ikan hias.pdf

104
7/23/2019 IKAN HIAS.pdf http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 1/104  1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K’BLAT’S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: fadli-zainuddin

Post on 18-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 1/104

  1

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN

LOBSTER AIR TAWAR(Kasus K’BLAT’S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat)

Oleh:

KAMMALA AFNIA14104104

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 2: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 2/104

  2

RINGKASAN

KAMMALA AFNI. A14104104. Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster AirTawar Kasus K’BLAT’S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa barat.

Di bawah bimbingan RITA NURMALINA.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan akan kebutuhan pokok termasuk di dalamnya pemintaan akan protein juga semakin meningkat.Perubahan trend  pola konsumsi protein masyarakat dari red meal to white meal  membuat permintaan akan komoditi perikanan meningkat. Namun, kebutuhantersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan produksi perikanan tangkap.Budidaya perikanan merupakan alternatif dalam memenuhi kebutuhan konsumsiikan masyarakat ataupun kebutuhan non konsumsi lainnya. Salah satu komoditas

 perikanan budidaya yang berprospek cerah untuk diusahakan adalah lobster airtawar. Meskipun demikian, hingga kini belum banyak orang yang menggelutiusaha budidaya lobster air tawar. Salah satu penyebabnya adalah belum banyakyang mengetahui keberadaan lobster air tawar dan kebanyakan orang hanyamengetahui tentang keberadaan lobster air laut yang ditangkap oleh nelayan.Ukuran dan bentuk lobster air tawar memang mirip dengan lobster air laut.Perbedaannya, lobster air tawar dapat dibudidayakan sementara lobster air lauthingga kini belum dapat dibudidayakan. Pembudidayaan lobster air tawar puntidaklah sulit karena hewan ini tidak membutuhkan perawatan khusus, tidakmudah terserang penyakit, pemakan tumbuhan sekaligus hewan (omnivora),

 pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki daya telur yang tinggi. Keunggulanlobster air tawar adalah dagingnya yang lebih sehat dibanding makanan laut lain.Lobster air tawar rendah lemak, kolesterol, dan garam. Tekstur dan rasanya puntidak berbeda dengan lobster air laut. Selama ini pasokan lobster untuk pasar

dalam negeri lebih banyak mengandalkan dari hasil tangkapan alam, sedangkan permintaannya yang terus meningkat belum terpenuhi. Budidaya lobster air tawardiharapkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi permintaan lobster dalamnegeri. Selain itu, kegiatan budidaya ini juga bertujuan untuk menjaga kelestarianlobster air laut.

Meskipun tingkat keberhasilannya tinggi karena lobser air tawar tergolonghewan yang mudah dibudidayakan, tetapi besarnya biaya yang dikeluarkan harusdiperhitungkan dengan hasil yang akan diperoleh. K’BLAT’S  Farm  adalah

 perusahaan baru yang bergerak dalam usaha budidaya lobster air tawar. Investasiyang telah dikeluarkan oleh K’BLAT’S Farm untuk membuka usaha pembesaranlobster air tawar belum dianalisis kelayakannya secara finansial maupun nonfinansial, sehingga belum dapat diketahui apakah usaha ini akan mendatangkan

keuntungan atau kerugian bagi K’BLAT’S Farm.Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam

usaha budidaya lobster air tawar adalah: (1) Bagaimana kelayakan usaha budidayalobster air tawar di K’BLAT’S Farm dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen,hukum, sosial lingkungan?, (2) Bagaimana kelayakan finansial usaha budidayalobster air tawar apabila dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I usaha pembenihan,

 pola II usaha pembesaran, dan pola III usaha pembenihan dan pembesaran lobsterair tawar?, dan (3) Bagaimana sensitivitas usaha budidaya lobster air tawar,

Page 3: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 3/104

  3

apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaatdan biaya?. Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian iniadalah : (1) Menganalisis kelayakan usaha budidaya lobster air tawar diK’BLAT’S Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspekhukum, dan aspek sosial lingkungan, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha

 budidaya lobster air tawar apabila dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I usaha pembenihan, pola II usaha pembesaran, dan pola III usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar, dan (3) Menganalisis sensitivitas usaha budidayalobster air tawar, apabila terjadi perubahan pada jumlah produksi, harga pakan,dan harga jual.

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan analisis kelayakan untukmelihat apakah pengusahaan lobster air tawar layak untuk dilaksanakan atau tidak.Dalam studi kelayakan perlu diperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhikelayakan suatu usaha. Aspek-aspek yang diteliti dalam kegiatan pengusahaanlobster air tawar antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspekhukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial.Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi untuk melihat

kelayakan usaha, yang terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Darihasil analisis finansila akan dapat dilihat besarnya keuntungan yang diperoleh dan

 pola usaha manakah yang peling menguntungkan untuk dijalankan oleh perusahaan.

Penelitian ini dilakukan di K’BLAT’S  Farm  yang terletak di Kp.Limusnunggal Rt 19/09, Desa Cibentang, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi,Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara  purposive  (sengaja)karena perusahaan ini tergolong baru yang berdiri pada Bulan Mei 2007. Kegiatan

 pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2007. Data yang digunakandalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperolehmelalui wawancara langsung dengan manajer perusahaan. Data primer yangdidapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, terdiri dari

 biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari pengusahaan lobsterair tawar. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studiliteratur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi atas analisiskuantitatif dan analisis kualitatif. Data kuantitatif dan informasi yang telahdikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft Exceldan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi datayang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Sedangkan untukdata kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif yang merupakan hasil analisisterhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspeksosial ekonomi dan lingkungan.

K’BLAT’S  Farm  adalah suatu usaha agribisnis di bidang pengusahaanlobster air tawar khususnya pembesaran lobster air tawar. K’BLAT’S  Farm adalah singkatan dari Keluarga Besar Lobster Air Tawar Sukabumi yang artinya

 bahwa K’BLAT’S  Farm  merupakan usaha keluarga. Hal ini disebabkan semua pengelola usaha K’BLAT’S Farm masih memiliki ikatan keluarga satu sama lain.Perusahaan yang didirikan oleh Bapak Sudradji pada tanggal 29 Mei 2007 di Kp.Limusnunggal, Desa Cibentang, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Baratini merupakan usaha sampingan dari pemilik dengan tujuan sebagai investasi

Page 4: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 4/104

  4

masa depan pemilik di hari tuanya. Meskipun belum berbentuk badan hukum,K’BLAT’S  Farm  sudah memperoleh izin resmi usaha dari pemerintah daerahsetempat berdasarkan Surat Keterangan Usaha No. 500/20/2003/V/2007.K’BLAT’S  Farm  yang bergerak dalam usaha pembesaran lobster air tawar inimasih beroperasi dalam skala kecil.

Dalam penelitian ini dilakukan tiga skenario pola usaha yaitu pola usaha Iadalah usaha pembenihan, pola usaha II adalah usaha pembesaran, dan pola usahaIII adalah usaha pembenihan dan pembesaran. Dari hasil analisis finansial ketiga

 pola usaha dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, IRR, dan  Payback

 Periode, diperoleh hasil: untuk pola usaha I diperoleh NPV sebesar Rp73.792.135, Net B/C sebesar 3,47, IRR sebesar 33 persen, dan PBP selama 4,04tahun. Untuk pola usaha II diperoleh hasil NPV sebesar Rp 112.563.989, Net B/Csebesar 4,22, IRR sebesar 41 persen, dan PBP selama 3,4 tahun. Sedangkan untuk

 pola usaha III diperoleh hasil NPV sebesar Rp 138.280.330, Net B/C sebesar 5,14,IRR sebesar 52 persen, dan PBP selama 2,79 tahun. Dari hasil analisis finansialtersebut dapat dilihat bahwa jenis pengusahaan lobster air tawar yang palingmenguntungkan adalah pola usaha III atau usaha pembenihan dan pembesaran

lobster air tawar.Untuk melihat kembali daya tarik proyek apabila terjadi perubahan pada

 jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output digunakan analisis switching

value. Dari hasil analisis switching value diperoleh hasil: pola usaha I masih layakuntuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,8

 persen, kenaikan harga pakan sebesar 774,95 persen, dan penurunan harga jualsebesar 23,8 persen. Pola usaha II masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi

 penurunan jumlah produksi sebesar 23,11 persen, kenaikan harga pakan sebesar571,77 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,11 persen. Sementara polausaha III masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksisebesar 34,87 persen, kenaikan harga pakan sebesar 828,33 persen, dan penurunanhrga jual sebesar 34,87 persen. Berdasarkan analisis  switching value  tersebut

dapat disimpulkan bahwa pola usaha II adalah jenis usaha yang peling sensitifterhadap perubahan jika dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha III.Dan jenis perubahan yang paling berpengaruh terhadap kelayakan ketiga polausaha adalah perubahan terhadap jumlah produksi dan harga jual.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah 1) kegiatan usaha budidayalobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S  Farm  sudah layak dilihat dariaspek non finansial maupun aspek finansial, 2) pengusahaan lobster air tawaryang paling menuntungkan adalah pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan

 pembesaran, dan 3) pola usaha II adalah jenis pengusahaan lobster air tawar yang paling sensitif terhadap perubahanan, penurunan harga jual dan penurunan produksi merupakan perubahan yang paling berpengaruh terhadap kelayakanusaha. Saran yang dapat diberikan antara lain: 1) bagi perusahaan sebaiknyamelakukan jenis pengusahaan pembenihan dan pembesaran lobster air tawarkarena pola usaha ini adalah yang paling menguntungkan, 2) pemerintahsebaiknya melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai budidaya lobster air tawaragar semakin banyak masyarakat yang mengusahakan lobster air tawar ini, dan 3)

 bagi masyarakat yang tertarik untuk menjalankan bisnis lobster air tawar tidak perlu takut karena usaha ini terbukti menguntungkan meskipun dijalankan dalamskala kecil.

Page 5: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 5/104

  5

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN

LOBSTER AIR TAWAR(Kasus K’BLAT’S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat)

Oleh:

KAMMALA AFNIA14104104 

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 6: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 6/104

  6

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar KasusK’BLAT’S  Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi,Jawa Barat

 Nama : Kammala Afni NRP : A14104104

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

 NIP. 131 685 542

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

 NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : 18 April 2008

Page 7: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 7/104

  7

PERNYATAAN 

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR Kasus

K’BLAT’S FARM , Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat” ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Kammala AfniA14104104

Page 8: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 8/104

  8

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 November 1986 sebagai anak

 pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Deddy Rochaedi dan Ibu Husnawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 013 Pagi Pejaten Timur

dan lulus pada tahun 1998. Sekolah tingkat menengah pertama dilalui penulis di

SMPN 41 Ragunan Jakarta dan lulus pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan

 pendidikan sekolah menengah atas di SMUN 38 Jakarta dan lulus pada tahun

2004. di tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa kegiatan organisasi.

Penulis menjadi anggota KOPMA IPB pada tahun 2005-sekarang, juga menjadi

anggota IAAS IPB pada tahun 2005-sekarang. Penulis juga pernah aktif sebagai

staf Departemen PSDM MISETA periode 2005-2006 dan menjabat sebagai

sekretaris umum MISETA periode 2006-2007.

Page 9: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 9/104

  9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi untuk mendapatkan

gelar sarjana.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama orang tua dan

dosen pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS yang telah

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar Kasus

K’BLAT’S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk

 penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga

mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di

masa mendatang.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 10: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 10/104

  10

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1.  Orang tua, terima kasih untuk kasih sayang, doa, semangat, kesabaran dan

segalanya. I’ll make you proud of me.

2.  Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan

 bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3.  Tanti Novianty, SP, M.Si selaku dosen penguji utama.

4.  Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji dari komisi pendidikan.

5.  Baiquni Ardhi, yang telah mengantarkan dan menemani penulis ke Sukabumi

untuk mengambil data. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, kesabaran, 

 support , dan kebersamaan selama ini, hingga saat ini dan semoga hingga masa

datang.

6.  Esha dan Kamal, adik-adikku yang selalu menjadi semangat penulis dalam

menyelesaikan skripsi. Terima kasih, aku selalu menyayangi kalian.

7.  Siera, terima kasih sudah memintakan izin penulis untuk penelitian di

 perusahaan papanya.

8.  Pak Sudradji (Papanya Siera, Pemilik K’BLAT’S  Farm), Kak Fikri dan Kak

Andri (Pengelola K’BLAT’S  Farm) yang sudah memberikan penulis

kesempatan untuk melakukan penelitian di K’BLAT’S  Farm,  terima kasih

telah membantu penulis mengumpulkan data dengan mudah. Semoga

K’BLAT’S Farm terus maju.

Page 11: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 11/104

  11

9.  Om Lili yang sudah banyak membantu penulis baik moril maupun materil.

Terima kasih atas doa, support, masukan, dan informasi yang diberikan.

10. Om Ketut dan Tante Lies dari Pusat Ristek DKP yang sudah banyak

membantu dalam penelusuran bahan-bahan tentang lobster air tawar.

11. Sahabatku Metha, Adi, Ratri, dan Ratieh yang banyak memberikan penulis

semangat dan keceriaan di saat-saat sulit. We’ll still be best friend forever .

12. Teman-teman AGB 41, terima kasih atas rasa kebersamaan dan kekeluargaan

selama kurang lebih 4 tahun.

13. Teman sebimbingan Endang, David, Nuy, Anggi, dan Yanti, yang selalu ingat

untuk memberitahu jadwal ketemu Bu Rita.

14. Kakak kelas AGB 40, Panji, Anin, Pipin, Arief, Nina, Anggun, Idham, Ical,

K’ Adhan, terima kasih telah mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan

 penulis. Mas Fery (AGB 39), terima kasih untuk konsultasi dan masukannya.

15. Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh

 penulis.

Page 12: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 12/104

  12

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

I. 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 11.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 61.3 Tujuan .......................................................................................................... 8

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 8

II. 

TINJAUAN PUSTAKALobster Air Tawar .............................................................................................. 9

2.1.1 Klasifikasi dan Anatomi Lobster Air Tawar ......................................... 92.1.2 Sifat dan Tingkah Laku Lobster Air Tawar .......................................... 112.1.3 Jenis-Jenis Lobster Air Tawar .............................................................. 13

Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN3.1 Studi Kelayakan Proyek................................................................................ 203.2 Teori Biaya dan Manfaat .............................................................................. 22

3.3 Analisis Kelayakan Investasi ........................................................................ 243.4 Analisis Finansial ......................................................................................... 25

3.4.1 Net Present Value (NPV) ..................................................................... 253.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ................................................ 263.4.3 Internal Rate Return (IRR)................................................................... 263.4.4 Payback Periode (PBP) ........................................................................ 26

3.5 Analisis Sensitivitas ...................................................................................... 273.6 Kerangka Operasional .................................................................................. 27

IV. 

METODE PENELITIAN4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 304.2 Jenis Data dan Sumber Data ......................................................................... 304.3 Metode Analisis Data ................................................................................... 304.4 Analisis Kelayakan Investasi ........................................................................ 31

4.4.1 Net Present Value (NPV) ..................................................................... 314.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ................................................ 324.4.3 Internal Rate Return (IRR)................................................................... 334.4.4 Payback Periode (PBP) ........................................................................ 33

4.5 Analisis Sensitivitas ...................................................................................... 34

Page 13: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 13/104

  13

4.6 Asumsi Dasar Yang Digunakan .................................................................... 35

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil Perusahaan .......................................................................................... 385.2 Jenis dan Perkembangan Usaha .................................................................... 39

VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar .................................................................................................. 40

6.1.1 Potensi Pasar ........................................................................................ 406.1.2 Strategi Pemasaran ............................................................................... 416.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar................................................................... 42

6.2 Aspek Teknis ................................................................................................ 426.2.1 Lokasi Usaha ....................................................................................... 426.2.2 Skala Usaha ......................................................................................... 466.2.3 Proses Produksi .................................................................................... 466.2.4 Hasil Analisis Aspek Teknis ................................................................ 50

6.3 Aspek Manajemen ........................................................................................ 50

6.4 Aspek Hukum ............................................................................................... 516.4.1 Bentuk Badan Hukum .......................................................................... 516.4.2 Izin Usaha ............................................................................................ 52

6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ........................................................ 52

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 7.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ....................................................... 54

7.1.1 Analisis Hasil Inflow ........................................................................... 547.1.2 Analisis Hasil Outflow ......................................................................... 577.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................... 607.1.4 Analisis Switching Value ...................................................................... 61

7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ...................................................... 62

7.2.1 Analisis Hasil Inflow ........................................................................... 627.2.2 Analisis Hasil Outflow ......................................................................... 647.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................... 697.2.4 Analisis Switching Value ...................................................................... 70

7.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III .................................................... 717.3.1 Analisis Hasil Inflow ........................................................................... 717.3.2 Analisis Hasil Outflow ......................................................................... 737.3.3 Analisis Kelayakan Finansial ............................................................... 797.3.4 Analisis Switching Value ...................................................................... 80

7.4 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Ketiga Pola ...................... 807.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Ketiga Pola ............................ 81

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN8.1 Kesimpulan .................................................................................................. 838.2 Saran ............................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 85

Page 14: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 14/104

  14

DAFTAR TABEL

 Nomor Halaman

1. Luas Lahan Usaha Budidaya Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun

2000-2004 ....................................................................................................... 3

2. Jumlah dan Nilai Impor Lobster Indonesia Tahun 2002-2005 .......................... 5

3. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih Lobster Air Tawar ....................... 55

4. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha I ....................................... 56

5. Biaya Investasi Pada Pola Usaha I ................................................................... 58

6. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha I ............................................................... 59

7. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 4 bulan) ................................................ 59

8. Biaya Tetap Pada Pola Usaha I ........................................ ................................ 60

9. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I .............................. ................................ 60

10. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha I ................................................... 61

11. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Lobster Air Tawar Konsumsi ................. 63

12. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha II ...................................... 64

13. Biaya Investasi Pada Pola Usaha II .................................................................. 66

14. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha II .............................................................. 67

15. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 6 bulan) ................................................ 68

16. Biaya Tetap Pada Pola Usaha II ....................................... ................................ 69

17. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II ............................................................. 69

18. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II .................................................. 70

19. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih dan Lobster Konsumsi ................. 72

20. Nilai Penjualan Indukan Afkir ......................................... ................................ 73

21. Nilai Sisa Pada Pola Usaha III ......................................... ................................ 73

22. Biaya Investasi Pada Pola Usaha III ................................................................. 76

23. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha III ............................................................. 77

24. Biaya Operasional Tiap Produksi (per tahun) ................................................... 78

25. Biaya Tetap Pola Usaha III ........................................ ...................................... 79

26. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha III ........................................ .................... 79

27. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha III ................................................. 80

Page 15: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 15/104

  15

28. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Pola Usaha............................ 81

29. Perbandingan Hasil Switching Value Ketiga Pola Usaha .................................. 81

Page 16: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 16/104

  16

DAFTAR GAMBAR

 Nomor Halaman

1. Anatomi Tubuh Lobster ................................................................................ 11

2. Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus) ........................... 13

3. Lobster Air Tawar Red Crayfish (Procambarus clarkii) ................................ 14

4. Lobster Air Tawar Yabbie (Cherax destructor ) ............................................ 15

5. Kerangka Pemikiran Operasional.................................................................. 29

6. Skema Aliran Pemasaran Lobster Air Tawar K’BLAT’S Farm .................... 41

7. Proses Persiapan Kolam Pembesaran Lobster Air Tawar .............................. 47

Page 17: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 17/104

  17

DAFTAR LAMPIRAN

 Nomor Halaman

1. Pola Pembenihan Lobster Air Tawar ............................................................ 87

2. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap I ................................................ 88

3. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap II ............ ................................... 89

4. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap III.............................................. 90

5. Pola Pembenihan Pembesaran Lobster Air Tawar ......................................... 91

6. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario I ................................... 92

7. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario II ................................. 93

8. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario III ................................ 94

9. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario I ................... 95

10. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario II .................. 96

11. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario III ........... ...... 97

12. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario I ............................. 98

13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario I ......................... 99

14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario I .......................... 100

15. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario II ............................ 101

16. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario II ........................ 102

17. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario II ......................... 103

18. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario III ........................... 104

19. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario III ...................... 105

20. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario III ........................ 106

21. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produks

Skenario I ..................................................................................................... 107

22. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan

Skenario I ..................................................................................................... 108

23. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual

Skenario I ..................................................................................................... 109

24. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Skenario II .................................................................................................... 110

25. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan

Page 18: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 18/104

  18

Skenario II .................................................................................................... 111

26. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual

Skenario II .................................................................................................... 112

27. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produksi

Skenario III .................................................................................................. 113

28. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan

Skenario III .................................................................................................. 114

29. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual

Skenario III .................................................................................................. 115 

Page 19: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 19/104

  19

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki panjang garis pantai 81.000

km dan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2

yang terdiri atas 0,3 juta km2 

 perairan teritorial, 2,8 juta km2 perairan nusantara, dan 2,7 juta km

2 perairan ZEE.

Dengan luas perairan Indonesia yang cukup besar, Indonesia sangat berpotensi

dalam sektor perikanan apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Potensi sektor perikanan

tidak hanya berasal dari perikanan laut, tetapi juga perikanan darat atau yang juga

dikenal dengan perikanan budidaya.

Sektor perikanan Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Pada tahun

2005 potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia

diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun, dengan rincian potensi perikanan

tangkap sebesar US$ 15,1 miliar, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar,

 potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar, potensi budidaya tambak sebesar

US$ 10 miliar, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar, dan potensi

 bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar.1 

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan akan kebutuhan

 pokok termasuk di dalamnya pemintaan protein juga semakin meningkat.

Perubahan trend  pola konsumsi protein masyarakat dari red meat to white meat  

menyebabkan permintaan akan komoditi perikanan meningkat. Namun, kebutuhan

1  Departemen Kelautan dan Perikanan. www.dkp.go.id.  Indonesia dan Negara ASEAN, Up Date Data Perikanan. 

15/02/2005. Diakses pada tanggal 19 April 2008. 

Page 20: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 20/104

  20

tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan produksi perikanan tangkap.

Hal ini diungkapkan oleh FAO (2002) bahwa pasokan ikan dari kegiatan

 penangkapan di laut di sebagian negara diperkirakan tidak dapat ditingkatkan lagi,

demikian pula kecenderungan ini terjadi pada usaha penangkapan ikan di perairan

Indonesia. Bahkan berdasarkan hasil penelitian oleh Komisi Stock Assessment  

 pada tahun 2000 menunjukkan bahwa potensi lestari ikan perairan laut Indonesia

mengalami penurunan dari 6,26 juta ton/tahun pada tahun 1997 menjadi 6,11 juta

ton/tahun pada tahun 2000 (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005). Oleh

karena itu budidaya perikanan dijadikan alternatif penyuplai kebutuhan ikan untuk

konsumsi maupun non konsumsi masyarakat.

Potensi lahan perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59

 juta hektar, yang terdiri atas lahan budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar,

 budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan budidaya laut 8,37 juta hektar.

Sedangkan pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru mencapai 10,1

 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01

 persen untuk budidaya laut. Kegiatan budidaya perikanan secara umum dapat

dibedakan dalam 6 (enam) kelompok jenis budidaya yaitu: budidaya laut,

 budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung, dan

 budidaya sawah. Dalam periode 2000-2004, luas areal budidaya perikanan

 bertambah dari 655.381 ha pada tahun 2000 menjadi 716.317 ha pada tahun 2004

dengan laju pertumbuhan 2,28 persen per tahun. Laju pertambahan luas areal

 pembudidayaan di jaring apung dan laut menunjukkan peningkatan yang cukup

 besar, yaitu 27,86 persen per tahun untuk jaring apung dan 19,43 persen per tahun

untuk budidaya laut. Besarnya pertumbuhan luas areal tersebut merupakan

2

Page 21: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 21/104

  21

indikasi keberhasilan program pembangunan perikanan budidaya (Departemen

Kelautan dan Perikanan, 2005). Tabel 1 menunjukkan data luas lahan usaha

 budidaya menurut jenis budidaya perikanan di Indonsia.

Tabel 1. Luas Lahan Usaha Budidaya Perikanan (Ha) Menurut Jenis

Budidaya Tahun 2000-2004

Jenis Budidaya 2000 2001 2002 2003 2004 Kena

-ikan

/th

(%)Budidaya Laut 614 713 951 981 1.227 19,4BudidayaTambak

419.282 438.010 458.107 480.762 489.811 3,97

Budidaya Kolam 77.647 85.900 94.240 97.821 99.137 6,52BudidayaKeramba

76 80 86 93 93 5,23

Budidaya JaringApung

416 803 807 948 952 27,86

Budidaya Sawah 157.346 150.680 148.909 151.414 124.495 -5,38

Total 655.381 676.186 703.100 732.019 716.317 2,28

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005

Salah satu komoditas perikanan budidaya yang berprospek cerah untuk

diusahakan adalah lobster air tawar. Meskipun demikian, hingga kini belum

 banyak orang yang menggeluti usaha budidaya lobster air tawar. Salah satu

 penyebabnya adalah belum banyak yang mengetahui keberadaan lobster air tawar

dan kebanyakan orang hanya mengetahui tentang keberadaan lobster air laut yang

ditangkap oleh nelayan. Ukuran dan bentuk lobster air tawar memang mirip

dengan lobster air laut. Perbedaannya, lobster air tawar dapat dibudidayakan

sementara lobster air laut hingga kini belum dapat dibudidayakan. Pembudidayaan

lobster air tawar pun tidaklah sulit karena hewan ini tidak membutuhkan

 perawatan khusus, tidak mudah terserang penyakit, pemakan tumbuhan sekaligus

hewan (omnivora), pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki daya telur yang

tinggi. Keunggulan lobster air tawar adalah dagingnya yang lebih sehat dibanding

makanan laut lain. Lobster air tawar rendah lemak, kolesterol, dan garam. Tekstur

3

Page 22: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 22/104

  22

dan rasanya pun tidak berbeda dengan lobster air laut. Selain sebagai sajian

hidangan, lobster juga banyak dimanfaatkan sebagai hiasan penghuni akuarium

karena bentuknya yang menarik dengan beragam warna yang menarik pula. Harga

 jual lobster air tawar pun cukup tinggi, untuk pasar lokal mencapai kisaran

Rp100.000-Rp120.000 per kg (isi 10-12 ekor). Apalagi bila produksi lobster itu

dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa

mancanegara, maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor, lobster air

tawar dihargai tidak pernah kurang dari Rp150.000 per kg untuk isi 10-12 ekor.2 

Harga lobster air tawar juga lebih stabil dari harga lobster laut karena produksinya

dapat diatur oleh petani sehingga supplai senantiasa tersedia di pasar. Sementara

harga lobster air laut lebih fluktuatif karena apabila tangkapan lobster laut

melimpah, maka harganya akan jatuh (Wawan, 2007)

Budidaya lobster khususnya lobster air tawar merupakan salah satu budidaya

andalan yang saat ini sedang digalakkan oleh Departemen Kelautan dan

Perikanan. Prospek lungshia  (dalam bahasa China berarti udang naga) sangat

 bagus karena harganya yang tinggi dan pasarnya terbuka lebar. Permintaan pasar

domestik dan ekspor terus meningkat, sementara produksi terbatas.3  Kebutuhan

lobster air tawar untuk memenuhi pasar Jakarta saja mencapai 2-3 ton per bulan,

sedangkan untuk nasional diperkirakan jumlah kebutuhan lobster air tawar antara

6-8 ton per bulan dengan restoran sebagai penyerap utamanya (Cucun, 2006).

Dinas perikanan maupun pemerintah daerah (pemda) perlu memiliki perhatian

lebih serius terhadap pengembangan lobster air tawar Indonesia yang dinilai

 berpeluang mengekspor lobster air tawar ke Singapura dan Hong Kong seharga

2  Bisnis Indonesia Online. http://web.bisnis.com. Bisnis lobster Bisa Bantu Entaskan Kemiskinan, 21/07/2007. Diakses pada tanggal 21 November 2007. 

3  Majalah Demersal. http://www.dkp.go.id. Berita Budidaya Perikanan. 21/07/06. Diakses pada tanggal 14 November 2007 

4

Page 23: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 23/104

  23

Rp 250.000 per kilogram  size 10. Pemimpin perusahaan budidaya lobster air

tawar Santoso Farm, FX. Santoso T., mengatakan, sektor usaha tersebut cukup

 prospektif untuk dikembangkan seiring besarnya kebutuhan pasar internasional.4 

Selama ini pasokan lobster untuk pasar dalam negeri lebih banyak

mengandalkan dari hasil tangkapan alam, sedangkan permintaannya yang terus

meningkat belum terpenuhi. Itulah yang menyebabkan Indonesia melakukan

impor lobster dari Singapura, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Besarnya jumlah dan nilai impor lobster

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Nilai Impor Lobster Laut Indonesia Tahun 2002-2005

Tahun Jumlah (Kg) Nilai (US$)2002 2.482 12.0692003 5.033 18.4022004 7.332 9.3032005 362 1.621

Sumber: Badan Pusat Statistik 2002-2005, data diolah

Budidaya lobster air tawar diharapkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi

 permintaan lobster dalam negeri. Selain itu, kegiatan budidaya ini juga bertujuan

untuk menjaga kelestarian lobster air laut. Atas dasar itulah, perlu diadakan suatu

kajian atau penelitian mengenai kelayakan usaha budidaya lobster air tawar untuk

menganalisis apakah usaha budidaya lobster air tawar ini menguntungkan atau

tidak. Sehingga masyarakat tertarik untuk membuka usaha budidaya lobster air

tawar.

4  Bisnis Indonesia. http://www.bisnis.com. KNPI Kepri kembangkan lobster 09/05/2007. Diakses pada tanggal 14 November 2007.

5

Page 24: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 24/104

  24

1.2  Perumusan Masalah

Sektor perikanan Indonesia sebenarnya sangat potensial. Namun, masih

 banyak kendala yang menyebabkan pasar ekspor perikanan Indonesia belum

tergarap secara optimal. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang

 peluang pasar. Masalah lain adalah kurangnya usaha pengolahan produk

 perikanan sehingga produk yang dijual selama ini merupakan produk belum

diolah, serta minimnya diversifikasi produk yang dijual karena sejauh ini ekspor

Indonesia masih didominasi oleh produk udang (58 %), dan tuna (18 %).5 

Untuk meningkatkan produktivitas perikanan Indonesia dapat dilakukan

melalui perikanan budidaya. Banyak jenis ikan yang dapat dibudidayakan di

dalam kolam atau tambak. Salah satunya adalah usaha budidaya lobster air tawar.

Kegiatan budidaya lobster air tawar ini cukup menjanjikan karena permintaannya

yang tinggi sementara produksi belum dapat memenuhi pasar yang ada. Hal ini

disebabkan oleh masih sedikit orang yang menggeluti kegiatan budidaya lobster

air tawar. Saat ini yang menjadi kendala dalam melakukan kegiatan budidaya

lobster air tawar adalah indukan yang masih harus didatangkan dari luar negeri.

Meskipun di Indonesia sudah ada yang menyediakan induk untuk dibudidayakan,

 jumlahnya masih belum mencukupi untuk budidaya skala besar dan  strain 

lobsternya masih terbatas (Iskandar, 2003).

Selain itu pengusahaan lobster air tawar membutuhkan investasi yang tidak

sedikit. Diperlukan biaya yang cukup besar untuk mempersiapkan dan

melaksanakan usaha ini. Meskipun tingkat keberhasilannya tinggi karena lobser

air tawar tergolong hewan yang mudah dibudidayakan, tetapi besarnya biaya yang

5  Kompas Online. http://kompas.com. Pasar Ekspor Perikanan Indonesia Belum Tergarap Secara Optimal . 13/05/05.

Diakses pada tanggal 14 November 2007. 

6

Page 25: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 25/104

  25

dikeluarkan harus diperhitungkan dengan hasil yang akan diperoleh. Besar

kecilnya investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan skala usaha yang

dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang ingin diperoleh. Karena

itu diperlukan analisis kelayakan usaha lobster air tawar untuk mengetahui apakah

usaha lobster air tawar ini layak untuk dijalankan sehingga investasi yang

dikeluarkan unutk melakukan usaha ini tidak sia-sia dan dapat membuahkan hasil

yang diharapkan.

K’BLAT’S  Farm  adalah perusahaan baru yang bergerak dalam usaha

 budidaya lobster air tawar. Investasi yang telah dikeluarkan oleh K’BLAT’S Farm 

untuk membuka usaha pembesaran lobster air tawar belum dianalisis

kelayakannya secara finansial maupun non finansial, sehingga belum dapat

diketahui apakah usaha ini akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi

K’BLAT’S Farm.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam

usaha budidaya lobster air tawar adalah:

1.  Bagaimana kelayakan usaha budidaya lobster air tawar di K’BLAT’S  Farm 

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan

aspek sosial lingkungan?

2.  Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya lobster air tawar, apabila

usaha budidaya lobster air tawar ini dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I adalah

usaha pembenihan, pola II adalah usaha pembesaran, dan pola III adalah usaha

 pembenihan dan pembesaran lobster air tawar?

3.  Bagaimana sensitivitas usaha budidaya lobster air tawar, apabila terjadi

 perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

7

Page 26: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 26/104

  26

1.3  Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

 penelitian ini adalah:

1.  Menganalisis kelayakan usaha budidaya lobster air tawar di K’BLAT’S  Farm 

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan

aspek sosial lingkungan.

2.  Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya lobster air tawar, apabila

usaha budidaya lobster air tawar ini dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I adalah

usaha pembenihan, pola II adalah usaha pembesaran, dan pola III adalah usaha

 pembenihan dan pembesaran lobster air tawar

3.  Menganalisis sensitivitas usaha budidaya lobster air tawar, apabila terjadi

 perubahan pada jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk melihat tingkat kelayakan pengusahaan

lobster air tawar dengan menggunakan tiga skenario yaitu usaha pembenihan,

usaha pembesaran, dan usaha pembenihan pembesaran. Penelitian ini juga telah

memasukkan pajak penghasilan pada perhitungan cashflow.

8

Page 27: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 27/104

  27

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 

Lobster Air Tawar

2.1.1 Klasifikasi dan Anatomi Lobster Air Tawar

Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari kelompok udang

(Crustacea) yang hidupnya hanya di air tawar. Lobster air tawar banyak terdapat

di danau, rawa, dan sungai. Di habitat aslinya, jenis udang besar ini biasanya

hidup ditempat yang memiliki tempat berlindung seperti celah-celah bebatuan dan

akar pohon. Daerah penyebarannya meliputi Asia dan Australia, Seperti Papua

dan Quinsland.6  Berdasarkan daerah penyebarannya tersebut, lobster air atwar

dapat dibagi ke dalam 3 famili, yakni famili astacidae dan cambaridae yang

tersebar di belahan bumi utara, seperti Amerika dan Eropa, serta famili

 parastacidae yang tersebar di belahan bumi selatan seperti Asia dan Australia. Di

Indonesia, lobster air tawar berasal dari famili parastacidae (Iskandar, 2003).

Lobster air tawar memiliki beberapa nama umum seperti Crayfish, Crawfish,

dan Crawdad. Lobster air tawar diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Arthopoda

Sub Filum : Crustacea

Kelas : Malacostrada

Famili : Parastacidae

Ordho : Decapoda

Genus : Cherax

Spesies : Cherax lorentzi, Cherax albertisi, Cherax lorentzi auranus 

6  http://id.wikipedia.org/wiki/Lobster . Lobster Air Tawar . Diakses pada tanggal 14 November 2007. 

Page 28: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 28/104

  28

Lobster air tawar merupakan spesies yang tidak memiliki tulang dalam

(internal skeleton), tetapi seluruh permukaan tubuh dan organ luarnya terbungkus

cangkang (external skeleton). Proses pembentukan cangkang membutuhkan bahan

 berupa kalsium dan terjadi setelah proses pergantian semua cangkang berlangsung

sempurna.

Tubuh lobster dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian kepala (chepalothorax)

dan perut (abdomen). Jika dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki

 beberapa alat pelengkap sebagai berikut:

1.  Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan

kondisi lingkungan.

2.  Sepasang antanela yang berfungsi untuk mencium pakan, 1 mulut, dan

sepasang capit (celiped ) yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan

dengan ruas dasar capitnya.

3.  Enam ruas badan (abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata-rata

hampir sama dengan lebar kepala.

4.  Ekor. Satu ekor tengah (telson) memipih, sedikit lebar, dan dilengkapi dengan

duri-duri halus yang terletak di semua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor

samping (uropod ) yang memipih.

5.  Enam pasang kaki renang ( pleopod ) yang berperan untuk berenang. Kaki

renang pada induk betina yang sedang bertelur memberikan gerakan untuk

meningkatkan kandungan oksigen terlarut di sekitarnya. Kaki renang juga

digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari kotoran yang terendap.

6.  Empat pasang kaki untuk berjalan (walking legs).

10

Page 29: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 29/104

  29

Anatomi lobster air tawar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Anatomi Tubuh Lobster Air TawarSumber: www.wikipedia.com 

2.1.2 Sifat dan Tingkah Laku Lobster Air Tawar

Lobster air tawar memiliki sifat dan tingkah laku khusus yang tidak dimiliki

oleh jenis ikan lainnya. Sifat-sifat dan tingkah laku lobster air tawar tersebut

adalah:

a. Pergantian Cangkang (molting )

Dalam siklus hidupnya, lobster sering melakukan pergantian cangkang

(molting). Molting terjadi seiring dengan perkembangan ukuran tubuhnya, sejak

masih kecil hingga dewasa. Namun semakin dewasa, pergantian cangkang akan

semakin berkurang. Molting merupakan saat yang rawan bagi lobster. Saat itu

tubuhnya tidak terlindungi oleh apapun sehingga sangat lemah dan mudah

dimangsa oleh lobster lain. Karena itu pada saat sedang molting biasanya lobster

akan berdiam diri di dalam lubang persembunyiannya.

11

Page 30: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 30/104

  30

b. Mengkonsumsi Pakan

Lobster tidak begitu senang dengan panas matahari sehingga hidupnya banyak

dihabiskan di dalam lubang-lubang persembunyian. Lobster air tawar bergerak

sangat lamban pada siang hari, tetapi akan berubah agresif pada malam hari. Hal

ini karena lobster termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif mencari

makan pada malam hari. Makanan Lobster antara lain biji-bijian, sayuran, lumut,

daging segar, cacing, dan bangkai binatang sehingga digolongkan sebagai hewan

omnivora.

Lobster air tawar juga termasuk hewan yang suka memakan jenisnya sendiri.

Biasanya ini terjadi saat tidak tersedia pakan yang memadai. Sifat kanibal ini juga

timbul saat lobster lain dalam keadaan lemah dan tidak dapat mempertahankan

diri, khusunya pada saat molting . 

c. Sistem Reproduksi

Lobster hanya akan kawin jika menemukan pasangan yang cocok. Meskipun

 bertemu dan saling terangsang, lobster tidak akan melakukan perkawinan jika

tidak cocok. Di habitat aslinya, lobster mulai kawin pada saat berumur 1 tahun

dan terjadi pada awal musim penghujan. Perkawinan biasanya dilakukan pada

malam hari. Sepuluh hari setelah kawin, telur yang dibuahi oleh induk jantan akan

terlihat melekat di bawah perut induk betina. Telur ini akan menetas 1,5 bulan

setelah pembuahan.

12

Page 31: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 31/104

  31

2.1.3 Jenis-Jenis Lobster Air Tawar

Hingga saat ini, beberapa jenis lobster sudah dibudidayakan di Indonesia,

 baik sebagai lobster konsumsi maupun lobster hias (Iskandar, 2003). Jenis-jenis

tersebut adalah: 

a. Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus)

Cherax  quadricarinatus  dikenal dengan sebutan redclaw  atau biasa juga

disebut sebagai Yabby Queensland Utara. Disebut redclaw  karena lobster air

tawar dewasa jenis ini mempunyai warna merah pada capit bagian luarnya,

khususnya pada lobster jantan. Selain sebagai lobster konsumsi, lobster capit

merah juga cocok digunakan sebagai lobster hias karena memiliki warna tubuh

yang bagus dan ukuran yang besar.

Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2-37o  C.

Meskipun demikian, suhu air optimal yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh

adalah 23-31oC. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air

adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm (Iskandar, 2003).

Gambar 2. Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus)Sumber: www.wikipedia.com 

b.  Procambarus clarkii

Berbeda dengan genus cherax, genus procambarus bukan merupakan lobster

air tawar asal Australia. Keluarga Cambaridae merupakan keluarga lobster air

13

Page 32: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 32/104

  32

tawar yang hidup di bagian lintang utara. Procambarus clarkii sendiri berasal dari

daerah Amerika Utara, di Louisiana dan di Delta Missisippi.  P. clarkii 

mempunyai warna tubuh dominan merah. Oleh karena itu mereka sering disebut

sebagai red crayfish.  P. clarkii  dewasa berwarna merah gelap, sedangkan  P.

clarkii muda berwarna merah kekelabuan.

 Procambarus clarkii  adalah lobster yang paling jarang mengalami molting  

karena pertumbuhannya lambat dan ukuran tubuhnya relatif kecil. Panjang tubuh

lobster dewasa ini hanya sekitar 10-12 cm.  Red crayfish bersifat sangat agresif,

teritorial, dan rakus, sehingga mereka bisa menjadi ancaman bagi hewan lain yang

dipelihara dalam satu wadah.

Gambar 3. Lobster Air Tawar Red Crayfish (Procambarus clarkii)Sumber: www.wikipedia.com 

c. Lobster Air Tawar Yabbie (Cherax destructor )

Cherax destructor merupakan jenis lobster air tawar yang paling dikenal

diantara 100 jenis lobster air tawar yang hidup di Australia. Mereka bisa dijumpai

mulai dari daerah New South Wales hingga diseluruh dataran benua Australia.

Sebaran yang luas menyebabkan mereka mampu beradaptasi mulai dari daerah

dingin di danau-danau berair dingin pegunungan Snowy, hingga daerah beriklim

 panas.

14

Page 33: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 33/104

  33

Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi

oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-30o C. Metabolisme tubuh, nafsu

makan, dan pertumbuhannya rendah jika dipelihara di dalam wadah dengan suhu

air kurang dari 16oC. Lobster yabbie juga memiliki kemampuan membuat tempat

 perlindungan dengan menggali lubang di dasar perairan hingga kedalaman 2

meter. Ciri spesifik lobster yabbie adalah capitnya hampir sama besar dengan

ukuran tubuhnya. Sementara itu, tubuhnya sendiri tergolong kecil jika

dibandingkan dengan lobster air tawar jenis lain.

Gambar 4. Lobster Air Tawar Yabbie (Cherax destructor )Sumber: www.wikipedia.com 

2.2 

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha

 budidaya komoditas perikanan seperti lobster air tawar, udang, dan ikan budidaya.

Salah satunya adalah Shi Astuti Pertiwi (2003) yang melakukan penelitian dengan

 judul ”Kajian Pengembangan Bisnis Pembenihan Lobster Air Tawar Pada

Distributor Of Live Fishes Fresh Water, Bogor”. Hasil perhitungan analisis

finansial usaha pembenihan lobster air tawar pada tingkat diskonto 12 persen,

usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar

Rp 36.376.582 atau NPV > 0. Ini berarti, usaha pembenihan lobster air tawar yang

15

Page 34: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 34/104

  34

dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan.

Sedangkan nilai Net B/C Rasio yang dihasilkan adalah sebesar 2,8 atau Net B/C

Rasio > 0, artinya investasi usaha pembenihan lobster air tawar untuk setiap nilai

 pengeluaran sekarang sebesar satu rupiah akan memperoleh pendapatan bersih

sebesar 2,8 rupiah sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. IRR yang didapat

sebesar 26 persen atau lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku yaitu 12

 persen. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan usaha terhadap

 perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan manfaat. Berdasarkan switching

value, diperoleh hasil bahwa usaha masih layak untuk dijalankan meskipun terjadi

 perubahan-perubahan yaitu penurunan harga jual sebesar 10 pesen, penurunan

kapasitas produksi sebesar 10 persen, dan kenaikan biaya operasional sebesar 20

 persen.

Faisal (2007) juga melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Kelayakan

Investasi Pengusahaan Lobster Air Tawar CV. Vizan  Farm  dan CV. Sejahtera

Lobster  Farm. Pada penelitian ini dilakukan tiga skenario jenis pola usaha yaitu

 pola usaha I adalah usaha pembenihan lobster, pola usaha II adalah usaha

 pembesaran lobster, dan pola usaha III adalah usaha pembenihan dan pembesaran

lobster. Berdasarkan hasil analisis finansial, ketiga pola usaha dinyatakan layak

untuk dijalankan. Tapi, yang paling menguntungkan adalah pola usaha II yaitu

usaha pembesaran lobster. Dari hasil kriteria investasi, pola usaha I memperoleh

 NPV sebesar Rp 25.883.920, Net B/C Rasio 3,22, IRR 50 persen, dan  payback

 period   3,21 tahun. Sedangkan pola usaha II memperoleh NPV sebesar Rp

41.850.030, Net B/C Rasio 4,53, IRR 66 persen, dan  payback period 2,69 tahun.

Pola usaha III mendapat nilai NPV sebesar Rp 37.457.890, Net B/C Rasio 3,45,

16

Page 35: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 35/104

  35

IRR 52 persen, dan  payback period   3,18 tahun. Analisis sensitivitas dilakukan

untuk memperoleh nilai NPV=0 untuk melihat tingkat kepekaan usaha apabila

terjadi penurunan harga output, peningkatan harga pakan, dan penurunan

 produksi. Dari hasil analisis  switcing value yang dilakukan terhadap ketiga pola

usaha menunjukkan bahwa pola usaha I merupakan pola usaha yang paling

sensitif terhadap perubahan harga pakan, perubahan harga output dan perubahan

 produksi. Perubahan produksi dan harga output adalah faktor yang paling sensitif

yang mempengaruhi kelayakan usaha ini.

Meskipun komoditi perikanan yang diteliti penulis sama dengan kedua

 peneliti terdahulu diatas yaitu lobster air tawar, tetapi terdapat perbedaan pada

 perusahaan tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, peneliti hanya melakukan

 penelitian pada satu perusahaan dimana perusahaan beroperasi pada usaha

 pembesaran lobster air tawar saja.

Beberapa penelitian lain yang terkait dengan kelayakan usaha budidaya

komoditas perikanan juga dilakukan oleh Roshayani (2002) yang melakukan

 penelitian pada usaha udang vanname. Dari hasil perhitungan terhadap arus

menfaat dan biaya pada tingkat diskonto 14 persen diperoleh nilai NPV sebesar

Rp 1.442.292.775,16, Net B/C rasionya 2,43 dan tingkat IRR 54,37 persen.

Berdasarkan analisis finansial tersebut, usaha ini dikatakan layak untuk

dijalankan. Analisis sensitivitas yang dilakukan untuk melihat kepekaan usaha

apabila terjadi kenaikan harga pakan sebesar 10 persen dan 98,58 persen,

 penurunan harga jual udang sebesar 10 persen dan 28,69 persen. Berdasarkan

hasil perhitungan terhadap kenaikan harga pakan 10 persen, usaha masih layak

diusahakan. Sedangkan jika kenaikan harga pakan mencapai 98,58 persen, maka

17

Page 36: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 36/104

  36

usaha berada pada batas kelayakan. Begitu pula pada perhitungan penurunan

harga jual, bila harga jual udang menurun 10 persen maka usaha masih diikatakan

layak untuk dijalankan, sedangkan jika penurunan harga jual hingga 28,69 persen,

maka usaha berada pada ambang kelayakan.

Jagatnata (2003) dalam penelitiannya terhadap studi kelayakan usaha udang

windu, melakukan perhitungan analisis finansial dengan tingkat diskonto 14

 persen pada beberapa jenis tambak udang windu yaitu tambak ekstensif, semi

ekstensif, intensif, dan super intensif. Hasilnya adalah semua jenis tambak layak

untuk diusahakan dengan nilai NPV untuk tambak ekstensif sebesar Rp

124.585.724, tambak semi intensif Rp 304.255.216, tambak intensif sebesar Rp

457.611.072, dan tambak super intensif Rp 382.380.835. Nilai Gross B/C nya

adalah 2,436 untuk usaha tambak ekstensif, 2,172 untuk tambak semi intensif,

1,531 untuk tambak intensif , dan 1,163 untuk tambak super intensif. Tingkat IRR

untuk setiap jenis tambak secara berurutan adalah 69 persen, 141 persen, 111

 persen, dan 83 persen. Analisis sensitivitas dilakukan jika diasumsikan terjadi

 perubahan harga jual udang, kenaikan biaya produksi, dan perubahan volume

 produksi. Berdasarkan perhitungan  switching value diperoleh hasil bahwa usaha

masih layak untuk dijalankan selama perubahan yang terjadi pada penurunan

harga jual sebesar 33 persen untuk tambak ekstensif, semi intensif, dan intensif

dan 25 persen untuk tambak super intensif. Perubahan kenaikan biaya produksi

yang masih membuat usaha ini layak adalah bila terjadi kenaikan biaya sebesar

28,6 persen pada harga bibit. Sedangkan perubahan volume produksi yang masih

dapat ditolerir adalah apabila terjadi penurunan produksi sebesar 50 persen.

18

Page 37: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 37/104

  37

Berdasarkan dua penelitian terdahulu tersebut, komoditi perikanan yang

diteliti oleh penulis jelas berbeda dengan komoditi penelitian kedua penulis diatas.

19

Page 38: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 38/104

  38

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Studi Kelayakan Proyek

Yang dimaksud proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang

menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit ), atau

suatu aktiivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan

hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai

dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992),

 proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam

satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

benefit . Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berupa

 barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan mentah,

tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek

yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang

mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat

menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

 proyek, biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan

Suwarsono, 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat

investasi yang terdiri dari:

1.  Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut

sebagai manfaat finansial).

2.  Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional).

Page 39: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 39/104

  39

3.  Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus

dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:

1.  Aspek Pasar

Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus

menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.

Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran

yang digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di

 pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada studi kelayakan

mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan

dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.

2.  Aspek Teknis

Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran

hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala

oprasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin

dan equipment, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.

3.  Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.

Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari

manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal

 penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan

manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,

deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

21

Page 40: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 40/104

  40

4.  Aspek Hukum

Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang

dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertfikat, dan izin

yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

5.  Aspek Sosial Lingkungan

Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya

terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana

 proyek dilaksanakan.

6.  Aspek Finansial

Pengaruh finansial terhadap proyek.

Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat

keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari

 pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang

tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang

ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan,

dan 4) menentukan prioritas investasi (Gray, et al , 1992).

3.2 Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi

 biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatau

yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang

membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai

 pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap

22

Page 41: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 41/104

  41

manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1.  Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat

 jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, mesin.

2.  Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku,

 biaya tenaga kerja.

3.  Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi:

1.  Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan

kesempatan kerja.

2.  Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan

tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,

seperti: rekreasi.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi

adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari

investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai

 perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari

investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

23

Page 42: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 42/104

  42

3.3 Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan

 biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto

dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money 

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang

akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”, sedangkan

 perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran

tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus

manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai

sekarang ( present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa

yang akan datang ( future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi

yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat

ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan

datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang

memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui

kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi

masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al., 2001).

Kadariah et al.  (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut

 berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga

modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat

dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

24

Page 43: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 43/104

  43

 penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku

 bunga ditentukan melalui proses “discounting ”.

3.4 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya

dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama

umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis finansial terdiri dari:

3.4.1 Net Present Value (NPV)

 Net Present Value  (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang

diterima proyek selama umur proyek pada pada tingkat suku bunga tertentu. NPV

 juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh

investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang

relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

•   NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

•   NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya

tidak dilaksanakan.

•   NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar

modal sosial Opportunities Cost   faktor produksi normal. Dengan kata lain,

 proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

25

Page 44: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 44/104

  44

3.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

 Net Benefit and Cost Ratio  (Net B/C Rasio) menyatakan besarnya

 pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama

umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari

net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif .

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

•   Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

•   Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

•   Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

3.4.3 Internal Rate Return (IRR) 

 Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value

kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan  Net

 Present Value (NPV) sama dengan nol (0).

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata

keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku

 bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku

 bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3.4.4 Payback Period (PBP)

 Payback Period   atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

26 

Page 45: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 45/104

  45

 periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat

kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali

dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 1999).

3.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan

 proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan

terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik

 perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi

ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan

(Gittinger, 1986).

Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang

 pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama,

yaitu:

1.  Perubahan harga jual

2.  Keterlambatan pelaksanaan proyek

3.  Kenaikan biaya

4.  Perubahan volume produksi

3.6 Kerangka Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek pertanian

dari usaha budidaya lobster air tawar. Analisis kelayakan dilakukan dengan

menganalisis aspek-aspek kelayakan investasi seperti aspek pasar, aspek teknis,

aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial. Analisis finansial mengkaji

27

Page 46: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 46/104

  46

 NPV, IRR, Net B/C Rasio,  Payback Period , dan sensitivitas usaha budidaya

lobster air tawar ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha budidaya lobster air

tawar. Berikut adalah kerangka operasional penelitian pada usaha budidaya

lobster air tawar.

28

Page 47: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 47/104

  47

Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian

Tidak baik untukdiusahakan karena hanya

mendatangkan kerugian

Baik untuk diusahakankarena dapat memberikankeuntungan bagi yang

 berinvestasi

Lobster Air Laut Lobster Air Tawar

Tidak dapatdibudidayakan

Dapat dibudidayakan

Usaha BudidayaLobster Air Tawar

Kelayakan UsahaBudidaya Lobster Air

Tawar

•  Analisis Aspek KelayakanUsaha

•  Analisis Finansial-   NPV-   Net B/C-  IRR

-  PBP

Tidak Layak Layak

Lobster merupakan salah satu komoditas perikanan yang berprotein juga bernilai

tinggi

Meningkatnya kebutuhan protein yang disebabkan olehmeningkatnya jumlah

 penduduk

Produk perikanan sebagaialternatif sumber protein

hewani

29

Page 48: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 48/104

  48

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di K’BLAT’S  Farm  yang terletak di Kp.

Limusnunggal Rt 19/09, Desa Cibentang, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi,

Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara  purposive  (sengaja)

karena perusahaan ini tergolong baru karena baru berdiri pada Bulan Mei 2007.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2007.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan manajer

 perusahaan. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan

selama umur proyek, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta

 penerimaan dari pengusahaan lobster air tawar.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi

literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Departemen

Kelautan dan Perikanan, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian serta Badan

Pusat Statistik (BPS).

4.3 Metode Analisis Data

Data kuantitatif dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dengan

menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk

tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah

Page 49: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 49/104

  49

dalam melakukan analisis data. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang

dikeluarkan perusahaan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta

 penerimaan dari hasil penjualan lobster air tawar. Sedangkan untuk data kualitatif

disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis

terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek

sosial ekonomi dan lingkungan.

4.4 Analisis Kelayakan Investasi

Untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya lobster air tawar, maka

dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat. Kriteria kelayakan investasi

yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR),

dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PBP).

4.4.1 Net Present Value (NPV)

 Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai

sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan

sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam

menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus

menghitung NPV adalah sebagai berikut:

Sumber : Gray Clive, 1992

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun ; i = tingkat bunga (diskonto)

Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n = jumlah tahun

31

Page 50: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 50/104

  50

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

•   NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

•   NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya

tidak dilaksanakan.

•   NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar

modal sosial Opportunities Cost   faktor produksi normal. Dengan kata lain,

 proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

4.4.2 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)

 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan

antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang

yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah:

Sumber : Gray Clive, 1992 

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun

Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n = jumlah tahun

i = tingkat bunga (diskonto)

32

Page 51: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 51/104

  51

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:

•   Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

•   Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan 

•   Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

4.4.3 Internal Rate Return (IRR)

IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan

yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR

mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek

untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai

IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai

IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak

untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:

Sumber : Kadariah et al., 2001 

Keterangan :

i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

 NPV = NPV yang bernilai positif

 NPV’ = NPV yang bernilai negatif

4.4.4 Tingkat Pengembalian Investasi ( Payback Period )

Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan

 perhitungan dengan menggunakan metode  Payback Period   yang menunjukkan

 jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih

33

Page 52: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 52/104

  52

tambahan yang diperoleh dari usaha budidaya lobster air tawar. Rumus yang

digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah:

Keterangan :

 I  = besarnya investasi yang dibutuhkan

 Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Pada dasarnya semakin cepat  Payback Period menandakan semakin kecil

resiko yang dihadapi oleh investor.

4.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk

melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,

apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di

dalam perhitunagn biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan

karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang

mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan

datang (Gittinger, 1986).

Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas

adalah nilai pengganti ( switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung

memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan

terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat

menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.

34

Page 53: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 53/104

  53

Dalam penelitian ini, digunakan analisis kepekaan apabila terjadi perubahan

 pada kenaikan harga input, penurunan harga output, dan turunnya jumlah

 produksi.

4.6 Asumsi Dasar Yang Digunakan

Analisis kelayakan usaha lobster air tawar ini menggunakan beberapa

asumsi dasar yaitu:

1.  Usaha dilakukan dengan menggunakan modal sendiri.

2.  Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito

Bank Indonesia pada bulan Desember 2007 sebesar 8,25 persen.

3.  Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis kolam

4.   Inflow dan Outflow  merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan

informasi yang didapatkan pada tahun 2007.

5.  Lobster air tawar yang diusahakan adalah jenis Cherax quadricarinatus atau

yang disebut juga redclaw (lobster air tawar capit merah).

6.  Jumlah kolam lobster yang diteliti sebanyak 5 buah.

7.  Benih lobster digunakan untuk usaha pembesaran adalah benih dengan

 panjang 2-3 inchi.

8.  Tingkat kehidupan telur hingga menjadi benih adalah 85 persen sedangkan

tingkat kehidupan benih hingga ukuran konsumsi adalah 75 persen.

Sedangkan 25 persen lainnya gagal panen yang disebabkan oleh kondisi benih

yang tidak baik, gagal molting , serangan penyakit Eromonas sp (penyakit ekor

melepuh) dan predator seperti ular sawah, ikan bogo, dan katak. Data ini

diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan.

35

Page 54: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 54/104

  54

9.  Lobster yang siap panen adalah lobster yang telah menjalani masa pembesaran

selama 6 bulan dan panjangnya mencapai 5-6 inchi dengan bobot 100

gram/ekor.

10. Harga yang digunakan adalah harga konstan yaitu harga jual lobster air tawar

ukuran konsumsi Rp. 150.000 per kg.

11. Total produksi adalah jumlah lobster yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai

total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.

12. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya lobster air tawar ini terdiri dari

 biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun

ke-1 yaitu tahun 2007 dan biaya reinvestasi  dikeluarkan untuk peralatan-

 peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.

13. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

14.  Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan

metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.

Sedangkan untuk harga tanah diasumsikan harga beli sama dengan harga jual

 pada akhir umur proyek.

15. Dilakukan tiga skenario yaitu analisis kelayakan usaha budidaya lobster air

tawar dengan menggunakan 3 jenis pola usaha yaitu pola I adalah usaha

 pembenihan (yaitu pengusahaan lobster mulai dari pemijahan hingga benih),

 pola II adalah usaha pembesaran (yaitu pengusahaan lobster mulai dari benih

hingga ukuran konsumsi), dan pola III adalah usaha pembenihan dan

 pembesaran (yaitu pengusahaan lobster mulai dari pemijahan hingga

 pembesaran). Pola usaha II adalah usaha yang benar-benar dilakukan oleh

36

Page 55: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 55/104

  55

 perusahaan, sedangkan pola usaha I dan III adalah usaha rancangan untuk

membuat alternatif jenis pengusahaan yang lebih menguntungkan.

16. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.

17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

dan bentuk Usaha Tetap, yaitu:

•  Penghasilan ≤ Rp. 50 juta dikenakan pajak sebesar 5 persen

•  Penghasilan Rp 50-Rp 100 juta dikenakan pajak sebsar 10 persen

•  Penghasilan ≥ Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30 persen

37

Page 56: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 56/104

  56

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Profil Perusahaan

K’BLAT’S  Farm  adalah suatu usaha agribisnis di bidang pengusahaan

lobster air tawar. K’BLAT’S Farm adalah singkatan dari Keluarga Besar Lobster

Air Tawar Sukabumi yang artinya bahwa K’BLAT’S  Farm  merupakan usaha

keluarga. Hal ini disebabkan semua pengelola usaha K’BLAT’S  Farm  masih

memiliki ikatan keluarga satu sama lain. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak

Sudradji pada tanggal 29 Mei 2007 di Kp. Limusnunggal, Desa Cibentang, Kec.

Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat ini merupakan usaha sampingan dari

 pemilik. Meskipun belum berbentuk badan hukum, K’BLAT’S  Farm  sudah

memperoleh izin resmi usaha dari pemerintah daerah setempat berdasarkan Surat

Keterangan Usaha No. 500/20/2003/V/2007. K’BLAT’S  Farm  yang bergerak

dalam usaha pembesaran lobster air tawar ini masih beroperasi dalam skala kecil.

Hal ini disebabkan pemilik menggunakan modal sendiri dalam pembangunan

usahanya sehingga pemilik tidak dapat menjalankan usahanya dalam skala besar

secara langsung.

Perusahaan yang didirikan di tengah-tengah areal persawahan ini memiliki

luas 1300 m2  dan tanah yang digunakan adalah bekas sawah. Keuntungan

 pemilihan lokasi yang berada di areal persawahan adalah adanya sumber mata air

yang menyebabkan ketersediaan air untuk menjalankan usaha ini selalu terjamin.

Usaha ini didirikan dengan tujuan sebagai investasi masa depan pemilik di hari

tuanya. Bapak Sudradji mempercayakan keponakannya yang mengerti tentang

 budidaya lobster air tawar untuk mengelola usahanya dan beliau hanya bertindak

Page 57: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 57/104

  57

sebagai pemilik yang sesekali datang ke lokasi usaha untuk melakukan

 pengontrolan.

5.2  Jenis dan Perkembangan Usaha

Produk yang dihasilkan oleh K’BLAT’S  Farm  adalah lobster air tawar

ukuran konsumsi. Sejak didirikan, K’BLAT’S Farm telah memiliki 5 buah kolam

 pembesaran lobster air tawar yang semuanya telah ditebar benih lobster melalui 3

tahap. Karena tergolong perusahaan baru, maka belum ada perkembangan yang

menonjol yang terjadi pada perusahaan ini. Pemilik perusahaan berencana akan

meningkatkan produksi lobsternya dengan menambah jumlah kolam pembesaran.

Selain itu, perusahaan ini juga berencana untuk melakukan pembenihan sendiri

lobster air tawar yang menjadi bahan baku usaha pembesaran lobster air tawar.

Hal ini bertujuan untuk menghemat biaya bahan baku dan meningkatkan

 pendapatan.

39

Page 58: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 58/104

  58

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

6.1 

Aspek Pasar

Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lobster air tawar baik

dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku, juga strategi

 pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu harga,

tempat, promosi, dan distribusi.

6.1.1 

Potensi Pasar

Potensi pasar untuk lobster air tawar sangat tinggi. Tingginya potensi pasar

lobster air tawar ini terbukti dari jumlah permintaan akan lobster air tawar yang

tinggi baik dalam maupun luar negeri. Permintaan lobster air tawar ini datang dari

restoran-restoran yang menyajikan hidangan lobster dalam daftar menunya dan

rumah tangga. Namun, penawaran lobster air tawar masih sangat terbatas karena

masih sedikit orang yang menggeluti usaha budidaya lobster air tawar. Hal ini

membuat harga lobster air tawar tinggi yaitu Rp. 150.000 per kg untuk lobster air

tawar ukuran konsumsi. Harga tersebut berlaku di tingkat pengumpul, sedangkan

harga pada tingkat end user  dapat mencapai kisaran Rp. 200.000-250.000 per kg.

Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran lobster air tawar

memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar

dapat menyerap seluruh jumlah produksi lobster yang dipanen oleh perusahaan.

Kebutuhan lobster air tawar untuk memenuhi pasar Jakarta saja mencapai 2-3 ton

 per bulan, sedangkan untuk nasional diperkirakan jumlah kebutuhan lobster air

tawar antara 6-8 ton per bulan dengan restoran sebagai penyerap utamanya jika

diasumsikan bahwa 5 persen dari penduduk Indonesia mengkonsumsi lobster air

Page 59: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 59/104

  59

tawar. Dari angka tersebut dapat dilihat betapa menjanjikannya usaha budidaya

lobster air tawar ini (Cucun, 2006). Bahkan, permintaan lobster air tawar

diramalkan tidak akan surut selama masih ada konsumen yang berniat untuk

mengkonsumsinya.

6.1.2 Strategi Pemasaran

Mengenai sarana promosi, K’BLAT’S Farm belum memiliki alat atau media

khusus untuk memasarkan lobster air tawar yang diproduksinya. Sejauh ini,

K’BLAT’S Farm menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul lobster

BFC (Bintaro Fish Center). Distribusi dari perusahaan ke pengumpul dilakukan

sendiri oleh perusahaan. Lobster yang telah dipanen terlebih dahulu dimasukkan

ke dalam kotak  sterofoam dan diberi es balok serut sebagai pengawet, baru

kemudian dikirim ke pengumpul yaitu BFC (Bintaro Fish Center). Dari BFC,

lobster akan didistribusikan kepada end user  baik itu restoran maupun rumah

tangga melalui pengecer. BFC sendiri telah memasang iklan di beberapa media

cetak seperti majalah trubus. BFC juga membuka situs www.lobsterairtawar.com 

untuk memberikan informasi mengenai lobster air tawar dan pemasarannya.

Berikut adalah skema aliran pemasaran lobster air tawar yang dilakukan oleh

K’BLAT’S Farm.

Sumber: K’BLAT’S Farm 

Gambar 6. Skema Aliran Pemasaran Lobster Air Tawar K’BLAT’S Farm 

K’BLAT’S Farm

Pedagang Pengumpul

(Bintaro Fish Center)

 End User

(restoran, rumah tangga)

41

Page 60: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 60/104

  60

6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar 

Berdasarkan analisis potensi pasar lobster air tawar di atas, dapat

disimpulkan bahwa pengusahaan lobster air tawar ini layak untuk diusahakan. Hal

ini dikarenakan besarnya potensi pasar lobster air tawar jika dilihat dari sisi

 permintaan, penawaran, dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh

 jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan lobster air tawar.

Di samping itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa usaha

lobster air tawar dapat mendatangkan keuntungan.

6.2  Aspek Teknis

Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha proyek, besarnya skala

usaha proyek, jenis pemilihan mesin, proses produksi, dan ketepatan teknologi

yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 

6.2.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha K’BLAT’S  Farm  terletak di Kp. Limusnunggal, Desa

Cibentang, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Beberapa

 pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah:

1.  Ketersediaan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan oleh K’BLAT’S  Farm  adalah benih

lobster air tawar. Perusahaan membeli benih tersebut dari perusahaan

 pembenihan lobster yang terletak di daerah Pertukangan, Ciledug dengan

harga Rp 2000/ekor untuk ukuran 2 inchi dan Rp 3.500 untuk ukuran 3

inchi. Memang lokasi perusahaan pembenihan terbilang jauh dari lokasi

 proyek. Tetapi, K’BLAT’S  Farm  tidak mengalami kendala dalam hal ini

42

Page 61: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 61/104

  61

karena benih yang dibeli akan diantar ke lokasi proyek. Bahan baku lainnya

seperti pakan lobster dibeli secara bersamaan dengan benih dari perusahaan

yang sama. Bahan baku juga tidak sulit untuk diperoleh, karena penjual

 benih dan pakan selalu mempunyai persediaan yang memadai dan dapat

dipesan secara mendadak. Jadi secara keseluruhan, perusahaan tidak

menghadapi masalah yang cukup berarti mengenai ketersediaan bahan baku.

2.  Letak pasar yang dituju

K’BLAT’S Farm menjual hasil panen lobster air tawarnya kepada pedagang

 pengumpul yang bernama BFC (Bintaro Fish Center). Hal ini disebabkan

untuk menjual langsung kepada end user   seperti restoran, dibutuhkan

kontinuitas produksi yang belum dapat dilakukan oleh K’BLAT’S  Farm.

Sehingga untuk saat ini, K’BLAT’S  Farm  baru dapat menjual lobster air

tawarnya ke pedagang pengumpul dengan harga yang telah ditetapkan oleh

 pihak pedagang pengumpul yaitu Rp 150.000 per kg dengan isi 10 ekor.

BFC (Bintaro Fish Center) adalah pedagang pengumpul untuk komoditi

 perikanan khususnya lobster air tawar. Perusahaan dapat menjual seluruh

hasil panen lobsternya kepada BFC. Tidak ada batasan kuota atau jumlah

lobster yang dapat dijual dan tidak ada syarat kontinuitas produksi. Setelah

itu, BFC lah yang akan mendistribusikan lobster air tawar tersebut kepada

end user . K’BLAT’S  Farm  tidak menjual produknya ke pasar tradisional

karena sejauh ini masih sangat jarang pasar tradisional yang menjual lobster,

mungkin karena harganya yang mahal sehingga dikhawatirkan tidak

terjangkau oleh pembeli.

43

Page 62: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 62/104

  62

3.  Tenaga listrik dan air

Tenaga listrik sudah menjangkau daerah lokasi proyek. Sehingga untuk

 penggunaan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini. Sementara itu, air

sangat berlimpah di daerah lokasi proyek. Saat ini K’BLAT’S  Farm 

menggunakan air yang berasal dari sumber mata air langsung untuk

keperluan usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam masalah

ketersediaan air. Dengan menggunakan air yang langsung dari sumbernya,

K’BLAT’S Farm tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penggunaan air dan

listrik yang seyogyanya harus dikeluarkan perusahaan jika menggunakan

sumur pompa atau PAM. Selain itu, kebutuhan akan air bersih dan kaya

oksigen bagi lobster dapat terjaga karena air terus mengalir sepanjang hari.

Air yang digunakan pun tidak mengandung bahan kimia atau logam

sehingga perusahaan tidak perlu melakukan proses penyaringan air untuk

menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam.

4.  Suplai tenaga kerja

Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tenaga

kerja. Suplai tenaga kerja dapat diperoleh dari warga sekitar lokasi proyek.

Tenaga kerja sangat dibutuhkan terutama saat pembuatan kolam lobster.

Sementara itu, tenaga kerja dalam mengelola kegiatan usaha berasal dari

anggota keluarga pemilik perusahaan.

5.  Fasilitas transportasi

Lokasi proyek yang terletak di perkampungan juga telah memiliki fasilitas

 jalan aspal meskipun kondisinya agak rusak. Untuk alat transportasi tersedia

ojek dan angkutan umum (angkot). Tapi untuk menuju lokasi proyek hanya

44

Page 63: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 63/104

  63

dapat diakses dengan menggunakan ojek atau kendaraan pribadi, karena

tidak ada angkot yang beroperasi sampai ke lokasi proyek.

6.  Hukum dan peraturan yang berlaku

Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang

kegiatan usaha ini. Perusahaan juga telah mendapat izin resmi usaha dari

 pemerintah setempat berdasarkan Surat Keterangan Usaha No.

500/20/2003/V/2007 yang dikeluarkan oleh kepala desa Cibentang. Kondisi

sosial budaya masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan

usaha ini, meskipun sebagian besar mata pencaharian masyarakat sekitar

adalah petani.

7.  Iklim dan keadaan tanah

Kondisi iklim daerah Sukabumi cukup mendukung untuk dilakukan

 pengusahaan lobster air tawar. Rentang perbedaan suhu antara siang dan

malam yang tidak terlalu jauh, sangat baik untuk pertumbuhan lobster air

tawar.

8.  Sikap masyarakat

Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha lobster air

tawar ini. Masyarakat sekitar juga mulai tertarik untuk membuka usaha yang

sama. Tetapi, mereka masih takut untuk mengambil resiko karena modal

yang diperlukan dalam usaha ini cukup besar. Selain itu, mereka juga

terbatas dalam pengetahuan budidaya lobster air tawar.

9.  Rencana untuk perluasan usaha

K’BLAT’S  Farm  berencana untuk menambah jumlah kolam lobsternya.

Untuk merealisasikan harapan tersebut, tidak ada kendala yang menghambat

45

Page 64: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 64/104

  64

karena lokasi proyek bukan merupakan daerah padat sehingga masih ada

lahan yang dapat dimanfaatkan.

6.2.2 Skala Usaha

Saat ini K’BLAT’S  Farm masih beropersi dalam skala kecil. Produksinya

 baru dapat dipasarkan ke pedagang pengumpul di BFC (Bintaro Fish Club). Untuk

mencapai skala ekonomis, K’BLAT’S Farm setidaknya harus memiliki 12 kolam

agar dapat memanen lobsternya setiap bulan. Dengan demikian, perusahaan ini

akan dapat menjual langsung hasil produksinya kepada end user   yaitu restoran

atau rumah tangga dengan harga yang lebih tinggi daripada menjual ke pedagang

 pengumpul. Karena permintaan lobster air tawar masih sangat tinggi, maka

 peluang untuk meraih keuntungan besar dapat diperoleh dengan memperluas skala

usaha. Kapasitas perusahaan juga masih belum tergarap secara optimal. Hal ini

dapat dijadikan modal dalam rencana perluasan skala usaha. Dapat dikatakan

 bahwa K’BLAT’S  Farm  masih sangat berpotensi untuk meningkatkan skala

usahanya untuk mencapai skala ekonomis.

6.2.3 Proses Produksi

Proses produksi lobster air tawar pada K’BLAT’S  Farm melalui beberapa

tahap mulai dari persiapan kolam sampai panen. Berikut adalah tahapan proses

 produksi lobster air tawar:

a.  Persiapan Kolam

Pada usaha pembesaran, jenis kolam yang digunakan adalah kolam tanah.

Sebelum ditebarkan benih lobster, kolam harus disiapkan terlebih dahulu.

Persiapan kolam lobster mencakup kegiatan perawatan kolam. Kegiatan

yang dilakukan dalam persiapan kolam adalah pengeringan kolam,

46

Page 65: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 65/104

  65

 penebaran kapur, pemberian garam perikanan, pemberian batu ziolid, dan

 pengisian air. Pertama, kolam dikeringkan dan kemudian ditebarkan kapur

yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada pada kolam. Penebaran

kapur ini harus sesuai dosis yaitu 100 gram per m2. Setelah ditebar kapur,

kolam didiamkan selama 1 hari dan kemudian baru diberikan garam

 perikanan dengan dosis yang sama seperti kapur yaitu 100 gram per m2 

untuk membunuh bakteri, penyakit, dan jentik-jentik ikan. Selanjutnya,

kolam diberikan batu ziolid granul untuk menyuburkan lumpur, menetralkan

amonia, dan mengikat logam-logam berat. Dosis yang diberikan masih sama

yaitu 100 gram per m2. Kemudian, kolam diisi air dan didiamkan selama 7

hari. Lalu kolam dikuras lagi dan diisi air serta diamkan selama 3 hari dan

siap untuk dimasukkan benih. Proses persiapan kolam pembesaran dapat

dilihat pada Gambar 7.

Sumber: K’BLAT’S Farm 

Gambar 7. Proses Persiapan Kolam Pembesaran Lobster Air Tawar

 b.  Penebaran Benih

Benih ditebarkan pada kolam yang telah siap untuk ditanam. Benih yang

digunakan adalah benih lobster dengan ukuran 2-3 inchi. Penebaran lobster

Kolam Tanah Pengeringan Kolam Pemberian

Kapur

Pemberian

Garam Ikan

Penebaran Batu

Ziolid Granul

Pengisian Air I(diamkan selama

7 hari)

Pengurasan Kolam Pengisian Air II

(diamkan 3 hari)

Kolam Siap

Digunakan

47

Page 66: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 66/104

  66

dilakukan dalam 3 tahap. Jumlah benih yang ditebar disesuaikan dengan luas

kolam. Agar pertumbuhan lobster optimal, jumlah benih yang ditebar adalah

10-20 ekor per m2.

c.  Pemberian Pakan

Pemberian pakan lobster dilakukan 3 kali dalam sehari dengan proporsi 25

 persen pada pagi hari, 37,5 persen pada sore hari, dan 37,5 persen pada

malam hari. Besarnya porsi pakan yang diberikan mengikuti aturan umum

 pemberian pakan lobster yaitu 3 persen dari bobot lobster. Sedangkan jenis

 pakan yang diberikan adalah pelet udang dengan kandungan protein 45

 persen. Adapun pakan lain yang diberikan seperti keong mas dan cacing

diperoleh dari lokasi sekitar usaha secara gratis. Pakan seperti ini tidak

diberikan secara rutin melainkan diberikan pada saat-saat tertentu saja (bila

ada).

d.  Perawatan Benih

Perawatan benih yang dimaksud adalah menjaga kondisi benih dari hal-hal

yang dapat menghambat atau bahkan mengganggu pertumbuhan benih agar

dapat tumbuh optimal. Perawatan benih yang biasa dilakukan adalah

 pemberian batu ziolid seminggu sekali untuk mengurangi kadar amonia

dalam air yang dihasilkan dari urin lobster. Selain itu, perawatan benih juga

dilakukan dengan memisahkan lobster-lobster yang sakit dengan lobster-

lobster yang sehat. Hal ini bertujuan agar lobster yang sakit tidak dimangsa

oleh lobster lain.

48

Page 67: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 67/104

  67

e.  Panen

Panen dilakukan saat lobster telah berumur 5-6 bulan dengan panjang

mencapai 5-6 inchi dengan bobot sekitar 100 gram per ekor. Panen dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu cara pertama dengan menguras kolam untuk

memanen lobster dan yang kedua dengan menggunakan jaring ikan untuk

menangkap lobster. Biasanya perusahaan melakukan panen dengan cara

menguras kolam karena akan lebih mudah dalam menangkap lobster serta

memudahkan untuk persiapan kolam berikutnya.

f. Pasca Panen

Lobster yang telah dipanen siap untuk dikemas dan didistribusikan.

Pengemasan lobster dilakukan dengan menggunakan kotak sterofoam dan es

 balok serut sebagai pengawet. Kapasitas 1 kotak  sterofoam adalah 8-10 kg

lobster. Lobster yang telah dimasukkan ke dalam sterofoam kemudian diberi

es balok serut dan ditutup dengan daun pepaya baru kemudian kotak ditutup

dan dilekatkan menggunakan lakban agar sterofoam tetap tertutup rapat.

6.2.4 Hasil Analisis Aspek Teknis

Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa

 pengusahaan lobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S Farm adalah layak

untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan

usaha lobster air tawar ini. Usaha ini pun telah dilegalkan oleh pemerintah daerah

setempat melalui surat izin usaha yang dikeluarkan oleh kepala desa Cibentang.

49

Page 68: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 68/104

  68

6.3  Aspek Manajemen

Sejak didirikan pada tanggal 29 Mei 2007, K’BLAT’S  Farm  belum

mempunyai struktur organisasi formal seperti perusahaan pada umumnya.

Alasannya adalah perusahaan ini masih tergolong baru dan masih merupakan

usaha keluarga. Jadi, karena sifatnya yang kekeluargaan membuat perusahaan ini

 bergerak secara non formal tanpa struktur yang jelas. Meskipun tanpa struktur

organisasi lengkap, K’BLAT’S  Farm  memiliki pembagian tugas yang jelas.

Pemilik perusahaan bertindak sebagai pengawas jalannya kegiatan usaha.

Sementara itu, pegawainya bertugas untuk memelihara lobster, merawat kolam,

dan pemanenan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang.

Keduanya masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik perusahaan.

Kebutuhan tenaga kerja yang paling banyak adalah pada saat pembangunan

 proyek. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan kolam dan bangunan di

lokasi proyek.

Perusahaan ini cukup layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek

manajemen. Perusahaan ini memang belum memiliki struktur organisasi formal,

tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola

kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini masih baru dan skala

usahanya kecil serta merupakan usaha keluarga. Jadi, cukup wajar apabila

 perusahaan ini belum mempersiapkan struktur formal untuk sebuah organisasi

atau perusahaan.

50

Page 69: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 69/104

  69

6.4  Aspek Hukum

Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum

usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan.

6.4.1 Bentuk Badan Usaha

Sebagai perusahaan baru, K’BLAT’S  Farm  belum menentukan bentuk

 badan hukum apa yang akan digunakan. Selain karena skala usaha yang masih

kecil, hampir seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha

lobster air tawar ini berasal dari pemilik perusahaan. Berbeda dengan perusahaan

yang telah berbentuk CV atau Firma. Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal

 biasanya berjumlah lebih dari 1 orang. Jadi, pengumpulan modal usaha dilakukan

oleh beberapa orang yang sepakat untuk menjalankan usaha bersama. Perbedaan

yang paling menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik

modal. Jika pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan

modalnya serta terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu

orang yang hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegitan

usaha. Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif, semua

 pemilik modal ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha.

Dengan kata lain, K’BLAT’S  Farm  dapat digolongkan dalam usaha

 perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari 1 orang yang

 berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah

 pemilik perusahaan dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh

 perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban

 perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan.

51

Page 70: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 70/104

  70

6.4.2 Izin Usaha

Dalam menjalankan kegiatan usaha lobster air tawar, K’BLAT’S Farm telah

memperoleh izin usaha dari pemerintah setempat yaitu dari Kepala Desa

Cibentang melalui Surat Keterangan Usaha No. 500/20/2003/V/2007. Surat

tersebut menyatakan bahwa di Kp. Limusnunggal, Desa Cibentang ada kegiatan

 pengusahaan lobster air tawar dan kegiatan usaha ini dinilai tidak berdampak

negatif bagi masyarakat sekitar. 

6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 

Usaha yang dijalankan oleh K’BLAT’S  Farm  juga memberikan kontribusi

 bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan

usaha K’BLAT’S  Farm.  Selain itu, keberadaan K’BLAT’S  Farm  tidak

memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek.

Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian yang menghasilkan limbah, kegitan

usaha budidaya lobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S  Farm ini tidak

menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan

lingkungan. Beberapa warga yang memiliki sawah di sekitar lokasi proyek justru

mendapat keuntungan. Di antara mereka pernah ada yang menemukan lobster

yang kabur atau terbawa aliran air di tengah-tengah sawah mereka. K’BLAT’S

 Farm  juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.

Contohnya adalah pada saat pembangunan, dimana perusahaan membutuhkan

tenaga kerja yang cukup banyak untuk pembuatan kolam.

Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lobster

air tawar ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat

52

Page 71: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 71/104

  71

merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja

 bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.

53

Page 72: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 72/104

  72

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui

kelayakan pengusahaan lobster air tawar. Analisis kelayakan finansial yang

dilakukan pada ketiga pola usaha bertujuan untuk melihat jenis pola pengusahaan

lobster air tawar manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk

mengetahui hasil kelayakan pengusahaan lobster air tawar akan dilihat dari

kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan

 Payback Periode.

7.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I (Pembenihan)

7.1.1 Analisis Hasil Inflow

Pada usaha pembenihan lobster air tawar ini, arus penerimaan diperoleh dari

hasil penjualan benih lobster air tawar. Selain dari nilai penjualan benih,

 penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa tanah dan

 bangunan. Jumlah indukan lobster yang digunakan adalah 10 set indukan yang

terdiri dari 5 ekor betina dan 3 ekor jantan per set-nya, sehingga total jumlah

indukan yang digunakan adalah 50 ekor betina dan 30 ekor jantan. Proses

 pemijahan atau perkawinan antara induk betina dan jantan dilakukan secara masal

dalam kolam pemijahan yang terbuat dari kolam plastik berukuran 168 cm x 46

cm. Satu buah kolam pemijahan dapat memuat 2 set indukan sehingga untuk

melakukan proses pemijahan diperlukan 5 buah kolam plastik. Tiap induk betina

dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian (SR) telur menjadi

 benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap produksi

didapatkan 10.000 butir telur dengan jumlah benih hidup sebanyak 8.500 ekor.

Page 73: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 73/104

  73

Induk betina yang sudah bertelur kemudian dipindahkan ke kolam

 pemeliharaan untuk menunggu telur-telurnya menetas dan mencegah agar telur-

telur tersebut tidak dimakan oleh induk jantan. Setelah semua telur-telurnya

menetas, induk betina kemudian dipindahkan ke akuarium pemeliharaan induk,

dimana induk betina dan induk jantan dipisahkan dalam akuarium yang berbeda.

Benih-benih yang baru menetas dibesarkan dalam kolam pemeliharaan hingga

 berukuran 2 inchi selama 2 bulan. Harga jual benih ukuran 2 inchi adalah Rp

2.000 per ekor. Indukan dapat dibuahi 3 kali dalam setahun dan masa produktif

indukan adalah 5 tahun.

Produksi benih pada tahun pertama adalah 17.000 ekor yang diperoleh dari

hasil produksi sebanyak 2 kali dimana tiap produksi menghasilkan 8.500 ekor

 benih. Untuk tahun kedua sampai tahun ke-10, total produksi benih sebanyak

25.500 ekor yang dihasilkan dari 3 kali periode produksi dengan jumlah produksi

tiap periode adalah 8.500 ekor benih. Jumlah produksi per tahun dan nilai

 penjualan benih lobster air tawar disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih Lobster Air Tawar

Tahun Ke Jumlah Produksi(ekor)

Harga Satuan(Rp/ekor)

Nilai (Rp)

1 17.000 2.000 34.000.0002 25.500 2.000 51.000.0003 25.500 2.000 51.000.0004 25.500 2.000 51.000.0005 25.500 2.000 51.000.0006 25.500 2.000 51.000.0007 25.500 2.000 51.000.0008 25.500 2.000 51.000.000

9 25.500 2.000 51.000.00010 25.500 2.000 51.000.000

Total 238.000 493.000.000

Setelah indukan tidak produktif lagi, maka indukan dapat dijual dengan

harga jual menggunakan harga jual lobster ukuran konsumsi yaitu Rp 150.000/kg.

55

Page 74: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 74/104

  74

Bobot indukan diasumsikan sesuai dengan bobot lobster untuk konsumsi yaitu

100 gram/ekor. Jumlah indukan lobster yang digunakan adalah 10 set dengan total

50 ekor induk betina dan 30 ekor induk jantan. Karena diasumsikan bobot

indukan setara dengan lobster konsumsi yaitu 100 gram/ekor, maka dari indukan

afkir didapatkan 8 kg lobster (1 kg terdiri dari 10 ekor lobster). Sehingga jumlah

 penerimaan tambahan dari penjualan indukan afkir adalah Rp 1.200.000 (8 kg x

Rp 150.000/kg) dan selama umur proyek diperoleh 2 kali penerimaan tambahan

dari hasil penjualan indukan afkir ini yaitu pada tahun ke-5 dan ke-10.

Selain dari penjualan benih, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai

sisa ( salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang

tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir

umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi

 pada usaha pembenihan lobster air tawar ini yang tidak habis terpakai antara lain

lahan dan bangunan. Untuk menghitung nilai sisa lahan, diasumsikan bahwa nilai

 beli sama dengan nilai jual. Sementara nilai sisa bangunan dihitung dengan

mengurangi nilai beli dengan penyusutannya per tahun selama umur proyek. Nilai

sisa pada pola usaha I dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha I

No Uraian Nilai (Rp) Umur

Ekonomis

(tahun)

Penyusutan

Per Tahun

Sisa (Rp)

1. Lahan 21.200.000 - - 21.200.0002. Bangunan 10.000.000 15 666.666,67 3.333.333,33

Total 24.533.333,33

56

Page 75: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 75/104

  75

7.1.2 Analisis Hasil Outflow

Arus pengeluaran pada pola usaha I terdiri dari pengeluaran untuk biaya

investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek yang terdiri dari:

1.  Lahan digunakan untuk mendirikan bangunan dan kolam pemeliharaan benih.

Lahan tersebut dibeli seharga Rp 21.200.000

2.  Bangunan sebagai kantor sekaligus tempat tinggal bagi pengelola agar dapat

terus mengontrol keadaan lobster.

3.  Indukan sebagai bahan baku dalam usaha pembenihan untuk menghasilkan

telur. Jumlah indukan yang digunakan adalah 10 set (1 set terdiri dari 5 betina

dan 3 jantan) dengan umur produktif indukan adalah 5 tahun.

4.  Kolam pemijahan adalah kolam untuk melakukan perkawinan massal indukan

lobster. Kolam pemijahan ini terbuat dari plastik karena lebih murah dan

mudah digunakan.

5.  Kolam pemeliharaan merupakan kolam untuk memelihara benih lobster yang

 baru menetas hingga benih berumur bulan.

6.  Akuarium digunakan sebagai wadah pemeliharaan indukan lobster setelah

dilakukan perkawinan. Pemeliharaan induk lobster jantan dan betina dilakukan

secara terpisah pada akuarium yang berbeda.

7.  Aerator sebagai penyuplai oksigen di kolam pemijahan dan akuarium.

8.  Selang aerator digunakan untuk menyalurkan oksigen dari aerator ke dalam

kolam dan akuarium.

9.  Pipa paralon digunakan sebagai tempat persembunyian induk lobster betina

saat menggendong telur.

57

Page 76: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 76/104

  76

10. Jaring atau serokan digunakan untuk menangkap benih lobster dari kolam

 pemeliharaan.

11. Timbangan kecil digunakan untuk menimbang berat lobster.

12. Balas lampu dan lampu neon digunakan sebagai alat penerangan pada malam

hari di sekitar kolam.

13. Bambu digunakan sebagai pagar yang membatasi areal proyek dengan lahan

warga.

Rincian Biaya investasi pada pola usaha I ini terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Investasi Pada Pola Usaha I

No Uraian Jumlah(buah)

Panjang(m)/

Luas

(m2)

HargaSatuan

(Rp)

Nilai (Rp) UmurEkono-

mis

(tahun)1. Lahan - 1300 m2  16.307,69 21.200.000 -2. Bangunan 1 35m2  285.714,28 10.000.000 153. Indukan (set) 10 - 750.000 7.500.000 54. Kolam

Pemijahan5 168 cm x

46 cm200.000 1.000.000 5

5. KolamPemeliharaan

5 70 m2  5.000.000 25.000.000 10

6. Akuarium 8 1 m x 0,5m x 0,5

m

175.000 1.400.000 10

7. Aerator 10 - 170.000 1.700.000 58. Selang

Aerator- 50 m 2.000 100.000 5

9. Pipa Paralon 80 @ 20 cm 1.250 100.000 510. Jaringan/Sero

kan3 - 15.000 45.000 5

11. TimbanganKecil

1 - 45.000 45.000 10

12. Balas Lampu 1 - 25.000 25.000 513. Lampu 1 - 10.000 10.000 214. Bambu untuk

 pagar50 - 10.000 500.000 10

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi  yang dikeluarkan oleh

 perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur

ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya

58

Page 77: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 77/104

  77

 beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Biaya

reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:

Tabel 6. Biaya Reinvestasi  Pada Pola Usaha I

No Uraian UmurEkonomis

(tahun)

Jumlah(buah)/

Panjang (m)

HargaSatuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1. Indukan (set) 5 10 750.000 7.500.0002. Kolam Pemijahan 4 5 200.000 1.000.0003. Aerator 5 10 170.000 1.700.0004. Selang Aerator 5 50 2.000 100.0005. Pipa Paralon 5 80 1.250 100.0006. Jaringan/Serokan 5 3 15.000 45.0007. Balas Lampu 5 1 25.000 25.0008. Lampu 2 1 10.000 10.000

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

 produksi lobster air tawar. Biaya operasional pada pola usaha I ini terdiri atas

 biaya pakan, listrik,  sterofoam, dan transportasi. Jumlah pakan (pelet) yang

digunakan pada usaha pembenihan dalam 1 periode produksi (4 bulan) adalah 25

kg dengan harga beli adalah Rp 20.000/kg. Sedangkan biaya listrik untuk daya

110 kwh dikenakan tagihan rata-rata Rp. 100.000/bulan. Biaya operasional lain

yang dikeluarkan adalah biaya pembelian  sterofoam dan transportasi. Satu buah

 sterofoam dapat memuat ± 240 ekor benih sehingga untuk mengemas 8.500 ekor

 benih diperlukan 35 buah  sterofoam. Biaya transportasi dikeluarkan untuk

mengantarkan hasil produksi ke tempat penjualan benih. Secara ringkas biaya

operasional pada pola usaha I dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 4 bulan) 

No Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)1. Pakan (kg) 25 20.000 500.0002. Listrik (kwh) 110 100.000 400.0003. Sterofoam (buah) 35 35.000 1.225.0004. Transportasi - - 300.000

59

Page 78: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 78/104

  78

Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan

 biaya tetap yang terdiri dari biaya perawatan kolam dan gaji pegawai. Biaya

 perawatan kolam dikeluarkan sebanyak 2 kali tiap periode produksi. Perawatan

kolam yang dilakukan adalah pemberian garam ikan untuk membunuh jentik-

 jentik nyamuk maupun bakteri lain. Dosis pemberian garam ikan adalah 100

gram/m2 dan harga garam ikan hádala Rp 10.000/kg. Jadi biaya yang dikeluarkan

untuk setiap perawatan kolam adalah Rp. 350.000. Biaya tetap lain adalah gaji

 pegawai sebesar Rp 800.000/bulan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya Tetap Pada Pola Usaha I

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)1. Perawatan Kolam 2 kali/produksi 700.0002. Gaji Pegawai 2 orang 1.600.000

7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR,

dan Payback Periode. Pada pola usaha I, diperoleh hasil analisis finansial sebagai

 berikut. 

Tabel 9. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I

Kriteria Hasil

 Net Present Value (NPV) 73.792.135et Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 3,47

 Internal Rate Return (IRR) 33 %

 Payback Periode (PBP) 4,04

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembenihan

lobster air tawar ini memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 73.792.135 yang

artinya bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini layak untuk dijalankan.

 NPV sama dengan Rp 73.792.135 juga menunjukkan manfaat bersih yang

60

Page 79: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 79/104

  79

diterima dari usaha pembenihan lobster air tawar selama umur proyek terhadap

tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah

 Net B/C, pada pola usaha I ini diperoleh nilai Net B/C > 0 yaitu sebesar 3,47 yang

menyatakan bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini layak dijalankan. Nilai

 Net B/C sama dengan 3,47 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur

 proyek menghasilkan Rp 3,47 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari

analisis finansial pola usaha I adalah 33 persen dimana IRR tersebut lebih besar

dari discount factor yang berlaku yaitu 8,25 persen. Nilai IRR tersebut

menunjukkan tingkat pegembalian internal proyek sebesar 33 persen dan karena

IRR > 8,25 persen, maka usaha ini layak dan menguntungkan.. Pola usaha

 pembenihan lobster air tawar ini memiliki periode pengembalian biaya investasi

selama 4,04 tahun.

7.1.4 Analisis Switching Value 

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

( switching value)  sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil

 switching value pada pola usaha I adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha I

Perubahan Persentase

(%)

NPV Net

B/C

IRR  Payback

 PeriodePenurunan Produksi 23,8 % 8.275 1,56 8 % 7,96Kenaikan Harga Pakan 774,95 % 803 1,55 8 % 8,52Penurunan Harga Jual 23,8 % 8.275 1,56 8 % 7,96

Dari hasil analisis switching value diatas dapat dilihat bahwa batas maksimal

 perubahan terhadap penurunan produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan

harga jual masing-masing adalah 23,8 persen, 774,95 persen, dan 23,8 persen.

Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha pembenihan

61

Page 80: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 80/104

  80

lobster air tawar ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Besarnya

 penurunan produksi dan harga jual sebesar 23,8 persen menunjukkan bahwa usaha

 pembenihan lobster air tawar ini masih layak apabila penurunan yang terjadi

terhadap produksi dan harga jual tidak lebih besar dari 23,8 persen. Sementara itu,

 besarnya kenaikan harga pakan yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi

usaha pembenihan lobster air tawar adalah 774,95 persen. Ini berarti bahwa

kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap kelangsungan

usaha.

Berdasarkan hasil analisis  switching value  terhadap pola usaha I dapat

disimpulkan bahwa produksi dan harga jual merupakan hal yang sangat

 berpengaruh terhadap kelayakan usaha, sedangkan harga pakan tidak terlalu

 berpengaruh karena penggunaan pakan tidak terlalu besar dan harganya pun relatif

murah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat

mengubah tingkat kelayakan usaha pembenihan lobster air tawar.

7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

7.2.1 Analisis Hasil Inflow

Arus penerimaan pada pola usaha II yaitu usaha pembesaran lobster air

tawar diperoleh dari penjualan lobster ukuran konsumsi. Selain itu, penerimaan

 juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa lahan, dan bangunan.

Pada usaha pembesaran ini, total jumlah benih yang ditebar adalah 3.545 ekor

yang dilakukan melalui 3 tahap. Dengan adanya selang penebaran benih pada tiap

kolam menyebabkan masa panen yang tidak bersamaan. Lama masa pembesaran

lobster hingga ukuran konsumsi dengan panjang 6 inchi dan bobot 100 gram/ekor

62

Page 81: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 81/104

  81

adalah 6 bulan. Jadi dalam 1 tahun, perusahaan melakukan 6 kali panen dimana

tiap tahap panen 2 kali dalam setahun. Tingkat kematian (SR) benih hingga

menjadi lobster konsumsi adalah 25%. Dengan demikian jumlah lobster yang

dapat dipanen hanya 75% dari total benih yang ditebar. Harga jual lobster ukuran

konsumsi pada tingkat pengumpul adalah Rp 150.000/kg dengan isi 10 ekor/kg.

Pada tahun pertama, jumlah produksi lobster air tawar sebanyak 2.659 ekor

atau 75 persen dari 3.545 ekor (jumlah benih yang ditebar), dengan berat total

sebesar 265,9 kg (1 kg terdiri dari 10 ekor lobster). Pada tahun kedua sampai

dengan tahun ke-10 produksi lobster adalah 5.318 ekor atau 2 kali produksi pada

tahun pertama. Hal ini disebabkan pada tahun pertama terdapat proses persiapan

 proyek sehingga produksi belum terlaksana secara penuh, sedangkan pada tahun

kedua hingga tahun ke-10 produksi sudah dapat dijalankan dengan penuh artinya

dalam setahun dilakukan 2 kali periode produksi. Berikut adalah Tabel penjualan

lobster air tawar ukuran konsumsi mulai tahun ke-1 hingga tahun ke-10.

Tabel 11. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Lobster Air Tawar

Konsumsi

Tahun

Ke

Jumlah

Produksi

(ekor)

Bobot (kg) Harga Satuan

(Rp/kg)

Nilai (Rp)

1 2.659 265,9 150.000 39.885.0002 5.318 531,8 150.000 79.770.0003 5.318 531,8 150.000 79.770.0004 5.318 531,8 150.000 79.770.0005 5.318 531,8 150.000 79.770.0006 5.318 531,8 150.000 79.770.0007 5.318 531,8 150.000 79.770.0008 5.318 531,8 150.000 79.770.000

9 5.318 531,8 150.000 79.770.00010 5.318 531,8 150.000 79.770.000Total 4.875,75 757.815.000

Penerimaan pada pola usaha pembesaran lobster air tawar juga diperoleh

dari nilai sisa ( salvage value) biaya investasi yang tidak habis pakai hingga akhir

63

Page 82: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 82/104

  82

umur proyek. nilai sisa tersebut didapat dari lahan dan bangunan. Diasumsikan

nilai jual lahan sama dengan nilai belinya, sedangkan nilai sisa bangunan

diperoleh dengan menyusutkannya dari nilai bangunan dan umur ekonomis

 bangunan tersebut. Nilai sisa pada pola usaha II disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha II

No Uraian Nilai (Rp) Umur

Ekonomis

(tahun)

Penyusutan

Per Tahun

Sisa (Rp)

1. Lahan 21.200.000 - - 21.200.0002. Bangunan 10.000.000 15 666.666,67 3.333.333,33

Total 24.533.333,33

7.2.2 Analisis Hasil Outflow

Arus pengeluaran pada pola usaha II terdiri dari pengeluaran untuk biaya

investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Biaya investasi pada pola usaha II

terdiri dari:

1.  Lahan yang digunakan sebagai tempat mendirikan bangunan dan kolam.

2.  Bangunan digunakan sebagai kantor sekaligus tempat tinggal bagi pengelola

usaha.

3.  Kolam digunakan untuk melakukan proses produksi yaitu pembesaran lobster

air tawar. Kolam yang digunakan adalah kolam tanah sebanyak 5 buah dengan

luas masing-masing 70 m2.

4.   Naungan Kolam yang digunakan adalah paranet. Naungan kolam ini berfungsi

untuk mengurangi jumlah cahaya matahari yang jatuh ke atas kolam.

5.   Naungan lobster digunakan sebagai tempat bersembunyi lobster di dalam

kolam. Bahan yang digunakan sebagai naungan lobster adalah genteng.

64

Page 83: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 83/104

  83

6.  Pompa air digunakan untuk menyedot air dari kolam pada saat pengurasan

kolam.

7.  Bak digunakan untuk penampungan sementara lobster yang sedang dipanen

sebelum dikemas di dalam sterofoam.

8.  Jaring Ikan atau serokan digunakan untuk menangkap lobster

9.  Timbangan besar digunakan untuk menimbang berat lobster keseluruhan saat

 panen.

10. Timbangan kecil untuk menimbang bobot 1 ekor lobster.

11. Balas lampu dan lampu neon sebagai penerangan pada malam hari di sekitar

kolam.

12. Aerator digunakan sebagai penghasil oksigen tambahan ke dalam kolam.

13. Selang aerator sebagai penyalur oksigen dari aerator ke dalam kolam.

14. Selang pompa air untuk menyalurkan air dari kolam keluar.

15. Bambu untuk pagar sebagai pembatas areal usaha dengan lahan di luar areal

usaha.

Tabel 13 menyajikan daftar biaya investasi pada pola usaha II.

65

Page 84: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 84/104

  84

Tabel 13. Biaya Investasi Pada Pola Usaha II

No Uraian Jumlah

(buah)

Panjan

g

(m)/

Luas

(m

2

)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp) Umur

Ekono

-mis

(th)

1. Lahan (m2) - 1.300m2 

16.307,69 21.200.000 -

2. Bangunan 1 35 m2  285.714,28 10.000.000 15

3. Kolam 5 70 m 5.000.000 25.000.000 10

4. Naungan Kolam - 35 m 4.857,14 170.000 5

5. Naungan Lobster 1772 - 500 886.000 2

6. Pompa Air 1 - 350.000 350.000 5

7. Bak 7 - 12.000 84.000 10

8. JaringIkan/Serokan

3 - 15.000 45.000 5

9. Timbangan Besar 1 - 110.000 110.000 10

10. Timbangan Kecil 1 - 45.000 45.000 1011. Balas Lampu Neon 1 - 25.000 25.000 5

12. Lampu Neon 1 - 9.000 9.000 2

13. Selang Aerator - 50 m 2.000 100.000 5

14. Selang Pompa Air - 4 m 15.000 60.000 5

15. Aerator 1 - 170.000 170.000 5

16. Bambu untuk pagar

50 - 10.000 500.000 10

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi  yang dikeluarkan oleh

 perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur

ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya

 beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek seperti

naungan kolam, naungan lobster, pompa air, jaring ikan atau serokan, balas

lampu, lampu neon, selang aerator, selang pompa air, dan aerator. Biaya

reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 14.

66

Page 85: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 85/104

  85

Tabel 14. Biaya Reinvestasi  Pada Pola Usaha II

No Uraian Umur

Ekonomis

(tahun)

Jumlah

(buah)/

Panjang (m)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1. Naungan Kolam 5 35 4.857,14 170.000

2. Naungan Lobster 2 1772 500 886.0003. Pompa Air 5 1 350.000 350.000

4. JaringIkan/Serokan

5 3 15.000 45.000

5. Balas Lampu 5 1 25.000 25.000

6. Lampu Neon 2 1 9.000 9.000

7. Selang Aerator 5 50 2.000 100.000

8. Selang Pompa Air 5 4 15.000 60.000

9. Aerator 5 1 170.000 170.000

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

 produksi lobster air tawar. Biaya operasional pada usaha pembesaran lobster air

tawar terdiri atas biaya benih, pakan, listrik, sterofoam, es balok, transportasi, dan

 batu ziolid. Benih lobster yang digunakan adalah benih dengan ukuran 2-3 inchi

dengan harga satuan Rp. 2.000/ekor untuk ukuran 2 inchi dan Rp 3.500/ekor

untuk ukuran 3 inchi. Jumlah pakan yang digunakan untuk tiap periode produksi

adalah 75 kg dengan harga beli Rp 20.000/kg. Dalam menunjang kegiatan

 produksi digunakan listrik dengan daya 110 kwh dan dikenakan tarif rata-rata per

 bulan Rp 100.000. Biaya lain yang dikeluarkan adalah sterofoam untuk mengemas

hasil produksi. Sebuah  sterofoam  memiliki kapasitas 10 kg lobster air tawar

ukuran konsumsi. Jadi kebutuhan total sterofoam untuk tiap kali panen adalah 27

 buah untuk menampung 265,9 kg lobster dengan harga beli Rp 35.000/buah.

Selain  sterofoam, diperlukan juga es balok serut saat mengemas lobster.

Tujuannya adalah untuk mengurangi aktivitas lobster selama perjalanan. Satu

 buah es balok dapat digunakan untuk 3 buah sterofoam sehingga jumlah es balok

yang dipakai pada tiap kali panen adalah 9 buah. Biaya operasional lain adalah

67

Page 86: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 86/104

  86

transportasi dan batu ziolid. Transportasi digunakan untuk mengantarkan hasil

 produksi ke pedagang pengumpul di BFC sedangkan batu ziolid diberikan selama

 proses produksi dengan tujuan untuk mengurangi kadar amonia pada air.

Pemberian batu ziolid ini dilakukan seminggu sekali dengan dosis 100 gram/m2

dengan harga beli batu ziolid adalah Rp 2.500/kg. Biaya operasional pola usaha II

disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 6 bulan) 

No Uraian Jumlah Harga Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1. Benih (ekor)a. Ukuran 3 inchi

 b. Ukuran 2 inchiTotal

1.200

2.3453545 

3.500

2.000

4.200.000

4.690.0008.890.000

2. Pellet (kg) 75 20.000 1.500.0003. Listrik (kwh) 110 100.000/bln 600.0004. Sterofoam (buah) 27 35.000 945.0005. Es Balok (buah) 9 30.000 270.0006. Transportasi - - 900.000

7. Batu ziolid (kg) 840 2.500 2.100.000

Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan

 biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas biaya

 perawatan kolam dan gaji pegawai. Perawatan kolam dilakukan 1 kali dan 1

 periode produksi yaitu pada saat panen lobster. Biaya perawatan kolam digunakan

untuk pembelian garam ikan dan batu ziolid. Jumlah garam ikan yang digunakan

saat perawatan semua kolam sebanyak 35 kg (dosis penggunaan 100 gram/m2)

dengan harga beli Rp 10.000/kg dan jumlah penggunaan batu ziolid sebanyak 35

kg (dosis penggunaan 100 gram/m2) dengan harga beli Rp 2.500/kg. Biaya tetap

lainnya adalah gaji pegawai sebesar Rp 800.000/orang/bulan. Biaya tetap pada

 pola usaha II dapat dilihat pada Tabel berikut.

68

Page 87: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 87/104

  87

Tabel 16. Biaya Tetap Pada Pola Usaha II

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)

1. Perawatan Kolam (kali/bulan) 1 kali/6 bulan 437.5002. Gaji Pegawai (per bln) 2 orang 1.600.000

7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan finansial usaha pembesaran lobster air tawar dapat dilihat dari

 beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow 

 pada pola usaha ini menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II

Kriteria Hasil

 Net Present Value (NPV) 112.563.989

 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 4,22 Internal Rate Return (IRR) 41 %

 Payback Periode (PBP) 3,40

Pada pola usaha II diperoleh nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 112.563.989

sehingga usaha pembesaran lobster air tawar ini dikatakan layak. Nilai pada NPV

menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembesaran lobster air

tawar pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 4,22

dimana Net B/C > 0 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama

dengan 4,22 berarti setiap Rp 1 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek

menghasilkan Rp 4,22 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada usaha

 pembesaran lobster air tawar adalah 41 persen dan lebih besar dari discount rate

yang berlaku yaitu 8,25 persen. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan

tingkat pengembalian internal sebesar 41 persen. Sedangkan periode yang

diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 3,40 tahun.

69

Page 88: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 88/104

  88

7.2.4 Analisis Switching Value 

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

( switching value)  sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil

 switching value pada pola usaha II adalah sebagai berikut.

Tabel 18. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II

Perubahan Persentase

(%)

NPV Net

B/C

IRR  Payback

 PeriodePenurunan Produksi 23,11 % 11.664 1,55 8 % 8,16Kenaikan Harga Pakan 571,77 % 1.205 1,54 8 % 8,63Penurunan Harga Jual 23,11 % 11.664 1,55 8 % 8,16

Hasil  switching value  pada pola usaha II menunjukkan bahwa perubahan

terhadap penurunan produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual

yang masih membuat usaha ini layak adalah 23,11 persen, 571,77 persen, dan

23,11 persen. Perubahan terhadap produksi dan harga jual adalah perubahan yang

 paling berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis

 switching value, usaha pembesaran lobster air masih layak apabila besarnya

 penurunan produksi dan harga jual tidak melebihi 23,11 persen. Jika penurunan

yang terjadi lebih besar dari 23,11 persen, maka usaha pembesaran lobster air

tawar ini menjadi tidak layak.

Sementara itu, kenaikan harga pakan tidak memiliki pengaruh yang besar

terhadap kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan kenaikan

harga pakan yang mencapai 571,77 persen. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa

usaha pembesaran lobster air tawar ini sangat sensitif terhadap perubahan

 produksi dan harga jual karena dapat mengubah tingkat kelayakan usahanya.

70

Page 89: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 89/104

  89

7.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III

7.3.1 Analisis Hasil Inflow

Pada pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan pembesaran lobster air

tawar, arus pemasukan diperoleh dari penjualan benih lobster dan penjualan

lobster konsumsi. Dalam hal ini perusahaan melakukan sendiri pembenihan untuk

kemudian benih tersebut digunakan sebagai bahan baku usaha pembesaran lobster

untuk konsumsi dan sisanya dijual. Jumlah kolam yang digunakan adalah 5 buah

terbagi atas 2 buah kolam untuk pembenihan dan 3 kolam untuk pembesaran.

Dengan kapasitas kolam yang ada, pembenihan dilakukan dengan menggunakan 5

set indukan yang terdiri dari 25 induk betina dan 15 induk jantan. Tiap induk

 betina dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian (SR) telur

menjadi benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap produksi

didapatkan 5.000 butir telur dengan jumlah benih hidup sebanyak 4.250 ekor. Dari

4.200 ekor benih yang hidup tersebut sebanyak 2.100 ekor dibesarkan sampai

ukuran konsumsi dan sisanya sebanyak 2.150 ekor dijual sebagai benih.

Dalam setahun, indukan lobster dapat dibuahi sebanyak 3 kali. Sementara

 proses pembesaran hanya dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. Karena itulah ada

1 kali masa pembenihan dimana hasilnya dijual semua dalam bentuk benih.

Tingkat kematian (SR) benih hingga menjadi lobster konsumsi adalah 25% dan

ukuran lobster konsumsi yang dipanen adalah lobster yang telah mengalami masa

 pembesaran selama 6 bulan dan mencapai bobot 100 gram/ekor. Harga jual yang

digunakan untuk benih sama seperti pada pola usaha I yaitu Rp 2.000/ekor.

Demikian juga dengan harga jual lobster konsumsi yang digunakan adalah harga

 jual yang sama pada pola usaha II yaitu Rp 150.000/kg.

71

Page 90: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 90/104

  90

Pada tahun pertama, diperoleh hasil produksi benih sebanyak 8.500 ekor

yang dihasilkan dari 2 kali proses pembenihan. Sebanyak 2.100 ekor benih

dibesarkan di kolam pembesaran, sedangkan 6.400 ekor lainnya dijual. Sedangkan

 produksi lobster konsumsi pada tahun pertama menghasilkan 1575 ekor (75% dari

2.100 ekor yang ditebar) atau setara dengan 157,5 kg lobster dimana benih

awalnya diperoleh dengan cara membeli dan pada proses pembesaran kedua baru

menggunakan benih hasil usaha pembenihan sendiri. Pada tahun kedua sampai

dengan tahun ke-10 jumlah produksi benih adalah 12.750 ekor dan yang

digunakan untuk proses pembesaran sebanyak 4.200 ekor untuk 2 kali proses

 pembesaran. Sementara jumlah produksi lobster konsumsi sebanyak 3150 ekor

(75% dari 4.200 benih yang digunakan) atau 315 kg. Tabel 19 adalah tabel yang

memaparkan penjualan benih lobster dan lobster air tawar ukuran konsumsi.

Tabel 19. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih dan Lobster Konsumsi

Th

Ke

Produksi

Benih

(ekor)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp) Lobster

Konsumsi

(Kg)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1. 6.400 2.000 12.800.000 157,5 150.000 23.625.0002. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0003. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0004. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0005. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0006. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0007. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0008. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.0009. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.00010. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000

Total 166.700.000 Total 448.875.000

Selain dari penjualan benih dan lobster konsumsi, tambahan penerimaan

 pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster ini juga diperoleh dari penjualan

indukan afkir yaitu indukan yang sudah tidak produktif lagi. Umur produktif

indukan adalah 5 tahun sehingga perusahaan harus mengganti indukan dengan

72

Page 91: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 91/104

  91

yang baru setelah umur produktifnya habis. Indukan afkir dijual dengan

menggunakan standar harga penjualan lobster konsumsi yaitu Rp 150.000/kg.

Diasumsikan berat 1 ekor indukan adalah 100 gram sehingga 5 set indukan (terdiri

dari 25 induk betina dan 15 induk jantan) dapat dijual dengan berat 4 kg. Berikut

adalah tabel penjualan indukan afkir pada pola usaha III.

Tabel 20. Nilai Penjualan Indukan Afkir

Tahun

Ke

Jumlah Indukan Afkir

(ekor)

Berat (kg) Harga Jual/kg Nilai (Rp)

5 40 4 Rp 150.000 600.00010 40 4 Rp 150.000 600.000

Sumber penerimaan lain adalah nilai sisa dari biaya investasi yang tidak

habis pakai pada akhir umur proyek. Nilai sisa tersebut berasal dari lahan dan

 bangunan. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan harga beli lahan, sedangkan

nilai sisa bangunan diperoleh dari hasil penyusutan biaya investasi awal dengan

umur ekonomisnya. Berikut adalah Tabel nilai sisa pada pola usaha III.

Tabel 21. Nilai Sisa Pada Pola Usaha III

No Uraian Nilai (Rp) Umur

Ekonomis(tahun)

Penyusutan

Per Tahun

Sisa (Rp)

1. Lahan 21.200.000 - - 21.200.0002. Bangunan 10.000.000 15 666.666,67 3.333.333,33

Total 24.533.333,33

7.3.2 Analisis Hasil Outflow

Arus pengeluaran pada pola usaha III terdiri atas biaya investasi, biaya

operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi pola usaha III terdiri atas:

1.  Lahan sebagai tempat pelaksanaan usaha yaitu tempat mendirikan bangunan

dan kolam pemeliharaan.

2.  Bangunan sebagai kantor juga tempat tinggal pengelola usaha agar dapat terus

mengontrol kondisi lobster.

73

Page 92: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 92/104

  92

3.  Indukan sebagai input pada usaha pembenihan. Jumlah indukan yang

digunakan pada pola usaha III ini sebanyak 5 set (25 induk betina dan 15

induk jantan)

4.  Benih lobster digunakan sebagai input pada usaha pembesaran di tahun

 pertama saat usaha pembenihan belum berjalan. Pada saat usaha pembenihan

sudah berjalan maka benih tidak lagi dibeli melainkan menggunakan hasil dari

 pembenihan.

5.  Kolam pemijahan digunakan untuk mengawinkan indukan lobster. Kolam

 pemijahan ini terbuat dari plastik karena lebih murah dan mudah digunakan.

6.  Kolam pemeliharaan digunakan untuk pemeliharaan benih setelah menetas

dan pembesaran benih hingga ukuran konsumsi. Jumlah kolam pemeliharaan

sebanyak 5 buah dimana 2 buah digunakan untuk pemeliharaan benih dan 3

 buah digunakan untuk pembesaran lobster.

7.  Akuarium digunakan untuk pemeliharaan induk setelah proses pemijahan

(perkawinan).

8.  Aerator sebagai penyuplai oksigen tambahan

9.  Selang aerator untuk menyalurkan oksigen dari aerator ke kolam dan

akuarium)

10. Pipa paralon sebagai tempat persembunyian induk lobster betina saat

menggendong telur.

11. Jaring ikan atau serokan digunakan untuk menangkap lobster.

12. Timbangan kecil dan timbangan besar. Timbangan kecil digunakan untuk

mengukur bobot tiap lobster sedangkan timbangan besar untuk menimbang

hasil panen secara keseluruhan.

74

Page 93: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 93/104

  93

13. Balas lampu dan lampu neon sebagai penerangan lokasi usaha di malam hari.

14. Bambu untuk pagar sebagai pembatas antara lokasi usaha dengan areal sekitar

lokasi usaha.

15. Pompa air digunakan untuk menyedot air dari kolam saat dilakukan

 pengurasan kolam.

16. Selang pompa air untuk menyalurkan air dari kolam keluar kolam.

17.  Naungan Kolam digunakan untuk menghalangi sinar matahari jatuh secara

langsung ke kolam.

18.  Naungan lobster digunakan sebagai tempat persembunyian lobster di dasar

kolam. Bahan yang digunakan sebagai naungan lobster adalah genteng.

Biaya investasi pada pola usaha ini terdapat pada Tabel 22.

75

Page 94: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 94/104

  94

Tabel 22. Biaya Investasi Pada Pola Usaha III

No Uraian Jumlah

(buah)

Panjang

(m)/

Luas

(m2)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp) Umur

Ekono-

mis

(tahun)

1. Lahan - 1300 m 16.307,69 21.200.000 -2. Bangunan 1 35 m2  285.714,28 10.000.000 153. Indukan (set) 5 - 750.000 3.750.000 54. Benih Lobster

(ekor)2.100 - 2.000 4.200.000 6 bln

5. KolamPemijahan

3 168 cm x46 cm

200.000 600.000 5

6. KolamPemeliharaan

5 70 m2  5.000.000 25.000.000 15

7. Akuarium 4 1 m x 0,5m x 0,5

m

175.000 700.000 10

8. Aerator 7 - 170.000 1.190.000 5

9. Selang Aerator - 50 m 2.000 100.000 510. Pipa Paralon 40 @ 20 cm 1.250 50.000 511. Jaringan/Serok 

an3 - 15.000 45.000 5

12. TimbanganKecil

1 - 45.000 45.000 10

13. TimbanganBesar

1 - 110.000 110.000 10

14. Balas Lampu 1 - 25.000 25.000 515. Lampu 1 - 10.000 10.000 216. Bambu untuk

 pagar50 - 10.000 500.000 10

17. Pompa Air 1 - 350.000 350.000 5

18. Selang PompaAir

- 4 m 15.000 60.000 5

19. NaunganKolam

- 35 m 4.857,14 170.000 5

20. NaunganLobster

1.050 - 500 525.000 2

Pada biaya investasi diatas, terdapat beberapa biaya yang memiliki umur

ekonomis lebih cepat daripada umur proyek. Komponen biaya tersebut harus

mengalami reinvestasi untuk menjaga kelangsungan produksi. Biaya reinvestasi 

 pada pola usaha ini terdiri atas:

76

Page 95: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 95/104

  95

Tabel 23. Biaya Reinvestasi  Pada Pola Usaha III

No Uraian Umur

Ekonomis

(tahun)

Jumlah

(buah)/

Panjang

(m)

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai (Rp)

1. Indukan (set) 5 5 750.000 3.750.0002. Kolam Pemijahan 4 3 200.000 600.0003. Aerator 5 7 170.000 1.190.0004. Selang Aerator 5 50 2.000 100.0005. Pipa Paralon 5 40 1.250 50.0006. Jaringan/Serokan 5 3 15.000 45.0007. Balas Lampu 5 1 25.000 25.0008. Lampu 2 1 10.000 10.0009. Naungan Kolam 5 35 4.857,14 170.00010. Naungan Lobster 2 1.050 500 525.00011. Pompa Air 5 1 350.000 350.00012. Selang Pompa Air 5 4 15.000 60.000

Komponen biaya lain yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya

operasional. Biaya-biaya ini dikeluarkan selama proses produksi dilaksanakan.

Biaya operasional pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar

terdiri atas biaya pakan, listrik,  sterofoam, es balok, transportasi, dan batu ziolid.

Jumlah pakan yang digunakan selama setahun adalah 127,5 kg dengan pembagian

37,5 kg untuk pakan pembenihan dan 90 kg untuk pakan pembesaran dimana

harga beli pakan sebesar Rp 20.000/kg. Kegiatan produksi juga menggunakan

listrik dengan daya 110 kwh dan dikenakan tarif rata-rata per bulan Rp 100.000.

Biaya lain yang dikeluarkan adalah  sterofoam  untuk mengemas hasil produksi.

Sebuah sterofoam memiliki kapasitas ± 240 ekor untuk benih dan 10 kg lobster air

tawar ukuran konsumsi. Jadi kebutuhan total sterofoam untuk tiap tahun adalah 68

 buah dengan rincian 36 buah untuk mengemas benih dan 32 buah untuk

mengemas lobster konsumsi. Harga beli sterofoam adalah Rp 35.000/buah. Selain

 sterofoam, diperlukan juga es balok serut khusus pada saat mengemas lobster

konsumsi. Tujuannya adalah untuk mengurangi aktivitas lobster selama

77

Page 96: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 96/104

  96

 perjalanan. Satu buah es balok dapat digunakan untuk 3 buah sterofoam sehingga

 jumlah es balok yang dipakai pada tiap kali panen adalah 10 buah. Biaya

operasional lain adalah transportasi dan batu ziolid. Transportasi digunakan untuk

mengantarkan hasil produksi ke pedagang pengumpul di BFC sedangkan batu

ziolid diberikan selama proses produksi dengan tujuan untuk mengurangi kadar

amonia pada air. Pemberian batu ziolid ini dilakukan seminggu sekali dengan

dosis 100 gram/m2. Biaya operasional pada pola usaha ini terdapat pada Tabel

 berikut.

Tabel 24. Biaya Operasional Tiap Produksi (per tahun)

No Uraian Jumlah Harga Satuan(Rp)

Nilai (Rp)

1. Pakan (kg) 127,5 20.000 2.550.0002. Listrik (kwh) 110 100.000/bln 1.200.0003. Sterofoam (buah) 68 35.000 2.380.0004. Es Balok 10 30.000 300.0005. Transportasi 5 300.000 1.500.0006. Batu Ziolid 1.008 2.500 2.520.000

Selain biaya investasi dan biaya operasional, ada juga biaya tetap yang

dikeluarkan perusahaan. Biaya tetap terdiri dari biaya perawatan kolam dan gaji

 pegawai. Perawatan kolam pada pola usaha pembenihan dan pembesaran lobster

dilakukan sebanyak 8 kali selama satu tahun. Perawatan kolam terdiri dari

 pemberian garam ikan dan batu ziolid. Dosis pemberian garam ikan dan batu

diolid masing-masing 100 gram/m2  dengan harga baeli garam ikan adalah Rp

10.000/kg dan batu ziolid Rp 2.500/kg. Jumlah tenaga kerja yang digunakan

sebanyak 2 orang karena usaha budidaya lobster air tawar ini memang tidak

membutuhkan banyak tenaga kerja meskipun jenis pekerjaannya bertambah.

Biaya tetap pada pola usaha III ini dapat dilihat pada Tabel 25.

78

Page 97: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 97/104

  97

Tabel 25. Biaya Tetap

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)

1. Perawatan Kolam (kali/tahun) 8 kali/th 1.365.0002. Gaji Pegawai (per bln) 2 orang 1.600.000

7.3.3 Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan finansial usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar

dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan  Payback

 Periode. Hasil cashflow pada pola usaha ini menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 26. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha III

Kriteria Hasil

 Net Present Value (NPV) 138.280.330

 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 5,14 Internal Rate Return (IRR) 52 %

 Payback Periode (PBP) 2,79

Pada pola usaha II diperoleh nilai NPV>0 yaitu sebesar 138.280.330

sehingga usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini dikatakan layak.

 Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha

 pembesaran lobster air tawar pada discount rate  yang berlaku. Sedangkan hasil

 Net B/C diperoleh 5,14 dimana Net B/C > 0 sehingga usaha ini layak untuk

dijalankan. Net B/C sama dengan 5,14 berarti setiap Rp 1 biaya yang telah

dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 5,14 manfaat bersih. IRR yang

diperoleh pada usaha pembesaran lobster air tawar adalah 52 persen dan lebih

 besar dari discount rate yang berlaku yaitu 8,25 persen. Ini berarti usaha layak

untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 41 persen.

Sedangkan peroide yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi

adalah 2,79 tahun.

79

Page 98: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 98/104

  98

7.3.4 Analisis Switching Value 

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

( switching value)  sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil

 switching value pada pola usaha III adalah sebagai berikut.

Tabel 27. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha III

Perubahan Persentase

(%)

NPV Net

B/C

IRR  Payback

 PeriodePenurunan Produksi 34,87 % 25.885 1,55 8 % 7,68Kenaikan Harga Pakan 828,33 % 607 1,54 8 % 8,43Penurunan Harga Jual 34,87 % 25.885 1,55 8 % 7,68

Dari tabel di atas dapat dilihat batas maksimal perubahan penurunan

 produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual adalah 34,87 persen,

828,33 persen, dan 34,87 persen. Apabila perubahan terhadap penurunan produksi

dan penurunan harga jual yang terjadi melebihi 34,87 persen, maka usaha

 pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini menjadi tidak layak. Demikian

 pula dengan perubahan kenaikan harga yang masih dapat mendatangkan

keuntungkan bagi usaha ini adalah sebesar 828,33 persen. Hal ini menunjukkan

 bahwa kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap kelayakan

usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar.

7.4  Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Pola Usaha

Ketiga pola usaha lobster air tawar memang layak untuk dijalankan. Tetapi

untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk

dijalankan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial ketiga pola

usaha pada Tabel 28 berikut.

80

Page 99: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 99/104

  99

Tabel 28. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Pola Usaha

Kriteria Pola Usaha

I

Pola Usaha

II

Pola Usaha

III

 Net Present Value (NPV) 73.792.135 112.563.989 138.280.330 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 3,47 4,22 5,14

 Internal Rate Return (IRR) 33 % 41 % 52 % Payback Periode (PBP) 4,04 3,40 2,79

Tabel di atas menunjukkan bahwa pola usaha III (usaha pembenihan dan

 pembesaran) merupakan pola usaha yang memberikan keuntungna paling besra

dibandingkan dengan pola usaha pembenihan dan pola usaha pembesaran.

Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola

usaha II dan I. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pola usaha III

menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada kedua pola yang lain.

Sedangkan masa pengembalian biaya investasi ( payback periode) pola usaha III

 jauh lebih cepat dibanding pola usaha II dan I.

7.5  Perbandingan Hasil Switching Value Ketiga Pola Usaha

Untuk melihat perbandingan tingkat sensitivitas pengusahaan lobster air

tawar pada ketiga pola usaha dapat dilihat dari hasil analisis  switching value. 

Berikut adalah table perbandingan hasil  switching value pada ketiga pola usaha

lobster air tawar.

Tabel 29. Perbandingan Hasil Switching Value Ketiga Pola Usaha

Perubahan Pola Usaha I Pola Usaha II Pola Usaha IIIPenurunan Jumlah Produksi 23,8 % 23,11 % 34,87 %Kenaikan Harga Pakan (Pelet) 774,95 % 571,77 % 828,33 %

Penurunan Harga Jual 23,8 % 23,11 % 34,87 %

Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa pola usaha

II merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal

81

Page 100: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 100/104

  100

 perubahan terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan

 pada pola usaha II hanya sebesar 23,11 persen. Sedangkan untuk pola usaha I dan

III masing-masing sebesar 23,8 persen dan 34,87 persen. Demikian pula dengan

 perubahan kenaikan harga pakan. Meskipun pengaruhnya kecil, tetap saja pola

usaha II merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika

dibandingkan dengan kedua pola usaha lainnya.

Berdasarkan  switching value, dapat disimpulkan bahwa perubahan harga

 jual dan produksi adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan ketiga

 pola usaha. Sedangkan perubahan kenaikan harga pakan tidak memiliki pengaruh

yang besar terhadap kelayakan ketiga pola usaha. Hal ini disebabkan proporsi

 penggunaan pakan yang tidak terlalu besar. Selain itu, lobster merupakan hewan

omnivora sehingga tidak tergantung pada 1 jenis pakan saja. Jadi pola usaha yang

 paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang

kecil terhadap perubahan adalah pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan

 pembesaran lobster air tawar.

82

Page 101: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 101/104

  101

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1.  Lobster air tawar merupakan komoditi perikanan yang dapat dibudidayakan

dan memiliki prospek yang cerah. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non

finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial

ekonomi dan lingkungan, usaha yang dijalankan oleh K’BLAT’S  Farm layak

untuk dilaksanakan.

2.  Pengusahaan lobster air tawar baik usaha pembenihan, pembesaran, maupun

 pembenhan dan pembesaran semuanya dapat mendatangkan keuntungan.

 Namun, jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah

 pengusahaan pembenihan dan pembesaran lobster air tawar (pola usaha III).

Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV pola

usaha III>NPV pola usaha II dan I. Begitu pula dengan nilai Net B/C dan IRR

nya, sedangkan berdasarkan payback periode, pola usaha III lebih cepat dalam

hal pengembalian biaya investasi dibandingkan dengan pola usaha II dan I.

3.  Jika dilihat dari hasil analisis  switching value, pola usaha II (usaha

 pembesaran lobster air tawar) adalah jenis usaha yang paling sensitif terhadap

 perubahan baik penurunan harga jual, kenaikan harga pakan, maupun

 penurunan produksi. Penurunan harga dan penurunan produksi adalah hal

yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha. Sementara harga

 pakan (pelet) tidak terlalu berpengaruh karena lobster air tawar merupakan

hewan pemakan segala (omnivora) sehingga tidak tergantung pada 1 jenis

 pakan saja.

Page 102: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 102/104

  102

8.2 Saran

1.  Bagi perusahaan sebaiknya mengusahakan pola usaha III yaitu usaha

 pembenihan dan pembesaran lobster air tawar. Selain karena lebih

menguntungkan juga lebih dapat bertahan apabila terjadi perubahan seperti

 penurunan harga jual, kenaikan harga pakan, dan penurunan produksi.

2.  Bagi masyarakat yang tertarik pada bisnis lobster air tawar, jangan takut untuk

menjalankan usaha ini karena pengusahaan lobster air tawar ini terbukti

menguntungkan meskipun dilaksanakan dalam skala kecil.

3.  Pemerintah sebaiknya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat

mengenai budidaya lobster air tawar agar semakin banyak masyarakat yang

mengetahui lobster air tawar dan tertarik untuk mengusahakannya.

84

Page 103: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 103/104

  103

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. KNPI Kepri Kembangkan Lobster. www.bisnis.com. [14 Nov

2007]

---------. 2007. Bisnis Lobster Bisa Bantu Entaskan Kemiskinan. www.bisnis.com.[21 Nov 2007]

---------. 2006. Berita Budidaya Perikanan.  Majalah Demersal . www.dkp.go.id.[14 Nov 2007]

---------. 2005. Indonesia dan negara ASEAN Up Date Data Perikanan.www.dkp.go.id.. [19 April 2008]

---------. 2005. Pasar Ekspor Perikanan Indonesia Belum Tergarap SecaraOptimal. www.kompas.com. [14 Nov 2007]

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia (Impor).Badan Pusat Statistik. Jakarta.

----------. 2003. Statistik   Perdagangan Luar Negeri Indonesia (Impor). BadanPusat Statistik. Jakarta.

----------. 2004. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia (Impor). BadanPusat Statistik. Jakarta.

----------. 2005. Statistik   Perdagangan Luar Negeri Indonesia (Impor). BadanPusat Statistik. Jakarta.

Clive, Gray. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya2006-2009. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Ermin, Faisal. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air tawarCV. Vizan  Farm Dan CV Sejahtera Lobster  Farm. Skripsi. Jurusan SosialEkonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta

Gurusinga, Jagatnata. 2003. Kajian Agribisnis Dan Studi Kelayakan Usaha UdangWindu Kasus Di Kec. Cimalaya, Kab Karawang. Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit.Penerbit danPencetak AMP YKPN. Yogyakarta.

Iskandar. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Page 104: IKAN HIAS.pdf

7/23/2019 IKAN HIAS.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ikan-hiaspdf 104/104

  104

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia. Jakarta.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Milenium.Prenhallindo. Jakarta

Manurung, V. T dan Kurnia Suci. 1995. Profil Dan Masalah PengembanganPerikanan Laut Skala Kecil Di Jawa Timur Dan Maluku.  Jurnal ForumPenelitian Agro Ekonomi Vol. 13 No. 1. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

 Nasution, Roshayani. 2002. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan UdangVanname  Pada PT. Indonusa Yudha Prawita, Kab. Indramayu. JurusanSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Perttiwi, Shi Astuti. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pembenihan Lobster AirTawar Pada Distributor Of Live Fishes Fresh water Bogor .  Jurusan SosialEkonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Setiawan, Cucun. 2006. Teknik Pembenihan Dan Cara Cepat Pembesaran LobsterAir Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Wawan, Koh. 2007. Walkamin: Dongkrak Produksi LAT Konsumsi. Trobos No.88 Januari 2007 tahun VIII. Penerbit Permata Wacana Lestari. Jakarta

www.wikipedia.org. Lobster Air Tawar. [14 November 2007]

86