animorphs 01 - serbuan makhluk asing

Upload: rakhma

Post on 17-Feb-2018

337 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    1/147

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    2/147

    Judul Asli

    THE INVASION

    1996

    Terbit di Indonesia

    1998

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    3/147

    Chapter 1

    NAMAKU Jake. Sebenarnya masih ada tambahan namakeluarga, tapi tak bisa kusebutkan di sini. Habis, risikonya terlalubesar. Para Pengendali ada di mana-mana. Di berbagai tempat. Kal

    mereka sampai tahu nama lengkapku, mereka akan bisa melacakdiriku dan teman-temanku. Dan setelah itu... pokoknya, aku tidak

    ingin mereka menemukanku. Perbuatan para Pengendali terhadaporang-orang yang melawan mereka terlalu mengerikan. Sekadar

    membayangkannya saja sudah bikin ngeri.Aku bahkan tak bisa memberitahumu di mana aku tinggal. T

    percayalah, aku tinggal di suatu tempat yang benar-benar ada, di su

    kota sungguhan. Mungkin malah di kotamu.Catatan ini kubuat supaya lebih banyak orang tahu apa yang

    telah terjadi. Dengan demikian umat manusia mungkin bisa bertaha

    sampai kaum Andalite kembali untuk menyelamatkan kita, sepertiyang mereka janjikan.Mudah-mudahan saja.

    Semula hidupku biasa-biasa saja. Sampai suatu hari Jumatmalam, waktu aku pergi ke mall bersama Marco, sahabat karibku. D

    sana kami bermain video game, lalu melihat-lihat buku komik di tobuku.

    Ketika Marco dan aku kehabisan koin untuk bermain videogame, ia sedang unggul jauh. Sebenarnya sih kemampuan kamiseimbang. Aku punya Sega di rumah dan bisa berlatih terus, tapi

    Marco pandai membaca permainan dan cepat mengetahui segalamacam trik. Jadi kadang-kadang ia bisa mengalahkanku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    4/147

    Tapi mungkin juga aku yang kurang konsentrasi. Pikirankumemang agak kalut. Kejadian di sekolah hari itu kurang

    mengenakkan. Aku ikut seleksi anggota tim basket, tapi aku tidakterpilih.

    Sebenarnya sih, itu bukan persoalan besar. Tapi Tom

    kakakku

    merupakan legenda di tim sekolahku. Ia pemain hebat. Dsekarang ia menjadi pencetak angka nomor satu di SMU-nya. Kareitulah semua orang menyangka aku pasti terpilih. Ternyata aku gag

    Walaupun bukan persoalan besar, kegagalan itu tak bisakulupakan begitu saja. Soalnya belakangan ini Tom dan aku tidak

    seakrab dulu lagi. Jadi aku berangan-angan, seandainya aku bisamengikuti jejaknya di tim basket....

    Ah, sudahlah. Yang jelas, Marco dan aku kehabisan uang dansudah bersiap-siap pulang ketika kami bertemu Tobias. Tobias agakaneh. Ia anak baru di sekolah kami. Karena ia bukan tipe jagoan, ia

    sering diganggu dan dijaili anak-anak lain.Ketika aku pertama kali bertemu dengannya, kepalanya ada d

    dalam wastafel. Dua anak konyol sedang memegangi tangannya da

    menyirami kepala Tobias sambil tertawa-tawa. Rambut Tobias yanpirang jadi basah kuyup. Aku langsung melabrak mereka, dan sejakitu Tobias menganggapku sebagai teman.

    "Hei, mau ke mana kalian?" tanya Tobias.Aku angkat bahu. "Pulang."

    "Kami kehabisan uang," Marco menimpali. "Ada orang yanglupa kalau Sleaze Troll selalu muncul setelah kita menyeberangi

    Nether Fjord. Ada orang yang maunya kalah terus

    danmenghambur-hamburkan uang." Marco sudah menunjuk-nunjukdiriku dengan jempol, tapi Tobias tetap tidak tahu siapa yang

    dimaksud Marco."Hmm, kalau begitu kita bisa pulang sama-sama," kata Tobia

    Aku bilang boleh saja. Apa salahnya?

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    5/147

    Kami sedang menuju pintu keluar mall ketika aku melihatRachel dan Cassie. Rachel lumayan kece. Ehm, sebenarnya sih, ia

    cantik sekali. Tapi bagiku ia tidak masuk hitungan, soalnya iasepupuku. Rachel berambut pirang dan bermata biru. Penampilanny

    oke banget. Ia termasuk orang yang selalu pas kalau memilih baju.

    pantas jadi foto model. Apalagi gerak-geriknya juga luwes, soalnyaikut senam. Tapi ia sendiri selalu bilang ia terlalu tinggi untuk jadijago senam.

    Cassie justru sebaliknya. Ia hampir selalu memakai jeans dankemeja kotak-kotak, atau baju santai lainnya. Ia berkulit hitam, dan

    rambutnya selalu dipotong sangat pendek. Pernah sekali iamembiarkan rambutnya agak panjang, tapi akhirnya dipotong pend

    lagi. Cassie lebih pendiam dibandingkan Rachel. Sikapnya selalu adan bijaksana, tapi bukan berarti sok tua, lho!

    Aku... ehm... aku suka juga pada Cassie. Kadang-kadang kam

    duduk berdampingan naik bus sekolah, walaupun aku tak pernah taapa yang harus kukatakan padanya.

    "Kalian mau pulang?" aku bertanya pada Rachel. "Jangan lew

    tempat pembangunan sendirian. Terlalu berbahaya buat anak cewekItu kesalahan besar. Rachel paling tidak senang kalau ada yanmenganggapnya lemah atau tak berdaya. Penampilan sih boleh man

    seperti gadis sampul atau sebangsanya, tapi Rachel selalumembayangkan dirinya sebagai Storm dari kelompok X-Men.

    "Huh, jangan sok jago, deh!" serunya berang. "Kaupikir kamtak berdaya hanya karena..."

    "Aku senang kalau mereka mau pulang sama-sama," Cassiemenyela. "Aku tahu kau tidak pernah takut, Rachel, tapi aku lain."

    Rachel tidak bisa bilang apa-apa lagi. Begitulah Cassieia

    selalu tahu bagaimana cara mengatasi perang mulut tanpamenyinggung perasaan.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    6/147

    Itulah kamiMarco, Tobias, Rachel, Cassie, dan aku. ima annormal yang mau pulang dari mall.

    Kadang-kadang aku memikirkan saat terakhir kami anak-ananormal. Rasanya seperti berjuta-juta tahun lalu. Kau tahu apa yang

    menghantui pikiranku waktu itu? Bahwa aku gagal masuk tim bask

    Aku benar-benar takut menyampaikan kabar buruk itu kepada TomTapi lima menit kemudian, tim basket sudah tidak berarti apa

    apa bagiku.

    Untuk pulang dari mall ada dua jalan yang bisa dipilih. Yangpertama, jalan yang aman tapi jauh, yaitu dengan mengitar i mall. Ja

    kedua adalah mengambil jalan pintas melalui tempat pembangunangedung yang terbengkalai sambil berharap tidak ada pembunuh sint

    bersembunyi di situ. Orangtuaku sudah berulang kali melarangkumelewati tempat itu. Kalau mereka tahu aku melanggar larangantersebut, aku akan dikurung di kamar sampai ulang tahunku yang

    kedua puluh.Tapi kalau ada jalan pintas, kenapa harus pilih yang jauh?

    Karena itu kami berlima langsung menyeberang jalan dan menuju k

    tempat itu. Tempat pembangunan itu cukup luas. Kedua sisinya diapepohonan, sementara sisi yang menghadap ke mall dibatasi jalanraya. Antara tempat pembangunan dan rumah-rumah terdekat terda

    lapangan terbuka yang luas. Suasananya selalu sunyi.Semula di sini mau dibangun pusat pertokoan baru. Tapi

    sekarang bangunan-bangunan setengah jadi itu malah berkesan sepekota hantu. Di mana-mana berserakan tumpukan balok baja yang te

    berkarat; tumpukan pipa beton raksasa; lubang besar berisi air lumpkehitaman. Malah ada derek yang sudah berkarat dan selalu berderderak kalau angin bertiup. Aku pernah memanjatnya sementara Ma

    berdiri di bawah sambil berseru bahwa kelakuanku konyol sekali.Tempat itu sepi sekali. Di mana-mana terdapat bayangan ane

    dan sesekali terdengar suara yang membuat bulu kuduk berdiri. Set

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    7/147

    kali Marco dan aku lewat di sini pada siang hari, kami selalumenemukan kaleng bir dan botol minuman yang sudah kosong.

    Kadang-kadang juga ada bekas api unggun di sudut-sudut tersembudi antara bangunan-bangunan. Dari situ aku tahu bahwa sering ada

    orang datang kemari setelah gelap. Semua itu melintas dalam

    pikiranku ketika kami melewati tempat itu.Tobias yang pertama melihatnya. Ia memang sering berjalan

    sambil mendongakkan kepala dan memandang ke langit. Mungkin

    sedang mengamati bintang-bintang. Begitulah Tobiaskadang-kadang ia asyik di dunianya sendiri.

    Tiba-tiba Tobias berhenti. Ia menunjuk. Menunjuk hampirtegak lurus ke atas. "Lihat, tuh!" katanya.

    "Ada apa, sih?" Perhatianku sedang tertuju pada suara-suarayang kudengar di belakang kami. Jangan-jangan ada pembunuhsinting yang sedang mengendap-endap.

    "Lihat saja," ujar Tobias. Nada suaranya agak aneh. Terkagukagum, tapi sekaligus serius.

    Karena itu aku pun menengadah. Dan melihatnya. Sebuah tit

    cahaya putih kebiruan yang melesat di angkasa. Mula-mula cepat,terlalu cepat untuk pesawat terbang, lalu semakin pelan. "Apa itu?"Tobias menggelengkan kepala. "Entahlah."

    Aku menatap Tobias dan ia membalas tatapanku. Kami samasama tahu apa yang ada dalam benak masing-masing, tapi kami

    enggan menyatakannya. Kami yakin Marco dan Rachel pasti akanmenertawakan kami.

    Tapi Cassie langsung berseru. "Itu piring terbang!"Ebukulawas.blogspot.com

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    8/147

    Chapter 2

    PIRINGterbang?" tanya Marco. Ia memang tertawa, sepertisudah kuduga. Tapi begitu melihat ke atas, ia langsung terdiam.

    Jantungku berdegup kencang. Perasaanku tidak keruan.

    Bingung, gugup, ngerisemua bercampur aduk."Piring terbangnya menuju kemari," ujar Rachel.

    "Ah, mungkin kau salah lihat," bisikku dengan suara parau.Mulutku mendadak kering kerontang.

    "Salah lihat bagaimana? Piring terbang itu memang kemari!"Rachel berkeras. Memang begitu gaya bicara Rachel. Ia selalu PDalias percaya diri. Sikapnya selalu yakin seratus persen.

    Tapi kali ini ia benar. Benda yang kami lihat memang semakdekat. Dan kecepatannya juga semakin lambat. Kini aku bisa

    melihatnya dengan jelas.

    "Bentuknya bukan seperti piring terbang," ujarku.Pesawat itu tidak terlalu besar. Panjangnya kira-kira samadengan bus sekolah. Bagian depannya berbentuk bulat panjang sepe

    telur, dan menyambung ke semacam selongsong panjang. Aku melidua tonjolan kecil bengkok yang mirip sayap. Di ujung masing-

    masing tonjolan terdapat tabung panjang yang memancarkan cahaybiru terang dari bagian belakang.

    Pesawat kecil itu malah tampak lucu, dan sama sekali tidakberbahaya. Hanya saja ada semacam ekor yang melengkung ke atasdengan ujung runcing bagaikan jarum.

    "Bentuk ekornya seperti senjata," kataku."Yeah," Marco membenarkan.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    9/147

    Pesawat kecil itu terus mendekat. Kecepatannya pun semakinberkurang.

    "Piring terbang itu mau berhenti," kata Rachel. Ia terheran-heran, sama seperti aku. Adegan yang tengah kami saksikan meman

    sukar dipercaya.

    "Kurasa mereka sudah melihat kita," ujar Marco. "Sebaiknyakita pergi dulu, yuk. Nanti kita kembali lagi sambil membawa kamevideo. Kita bisa kaya raya kalau kita berhasil menjual rekaman vide

    UFO.""Kalau kita kabur, jangan-jangan... ehm, jangan-jangan kita

    ditembak dengan senjata phaser," aku menanggapinya. Maksudku scuma bercanda.

    "Phaser kan hanya ada di film Star Trek," sahut Marco sambmenggeleng-geleng. Ia selalu menggeleng-geleng kalau ada ucapanatau perbuatanku yang dianggapnya norak. Padahal ia sendiri juga

    tidak tahu apa-apa tentang pesawat makhluk angkasa luar. Pesawat berhenti dan melayang-layang hampir tepat di atas kami, kira-kira t

    puluh meter di atas permukaan tanah. Aku merasakan rambutku

    tertarik ke atas. Ketika aku berpaling kepada Rachel, aku hampirtertawa terbahak-bahak. Rambutnya yang pirang panjang tampakberdiri tegak. Hanya rambut Cassie yang tidak terpengaruh.

    "Apa itu, ya?" tanya Marco. Suaranya agak gemetaran.Sikapnya tak lagi setenang tadi, ketika pesawat itu masih jauh. Teru

    terang, aku sendiri juga agak ngeri. Agak ngeri, alias ketakutansetengah mati, sampai-sampai aku cuma bisa berdiri seperti patung

    Tapi secara bersamaan aku juga gembira. Habis, tidak setiap hari akbisa melihat pesawat ruang angkasa sungguhan dengan mata sendirDari dekat lagi.

    Tobias malah tersenyum lebar, tapi memang begitulah TobiaIa tak pernah ngeri menghadapi kejadian aneh. Justru hal-hal biasa

    yang sering membuatnya kebingungan. "Rupanya mereka mau

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    10/147

    mendarat," katanya sambil nyengir. Matanya berbinar-binar.Rambutnya yang pirang juga berdiri tegak.

    Pesawat itu mulai bergerak turun. "Heimereka mau mendadi sini!" seruku.

    Hati kecilku mendesak agar aku lari pulang, naik ke tempat

    tidur, dan sembunyi di balik selimut. Dengan susah payah akumelawan dorongan itu. Aku sadar aku tidak boleh melewatkankejadian sepenting dan seluar biasa ini. Aku harus melihat semuany

    Rupanya yang lain juga berpikiran sama. Mereka tidak beransedikit pun ketika pesawat itu mendengung-dengung dan mendarat

    antara tumpukan barang bekas dan dinding yang telah roboh. Akumelihat bercak-bercak hitam di bagian depan pesawat. Sebagian ku

    pesawat tampak sudah meleleh. Begitu pesawat itu menyentuh tanacahaya biru yang semula menyelubunginya langsung padam. Danrambut Rachel pun segera terurai kembali.

    "Hmm, ternyata tidak sebesar yang kubayangkan," bisik Rac"Besarnya kira-kira...," aku bergumam sambil berusaha

    menaksir panjang pesawat itu "...tiga atau empat kali minivan kami

    "Wah, ini harus kita laporkan," ujar Marco. "Ini kan kejadianpenting. Tidak setiap hari ada UFO yang mendarat di bumi. Kita hamemanggil polisi atau tentara, atau malah menelepon presiden

    sekalian. Kita bakal terkenal. Kita bakal diwawancara di TV olehDavid Letterman."

    "Yeah, kau benar," ujarku. "Ini memang harus kita laporkan.Namun tak ada yang bergerak. Tak satu pun di antara kami berlima

    yang sudi meninggalkan pesawat ruang angkasa itu."Barangkali kita bisa bicara dengan mereka," kata Rachel. Ia

    berdiri sambil bertolak pinggang, dan menatap pesawat itu seolah

    sedang menghadapi teka-teki misterius yang harus dipecahkan. "Kiharus mencoba berkomunikasi. Kalau bisa, maksudku."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    11/147

    Tobias mengangguk. Ia melangkah maju dan mengulurkankedua tangan. Mungkin ia ingin memperlihatkan kepada siapa pun

    yang ada di dalam pesawat itu bahwa ia tidak membawa senjata."Jangan takut," ia berkata dengan suara lantang tapi tenang. "Kami

    takkan menyakiti kalian."

    "Memangnya mereka mengerti bahasa kita?" tanyaku."Hmm, kalau di Star Trek sih, semua tokohnya pakai bahasa

    Inggris," Cassie menyahut sambil memaksakan tawa.

    Tobias mencoba sekali lagi. "Silakan keluar. Percayalah, kamtidak punya maksud buruk."

    Aku tercengang. Rasanya aku baru saja mendengar seseorang

    berkata "Aku tahu," tapi... tanpa bersuara sama sekali. Maksudku, amendengar sesuatu tapi tanpa mendengarnya.

    Barangkali semua ini cuma mimpi. Aku melirik ke arah Cass

    Ia pun sedang melirik ke arahku. Pandangan kami beradu. RupanyaCassie juga mendengarnya. Lalu aku berpaling kepada Rachel. Ia

    sedang menoleh ke kiri-kanan, seakan-akan mencari sumber suara

    yang bukan suara

    itu. Perasaanku mulai tidak enak."Kalian dengar itu?" bisik Tobias.Kami semua mengangguk perlahan.

    "Kau bisa memperlihatkan dirimu?" Tobias bertanya lantang

    "Kami takkan takut," sahut Tobias."Kata siapa?" aku bergumam. Yang lain tertawa cekikikan.

    Tawa kami terdengar gugup.Aku melihat sinar menyilaukan, dan kemudian lengkungan

    yang terang-benderang muncul di bagian depan pesawat. Aku berdi

    seperti patung, seolah-olah dihipnotis. Tanpa berkedip akumenyaksikan adegan yang berlangsung di hadapanku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    12/147

    Mula-mula lengkungan itu menyerupai bulan sabit, lalubertambah lebar sampai akhirnya membentuk lingkaran.

    Lalu aku melihat sesosok tubuh.Sosok itu tampak seperti gabungan antara manusia dan rusa.

    Makhluk itu mempunyai kepala, bahu, dan lengan yang kurang-leb

    berada di tempat seharusnya, hanya saja kulitnya berwarna biru pucDi bawahnya terdapat tubuh berkaki empat, mirip tubuh rusa ataukuda kecil, yang tertutup bulu cokelat dan biru.

    Makhluk itu keluar sambil merunduk, dan aku menyadaribagian yang kelihatan normal pun sebenarnya tidak terlalu normal.

    Pertama, ia tidak punya mulut. Mulutnya hanya berupa tiga celahvertikal. Lalu matanya. Sepasang mata berada di tempat seharusnya

    meskipun keduanya berwarna hijau berkilau. Tapi itu belum apa-apdibandingkan matanya yang lain. Ia mempunyai sepasang tanduk, ddi ujung masing-masing tanduk terdapat sebuah mata. Tanduknya b

    bergerak, untuk mengarahkan matanya ke depan dan ke belakang, katas dan ke bawah.

    Kemudian aku melihat ekornya, yang menyerupai ekor

    kalajengking

    besar dan tampak sangat kuat. Di ujungnya terdapatsemacam sengat yang melengkung tajam sekali. Sama sepertipesawatnya, makhluk asing ini juga berkesan tidak berbahaya. Den

    catatan kita tidak melihat ekornya. Wah, jangan sampai diamengamuk di sini, kataku dalam hati.

    "Halo," ujar Tobias. Nada suaranya lembut, seolah-olah iasedang bicara dengan bayi. Ia tersenyum lebar.

    Tanpa sadar aku pun mengembangkan senyum. Secarabersamaan aku menyadari mataku berkaca-kaca. Aku sulitmenjelaskan perasaanku saat itu. Rasanya... rasanya seperti bertemu

    lagi dengan teman lama yang sudah sekian tahun tak pernah kitajumpai.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    13/147

    ujar makhluk asing itu tanpa bersuara. Ucapannyalangsung masuk ke dalam benakku.

    "Hai," kami semua menyahut.Tiba-tiba makhluk asing itu terhuyung-huyung, lalu jatuh ke

    tanah. Tobias berusaha menahannya, tapi makhluk itu terlepas dari

    pegangan Tobias dan kembali jatuh."Lihat!" seru Cassie sambil menunjuk luka bakar di sisi kana

    tubuh makhluk asing itu. "Dia luka."

    katanya."Kami akan menolongmu. Kami akan memanggil ambulans,

    ujar Marco."Kami akan membalut lukamu," kata Cassie. "Jake, cepat buk

    baju. Bajumu bisa kita pakai sebagai perban." Kedua orangtua Cassdokter hewan, dan ia sangat sayang pada binatang. Tapi yang kamihadapi di sini bukan binatang. Paling tidak, bukan binatang biasa.

    "TIDAK BISA!" aku memekik. "Kau tidak boleh mati. Kau

    makhluk asing pertama yang datang ke bumi. Kau tidak boleh mati

    Aku tidak tahu kenapa ku begitu panik. Yang pasti aku tidak tegakalau ia sampai mati.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    14/147

    Chapter 3

    Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kami semua sadar

    makhluk itu berkata benar. Tak ada yang memprotes "tidak mungk

    atau "masa, sih?" Kami semua tahu ucapannya benar. Ia sedangsekarat, dan ia ingin memperingatkan kami mengenai bahaya besar

    yang mengancam bumi."Maksudmu, mereka sudah di sini, di bumi?" tanya Rachel.

    "Tapi kenapa belum ada yang tahu?" tanya Marco.Pertanyaannya masuk akal. "Mestinya sudah ada yang mengumumk

    soal ini di sekolah."

    Ia tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menjelaskanYeerk. Karena itu ia memejamkan mata, dan berkonsentrasi. Tiba-t

    sebuah bayangan terang muncul dalam kepalaku. Aku melihat sesuyang berlendir dan berwarna kelabu-kehijauan, seperti keong tanpa

    rumah, hanya lebih besar, kira-kira sebesar tikus. Bayangan itu samsekali tidak menyenangkan.

    "Mestinya sih, itu yang namanya Yeerk," kata Marco. "Tapi

    mungkin juga itu cuma gumpalan permen karet berlendir."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    15/147

    Tiba-tiba kami terkena sengatan rasa nyeri yang berasal dari makhluk asing. Aku seakan-akan bisa merasakan kesedihannya. Ia

    tahu ajalnya telah dekat."Maksudnya, mereka hidup dalam tubuh manusia?" tanya

    Rachel."Wah, ini masalah serius," ujarku. "Jangan beritahu kami. Ka

    cuma anak-anak. Urusan seperti ini perlu dilaporkan ke pemerintah

    simakhluk asing meneruskan penjelasannya. "Bagaimana caranya?" tanya Cassie.

    Makhluk asing itu seakan-akan tersenyum dengan matanya. katanya.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    16/147

    bahkan lebih. Pada saat itu, planet kalian sudah dikuasai kaum YeeDan setelah itu tidak ada harapan. Kalian harus memberitahu semu

    orang. Kalian harus memperingatkan mereka!>Sekali lagi ia mengerang kesakitan, dan kami sadar ia takkan

    mampu bertahan lebih lama lagi.

    "Tapi siapa yang mau percaya," kata Marco dengan nada putasa. Ia menatapku dan menggelengkan kcpala. "Takkan ada yangpercaya."

    Ia benar. Mana mungkin kami bisa meyakinkan orang lain,bahwa pesawat makhluk Andalite ini dimusnahkan kaum Yeerk?

    Kami pasti disangka sinting."Boleh saja dia mengira dirinya akan mati, tapi kita harus

    berusaha menolongnya," kata Rachel. "Kita harus membawanya kerumah sakit. Atau mungkin orangtua Cassie bisa..."

    si Andalite menyela. Tiba

    tiba matanya berbinar-binar. "Apa?"

    Kami berpandangan. Siapa yang akan masuk ke pesawat

    makhluk asing itu? Entah bagaimana caranya, kami sepakat aku yanmendapat tugas tersebut. Sebenarnya sih, aku tidak setuju. Tapi aku

    kalah suara."Ayolah," ujar Tobias. "Aku ingin menemaninya di sini." Ia

    berlutut di samping makhluk asing itu dan meletakkan tangan dipundaknya.

    Aku memandang ke pintu pesawat. Kemudian aku melirik ke

    arah Cassie."Masuklah," ia berkata sambil tersenyum. "Kau bukan

    penakut."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    17/147

    Ia keliru; aku takut sekali. Tapi senyumnya membuatku enggmundur.

    Aku menghampiri pintu pesawat dan mengintip ke dalam. Diluar dugaan, ruang dalamnya sederhana sekali. Semuanya berwarna

    krem dan berbentuk oval. Dengan mudah aku menemukan kotak ya

    dimaksud si Andalite. Warnanya biru langit dan bentuknya sepertikubus, dengan panjang sisi sekitar sepuluh sentimeter. Kesannyacukup berat untuk barang sekecil itu.

    Aku melangkah masuk. Tak ada kursi, hanya tempat si Andaberdiri untuk mengendalikan pesawatnya. Aku juga tidak melihat

    panel instrumen yang rumit. Barangkali pesawat ini dijalankanmelalui pikiran.

    Aku segera meraih kotak itu dan siap membawanya keluar. Tkemudian aku melihat sesuatu yang menarik perhatian. Sebuahgambar tiga dimensi berukuran kecil memperlihatkan empat Andal

    yang berdiri berdampingan. Keempatnya bagaikan sekelompok rusdengan tampang serius. Dua di antaranya masih kecilanak-anak.

    Pasti keluarga si Andalite.

    Betapa malang nasibnya, aku berkata dalam hati. Ia sedangsekarat di sini, terpisah sejuta kilometer dari keluarganya. Sekaratkarena berusaha melindungi orang-orang di bumi. Dan semuanya

    karena para Yeerk, atau para Pengendali, atau siapa pun nama mereAku kembali bergabung dengan teman-temanku. "Ini

    kotaknya," kataku kepada si Andalite.

    "Aku... ehm... apakah itu keluargamu? Yang ada di gambar ddalam pesawat?"

    "Aku sangat menyesal," ujarku. Apa lagi yang bisa kukataka

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    18/147

    "Apa itu?" tanya Rachel.

    Kami berpandangan. Kecuali Tobias, yang terus menatap

    makhluk asing di hadapan kami.

    "Kemampuan?" Apa maksudnya? si Andalite menjelaskan.

    "Morf? Apa itu?" tanya Rachel dengan kening berkerut.

    si Andalite menjelaska

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    19/147

    manusia, makhluk Andalite, dan kemampuan untuk berubah jadibinatang? Yang benar saja!"

    "Yeah, ini memang aneh," aku membenarkan."Ini sudah lebih dari aneh," ujar Rachel. "Tapi, kecuali kita

    semua cuma mimpi, lebih baik kita siap-siap menghadapi hal ini."

    "Dia sekarat," Tobias mengingatkan kami."Aku bersedia," kata Cassie. Aku menatapnya sambil

    mengerutkan kening. Biasanya ia perlu waktu lebih lama sebelum

    memutuskan sesuatu. Tapi mungkin ia seperti Tobias. Mungkin ia bmerasakan bahwa ucapan si Andalite memang benar.

    "Sebaiknya kita putuskan sama-sama," aku mengusulkan."Heiapa itu?" tanya Rachel. Ia sedang memandang bintang

    bintang. Jauh, jauh di langit, sepasang titik cahaya berwarna merahterbang melintas di angkasa.

    Kata itu merasuk ke dalam pikiran kami, diiringi

    kebencian yang dipancarkan si Andalite.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    20/147

    Chapter 4

    Kedua titik merah itu mengurangi kecepatan. Keduanya

    berputar dan kembali ke arah kami.

    "Kita tidak punya pilihan," kata Tobias. "Tanpa kemampuan kita takkan bisa melawan para Pengendali."

    "Ini gila!" ujar Marco. "Benar-benar gila!""Sebenarnya aku masih perlu waktu untuk memikirkannya,"

    Rachel berkomentar. "Tapi keadaannya sudah gawat. Jadi aku

    bersedia.""Bagaimana, Jake?" Cassie bertanya padaku.

    Lho, kenapa jadi begini? pikirku. Kenapa semuanya tergantu

    padaku?Aku mengamati kedua pesawat Yeerk. Pesawat tempur BugFighter. Keduanya semakin dekat, bagaikan sepasang anjing yang

    mengendus-endus jejak. Kemudian aku menatap si Andalite, danteringat gambar keluarganya. Apakah mereka akan tahu betapa

    malang nasibnya?Aku memandang orang-orang di sekelilingkuMarco, sahab

    karibku yang lucu tapi kadang-kadang menjengkelkan; Rachel,sepupuku yang pandai, cantik, dan penuh percaya diri; dan Cassie,yang terkenal sebagai penyayang binatang.

    Akhirnya aku berpaling kepada Tobias. Perasaanku aneh sekketika aku menatapnya.

    "Kita tidak punya pilihan," kata Tobias sekali lagi.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    21/147

    Aku mengangguk perlahan. "Kau benar. Kita tidak punyapilihan."

    Kami mengikuti petunjuknya. Lima tangan menempel ke lim

    sisi kotak. Disusul tangan keenam yang bentuknya berbeda daritangan kami. Jumlah jarinya terlalu banyak.

    si Andalite berkata.

    Tubuhku seakan-akan tersengat. Tapi rasanya menyenangkanseperti digelitik. Aku hampir tertawa.

    ujar si Andalite.

    "Dua jam," aku bergumam.

    Tiba-tiba aku merasakan ketakutan baru menyusup ke dalampikiran si Andalite, dan aku pun merinding. Ia sedang memandang

    langit dengan kedua mata utamanya. Selain kedua pesawat tempur

    tadi, masih ada benda lain di atas sana."Apa?" Tubuhku sampai gemetaran karena rasa takut yang

    dipancarkan si Andalite. "Siapa itu? Apa itu?""Tidak, kami akan menemanimu di sini," Rachel berkata

    dengan tegas. "Barangkali kami bisa menolongmu. "

    Makhluk asing itu kembali menatap kami dengan lembut,seakan-akan tersenyum dengan matanya.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    22/147

    menyelamatkan diri. Selamatkan diri kalian dan planet kalian! ParaYeerk sudah datang.>

    Kami semua langsung memandang ke atas. Memang benar,kedua titik merah tadi sedang menuju ke arah kami. Kami juga

    melihat pesawat lain yang jauh lebih besar dan berwarna hitam pek

    Hitam bagaikan bayang-bayang."Tapi bagaimana kami bisa melawan para... para Pengendali

    ini?" tanya Rachel.

    Aku tersentak mendengar perintahnya yang begitu tegas. "Di

    benar. Kita harus pergi!" aku berseru.Kami langsung berlari tunggang-langgang. Kecuali Tobias,

    yang berlutut di samping si Andalite dan meraih tangannya. SiAndalite menempelkan tangannya yang satu lagi ke kepala Tobias,dan Tobias langsung tersentak, seakan-akan tersengat listrik. Serta-

    merta ia bangkit dan berlari secepat mungkin, menghindari timbunabarang bekas dan lubang-lubang yang menghalangi jalannya.

    Tiba-tiba sinar berwarna merah terang memancar. Rupanya

    berasal dari lampu sorot salah satu pesawat tempur Yeerk. Sinar itumenyorot si Andalite beserta pesawatnya. Pesawat tempur kedua jumenyalakan lampu sorot, dan si Andalite bersinar bagaikan bintang

    Aku langsung tiarap. Sebagian kakiku masih terkena cahaya lampusorot. Serta-merta aku menariknya dan merangkak maju, tanpa

    memedulikan siku dan lutut yang nyeri karena terkena batu-batutajam.

    Kami berlima meringkuk di balik tembok setengah jadi yangtelah ambruk sebagian. Kami tak berani bergerak, tak beranimengintip, tapi juga tak berani memalingkan wajah.

    Kedua pesawat Bug Fighter turun perlahan-lahan. Aku segertahu dari mana julukan itu berasal. Kedua pesawat itu sedikit lebih

    besar daripada pesawat tempur si Andalite. Bentuknya mirip kecoa

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    23/147

    tanpa kaki. bagian kepala yang menjorok ke depan, terdapat jendelajendela kecil mirip mata. Di kedua sisi kepala ada sepasang tombak

    berduri yang sangat panjang dan tajam.Kedua pesawat tempur Yeerk mendarat di kiri-kanan pesawa

    Andalite.

    "Oke, tolong bangunkan aku sekarang," bisik Marco dengansuara gemetar. "Aku sudah muak dengan mimpi ini."

    Pesawat yang lebih besar mulai turun. Aku tidak tahu apa

    sebabnya, tapi ketika pesawat itu merendah aku seolah tidak bisabernapas. Aku berusaha menarik napas dalam-dalam, tapi tidak bis

    Aku mencoba menelan ludah, tapi juga tidak bisa. Aku ingin kaburtapi kakiku gemetaran tak terkendali. Aku dicengkeram ketakutan

    yang belum pernah kurasakan

    sama seperti si Andalite ketikamenyadari Visser Three datang.

    Pesawat itu semakin rendah, seakan hendak mendarat di atas

    buldoser berkarat yang dibiarkan terbengkalai di tengah lapangan.Tapi sebelum terjadi benturan, buldoser itu mendadak berdesis, lalu

    lenyap begitu saja.

    Pesawat Blade milik Visser Three itu kelihatan seperti senjatkuno. Aku teringat kapak perang yang digunakan para kesatria zamkuno untuk memenggal kepala musuh. Bagian utama menyerupai

    tangkai kapak, dengan ujung membesar berbentuk segitiga. Itu pastanjungannya. Di bagian belakang terdapat sepasang sayap

    melengkung berukuran raksasa. Ukuran pesawat itu sekitar delapansampai sepuluh kali lebih besar daripada kedua pesawat Bug Fighte

    Sebuah pintu membuka begitu pesawat Blade itu mendarat.Cassie hampir menjerit. Tapi aku cepat-cepat membekapnyaMereka menghambur keluar dari pesawat, berputar-putar dan

    melompat-lompatsosok-sosok yang lebih pantas disebut senjataberjalan daripada makhluk hidup. Mereka berdiri di atas dua kaki

    yang menekuk ke belakang, dan memiliki sepasang lengan sangat

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    24/147

    panjang. Pada masing-masing lengan terdapat tanduk-tandukmelengkung yang tumbuh dari siku dan pergelangan tangan. Tandu

    serupa juga tampak di lutut mereka yang menghadap ke belakang,serta di ujung ckor. Kaki makhluk-makhluk itu menyerupai kaki

    Tyrannosaurus rex.

    Tapi yang paling mencolok adalah kepala mereka

    leherbagaikan ular, mulut mirip paruh elang, dan kening dengan tigatanduk menghadap ke depan.

    Aku tersentak kaget ketika suara si Andalite kembali bergaun

    dalam kepalaku. Suaranya lebih pelan dibandingkan sebelumnya,sayup-sayup, seakan-akan diserukan dari tempat yang jauh.

    "Kalian juga...?" aku bertanya.Rachel mengangguk. "Yeah." ujar si Andalite.

    "Apa? Dikasihani?" ujar Rachel geram. "Mesin pembunuhseperti itu?"Tapi perhatian kami telah beralih kepada sosok lain yang bar

    keluar dari pesawat Blade. Sosok itu setengah meluncur, setengahmerayap.

    kata si Andalite. Aku tahu ia inginmenjelaskan sebanyak mungkin kepada kami. Ia ingin memanfaatk

    sisa hidupnya yang tinggal sebentar untuk mempersiapkan kamimenghadapi musuh.

    "Yeah," Marco bergumam. "Terlihat jelas."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    25/147

    Makhluk-makhluk itu tampak seperti kelabang raksasa.Ukurannya dua kali lebih panjang daripada manusia dewasa, denga

    lingkar tubuh sangat besar.Mereka memiliki lusinan kaki yang menopang dua per tiga

    tubuh bagian bawah. Bagian atas tubuh mereka tegak, dengan deret

    tangan bercapit mirip kepiting.Hampir di ujung tubuh mereka ada empat mata berwarna

    merah, bergoyang-goyang seperti agar-agar. Dan di ujung sekali ak

    melihat mulut bulat yang dikelilingi ratusan gigi kecil.Gerombolan Hork-Bajir dan Taxxon menghambur keluar dar

    pesawat Blade. Semuanya segera menyebar, bagaikan sekelompoktentara yang terlatih dengan baik. Masing-masing membawa benda

    kecil seukuran pistol. Pasti senjata, kataku dalam hati. Merekamengepung si Andalite dan pesawatnya.

    Tiba-tiba salah satu Hork-Bajir menuju ke arah kami. Ia

    berhenti persis di depan tempat kami bersembunyi.Aku merapatkan tubuh ke tanah. Dalam hati aku berharap ak

    bisa menggali lubang. Sepintas lalu aku melihat wajah Marco.

    Matanya terbelalak. Bibirnya tertarik ke samping, seperti sedangnyengir lebar. Tapi aku tahu sebenarnya ia ketakutan setengah mati

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    26/147

    Chapter 5

    HORK-BAJIRitu membidikkan pistolnya, atau apa pun jensenjata yang ia genggam. Kepala ularnya bergerak ke kiri-kanan.

    si Andalite memperingatkan kami.

    Hork-Bajir itu maju selangkah lagi. Jaraknya dari tembokrendah tempat kami meringkuk tak sampai dua meter. Ia pasti bisa

    mendengar jantungku yang berdegup kencang. Moga-moga ia tidakmengenali bunyi itu. Moga-moga ia tidak mengenali bunyi lututgemetaran dan gigi gemeletuk lima anak yang dicekam ketakutan.

    Moga-moga ia tidak mengenali suara napas kami yang terengah-engah.

    Aku yakin hidupku akan segera berakhir. Aku membayangka

    diriku dilumat oleh tanduk-tanduk tajam vang tumbuh di siku danpergelangan tangan Hork-bajir itu.Barangkali kau belum pernah merasa sangat ketakutan, tapi

    percayalahrasa takut punya pengaruh luar biasa. Kau akankehilangan kendali atas pikiran dan tubuhmu. Kau ingin menjerit. K

    ingin lari. Kau ingin tiarap di tanah dan meratap dan memohon ampampun, ampun, jangan bunuh aku!

    Dan kalau kau menganggap dirimu pemberani, hmir, tunggusaja sampai kau meringkuk di depan monster yang bisa mencincangtubuhmu dalam waktu tiga detik.

    Tapi kemudian suara si Andalite kembali terdengar di kepala

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    27/147

    Dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang... yang... entahlahaku bingung bagaimana harus menjelaskannya. Tiba-tiba ada

    semacam perasaan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Rasanseperti ketika kita bermimpi buruk sewaktu masih kecil, lalu kita

    terbangun sambil menjerit-jerit. Dan betapa leganya kita ketika Mo

    atau Dad masuk ke kamar, menyalakan lampu, dan duduk menemkita di tempat tidur.

    Nah, kira-kira begitu rasanya.

    Maksudku, aku tetap ketakutan. Hork-Bajir itu belum beransedikit pun. Aku bisa mendengar napasnya. Aku bisa mencium

    baunya. Tapi secara bersamaan perasaan panik dalam diriku mulaiterkendali. Aku bisa merasakan semangat yang terpancar dari si

    Andalite. Ia membagi-bagikan keberaniannya kepada kami, meskipia sendiri pasti juga merasa takut.

    Hork-Bajir itu berpaling. Rupanya ada lagi yang keluar dari

    pesawat Blade.Aku memberanikan diri untuk mengintip, meskipun seluruh

    tubuhku gemetaran. Semua Hork-Bajir dan Taxxon berdiri mengha

    pesawat."Semuanya dalam posisi siap," bisikku.

    "Tahu dari mana?" balas Marco, juga sambil berbisik."Memangnya kautahu bagaimana posisi siap kelabang bermata aga

    agar atau Mesin Pembunuh dari Neraka itu?"Lalu ia muncul.

    kata si Andalite.Visser Three ternyata Andalite.Atau tepatnya, Pengendali-Andalite.

    "Hei...," ujar Rachel. "Dia Andalite, ya?"

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    28/147

    si Andalite menjelaskan. Dengan penuh percaya diri Visser Three menghampiri Anda

    yang terluka. Karena miripnya, aku sukar membedakan keduanya.

    Mereka sama-sama mempunyai wajah tanpa mulut, tanduk bermatayang bisa memandang ke segala arah, tubuh berkaki empat yanglangsing namun bertenaga, dan ekor seperti kalajengking.

    Tapi ada bedanya. Tampang Visser memang seperti Andalitetapi pancarannya berbeda. Ia seakan-akan memakai topeng, hanya s

    kita segera tahu bahwa di balik topengnya yang manis tersimpankebusukan dan kejahatan.

    kata Visser.Jantungku nyaris copot ketika sadar aku mendengar pikiran

    Visser.

    "Apakah dia bisa mendengar pikiran kita?" bisik Cassie."Kalau bisa, berarti tamatlah riwayat kita," sahut Rachel.

    kata si Andalite

    Visser mengamati pesawat si Andalite.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    29/147

    ujar sang

    pangeran Andalite.

    Visser maju selangkah. tanya si Andalite.

    jawab Visser.

    Visser Three menghampiri musuhnya. Aku bisa merasakanketakutan si Andalite. Namun ia tidak sudi bertekuk lutut. Ia justrubangkit, tanpa menghiraukan luka-lukanya yang parah. Ia sadar ia

    akan mati. Ia ingin mati dengan berdiri, dengan memandang matamusuhnya.

    Tapi Visser Three belum puas mengejek lawannya.

    Tiba-tiba si Andalite menyerang!

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    30/147

    Ekornya menyambar ke depan. Begitu cepatnya, gerakan ituhampir tak terlihat. Visser masih sempat memiringkan kepala, tapi

    pundaknya teriris duri di ujung ekor si Andalite. Aku melihat darahatau sesuatu yang mirip darahmenyembur dari lukanya.

    "Bagus!" aku berseru tertahan.

    Erangan Visser yang kesakitan bergaung didalam kepalaku.

    Secara bersamaan, berkas sinar biru yang menyilaukan

    terpancar dari ekor pesawat si Andalite. Sinar itu menembus pesawBug Fighter terdekat. Semua Hork-Bajir dan Taxxon langsung

    menghambur ke segala arah.Meskipun aku sedang meringkuk di balik tembok rendah, aku

    bisa merasakan gelombang panas yang hebat. Pesawat Bug Fighter mendesis-desis, lalu lenyap begitu saja.

    teriak Visser. Malam

    yang tadinya gelap gulita kini mendadak terang-benderang. Berkasberkas sinar merah terpancar dari pesawat Blade dan Bug Fighter y

    masih utuh. Pesawat si Andalite tampak membara, lalu terurai

    perlahan-lahan.Kemudian aku melihat... atau seperti melihat... manusia.Sekelompok manusia, sekitar tiga atau empat orang, yang berdiri di

    daerah agak gelap di belakang Visser."Ada orang di sebelah sana," aku memberitahu Marco.

    "Hah? Apakah mereka ditawan?" Visser memberi perintah kepada

    anak buahnya. Tiga Hork-Bajir segera menangkap si Andalite dan

    menggenggamnya erat-erat. Tanduk di pergelangan tangan mereka

    menempel di leher Pangeran Elfangor; tapi mereka tidak beranimembunuhnya.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    31/147

    Mereka tahu hanya Visser Three yang berhak membunuhnyaLalu kami melihat dengan mata kepala sendiri kenapa Yeerk

    sehebat Visser Three menempati satu-satunya tubuh Andalite yangpernah tertangkap. Di depan mata kami Visser Three mulai berubah

    wujud.

    Kepala Andalite-nya menjadi lebih besar. Jauh lebih besar.Keempat kakinya yang mirip kaki kuda tampak menyatu sehinggatinggal sepasang saja, kemudian membengkak sampai sebesar batan

    pohon. Lengannya bertambah panjang dan berubah menjadi sulur-sulur.

    "Ini tidak mungkin," bisik Cassie. "Tidak mungkin."Sebuah mulut muncul di kepala Visser yang telah

    menggembung. Mulut itu dipenuhi gigi sepanjang lengan manusia.Mulutnya terus bertambah lebar, bertambah mengerikan.

    Tak ada yang tersisa dari tubuh Andalite. Tempatnya telah

    digantikan monster."R-r-r-ra-a-a-w-w-w-g-g-g!" Raungan yang keluar dari mulu

    Visser Three membuat tanah bergetar.

    Aku menutup telinga dengan kedua tangan."R-r-r-r-a-a-a-a-g-g-g!"Gigiku sampai bergemeletuk karena raungan itu. Aku

    mendengar seseorang merintih. Ternyata aku sendiri.Visser Three telah berubah menjadi monster yang membuat

    para Hork-Bajir dan Taxxon menyerupai mainan anak kecil. Iamengulurkan sulurnya yang kokoh, dan mencengkeram leher si

    Andalite."Jangan, jangan, jangan," aku mendengar Cassie berbisik-bis

    "Jangan, jangan, jangan."

    "Jangan lihat," kata Rachel padanya. Ia merangkul Cassie damemeluknya erat-erat. Kemudian ia meraih tangan Tobias dan

    menggenggamnya. Agaknya sifat asli seseorang baru terungkap pa

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    32/147

    waktu orang itu ketakutan. Meskipun ia sendiri ketakutan setengahmati dan berurai air mata, Rachel masih sanggup menenangkan ora

    lain.Visser Three mengangkat si Andalite. Ia merampasnya dari

    pegangan para Hork-Bajir. Ekor sang pangeran Andalite menyamb

    nyambar. Tapi senjata andalannya itu tak mempan melawan monsteyang dihadapinya.

    Si Andalite diangkat tinggi-tinggi.

    Dan kemudian Visser Three membuka mulutnya lebar-lebar.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    33/147

    Chapter 6

    AKUtidak tahu apa yang kupikirkan saat itu. Semula akubegitu ngeri. Begitu ketakutan. Tapi tiba-tiba seperti ada sekeringyang putus dalam kepalaku. Aku tidak bisa terus bersembunyi dan

    menonton. Aku tidak bisa diam lebih lama lagi."Dasar brengsek...!"

    Aku melompat berdiri. Kupungut sepotong pipa berkarat yantergeletak di tanah, lalu kupanjat tembok.

    Aku benar-benar kalap. Aku tidak sadar apa yang kulakukanPadahal kalau dipikir, apa yang bisa kuperbuat dengan sepotong pipsebagai senjata?

    Seruan si Andalite bergaung di dalam kepalaku. Aku langsun

    berhenti. Aku merasakan tangan Marco mencengkeram bajuku dan

    menarikku mundur. Ia dan Tobias menahanku. Rachel membekapkAku hendak berteriak, atau mengumpat, atau apa saja."Ssst! Diam, tolol!" Marco mendesis. "Kita semua bisa mati

    gara-gara kau!""Jake, jangan." Cassie menempelkan tangan ke pipiku. "Dia

    tidak ingin kita mati karena membelanya. Masa kau belum sadar? Dmati demi kita."

    Dengan kesal aku mendorong Marco dan Tobias. Tapi akusudah bisa mengendalikan diri lagi.

    Aku kembali mengintip dari balik tembok. Si Andalite tampa

    tak berdaya dalam cengkeraman Visser Three. Ia diangkat tinggi-tinggi. Dan mulut Visser Three terbuka lebar.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    34/147

    Aku melihat si Andalite jatuh ke dalam mulut yang mengangbagaikan gua itu.

    Visser mengatupkan mulut. Giginya mencabik-cabik siAndalite. Dan Pangeran Elfangor-Sirinial-Shamtul pun mati.

    Sebelum mengembuskan napas terakhir, ia sempat menjerit.

    Jeritan penuh derita itu bergema dalam kepala kami. Dan kami takkpernah melupakannya.

    Para Pengendali-Hork-Bajir mulai mendengus-dengus, whuh

    whuh-whuh. Mungkin itu cara mereka untuk tertawa atau bertepuktangan. Para Pengendali-Taxxon bergegas maju dan berkerumun di

    sekeliling Visser Three. Mereka menengadah, dan kemudian akumelihat sebabnyasepotong tubuh si Andalite jatuh dari mulut

    Visser, dan Taxxon terdekat segera melahapnya dengan rakus.Tobias berpaling dan menutupi muka dengan kedua tangan.

    Cassie berurai air mata. Aku pun demikian.

    Lalu aku mendengar suara yang terasa janggal justru karenabegitu normal. Suara tawa. Tawa manusia. Orang-orang tadi... para

    Pengendali-Manusia tertawa, seolah sedang menonton pertunjukan

    Sepintas lalu aku mengenali salah satu suara. Tapi suara itu segeraditelan oleh dengusan para Hork-Bajir.Visser Three berubah wujud lagi. Perlahan tubuh Andalite-ny

    muncul kembali. aku mendengarnya berpikir, Para Pengendali-Manusia kembali tertawa dan para pengend

    Hork-Bajir kembali mendengus-dengus. Lagi-lagi aku mendengarsuara tawa manusia yang kukenal. Suara itu terasa akrab di telingaktapi aku tidak ingat di mana aku pernah mendengarnya.

    Marco muntah di sampingku. Aku tidak menyalahkannya. Taentah bagaimana, suara itu ternyata menarik perhatian Hork-Bajir

    yang berdiri paling dekat.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    35/147

    Kepala ularnya menoleh. Ia berdiri seperti patung. Kami tidaberani bergerak sedikit pun.

    Hork-Bajir itu berpaling ke arah kami. Matanya yang rabunmemandang tepat ke tembok rendah lempat kami bersembunyi.

    Aku tidak tahu siapa yang lebih dulu panik. Bisa jadi aku

    sendiri. Mungkin juga kami semua sudah tidak tahan. Kami sepertitersengat listrik. Sebelum sadar apa yang sedang terjadi, kami semusudah lari pontang-panting.

    Aku berlari secepat mungkin. Napasku terengahSi Hork-Bajir berteriak-teriak di belakang kami.

    "Berpencar!" seruku. "Mereka takkan bisa mengejar kitasemua!"

    Marco dan Tobias serta Cassie lari ke tiga arah berlainan.Rachel tetap berlari di sampingku. Aku melirik ke belakang danmelihat Hork-Bajir tadi ragu-ragu, seakan-akan bingung siapa yang

    harus dikejarnya.Rachel dan aku sama-sama jago lari. Tobias kurang olahraga

    sedangkan Marco dan Cassie terlalu pendek untuk lari cepat. Karen

    itu aku memutuskan lebih baik Rachel dan aku saja yang dikejarmakhluk-makhluk asing itu.Rupanya pikiran Rachel sama dengan pikiranku. Ia menguran

    kecepatan dan mulai berseru-seru sambil melambai-lambaikan tang"Ayo, sini! Sini! Dasar..." Dan ia menyerukan kata-kata makian yan

    tak kusangka bisa keluar dari mulutnya.Dua Hork-Bajir yang paling dekat langsung berbalik dan mu

    mengejar kami. "Ghafrash! Ayo! Ghafrash cepat! Musuh! TangkapWalaupun sedang panik, aku masih sempat terkejut. Mereka

    berbicara dengan bahasa gado-gado, campuran antara bahasa merek

    dan bahasa manusia."Ghafrash fit nahar! Aku tangkap! Aku bunuh!"

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    36/147

    Aku melesat cepat. Tiba-tiba kakiku tersandung dan aku punterjerembap. Aku terempas keras. Mataku berkunang-kunang.

    Mulutku megap-megap menarik napas.Rachel terus berlari. Ia tidak tahu aku jatuh.

    Sinar merah menghantam pipa beton di sampingku. Begitu

    terkena, pipa itu langsung menguap. Kedua Hork-Bajir tadi mengejkami sambil melompat-lompat bagaikan kanguru dari neraka. Akusegera bangkit dan kembali berlari.

    Baru sekarang Rachel sadar aku tak lagi berada di sampingnyIa berhenti dan berbalik ke arahku. "Jangan konyol!" aku berseru.

    "Lari terus!"Sejenak ia tampak bimbang. Tapi ia tahu tak ada yang bisa

    dilakukannya. Serta-merta ia kembali berlari.Aku melihat lubang gelap di hadapanku. Tanpa pikir panjang

    aku melesat ke arahnya.

    Ternyata sebuah pintu. Aku menyelinap masuk, dan langsungdikelilingi kegelapan pekat. Aku berada di salah satu bangunan yan

    baru setengah jadi. Yang ada hanya dinding-dinding beton dan

    barang-barang rongsokan berserakan. Tapi aku sudah pernah kemarbersama Marco. Di sini banyak lorong dan ruangan dengan berbagaukuran.

    Marco! Rachel! Apakah mereka berhasil lolos? Dan bagaimadengan Cassie dan Tobias?

    Aku mencoba berkonsentrasi ketika melintasi sebuah ruangabesar. Hmm, mestinya ada lorong di sekitar sini. Tapi di sebelah

    mana? Tanganku menggapai-gapai dalam gelap. Akhirnya akuberhasil menyentuh dinding.

    Di belakangku terdengar bunyi cakar menggores-gores lantai

    beton. Sebuah botol menggelinding di lantai.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    37/147

    Hork-Bajir itu sudah dekat! Dalam kegelapan seperti ini,penglihatanku yang lebih tajam tidak banyak inembantu. Untung sa

    aku sudah mengenal lorong-lorong yang kulewati.Seharusnya aku bisa meloloskan diri dengan mudah. Tapi

    masalahnya, pikiranku benar-benar buntu karena panik.

    Dinding yang kuraba tadi mendadak berakhir. Sebuah pintu.Yes! Pintu itu menuju ke sebuah lorong. Begitu aku masuk, kegelapdi belakangku dibelah seberkas sinar. Rupanya ada yang membawa

    senter."Efnud beritahu fallay nyot fit? Terserah perintah."

    "Jangan. Tidak perlu ditangkap. Begitu ketemu, bunuh."Suara pertama suara Hork-Bajir. Suara kedua suara manusia.

    Dan anehnya, suara tersebut begitu akrab di telingaku. Aku berusahmengingat-ingat. Aku yakin pernah mendengar suara itu sebelumnyTapi di mana? Di mana?

    "Cukup bawa kepalanya saja," kata orang itu kepada si HorkBajir. "Berikan padaku supaya kita bisa mengidentifikasinya."

    Aku bergegas menjauh sambil merapat ke dinding. Cahaya

    senter itu menyusul beberapa langkah di belakangku.Kalau tidak salah, di sekitar sini ada lorong lagi, ujarku dalamhati. Ya, itu dia.

    Aku segera membelok tanpa suara. Sorot senter tadi cumabeberapa senti di belakangku.

    Kakiku menendang sesuatu yang empuk."Hei!"

    Ternyata ada orang. Ia berbaring di lantai, dengan tubuhterbungkus selimut.

    "Hei, pergi! Ini tempatku. Aku tidak punya apa-apa untuk

    dicuri."Aku hendak memperingatkannya, tapi si Hork-Bajir sudah

    dekat.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    38/147

    Cahaya senternya menerangi wajah si gelandangan. Laki-lakitu berkedip-kedip bagaikan burung hantu.

    Tepat di belakangku ada ceruk di dinding. Aku langsungmundur dan bersembunyi di sana.

    Si gelandangan menjerit. Disusul bunyi seperti orang bergera

    terburu-buru.Barangkali ia berhasil lolos, pikirku. Moga-moga saja.Tapi aku tidak sempat memastikannya. Perhatian si Hork-Ba

    sedang tertuju ke tempat lain, dan aku memanfaatkan kesempatan ituntuk lari.

    Aku lari tanpa henti. Dan sambil berlari, aku berharap semuacuma mimpi.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    39/147

    Chapter 7

    ENTAHbagaimana caranya, akhirnya aku berhasil tiba dirumah. Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah aku terakhir kalimelihat si Hork-Bajir di belakangku.

    Sebenarnya aku berharap aku tidak ingat apa pun tentangmalam itu. Kalau saja aku bisa melupakan semua yang telah

    kusaksikan....Aku menelepon teman-temanku. Untung saja semua selamat

    Rachel berkali-kali minta maaf karena meninggalkanku. Marcobertanya apakah aku yakin ini bukan mimpi.

    Seharusnya malam itu aku dihantui mimpi buruk paling para

    yang pernah kualami, tapi ternyata tidak. Dunia mimpi buruk tak adapa-apanya dibandingkan kenyataan yang harus kuhadapi.

    Tapi keesokan paginya, hari Sabtu, aku setengah percaya sem

    yang kualami memang cuma mimpi buruk. Satu-satunya hal yangnyata... benar-benar nyata... adalah cara si Andalite tersenyum dengmatanya.

    Aku terbangun karena pintu kamarku digedor-gedor Mom."Jake, kau sudah bangun?"

    Siapa yang tidak bangun kalau pintu kamarnya digedor-gedo"Ehm, sudah," sahutku dengan suara parau.

    "Temanmu datang," kata Mom. "Tobias.""Tobias?" Kenapa Tobias datang ke rumahku?"Ini aku," aku mendengar suaranya. "Boleh masuk?"

    "Ehm, masuk saja." Aku duduk di tempat tidur dan berkedip-kedip untuk mengusir kantuk. Pintu kamar terbuka. Aku mendenga

    Tobias mengucapkan terima kasih kepada ibuku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    40/147

    Ia berseri-seri. Malah bisa dibilang bersinar-sinar. Tentu sajatidak benar-benar memancarkan cahaya. Tapi matanya berbinar-bin

    wajahnya dihiasi senyum lebar, dan gerak-geriknya penuh semangaIa seperti kebanyakan energi, sehingga tidak bisa diam.

    "Aku sudah coba," kata Tobias.

    Aku berusaha mengatur rambutku yang acak-acakan denganmengusap-usapnya. "Apa maksudmu?"

    Aku menguap lebar ketika Tobias menjawab.

    "Aku berubah jadi Dude, tadi pagi."Mulutku langsung mengatup. Dude adalah kucing "Hah?"

    Tobias memandang berkeliling, seolah-olah takut ada mata-mata di kamarku. "Aku jadi Dude. Persis seperti yang dikatakan si

    Andalite."Aku menatapnya dengan tercengang."Ajaib, benar-benar ajaib: Dan sama sekali tidak terasa sakit.

    Ceritanya begini, aku bangun pagi-pagi sekali tadi. Lalu akumembelai-belai Dude sambil memikirkan kejadian yang kita alami

    semalam. Terus kupikir, apa salahnya dicoba?" Ia berjalan mondar-

    mandir dengan penuh semangat sambil menjentik-jentikkan jari. Sasekali bukan seperti Tobias yang kukenal selama ini."Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku harus mulai. Jadi

    pertama-tama aku memastikan pintu kamarku terkunci rapat-rapat.Untung saja pamanku masih tidur."

    Tobias berasal dari keluarga berantakan. Ia tak pernahmengenal ayahnya, dan beberapa tahun lalu ibunya meninggalkann

    begitu saja. Sejak itu ia bolak-balik antara rumah pamannya di sinidan rumah bibinya, yang jauh sekali dari kota kami. Paman danbibinya tidak rukun, dan tampaknya mereka menganggap Tobias

    sebagai beban. Mereka enggan merawatnya. Keduanya tidak pedulipada Tobias.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    41/147

    "Aku duduk di tempat tidur sambil merenung. Lalu aku mulaberkonsentrasi. Aku membayangkan bagaimana rasanya kalau aku

    jadi Dude. Lalu aku melihat tanganku." Ia menatapku sambil nyeng"Coba tebak apa yang kulihat, Jake?"

    Aku menggelengkan kepala. "Mana aku tahu."

    "Tanganku mendadak berbulu, Jake. Dan di ujung-ujung jarimuncul cakar. Sayang kau tidak bisa melihat Dude yang asli tadi. Dlangsung kalang kabut. Aku terpaksa membawanya keluar kamar

    sebelum aku berubah sepenuhnya. Aku sempat dicakarnya." Tobiasmengisap salah satu jarinya yang tergores.

    Aku menelan ludah. Wah, urusan ini semakin lama semakinaneh. "Ehm, Tobias, barangkali kau cuma mimpi?"

    "Ini bukan mimpi," jawabnya. Kini ia kembali sebagai Tobiayang serius. Ia tak lagi cengar-cengir seperti tadi. "Semuanya benarJake. Semuanya."

    Pandangan kami beradu. Aku segera mengerti maksudnya. Iasendiri semula juga menganggap semuanya cuma mimpi buruk. Tap

    ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Aku memalingkan wajah. Aku tida

    mau percaya bahwa semuanya benar-benar terjadi. Aku inginmelupakan semuanya. Aku ingin menganggap semuanya mimpi bubelaka yang akan segera berlalu.

    "Aku terus berkonsentrasi untuk berubah," ujar Tobias, "dansetelah beberapa menit, aku... aku bukan diriku lagi."

    Ia menatapku tanpa berkedip. "Kau takkan bisa membayangkbagaimana rasanya, Jake. Menjadi kuc ing rasanya... ehm... entahlah

    aku tidak bisa menjelaskannya. Yang pasti, kekuatan kita rasanyaberlipat ganda. Dan kita juga jadi tangkas sekali! Kautahu apa yangkulakukan? Aku melompat ke atas lemari pakaian. Aku melompat

    setinggi satu meter, dan mendarat dengan mulus. Satu meter! Cobabayangkan betapa tingginya itu untuk seekor kucing. Untuk ukuran

    manusia, itu sama dengan melompat setinggi sepuluh meter."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    42/147

    Tiba-tiba ia terdiam dan menatapku. "Kau tidak percaya, ya?ujarnya.

    "Begini, Tobias, kadang-kadang kita memang sulitmembedakan kenyataan dan mimpi."

    "Kau pikir aku sinting."

    Aku merenung sejenak. "Entahlah, Tobias, tapi coba kita pikbaik-baik apa yang telah kaukatakan. Kau bilang kau bisa berubah jkucing piaraanmu. Kau betul-betul jadi kucing. Terus terang, tidak

    masuk akal."Tobias mengangguk-angguk, lalu tersenyum simpul. "Aku

    mengerti, Jake. Kau tetap tidak mau percaya.""Percaya apa? Bahwa kau bisa berubah jadi kucing? Bahwa

    Bumi diserang makhluk berlendir yang hidup dalam otak manusia dmenjadikan mereka budak? Hah! Tentu saja aku tidak mau percaya

    "Dan bagaimana dengan si Andalite?" tanya Tobias pelan.

    Ucapannya membuatku terdiam. Aku tidak tahu kenapa, tapiaku enggan menganggap si Andalite tak pernah ada.

    Tobias menggamit lenganku. "Coba berdiri di sana."

    "Kenapa? Apa yang akan kaulakukan?""Aku akan membuktikan bahwa ini bukan mimpi.""Tobias...."

    "Tunggu saja. Dan jangan teriak."Jadi aku pun menunggu.

    Selama beberapa detik tidak terjadi apa-apa. Tobias cumaberdiri saja. Aku menatap wajahnya. Matanya... matanya kelihatan

    lain. Biji matanya tidak lagi bulat. Dan sepertinya aku melihatpantulan sinar kehijauan. Rahangnya pun agak manyembul, menondari wajahnya.

    Kemudian ia mulai mengerut. Perlahan-lahan tubuhnyamengecil.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    43/147

    Kerah bajunya tampak kendur di lehernya. Celananya menjakepanjangan untuk kakinya. Secara bersamaan muncul buluya,

    bulu!di tangan dan tengkuk dan wajahnya. Bulunya berwarnakelabu campur hitam, persis seperti bulu Dude.

    Entah kenapa, aku tiba-tiba ingin tertawa cekikikan. Habis,

    Tobias benar-benar berubah menjadi kucing! Tapi aku sadar begituaku mulai tertawa, aku akan tertawa terus-menerus.

    Tobias kini lebih mirip kucing daripada manusia. Sepasang

    telinga runcing menyembul dari kepalanya. Bulu kumis yang panjatumbuh di bawah hidung mungilnya yang berwarna pink. Ia

    merangkak di Iantai, dan pakaian yang membungkus tubuhnya tamkedodoran sekali. Ekornya berkedut-kedut. Yaekornya.

    Mulutku terasa kering kerontang. Jantungku berdegup kencaDalam hati aku bertanya-tanya apakah saat ini aku masih tidur.

    Tapi kalau ini cuma mimpi, ini mimpi yang meyakinkan sek

    Aku berdiri di kamarku sambil menatap kucing berbulu kelabhitam yang dua menit sebelumnya masih berwujud temanku, Tobia

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    44/147

    Chapter 8

    MOGA-MOGA aku masih tidur," aku bergumam.

    "Siapa itu? Kau?" aku bertanya kepada si kucing.

    Rupanya Tobias sendiri juga hera"Ya," jawabku hati-hati.

    ujar Tobias.

    "Barangkali cuma bisa kalau kau lagi... berubah wujud."Ya ampun, aku bicara dengan kucing! kataku dalam hati.

    Padahal tadi kupikir Tobias yang sinting.

    Aku bertanya-tanya apakah Tobias sempat mendengarpikiranku. Aku berkonsentrasi. Tobias, kau bisa mendengarku?

    sahutnya.

    "Apakah kau mendengar pikiranku sebelum ini?" tanyaku.

    Serta-merta Tobias melesat. Ia mendarat persis di depan bolabisbol bertanda tangan yang tergeletak di sudut kamar. Lompatanny

    lebih dari satu meter."Tarik tali? Untuk apa?"

    Aku membuka laci meja belajar dan menemukan pita bekaspembungkus kado ulang tahun. Aku memang kurang rapi

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    45/147

    membereskan kamar. Bayangkan. Pita itu bekas ulang tahunku duatahun lalu. Tapi masih ada di laciku.

    "Bagaimana kalau ini saja?" Kutarik pita itu perlahan-lahan dlantai, sekitar setengah meter di depan hidung Tobias. Ia mengamb

    ancang-ancang, lalu melompat! Ia menerkam pita itu, dan

    menggigitnya dengan giginya yang tajam. Kemudian ia berguling-guling sambil mencakar-cakar pita, seakan-akan tak ada yang lebihpenting lagi di dunia ini.

    Aku berusaha menarik pita itu, tapi ia kembali menerkam.

    "Tobias, apa-apaan ini?"

    "Tobias, apa-apaan ini?" seruku. "Kau bermain-main denganpita plastik!"

    Tiba-tiba ia berhenti. Ekornya bergoyang-goyang. Mata

    kucingnya menatapku dengan dingin, tapi sekaligus berkesan bingu ia mengakui. Ia memperlihatkancakarnya yang tajam.

    "Tobias, kurasa ada pelajaran yang bisa kita tarik dari sini,"ujarku. Ternyata dalam waktu singkat aku sudah terbiasa bicara

    kepada seekor kucing."Kelihatannya kau sekarang bukan Tobias yang biasa. Kau

    memang jadi kucing. Maksudku, kau punya naluri kucing. Kau ingmengerjakan hal-hal yang diinginkan kucing."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    46/147

    "Lebih baik kau berubah jadi Tobias lagi, deh."

    Ia mengangguk. Aneh sekali lho, melihat kucing menganggu

    angguk seperti manusia.Proses perubahan dari kucing menjadi manusia tak kalah ajai

    dibandingkan perubahan dari manusia menjadi kucing. Prosesnyadimulai dengan menghilangnya semua bulu. Kemudian hidung kuc

    yang pesek perlahan-lahan menjadi mancung kembali. Dan ekornyalenyap bagaikan ular tersedot alat pengisap debu.

    Dalam sekejap saja aku sudah berhadapan dengan Tobias yanasli. Ia tampak salah tingkah. Cepat-cepat ia mengenakan pakaiann"Mudah-mudahan ada cara supaya kita otomatis memakai baju kala

    kita jadi orang lagi.""Kita?"

    Ia kembali tersenyum simpul. "Jadi kau belum paham juga,

    Jake? Kalau aku bisa berubah, kau juga bisa."Aku menggelengkan kepala. "Kau keliru, Tobias."Tiba-tiba ia marah. Dicengkeramnya kedua bahuku dan

    diguncang-guncangnya. "Kenapa kau tidak mau mengerti, Jake?Semua ini kenyataan. Semuanya."

    Aku langsung mendorongnya. Aku tidak mau mendengar kakatanya.

    Tapi Tobias tetap berkeras. "Jake, ini bukan mimpi. Dan pastada alasan kenapa si Andalite memberikan kekuatan ini kepada kita

    "Oke," sahutku ketus. "Kalau begitu, kau saja yang pakai

    kekuatan itu.""Rencanaku memang begitu," ujarnya. "Tapi kami

    membutuhkanmu, Jake. Kau yang paling penting."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    47/147

    "Kenapa?"Tobias diam sejenak. "Aduh, Jake, masa kau tidak mengerti?

    Aku kenal betul kemampuanku. Aku tidak bisa menyusun strategi dmengatur anak-anak lain. Aku tidak berbakat jadi pemimpin. Tidak

    seperti kau."

    Aku tertawa mengejek. "Siapa yang mau jadi pemimpin?"Ia menatapku dengan matanya yang lembut. "Ya, Jake, kau

    pemimpin kami. Hanya kau yang bisa menyatukan kita untuk

    menghadapi para Pengendali. Kita punya kemampuan untuk berbuasesuatu. Kita punya kemampuan bergerak tanpa suara seperti kucin

    dan... mata yang tajam bagaikan elang, dan penciuman seperti anjindan... dan kecepatan seekor kuda atau cheetah. Kita butuh semua itu

    untuk melawan para Pengendali."Aku tetap tidak mau percaya. Aku tetap tidak mau mengakui

    bahwa kata-katanya benar.

    Tapi aku sadar keadaannya memang begitu.Aku mengangguk pelan. Aku seakan-akan diminta menyetuj

    sesuatu yang mengerikan. Seperti pergi ke dokter gigi. Rasanya aku

    mendadak harus memikul beban seberat jutaan kilo.Aku tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. "Hmm," akubergumam, "kalau begitu aku harus cari Homer dulu."

    Homer adalah anjingku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    48/147

    Chapter 9

    PROSESmetamorfosis, alias berubah wujud, ternyata samasekali tidak menyakitkan.

    Pertama-tama aku membelai-belai Homer. "Aduh, kayaknya

    konyol banget deh," kataku kepada Tobias."Kau harus konsentrasi. Aku juga begitu tadi. Aku harus teru

    membayangkan Dude. Aku memusatkan pikiran untuk berubah jaddirinya."

    "Hmm, begitu. Jadi aku harus bermeditasi untuk jadi anjing?"Betul. Kau harus memikirkannya. Kau harus punya keingina

    berubah."

    Dalam keadaan normal, pasti aku menganggap Tobias sudahsinting. Tapi aku telah melihatnya berubah menjadi kucing. Berarti

    kalau Tobias sinting, aku juga sama sintingnya.

    Aku membelai-belai Homer sambil membayangkan dirikuberubah jadi anjing. Anehnya, Homer diam saja. Padahal ia jenisanjing superaktif eh... hiperaktif. Biasanya ia tak pernah diam sedet

    pun. Tapi kini ia seperti sedang tidur. Tidur dengan mata tetapterbuka.

    "Persis seperti Dude," komentar Tobias. "Mungkin proses inmembuat binatang jadi tidak sadar atau semacam itu."

    "Dia cuma bingung karena tuannya bersikap seperti orang giAku terus membelai bulu Homer sambil memusatkan pikiran, danHomer tetap berbaring diam. "Oke, sekarang bagaimana?" tanyaku

    "Sekarang Homer kita keluarkan dulu. Soalnya dia pastibingung setengah mati kalau melihat kau berubah jadi dirinya."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    49/147

    Homer butuh waktu sekitar sepuluh detik untuk sadar kembaSetelah itu ia langsung bangkit dan kembali menjadi Homer, si anji

    banyak tingkah. Aku segera membawanya ke pekarangan belakang"Ayo dicoba, dong!" desak Tobias begitu aku kembali ke

    kamar. "Pusatkan pikiranmu."

    Kutarik napas dalam-dalam. Kemudian kupejamkan mata dakupusatkan pikiran. Kubayangkan diriku berubah menjadi Homer.

    Aku membuka mata. "Wah, payah," ujarku sambil tertawa.

    "Kelihatannya aku tidak punya kemampuan seperti kau, Tobias."Punggung tanganku mendadak terasa gatal, sehingga aku

    menggaruknya."Jake?" kata Tobias.

    "Apa?""Lihat tanganmu."Aku segera menunduk. Dan ternyata tanganku dipenuhi bulu

    berwarna jingga.Aku tersentak kaget. "Ooh! Ooh!" Aku terus menatap tangan

    Tapi bulu-bulu itu tidak bertambah lebat maupun panjang.

    "Jangan takut," ujar Tobias. "Santai saja. Sekarang prosesnyterhenti karena kau kaget. Kau harus memusatkan pikiran.""Ya ampun,!" aku memekik. "Tanganku berbulu!"

    "Yeah, dan telingamu...," sambung Tobias.Aku berlari ke cermin di samping lemari pakaian. Telingaku

    telah bergeser ke atas dan menjadi lebih besar dari seharusnya."Nah, sekarang baru asyik," kata Tobias.

    "Asyik? Apanya yang asyik? Ini mengerikan! Lihat sajatanganku! Tanganku berbulu!"

    "Kau tidak punya pilihan," Tobias menanggapi keluhanku.

    "Siapa bilang?" sahutku getir. "Tidak ada yang bisa memaksberubah jadi anjing."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    50/147

    Tobias mengangguk. "Memang, tak ada yang bisa memaksamLupakan saja apa yang kita lihat semalam. Lupakan saja segala

    sesuatu yang kita ketahui. Masa bodoh kalau para Yeerk semakinmerajalela. Anggap saja tidak ada apa-apa. Tapi jangan heran kalau

    kita nanti hidup di dunia di mana manusia cuma dijadikan budak

    makhluk asing pembunuh."Oke, tentu saja aku tak mau jadi budak para Yeerk."Ayolah," Tobias mendesak.

    Aku menelan ludah. Lalu memejamkan mata. Akumembayangkan Homer, dan membayangkan diriku berubah jadi

    dirinya.Badanku kembali gatal-gatal. Ketika aku membuka mata,

    seluruh lenganku sudah penuh bulu. Begitu pula wajahku. Danleherku, kakiku, badanku.

    Tulang-tulangku... ehm, sakit sih tidak, tapi rasanya aneh sek

    Kira-kira seperti kalau kita ke dokter gigi dan kita diberi obat supaygigi kita tidak ngilu waktu dibor, padahal kita tahu seharusnya kita

    merasa ngilu. Nah, begitulah rasanya.

    Tulang-tulangku mengerut. Tapi tulang belakangku malahtambah panjang dan tumbuh menjadi ekor. Aku mendengar bunyigesekan ketika lututku tiba-tiba berbalik arah. Serta-merta aku jatuh

    karena tanganku berubah jadi kaki depan. Aku tak lagi bisa berdiritegak.

    Tanganku sudah tidak bisa disebut tangan ketika menyentuhlantai. Semua jariku lenyap. Yang tersisa cuma cakar yang pendek

    agak melengkung.Rahangku terdesak maju. Mataku bertambah rapat.Tobias berdiri dan memiringkan cermin agar aku bisa berkac

    Tanpa berkedip aku mengamati bagian terakhir prosesmetamorfosis. Seluruh tubuhku sudah tertutup bulu. Ekorku semak

    panjang.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    51/147

    Aku telah berubah jadi seekor anjing. Wah, ini benar-benartidak masuk akal. Tapi nyatanya memang begitu. Aku jadi anjing.

    Seharusnya aku ngeri, atau paling tidak waswas, tapi aku masangat gembira. Entah kenapa, perasaan gembira serasa membanjiri

    diriku.

    Aku menghirup udara melalui hidungku yang panjang danwow! Wow! Bau-bauannya. Wah, sulit dibayangkan deh! Akumengendus-endus dan langsung tahu Mom sedang memanggang

    waffle di dapur. Aku juga tahu tadi Tobias melewati daerah kekuasanjing jantan besar waktu menuju ke rumahku. Aku mendadak tahu

    hal-hal yang tidak bisa kujelaskan dengan bahasa manusia. Rasanyaseolah aku buta seumur hidup dan sekarang mendadak bisa melihat

    Aku menghampiri Tobias dan mengendus-endus. sepatunya.Aku ingin tahu siapa anjing jantan besar tadi. Dari bau yangmenempel di sepatunya, aku mendapat gambaran cukup jelas.

    Ternyata Homer mengenal anjing itu. Ia dipanggil Streak olehpemiliknya. Ia telah dikebiri, seperti aku. Biasanya ia cuma

    berkeliaran di halaman rumah tuannya, tapi kadang-kadang ia lari

    dengan menggali terowongan di bawah pagar. Ia diberi makanankaleng dan biskuit anjing. Mereknya Purina. Bukan sisa makananmanusia, seperti aku.

    Informasi itu membuatku semakin gembira. Mau tak mau akumulai mengibaskan ekor. Aku menatap Tobias. Ia kelihatan jangku

    dan aneh dan serba-kelabu. Tapi aku kurang tertarik untuk melihat.Mengendus-endus jauh lebih seru.

    PENGACAU!Aku mendengar suara di pekarangan. Seekor anjing! Ada anj

    tak dikenal di pekaranganKU! PENGACAU!

    Aku berlari ke jendela, memandang keluar, dan menggonggosejadi-jadinya.

    "Guk! Guk guk! Gukgukgukgukguk!"

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    52/147

    Aku menggonggong sekeras mungkin. Aku tidak RELA anjitak dikenal berkeliaran di pekaranganKU!

    "Jake, jangan macam-macam," ujar Tobias. "Yang di luar itukan Homer."

    Homer? Hah? Tapi kan aku....

    Aku melipat ekorku di antara kedua kaki belakang. Ada apa "Jake, dengarkan aku," kata Tobias. "Aku juga begitu tadi

    waktu berubah jadi kucing. Otak Homer jadi bagian dari otakmu

    sekarang. Kau harus membiasakan diri."

    "Itu Homer, Jake. Kau Jake. Kau cuma menempati tubuh yanditiru dari DNA Homer. Homer yang asli ada di luar sana. Kau sen

    yang membawanya ke pekarangan. Pusatkan pikiranmu. Kau Jake.Jake."

    Aku menarik napas dalam-dalam. Aduh, bau-bauan yang

    kucium! Ada satu bau yang tidak bisa ku...Pusatkan pikiran, Jake! aku memberi perintah pada diriku

    sendiri. Pusatkan pikiran!

    Pelan-pelan aku berhasil menenangkan pikiran anjing yangberkecamuk dalam benakku.Jadi anjing ternyata cukup merepotkan. Aku juga baru tahu

    anjing itu tidak pernah setengah-setengah. Kalau anjing gembira, yagembira. Kalau sedih, ya sedih. Tidak ada istilah agak gembira, ata

    agak sedih. Semua seratus persen. Dan kalau kita lapar sewaktusedang jadi anjing, kita serasa tergila-gila pada makanan.

    Pintu kamarku diketuk. Ya, itu pintu kamarku. Aku sudah salagi siapa aku sebenarnya. Aku Jake. Jake dengan empat kaki, ekordan moncong, tapi tetap Jake.

    Bunyi pintu diketuk itu terdengar sangat nyaring di telingaanjingku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    53/147

    "Jake, apa Homer ada di dalam?" Itu suara Tom, kakakku."Mom lagi menelepon, jadi suruh Homer berhenti ribut..."

    Tom membuka pintu dan masuk. Ia memandang berkelilingdengan tampang bingung.

    "Siapa kau?" ia bertanya pada Tobias.

    "Aku Tobias. Aku teman Jake.""Dan di mana Jake?""Ehh... di sekitar sini," jawab Tobias.

    Tom menatapku. Bau Tom agak aneh. Otak anjingku tidakmengenalinya, tapi yang pasti baunya berbahaya dan membuatku

    gelisah. Aku teringat suara tawa menggema. Tawa manusia yangsempat kudengar semalam, sewaktu si Andalite ditelan bulat-bulat

    oleh Visser Three."Anjing nakal," kata Tom padaku. "Jangan ribut. Anjing nak

    Kemudian ia pergi.

    Aku terpukul sekali. Aku bukan anjing nakal. Akumenggonggong karena ada anjing lain di pekaranganKU. Anjing

    nakal? Enak saja! Aku anjing pintar kok. Sambil merintih-rintih aku

    merangkak ke pojok kamar.Tobias berlutut dan menepuk-nepuk kepalaku.Aku agak terhibur ketika ia menggaruk-garuk belakang

    telingaku.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    54/147

    Chapter 10

    AKUmenelepon teman-temanku setelah aku kembali ke wujasliku. Tobias pulang, tapi ia berjanji akan menemui kami di rumahCassie nanti. Aku sedang menelepon Cassie di dapur ketika Tom

    masuk."Hei, ke mana saja kau?" tanyanya padaku.

    Aku segera menutup gagang telepon dengan sebelah tangan."Tobias bilang kau mencari aku tadi."

    "Yeah. Habis anjingmu ribut terus sih," sahut Tom. Ia menarkursi, dan duduk menghadap ke sandarannya.

    Aku menatapnya sejenak. Entah kenapa, aku merasa tidak en

    bicara dengan Cassie di depan Tom. "Nanti kita ketemu di sana sajoke?" kataku kepada Cassie. Lalu aku menutup telepon.

    Aku berpaling pada Tom. Ia bertubuh lebih besar dibandingk

    aku, padahal aku sendiri tidak bisa dibilang kecil. Rambutnya lebihgelap, bahkan hampir hitam. Rambutku sendiri cokelat.Sejak dulu aku selalu percaya pada Tom. Ia bukan jenis kaka

    yang usil, yang suka mengganggu adik-adik mereka. Sejak kecil kaselalu rukun. Setidaknya sampai setahun lalu. Mulai saat itu kami

    tidak terlalu akrab lagi. Antara lain karena Tom bergabung denganklub The Sharing. Klub itu punya banyak acara, sehingga Tom ham

    selalu sibuk.Dulu aku selalu menceritakan semua masalahku kepada Tom

    biarpun cuma hal-hal sepele. Apalagi masalah besar seperti kejadia

    semalam. Tapi sekarang, ketika aku duduk sambil mengamatinyamakan roti panggang, hati kecilku mendadak berbisik,Jangan, ini

    rahasia. Tom tidak boleh tahu.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    55/147

    Sebagai gantinya, aku malah menceritakan masalah lain."Aku, ehm... aku gagal masuk tim lho," ujarku.

    "Tim apa?" ia bertanya sambil mengerutkan kening."Tim apa? Tim basket. Tim-mu yang dulu."

    "Oh. Sayang," sahutnya.

    "Sayang?" aku mengulangi. Aku tercengang melihat sikapnyyang tampak tidak peduli.

    "Ah, itu kan cuma olahraga," komentar Tom, lalu kembali

    menggigit rotinya."Cuma olahraga?" Saking bingungnya, aku jadi seperti burun

    beo, mengulangi setiap ucapan kakakku. Tom menganggap olahragtidak penting? Tidak mungkin. Olahraga kan segala-galanya bagi

    Tom. "Agaknya aku tidak berbakat seperti kau."Tom angkat bahu. "Ehm, aku sendiri juga sudah mengundurk

    diri dari tim basket. Beberapa hari lalu."

    Aku hampir jatuh dari kursi. "Kau mengundurkan diri?Mengundurkan diri dari tim basket? Tanpa memberitahu aku?

    Memangnya ada apa, sih?"

    "Aku sengaja tidak bilang, soalnya aku tahu kau dan Dad passewot. Begini, Jake, masih banyak hal yang lebih penting daripadamemasukkan bola ke keranjang," katanya dingin. Sorot matanya

    berkesan misterius. Aku langsung menebak pasti ada hubungannyadengan cewek. "Lagi pula," ia menambahkan, "acara The Sharing j

    lebih seru. Kenapa kau tidak bergabung saja?"Aku terheran-heran. Ternyata kami bukan cuma tidak akrab

    lagi, melainkan ada jarak antara Tom dan aku.Setelah mengobrol dengannya, aku keluar untuk memotong

    rumput. Itu memang tugasku. Aku mengerjakannya setiap Sabtu.

    Selain itu aku juga bertugas membuang sampah. Tugas ini lumayanmerepotkan, sebab keluarga kami ikut program daur ulang.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    56/147

    Ketika aku akhirnya selesai memotong rumput dan menyapuhalaman, aku pergi naik sepeda.

    Kami semua sudah sepakat berkumpul di rumah Cassie. Rumpertanian tempatnya tinggal bukan rumah pertanian biasa, walaupu

    memang bekas rumah petani. Mereka juga masih memelihara kuda

    dan sapi. Tapi gudang jeraminya yang besar dan dicat merah kinidijadikan Klinik Perawatan Satwa Liar. Ayah Cassie yangmengelolanya. Mereka merawat binatang-binatang yang cedera.

    Binatang apa saja, kecuali binatang piaraan. Selalu ada sejumlahburung, juga tupai, rusa, cerpelai, dan sebagainya. Kadang-kadang

    malah ada kucing hutan, atau musang, atau bahkan serigala.Ibu Cassie juga dokter hewan, tapi ia bekerja di The Gardens

    taman hiburan yang ada kebun binatangnya

    atau disebut juga tamsatwa liar. Untung saja Cassie benar-benar menyayangi binatang.Kalau tidak, ia bakal repot punya orangtua seperti itu.

    Aku sendiri punya anjing. Tobias punya kucing. Cassie punysegala macam binatang, mulai dari marmut sampai beruang kutub.

    Aku bersepeda ke rumah Cassie. Marco, Tobias, dan Rachel

    sudah menunggu di depan gudang jerami. Rachel menghadap ke armatahari, berjemur sambil memejamkan mata. Cassie belumkelihatan. Mungkin masih ada tugas yang harus dikerjakannya. Ia

    punya berton-ton tugas di rumahnya."Hei," aku menyapa teman-temanku.

    Rachel membuka mata, lalu langsung menyodorkan koran kehadapanku. "Coba baca nih," katanya sambil menunjuk salah satu

    artikel.Aku segera membaca. Artikel itu tidak terlalu panjang. Di sit

    ditulis bahwa menurut laporan polisi, telah terjadi gangguan di temp

    pembangunan yang terbengkalai semalam. Sejumlah orang mengakmelihat beberapa piring terbang mendarat, diiringi cahaya terang-

    benderang.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    57/147

    "Bagus," ujarku sambil menoleh ke arah Rachel. "Jadi polisisudah tahu."

    "Baca sampai habis, dong," kata sepupuku itu.Selanjutnya disebutkan bahwa polisi tiba di tempat kejadian

    menemukan sekelompok remaja yang sedang bermain kembang ap

    Anak-anak muda itu langsung melarikan diri. Polisi berhasilmengamankan sejumlah kembang api. Juru bicara kepolisian menolaporan mengenai piring terbang. "Itu hanya ulah anak-anak nakal,"

    katanya. "Sama sekali tidak ada piring terbang. Warga sebaiknyajangan mudah percaya hal-hal yang tidak masuk akal."

    "Dia bohong!" seruku."Ya! Seratus untuk Jake. Selamat untuk peserta kita yang

    beruntung," ujar Marco."Sudah baca sampai habis?" Rachel mendesak.Aku membaca kalimat terakhir. Dan asal tahu saja, aku

    langsung kaget setengah mati. Ternyata polisi menawarkan hadiahuntuk setiap informasi mengenai anak-anak remaja itu.

    "Mereka mencari kita," kata Marco.

    "Kenapa polisi... maksudku, kenapa mereka bohong?" akubergumam. Tapi jawabannya sudah cukup jelas.Marco tertawa mengejek. "Mungkin karena... mereka sudah j

    Pengendali?""Pasti tidak semuanya," komentar Tobias.

    "Kalau polisi saja sudah disusupi Pengendali, bagaimanadengan orang-orang lain?" tanya Rachel. "Guru-guru? Para karyaw

    Koran dan TV?""Yang pasti, para guru matematika," Marco berkelakar.Kami semua memandang berkeliling dengan gelisah, seakan

    akan kami sudah dikepung oleh para Pengendali."Semula aku menganggap ini semua cuma mimpi," ujar Rach

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    58/147

    "Sama," kataku.Beberapa saat kami terdiam. Kami dihantui perasaan

    menakutkan yang samaperasaan bahwa kami sendirian. Sendirianmenghadapi masalah yang mustahil kami tangani.

    Marco yang pertama bicara. "Oke, kenapa kita harus ikut

    campur? Lebih baik kita lupakan saja semuanya. Jangan disinggungsinggung lagi deh. Dan jangan gunakan kemampuan metamorfosis.Kita jalani saja hidup seperti biasa."

    Tobias dan Rachel langsung memandangku. Mereka menungaku mendebat Marco.

    "Marco, sebenarnya aku sependapat denganmu...," aku mulaiberkata.

    Sekonyong-konyong Marco kehilangan kendali. "Kita bisamati, kau tahu!" ia memekik. "Masa kau belum sadar juga? Kaulihasendiri apa yang terjadi pada si Andalite. Ini bukan permainan, Jake

    Ini serius. Serius! Kita semua bisa mati."Tobias melirik Marco seakan-akan hendak menuduhnya

    pengecut. Tapi aku tahu tuduhan itu tidak benar. Marco punya alasa

    untuk bersikap seperti itu.Marco menggelengkan kepala. Dengan suara pelan ia berkata"Begini, menurutku para Pengendali itu memang brengsek. Tapi ka

    sampai terjadi apa-apa denganku... Bagaimana dengan ayahku? Diapasti tak sanggup menghadapinya."

    Ibu Marco meninggal dua tahun lalu. Ia mati tenggeIam.Jenazahnya tak pernah ditemukan. Ayah Marco sangat terpukul.

    Sampai-sampai ia berhenti dari pekerjaannya sebagai insinyur tekniindustri karena tidak tahan berada di antara orang lain. Sekarang iabekerja sebagai petugas kebersihan gedung kantor pada malam hari

    Penghasilannya pas-pasan, dan ia hampir tak mampu menanggungkebutuhan hidup Marco. Ia menghabiskan siang hari dengan tidur a

    menonton TV tanpa suara.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    59/147

    "Terserah kalau kalian menganggapku pengecut," ujar Marco"Aku tidak peduli. Tapi kalau aku sampai celaka, ayahku pasti hanc

    Hanya karena aku, dia masih bisa bertahan hidup sampai sekarang.Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin ada baiknya aku

    menghampiri Marco dan menepuk punggungnya. Tapi akhirnya aku

    berubah pikiran. Aku kenal Marco, dan aku tahu ia pasti akanmemberi komentar pedas kalau aku berbuat begitu.

    "Itu Cassie," kata Rachel. Ia memandang ke padang rumput

    sambil melindungi matanya dari sinar matahari.Seekor kuda tampak berlari melintasi rumput. Bulu tengkukn

    yang hitam berkibar-kibar karena tiupan angin. Kulihat tak ada yanmenungganginya.

    Kuda itu mengurangi kecepatan dan mendekati kami.Mendadak aku dihinggapi perasaan aneh.

    "Cassie dan aku sudah agak lama di sini," Rachel menjelaska

    "Dia benar-benar hebat. Coba lihat betapa cepat dia MelakukannyaKuda itu meringkik pelan. Kemudian ia mulai mengerut.

    Matanya yang besar dan cokelat menjadi lebih kecil. Moncongnya

    yang panjang berubah menjadi mulut manusia.Kami berhadapan dengan makhluk setengah kuda setengahCassie, yang menatap kami sambil tersenyum lebar. "Hai, semuany

    makhluk itu menyapa kami.Marco langsung jatuh duduk di rumput. Ia belum pernah

    menyaksikan proses metamorfosis."Jangan panik," ujarku sambil berusaha tetap tenang. "Itu cum

    Cassie."Aku memutuskan untuk bersikap sopan dan mengalihkan

    pandangan ke arah lain. Habis, Tobias dan aku dalam keadaan tidak

    berpakaian ketika kami kembali ke bentuk manusia. Tapi kulihatCassie mengenakan baju biru ketat ketika ia muncul dari wujud kud

    Itu semacam baju senam aerobik.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    60/147

    Aku mengamati dan menyaksikan sesuatu yang indah. Selambeberapa detik Cassie bertahan dalam bentuk setengah kuda dan

    setengah manusia. Aku jadi teringat pada si Andalite. Lalu akumenyadari itu memang disengaja. Cassie sedang mengendalikan

    proses metamorfosis yang terjadi pada dirinya.

    "Wow, Rachel," ujarku. "Kau benar. Cassie benar-benar hebTiba-tiba kami mendengar bunyi ban melindas batu kerikil.Kami semua berbalik dan melihat mobil patroli berwarna hit

    putih melaju ke arah kami."Awas! Polisi!" seru Tobias.

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    61/147

    Chapter 11

    CASSIE!Cepat berubah!" aku memekik. Mobil patroli itumendekat dengan cepat. "Jangan sampai mereka melihat makhluksetengah kuda setengah manusia."

    "Tapi aku harus berubah jadi apa?" Cassie meratap. "Orang akuda?" Ia gugup sekali. Berulang kali kedua kaki depannya terangk

    dari tanah.Aku tahu sebabnya. Cassie sedang melawan naluri kuda untu

    panik."Orang, orang, orang!" kataku. "Ayo, semuanya! Berdiri di

    depan Cassie!"

    Mobil patroli itu berhenti mendadak. Batu-batu kerikilbeterbangan. Seorang polisi turun, dari mobil. Aku melambaikan

    tangan padanya.

    "Selamat pagi," ia menyapa kami. "Hei, apakah kalian, ehm.menyembunyikan sesuatu?"Sebenarnya aku ingin menoleh ke belakang untuk melihat

    seberapa jauh Cassie telah berubah. Tapi aku sadar itu salah."Menyembunyikan sesuatu?" aku mengulangi.

    "Coba minggir semuanya," perintah si polisi.Kami segera menyingkir. Untunglah Cassie sudah kembali

    menjadi manusia utuh.Polisi itu tampak bingung. Tapi kemudian ia angkat bahu.Aku menarik napas lega.

    "Ada yang bisa kami bantu, Pak?" Rachel bertanya dengansuaranya yang paling "manis."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    62/147

    "Kami sedang melakukan penyelidikan," sahut si petugassambil mengamati Cassie seakan-akan ada yang aneh pada diri

    sahabatku itu. "Kami mencari sekelompok anak muda yang membakembang api di tempat pembangunan di seberang mall semalam."

    Marco mendadak terbatuk-batuk.

    "Ada apa dengan dia?" tanya si polisi."Tidak ada apa-apa," jawabku."Anak-anak itu harus kami temukan," si petugas berkata deng

    tegas. "Perbuatan mereka sangat berbahaya. Mereka bisamencelakakan diri sendiri atau orang lain. Karena itu mereka akan

    kami cari sampai ketemu."Tiba-tiba aku tahu. Polisi itu salah satu dari mereka. Ia anggo

    gerombolan Pengendali. Aku mengamati wajahnya. Tampangnyabiasa-biasa saja. Tapi di dalam kepalanya ada makhluk dari planetlainmakhluk parasit yang jahat. Di balik matanya yang berkesan

    normal tersembunyi sesuatu yang sangat kejam."Saya tidak tahu apa-apa," aku berbohong.

    Petugas itu menatapku dengan tajam. Aku mulai berkeringat

    dingin."Hei," katanya. "Kau mirip sekali dengan pemuda kenalankuNamanya Tom."

    "Itu kakak saya," ujarku. Aku memaksakan suaraku tetaptenang. Tapi aku tahu yang kuhadapi bukan petugas polisi biasa. Ak

    berhadapan dengan salah satu Yeerk. Petugas polisi itu bukanmanusia, melainkan Pengendali-Manusia. Otak manusianya sudah

    sepenuhnya diperbudak."Oh, jadi kau adik Tom, ya? Hmm, dia anak baik. Aku

    mengenalnya di klub The Sharing. Aku salah satu pembina

    perkumpulan itu. Kapan-kapan datanglah ke pertemuan kami.""Yeah, ehm, Tom sudah pernah mengajak saya," kataku.

    "Acara kami selalu seru."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    63/147

    "Yeah," kataku sekali lagi."Oke, harap hubungi aku kalau kau mendengar. sesuatu tenta

    anak-anak di tempat pembangunan itu. Dan asal tahu sajamerekamungkin mengarang cerita heboh untuk menutupi kesalahan merek

    Tapi kau terlalu cerdik untuk percaya omong kosong seperti itu, ya

    kan?""O ya, dia jenius," Marco berkomentar.Akhirnya petugas polisi itu meninggalkan kami.

    "Oke, ini peraturan nomor satu," Rachel mengumumkan dentegas. "Kita tidak boleh menarik perhatian. Kita harus merahasiakan

    semuanya. Terutama soal kemampuan metamorfosis."Cassie tersipu-sipu. "Yeah, perbuatanku memang bodoh. Tap

    waw! Berlari di padang rumput seperti tadi, asyik banget lho!""Bagaimana kau bisa berubah wujud dengan memakai baju?

    tanyaku. "Waktu Tobias dan aku mencoba berubah... ehm, hasilnya

    agak lain. Untung saja kau dan Rachel tidak ada disekitar kami.""Memang perlu latihan," kata Cassie. "Dan bajunya harus baj

    ketat. Aku sempat mencobanya pakai mantel. Tapi mantelnya mala

    robek. Aku tidak tahu bagaimana jadinya di musim dingin nanti.""Musim dingin tidak jadi soal," ujar Marco. "Sebab urusanberubah wujud berhenti sampai di sini."

    "Mungkin Marco benar," sambung Rachel. "Masalah ini terlabesar untuk kita. Kita cuma anak-anak. Kita harus mencari orang

    penting yang bisa kita beritahu. Orang yang bisa dipercaya.""Tidak ada yang bisa dipercaya," sahut Tobias cepat. "Kita

    tidak tahu siapa saja yang sudah dikuasai para Yeerk. Kita pasti celkalau menghubungi orang yang salah. Dan dunia bakal kiamat."

    "Aku tidak setuju dengan Marco," kata Cassie. "Apa kalian

    tidak sadar apa yang bisa kita perbuat dengan kemampuan ini? Siaptahu kita bisa bicara dengan binatang. Kita bisa membantu

    menyelamatkan spesies yang terancam punah."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    64/147

    "Bisa jadi manusia juga termasuk spesies yang terancam nangumam Tobias.

    "Bagaimana menurutmu, Jake?" tanya Cassie.Aku angkat bahu. "Entahlah. Marco benar, kita bisa mati

    semua. Rachel juga benar, masalah ini terlalu besar untuk anak-ana

    seperti kita." Aku terdiam sejenak. Kemudian aku melanjutkan denberat hati, "Tapi Tobias juga benar. Seluruh dunia terancam bahayaDan tak ada seorang pun yang bisa kita percaya."

    "Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Rachel mendesak."Hei, kenapa harus aku yang memutuskannya?" seruku gusar

    "Kita adakan pemungutan suara saja," ujar Rachel. "Aku usukita berusaha tetap hidup sampai kita dapat SIM," kata Marco.

    "Menurutku kita harus memenuhi permintaan si Andalite, yabertempur," kata Tobias.

    "Hah, sejak kapan kau bisa bertempur?" Marco mencibir.

    "Melawan anak-anak berandal di sekolah saja kau tidak sanggup. Dsekarang kau mau melawan makhluk sadis seperti Visser Three? Ya

    benar saja!"

    Tobias tidak menyahut, tapi wajahnya memerah."Aku sependapat dengan Tobias," kata Rachel sambilmemelototi Marco. "Sebenarnya memang lebih enak kalau tanggun

    jawab ini bisa kita lempar kepada orang lain. Tapi nyatanya tidakbisa."

    "Sebaiknya kita jangan terburu-buru mengambil keputusan,"Cassie menyarankan. "Ini keputusan besar. Ini bukan seperti memil

    apakah kita akan memakai rok atau celana jeans."Aku langsung lega. Untung ada Cassie."Yeah, ini harus kita pikirkan matang-matang," ujarku. "Untu

    sementara jangan bilang apa-apa kepada siapa pun. Bersikaplahseakan tidak ada apa-apa."

  • 7/23/2019 Animorphs 01 - Serbuan Makhluk Asing

    65/147

    Marco tersenyum puas. Ia pikir dirinya sudah menang. Tapi tidak yakin. Wajah Tobias masih merah. Diam-diam ia melirik

    Rachel, seolah-olah hendak berterima kasih.Marco ikut pulang bersamaku. Kami mencoba bersikap biasa

    biasa saja. Kami mengobrol tentang musim kompetisi bisbol. Kami

    berdebat tentang Dead Zone 5, CD-game yang akan kami mainkan komputerku. Ketika sampai di rumahku, kami sudah kehabisan bahobrolan.

    Kami bermain Dead Zone selama beberapa saat. Tapi kamisama-sama tidak bisa konsentrasi. Habis, permainan komputer suda

    tidak terlalu menarik bagi kami.Beberapa waktu kemudian Tom masuk ke kamarku. "Hei,"

    katanya, "aku mau coba, dong."Sudah berbulan-bulan Tom tak pernah bermain CD-game

    bersamaku.

    "Oke." Marco bergeser sedikit dan menyerahkan joysticknyakepada Tom.

    Kami bermain sebentar, dan Tom cukup cekatan. Tapi akhirn

    ia bosan sendiri. Dikembalikannya joystick kepada Marco lalu iaduduk bersandar, menonton kami bermain."Kalian sudah dengar apa yang terjadi di tempat pembanguna