggambarkan turunnya manusia sempurna

    dari eensi ilahiyah dan lahirnya seorang bayi kerajaan. Hal itu hanya bisa

    dibaca dari selatan ke utara. Pertiga utara kraton itu merupakan model dari

    formula intropektif dan kosmologis jalan mistik. Jika dibaca dari selatan ke

    utara, ia melukiskan jalan menuju kesatuan sesaat dengan Allah, sementara

    jika dibaca dari utara ke selatan ia memantulkan jalan kosmologis dan

    eskatologis menuju kesatuan akhir. Dipandang dari selatan, bagian tengah

    kraton adalah pusat administrasi kerajaan, yang perhatian utamanya adalah

    konsep-konsep loyalitas dan kewajiban. Ini sama dengan kesalehan normatif

    dan ibadah kepada Allah. Dipandang dari utara, bagian halaman dan tengah

    kraton itu sama dengan pendakian dari axis mundi, masuk ke dalam surga,

    26Op cit Mark R. Woodward,Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, hlm. 295

    27Op cit Mark R. Woodward,Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,hlm. 295

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    16/72

    dan pencapaian kesatuan yang kekal dengan Allah. Dengan perspektif ini,

    Sultan analog dengan ketuhanan yang transenden dan istana-Nya, dandengan para malaikat yang menggitari singgasana Allah.

    28

    Dari paparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa kraton

    Yogyakarta memiliki makna simbolik yang cukup dalam, khususnya jika dilihat

    dari perspektif religiusitas Islam-Jawa. Konsep religius lebih kongret

    dicerminkan dari tata-rakit kraton-masjid Agung yang memuat filosofi :

    manunggaling kawula-Gusti.Kraton adalah wadah kegiatan fisik material,

    lambang manusia dengan dunianya sebagai pusat kebudayaan. Sedangkan

    dalam dimensi vertikal, masjid Agung adalah isi kegiatan spiritual

    menyembah Tuhan sebagai pusat religi.

    Semenjak tahun 1755 di wilayah Ngayogyakarta telah hadir

    masyarakat baru yang hidup dala m tatanan islam. Masyarakat hidup rukun

    dan saling menghormati karena disatukan oleh ikatan etnik, budaya,

    kesamaan tujuan, dan filosofi kehidupan. Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat

    hadir memimpin mereka, melindungi, dan mensejahterakan mereka,

    mendidik dan membimbing ke arah yang mendekati tujuan idiil bersama,

    hingga matang da n menjadi sebuah bangsa dan umat yang satu yaitu bangsa

    jawa. Sultan Khalifatulloh dalam dinasti Hamengku Buwana adalah pelanjut

    dan pembangun kembali negara Mataram Islam yang dipimpin oleh Sultan

    Agung Hanyakrakusuma dan didirikan oleh Panembahan Senopati, sebagai

    pewaris Kesultanan Pajang yang berpangkal dari demak. Sepanjang

    perjalanan sejarah Dinasti Hamengku Buwana dalam fungsi hamangku,

    hamengku dan hamengkoni pada masyarakat bangsanya, telah berhasil

    mengaplikasikan nilai-nilai luhur pada tatanan masyarakat yang berbudaya

    Islami. Pemahaman tentang nilai-nilai luhur pada tatanan masyarakat

    28Op cit Mark R. Woodward,Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,hlm. 296

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    17/72

    madinah dalam konteks Ngayogyakarta telah terjadi semenjak HB 1, yaitu

    kajian integratif dalam Majelis Bukhoren yang dipimpin oleh KH Nur. Deriserangkaian pembicaraan rutin dalam kurun waktu yang cukup panjang pada

    Majelis Bukhoren yang diselenggarakan oleh keraton, maka pada tahun 2008

    berhasil diadakan Halaqoh (semiloka) di Keraton Ngayogyakarta (Ndalem

    Joyokusuman) dan disepakati untuk melahirkan Ngayogyakarta Serambi

    Madinah sebagai sebutan untuk masyarakat Ngayogyakarta yang berbudaya

    adhiluhung.29

    Pada bulan Agustus 2008 Ngayogyakarta Serambi Madinah

    dideklarasikan di Masjid Gedhe, dihadiri oleh para ulama dan tokoh

    masyarakat dari seluruh DIY dan para tamu dari Banten. Selanjutnya pada

    2009 diadakan kesepahaman (MoU) antara Kraton Ngayogyakata dengan

    Kanwil depag. Deklarasi Masjid Gedhe tersebut telah mendeskripsikan dasar-

    dasar Ngayogyakarta Serambi Madinah, yang dituangkan dalam definisi,

    identifikasi, visi, dan semangat. Selengkapnya sbb: definisi Serambi Madinah

    adalah sebutan untuk Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebutan ini telah

    mereprentasikan karakter sosial, budaya dan keagamaan dalam hidup dan

    berkembang secara riil, sehingga menggambarkan sosok khittah

    Ngayogyakarta hadiningrat yang hakiki. Ngayogyakarta Serambi Madinah ini

    bukan partai, bukan ormas dan bukan organisasi apapun juga bukan bagian

    dari struktur pemerintah. Ia merupakan sebutan yang terekspresikan dari

    luapan cita rasa adiluhung masyarakat.Nilai-nilai Ngayogyakarta Serambi

    Madinah diyakini telah termuat secara keseluruhan dalam ajaran Walisongo,

    Piwulang Agung Kraton Ngayogyakarta, kaweruh filosofi dan budaya

    masyarakat sebagai reinterpretasi terhadap Piagam Madinah pada zaman

    Nabi. Namun tetap diakui bahwa tidaklah mudah untuk mengambil

    mutiara-mutiara ajaran yang tersebar dalam samodera kaweruh tersebut

    29Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    18/72

    sebagai penjelasan yang dikehendaki terhadap naskah deklarasi Masjid

    Gedhe dimaksud.

    30

    Adapun tujuh identifikasi Kesamaan Madinah dengan Ngayogyakarta

    yaitu:

    1. Sejiwa dengan piagam madinah yang berisi penguatan masyarakat pluralyang aman dan damai dalam disiplin dan identitas keagamaan yang jelas.

    2. Pusat pengembangan peradaban dengan ilmu pengetahuan dan budaya.3. Bersatunya kaum muhajirin (pendatang ) dan kaum ashar (pribumi) yang

    hakiki, artinya masyarakat bhineka tunggal ika dalam kehangatan

    ukhuwah yang tulus dan sejati.

    4. Kawah candra dimuka untuk mencetak tokoh-tokoh besar.5. Tempat perlindungan bagi orang teraniaya.

    30Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    19/72

    6. Wilayah pengembangan nilai-nilai tradisional religius.7.

    Karakter masyarakat ramah dan sopan.

    31

    Dan ada delapan visi serambi madinah:

    1. Agama adalah anugerah Allah swt untuk membimbing para hamba-Nyaagar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    2. Nikmat dan rahmat Allah swt amat banyak telah dilimpahkan padahamba-Nya, maka haruslah disyukuri dan digunakan untuk hal-hal yang

    bermanfaat dan diridhoi-Nya.

    3. Menyadari bahwa kehidupan ini adalah kelanjutan dari suatu proses yangtelah berjalan panjang, maka disamping menghargai jasa-jasa dan

    prestasi para pendahulu kita jugaharus melanjutkan dan

    mengembangkanaya secara kreatif sebagai amanat amal jariyah.

    4. Menyadari akan keterbatasan setiap manusia maka mewujudkan generasipelanjut yang lebih berkualitas adalah suatu keharusan yang tidak boleh

    diabaikan.

    5. Untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas, maka kebodohan danketerbelakangan harus diperangi ; oleh karena itu pendidikan mempunyai

    arti penting yang mutlak, baik pendidikan formal , informal, maupun non

    formal.

    6. Sebagai masyarakat yang berbudaya adhiluhung, maka faktor formal danakhlaqul karimah menjadi bingkai utama yang kokoh dan tegas dalam

    tatanan kedupan sehari-hari.

    7. Agar tidak menjadi beban pihak lain dan demi menjaga muruah (hargadiri), maka jiwa adhiluhung mengharuskan setiap pribadi memiliki penuh

    semangat dalam bekerja, berprestasi dan berjasa, tanpa mengabaikan

    tugas-tugas ritual keagamaan.

    31Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    20/72

    8. Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dalam menuaikantugas dan kehidupan, maka dalam pergaulan harus saling menghormati,membantu , rukun dan tenggang rasa.

    32

    Dan Sepuluh Semangat Serambi Madinah :

    a. Taqwa dalam beragama.b. Rukun dan hormat serta gotong royong dalam bermasyarakat.c. Bersikap ramah dan sopan dalam bergaul.d. Hidup dengan landasan ilmu dan penuh amal serta pengabdian.e. Mewujudkan keluarga yang harmonis dalam mawadah dan rahmah.f. Mempersiapkan keturunan (anak cucu) sebagai generasi pelanjut yang

    lebih berkualitas.

    g. Nguri-uri nilai-nilai lama yang bermanfaat dan mengembangkannyasecara selektif, sekaligus kreatif dan innovatif.

    h. Menghargai jasa para pendahulu / leluhur dan meneladaninya, sertamenghargai setiap prestasi yang bermanfaat bagi kehidupan.

    i. Membangun karakter dan moral masyarakat dengan amar maruf nahimunkar secara bermartabat.

    j. Etos kerja yang tinggi untuk mencapai prestasi dalam bingkai tawakal dandoa.

    33

    32

    Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-201333Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    21/72

    Bila dikategorikan, paling tidak penjelasan itu akan menyangkut hal-

    hal sebagai berikut:

    a. Kedaulatan pangan bagi masyarakat sebagai inti dari kesejahteraansosial ekonomi. Pembicaraan ini ingin difokuskan pada vitalisasi

    pertanian.

    b. Filosofi Ngayogyakarta Serambi Madinah, yaitu sejumlah nilai dasardari ajaran Islam Jawa yang membingkai wujudnya Ngayogyakarta

    Serambi Madinah.

    c. Kemajemukan sosial budaya, yaitu pemahaman akan kemajemukanmasyarakat sebagai potensi pengembangan Ngayogyakarta Serambi

    Madinah.

    d. Ngayogyakarta Serambi Madinah sebagai implementasi fungsikhilafah. Pembicaraan di sini sangat erat kaitannya dengan fungsi

    hamangku, hamengku dan hamengkoni pada diri Sultan sebagai

    Khalifatullah.

    e. Sejarah Muhammad saw, baik sebagai pribadi maupun sebagaiRasulullah. Pembicaraan di sini terutama untuk mengungkap

    kebesaran Islam sebagai rahmatan lil alamin dan interelasi antara

    Muhammad sebagai pribadi dan utusan Allah swt, atau format

    http://4.bp.blogspot.com/-DTC9oLEuFkA/TfI11mKzuUI/AAAAAAAAAAk/IqO1u2Ecln0/s1600/sultan031.jpg
  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    22/72

    manunggaling kawulo gusti antara beliau dan Dia Yang Maha

    Mutlak

    34

    .

    1.4Aspek politikSalah satu konsep menarik dari tradisi yang berlaku di lingkungan

    kraton Yogyakarta adalah bahwa sultan atau raja yang memerintah bergelar

    Senopati ing Alogo Abdurrahman Sayyidin Panotogomo Khalifatullah.

    Sudah disingung di bagian awal tulisan ini, gelar sultan tersebut memiliki

    makna sultan sebagai pemimpin yang sah yang berkuasa menentukan

    perdamaian dan peperangan karena kedudukannya sebagai panglima perang

    tertinggi sekaligus sebagai pemika dan pelindung agama karena posisinya

    sebagai khalifatulah, yakni pengganti Nabi Muhammad SAW.35

    Dalam serat Centhini disebutkan bahwa kalifatullahberarti wakil Allah

    di muka bumi, penerus Nabi Muhammad. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    dari sudut gelar sultan dalam tradisi kraton Yogyakarta menunjukkan sistem

    politik dalam pemerintahan kraton Yogyakarta menyatukan dimensi ilahiyah

    dan duniawiah, atau dalam khasanah politik Islam dikenal istilah penyatuan

    agama dan negara dien wa daulah.36

    Pemerintah Sipil mula-mula berpusat di Kepatihan Yogyakarta

    dibawah pimpinan Sri Sultan HB IX. Pemerintah Sipil di daerah Yogyakarta

    dilaksanakan oleh Jawatan Praja, yang ditunjuk sebagai pemerintah darurat

    didalam kota dengan cara berpindah-pindah. Fungsi dan peranan Jawatan

    Praja ini sebagai penghubung antara Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah

    yaitu Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII dengan segenap aparat

    34Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    35

    Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-201336Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    23/72

    pemerintahan dan rakyat yang di lakukan secara sembunyi-sembunyi.

    Dengan demikian, terjadilah hubungan yang mantap antara Sri Sultan denganBupati diseluruh Kabupaten di DIY. Melalui jawatan Praja disampaikan pula

    petunjuk-petunjuk teknis serta diberikan penugasan-penugasan bagi para

    Pamong Praja khususnya diluar kota untuk mengadakan kerjasama dengan

    pihak militer lewat komando Distrik Militer setempat.37

    Dengan semakin gentingnya suasana Ibukota Jakarta, yang

    disebabkan adanya teror-teror dari Belanda yang membonceng NICA,

    membuat terancamnya para pemimpin kita. Oleh karena itu, pada tanggal 4

    Januari 1946 pemerintah Republik Indonesia mengambil keputusan untuk

    memindahkan Ibukota untuk sementara waktu, dengan alasan demi

    keamanan dan menyempurnakan organisasi dalam negeri. Dengan suasana

    yang demikian itu, maka para pemimpin kita tidak akan melaksanakan

    tugasnya untuk mengatur negara dengan tenang. Yogyakarta dianggap lebih

    tepat untuk menjadi Ibukota atau pusat pemerintahan negara pada waktu

    itu. Dipilih kota Yogyakarta, karena adanya alasan aspek dukungan segenap

    lapisan masyarakat Yogyakarta dibawah pimpinan Sri Sultan HB IX dan Paku

    Alam VIII, kecuali itu disebabkan pula karena desakan dari Badan Pekerja KNI

    DIY, yang melihat bahwa daerah Yogyakarta cukup aman dan dapat

    menjamin terlaksananya roda pemerintahan RI pada masa perjuangan.38

    Sehubungan dengan kepindahan Presiden dan wakil Presiden dari

    Jakarta ke Yogyakarta, maka ikut pula beberapa kementrian, dengan

    demikian maka secara berangsur-angsur kota Yogyakarta menjadi pusat

    pemerintahan RI. Dengan pindahnya pusat RI dari Jakarta ke Yogyakarta, baik

    eksekutif maupun legislatif, maka secara positif kota Yogyakarta sebagai

    Ibukota Republik Indonesia. Oleh karena segala derap langkah perjuangan

    37

    http//:sejarah-kraton-jogja.5-12-201338SESKOAD,1993/1994:op.cit. hlm. 108.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    24/72

    untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan berdampak luas bagi

    kota Yogyakarta dan daerah sekitarnya.

    39

    Dengan semakin gentingnya suasana Ibukota Jakarta, yang

    disebabkan adanya teror-teror dari Belanda yang membonceng NICA,

    membuat terancamnya para pemimpin kita. Oleh karena itu, pada tanggal 4

    Januari 1946 pemerintah Republik Indonesia mengambil keputusan untuk

    memindahkan Ibukota untuk sementara waktu, dengan alasan demi

    keamanan dan menyempurnakan organisasi dalam negeri. Dengan suasana

    yang demikian itu, maka para pemimpin kita tidak akan melaksanakan

    tugasnya untuk mengatur negara dengan tenang. Yogyakarta dianggap lebih

    tepat untuk menjadi Ibukota atau pusat pemerintahan negara pada waktu

    itu. Dipilih kota Yogyakarta, karena adanya alasan aspek dukungan segenap

    lapisan masyarakat Yogyakarta dibawah pimpinan Sri Sultan HB IX dan Paku

    Alam VIII, kecuali itu disebabkan pula karena desakan dari Badan Pekerja KNI

    DIY, yang melihat bahwa daerah Yogyakarta cukup aman dan dapat

    menjamin terlaksananya roda pemerintahan RI pada masa perjuangan.40

    Sehubungan dengan kepindahan Presiden dan wakil Presiden dari

    Jakarta ke Yogyakarta, maka ikut pula beberapa kementrian, dengan

    demikian maka secara berangsur-angsur kota Yogyakarta menjadi pusat

    pemerintahan RI. Dengan pindahnya pusat RI dari Jakarta ke Yogyakarta, baik

    eksekutif maupun legislatif, maka secara positif kota Yogyakarta sebagai

    Ibukota Republik Indonesia. Oleh karena segala derap langkah perjuangan

    untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan berdampak luas bagi

    kota Yogyakarta dan daerah sekitarnya.41

    Berpindahnya Ibukota atau pusat pemerintahan, menimbulkan

    instansi-instansi dan jawatan-jawatan pemerintahan harus melaksanakan

    tugasnya di Yogyakarta. Namun organisasi pemerintahan belum dapat

    39http//:sejarah-kraton-jogja

    40

    SESKOAD,1993/1994:op.cit. hlm. 108.41http//:sejarah-kraton-jogja

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    25/72

    berjalan secara sempurna, sebagaimana yang dikehendaki. Bahkan Bung

    Karno menggambarkan cara kerja pemerintahan waktu itu seperti sebuahPerkumpulan Penggarong.Tentang hal ini Bung Karno melukiskan di dalam

    kata-kata:Caranya kami bekerja jauh daripada cara suatu pemerintah yang

    wajar, ia lebih mirip dengan cara suatu perkumpulan penggarong. Kami tidak

    punya apa-apa. Tidak punya mesin ketik, tidak punya alat tulis, apalagi

    pesawat terbang, satu-satunya perlengkapan radio yang dapat di selamatkan

    adalah barang keluaran tahun 1935.42

    Pindahnya pusat Ibukota RI ke Yogyakarta ini, memiliki arti yang

    cukup unik dan menarik. Kota Yogyakarta jadi dua pusat pemerintahan yang

    masing-masing memiliki nama besar, yaitu:43

    Pertama, Sebagai pusat pemerintahan DIY yang saat ini, merupakan

    bagian dari negara kesatuan RI, didasari atau tidak, tentu sedikit banyak

    mewarnai kebesaran Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman,yang

    tempo dulu masing-masing pernah diakui sebagai kerajaan (Negara yang

    teratur).

    Kedua, menjadi pusat Ibukota negara RI, satu negara besar yang baru

    lahir dengan tata pemerintahan sendiri yang sudah tentu lebih modern dan

    komplek.

    Dengan demikian, kedua pemerintahan (yang satu menjadi bagiannya

    dan yang lain menjadi induknya) berjalan bersama dan saling menopang

    dalam upaya menegakkan pemerintahan di Indonesia. Disatu pihak

    pemerintahan RI (sebagai pemerintahan pusat dan induknya) akan dapat

    mengambil manfaat dari potensi baik wilayah, rakyat maupun pimpinan yang

    ada di Yogyakarta. Disamping itu dengan dekatnya antara pemerintah pusat

    dengan pemerintah daerah DIY, menyebabkan pemerintah daerah DIY akan

    42Depdikbud, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya.Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan

    Daerah.1976/ 1977. op.cit, hlm. 320.43Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    26/72

    lebih lancar dalam melaksanakan pemerintahan daerah berdasarkan

    peraturan perundangan yang harus disahkan oleh pusat.Berpindahnya Ibukota ke Yogyakarta telah ikut mempengaruhi

    kegiatan kepartaian di Yogyakarta. Sejak dikeluarkan Maklumat Pemerintah

    tentang pembentukan partai politik tertanggal 3 November 1945, di

    Indonesia mulai bermunculan partai politik. Kegiatan parpol pada tahun

    1946, di Yogyakarta menjadi semakin meningkat. Disamping Yogyakarta

    menjadi pusat kedudukan partai-partai politik, tahun itu direncanakan akan

    ada pemilihan umum. Akan tetapi pemilu tidak jadi dilaksanakan, sebab baru

    menghadapi sengketa politik dengan Belanda. Ternyata pada tanggal 21 Juli

    1947, Belanda telah melancarkan agresi Militer I, sehingga Belanda telah

    melanggar persetujuan Linggarjati. Oleh karena itu, Belanda mendapat protes

    dari dunia internasional, kemudiaan tercapailah persetujuan renville yang

    isinya benar-benar merugikan Indonesia. Hasil perjanjian Renville

    menimbulkan rasa tidak puas diberbagai pihak, sehingga kabinet Amir

    Syarifuddin jatuh. Hal ini menyebabkan Amir sakit hati dan kemudiaan

    bergabung dengan gerakan PKI, tepatnya pada tanggal 18 September 1948

    melancarkan pemberontakan di Madiun.44

    Sebagai akibatnya Peristiwa

    Madiun tersebut anggota-anggota Dewan Daerah yang tergabung dalam

    Front Demokrasi Rakyat sebanyak 31 orang di tahan, yaitu dari Partai Sosialis,

    Partai Buruh, SOBSI, BTI, dan Pesendi. Dua hari kemudiaan Badan Pemerintah

    mengadakan sidang darurat guna meninjau keadaan dan selanjutnya

    mengambil keputusan terhadap soal-soal yang urgen dan perlu dilaksanakan.

    Dalam suasana yang sangat memprihatinkan, Belanda mengadakan

    agresi Militer yang kedua, dan langsung diarahkan ke Ibukota Yogyakarta,

    yang akhirnya Yogyakarta dapat diduduki. Presiden dan wakil Presiden serta

    beberapa pejabat tinggi lainnya ditawan Belanda. Sebelum para pemimpin RI

    ditangkap ditawan Belanda, mereka dapat melaksanakan sidang kabinet

    44Biro Bina Pemerintahan Umum Setwilda Propinsi DIY.1992. op.cit,hlm. 186.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    27/72

    secara kilat. Dalam sidang itu diputuskan memberikan mandat melalui

    radiogram kepada menteri Kemakmuran Mr. Syafrudin Prawironegara diSumatra, agar membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.

    Mandat serupa juga diberikan kepada Dr. Sudarsono dan Mr. A. A Maramis

    yang berada di New Delhi, dengan maksud apabila Mr. Syafrudin gagal dalam

    membentuk pemerintahan darurat di Sumatra, untuk di kuasakan kepada

    keduanya membentuk Encile Gauverment Republik Indonesiadi India.45

    Selain

    disepakatinya Belanda menyerang Ibukota, baik Presiden wakil Presiden

    serta Perdana Menteri tetap tinggal di Ibukota dengan konsekuen di tawan,

    sementara pimpinan angkatan perang dan seluruh pasukan ke luar kota

    untuk melakukan perang gerilya. Sehubungan dengan kennyataan itu, maka

    di Jawa Tentara dan Teritorium Jawa, Kolonel A. H. Nasution pada tanggal 22

    Desember 1948 mengumumkan berdirinya pemerintahan Militer untuk Jawa.

    1.5Aspek EkonomiSebagai daerah agraris, sebagian besar masyarakat Yogyakarta

    mengandalkan kehidupannya pada sektor pertanian, sehingga sangat wajar

    jika pada masa penjajahan sektor ini, mendapat perhatian dan menjadi

    andalan dalam usaha mendapatkan bahan mentah murah. Banyak

    masyarakat yang diperkerjakandiperkebunan-perkebunan milik penjajah

    yang mempunyai nilai ekonomi tinggi di pasaran dunia. Selain itu mereka,

    masih dikenai kewajiban untuk membayar pajak, kerja paksa dan rodi, serta

    pada jaman penjajah Jepang banyak yang di jadikan romusha, sehingga

    sebagian besar waktunya hanya untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja

    penjajah. Oleh karena itu, mereka tidak sempat lagi mengembangkan daya

    45

    Masyarakat Sejarawan Indonesia, 1990,PEMERINTAH DARURAT REPUBLIK INDONESIA,hlm. 43.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    28/72

    kreatifnya dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya yang sebenarnya sudah

    ada landasan yang baik.

    46

    Keadaan sosial ekonomi masa penjajahan sangat memprihatinkan,

    terlebih pada jaman pendudukan Jepang.Eksploitasi Jepang terhadap sumber

    daya manusia, yang sering disebut dengan Romusha. Yang dimaksud

    eksploitasi ialah penguasaan terhadap sumber daya (manusia dan alam) pada

    negara lain untuk kepentingan sendiri.47

    Penghimpunan Romusha ini,

    dimulai pada bulan Oktober 1942 dan berakhir tahun 1944, oleh pemerintah

    Jepang di sebut sebagai serdadu-serdadu ekonomi diambil dari petani-

    petani dan pemuda-pemuda yang ada di desa-desa Jawa.48

    Daerah Yogyakarta memiliki sumber daya alam, yang memang

    diperlukan Jepang. Sumber daya alam Yogyakarta berupa tanah pertanian

    yang relatif subur untuk tanaman pangan, baik padi maupun palawija. Secara

    umum Jepang membutuhkan sumber-sumber alam Indonesia untuk

    keperluan perang, dan inilah yang tetap diutamakan. Hal ini, dikarenakan

    Jepang miskin akan sumber daya alam , terutama bahan pangan karena tanah

    di Jepang tidak produktif untuk bidang pertanian.49

    Anjuran penyerahan Romusha ini, harus efektif, cepat dan

    terencana. Penderitaan rakyat inipun masih ditambah lagi dengan menyuruh

    masyarakat menyediakan bahan pangan untuk keperluan tentara Jepang,

    sehingga menimbulkan kemlaratan dalam masyarakat. Akibat lain dengan

    kebijaksanaan Jepang banyak perampokan-perampokan yang dilakukan oleh

    penduduk itu sendiri. Untuk menghadapi permintaan Jepang yang demikian

    ini, untunglah Sri Sultan Hamengku Buwono IX cukup pandai mengelabuhi

    dengan cara menyembunyikan angka-angka statistik yang sebenarnya, baik

    46Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    47J.S. Badudu dan Sutan Zain,1994,.Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan. hlm. 95.48

    M.C. Ricklefs, 1992, Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

    hlm. 308.49Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    29/72

    menyangkut jumlah penduduk, hasil panenan padi maupun jumlah populasi

    ternak. Dengan cara menyusun statistik palsu, bahkan Beliau dapatmenyakinkan kepala pemerintah pendudukan Jepang di Yogyakarta bahwa

    daerahnya sangat minus.50

    Dengan alasan dasar agar wilayahnya dapat membantu

    menyumbangkan hasil bumi untuk bala tentara Jepang seperti yang

    diinginkan, maka Sri Sultan HB IX berdiplomasi agar diberikan bantuan untuk

    membangun sarana irigasi. Tidak disangka ternyata berhasil dan memperoleh

    dana dari pemerintah Jepang untuk pembangunan sarana tersebut. Manfaat

    lain dari pembangunan proyek saluran adalah terhindarnya ratusan sampai

    ribuan warga Yogyakarta dari panggilan romusha.51

    Keadaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Yogyakarta yang

    memprihatinkan inipun berlanjut sampai pada periode kemerdekaan. Bahkan

    pada masa perang kemerdekaan situasinya sangat buruk. Pengaturan

    ekonomi saat itu bersifat ekonomi darurat perang. Dalam keadaan

    demikian Yogyakarta harus menerima konsekuensi dengan dijadikan sebagai

    Ibukota RI. Hal ini, karena selain dengan datangnya pengungsi dari berbagai

    daerah, juga adanya blokade dari Belanda.52

    Untuk menghadapi keadaan tidak menentu pemerintah mengambil

    kebijaksanaan dengan mengeluarkan alat pembayaran resmi yang berlaku di

    negara Indonesia, yaitu Uang Republik Indonesia atau ORI.53

    Alat

    pembayaran ini tidak hanya bermakna politis, namun juga sebagai jalan

    untuk menyehatkan perekonomian kita. Suasana yang tidak tentram

    berlanjut sampai berakhir perang kemerdekaan. Dengan adanya pengakuan

    kedaulatan negara Indonesia dari dunia internasional, baru kemudiaan

    pemerintah mulai mengadakan perbaikan-perbaikan sarana-prasarana yang

    50Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    51Mohammad Roem, Muchtar Lubis,1982,Tahta Untuk Rakyat,Jakarta: Gramedia.hlm. 81.

    52

    Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-201353Kementrian Penerangan RI,Lukisan Revolusi Indonesia 1945-1945,hlm. 129.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    30/72

    ada, kemudiaan diikuti dengan pembangunan sektor-sektor pendukung

    lainnya.

    54

    Kegiatan ekonomi rakyat dimasa revolusi fisik sungguh sangat buruk.

    Keadaan ini sudah di mulai sejak jaman Jepang sampai pada masa perjuangan

    mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pengaturan ekonomi kita, ketika

    itu bersifat ekonomi darurat perang. Dalam situasi demikian, daerah

    Yogyakarta harus menerima akibat tindakan blokade ekonomi yang di

    lakukan oleh Belanda yang berusaha menutup jalur-jalur ekonomi DIY. Selain

    itu juga, jumlah penduduk Yogyakarta setiap hari bertambah sebagai akibat

    kedatangan para pengungsi yang berasal dari berbagai daerah.55

    Faktor-faktor pendorong kesulitan dalam masalah ekonomi bagi

    rakyat timbul, selain karena adanya keadaan keamanan yang belum stabil,

    juga karena banyaknya pengungsi dari kota ke desa. Pada awalnya para

    pengungsi ini, masih dapat di jamin oleh masyarakat desa, namun kemudiaan

    menjadi beban yang berat bagi rakyat.Terpaksalah para pengungsi

    melakukan kegiatan ekonomi, sebagai contoh bertani, berternak, berkebun

    di pedesaan, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan hidup.

    Kegiatan sosial, seperti gotong royong, rembug desa, yang semula ada di desa

    berubah menjadi jual beli. Disamping itu, sulitnya hubungan antar luar kota

    dengan dalam kota Yogyakarta, akibat gerakan militer Belanda ataupun

    gerakan gerilya TNI menyebabkan pula sulitnya bahan pangan di dalam kota.

    Bahkan dalam masa-masa awal Belanda di kota Yogyakarta, roda

    pemerintahan dapat dikatakan berhenti. Toko-toko, perusahaan-perusahaan

    dan usaha-usaha perekonomian menjadi tidak berjalan. Keadaan pasar

    menjadi sepi, karena adanya jam malam yang diumumkan oleh militer

    Belanda. Kesulitan bahan pangan di dalam kota ini, menyebabkan sebagian

    penduduk terpaksa makan dedaunan. Keadaan demikian, berangsur-angsur

    54http//:sejarahindonesia.5-12-2013

    55

    Depdikbud. Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Proyek Penelitian dan Pencatatan KebudayaanDaerah.1976/ 1977,,op.cit, hlm.343.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    31/72

    dapat berjalan kembali setelah adanya jalur perdagangan antar kota dan

    desa, walaupun secara sembunyi-sembunyi dan penuh resiko tinggi. Selainitu, adanya kampanye Belanda untuk menarik simpati rakyat, melalui jawatan

    sosial dengan membagi-bagi bahan pangan, sehingga dapat dimanfaatkan

    oleh rakyat untuk sedikit mengatasi kesulitan ekonomi, khususnya masalah

    pangan, tanpa harus memihak pada Belanda.56

    Untuk memperbaiki perekonomian ini, pemerintah pada tanggal 5 Juli

    1946 mendirikan BNI, yang merupakan Bank umum pertama milik

    Pemerintah Republik Indonesia dengan menempati gedung bekas Javasche

    Bank Yogyakarta. BNI resmi di buka pada bulan Agustus 1946, dan untuk

    pimpinan pertama di tunjuk Margono Djojohadikusumo.Selanjutnya dalam

    usaha menghadapi blokade ekonomi Belanda yang semakin ketat,

    pemerintah mengeluarkan Undang-Undang nomor 17 tanggal 1 Oktober

    1946 tentang Oeang Repoeblik Indonesia atau ORI.Sedangkan sebagai

    tindak lanjut dikeluarkan Undang-Undang Nomor. 19 tanggal 25 Oktober

    1946 yang mengatur penukaran uang rupiah Jepang yang berlaku di

    Indonesia pada waktu itu, diantaranya sebagai berikut:57

    1. Lima puluh rupiah uang Jepang disamakan dengan satu rupiah ORI.2. Di luar Jawa dan Madura, seratus rupiah uang Jepang sama dengan satu

    rupiah uang ORI.

    Uang Republik Indonesia tersebut mulai berlaku pada tanggal 29

    pukul 24.00, menjelang tanggal 30 November 1946. Sejak keluarnya mata

    uang tersebut, harga-harga mulai turun, tetapi tidak lama persediaan barang-

    barang menipis dan peredaran barang dari luar tidak ada sebagai akibat dari

    blokade ekonomi dari pihak Belanda. Hal ini, pada gilirannya menimbulkan

    56

    SESKOAD,1993/1994:op.cit, hlm. 115.57http//: sejarah-indonesia.6-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    32/72

    penderitaan rakyat, sehingga melahirkan perdagangan gelap menjadi

    semakin merajalela.

    58

    Ternyata Uang Republik Indonesia ini, tidak hanya bermakna politis

    tetapidimaksudkan untuk menyehatkan jalannya perekonomian Indonesia,

    karena uang Jepang ketika itu telah mengalami inflasi yang sangat parah.

    Makna politik dengan di keluarkan ORI itu adalah untuk menjadi alat

    perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi Belanda. Dimasa

    perang kemerdekaan, dengan ekonomi darurat perang, kehidupan sektor

    ekonomi berada didalam pengendalian pemerintah. Peranan golongan

    swasta terdesak, namun demikian golongan ini tetap berusaha untuk

    memainkan perannya dalam usaha perekonomian negara. Namun satu hal

    yang menganggu masalah ekonomi berkaitan erat dengan soal politik yaitu

    mengenai alat pembayaran yaitu ORI dan sesudah Belanda memasuki

    Yogyakarta beredar pula uang merah Belanda atau dikenal dengan uang

    federal. Pada awalnya rakyat merasa ragu-ragu dan takut untuk menerima

    uang Belanda ini, sebab mengandung resiko yang sangat besar yaitu barang

    siapa yang menerima dan menggunakan uang musuh , oleh kalangan para

    pejuang kita akan dianggap membantu Belanda dan dicap sebagai

    pengkhianat Bangsa. Akan tetapi berhubung adanya tekanan-tekanan moril

    dan ekonomi Belanda, maka akhirnya rakyat menerima juga uang Belanda,

    disamping tetap menggunakan ORI.59

    Sektor lain dari segi perekonomian, khususnya sesudah Belanda

    menyerang Yogyakarta, yakni bidang pertanian. Selama masa perjuangan

    bersenjata, tidak ada sumber lain yang masih hidup selain pertanian. Para

    petani memegang peranan penting, sebab selain menjadi tempat berlindung

    bagi pengungsi dari kota, juga sumber logistik para pejuang. Bahkan tidak

    jarang mereka menjadi pembantu intelijen bagi para gerilyawan. Keadaan

    58

    http//: sejarah-indonesia.6-12-201359Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    33/72

    yang sulit dalam segi ekonomi yang melanda rakyat ditambah dengan

    tindakan bersenjata dari pihak militer Belanda, membuat rakyat benar-benarmenderita. Tetapi jiwa dan semangat rakyat Yogyakarta pada khususnya dan

    Indonesia pada umumnya tetap jiwa dan semangat Republik , serta tetap

    setia untuk menegakkan dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17

    Agustus 1945.60

    1.6Aspek Sosial BudayaSetelah melihat makna simbolik kraton Yogyakarta, sebagai pusat

    kebudayaan dan kehidupan masyarakat Jawa, sekarang dicoba untuk melihat

    berbagai ritual sebagai bagian dari tradisi kraton Yogyakarta yang juga

    mengandung nilai-nilai religiusitas yang cukup tinggi. Diantara upacara/ritual

    itu adalah Garebeg. Ada tiga macam upacara Garebeg, yaitu Garebeg Pasa

    untuk merayakan Idul Fitri, Garebeg Besar pada bulan Besar atau Dzulhijjah

    untuk merayakan Idul Qurban, dan Garebeg Mulud untuk merayakan

    Maulud (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Khusus yang terakhir, upacara itu

    disebut Sekaten, yang konon, berasal dari Syahadatain atau dua kalimah

    Syahadah.61

    Di dalam ritual-ritual ini dikumpulkan sedekah di dalam masjid Kraton

    (Agung). Sesudah pembacaan doa-doa berbahasa Arab, sedekah-sedekah itu

    dibagi-bagikan kepada sekitar puluhan ribu orang. Obyek-obyek ini, terutama

    gunungan yang terbuat dari nasi ketan, sebagian besar berisi berkah dan

    dianggap bisa menjamin kesejahteraan dan kesehatan penduduk.Sebelum

    dan selama pembagian gunungan berlangsung, Sultan duduk di atas tahta,

    dikelilingi oleh anggota-anggota kraton dan pusaka yang sangat sakti.

    Perhatiannya menagrah ke Tugu, sebuah monumen yang terletak di bagian

    60SESKOAD,1993/1994:op.cit, hlm. 119.

    61

    Sri Sultan Hamengkubowono X, Sambutan, dalamIslam dan Khasanah Budaya KratonYogyakarta, (Yogyakarta : Yayasan Kebudayaan Islam Yogyakarta, 1998), hlm. ix-x

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    34/72

    utara kraton yang mensimbolisasikan kesatuan manusia dengan Allah. Pada

    saat itulah, Sultan mencapai kesatuan mistik. Inilah sumber berkah yangutama yang dibagi-bagikan kepada sekumpulan orang yang sudah menunggu.

    Sultan dengan demikian, bisa memanfaatkan pencapaian mistiknya sebagai

    suatu upaya menegarkan keabsahan kraton. Di salam ritual ini, ia tidak

    semata-mata sebagai Wakil Allah; ia adalah, dengan semua keinginan dan

    tujuan, Allah itu sendiri. Karena itu, ia menyampaikan berkah ilahiyah

    langsung kepada para pengikutnya.62

    Ritual ini dan teori kerajawian yang menjadi dasarnya adalah produk

    dari suatu imperalisasi doktrin sufi mengenai qutb. Qutb adalah poros

    dunia dan wali paling terkemuka. Ia menjaga alam dan berperan sebagai

    pengatur spiritual untuk seluruh dunia. Schimmel menggambarkan perannya

    dalam sufisme : Dunia tidak akan ada tanpa kutub atau poros yang

    menggerakkan dunia hanya seperti sebuah penggilingan menggerakkan

    porosnya dan tidak berlaku sebaliknya.63

    Sultan, karena itu, merupakan qutb negara. Sebagai konsekuensi

    pencapaian kesatuan mistik ini, ia membela integritas hukum, mengontrol

    sumber-sumber kesaktian (pusaka dan tempat-tempat kramat), dan berperan

    sebagai penyalur yang melaluinya berkah dan inspirasi ilahiyah ditebarkan ke

    masyarakat. Perannya sebagai pembimbing spiritual ditonjolkan dalam

    garebeg, saat tiap orang diminta untuk melafalkan pengakuan iman sebelum

    menerima bagian gunungan. Perbedaan prinsipil antara rumusan kraton Jawa

    dan Sufi Klasik berkaitan dengan doktrin ini, terletak pada keharusan Sultan

    berperan sebagai sumber kesejahteraan material dan berkah spiritual ini.

    Namun, ini lebih merupakan akibat digunakannya doktrin kesatuan mistik

    sebagai basis orde politik dan sosial daripada sebagai perbedaan ideologis

    fundamental apa pun.64

    62Mark R. Woodward, Islam Jawa op.cit., hlm. 265-266

    63

    Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, (Bandung : Mizan, 2002), hlm. 20064Mark R. Woodward, Islam Jawa op.cit., hlm. 267

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    35/72

    Menanggapi berbagai ritual dalam tradisi kraton Yogyakarta itu, Prof

    Simuh memberikan ulasannya, bahwa semuanya mencerminkan perkawinanbudaya antara budaya Islam (dalam hal ini aliran sufisme) dengan budaya

    Hindu-Budha, bahkan dengan budaya animisme-dinamisme. Dan tampak

    karakter kraton sentrisnya dan sifat mistiknya.65

    Apakah model perkawinan budaya seperti yang digambarkan dalam

    upacara/ritual kraton masih dianggap sebagai bagian Islam otentik, artinya

    tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam? Para pembaharu Islam tentu

    memandang bahwa itu bukan bagian dari ajaran Islam, kalau toh ada nuansa

    Islamnya, maka dianggap sebagai Islam sinkretik yang tidak lagi otentik

    sebagaimana apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad (sunnah rasul). Akan

    tetapi penulis di sini mencoba untuk melihat dari sisi lain, bahwa dalam Islam

    pun terdapat berbagai sudut pandang (perspective) dalam melihat berbagai

    persoalan keagamaan.66

    Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat

    saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama

    adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan

    juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya.

    Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan

    kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu

    yang final, universal, abadi (parennial) dan tidak mengenal perubahan

    (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer.

    Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi,

    tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat

    tempat.67

    65Simuh, Sufisme Jawa op.cit., hlm. 130

    66Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    67

    Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-Essai Agama, Budaya, dan Politik dalam BingkaiStrukturalisme transendental,Bandung : Mizan, 2001, hal. 196

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    36/72

    Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan,

    pertama agama memperngaruhi kebudayaan dalam pembentukannya,nilainya adalah agama, tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Contohnya

    adalah bagaimana shalat mempengaruhi bangunan. Kedua, agama dapat

    mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan Indonesia

    mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan

    dan hajar. Dan ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sitemnilai dan simbol

    agama.68

    Seiring dengan perkembangan sejarah DIY, penduduk di daerah

    Yogyakarta inipun mengalami perubahan yang sangat dinamis. Sejak

    berdirinya kerajaan Mataram sampai kini penduduk Yogyakarta dari masa ke

    masa semakin pesat perkembangan sejalan dengan pertumbuhan penduduk

    di Tanah Air. Apalagi saat ini, Yogyakarta merupakan tempat bertemunya

    masyarakat dari latar belakang yang berbeda-beda, sehingga membentuk

    suatu masyarakat yang heterogen. Apalagi Yogyakarta sebagai kota pelajar,

    yang sarat akan sarana dan prasarana pendidikan yang tumbuh subur di

    wilayah ini. Dengan demikian, mendorong datangnya para pelajar untuk

    menuntut ilmu guna menyongsong masa depan.69

    Migrasi secara besar-besaran telah lama terjadi pada waktu Sultan

    Agung berkuasa. Saat itu Sultan Agung berusaha mendatangkan penduduk

    dari daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan. Cara Sultan Agung merangkul

    daerah-daerah yang telah ditaklukkan adalah dengan memboyong sebagian

    besar penduduk ke pusat kerajaan. Oleh karena itu, setelah terjadi

    penaklukkan lalu diikuti migrasi ke pusat. Dalam konteks ini, migrasi tersebut

    bukan karena adanya faktor pendorong namun karena adanya faktor penarik

    yang didasarkan atas kepentingan politik.70

    68Ibid., hal. 195

    69

    http//:sejarah-kraton-jogja.6-12-201370Ibid, hlm. 37.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    37/72

    Adanya penduduk yang berasal dari berbagai daerah ini secara

    langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tata kehidupan dalammasyarakat. Sejarah Indonesia mencatat banyak kaum intelek yang lahir dan

    dibesarkan di kota Yogyakarta, mereka ini mempunyai andil yang sangat

    besar pada saat-saat penting dan menentukan nasib bangsa Indonesia.71

    Menjadikan kota Yogyakarta sebagai Ibukota negara Republik

    Indonesia, ketika itu merupakan suatu pilihan yang tepat. Semangat

    kemerdekaan yang tinggi dari penduduk dan didukung oleh sikap tegas dari

    Sri Sultan merupakan modal besar . Kota Yogyakarta saat itu berada dalam

    suasana demam kemerdekaan. Nampaklah rakyat menyambut peristiwa itu

    dengan semangat yang tinggi. Seperti yang diceritakan oleh Ali

    Sastroamidjojo, sebagai berikut:

    Suasana Yogyakarta waktu itu adalah suasana kebebasan dan

    keamanan. Tetapi terasa sekali sebagai suatu kota yang hidup di tengah-

    tengah pergolakan revolusi. Banyak pemuda-pemuda berambut gondrong

    dan bersenjata masih berkeliaran. Pada umumnya pakaiannya compang-

    camping. Sikap dan tingkah laku mereka masih seperti pejuang-pejuang yang

    baru saja menang perang dan dengan tingkah laku yang serba serampangan

    inilah yang merupakan kekuatan revolusi kita, tanpa mereka ini mungkin

    sejarah kemedekaan negara kita akan lain, sekali keseduhannya.72

    Berpindahnya Ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta, membawa

    perubahan yang sangat besar, karena dengan cara mendadak kota

    Yogyakarta telah di banjiri penduduk yang berasal dari Jakarta dan penduduk

    dari daerah lain. Oleh karena itu, Yogyakarta mengalami bermacam-macam

    kesulitan terutama dalam soal perumahan, baik untuk keperluan kantor-

    kantor kementrian atau jawatan-jawatan, dan juga sebagai tempat tinggal.

    Namun hal itu, akhirnya dapat diterima dengan tangan terbuka oleh

    71http//:sejarah-kraton-jogja.6-12-2013

    72

    Depdikbud.Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Proyek Penelitian dan Pencatatan KebudayaanDaerah.1976/ 1977, op.cit, hlm. 321.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    38/72

    penduduk Ibukota, sehingga hampir semua kepala rumah tangga dengan

    senang hati menerima kedatangan mereka.

    73

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menyerahkan semua

    gedung-gedung untuk keperluan para pemimpin negara dan keperluan

    kantor-kantor kementrian dan jawatan-jawatan. Bagaimanapun juga, Ibukota

    kita menerima kewajiban yang sangat berat sampai batas kekuatan yang

    terakhir. Mereka melakukan hal ini semua, karena berkeyakinan bahwa ini

    merupakan panggilan suci untuk kepentingan Nusa dan Bangsa.74

    Partisipasi lain dari masyarakat Yogyakarta dimasa revolusi adalah

    munculnya dapur umum serta peranan PMI , ini merupakan bentuk

    partisipasi dari kaum ibu,anak-anak. Karena kaum muda sudah mengungsi

    keluar kota atau aktivitas bergerilya. Para wanita yang tinggal dalam kota

    juga tidak tinggal diam. Mereka mengorganisasi dapur umum untuk

    memenuhi kebutuhan gerilyawan yang masuk kota. Di antara mereka

    terdapat antara lain Sulianti Sulaiman, Ny. Budiharjo, Kurianingrat dan Ibu

    Ruswo. 75 Selain itu, merupakan realisasi dari tindak kebiasaan gotong

    royong, sifat ringan tangan dan saling tolong menolong pada hakekatnya ciri

    kepribadian bangsa Indonesia.

    Pada masa pendudukan pemerintahan Belanda, Sri Sultan Hamengku

    Buwono IX merupakan tokoh sentral bagi para pejuang. Keadaan kota

    Yogyakarta sangatlah memprihatinkan, semua pejabat dari tingkat tinggi

    sampai rendah dapat dikatakan semua menderita. Uang gaji tidak ada,

    sedangkan keluarga harus makan. Dalam keadaan demikian, tidak jarang

    pilihan bagi seseorang adalah tetap setia kepada RI, karena lebih baik

    menderita daripada pindah kerja pada Belanda dan hidup berkecukupan.

    Sultan Hamengku Buwono IX melihat penderitaan banyak orang

    73http//:sejarah-kraton-jogja.6-12-2013

    74 Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 tahun.1956,Kota Yogyakarta 200 Tahun 7 Oktober

    1756, hlm. 33.75G. Moedjanto,1988, Indonesia Abad Ke 20 Jilid I,Yogyakarta: Kanisius.hlm. 45.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    39/72

    disekelilingnya tidak tinggal diam, Beliau membuktikan sikap konsekuen

    terhadap anjurannya sendiri dalam pidato radio, agar setiap orang bersediamengorbankan apa saja bagi keselamatan Republik. Beliau tanpa ragu-ragu

    membuka peti harta kraton dan membagi-bagikan pada rakyat yang

    memerlukan. Uang perak Gulden Belanda disumbangkan bagi orang yang

    berpangkat tinggi sampai mereka yang berpangkat rendah. Tidak hanya

    terbatas pada bantuan perorangan yang di berikan , tetapi juga keperluan

    pasukan bergerilya untuk melawan Belanda dan bagi PMI sebagian dibiayai

    dari uang perak persediaan Kraton Yogyakarta.76

    Masa revolusi ini , ternyata tahta Sri Sultan Hamengku Buwono IX

    benar-benar di serahkan pada rakyat. Perhatian sebagian besar dicurahkan

    bagi rakyat, maka bukan hal yang aneh, bila Kraton Yogyakarta dipergunakan

    untuk kepentingan rakyat banyak. Sebagai bukti, atas kehendak Sri Sultan HB

    IX mulai dari Pagelaran sampai Bangsal Witana dan kanan kiri dipakai untuk

    kepentingan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Gajah Mada. Demikian pula

    dengan rumah sakit Sardjito awalnya juga dari dalam Kraton Kasultanan

    Yogyakarta.77

    Keadaan yang serba tidak menentu, ternyata sangat mempengaruhi

    prilaku dan kehidupan masyarakat. Hal ini pada hakekatnya dapat dipahami,

    karena masa itu bangsa Indonesia dihadapkan suasana perjuangan. Oleh

    karena itu, kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat, menyebabkan

    karya-karya dihasilkan para budayawan sangat didominasi oleh jiwa serta

    ekspresi perjuangan. Jiwa nasionalisme dan patriotisme inilah, nantinya

    menjadi pilar yang sangat kokoh dalam usaha mempertahankan

    kemerdekaan RI. Sebagai contoh: Dengan berdirinya Perguruan Taman Siswa

    di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922, di bawah pimpinan Ki Hajar

    Dewantara, kebudayaan di Indonesia bisa menyaring kebudayaan dari luar,

    76

    Mohammad Roem, Muchtar Lubis, 1982.op.cit., hlm. 77.77Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    40/72

    sebab Taman Siswa merupakan badan perjuangan yang berjiwa nasional

    dengan menggunakan kebudayaan sendiri sebagai dasar perjuangan,sehingga masyarakat Indonesia dapat menghargai kebudayaan yang

    berkembang di Indonesia terutama pada masa perang kemerdekaan. Salah

    satu budayawan Indonesia adalah Nugroho Notosusanto. Ia merupakan salah

    satu saksi sejarah pada masa revolusi, dengan melihat peristiwa revolusi

    kemerdekaan. Hasil karya yang pernah diciptakannya adalah Bertajuk Hujan

    Kepagian.78

    1.7Aspek MiliterPada mulanya sistem birokrasi pemerintahan menganut sistem militer

    sebagaimana kerajaan Mataram. Seorang pegawai pemerintah juga

    merupaken seorang serdadu militer. Begitu pula para pimpinan kabinet

    kerajaan karena jabatannya merupaken komandan militer, bahkan kalau

    perlu mereka harus ikut bertempur membela kerajaan. Walaupun begitu

    untuk urusan pertahanan terdapat tentara kerajaan yg dikenal dengan abdi

    Dalem Prajurit.79

    Tentara Kesultanan Yogyakarta hanya terdiri dari angkatan darat saja

    yg dikelompokkan menjadi sekitar 26 kesatuan. Selain itu terdapat pula

    paramiliter yg berasal dari rakyat biasa maupun dari pengawal para penguasa

    di Manca Nagara. Pada paruh kedua abad 18 sampai awal abad 19 tentara

    kerajaan di Yogyakarta merupaken kekuatan yg patut diperhitungkan.

    Walaupun Sultan merupaken panglima tertinggi namun dlm keseharian

    hanya sebagian saja yg berada di dlm pengawasan langsung oleh Sultan.

    78

    http//:sejarah-nasional.5-12-201379Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    41/72

    Sebagian yg lain berada di dlm pengawasan Putra mahkota & para pangeran

    serta pejabat senior yg memimpin kementerian/kantor pemerintahan.

    80

    Kekuatan pertahanan menyurut sejak dimakzulkannya HB II oleh

    Daendels pada 1810 & ditanda tanganinya perjanjian antara HB III dengan

    Raffles pada 1812. Perjanjian itu mencantumkan Sultan harus melakukan

    demiliterisasi birokrasi kesultanan. Sultan, pangeran, & penguasa daerah tak

    boleh memiliki tentara kecuali dengan izin pemerintah Inggris & itupun hanya

    untuk menjaga keselamatan pribadi sang pejabat. Kekuatan pertahanan

    benar-benar lumpuh sesudah selesainya perang Diponegoro pada tahun

    1830. Tentara Kesultanan Yogyakarta hanya menjadi pengawal pribadi

    Sultan, Putra Mahkota, & Pepatih Dalem. Jumlahnya sangat dibatasi &

    persenjataannya tak lebih dari senjata tajam & beberapa pucuk senapan tua.

    Pertahanan menjadi tanggung jawab pemerintah Hindia Belanda.81

    Sebagai pengganti kekuatan militer yg dikebiri Kesultanan Yogyakarta

    dapat membentuk polisi untuk menjaga keamanan warganya. Pada 1942,

    untuk mengindari keterlibatan kesultanan dlm perang pasifik Sultan

    membubarkan tentara kesultanan. Keputusan ini kemudian dikukuhkan dlm

    perintah Pemerintah Militer Angkatan Darat XVI Jepang pada bulan Agustus

    1942. Dengan demikian kesultanan tak memiliki lagi kekuatan militer.82

    Dalam rangka melaksanakan pemerintah Militer sebagai usaha

    mewujudkan suatu pertahanan rakyat semesta, baik yang bersumber pada

    unsur kekuatan bersenjata maupun kekuatan serta dukungan rakyat, telah

    dirumuskan oleh TNI sejak 5 Mei 1947, jauh sebelum agresi militer Belanda

    II. Langkah untuk merealisasikan strategi dan taktik pemerintah militer ini

    ditempuh melalui peraturan pemerintah maupun keputusan Menteri

    Pertahanan. Sedangkan pelaksanaan pemerintah militer di DIY, berpedoman

    pada Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1948 tentang Pemerintah Militer di

    80Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

    81

    Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-201382Lihat situs kraton Yogyakarta : www. Kraton_yogyakarta. co.idakses 5-12-2013

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    42/72

    daerah Jawa yang menyatakan bahwa Badan dan Jawatan yang penting

    dimiliterisasikan dan berlaku hukum militer baginya. Semua kegiatan yangdilakukan baik pemerintahan sipil maupun militer dapat berjalan dengan

    baik. Hal ini, dikarenakan selain sikap tegas dari Sri Sultan HB IX dan Paku

    Alam VIII yang tidak mau bekerjasama dengan Belandadan di sebabkan

    karena dukungan dari rakyat yang tetap konskuen tidak mau membantu

    Belanda. Setiap pemimpin menengah dan bawah didaerah yang diajak

    bekerjasama dengan Belanda selalu saja ditolak dengan alasan menunggu

    Ngrasa Dalem.83

    Pada waktu Ibukota RI pindah ke Yogyakarta, diikuti oleh para

    pemimpin beserta keluarga dan Republiken (pejuang) untuk melanjutkan

    perlawanan terhadap agresi Belanda. Perpindahan penduduk itu,

    menyebabkan bertambahnya penduduk kota Yogyakarta dari 17.000 jiwa

    menjadi 600.000 jiwa.84

    Sedangkan dari sumber lain disebutkan bahwa

    sebelum agresi militer Belanda II, kota Yogyakarta berpenduduk 500.000

    jiwa. Keadaannya lebih padat dibandingkan dengan luar kota, karena banyak

    penduduk atau pengungsi dari Jakarta, Semarang, Jawa Barat, Jawa Timur

    dan lain-lain yang tinggal di Yogyakarta. Setelah Belanda menduduki

    Yogyakarta jumlah penduduk menjadi sekitar 300.000 jiwa, karena banyak

    yang mengungsi ke luar kota. Penduduk Yogyakarta tersusun dalam

    komponen perjuangan, yang masing-masing mempunyai tugas masing-

    masing sesuai dengan komponen dan fungsinya. Militansi rakyat

    ditumbuhkan melalui motivasi kemerdekaan dan kedaulatan. Dimana-mana

    rakyat melakukan perlawanan baik fisik maupun secara non fisik.85

    Sebagian dari mereka ini, tergabung dalam kesatuan-kesatuan juang

    seperti: TNI, Tentara Pelajar, laskar-laskar rakyat dan bersama-sama rakyat

    83Mohammad Roem, Muchtar Lubis, 1982.op.cit., hlm. 121

    84Depdikbud. Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan

    Daerah, 1977, op.cit. hlm. 319.

    85SESKOAD,1993/1994:op.cit. hlm. 159.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    43/72

    yang lain untuk menghadapi agresi Belanda. Kehidupan mereka inipun

    berbaur, saling membantu, saling bekerjasama, saling melindungi denganrakyat yang ada di pedesaan. Akan tetapi dengan jatuhnya kota Yogyakarta

    ke tangan Belanda tanpa ada perlawanan yang berarti, menyebabkan

    kepercayaan rakyat kepada TNI menjadi menurun. Hal ini dapat dipahami

    karena sebagian rakyat tidak mengetahui taktik dan strategi yang dijalankan

    TNI. Namun dengan keberhasilan TNI, dalam menyakinkan masyarakat, lama

    kelamaan rakyat sadar dan menjadi mengerti, sehingga tetap terjalin

    persatuan dalam melaksanakan perjuangan, terlebih pada saat perang

    gerilya. Ternyata usaha ini dapat berhasil dengan gemilang, terbukti adanya

    pengakuan dari dunia internasional terhadap kedaulatan negara Indonesia.86

    Sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945, menghasilkan keputusan

    untuk tidak segera membentuk tentara reguler, melainkan membentuk

    Badan Penolong Keluarga Kurban Perang, yang secara terorganisasi

    merupakan sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Di dalam Undang-undang

    pembentukannya, fungsi BKR secara samar-samar disebutkan untuk

    memelihara keamanan bersama-sama dengan rakyat dan badan-badan

    negara yang bersangkutan.87

    BKR akan ditempatkan dibawah pengarahan KNIP, dan cabang-

    cabangnya akan dibentuk disemua tingkat pemerintahan yang lebih rendah,

    di bawah pengawasan cabang-cabang Komite Nasional Indonesia (KNI)

    didaerah. Pemuda-pemuda dengan berbagai latar-belakang diperbolehkan

    masuk BKR. Namun yang diutamakan terutama bekas anggota-anggota PETA,

    sedangkan pimpinan BKR terutama jatuh ke tangan opsir-opsir PETA.Korps

    perwira BKR dengan cepat merasa terikat kepada pemerintah, dan disiplin

    umumnya jauh lebih baik bila dibandingkan dengan organisasi-organisasi

    kelaskaran yang menolak untukdilebur ke dalam BKR dan pada umumnya

    86

    http//:sejarah-indonesia.5-12-201387A. H. Nasution, 1963, Tentara Nasional Indonesia, Bandung-Jakarta: Pustaka Militer, hlm. 109.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    44/72

    tetap bersikap biasa menerima perintah dari pemerintah. Hambatan yang

    paling besar bagi BKR untuk mencapai tingkat efisiensi militer yang lebihtinggi adalah tidak adanya sebuah komando yang terpusat yang dapat

    mengangkat anggota-anggota korps perwira.88

    Pendaratan sekutu pada akhir Setember 1945 memaksa pemerintah

    untuk mempertimbangkan persoalan menentang invasi Belanda atau

    memperjuangkan kemerdekaan nasional, melalui perundingan dengan

    Belanda. Untuk itulah , maka pemerintah Indonesia harus memperkuat

    Angkatan Bersenjata agar dapat tetap menguasai suatu situasi politik yang

    mengancam kehidupan bangsa Indonesia.Maka tanggal 5 Oktober 1945 BKR

    diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berfungsi

    memelihara keamanan dalam negeri dan bukan menghadapi musuh luar

    negeri. Wakil Pesiden Moh. Hatta memanggil mantan mayor KNIL Oerip

    Soemohardjo ke Jakarta dan diberikan tugas untuk membentuk susunan

    organisasi TKR (Tentara Keamanan Rakyat).89

    Akhirnya Oerip Soemohardjo

    berhasil menyusun organisasi Markas Tertinggi TKR beserta komandan-

    komandannya.90

    Sehubungan Oerip Soemohardjo pada waktu itu bertempat

    tinggal di Yogyakarta, maka panggilan dari Jakarta bagi Bapak Oerip

    Soemohardjo melalui KNI DIY. Setelah kembali dari Jakarta, beliau lapor lagi

    pada KNI DIY dan minta bantuan KNI DIY, supaya di usahakan gedung untuk

    Markas Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat.Dengan demikian, Pemerintah

    Pusat RI masih tetap berada di Jakarta, dan Markas Tertinggi TKR telah

    berkedudukan di Yogyakarta. Markas tertinggi TKR , dipimpin oleh beliau

    sebagai Kepala staf.91

    Berkaitan dengan itu untuk menghimpun dan mengkoordinasikan

    timbulnya pasukan-pasukan bersenjata, Republik mengambil sikap yang

    88http//:sejarah nasional-indonesia.6-12-2013

    89 Ulf Sundhaussen,Politik Militer Indonesia 1945-1967, Jakarta : LP3ES, hlm. 13.

    90

    Ibid,hlm. 62.91Ibid,,hlm. 51.

  • 7/22/2019 Yogyakarta Sebagai Ibukota Ri Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun

    45/72

    secara simbolis lebih militan. Pada tanggal 1 Januari 1946 Kementrian

    Keamanan diubah nama menjadi Kementrian Pertahanan, suatu isyaratbahwa kementrian sekarang mendapat tanggung jawab yang lebih luas.

    Dalam waktu yang bersamaan, Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara

    Keselamatan Rakyat, namun nama ini pun masih belum memuaskan dan

    pada tanggal 24 Januari, TKR diberi nama baru sebagai Tentara Republik

    Indonesia(TRI). Selain itu, dibentuk pula sebuah panitia besar untuk

    Reorganisasi Tentara dengan Letjen Oerip Soemohardjo sebagai ketuanya,

    dengan tugas mencari jalan untuk meningkatkan efisiensi tentara, sebagai

    suatu kekuatan mengenai pembentukan laskar rakyat sebagai pembantu TKR.

    Demikianlah dua macam tindakan pemerintah yakni pertama membentuk

    TKR dan kedua memberikan kesempatan untuk membentuk kelaskaran

    dengan maksud untuk memperkuat perjuangan, tetapi ternyata justru

    menimbulkan konflik dan bentrokan senjata yang dapat memperlemah

    perjuangan.92

    Namun dengan di bentuknya TKR, hal ini tidak berarti bahwa seluruh

    rakyat yang terhimpun dalam TKR tidak tertampung tidak berarti lantas

    berhenti berjuang dalam persenjataan, melainkan melanjutkan perjuangan

    bersenjata dalam bentuk barisan atau laskar. Keberadaan barisan atau laskar

    ini, ditetapkan melalui penetapan pemerintah No. 6 tahun 1945, kemudiaan

    setelah dikeluarkan Maklumat Pemerintah 3 November 1945 tentang

    pendirian p