nur jannatun naim-fkik

Upload: riris-kurnialatri

Post on 27-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    1/128

    viii

    SCHOOL PROGRAM OF NURSING

    FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UNDERGRADUATED THESIS, August 2010

    Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

    Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing

    childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang.

    xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

    ABSTRACT

    Psychological problem was raising significantly, above all about thenuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when

    someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be

    happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which

    someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new

    situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought

    that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxietycould hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the

    factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuarts andLairaias, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and

    biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, therewas just family support interpersonal and behavior were just controller.

    The research used quantity approximation with design cross sectionaltechnic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected

    on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used

    analysisMultinominal logistic with : 5%. Instruments which used by Zung Self

    Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour.

    The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and

    84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium

    anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p;

    0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadnt

    connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were

    connection between family support and anxiety, the research had been be

    controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it couldincrease support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that

    it could reduce anxiety which mother having.

    Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, AnxietyBibliography : 44 (1970-2009)

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    2/128

    viii

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    SKRIPSI, Agustus 2010

    Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

    Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara

    Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

    xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran

    ABSTRAK

    Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikanterutama masalah gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi

    di masyarakat adalah kecemasan. Kecemasan dapat muncul saat seseoang

    menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya adalah kecemasan yang

    dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode

    dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap

    lingkungan baru, terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Padapenelitian ini diteliti tentang faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart dan

    Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga danbiologi, Tetapipenelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan interpersonal dan

    behavior dijadikan sebagai pengontrol.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional,

    tehnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampelsebanyak 52 orang. Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli

    tahun 2010. Analisis bivariat menggunakan Multinomial Logisticdengan = 5%.

    Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale(ZSAS) , dukungan

    keluarga, interpersonal, dan behavior.

    Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan

    84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas

    sedang 19.2%). Pada analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan

    interpersonal (p=0.001) menunjukkan terdapat hubungan dengan kecemasan,

    sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan kecemasan. Berdasarkan

    analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan

    keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour(p=0.012).

    Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan.

    Bibliography : 44 (1970-2009)

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    3/128

    HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

    PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA

    TANGERANG SELATAN

    Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Keperawatan (S. Kep)

    NUR JANNATUN NAIM

    106104003507

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2010 M / 1431 H

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    4/128

    HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

    PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA

    TANGERANG SELATAN

    NUR JANNATUN NAIM

    106104003507

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2010 M / 1431 H

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    5/128

    Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah kedalam hati dan pikiranku

    semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan

    daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa

    aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.

    Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku

    dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan

    biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa

    di dahului oleh kerja keras.

    Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir

    dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin

    semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin

    mendewasakanku

    Terima kasih untukpak e, make,saudaraku, keluarga di Klaten

    Untuk bapak ibu guru, yang sabar dan ikhlas membimbingku

    Sahabat yang selalu ada, Teman-teman seperjuangan.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    6/128

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    7/128

    BIODATA

    Nama : Nur Jannatun Naim

    Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek

    No telp : 083892417090 / 082111773740

    Nama orang tua

    Ayah : Amad Suparman

    Ibu : Sami

    Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu

    2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta

    2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prodi Ilmu Keperawatan

    Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi

    Farma

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    8/128

    xiii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv

    LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii

    ABSTRAK............................................................................................................... viii

    ABSTRACT ............................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

    DAFTAR ISI........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL................................................................................................ xix

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xx

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi

    DAFTAR SINGKATAN...................................................................................... xxii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang... 1

    B. Rumusan Masalah........ 8

    C. Pertanyaan penelitian......................................... 8

    D. Tujuan Penelitian... 9

    E.

    Manfaat Penelitian... 10

    F. Ruang Lingkup Penelitian... 11

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    9/128

    xiv

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kecemasan....... 11

    1.

    Pengertian Kecemasan....... 11

    2. Jenis Kecemasan..... 11

    3.Tingkat Kecemasan.... 12

    4.Rentang Respon Kecemasan....14

    5.Respon Kecemasa... 14

    6.

    Reaksi Kecemasan......... 16

    7. Mekanisme Koping....... 16

    8.Gejala Kecemasan......... 17

    9.Factor Pencetus........... 18

    10.Mekanisme Pertahanan Kecemasan...... 19

    11.

    Alau Ukur Kcemasan........ 20

    12.Tindakan Keperawatan...... 21

    13Terapi Farmakologi.24

    14Faktor Predisposisi. 25

    a. Psikoanalisa.. ....25

    b.

    Interpersonal..26

    c. Behavior.28

    d. Keluarga ....30

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    10/128

    xv

    e. Biologi ......36

    B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan .37

    1.

    Kehamilan.. ..37

    2. Persalinan... ..42

    C. Kerangka Teori.... 43

    BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep..... 43

    B.

    Hipotesis.. 44

    C. Definisi operasional. 48

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain penelitian.. 49

    B. Lokasi dan waktu penelitian.... 49

    C.

    Populasi, sampel, dan teknik sampling.... 49

    1. Populasi...... .50

    2. Sampel ... 50

    3. Besar sampel... 51

    D. Kriteria sampel..... 51

    E.

    Pengumpulan data.... 51

    1. Jenis data..... 52

    2. Instrument data... 53

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    11/128

    xvi

    3. Prosedur pengumpulan data.... 54

    F. Uji validitas dan reabilitas instrument. 55

    G.

    Pengolahan data... 56

    1.Editing..... 56

    2. Coding.... 56

    3.Entrydata.... 56

    4. Melakukan teknik analisis.. 56

    H.

    Analisis data..... 57

    1. Analis Univariat..... .57

    2. Analisis Bivariat......57

    3. Analisa Multivariat.. ...60

    I. Etika penelitian.... 60

    1.

    Informed Consent.... 60

    2.Anonimity (tanpa nama).. 60

    3. Kerahasiaan (confidentiality).. 60

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian... 61

    1.

    Letak wilayah...... 61

    2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang... 61

    3. Program Puskesmas.... 62

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    12/128

    xvii

    4. Tenaga kerja.... 63

    B. Hasil Analisa Univariat.... 64

    1.

    Gambaran Kecemasan Ibu Primipara...... 64

    2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara... 64

    3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara....65

    4. GambaranBehaviourIbu Primipara... 67

    C. Hasil Analisa Bivariat.. 67

    1.

    Hubungan antara dukungan dengan kecemasan 67

    2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan.... 68

    4. Hubungan antara behaviordengan kecemasan... 69

    D. Analisis Multivariat........ 74

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian ....... 75

    B. Instrumen Penelitian.... 76

    C. Interpretasi dan Hasil diskusi...... 77

    1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan... 77

    2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan82

    3. Hubungan antarabehaviordengan kecemasan ...... 84

    4.

    Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonaldan behaviour...... 85

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan...... 86

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    13/128

    xviii

    B. Saran ....... 87

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    14/128

    xix

    DAFTAR TABEL

    No. tabel

    2.1

    Obat Anti ansietas ....................................................................................... 41

    3.1 Definisi Operasional. 38

    4.1 Skala Kecemasan... 51

    4.2 SkalaLikert .52

    5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan..63

    5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga....64

    5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan.........65

    5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal........66

    5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan.........67

    5.6 Distribusi FrekuensiBehaviour dengan Tingkat Kecemasan......68

    5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga...69

    5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal70

    5.9 Distribusi Kecemasan denganBehaviour.71

    5.10 Hubungan antara variable dependendengan independen......72

    5.11 Model Variabel Multivariat.73

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    15/128

    xx

    DAFTAR BAGAN

    No. Bagan Halaman

    2.1

    Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental ..32

    2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres...........................................33

    2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan........................43

    2.4 Kerangka Teori... 55

    3.1 Kerangka Konsep.56

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    16/128

    xxi

    LAMPIRAN

    Lampiran

    1.

    Surat ijin penelitian

    2. Informed consent

    3. Kuesioner

    4. Hasil analisa Univariat

    5. Hasil analisa Bivariat

    6.

    Hasil analisa Multivariat

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    17/128

    xxii

    DAFTAR SINGKATAN

    ACTH :Adreno Cortico Tropin Hormone

    Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    FSH : Folicle Stimulating Hormone

    GABA : Gamma Amino Butiric Acid

    GH : Growth Hormone

    HARS :Hamilton Anxiety Rating Scale

    KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

    SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

    SSP : Susunan Syaraf Pusat

    THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan

    WHO : World Health Organization

    ZSAS :Zung Self Rating Anxiety Scale

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    18/128

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa

    status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami

    gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%

    populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar

    20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan

    peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).

    Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara

    signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia

    prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh

    lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut

    mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila

    tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.

    Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan

    menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut

    Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

    menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini

    tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

    secara interpersonal.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    19/128

    2

    Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang

    diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu

    kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh

    adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman

    traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam

    mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,

    2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-

    hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan

    menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.

    Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi

    seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling

    dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini

    memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan

    dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya waktu menghadapi

    persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota

    keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin,

    tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan

    perubahan hubungan setiap anggota keluarga.

    Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi

    berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan

    mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran

    baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    20/128

    3

    ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas tertentu, menerima kehamilan,

    mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan pasangannya, membangun

    hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi

    persalinan ( Stainton, 1984).

    Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi,

    terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak,

    2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika

    bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu

    mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu

    menjadi lebih introspektif dan mulai banyak memikirkan dan mencemaskan

    persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi

    yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi

    kesejahteraannya (Hamilton, 1995).

    Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh

    bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan

    mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan

    terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada

    ibu hamil.

    Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta

    previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu

    dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada

    akhirnya berujung pada stres. Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    21/128

    4

    stres meningkat (beta-endorphin, hormon adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan

    epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat

    dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat menghambat

    dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan

    mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).

    Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan

    keletihan bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah

    yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan

    rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi

    yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu

    hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa

    hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan

    semakin lancar (Zaenal, 2002).

    Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan

    menyebabkan depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian

    mengindikasikan beratnya perubahan suasana emosi pada periode postpartum

    berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan. Penelitian lain juga

    menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan

    berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth, 1980).

    Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan

    yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan

    mengurangi kecemasan ibu hamil dengan memberikan penjelasan mengenai

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    22/128

    5

    kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.

    (Dagun, 1991).

    Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan

    Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran

    hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi

    persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan.

    Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh

    cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),

    mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang

    diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan

    kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada

    penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan

    yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang

    dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.

    Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi

    dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,

    tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara

    objektif.

    Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan

    tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.

    Seseorang yang memiliki dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    23/128

    6

    cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan

    wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih

    mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

    Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan

    menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada

    tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu

    mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait

    dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami

    atau salah satu anggota keluarganya.

    Al-Quran memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan

    merupakan tugas yang sangat berat :

    Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

    bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

    tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

    orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    24/128

    7

    Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu

    bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan

    susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

    sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

    "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau

    berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang

    saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)

    kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya

    Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).

    Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III

    terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,

    tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak

    ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri

    ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    25/128

    8

    salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu

    primipara menghadapi persalinan.

    B. Rumusan Masalah

    Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa

    dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal

    ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan

    persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.

    Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya

    kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi

    penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga

    sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi

    (Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang

    adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi

    persalinan.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1.Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam

    menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

    2.Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi

    persalinan di Puskesmas Pamulang ?

    3.Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

    dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    26/128

    9

    4.Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol

    interpersonal dan behavior?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi

    persalinan diPuskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

    2. Tujuan Khusus

    a.

    Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu

    primipara trimester III dalam menghadapi persalinan diPuskesmas Pamulang.

    b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam

    menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

    c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara

    dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

    d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah

    dikontrol interpersonal dan behavior.

    E.Manfaat Penelitian

    1. Bagi pelayanan keperawatan

    Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III

    menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama

    saat melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    27/128

    10

    2. Bagi tenaga kesehatan

    Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

    Puskesmas Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya

    yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester

    III, terutama untuk health promotiondan health prevention.

    3. Bagi pendidikan

    Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu

    keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan

    jiwa tentang penyebab kecemasan.

    4. Bagi penelitian selanjutnya

    Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan

    pengembangan ilmu berkaitan dengan kecemasan.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan

    dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu

    interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan

    terhadap kecemasan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena

    Puskesmas Pamulang mempunyai jumlah ibu primipara tertinggi dibanding

    Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara

    trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang 2010.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    28/128

    11

    Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

    penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling,yaitu

    menggunakan populasi sebagai sampel sebanyak 52 orang.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    29/128

    12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Kecemasan

    1. Pengertian Kecemasan

    Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari

    kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,

    menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang

    dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang

    bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan

    tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan

    merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di

    sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).

    Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak

    menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,

    ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud

    (dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu

    perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti

    perubahan detak jantung dan pernafasan.

    2. Jenis Kecemasan

    Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,

    neurotik dan moral.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    30/128

    13

    a. Kecemasan realita

    Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan

    semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

    b. Kecemasan neurotik

    Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu

    yang dapat membuatnya terhukum.

    c. Kecemasan moral

    Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup

    berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan

    dengan norma moral.

    3. Tingkat Kecemasan

    Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami

    oleh individu, yaitu :

    a. Kecemasan ringan

    Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

    hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

    persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

    pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

    kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk

    belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    31/128

    14

    b. Kecemasan sedang

    Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

    mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

    selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

    pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan

    pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

    tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

    kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

    rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,

    mudah lupa, marah dan menangis.

    c. Kecemasan berat

    Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

    berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

    tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

    pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi

    yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

    tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi

    menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan

    keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,

    bingung, disorientasi.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    32/128

    15

    d. Panik

    Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami

    kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

    walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini

    adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan

    inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

    menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

    5.

    Rentang Respon Kecemasan

    Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon

    adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif)

    dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan

    koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu

    menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus

    diri (Suliswati, 2005).

    6. Respon Kecemasan

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag

    ketika mengalami kecemasan :

    a.Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

    1)

    Kardio vaskuler

    Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi

    meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    33/128

    16

    2)Respirasi

    Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

    3)Kulit

    Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,

    rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

    4)Gastrointestinal

    Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,

    diare.

    5)Neuromuskuler

    Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,

    kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

    b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

    1)Perilaku

    Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,

    menghindar.

    2)Kognitif

    Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,

    bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir

    yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-

    lain.

    3)Afektif

    Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    34/128

    17

    6. Reaksi Kecemasan

    Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.

    a.Konstuktif

    Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak

    nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

    b. Destruktif

    Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

    7. Mekanisme Koping

    Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang

    digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan

    situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping

    dibagi menjadi 2, yaitu :

    a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

    Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan

    secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan

    mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan

    untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau

    mengorbankan aspek kebutuhan personal.

    b.

    Mekanisme Pertahanan Ego

    Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme

    tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    35/128

    18

    diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif

    terhadap stres.

    8. Gejala Kecemasan

    Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas

    dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu

    a. Fase 1 (satu)

    Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan

    diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh

    merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan

    noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di

    otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini

    menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri

    dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan

    antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat

    pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme

    peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf

    fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

    b. Fase 2 (dua)

    Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur

    dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak

    ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah

    menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    36/128

    19

    menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang

    dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan

    kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada

    keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam

    diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat

    sesuatu (Asdie, 1988).

    c. Fase 3 (tiga)

    Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap

    saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan

    gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi

    kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa

    perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan

    stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang

    sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah

    mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai

    gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

    9. Faktor Pencetus Kecemasan

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat

    disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal

    tersebut dibedakan menjadi:

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    37/128

    20

    a. Ancaman terhadap integritas fisik

    Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang

    untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa

    disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman

    keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan

    mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator

    menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

    b.

    Ancaman terhadap self esteem

    Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan

    integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan

    seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status

    pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu

    kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di

    dalam masyarakat.

    10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

    Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain

    adalah:

    a. Represi

    Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari

    kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak

    sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    38/128

    21

    b. Reaksi Formasi

    Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan

    tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk

    yang lebih dapat diterima.

    c. Proyeksi

    Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu

    impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya

    melainkan milik orang lain.

    d. Regresi

    Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa

    periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi

    dan kecemasan yang saat ini dihadapi.

    e. Rasionalisasi

    Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman

    kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat

    diterima oleh kita.

    f. Pemindahan

    Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek

    lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

    g. Sublimasi

    Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,

    sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    39/128

    22

    Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan

    hanya diterima namun dipuji.

    h. Isolasi

    Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima

    dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,

    merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

    11.Alat Ukur Kecemasan

    Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton

    Anxiety Rating Scale(HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale

    (ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I(STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,

    1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety

    Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat

    kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan

    kebutuhan penelitian. Instrumen ZSASdikembangkan oleh William W.K Zung (1997).

    Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal

    berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut

    dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada

    konflik-konflik di dalam diri sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan

    sistem syaraf simpatik. Berdasarkan analisis statistik, ZSAS mampu membedakan

    dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara

    setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah bermakna.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    40/128

    23

    12. Tindakan Keperawatan

    Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk

    mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas

    antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan

    tingkat koping, menentukan mekanisme pertahanan yang harus digunakan,

    mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan,

    mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa

    yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme

    koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk

    menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta

    ketrampilan penyelesaian masalah).

    Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan

    bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan

    cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,

    menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan,

    memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,

    menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan

    prognosisnya.

    Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok

    pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,

    mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi

    maupun kecemasan yang dirasakan, mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    41/128

    24

    cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke arah pengurangan ketegangan membantu

    klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan, membantu klien

    dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang,

    menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan klien untuk

    menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan

    beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

    a) Terapi kognitif

    Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang

    didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada

    penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi

    pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan

    kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis

    dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ideide yang

    membangun.

    b) Terapi perilaku

    Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara

    langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000)

    menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan

    kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.

    c) Teknik relaksasi

    Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot.

    Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    42/128

    25

    tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang

    terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,

    mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.

    d) Modelling

    Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku

    yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.

    14.Terapi Farmakologi

    Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan

    diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative,

    hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi

    susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja

    yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan

    melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat

    anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

    somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala

    insomnia dan kecemasan.

    Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti

    ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,

    letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas),

    kardiovaskuler (hipotensi ortostastik, takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan

    THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus), gastrointestinal (anoreksia, mual, kering,

    mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu, penyakit hati, klien lansia, penyakit

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    43/128

    26

    hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah

    ada serta reaksi hipersensitivitas.

    Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas

    Nama Generik Dosis (Mg/ hari)

    Alprazolam (xanax) 1- 4

    Diazepam (Valium) 2 -40

    Fluoxetine (Prozac) 20 60

    Clomipramine (Anafranil) 50 250

    Lorazepam (Ativan) 1 6

    15. Faktor Prediposisi Kecemasan

    a. Psikoanalisa

    Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu

    sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat

    normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan.

    Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto

    Rank, 1986).

    Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman

    dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir

    individu dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus

    beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan.

    Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah dan belum tersiapkan, tiba-tiba

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    44/128

    27

    dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,

    dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang

    berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang

    bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principledan selalu ingin dipuaskan)tidak

    dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan

    kecemasan.

    Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu

    termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu

    bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada t indakan maka

    ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan

    mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta

    berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu

    juga dapat mengikuti kata hatinya.

    b. Interpersonal

    Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

    tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan

    termasuk dalam peristiwa yang paling mempengaruhi dalam pengalaman orang.

    Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki

    kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Akibatnya, orang

    termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak perilaku manusia

    tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    45/128

    28

    interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta

    mengakibatkan kecemasan.

    Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal

    transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan

    perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma

    kehilangan, dan kematangan kepribadian.

    Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,

    kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga

    diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,

    rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam

    (2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui

    hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.

    bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,

    dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat

    menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang

    akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul

    dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah

    satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.

    Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami

    kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan

    individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini

    lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    46/128

    29

    c.Behaviour

    Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu

    yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli

    perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

    keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan

    muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi

    kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah

    dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).

    Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang

    disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut

    mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.

    Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal

    ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).

    Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari

    luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana

    orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon

    sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk

    mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi

    yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang

    sama (Stuart dan Laraia, 2005).

    Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang

    mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    47/128

    30

    kecemasan meningkatkan persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya

    (Stuart dan Laraia, 2005).

    Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu

    interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,

    kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-

    ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap

    masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi.

    Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang

    terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat

    menciptakan konflik.

    1) Faktor penyebab konflik.

    a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia

    adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan

    yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan

    sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik

    sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan

    dengan kelompoknya.

    b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.

    c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

    2) Macam-macam konflik itu adalah :

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    48/128

    31

    a) Pendekatan-pendekatan

    Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan.

    Konflik ini jarang menimbulkan kecemasan.

    b) Pendekatan-penghindaran

    Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.

    c) Penghindaran-penghindaran

    Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan

    tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan.

    d)Double Pendekatan- penghindaran

    Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak

    menguntungkan, keduanya merupakan pilihan.

    6) Keluarga

    Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.

    Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi

    pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap

    keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati

    (2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

    mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi

    kecemasan.

    Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat

    mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua

    anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    49/128

    32

    keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga

    yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.

    Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan

    kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan

    sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam

    hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet,

    2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi

    1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

    terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

    emosional yang dapat diberikan

    a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.

    b) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.

    c) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.

    d) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.

    e) Adanya dukungan timbal balik.

    2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang

    lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan

    dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan

    penghargaan yang dapat diberikan:

    a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.

    b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.

    c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    50/128

    33

    3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota

    keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada

    situasi tertentu.

    4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan

    balik.

    5)Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu

    kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

    Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan

    integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998

    dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan

    mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka

    diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi

    seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh

    positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga

    yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

    Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga

    dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi

    seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effectsdan the buffering model.

    Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup

    luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan

    kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan

    keputusasaan. Seseorang yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    51/128

    34

    dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat

    dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau

    gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan

    pengaruh orang yang berarti merupakan faktorfaktor dari lingkungan eksternal yang

    dapat mempengaruhi kesehatan.

    Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.

    Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh

    tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang

    ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model

    ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai

    dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor

    yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari

    lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang

    tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak

    Faktor

    lingkungan

    eksternal

    (dukungan

    keluarga)

    Penguatan tingkah

    laku

    Pengaruh orang

    berarti

    Dorongan

    seman at

    Contoh / model

    Sehat dan

    keadaan

    sejahtera

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    52/128

    35

    mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan

    tinggi mengalami dampak negatif dari stres.

    Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.

    Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang

    paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh

    suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih

    komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum

    (Grossman, dkk, 1980; May, 1982).

    e. Dasar Biologi

    Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat

    nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan

    fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart

    dan Sundeen, 1998).

    Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter

    Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak

    yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan

    penghambatan neurotransmitter di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan

    Stres

    Kurang dukungan

    keluarga Sakit

    Dukungan keluarga

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    53/128

    36

    mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran

    reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi

    penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan lambat

    (Stuart dan Laraia, 2005).

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    54/128

    37

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    antisipasi ringan sedang berat panik

    Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005).

    Faktor predisposisi

    Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

    Kekuatan koping

    Mekanisme ko in

    Faktor presipitasi

    Integritas fisik

    System self esteem

    Penilaian stressor

    Konstruktif

    Mekanisme

    pertahanan EgoReaksi berorientasi

    tugas

    Destruktif

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    55/128

    38

    B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan

    1. Kehamilan

    Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan,

    harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap

    menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman

    masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman

    sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan

    tersebut (Whalen, 1987).

    Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan

    yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan

    menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak

    menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang

    dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar

    tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu

    melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik,

    perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan

    aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas

    atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).

    Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester

    ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester

    sebelumnya.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    56/128

    39

    a.Trimester ketiga

    Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.

    Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang

    lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik.

    Alasan yang mungkin

    menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk

    melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya ( Kosim, 1970).

    Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai

    perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami

    perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu

    akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk

    bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai

    berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan

    pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester

    ketiga:

    a) Payudara

    Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang

    kaya akan protein.

    b) Konstipasi

    Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke

    daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.

    c) Pernafasan

    Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    57/128

    40

    tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa

    terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya

    tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.

    d) Sering BAK

    Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin

    menekan kandung kencing ibu.

    e) Masalah Tidur

    f)

    Varises

    Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah

    panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir

    kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.

    h) Kontraksi Perut

    Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang

    ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.

    i) Bengkak

    Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan

    kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan

    hormonal yang menyebabkan retensi cairan.

    j) Kram Kaki

    Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan

    dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar

    kalsium.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    58/128

    41

    k) Cairan Vagina

    Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih,

    pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.

    Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat

    menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah

    perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa,

    plasenta abruption dan bloody show.

    a)

    Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)

    Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi

    pembukaan serviks.

    b)Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)

    Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan

    terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,

    yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.

    c)Bloody Show

    Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester

    ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal

    sebagai perubahan serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.

    2.

    Persalinan

    Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

    telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

    jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    59/128

    42

    Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau

    hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

    tubuh ibu.

    C. Kerangka Teori

    Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.

    Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan

    yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis,

    sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah

    psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang

    menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi dan merupakan

    support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai peranan

    dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam

    dukungan keluarga, yaitu : the buffering model danthe direct effect model. Pada the

    direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari

    luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang

    berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang

    kurang mendapat dukungan dari keluarga maka ia akan menjadi sakit.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    60/128

    43

    Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).

    Faktor Predisposisi

    Psikoanalisa

    Interpersonal

    konsep diri,

    trauma kehilangan

    kematangan kepribadian

    Behavior

    trauma kegagalan,

    pembelajaran,

    konflik

    Keluarga (dukungan keluarga)

    Dukungan emosional

    Dukungan penghargaan

    Dukungan instrumental

    Dukungan informatif

    Network support

    Biologi

    Kecemasan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    61/128

    44

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori,

    maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga

    merupakan variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan

    behaviour sebagai variabelpotensial confounding.

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005).

    - Interpersonal

    - Behaviour

    Dukungan

    keluarga

    Kecemasan

    menghadapi

    persalinan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    62/128

    45

    B. Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep

    penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:

    1.Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi

    persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

    2.Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara

    menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    63/128

    46

    C. Definisi Operasional.

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional

    Cara Ukur Alat Ukur Hasil

    Ukur

    Skala

    Penguk

    uran

    Kecemasan Perasaaan

    terancam dan

    stressfull, yang

    dimanifestasikan

    pada perubahan

    pola tidur, makan

    dan tanda-tanda

    vital.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner

    sebagai alat

    ukur respon

    kecemasan.

    Kuesioner

    A 1

    0 = Tidak

    cemas ( 20

    - 40)

    1 = Cemas

    ringan ( 41-

    60)

    2 = Cemas

    Sedang

    (61-80)

    3 = Cemas

    Berat (81-

    100)

    Ordinal

    Dukungan

    keluarga

    Dukungan yang

    diberikan oleh

    anggota keluarga

    terdekat yang

    awancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner

    Kuesioner

    A 2

    0 =

    dukungan

    baik (37-

    48)

    ordinal

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    64/128

    47

    berupa dukungan

    emosional,

    penghargaan,

    instrumental

    informative dan

    network support

    mempunyai

    peranan sebagai

    contoh/model,

    penguatan

    tingkah laku,

    dorongan

    semangat, dan

    pengaruh orang

    berarti.

    1 = cukup

    dukungan

    ( 25-36)

    2 = kurang

    dukungan

    (12-24)

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    65/128

    48

    Interpersonal Hubungan

    interaksi dengan

    lingkungan yang

    dipengaruhi

    konsep diri,

    kematangan

    kepibadian, serta

    trauma

    kehilangan.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner.

    Kuesioner

    A 3

    0= baik

    (37-48)

    1= cukup

    (25- 36)

    2= kurang

    (12-24)

    Ordinal

    Behaviour Perilaku yang

    dibentuk sejak

    dini dipengaruhi

    trauma kegagalan,

    pembelajaran

    kejadian, dan

    konflik.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner.

    Kuesioner

    A 4

    0= baik

    (37-48)

    1= cukup

    (25-36)

    2= kurang

    (12-24)

    Ordinal

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    66/128

    49

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan

    rancangan penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian

    ini variabel independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu

    (periode) yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

    dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dan hubungan dukungan keluarga

    dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan

    pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Pamulang. Jumlah populasi dalam penelitian ini

    52 orang (berdasarkan data ibu primipara trimester II bulan Maret).

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

    sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Sampel dari

    penelitian ini diambil dari populasi ibu primipara trimester III yang melakukan

    pemeriksaan kehamilan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang.

    Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    67/128

    50

    a. Ibu Hamil trimester III

    b. Ibu yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang (namanya tercantum di KIA

    bulan Maret).

    c. Ibu yang akan melahirkan anak pertama.

    Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi,

    tetapi peneliti menggunakan Total Sampling yaitu menggunakan populasi sebagai

    sampel, karena jumlah populasi yang kecil.

    3.

    Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang

    digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

    mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini,

    teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling,yaitu cara

    pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh jumlah populasi digunakan

    sebagai sampel, sebanyak 52 orang.

    C.Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

    Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas

    Pamulang bulan Juni-Juli 2010.

    D.Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa

    Ilmu Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti

    mendatangi rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan

    di Puskesmas Pamulang yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    68/128

    51

    Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti

    memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent

    untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.

    Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner

    dengan beberapa pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap

    dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner,

    responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak

    jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.

    Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap

    pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.

    Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan

    kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga

    menggunakan instrumen dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour. Untuk

    mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour yang dimiliki oleh ibu

    primipara.

    E. Instrumen Penelitian

    Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :

    1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety

    Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk

    mengukur tingkat kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan.

    Instrumen ini terdiri dari 20 butir pernyataan dengan karakteristik kecemasan

    meliputi 5 sikap dan 15 gejala somatik, dan digolongkan ke dalam empat

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    69/128

    52

    tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, dan

    cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada

    kuesioner dengan menggunakan SkalaLikert, dimana digunakan skoring atau nilai

    jawaban sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Skala Kecemasan

    Alternatif

    Jawaban

    Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif

    Selalu 5 1

    Sering 4 2

    Kadang 3 3

    Jarang 2 4

    Tidak Pernah 1 5

    (Sumber: Nursalam, 2003)

    Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang

    tingkat kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas

    ringan, cemas sedang, dan cemas berat.

    Keterangan:

    P = Panjang kelas interval

    Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil

    Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada

    empat, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan

    cemas berat.

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    70/128

    53

    Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

    Nilai 20 40 : tidak cemas

    Nilai 41 60 : cemas ringan

    Nilai 61 80 : cemas sedang

    Nilai 81 100 : cemas berat

    2. Instrumen yang kedua adalah Dukungan keluarga , dengan menggunakan

    kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang

    dimiliki ibu primipara dan mempegaruhi kecemasan. Pada instrumen berisikan

    dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan network support

    mempunyai peranan sebagai contoh/model, penguatan tingkah laku, dorongan

    semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 3

    pertanyaan mengenai contoh/model, 3 pertanyaan mengenai penguatan tingkah

    laku, 3 pertanyaan mengenai dorongan semangat, 3 pertanyaan mengenai

    pengaruh orang berarti dan digolongkan ke dalam tiga tingkatan dukungan

    keluarga yaitu kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari

    empat pilihan jawaban yang ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala

    Likert, dimana digunakan skoring atau nilai jawaban sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    71/128

    54

    Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga

    Alternatif

    Jawaban

    Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan

    Negatif

    Sering 4 1

    Kadang-kadang 3 2

    Jarang 2 3

    Tidak Pernah 1 4

    (Sumber: Nursalam, 2003)

    Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang

    dukungan, dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi

    menjadi tiga kategori, yaitu :

    Nilai 12 - 24 : kurang dukungan

    Nilai 25 36 : cukup dukungan

    Nilai 3748 : dukungan baik

    3. Instrumen yang ketiga adalah interpersonal, dengan menggunakan kuesioner yang

    berisi daftar pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara

    dan mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 6

    pertanyaan mengenai konsep diri, 2 pertanyaan mengenai kematangan kepribadian,

    4 pertanyaan mengenai trauma kehilangan.

    4. Instrumen yang keempat adalah behaviour, dengan menggunakan kuesioner yang

    berisi daftar pernyataan untuk mengukur behaviouryang dimiliki ibu primiara dan

  • 7/25/2019 Nur Jannatun Naim-fkik

    72/128

    55

    mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 4

    pertanyaan mengenai trauma kegagalan, 4 pertanyaan mengenai trauma kejadian, 4

    pertanyaan mengenai konflik. Skor dan penilaian yang diberikan pada instrumen ini

    sama seperti pada instrumen dukungan keluarga.

    E.Uji Coba Instrumen

    Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap

    pertanyaan. Uji coba ini dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan

    instrumen berupa kuesioner, yang diuji cobakan kepada responden yang bukan

    merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba instrumen dukungan keluarga,

    interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat dengan jumlah sampel

    15 orang.

    1.Uji Validitas

    Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang

    mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan

    fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

    alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran

    tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas

    instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses