ahmad dharief dahlawy-fkik
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
1/133
54
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008
OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
2/133
55
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DI AREA PENGOLAHAN PT. ANTAM Tbk,
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
AHMAD DHARIEF DAHLAWY
NIM: 104101003167
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M / 1429 H
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
3/133
56
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Oktober 2008
Ahmad Dharief Dahlawy
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
4/133
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
5/133
58
Pembimbing Skripsi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 16 Oktober 2008
Ketua
M. Farid Hamzens, M.Si
Anggota I
Iting Shofwati, ST, M.KKK
Anggota II
Farida Tusafariah, M.Kes
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
6/133
59
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 16 Oktober 2008
Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008
xxii + 95 halaman + 14 tabel + 7 gambar + 4 lampiran.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
7/133
60
ABSTRAK
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku adalah empat faktor yang mempengaruhiderajat kesehatan. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah
dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di bawah standar atau unsafe act
dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung
suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko denganefek, menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
Melihat data kecelakaan kerja akibat human error yang terjadi di PT.ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor dari tahun
2000-2007 menunjukkan selalu adanya kejadian kecelakaan setiap tahunnya dari
kategori ringan, berat, dan fatality (kematian). Kerugian yang ditanggung perusahaandan karyawan akan meningkat jika hal ini terus dibiarkan. Oleh karenanya peneliti
melakukan penelitian mengenai aspek pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis
pekerjaan, dan tempat kerja karyawan area pengolahan guna mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku K3-nya. Untuk penelitian univariat didapat 86% responden berperilaku K3 yang
positif, 92% responden berpengetahuan K3 tinggi, 90% responden berpersepsi K3
positif, 99% responden memiliki sikap K3 positif, 63% responden berpendidikanformal lulus SLTA sementara sisanya hanya lulus SLTP (18%) dan lulus PT (19%),
jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery (29%), sementara 52% responden bertempat
kerja di luar ruangan. Sekilas angka yang didapat menunjukkan nilai yang baiknamun pada kenyataannya kejadian kecelakaan akibat human error tetap terjadi
sepanjang tahunnya. Sementara penelitian bivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 (p value 0,158) , ada hubungan antara persepsidengan perilaku K3 (p value 0,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3
(p value (0,000), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 (p
value 0,215), tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 (p value0,429), dan tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 (p value
0,228). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari enam variabel yang diteliti tentang
hubungannya dengan perilaku K3, hanya persepsi dan sikap yang mempunyai
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
8/133
61
hubungan atau terdapat perbedaan bermakna dengan perilaku K3 di area pengolahanPT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor.
Meningkatnya angka kecelakaan kerja juga disebabkan oleh perilaku yang
tidak aman dalam bekerja. Untuk itu, perusahaan harus meningkatkan perhatian
terkait segi keselamatan kerja agar angka kecelakaan kerja dapat terus ditekan padatahun-tahun yang akan datang. Perhatian ini dapat berupa perbaikan manajemen
terkait kebijakan K3, serta membangun komitmen bersama seluruh karyawan dalammelaksanakan program K3.
Daftar bacaan : 30 (1980-2008)
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
9/133
62
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH
HEALTH AND SAFETY OCCUPATIONAL
Skripsi, October 16th 2008
Ahmad Dharief Dahlawy, NIM: 104101003167
Factors which Influence Health and Work Safety (K3) Behaviour in
Manufacturing Area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit
of Bogor Year 2008.
xxii + 95 pages + 14 tables + 7 pictures + 4 appendixes.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
10/133
63
ABSTRAC
Doing the K3 program in a work environment have some purposes. Some of
them are to keep the safety and health of the worker during their work time.Environment, genetic, health services, and behavior are the four factors that influence
health degree. Unsafe and unhealthy behavior during their work time can be prevented by fixing the management of the K3 program. Under standard behavior or
unsafe act and the condition below the standard or unsafe condition are direct causes
of an accident and the major cause of management mistake.This research is a descriptive research using quantitative approach with cross
sectional method in order to get description by learning the dynamic of correlation
between risk factors and their effects, using an approach, observation or collecting
data all at once at one time (point time approach) about the factors that influence theK3 behavior in manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Gold Mining Business Unit
of Bogor year 2008.
According to the data of the accident caused by human error at PT. ANTAMTbk, Gold Mining Business Unit of Bogor from 2000-2007, accidents always happen
every year from minor category, major category, and fatality (death). If this situationstill continues without any act to stop it, the detriment that the factory and the
workers have to handle will increase more and more. That’s why the researcher has
done a research about aspects of knowledge, perception, behavior, manner, education, job type, and work environment of the worker of the manufacturing area in order to
know the factors that influence their K3 behavior.
For univariat research there are 86% responders have the positive K3 behavior, 93% responders have a good knowledge about K3, 90% responders have
positive K3 perception, 99% responders have the positive K3 manner, 63%
responders have graduated from high school, while the rest is only graduated from
junior high school (18%) and graduated from universities (19%), the most job type ofall is the recovery (29%), while 52% responders are work outdoor. From the data that
we get, looks like that it shows a good situation, but however, in fact, accident that
caused by human error still happening every year.Meanwhile, the bivariat research show the result that there is no correlation
between knowledge and K3 behavior (p value 0,158), there is correlation between
perception and K3 behavior (p value 0,000), there is correlation between manner andK3 behavior (p value 0,000), there is no correlation between educational degree and
K3 behavior (0, 215), there is no correlation between job type and K3 behavior (p
value 0,429), and there is no correlation between work environment and K3 behavior
(p value 0,228). From that explanation, we can conclude that from six variables thatare researched about their correlation with the K3 behavior, only perception and
manner that have correlation or there are meaning differences with the K3 behavior in
manufacturing area of PT. ANTAM Tbk, Pongkor Gold Mining Business Unit ofBogor.
The increasing of the accident rate is also causes by the unsafe behavior
during the working time. In order to decrease it, the factory should give more
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
11/133
64
attention for the safety of the workers. The attention could be managementmaintenance interrelated to the K3 program, and also build a commitment with the
whole workers to succeed the K3 program.
Reference book: 30 (1980-2008)
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
12/133
65
KATA PENGANTAR
Diawali dengan menyebut nama Allah SWT. dan memuji kebesarannya, peneliti merangkai laporan skripsi ini. Semoga karya ini merupakan bagian dari
upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada
Yang Maha Memiliki Segalanya.
Rasulillah Muhammad SAW. tak lupa peneliti sampaikan shalawat padanya
sebagai hadiah terbaik atas pergerakan yang telah Ia lakukan untuk meninggalkan
keadaan jahiliyah Abu Jahal.
Skripsi ini merupakan hasil dari proses penelitian panjang yang dilakukan di
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor selama 2 bulan. Begitu banyak lika-liku dalam
pelaksanaan penelitian ini yang tidak dihiraukan oleh peneliti. Semoga dengan apa
yang telah dilakukan menjadi tetesan berkah dari Allah kepada peneliti.
Semua gading pasti retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran
menyadari bahwa skripsi ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan.
Terakhir, peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan
ucapan terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi ini kepada:
1. Satu-satunya keluargaku tersayang, Bapak H. Abdul Ghafur, Ibu Hj. Laila
Anisah, Aa Kasyfi, dan Faqih yang selalu memberikan semangat untuk berubah
ke arah lebih baik dalam menjalani kehidupan. Terimakasih juga atas do’a dan
materiil-nya. Unforgetable all of you.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS dan Ibu Iting Shofwati ST, M.KKK
sebagai pimpinan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka
tempurung dan memberikan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang luas.
3. Bapak M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti M.Kes yang telah sabar
membimbing peneliti dari awal hingga akhir laporan ini.
4. Ibu Erni Herawati S.Sos selaku AM Hiperkes PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
yang secara terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
13/133
66
bawah pimpinannya. Bapak Lastianto HP, Bapak Ade Apriana, Bapak Rohidin,
Bapak Yusep Sape’i Nur, dan Mas Agus hatur nuhun sudah membantu dan
memberi tumpangan gudangnya.
5.
Sahabat-sahabat UIN, FKIK, Kesehatan Masyarakat, dan K3, terimakasih semua.
Dek Haying, untung ono sampeyan.
6. Kumbang orange-ku yang tanpa lelah ikut kemanapun penulis pergi untuk
melakukan penelitian.
Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan
kemampuan mahasiswa se-dunia dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan
hati dalam berkarya.
Jakarta, 16 Oktober 2008
Penulis
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
14/133
67
Aku merangkak di jalanku menuju kehormatan
Dan mereka yang berjuang telah mencapainya
Dengan kerja keras dan melakukan usaha-usaha yang tidak sedikit
Banyak yang mencoba meraihnya dan kebanyakan
Merasa bosan dan letih selama dalam perjalanan
Tetapi mereka yang berada di jalan yang benar dan sabar
Talah berhasil memeluk kehormatan
Jangan bayangkan bahwa kehormatan itu
Adalah apel yang bisa kamu makan
Kamu tidak akan menggapai kehormatan
Sehingga kamu bisa mengalahkan kesulitan dengan kesabaranmu
Setiap orang mampu mengerjakan tugas-tugasnya sehari-hari
Tak peduli seberapa pun sulitnya pekerjaan itu
Setiap orang mampu hidup bahagia di hari itu sampai matahari
terbenam
Dan inilah arti dari kehidupan sesungguhnya
Robert Louis Stevenson
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
15/133
68
Skripsi Ini Dipersembahkan Untuk Orang
Tuaku Tersayang
Bpk H. Abdul Ghafur dan Ibu Hj. Laila Anisah
Serta Saudaraku Tercinta
Aa Kasyfi dan Faqih
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
16/133
69
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACTION ........................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xx
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xxi
LAMPIRAN ....................................................................................................... xxii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 8
1.3. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 9
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................... 10
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
17/133
70
1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................... 10
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 12
1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan ............................... 12
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ................... 12
1.5.3. Bagi Peneliti ................................................................... 13
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… 14
2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja …………………………… 14
2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) …… 14
2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ....... 17
2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ....... 18
2.2. Perilaku ........................................................................................... 20
2.2.1. Pengertian Perilaku ....................................................... 21
2.2.2. Konsep Perilaku ....................................................... 22
2.2.3. Pengukuran Perilaku ....................................................... 22
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3 ............................... 22
2.3.1. Pengetahuan ................................................................... 23
a. Pengertian Pengetahuan ........................................... 23
b. Tingkatan Pengetahuan ........................................... 24
c. Pengukuran Pengetahuan ........................................... 26
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
18/133
71
2.3.2. Persepsi ............................................................................... 27
a. Pengertian Persepsi ....................................................... 29
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ....... 31
c. Cara Pengukuran Persepsi ........................................... 33
2.3.3. Sikap ............................................................................... 34
a. Pengertian Sikap ....................................................... 34
b. Pembentuk Sikap ....................................................... 35
c. Pengukuran Sikap ....................................................... 38
2.3.4. Pendidikan ................................................................... 39
2.3.5. Jenis Pekerjaan ................................................................... 40
2.3.6. Tempat Kerja ................................................................... 40
2.4. Kerangka Teori ............................................................................... 40
BAB III
KERANGKA KONSEP ..................................................................................... 42
3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 42
3.2. Definisi Operasional ................................................................... 43
3.3. Hipotesis ........................................................................................... 44
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 46
4.1. Desain Penelitian ............................................................................... 46
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 46
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
19/133
72
4.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 47
4.4. Pengumpulan Data ................................................................... 47
4.5. Pengolahan Data ............................................................................... 48
4.5.1. Editing Data …………………………………………… 48
4.5.2. Coding Data …………………………………………… 49
4.5.3. Entry Data …………………………………………… 49
4.5.4. Cleaning Data …………………………………………… 49
4.6. Hasil Ukur …………………………………………………… 49
4.7. Analisis Data …………………………………………………… 51
4.7.1. Analisis Univariat ....................................................... 51
4.7.2. Analisis Bivariat ....................................................... 52
BAB V
HASIL PENELITIAN ............................................................................... 54
5.1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 54
5.2. Profil Perusahaan ............................................................................... 55
5.2.1. Visi dan Misi ................................................................... 55
a. Visi ............................................................................... 55
b. Misi ............................................................................... 56
5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor ........................................... 56
5.2.3. Struktur Organisasi ....................................................... 56
5.2.4. Area Pengolahan ....................................................... 59
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
20/133
73
5.3. Analisis Univariat ................................................................... 60
5.4. Analisis Bivariat ............................................................................... 63
BAB VI
PEMBAHASAN ........................................................................................... 70
6.1. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 70
6.2. Karakteristik Responden Analisis Univariat ............................... 72
6.2.1. Perilaku K3.......................................................................... 72
6.2.2. Pengetahuan Responden Terhadap K3 ............................... 73
6.2.3. Persepsi Responden Terhadap K3 ............................... 75
6.2.4. Sikap Responden Terhadap K3 ........................................... 77
6.2.5. Pendidikan Responden ....................................................... 78
6.2.6. Jenis Pekerjaan Responden ........................................... 79
6.2.7. Tempat Kerja Responden ........................................... 80
6.3. Karakteristik Responden Analisis Bivariat ............................... 81
6.3.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku K3 ....... 81
6.3.2. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku K3 ................... 83
6.3.3. Hubungan Sikap Dengan Perilaku K3 ............................... 84
6.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku K3 ....... 86
6.3.5. Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Perilaku K3 ....... 86
6.3.6. Hubungan Tempat Kerja Dengan Perilaku K3 ................... 87
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
21/133
74
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 89
7.1. Kesimpulan ............................................................................... 89
7.2. Saran ........................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
22/133
75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ......................................................................... 43
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 60
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 61
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 62
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 ......................................................... 62
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
23/133
76
Tabel 5.7. Dstribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 63
Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ................................ 63
Tebel 5.9. Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 64
Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 65
Tabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ................................ 66
Tabel 5.12. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 67
Tabel 5.13. Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3
Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor
Kabupaten Bogor Tahun 2008 .......................................................... 68
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
24/133
77
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Grafik Kecelakaan Kerja Akibat Human Error
Tahun 2000-2006 .............................................................................. 6
Gambar 2.1. Teori Determinan Perilaku Menurut Green (1980) .......................... 20
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi ............................................................... 28
Gambar 2.3. Komponen Sikap .............................................................................. 34
Gambar 2.4. Kerangka Teori Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3 .............. 41
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 42
Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008 ......... 58
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
25/133
78
DAFTAR SINGKATAN
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
Depnaker : Depertemen Tenaga Kerja
Depnakertrans : Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
DO : Definisi Operasional
HAM : Hak Asasi Manusia
Hiperkes : Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
ILO : International Labour Organization
Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
KK : Kecelakaan Kerja
OSHA : Occupational Safety Health Administration
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PT : Perguruan Tinggi
PT. ANTAM : Perseroan Terbatas Aneka Tambang
SDM : Sumber Daya Manusia
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Tbk : Terbuka
UBPE : Unit Bisnis Pertambanngan Emas
WHO : World Health Organization
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
26/133
79
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Data egawai Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008
Lampiran 3 Hasil Output Penelitian
Lampiran 4 Izin Penelitian
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
27/133
80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
“Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa sehat dan selamat
segalanya tidak ada artinya”, demikian semboyan yang dikumandangkan oleh
International Labour Organization (ILO) bersama World Health Organization
(WHO) dalam rangka promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap
tempat kerja di seluruh dunia termasuk Indonesia (Suardi, 2005). Tenaga kerja dan
penduduk Indonesia secara umum akan bertambah manusiawi apabila standar-standar
yang berlaku di dunia dapat pula berlaku pada setiap tempat kerja di Indonesia.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengisyaratkan bahwa “Setiap warga
Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan K3 dilaksanakan secara
sungguh-sungguh disetiap tempat kerja, di industri, perkantoran, tempat hiburan, dan
rumah tangga. Dengan lingkungan yang sehat dan selamat maka produktivitas akan
meningkat pula sesuai dengan martabat kemanusiaan Indonesia.
Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak
korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia
ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara
dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang pertahun akibat sakit atau
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal
dua kali lebih banyak dibanding wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
28/133
81
pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah
menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam
pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005).
Pendapat Suma’mur (2000) dalam melihat angka kecelakaan kerja
mengungkapkan bahwa setiap tahun di seluruh dunia, terjadi jutaan kecelakaan dari
yang teringan sampai kepada yang terberat. Kerugian-kerugian ini bukan main
hebatnya. Data statistik kecelakaan di seluruh dunia termasuk Indonesia
menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja terus meningkat sesuai dengan
kemajuan dan intensitas penerapan teknologi.
Negara Amerika Serikat saja, kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan
milyar dolar karena meningkatnya premi asuransi, kompensasi, dan menggaji staf
pengganti. Angka K3 perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.
Berdasarkan data organisasi buruh internasional di bawah PBB (ILO), Indonesia
menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara (Suardi, 2005).
Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja (KK) menunjukkan grafik turun naik.
Berdasarkan data Jamsostek tahun 2003-2006, diketahui bahwa selama tahun 2003
terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418 KK. Pada
tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK. Angka ini tahun
2006 turun menjadi 95,624 KK (www.jamsostek.co.id, 2008). Data tersebut belum
termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan
yang tidak mengikuti program Jamsostek.
Kecacatan merupakan risiko terberat bagi pekerja saat melaksanakan
pekerjaannya. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) tahun
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
29/133
82
2006 menyebutkan bahwa, dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006
diketahui bahwa 1,82% atau 12.016 orang mengalami kematian, menderita cacat total
sebanyak 4.996 orang atau 0,76% serta yang mengalami cacat fungsi dan cacat
sebagian masing-masing 6,03% atau 39.899, dan 4,93% atau 32.990 orang
(www.sinarharapan.co.id, 2008).
Untuk menjamin tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang
bekerja, pemerintah telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu
undang-undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan
karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992.
Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain
dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya yang berasal dari mesin-mesin,
pesawat, alat kerja, dan bahan, serta energi. Tidak ditinggalkan perlindungan dari
bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi. Kemudian
undang-undang nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja.
Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan
untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama bekerja. Derajat kesehatan
menurut Henrik L Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan,
genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan tidak sehat
dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3. Perilaku di
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
30/133
83
bawah standar atau unsafe act dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions
merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan dan penyebab utama dari kesalahan
manajemen. Dalam Suardi (2005) peneliti Birds (1967) mengemukakan bahwa setiap
1 kecelakaan berat disertai 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan
yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan
biaya langsung dan biaya tidak langsung adalah 1:5-50.
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan adalah suatu tempat kerja
yang tergerak dalam bidang penggalian isi perut bumi yang padat modal dan padat
karya. Dalam kegiatan penggaliannya berisiko tinggi terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan, longsoran, dan pencemaran lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh pekerja tidak berperilaku K3, pekerjaan yang tidak aman,
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat dan tidak dikelola dengan baik atau
disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman. Hal yang lebih buruk lagi adalah
sistem pengelolaan atau manajemen yang buruk. Kerugian sebagai dampak dari
kecelakaan kerja dapat berupa cidera pada karyawan, sarana dan prasarana
penunjang, bahkan lingkungan secara keseluruhan.
Karyawan pertambangan merupakan aset utama dalam perusahaan
pertambangan, oleh karena itu setiap karyawan harus memperhatikan aspek K3.
Pelaksanaan K3 merupakan kewajiban setiap karyawan pertambangan, mulai dari
level pimpinan tertinggi sampai pada pelaksana atau operator di lapangan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
31/133
84
Termasuk area pengolahan yang mempunyai bahaya cukup tinggi dalam
penanganan pekerjaan, pelaksanaan K3 perlu diperhatikan guna meminimalisir angka
kecelakaan akibat perilaku K3 yang kurang baik. Terdapatnya banyak mesin besar
yang selalu berputar, lokasi pengamatan yang begitu tinggi, lingkungan kerja yang
kurang nyaman, dan banyaknya tenaga kerja yang bertugas mempermudah
kecelakaan untuk terjadi disana.
Komitmen bersama dapat dibangun apabila terjadi pemahaman yang relatif
sama tentang K3 pertambangan pada seluruh karyawan. Pengetahuan K3 sesuai teori
dan konsep akan membawa karyawan pada pemahaman dan persepsi yang benar juga
utuh sehingga dalam diri karyawan akan terbentuk sikap dan perilaku yang positif
terhadap K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor.
Human error dalam pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi merupakan
kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. meskipun perilaku K3
adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti
meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang
berbeda. faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,
yakni determinan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat,
jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, persepsi, dan sikap. Determinan
berikutnya adalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi,
tempat kerja, dan lainnya (Notoatmodjo, 2007).
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
32/133
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
33/133
86
perusahaan tersebut. Sebab bekerja dengan perpaduan tenaga manusia dan tenaga
mesin sering menimbulkan kejadian kecelakaan akibat dari ketidaksesuaian antara
kinerja manusia dengan kinerja mesin. Ketelitian dan perilaku K3 sorang pekerja
dibutuhkan sangat ekstra demi menciptakan budaya K3 yang bermutu karena
pendekatan terhadap pekerjalah yang dapat dilakukan apabila mesin sulit
dikendalikan.
Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua
karyawan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Terjadinya
kecelakaan akibat faktor perilaku K3 meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,
pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat menimbulkan
kecelakaan seperti data yang diperoleh dari Safety Departement PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Angka kecelakaan ringan dan berat selalu ada tiap
tahunnya mulai dari tahun 2000-2007.
Peneliti terdahulu tentang perilaku K3 diantaranya adalah Siagian (1998)
menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang terhadap
perilaku K3. Karena didapat p value sebesar 0,500 yang artinya ada perbedaan
signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3 yang dilakukan.
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang
dilakukannya.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
34/133
87
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa
ada perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490. Artinya
ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.
Makhrudin (2007) dalam buku yang Ia kutip tentang perilaku pekerja terhadap
pelaksanaan program K3 menyebutkan bahwa masih banyak pekerja yang belum
memahami betul mengenai istilah K3. Tetapi dalam penelitiannya tentang perilaku
K3, Makhrudin (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 78,18% pekerja di Panarub
Industry yang notabene memiliki kesamaan dengan keadaan di PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki perilaku K3 yang baik. Hanya 21,82%
saja pekerja yang mempunyai perilaku tidak baik mengenai K3.
Lain lagi penelitian yang dilakukan oleh Za’im (2002) yang menunjukkan
bahwa perilaku K3 di sebuah perusahaan yang terkait dengan pelayanan kesehatan
menunjukkan bahwa 65,10% pekerja mempunyai perilaku K3 yang baik. Selebihnya
sebanyak 34,90% pekerja mempunyai perilaku K3 yang belum baik.
Keanekaragaman angka perilaku K3 inilah yang membuat peneliti ingin
mengetahui nilai perilaku K3 di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Kebupaten Bogor yang meliputi pengetahuan,
persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dicantumkan di atas, diketahui
bahwa perilaku K3 di perusahaan menempati angka yang baik. Namun demikian
belum tentu PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor menempati angka
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
35/133
88
perilaku K3 yang baik pula karena didapatnya angka kecelakaan kerja akibat human
error dari tahun 2000-2007. Oleh karena itu perlu adanya pembuktian mengenai
perilaku K3 di perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan rumusan masalah yang
terkandung adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3
di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Kabupaten Bogor tahun 2008 yang berupa pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tempat kerja.
1.3. Pertanyaan Penelitian
(a). Bagaimana gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(b). Bagaimana gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(c). Bagaimana gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(d). Bagaimana gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008?
(e). Bagaimana gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?
(f). Bagaimana gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?
(g). Bagaimana gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008?
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
36/133
89
(h). Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(i). Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(j). Apakah ada hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk,
UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(k). Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(l). Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
(m)Apakah ada hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3 tahun 2008?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE
Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
1.4.2. Tujuan Khusus
(a). Diketahuinya gambaran perilaku karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
37/133
90
(b). Diketahuinya gambaran pengetahuan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.
(c). Diketahuinya gambaran persepsi karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.
(d). Diketahuinya gambaran sikap karyawan area pengolahan PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tentang K3 tahun 2008.
(e). Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan karyawan area pengolahan
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
(f). Diketahuinya gambaran jenis pekerjaan karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
(g). Diketahuinya gambaran tempat kerja karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008.
(h). Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan karyawan area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
dengan perilaku K3 tahun 2008.
(i). Diketahuinya hubungan antara persepsi karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3
tahun 2008.
(j). Diketahuinya hubungan antara sikap karyawan area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku K3
tahun 2008.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
38/133
91
(k). Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan karyawan area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
dengan perilaku K3 tahun 2008.
(l). Diketahuinya hubungan antara jenis pekerjaan karyawan area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor
dengan perilaku K3 tahun 2008.
(m). Diketahuinya hubungan antara tempat kerja karyawan area pengolahan
PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor dengan perilaku
K3 tahun 2008.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Perusahaan Pertambangan
Menjadi dokumen dan sumber informasi untuk mengembangkan
perilaku K3 di unit-unit kerjanya. Dapat dijadikan pula bahan pertimbangan
dalam menerapkan program K3 sekaligus memberi solusi terbaik bagi
pekerja setelah mengetahui masalah yang ada di lapangan.
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan
Menjadi sumber informasi penerapan perilaku K3 di area
pertambangan. Sebagai pengembangan materi mahasiswa serta sebagai
referensi keilmuan mengenai K3.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
39/133
92
1.5.3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman khusus
dalam mengungkap, mengkaji, dan menganalisis serta menjawab
permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program K3. Dapat dijadikan
pula sebagai aplikasi ilmu K3 yang diperoleh selama menerima pendidikan.
Diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti lain sebagai referens
dalam rangka mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di area pengolahan PT.
ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor. Waktu penelitian berlangsung
selama 2 bulan, yaitu bulan Juli-Agustus tahun 2008. Sasaran dari penelitian ini
adalah seluruh pekerja area pengolahan yang masih bekerja di perusahaan tersebut.
Penelitian dilakukan karena melihat data kecelakaan yang terjadi di PT. ANTAM
Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor akibat perilaku K3 yang kurang baik, dengan
tujuan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di area
pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yaitu faktor
pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.
Dilakukan dengan desain cross sectional dan memperoleh data dengan cara
penyebaran kuesioner, penelitian ini berlangsung dengan harapan yang diinginkan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
40/133
93
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2.1.1. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut ILO/WHO (1980) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial pada
semua pekerja yang terdapat di semua tempat kerja, mencegah gangguan
kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan semua
orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaptif
terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (Kondarus,
2006).
Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip dasar
tentang keselamatan dan kesehatan kerja:
a. Pekerjaan harus terdapat pada lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat.
b. Kondisi pekerjaan harus sesuai dengan pekerja.
c. Pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai prestasi individu, pemenuhan
kebutuhan secara pribadi dan untuk pelayanan masyarakat umum.
Definisi lain diungkapkan oleh OSHA, K3 merupakan aplikasi dan
prinsip-prinsip keilmuan dalam pengertian dasarnya adalah risiko terhadap
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
41/133
94
keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam
lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).
Jadi K3 merupakan suatu profesi dari multi disiplin keilmuan yang
diambil dari ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu
perilaku dengan aplikasi pada manufacture, transportasi, gudang dan
penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempat-
tempat rekreasi.
Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang jelas dikatakan bahwa keselamatan kerja
merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan
orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan bahaya, yang berasal dari
mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan, beserta energi. Juga perlindungan
dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.
Dalam undang-undang K3 tersirat pengertian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara filosofi sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin
kebutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada umumnya
dan tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalam rangka menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sedang pengertian secara
keilmuan adalah sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002).
Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang
tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu ”Menjadi Kebutuhan Masyarakat”.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
42/133
95
Dengan visi tersebut diharapkan pelaksanaan K3 di masyarakat baik industri
maupun masyarakat umum dapat berjalan baik.
Sedang menurut Simanjuntak (1994) dalam Sahab (1997) keselamatan
adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau
dengan risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu. Keselamatan
kerja sebagai sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian
mencakup pencegahan kecelakaan dan perlindungan terhadap tenaga kerja
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat kondisi kerja yang
tidak aman dan tidak sehat.
Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja maupun tempat kerja perlu
dilakukan melalui program keselamatan yang disponsori oleh manajemen.
Menurut Gueech (1993) dalam buku Suma’mur (1996) program dasar dalam
pengendalian keselamatan meliputi Tree E’s of Safety yaitu enginering,
education, dan enforcement . Dengan program dasar tersebut diharapkan
pekerja dapat berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga keselamatan di
tempat kerja.
Dari beberapa uraian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa
aspek yang menjadi dasar penerapan K3 yaitu:
a. Aspek filosofi dimana hak asasi manusia merupakan dasar pemikiran
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Manusia mempunyai hak sama
untuk hidup demikian juga dengan keselamatan dan kesehatan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
43/133
96
b. Aspek legal dimana K3 tidak dapat diterapkan secara nyata tanpa adanya
aturan-aturan yang dipakai, untuk itulah adanya peraturan pada berbagai
tingkat yang mengatur K3.
c. Aspek ekonomi bahwa dengan menerapkan K3 maka tingkat kecelakaan akan
menurun sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga menurun. Selain itu
dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi.
2.1.2. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus (2006) memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan untuk meningkatkan kesejahteraan.
c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan komponen-
komponen berikut:
a. Karekteristik pekerja/kegiatan yang terdiri dari jenis, ruang lingkup, lamanya
kegiatan yang dilakukan , dan level kegiatan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
44/133
97
b. Pengorganisasian dan menajemen pekerjaan.
c. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
d.
Karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.
Sedangkan menurut American Medical Association K3 mempunyai
tujuan:
a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja.
b. Melindungi masyarakat lainnya.
c.
Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional
pekerja dalam bekerja.
d. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka
yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.
e. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk memperoleh
dokter pribadi dimanapun bila mungkin.
Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran utama dari
K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan
peningkatan kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja
secara aman, sehat dan produktif.
2.1.3. Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Sesuai perkembangan keilmuan dan konsep K3 yang dikutip dari
Za’im (2002), saat ini program dasar diarahkan kepada:
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
45/133
98
a. Desain, peralatan, bahan dan lingkungan yang dapat ditinjau dari Higiene
Industry, Ergonomi, dan Safety.
b.
Manajemen yang lebih dikenal dengan integrasi dari sistem manajemen.
c. Manusia.
Sedangkan menurut Thomas (1989) dalam skripsi Zaim (2002)
mengungkapkan beberapa hal tentang program K3, sebagai berikut:
a. Kebijakan K3 dan partisipasi manajemen.
b. K3 profesional antara lain adanya fungsi khusus pada profesional K3,
administrasi program-program K3, hubungan kerja yang baik dan
pertanggungjawaban.
c. Industri-industri kecil.
d. Pendekatan perilaku selamat.
e. Promosi K3 ditunjukkan oleh adanya konsultan dan pengawasan K3.
f. Laporan yang terdiri dari laporan penyakit, laporan investigasi kecelakaan,
syarat-syarat K3, survei di semua bagian, keberadaan komite K3 serta standar-
standar K3.
g. Pelatihan K3 bagi karyawan baru maupun setiap jenis pekerjaan.
h. Perencanaan inspeksi.
i. Evaluasi terhadap penyakit.
j.
Pengendalian lingkungan fisik.
Program K3 sering ditempatkan di tempat kerja sesuai dengan
kebijakan masing-masing perusahaan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
46/133
99
2.2. Perilaku
Kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat atau kelompok akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang
pada umumnya disebut kebudayaan. Dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan,
perilaku adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Perilaku manusia adalah
suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Selanjutnya perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam
diri seseorang sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang yakni kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, kekuatan-kekuatan
penahan menurun, atau kekuatan pendorong menurun dan kekuatan penahan
meningkat (Lewin, 1970).
Gambar 2.1.
Teori Determinan Perilaku Manusia Menurut Green (1980)
Sumber: Notoatmodjo (2007)
Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
Pengetahuan
Persepsi
SikapKeinginan
Kehendak
Motivasi
Niat
Perilaku
Pengalaman
KeyakinanFasilitas
Sosio-Budaya
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
47/133
100
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor
di luar perilaku (non behaviour causes). Disimpulkan dalam gambar di atas bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, niat, dan menghasilkan perilaku dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Perilaku K3 yang diungkapkan oleh Pasiak (1999) menyatakan bahwa
kegiatan keselamatan kerja pertambangan harus melengkapi unsur inisiatif, birokratif,
tanggap, dan patuh dalam melakukan berbagai tindakan. Diharapkan dengan
mengindahkan unsur tersebut maka perilaku K3 yang baik akan terealisasikan.
2.2.1. Pengertian Perilaku
Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999) mendefinisikan
perilaku sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam
bentuk yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan
pikiran atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak
seorangpun dapat melihat atau mendengar pikiran, tetapi seseorang dapat
melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan mengukur apa
yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita dapat menilai perilaku
seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku itu negatif. Dari perilaku
seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang pikiran dan sikap terhadap
suatu objek.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
48/133
101
2.2.2. Konsep Perilaku
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons/reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Munandar (2001) dalam The Psychology of Safety Handbook ,
perilaku mengacu pada tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang
lain.
Malott dalam buku Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa
perilaku merupakan sesuatu yang dilakukan atau dikatakan oleh seseorang,
sebagai sebuah aktivitas baik aksi maupun reaksi (Mc Sween, 2003).
2.2.3. Pengukuran Perilaku
Menurut Morgan (1986) dalam buku Widayatun (1999), pengukuran
perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan
checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Checklist dilakukan
dengan meminta seseorang yang akan dinilai perilakunya, misalnya perilaku
yang dilakukan pada saat sekarang atau pada satu tahun terakhir. Pengamatan
langsung dilakukan dengan mengamati perilaku yang tampak dilakukan oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku K3
Dalam bukunya, Pasiak (1999) menulis bahwa terdapat 6 unsur pokok sebuah
perilaku K3 di tempat kerja yang dirumuskan oleh WHO. Pemikiran dan perasaan
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
49/133
102
(thoughts and felling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, pendidikan,
tempat kerja, dan jenis pekerjaan.
2.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Seorang pekerja memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas
setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api. Seorang
dokter akan merawat pasiennya setelah melihat pasien lain dengan jenis
kesakitan yang sama hingga cacat, karena pasien yang lain tersebut tidak
dirawat secara intensif oleh dokter. (Notoatmodjo, 2007).
Saputra (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan p value 0,460. Artinya ada
perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan
perilaku K3 yang dilakukannya.
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Bloom (1975) yang dikutip dari Widayatun (1999),
pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses
pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh
sebelumnya. Bloom mengelompokkan pengetahuan ke dalam dominan
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
50/133
103
kognitif dan menempatkannya sebagai urutan utama dari domain kognitif
karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkat-
tingkat domain kognitif berikutnya yang meliputi tingkat pemahaman,
penerapan, analis, sintesis dan penilaian. Sedang menurut Abijusah (1981)
bahwa pengetahuan adalah kemampuan dari seseorang untuk memahami
sesuatu.
Menurut Skinner seperti dikutip oleh Notoatmojo (2007) bila
seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang
tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat
dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang
diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan
adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses
penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau
mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah
laku yang termasuk dalam domain kognitif tingkat pertama.
b. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmojo (2007) dalam bukunya yang berjudul promosi kesehatan
dan ilmu perilaku menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
• Tahu, artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
51/133
104
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
•
Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
• Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-hukum, rumus-
rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
• Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
• Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang sudah ada.
• Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada.
Dari lingkungan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan
informal. Makin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin
luas pengetahuannya. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
52/133
105
dari perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Adenan,
1986) dalam buku Widayatun (1999).
c. Pengukuran Pengetahuan
Dari pengertian pengetahuan yang dikemukakan Bloom dan Skinner,
menunjukkan tingkat pengetahuan yaitu dengan cara orang yang bersangkutan
mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban
baik secara lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi
dari suatu stimulus yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tertulis.
Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan
sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila
seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek
dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek
tersebut.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum menurut Widayatun (1999) dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu:
• Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan esai.
Pertanyaan esai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai sehingga hasilnya
akan berbeda untuk masing-masing penilai dari suatu waktu ke waktu
lainnya.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
53/133
106
• Pertanyaan pilihan ganda.
Pertayaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan, disebut pertanyaan
obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh
penilai tanpa melibatkan faktor-faktor subyektif dari penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya
pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena
lebih mudah sesuai dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat
dinilai.
2.3.2. Persepsi
Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju berdasarkan dari
dorongan diri sendiri atau berdasarkan dari dorongan keikutsertaan orang lain.
Persepsi ini lebih melekat kepada orang-orang yang mempunyai sifat perasa
(Notoatmodjo, 2007).
Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
adalah faktor esensial bagi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja.
Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja dikalangan karyawan merupakan unsur penentu kemajuan
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja normatif menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku serta penggerak improvisasi
penyelenggaraan yang lebih dapat menjamin pencapaian kemanfaatan yang
lebih besar. Konsep yang mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
menjadi kepedulian semua orang yang harus menjadi persepsi seluruh
karyawan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
54/133
107
Gambar 2.2.
Proses Terjadinya Persepsi
Sumber: Gibson (1985)
Persepsi dan pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
dikalangan masyarakat tidak sesederhana berdasarkan pengertian teknis
menurut ketentuan yang berlaku tetapi sangat ditentukan oleh makna
keselamatan dan kesehatan kerja untuk masyarakat bersangkutan yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan ekonomi masing-masing.
Keselamatan dan kesehatan kerja (Kondarus, 2006) menampilkan
berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:
• Hak Azasi Manusia (HAM) khususnya hak para pekerja.
• Pemenuhan ketentuan perundang-undangan dalam bidang
ketenagakerjaan.
• Salah satu unsur dalam manajemen dunia usaha.
• Dapat dijadikan instrumen guna meningkatkan produktivitas.
• Bisa memainkan peran dalam mewujudkan kualitas produk.
• Suatu jenis kekhususan teknologi.
StimulusObservasi
Stimulus
Proses Persepsi,Pengorganisasian, &
Penerjemahan
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Persepsi
Evaluasi &
Penafsiran
Perilaku
Tanggapan
Pembentukan
Sikap
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
55/133
108
• Perlunya riset keselamatan dan kesehatan kerja untuk pengembangan
teknologi dan aplikasinya.
Dengan kadar yang berlainan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan
kerja seperti di atas membentuk persepsi dan pemahaman orang perorang dan
kelompok masyarakat (Suma’mur, 1996). Persepsi dan pemahaman tentang
keselamatan dan kesehatan kerja akan ditampilkan dalam bentuk sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan pekerjaan.
a. Pengertian Persepsi
Menurut Sarwono (1992) dalam skripsi Za’im (2002) manusia
mengerti dan menilai lingkungannya dapat didasarkan pada dua cara
pendekatan.
Pendekatan pertama adalah pendekatan konvensional yang bermula
dari adanya rangsangan individu yang menjadikan individu sadar akan adanya
stimulus ini melalui sel-sel syaraf dan respon yang peka terhadap bentuk-
bentuk energi tertentu.
Bila sumber energi cukup kuat untuk merangsang sel-sel maka
terjadilah penginderaan. Jika penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di
dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa menggali
dan menilai objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.
Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologi, pada pendekatan ini
individu tidak menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya
karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri
dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
56/133
109
Pertambahan kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan
pengamatan, bersumber dari informasi yang berasal dari lingkungan sebagai
hasil pengalaman atau praktik dengan stimulus yang berasal dari belajar
disebut persepsi (Gibson).
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan dan memberi arti pada rangsangan baik bersifat internal
maupun eksternal (Ross 1980) dalam buku Munandar (2001).
Krech (1962) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengatakan persepsi
dipengaruhi oleh:
• Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan
diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.
• Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak
terlepas dari keadaan lingkungan.
Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang
terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera
melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan diinterpretasikan
lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti dan direspon.
Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan keyakinan yang
timbul dalam diri seseorang mengenai objek tertentu.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
57/133
110
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Thoha (1983) dalam skripsi Za’im (2002) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah keadaan psikologi,
keluarga, dan kebudayaan.
Robin (1989) dalam Za’im (2002) mengatakan faktor yang
mempengaruhi pembentukan persepsi sehingga memungkinkan terjadi
perbedaan adalah:
• Karakter dari recieper
Kepribadian, sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan dari
orang tersebut.
• Karakter target yang dipersepsi
Sebagai sesuatu yang terisolasi maka hubungan target dan latar beserta
kedekatan atau kemiripan yang dipersepsikan.
•
Konteks situasi terjadinya persepsi
Waktu, lokasi, cahaya, panas atau faktor situasi yang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi seseorang adalah:
• Intensitas
Semakin besar intensitas stimulus semakin besar pula dapat dipahami.
•
Ukuran
Semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa
diketahui atau dipahami.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
58/133
111
• Keberlawanan atau kontras
Semakin kontras stimulus yang ada dengan lingkungan semakin mudah
dipahami.
Dalam penafsiran suatu objek seseorang dapat mempunyai persepsi
yang sama dengan orang lain tetapi bisa pula berbeda. Menurut Azwar (2007),
perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh:
• Perhatian
Biasanya seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitarnya sekaligus tetapi dapat memfokuskan perhatian pada satu atau
dua objek saja.
• Set
Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.
• Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang
akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
• Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap
persepsi.
• Ciri kepribadian
Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap respon dari
rangsangan yang diterima.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
59/133
112
• Gangguan jiwa
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut
halusinasi.
c. Cara Pengukuran Persepsi
Kesan yang muncul apakah positif atau negatif tergantung pada pengalaman
yang diperoleh melalui proses berpikir dan belajar (Fogus dan Malamed,
1976) dalam Munandar (2001).
Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan membuat pernyataan
yang memberikan alternatif pilihan jawaban terhadap responden. Pernyataan
yang dibuat menggambarkan pendapat, penilaian, dan penafsiran responden
tentang suatu objek. Untuk pengukuran persepsi yang ingin diketahui adalah
objektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan responden terhadap suatu
objek. Hasil kumulatif dari penilaian bisa menimbulkan kesan positif atau
kesan negatif pada responden terhadap objek yang dinilai (Widayatun, 1999).
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
60/133
113
2.3.3. Sikap
Gambar 2.3.
Komponen Sikap
Sumber: Gibson (1985)
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang menjauhi atau mendekati orang lain
atau objek lain.
a. Pengertian Sikap
Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) merumuskan sikap
adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif
terhadap orang, objek, atau situasi.
Menurut Krech (1962) sikap adalah kesesuaian reaksi terhadap
kategori rangsangan tertentu yang sering kali dihadapkan dengan rangsangan
sosial dan reaksi yang bersifat emosional (dalam Widayatun 1999).
- DesainPekerjaan
- Gaya Manajer- Kebijakan
- Teknologi
- Upah
- Tunjangan
Afeksi
Kognisi
Perilaku
Tanggapan Emosional; Pernyataan
Tentang Suka / Tidak Suka
Tanggapan Persepsi; Pernyataan
Tentang Keyakinan
Tanggapan Tindakan; Pernyataan
Tentang Perilaku
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
61/133
114
Second dan Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya (dalam Widayatun 1999).
Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap adalah reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulan atau objek.
Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap
adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi
sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah
laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan
dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan
sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Mar’at (1982) melanjutkan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kecenderungan seseorang untuk bertindak secara tertentu, bersifat relatif
menetap dan tidak berubah yang menggambarkan rasa suka atau tidak suka
terhadap suatu objek, diperoleh dari hasil belajar atau pengalaman sendiri
maupun orang lain (Notoatmodjo, 2007).
b. Pembentuk Sikap
Azwar (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok yaitu:
• Kepercayaan (keyakinan) meliputi ide dan konsep-konsep terhadap suatu
objek.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
62/133
115
• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
• Kecenderungan untuk bertindak.
Sedang Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007)
mengemukakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yaitu:
• Komponen kognitif
Komponen komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
• Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki subjek terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan
pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
• Komponen konatif
Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang yang berkaitan dengan objek yang dihadapi.
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses
tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu-
individu lain di sekitarnya. Dalam hal ini Mar’at (1982) dalam buku
Notoatmodjo (2007) memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap adalah:
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
63/133
116
• Faktor internal
Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti
selektifitas rangsangan dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada
proses-proses memilih rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan
rangsangan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
dan kecenderungan yang berasal dari diri seseorang. Bila mempunyai
kecenderungan memilih maka akan terbentuk sikap positif atau terbentuk
sikap negatif bila kecenderungan itu menolak.
• Faktor eksternal
Yaitu faktor-faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap, terdiri dari:
a. Sifat objek yang dijadikan sasaran.
b. Kewajiban orang yang mengemukakan suatu sikap.
c. Sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d.
Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan situasi pada
saat sikap itu terbentuk.
Ciri-ciri sikap menurut Mar’at (1982) dalam buku Notoatmodjo (2007)
adalah:
• Bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objek tersebut.
• Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari.
• Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi terhadap
suatu objek.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
64/133
117
• Objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi dapat juga berupa
kumpulan dari hal-hal tersebut.
•
Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.
Pembentukan sikap menurut Azwar (2007) memiliki tahapan-tahapan
yaitu:
• Menerima
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diterima.
• Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
• Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
• Bertanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko.
c. Pengukuran Sikap
Morgan (1961) dalam buku Widayatun (1999) menjelaskan sikap
adalah kecenderungan manusia untuk berespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek atau situasi.
Teknik pengukuran sikap yang dikenal saat ini adalah skala Thurstone
Equal-Appeal Interval Scala dengan menempatkan suatu benda kedalam dua
dimensi evaluasi ”kesukaan” dan ”ketidaksukaan” dengan rentang dari satu
sampai sebelas (Za’im, 2002).
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
65/133
118
Skala Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih
sederhana lagi dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan
rentang satu sampai lima yaitu ”sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju” atau disederhanakan menjadi rentang satu sampai
empat yaitu ”sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju”
(Azwar 2007).
Skala sikap berisikan pernyataan-pernyataan sikap tentang objek yang
diukur. Pernyataan sikap berisikan hal-hal positif (favorable) atau hal-hal
yang negatif (non-favorable) mengenai objek sikap. Dalam pernyataan skala
sikap memuat komponen-komponen perilaku terdiri dari aspek kognitif,
afektif, dan kecenderungan bertindak.
2.3.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan menggambarkan seseorang telah menjalani
kegiatan belajar secara formal di suatu instansi pendidikan dengan
memperoleh tanda tamat pada setiap jenjangnya. Semakin tinggi jenjang
pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan
berarti mengenai berbagai macam faham ilmu (Widayatun,1999).
Ada pengaruh antara pendidikan yang telah dialami seseorang
terhadap perilaku K3. Hal ini diungkapkan oleh Siagian (1998) tentang
penelitian yang pernah dilakukannya. Karena didapat p value sebesar 0,500
yang artinya ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku K3 yang dilakukan.
-
8/17/2019 Ahmad Dharief Dahlawy-fkik
66/133
119
2.3.5. Jenis Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan barang atau
jasa dimanapun merupakan sebuah pekerjaan. Pekerjaan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tenaga fisik maupun kemampuan memutar otak demi
memenuhi target menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat (Azwar, 2007).
2.3.6. Tempat Kerja
Perusahaan apapun bentuknya merupakan sumber mata pencaharian
seseorang. Perusahaan atau instansi biasanya memiliki orang-orang yang
berfungsi sebagai penggerak proses suatu produksi. Dapat dikatakan juga
bahwa tempat kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang
atau jasa yang menjadi lokasi seorang pekerja melakukan pekerjaan (Azwar,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (1997) menyatakan bahwa ada
perbedaan antara tempat kerja dengan perilaku K3 dengan p value 0.490.
Artinya ada perbedaan bermakna antara unit tempat kerja dengan perilaku K3.
2.4. Kerangka Teori
Kerangka teori tentang faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di bawah ini
merupakan gabungan dari berbagai macam pendapat atau teori yang diungkapkan
oleh para ilmuan. Diantara ilmuan tersebut adalah Gibson (1985), Nototmodjo
(2007), dan Azwar (2007). Kesemua teori tersebut mengungkapkan tentang faktor
yang mempengaruhi perilaku K3.
-
8/17/2019 Ahmad Dh