12 koleksi dan adaptasi ikan hias asli sungai lasusua, sulawesi tenggara, untuk kandidat budidaya...

Upload: rinda78

Post on 10-Feb-2018

329 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    1/19

    SB/O/KR/10

    KOLEKSI DAN ADAPTASI IKAN HIAS ASLI SUNGAI LASUSUA,

    SULAWESI TENGGARA, UNTUK KANDIDAT BUDIDAYA IKAN HIAS

    Ahmad Musa1, Bastiar Nur1 dan Bongi21Balai Riset Budidaya Ikan Hias

    Jln. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok2Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Utara

    Jln. Poros Watuliu, Lasusua, Kolaka Utara Sulawesi Tenggara

    Email :[email protected]. Tlp : 021-7520482

    ABSTRAK

    Penelitian yang bertujuan untuk mengoleksi dan mengadaptasi ikan hias asli sungai Lasusua,Sulawesi Tenggara telah dilakukan pada bulan September November 2009. Koleksi

    dilakukan dengan menggunakan jala lempar inchi, jaring insang 1 inchi dan alat setrum

    dengan bertegangan 12 Volt dan daya 10 Ampere. Enam jenis hanya berpotensi menjadi ikan

    hias yaitu Gymnothorax polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis argulus, Microphis

    brachyurus, Arathron reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang yang berpotensi menjadi

    ikan hias sekaligus konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus, Ophiocara porocephala,

    Eleotris melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous melanocephalus, Glossogobius celebius,

    Sicyopterus cynocephalus, Kuhlia marginata, Lutjanus fuscescens, Lutjanus

    argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan Mesopristes cancellatus. Adaptasi telah

    dilakukan terhadap tiga spesies yang memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E. melanosoma,

    G. polyuranodon danL. fuscescens.

    Kata kunci : koleksi, ikan hias, sungai Lasusua

    PENDAHULUAN

    Kabupaten Kolaka Utara mencakup

    wilayah daratan dan kepulauan yang

    memiliki daratan seluas 3.391 km2 dan

    wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas +5.000 km2. Secara geografis terletak

    memanjang dari utara ke selatan berada di

    antara 2.00 Lintang Selatan dan

    membentang dari Barat ke Timur diantara

    122.045124.060 Bujur Timur,.

    Keadaan permukaan wilayah

    Kabupaten Kolaka Utara umumnya terdiri

    dari gunung danbukit yang memanjang dari

    utara ke selatan. Diantara gunung dan bukit

    terbentang dataran-dataran yang merupakan

    daerah potensial untuk pengembangan sektor

    pertanian. Kabupaten Kolaka Utara

    mempunyai ketinggian umumnya dibawah

    1.000 meter dari permukaan laut dan beradadi sekitar daerah khatulistiwa maka daerah

    ini beriklim tropis. Suhu udara minimum

    sekitar 10C dan maksimum 31C atau rata-

    rata antara 24C - 28C.

    Dipandang dari sudut oceanografi

    memiliki perairan (laut) yang sangat luas

    yaitu diperkirakan mencapai + 5.000 km2.

    Perairan ini masih belum begitu

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010128

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]://id.wikipedia.org/wiki/Lintang_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bujur_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gununghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukithttp://id.wikipedia.org/wiki/Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Suhuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Suhuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bukithttp://id.wikipedia.org/wiki/Gununghttp://id.wikipedia.org/wiki/Bujur_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lintang_Selatanmailto:[email protected]
  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    2/19

    dimanfaatkan secara optimal walaupun

    potensial untuk usaha perikanan.

    Kabupaten Kolaka Utara memiliki

    beberapa sungai yang tersebar pada 6 (enam)

    Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya

    memiliki potensi yang dapat dijadikan

    sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri,

    kebutuhan rumah tangga, kebutuhan irigasi

    dan kebutuhan pariwisata serta kebutuhan

    perikanan. Pada tahun 2005 produksi ikan

    tercatat sebesar 6.938,20 ton terdiri dari

    produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi

    ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan

    tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar

    2.361,30 ton [1].

    Di antara sungai yang terdapat di

    Kabupaten Kolaka Utara ialah Sungai

    Lasusua yang kedalamannya berkisar 0,3

    1,2 m pada musim kemarau dan 1,5 3 m

    pada musim hujan. Sungai Lasusua memiliki

    tiga hulu (Gambar 1), hulu pertama dan

    kedua merupakan ujung dari cabang sungai

    yang mengarah ke utara, sedang hulu ketiga

    merupakan ujung dari batang utama sungai

    yang terletak di bagian timur.

    Gambar 1. Denah sungai Lasusua (Microsoft Encarta 2009)

    Sungai ini sudah mulai terancam

    dikarenakan kegiatan penambangan yang

    berlangsung di sekitar sungai tersebut.

    Penambangan pasir dan batu kali merupakan

    ancaman utama yang dikhawatirkan dapat

    mengganggu kelestarian biota yang terdapat

    di sungai tersebut. Ikan yang merupakan

    salah satu fauna utama di sungai merupakan

    fauna yang paling terancam dengan adanya

    kegiatan penambangan tersebut. Pada

    = 13,5 km

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 129

    http://id.wikipedia.org/wiki/Perikananhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakue,_Kolaka_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakue,_Kolaka_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisatahttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Perikanan
  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    3/19

    September 2008, telah pernah dilakukan

    identifikasi awal mengenai kondisi sungai

    Lasusua dan beberapa spesies ikan yang

    hidup di sungai tersebut. Namun belum

    dilakukan dengan mengikuti kaidah ilmiah

    dan tanpa pengawetan sampel yang baik [2].

    Kegiatan ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi, mengoleksi dan

    mendomestikasikan ikan-ikan yang terdapat

    di sungai Lasusua tersebut.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilakukan dalam dua tahap,

    yaitu koleksi ikan dan domestikasi ikan hasil

    koleksi. Koleksi ikan dilakukan dengan cara

    survey dan menangkap ikan-ikan yang

    terdapat di Sungai Lasusua. Koleksi sampel

    dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal

    bulan Oktober dan pertengahan bulan

    November 2009. Penangkapan ikan

    dilakukan dengan jala lempar, jaring insang

    dan alat setrum ikan. Semua ikan yang

    ditangkap dimasukkan ke dalam wadah tong

    untuk ditampung dalam keadaan hidup.

    Setelah selesai pengambilan sampel ikan

    hidup pada satu tempat tertentu, ikan

    dimasukkan ke dalam plastik ikan

    sebelumnya diberi bantuan oksigen. Plastik

    yang berisi ikan hidup kemudian

    dikumpulkan dalam box styrofoam dan

    dibawa ke Balai Riset Budidaya Ikan Hias

    (BRBIH) Depok. Pencatatan koordinat titik

    pengambilan ikan dilakukan dengan

    menggunakan GPS Garmin. Pengukuran

    kualitas air dilakukan secara insitu untuk

    meliputi Temperatur dan pH. Sampel ikan

    yang mati dimasukkan ke dalam larutan

    formalin 4 %. Identifikasi dilakukan di Loka

    Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok

    dengan mengacu pada Kottelat et.al [3].

    Adaptasi dilakukan dengan mengadaptasikan

    ikan hasil koleksi pada akuarium di

    LRBIHAT, dengan pemberian pakan ikan

    seribu dan udang kecil.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Suhu air sungai berkisar antara 23,8

    hingga 24,3 derajat Celcius (oC) dengan pH

    antara 8,2 8,3. Salinitas air sungai 0 ppt

    setelah 500 meter dari muara. Pada saat

    pasang, air laut masuk ke sungai tidak lebih

    dari 200 meter. Selama dua kali sampling,

    ekspedisi hanya mencakup anak sungai yang

    menuju hulu pertama. Dari hasil koleksi

    didapatkan sebanyak 19 jenis ikan yang

    berasal dari 10 famili yang berbeda (Tabel

    1).

    Dari ikan yang dikoleksi, satu-satunya ikan yang hanya berpotensi sebagai

    ikan konsumsi adalah ikan sidat (Anguilla

    marmorata), ikan ini merupakan makanan

    favorit masyarakat di Lasusua. Jumlah yang

    ditemukan cukup banyak, penyebarannya

    merata di seluruh titik sampling. Sidat jenis

    ini (A. marmorata) lebih mahal dibanding

    jenis lainnya [4].

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010130

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    4/19

    Tabel 1. Fauna ikan di sungai Lasusua

    Nama lokal Nama ilmiah Famili Potensi Keterangan

    Massapi Anguilla marmorata Anguillidae Konsumsi Asli

    Bungo Belobranchus

    belobranchus

    Eleotrididae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Malapuso Ophiocara porocephala Eleotrididae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Malapuso Eleotris melanosoma Eleotrididae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Lajin Ophieleotris aporos Eleotrididae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Laka-laka Awaous melanocephalus Gobiidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Laka-laka Glossogobius celebius Gobiidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Laka-laka Sicyopterus cynocephalus Gobiidae Konsumsi &hias

    Asli

    Irak Kuhlia marginata Kuhliidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Kalera Lutjanus fuscescens Lutjanidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Kalera Lutjanus argentimaculatus Lutjanidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Binnuang Gymnothorax

    polyuranodon

    Muraenidae Hias Asli

    Panga Rhyachichthys aspro Ryacichthyda

    e

    Konsumsi &

    hias

    Asli

    Kanofu Tetraroge niger Scorpaenidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Susubungin Microphis argulus Syngnathidae Hias Asli

    Susubungin Microphis brachyurus Syngnathidae Hias Asli

    Bakuku Mesopristes cancellatus Teraponidae Konsumsi &

    hias

    Asli

    Bontiti Arathron reticularis Tetraodontida

    e

    Hias Asli

    Bontiti Chelonodon patoca Tetraodontida

    e

    Hias Asli

    A. marmorata (Gambar 2) ini

    merupakan ikan yang sebaran migrasinya

    sangat luas, dari Afrika Timur hingga

    Polynesia dan kepulauan Ryukyu [3].

    Bahkan pada Juni Oktober 2003 dilaporkan

    telah ditemukan pada Palmyra Atoll, sebuah

    pulau karang yang berada di Samudera

    Pasifik 1.292,60 mil sebelah utara Polynesia.

    Namun masih dipertanyakan apakah hasil

    migrasi alami atau introduksi oleh manusia

    [5].

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 131

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    5/19

    Gambar 2.Anguilla marmorata (dokumentasi pribadi)

    Ditinjau dari segi potensi, ikan yangdidapatkan terbagi atas tiga kelompok yaitu

    (1) kelompok ikan konsumsi, (2) kelompok

    ikan hias dan (3) kelompok ikan yang

    berfungsi ganda sebagai ikan hias dan

    konsumsi. Ikan yang termasuk dalam

    kelompok ikan konsumsi hanya satu yaitu A.

    marmorata. Adapun ikan yang termasuk ke

    dalam kelompok ikan hias ada 6 spesies yaituG. Polyuranodon, M. argulus, M.

    brachyurus, T. Niger, A. reticularis dan C.

    Patoca. Bentuk yang unik dan warna bintik

    dan pita kuning hitam tak beraturan yang

    menarik pada G. polyuranodon (Gambar 3)

    menyebabkan jenis ini berpotensi sebagai

    ikan hias [4].

    Gambar 3. Gymnothorax polyuranodon (dokumentasi pribadi).

    Ikan ini tidak dikonsumsi oleh

    masyarakat Lasusua karena khawatir akan

    adanya racun pada ikan tersebut. G.

    polyuranodon yang memiliki bentuk seperti

    ular hingga dianggap sebagai ular air.

    Adapula masyarakat yang tidak

    mengkonsumsi dikarenakan kepercayaan

    bahwa ikan tersebut adalah nenek moyang

    dariA. marmorata.

    Ikan kanofu (Tetraroge niger)

    (Gambar 4) merupakan ikan yang ditakuti

    oleh masyarakat akibat duri beracun yang

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010132

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    6/19

    terdapat pada kulitnya. Meskipun demikian,

    duri-durinya yang tajam dan beracun tersebut

    merupakan keunikan tersendiri. Ikan ini

    hanya ditemukan pada daerah sungai yang

    berdekatan dengan muara.

    Gambar 4. Tetraroge niger(dokumentasi pribadi)

    Ditemukannya M. argulus pada

    sungai Lasusua ini menguatkan catatan

    Haryono & Tjakrawidjaja [4] bahwa

    Sulawesi juga merupakan habitat ikan ini,

    dimana menurut Kottelat et.al. [3] sebaran

    ikan ini terdapat pada Jawa, Flores,

    Madagascar, Fiji dan Polynesia. M.

    brachyurus merupakan satu famili denganM.

    argulus, namun memiliki perbedaan pada

    panjang moncong dan sirip dorsal keduanya.

    Kedua ikan ini berpotensi menjadi ikan hias

    selain karena bentuknya yang unik juga

    karena tak dikonsumsi oleh penduduk di

    sekitar sungai tersebut (Gambar 5a dan 5b).

    (a) (b)

    Gambar 5. (a) Microphis argulus, terdapat perbedaan warna, kemungkinan merupakan

    perbedaan kelamin. (b) Microphis brachyurus dengan moncong yang lebih panjang

    (dokumentasi pribadi)

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 133

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    7/19

    Adapun ikan dari famili

    tetraodontidae yaitu A. reticularis dan C.

    Patoca (Gambar 6a dan 6b), keduanya tidak

    dikonsumsi oleh masyarakat sekitar dengan

    alasan beracun. Meskipun demikian di

    daerah Sumatera ikan dari famili ini ada

    dikonsumsi setelah menghilangkan racunnya,

    biasanya racun terdapat pada daging atau

    organ tubuh lainnya. Jenis dari famili ini

    yang telah dikomersilkan sebagai ikan hias

    misalnya Tetraodon palembangensis. T.

    palembangensis ini telah dapat dipijahkan

    secara alami di BRBIH.

    (a) (b)

    Gambar 6. (a)Arathron reticularis dan (b) Chelonodon patoca (dokumentasi pribadi)

    Ikan yang selain dari keenam ikan

    tersebut di atas merupakan ikan yang

    berfungsi ganda sebagai ikan konsumsi dan

    ikan hias. Dari famili Eleotrididae terdapat

    empat spesies yaitu B. belobranchus, O.

    porocephala, E. melanosoma dan O. aporos

    (Gambar 7a 7d). Keempat spesies ini

    memiliki rasa yang lezat dan juga berpotensi

    sebagai ikan hias karena bentuk dan

    kebiasaannya yang unik. Khusus E.

    Melanosoma, ikan ini memiliki prilaku yang

    tenang dan kurang gerak, hingga meskipun

    dengan bentuk yang unik, ikan ini tidak

    terlalu aktif. Hal ini berarti ikan tersebut

    tidak terlalu baik untuk dijadikan ikan hias.

    O. porocephala merupakan famili

    Eleotrididae yang kebanyakan hidup di

    payau-payau dan muara sungai. Meskipun

    ada beberapa merupakan jenis laut [3],

    namun ikan ini juga dapat ditemukan di

    sungai bahkan danau seperti di danau

    Tondano, Limboto dan sungai Ayong di

    Sulawesi Utara [4].

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010134

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    8/19

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 7. (a) Belobranchus belobranchus (b) Ophiochara porocephala (c) Eleotrismelanosoma dan (d) Ophieletris aporos (dokumentasi pribadi)

    Dari famili gobiidae yaitu A.

    melanocephalus, G. celebius, dan S.

    Cynocephalus (Gambar 8a 8c). Meskipun

    ketiga spesies ini berbeda, karena cirinya

    yang unik yaitu sirip perut yang bersatu

    menjadi cakram, penduduk lokal

    mengidentifikasi dengan sebutan Laka-laka

    (menempel). Cakram tersebut menyebabkan

    ikan ini dapat melekat di permukaan batu

    ketika melawan derasnya arus. Tak jarang

    pula ditemui ikan ini melekat di permukaan

    batu yang tidak tergenang air. Keunikan ini

    merupakan daya tarik untuk menjadikannya

    sebagai ikan hias. G. celebius dilaporkan

    dapat berada pada elevasi 100 m [6].

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 135

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    9/19

    (a) (b)

    (c)

    Gambar 8. (a) Awaous melanocephalus (b) Glossogobius celebius dan (c) Sicyopteruscynocephalus (dokumentasi pribadi)

    Dari famili kuhlidae hanya terdapat

    satu spesies yaitu K. Marginata (Gambar 9)

    yang merupakan ikan air tawar yang

    terdistribusi pada daerah tropis dan subtropis

    di samudera pasifik. Meskipun famili dari

    ikan ini telah diketahui hidup di air laut dan

    dapat bermigrasi ke muara dan sungai, ikan

    ini dianggap bersifat katadromous pertama

    kali pada tahun 1988-1989 oleh McDowall

    [7] dan Senou serta diperkuat dengan bukti

    motilitas spermanya yang tidak terjadi pada

    salinitas 0 dan 5 ppt serta sangat aktif pada

    25

    35 ppt [8].

    Gambar 9.Kuhlia marginata (dokumentasi pribadi)

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010136

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    10/19

    Berdasarkan rasio Strontium /Calsium

    (Sr/Ca) pada otolithnya, ikan ini tumbuh di

    laut hingga ukuran panjang standarnya 20

    mm dan tumbuh di air tawar hingga masa

    matang gonad lalu migrasi kembali ke laut

    untuk memijah [9].

    Terdapat dua spesies dari famili

    lutjanidae yaitu L. Fuscescens dan L.

    Argentimaculatus (Gambar 10a dan 10b),

    kedua spesies ini selain dijadikan ikan

    konsumsi, benihnya berpotensi untuk

    menjadi ikan hias [4].

    (a) (b)

    Gambar 10. (a)Lutjanus argentimaculatus dan (b) Lutjanus fuscescens (dokumentasi pribadi)

    R. aspro (Gambar 11) merupakan

    spesies tunggal dalam dalam famili

    ryacichthydae. Ikan ini disebut ikan panga.

    Bentuknya yang unik dengan sirip dada yang

    melebar menyerupai sayap merupakan ciri

    khas tersendiri untuk dikategorikan sebagai

    ikan hias.

    Gambar 11.Rhyachichthys aspro (dokumentasi pribadi)

    Adapun dari famili teraponidae hanya

    terdapat satu spesies yaitu M. Cancellatus

    (Gambar 12), penelitian tentang ikan ini

    hanya masih sebatas identifikasi, belum

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 137

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    11/19

    terekspose informasi apakah ikan ini telah

    masuk dalam komoditas budidaya atau

    belum.

    Gambar 12.Mesopristes cancellatus (dokumentasi pribadi)

    Untuk potensi budidaya, belum ada

    satupun di antara jenis ikan yang ditemukan

    dapat dibudidayakan. Sifat katadromous

    seperti padaA. marmorata danK. marginata

    menyebabkan sukarnya untuk budidaya ikan

    ini. ProduksiA. marmorata selama ini masih

    bergantung pada kegiatan penangkapan.

    Kurangnya kajian aspek reproduksi dari ikan-

    ikan lainnya menjadi penyebab belum

    dapatnya ikan-ikan ini dibudidayakan.

    Dibandingkan dengan ikan air tawar

    yang terdapat di daerah Sulawesi Utara [4],

    jenis ikan yang terdapat di daerah ini

    memiliki kesamaan. Perlu dikaji lebih lanjut

    perbandingan gen di antara ikan yang

    terdapat di dua daerah yang berbeda ini.

    Ditinjau dari segi kualitas air, sungai Lasusua

    masih berada pada kategori baik. Hal ini

    disebabkan ditemukanya tiga jenis udang

    yang berasal dari famili Palaemonoidea yang

    menjadi indikator bahwa kualitas air tersebut

    berada dalam kondisi yang baik. Kondisi ini

    perlu dijaga untuk menjaga kelestarian fauna

    dan biota lain yang hidup di daerah sungai

    Lasusua tersebut.

    Ikan yang telah dikoleksi dibawa ke

    BRBIH untuk diadaptasi, ketahanan ikan

    dalam menghadapi perubahan kondisi

    berbeda-beda. Ikan yang paling rentan ialah

    R. aspro, tidak ada satupun yang bertahan di

    atas 72 jam setelah dikoleksi. Adapun yang

    bertahan sampai BRBIH ialahA. Marmorata,

    E. Melanosoma, G. Polyuranodon, L.

    Fuscescens, dan S. Cynocephalus. Namun

    setelah 1 pekan S. Cynocephalus mati akibat

    belum mampu beradaptasi dengan

    lingkungan dan pakan.

    L. fuscescens (Gambar 13a) telah

    diadaptasi dengan pemberian pakan berupa

    ikan seribu dan udang kecil. Sedang G.

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010138

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    12/19

    polyuranodon (Gambar 13b) telah mulai

    memakan pakan yang diberikan berupa

    udang kecil.

    (a) (b)Gambar 13. (a) Lutjanus fuscescens dalam akuarium adaptasi (b) Gymnothorax

    polyuranodon dalam akuarium adaptasi (dokumentasi pribadi)

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Ikan yang ditemukan di sungai

    Lasusua adalah jenis ikan asli yang terdiri

    dari 11 famili yaitu Anguillidae, Eleotrididae,

    Gobiidae, Kuhliidae, Lutjanidae,

    Muraenidae, Ryacichthydae, Scorpaenidae,

    Syngnathidae, Teraponidae dan

    Tetraodontidae. Enam jenis hanya berpotensi

    menjadi ikan hias yaitu Gymnothorax

    polyuranodon, Tetraroge niger, Microphis

    argulus, Microphis brachyurus, Arathron

    reticularis dan Chelonodon patoca. Sedang

    yang berpotensi menjadi ikan hias sekaligus

    konsumsi yaitu Belobranchus belobranchus,

    Ophiocara porocephala, Eleotris

    melanosoma, Ophieleotris aporos, Awaous

    melanocephalus, Glossogobius celebius,

    Sicyopterus cynocephalus,Kuhlia marginata,

    Lutjanus fuscescens, Lutjanus

    argentimaculatus, Rhyachichthys aspro dan

    Mesopristes cancellatus. Adaptasi telah

    dilakukan terhadap tiga spesies yang

    memiliki potensi sebagai ikan hias yaitu E.

    melanosoma, G. polyuranodon dan L.

    fuscescens. Perlu dilakukan upaya koleksi

    lanjutan untuk mengumpulkan sebanyak-

    banyaknya ikan hidup agar upaya adaptasi

    dan domestikasi dilakukan lebih baik.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penelitian ini dibiayai oleh Dikti

    melalui Dana Riset Insentif Tahun Anggaran

    2009. Terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

    Kabupaten Kolaka Utara, Ir. Yunus beserta

    staf, Palalla dan keluarga Bapak Naiem atas

    bantuannya selama survey lapangan

    berlangsung.

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 139

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    13/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, tanpa tanggal,Kabupaten Kolaka

    Utara - Wikipedia bahasa Indonesia,

    ensiklopedia bebas.mht, diunduh dari

    www.wikipedia.org tanggal 30

    November 2008 pukul 11.35 Wib.

    Musa, A., M.R. Fahmi & B. Nur, 2008,

    Beberapa Jenis Ikan di Sungai

    Lasusua, Kolaka Utara, Sulawesi

    Tenggara, Prosiding Seminar

    Nasional Perikanan Indonesia 2008,

    diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi

    Perikanan Jakarta, 4-5 Desember

    2008, hal: 341-345.

    Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari& S. Wirjoatmodo, 1993,Freshwater

    fishes of western Indonesia and

    Sulawesi, Periplus edition, Indonesia,

    293 + 84 hal.

    Haryono & A.H. Tjakrawidjaja, 2004,

    Studies on the freshwater fishes of

    North Sulawesi, Puslit Biologi LIPI,

    Bogor, 120 + vi hal.

    Handler, A.T. & S.A. James, 2006,

    Anguilla marmorata (Giant Mottled

    Eel) Discovered in a New Location:Natural Range Expansion or Recent

    Human Introduction?, Pacific

    Science - Vol 60 : 1, hal. 109-115.

    Hoese, D. F., 2008, Radiation of

    Glossogobius in freshwaters of the

    Indo-west Pacific, Program and

    Abstracts of Commemoration of the

    130th Anniversary of the NationalMuseum of Nature and Science

    International Symposium on

    Systematics and Diversity of Fishes,

    National Museum of Nature and

    Science, Ichthyological Society of

    Japan, Tokyo, 3-4 Maret 2008, hal.

    11.

    McDowall, R. M. 1988. Diadromy in

    Fishes: Migrations Between

    Freshwater and Marine

    Environments. Timber Press.Portland.

    Oka, S. & K. Tachihara, 2001, Estimation

    of spawning sites in the spotted

    flagtail, Kuhlia marginata, based on

    sperm motility, Journal of

    Ichthyological Research (2001) 48,

    hal. 425427.

    Oka, S. & K. Tachihara, 2007, Migratory

    history of the spotted flagtail, Kuhlia

    marginata, Environ Biol Fish (2008)

    81, hal. 321327.

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010140

    http://www.wikipedia.org/http://www.wikipedia.org/
  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    14/19

    SB/O/KR/11

    KEANEKARAGAMAN UDANG AIR TAWAR

    DI KALI PROGO

    Annawaty1)

    1) Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu; email: [email protected]

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman udang air tawar di Kali Progo

    di tiga bagian sungai yang berbeda, yaitu stasiun hulu di Desa Sitalang Kec Jumo, stasiun

    tengah di Desa Kranggan Kec Kranggan, stasiun hilir di Desa Nepi Trimurti Kec Srandakan.

    Dua stasiun pertama terletak di Kab. Temanggung Jawa Tengah, sedangkan stasiun ketiga diKab Bantul DIY. Koleksi dilakukan dengan menggunakan hand net dan pancing dengan

    umpan cacing tanah. Spesimen yang diperoleh dipotret dengan kamera digital dan selanjutnya

    dipreservasi dengan alkohol 96%. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Crustacea dan

    Mollusca LIPI Cibinong Bogor. Pada bagian hulu di temukan Macrobrachium sintangense

    atau udang regang, bagian tengah M. pilimanus. Sedangkan di bagian hilir sungai yaitu M.

    horstii, danM. australe. Dari keempat spesies udang air tawar yang ditemukan di Kali Progo

    semuanya termasuk dalam GenusMacrobrachium, Familia Palaemonidae.

    Kata kunci: Keanekaragaman, Udang Air Tawar, Kali Progo

    PENDAHULUAN

    Sesungguhnya ada berapa jumlah

    spesies di bumi ini? Adalah sebuah

    pertanyaan yang hingga saat ini tidak

    pernah tuntas untuk dijawab. Meskipun

    selama 250 tahun terakhir para ahli

    taksonomi telah berhasil memberi nama

    ilmiah kepada 1,78 juta spesies hewan,

    tumbuhan dan organisme mikro, namun

    jumlah ini ternyata hanya sepersekian dari

    jumlah total spesies yang ada, mengingat

    bahwa jumlah spesies di muka bumi ini

    diperkirakan sebanyak 5 hingga 30 juta

    [1].

    Taksonomi adalah cabang dari ilmu

    biologi yang mempelajari tata penamaan

    dan klasifikasi organisme [2]. Untuk dapat

    dinamai dan diklasifikasikan tentu saja

    spesies tersebut harus ditemukan terlebih

    dahulu melalui suatu upaya pendataan,

    penelitian atau ekspedisi ilmiah.

    Meskipun sebagai negara tropik

    Indonesia adalah salah satu negara dengan

    tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di

    dunia [3], namun informasi keaneka-

    ragaman hayati di Indonesia masih

    terbilang sedikit khususnya pendataan

    taksonomi mengenai keanekaragaman

    udang air tawar. Padahal udang air tawar

    adalah salah satu makroinvertebrata yang

    umum ditemukan di perairan tawar

    khususnya danau dan sungai [4]. Udang air

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 141

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    15/19

    tawar yang ditemukan di Indonesia

    didominasi oleh anggota Familia

    Palaemonidae dan Atyidae [5]. Beberapa

    penelitian udang air tawar di sungai,

    sebelumnya melaporkan antara lain

    terdapat 4 spesies Palaemonidae di Sungai

    Serayu Jawa Tengah [6], 2 spesies

    Palaemonidae di Sungai Kelian

    Kalimantan Barat [7], 3 spesies

    Palemonidae di Sungai Asahan Sumatera

    Utara [8]. Penelitian udang air tawar yang

    lain umumnya difokuskan pada keberadaan

    Macrobrachium rosenbergii, salah satu

    anggota Palaemonidae yang berukuran

    besar yang dapat mencapai hingga 30cm

    sehingga memiliki nilai ekonomi yang

    penting. Macrobrachium rosenbergii

    ditemukan antara lain di Sungai Walanae

    Bone Sulawesi Selatan, Sungai Cimandiri

    dan Sungai Citarum jawa Barat [9], dan

    Sungai Lempuing Sumatera Selatan [10].

    Salah satu sungai di Pulau Jawa

    yang menyimpan potensi keanekaragaman

    hayati udang air tawar adalah Sungai

    Progo yang melintasi Jawa Tengah danDaerah Istimewa Yogyakarta. Namun

    hingga sejauh ini belum pernah ada

    laporan ilmiah mengenai keanekaragaman

    udang air tawar di daerah tersebut. Karena

    itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan

    untuk mengungkapkan bagaimana

    keanekaragaman udang air tawar di Sungai

    Progo.

    BAHAN DAN CARA KERJA

    Pengambilan sampel dilakukan

    pada bulan Desember 2009 dan Februari

    2010 di aliran Sungai Progo DIY dan Jawa

    Tengah. Stasiun pengamatan meliputi

    bagian hulu di Desa Sitalang Kec Jumo

    dan stasiun tengah di Desa Kranggan Kec

    Kranggan. Kedua stasiun terletak di Kab.

    Temanggung Jawa Tengah. Stasiun ke

    ketiga di hilir terletak di Desa Nepi

    Trimurti Kec Srandakan Kab Bantul DIY.

    Koleksi spesimen udang meng-

    gunakan hand net maupun pancing dengan

    umpan cacing tanah. Spesimen diambil

    gambarnya dengan menggunakan kamera

    digital, kemudian dipreservasi dengan

    alkohol 96%. Data lapangan diamati

    meliputi kondisi fisik sungai dan kecepatan

    arus. Identifikasi spesimen dilakukan di

    Laboratorium Crustacea dan Mollusca

    LIPI Cibinong Bogor menggunakan

    mikroskop binokuler dengan kunci

    identifikasi berdasarkan Wowor et al. [4].

    HASIL DAN PEMBAHASANBagian Hulu

    M. sintangense adalah jenis udang

    air tawar yang ditemukan di bagian hulu

    Kali Progo di mana kondisi fisik substrat

    sungai di bagian ini adalah berpasir dan

    berbatu kerikil. Sebagian sungai dijadikan

    tempat penambangan pasir oleh penduduk

    setempat. M. sintangense ditemukan di

    sekitar dam yang kecepatan arusnya

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010142

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    16/19

    lambat yaitu 0,21m/dtk. Johnson [15]

    mengatakan bahwa M sintangense pada

    umumnya ditemukan pada sungai berarus

    lambat, kanal, dan sungai kecil.

    M. sintangense atau yang dikenal

    sebagai udang regang memiliki ciri-ciri

    antara lain bentuk kaki jalan kedua yang

    langsing dengan carpus pada kaki jalan

    kedua lebih panjang daripada merus,

    Bentuk kaki yang langsing ini bersesuaian

    dengan habitatnya yang merupakan sungai

    berarus lambat dengan substrat berpasir.

    Rostrum memiliki gigi dorsal berkisar

    antara 9-13 dengan 2-5 gigi ventral.

    Ukuran telur relatif besar berkisar 1,0-1,5

    mm [11]. Ukuran telur yang relatif besar

    ini merupakan salah satu ciri yang

    menandakan bahwa udang air tawar yang

    bersangkutan sudah terspesialisasi untuk

    hidup sepenuhnya di air tawar, sehingga

    dalam menyelesaikan siklus hidupnya

    tidak lagi membutuhkan air payau/laut

    untuk memijah [12]

    Gbr. 1.M. sintangense, carpus pada

    pereiopod II langsing

    Penyebaran M. sintangense di Indonesia

    meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan

    [13]. Beberapa penelitian sebelumnya juga

    menemukan udang regang di Wai

    Sekampung Lampung [11], Situ Ciletuh

    Jawa Barat [14] dan Sungai Serayu

    Banyumas Jawa Tengah [6].

    Menurut Johnson [15], M.

    sintangense memiliki prilaku yang agak

    berbeda dengan spesies lain dalam

    kelompok Macrobrachium, yaitu dalam

    hal pemilihan habitatnya, spesies ini lebih

    kerap ditemukan di perairan yang sudah

    terganggu oleh aktivitas manusia daripada

    di perairan yang masih belum terjamah.

    Bagian Tengah

    Di bagian tengah yaitu di desa

    Kranggan Kecamatan Kranggan ditemukan

    udang air tawar dari spesies

    Macrobrachium pilimanus. Kondisi fisik

    sungai di bagian tengah berbatu-batu besar

    dengan aliran air yang cukup deras dengan

    kecepatan arus antara 0,9 hingga 1,2

    m/dtk. Hal ini sesuai dengan laporanJohnson [15] yang menyatakan bahwa M.

    pilimanus umumnya menempati perairan

    tawar berarus deras di dataran tinggi.

    Adaptasi morfologi M. pilimanus

    terhadap habitat berarus deras ditandai

    dengan bentuk kaki jalan kedua (pereiopod

    2) yang sangat kokoh dan didukung oleh

    carpus yang berbentuk mangkuk. Struktur

    ini nampaknya dapat membantu M.

    Carpus

    merus

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 143

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    17/19

    pilimanus untuk mencengkeram lebih kuat

    ke permukaan substrat sungai sehingga

    dapat mempertahankan posisinya dalam

    arus deras. Ciri lainnya yang juga

    menonjol yaitu adanya setae yang lebat

    yang melingkupi bagian propodus dan

    dactylus pada kaki jalan kedua (gbr.2)

    Gbr. 2.M. pilimanus, carpus pada

    pereiopod II berbentuk seperti mangkuk

    M. pilimanus yang ukuran

    maksimumnya dapat mencapai 59 mm [13]

    adalah udang air tawar yang sudah

    terspesialisasi untuk hidup sepenuhnya di

    air tawar [12]. Penyebaran spesies ini di

    Indonesia meliputi Sumatera, Jawa dan

    Kalimantan [13], karenanya tidak meng-herankan apabila spesies ini ditemukan di

    Kali Progo. M. pilimanus juga dilaporkan

    terdapat antara lain di Sungai Serayu

    Banyumas Jawa Tengah [6], Danau

    Manindjau, Danau Singkarak dan Danau di

    Atas [15].

    Bagian Hilir

    Di bagian hilir Kali Progo yaitu di

    desa Nepi Trimurti Kec Srandakan Kab

    Bantul DIY ditemukan 2 spesies udang

    yang terdiri dari M. horstii dan M.

    australe. Kondisi fisik sungai di bagian

    hilir berbatu-batu kerakal dan berpasir

    dengan aliran air yang tidak terlalu deras

    dengan kecepatan arus antara 0,6 hingga

    0,8 m/dtk. Daerah sekitar sungai merupa-

    kan tempat penambangan pasir dan kerikil.

    M. horstii memiliki bentuk carpus

    conical yang mendukung kaki jalan kedua

    yang cukup kokoh meskipun tidak sekokoh

    struktur kaki jalan kedua yang dimiliki

    oleh M pilimanus. Hal ini mungkin

    berhubungan dengan kondisi perairan di

    bagian hilir yang tidak sederas di bagian

    tengah sungai.

    Gbr. 3.M. horstii, carpus pada pereiopodII berbentuk conical

    M. horstii memiliki ciri antara lain adanya

    sisik pada permukaan kaki jalan kedua

    hingga kelima.

    propodus

    carpusdactylus

    carpus

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010144

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    18/19

    Menurut Wowor [12] M. horstii

    adalah udang air tawar yang tidak

    terspesialisasi untuk hidup di air tawar,

    karena itu dalam sebagian siklus hidupnya

    mutlak memerlukan air payau/air asin,

    terutama dalam pemijahannya.

    Sama halnya dengan M horstii, M.

    australe juga adalah udang air tawar yang

    tidak terspesialisasi untuk hidup di air

    tawar. Karenanya tidak mengherankan

    apabila kedua spesies ini ditemukan di

    muara dan tidak ditemukan di bagian hulu

    maupun bagian tengah Kali Progo.

    Gbr. 4.M. australe,pereiopod II langsing

    M. australe ditemukan di bagian tepi

    sungai yang arusnya relatif lambat, hal ini

    juga dapat dilihat dari bentuk kaki jalan

    keduanya yang langsing yang merupakanbentuk adaptasi terhadap sungai yang tidak

    berarus deras.

    Dari keempat spesies yang

    ditemukan di Kali Progo, semuanya

    tergolong Genus Macrobrachium Familia

    Palaemonidae yaitu M. sintangense, M

    pilimanus,M. horstii danM. australe.

    DAFTAR PUSTAKA

    Mardiastuti. 2006. Inisiatif Taksonomi

    Global: Upaya Mengenali Kekayaan

    Hayati. Hal 18 dalam Jurnal Warta

    KEHATI edisi khusus 2006.

    Mayr, E. and Peter D. Ashlock. 1991.

    Principles of Systematic Zoology.

    Second edition McGRAW-HILL,INC.

    Singapore.

    Whitmore, T.C. 1990. An Introduction to

    Tropical Rain Forest. Claredon Press,

    Oxford.

    Wowor, D., Y. Cai and P. K.L. Ng. 2004.

    Crustacea: Decapoda, Caridea. Di

    dalam: Catherine M. Yule and YongHoi Sen, editor. Freshwater

    Invertebrates of the Malaysian Region.

    Kuala Lumpur. Academy of Science

    Malaysia. hlm 337-356.

    Chace, F.A., 1997. The Caridean Shrimps

    (Crustacea: Decapoda) of the Albatross

    Phillipine Expedition, 1907-1910, Part

    7: Families Atyidae, Eugonatonotidae,

    Rhynchocinetidae,

    Bathypalaemonellidae, Processidae,

    and Hippolytidae. SmithsonianContribution to Zoology. 587, 1-106.

    Darbohoesodo, R.B. dan K. Muljani. 1981.

    Jenis-jenis udang Macrobrachium di

    Sungai Serayu. Berita Biologi 2(6):

    124

    Hadie, L.E., M.F. Sukadi, W. Hadie dan

    Jaelani. 1993. Seleksi udang galah

    untuk peningkatan keragaan produksi

    pada tiga koleksi yang berbeda.

    Proseding Seminar Hasil Penelitian

    Perikanan Air Tawarhal. 244-249Wowor, D & J.W. Short. 2007. Two new

    freshwater prawns of the genus

    Macrobrachium Bate, 1868 (Crustacea:

    Decapoda: Palaemonidae) from The

    Kelian River, East Kalimantan,

    Indonesia. The Raffles Bulletin of

    Zoology, 55(1): 77-87.

    Hadie, L.E., M.F. Suharto, H.H., Lesmana,

    D.S., dan W. Hadie 1986. Resource

    potential of freshwater prawn resources

    of economical importance in Toba lake

    and Asahan River. Bulletin perikanan

    Darat Indonesia 5(1): 23-27

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 145

  • 7/22/2019 12 Koleksi Dan Adaptasi Ikan Hias Asli Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara, Untuk Kandidat Budidaya Ikan Hias

    19/19

    Samuel, S.Adjie, dan A.D. Utomo, 1991.

    Aspek biologi dan ekologi udang galah

    (Macrobrachium rosenbergii) di

    Sungai Lempuing Sumatera Selatan.

    Bull. Penel. Perik. Darat10(2): 32-39Sabar, F. 1979. Kehidupan udang regang,

    Macrobrachium sintangense (de Man).

    Berita Biologi 2(3) 45-49

    Wowor D., V. Muthu, R. Meier, M. Balke,

    Y. Cai and P.K.L. Ng. 2009. Evolution

    of life history traits in Asian freshwater

    prawns of the genus Macrobrachium

    (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae)

    based on multilocus molecular phylo-

    genetic analysis. Molecular Phylo-

    genetics and Evolution 52(2009) 340-350.

    Holthuis, L.B. 1980. FAO Species

    Catalog. Vol.1. Shrimps and Prawns of

    The World. An annotated catalogue of

    species of interest to fisheries. FAO

    Fisheries Synopsis (125), 1: 261

    Wowor D. 1985. Struktur populasi dan

    masa reproduksi udang regang. Berita

    Biologi 3(3) 116-120

    Johnson, D.S. 1963. Distributional and

    other notes on some fresh water prawns

    (Atyidae and Palaemonidae) mainly

    from the Indo-West pasific region.

    Bull. National Mus.3 25-30

    Seminar Nasional Biologi 2010

    146