Download - Fungsi sosial
-
7/25/2019 Fungsi sosial
1/128
PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PENYANDANG TUNAGRAHITA
Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi SosialDi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong Bogor
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ANDI MAJID
1110054100027
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
-
7/25/2019 Fungsi sosial
2/128
-
7/25/2019 Fungsi sosial
3/128
-
7/25/2019 Fungsi sosial
4/128
-
7/25/2019 Fungsi sosial
5/128
i
ABSTRAK
Andi Majid
1110054100027Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh
keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan
rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental,
perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri
dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi
yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai
pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode
layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat
berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan
meningkat.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode
layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan
dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitiankualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan
menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan
purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan
sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode
rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu
dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara
pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baiknamun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek
tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum
mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai
70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran
dalam aspek mental psikologis dan vokasional.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
6/128
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam,
Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh
keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir
zaman. Amin.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita
dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
penyusunan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu
Dekan.
2.
Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan
Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini,
yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan
perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
7/128
iii
4.
Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di
Jurusan Kesejahteraan Sosial.
5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian
Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam
penyelesaian studi pustaka.
6.
Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi
Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa
disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis
serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG),
Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda
A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa
memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang
yang tak pernah henti.
8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan
hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan
skripsi ini.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
8/128
iv
9.
Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan
kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran
skripsi ini.
10.Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini
dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau
dan doa-doa untuk sukses bersama.
11.Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut,
Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai
cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama.
12.
Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran
dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya
tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakkannya.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT
memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 9 Desember 2014
ANDI MAJID
-
7/25/2019 Fungsi sosial
9/128
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
E. Metode Penelitian .................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 18
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Tunagrahita .............................................................................. 20
1. Pengertian Tunagrahita ......................................................... 20
2. Klasifikasi Tunagrahita ......................................................... 22
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita .................................... 24
B. Rehabilitasi ............................................................................... 25
1. Pengertian Rehabilitasi .......................................................... 25
2. Metode Rehabilitasi .............................................................. 26
3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32
4.
Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34
C. Keberfungsian Sosial ............................................................... 34
-
7/25/2019 Fungsi sosial
10/128
vi
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG
Ciungwanara Bogor................................................................. 37
B.
Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan
Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................ 38
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di
PSBG Ciungwanara Bogor ..................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................ 51
1.
Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas,
Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara ............................................................ 52
2. Proses Rehabilitasi Sosial ..................................................... 57
B.Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita .................... 67
1. Hasil Rehabilitasi Sosial ...................................................... 81
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial ................................................................. 85
a. Faktor Pendukung .......................................................... 85
b. Faktor Penghambat ........................................................ 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran ........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
7/25/2019 Fungsi sosial
11/128
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ......................................... 22. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan ................................................................. 16
3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian .................................................................. 17
4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 44
5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................... 44
6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi ......................... 45
7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial ....................................... 62
8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara ..... 63
9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 .......... 68
10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita
Tahun 2014 ........................................................................................................ 79
-
7/25/2019 Fungsi sosial
12/128
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi
2.
Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor
3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
4.
Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
5. Absensi Penerima Manfaat
6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat
7.
Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat
8.
Pedoman Wawancara
9. Identitas Informan
10.Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor
-
7/25/2019 Fungsi sosial
13/128
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus
masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan
apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang
berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak
Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan
intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari
222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah
penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia
sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita)
menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan
lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah
peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai
27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling
besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.
1
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 9.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
14/128
2
Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2
Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,
disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3:
Tabel 1.1
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
PMKSUsia
thnTotal
Netra 5921 3869 46960 86110 142860
Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956
Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879
Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033
Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122
Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308
Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai
66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling
tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya
pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali
keberfungian sosial mereka dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang
cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,
hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada
Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak
memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
2 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-
perlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014)3Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html -
7/25/2019 Fungsi sosial
15/128
3
sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,
dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.4
Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti
bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita
mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala
aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan
kedudukan, hak, kewajiban, dan peran.
Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi
penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara
medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan
Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah
maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian
Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi.
Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita.
Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis
Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk
penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk
rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato
terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut
4Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997
-
7/25/2019 Fungsi sosial
16/128
4
meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang
berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis,
sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan
optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat
untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik.
Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter,
psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5
Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami
kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai
kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan
vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis
perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting
untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh
mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat
meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal.
Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu
metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang
diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi
penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam
keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi
penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi
yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang
5
Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmusosialEd1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
17/128
5
secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat.
Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertamaProgram
Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan,
orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi
(Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran,
bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi:
pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga
(RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang
Tua (POT), pengembangan SDM.6
Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian
proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment
yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa
setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi,
mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses
reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya
treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut
sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup
yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).
7
Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan
kemauan, kemampuan dan harga diri tunagrahita sehingga dapat
melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan
6Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti
Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor.7Widodo Nurdi,Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada PantiSosial, h. 214.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
18/128
6
mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah
tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap
tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga
masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita.
Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui
metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita.
Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang
komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat
dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di
tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar
belakang diatas maka penulis memiliki judul PENINGKATAN
KEBERFUNGSIAN SOSIALPENYANDANG TUNAGRAHITA(Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi SosialDi Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara,Cibinong Bogor)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program
-
7/25/2019 Fungsi sosial
19/128
7
pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena
layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di
dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal,
penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana
intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan
keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang
dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei
sampai dengan bulan September 2014.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat
bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:
a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal
ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
3. Identifikasi Masalah
Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita diperlukan data-data tentang kemampuan tunagrahita,
bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor
penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang
timbul, yaitu:
a.
Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi
-
7/25/2019 Fungsi sosial
20/128
8
sosial?
b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui
panti?
c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita
dalam panti?
d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di
panti?
e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial
yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti?
h.
Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di panti?
Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud,
maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita
dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-
Bogor?
b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap
peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?
-
7/25/2019 Fungsi sosial
21/128
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan
keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:
a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor.
b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
1)Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan
kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang
tunagrahita.
2)Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model
dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang
tunagrahita.
b. Manfaat Akademis
1)
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan
-
7/25/2019 Fungsi sosial
22/128
10
bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.
2)
Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program
pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan
sosial.
3)
Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara
langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:
Nama : Rian Rusdiyanto
NIM : 104054002094
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul : Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan
Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan
Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang
dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda
dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas
menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan
Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis
yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam
lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi
penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
23/128
11
Nama : B.Mujiani dan Setyo Sumarno
Jurnal : Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012
Judul : Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang
Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally
Retardation.
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan
cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan
dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk
mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga.
Nama : Mulia Astuti
Jurnal : Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01
2013
Judul : Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina
Netra Tumou Tou Tomohon Manado Dan Tan Miyat Bekasi
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran
yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra
sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan
penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
24/128
12
E. Metode Penelitian
Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk
menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi
sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah
dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang
dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau data-
datanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8
Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna
yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis
atau lisan dari orang-orang yang diamati.9
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian
secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari
kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif.
8Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:
Perfecta, 2005) h.239
Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya2007), h.4.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
25/128
13
Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa
kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka
untuk menetapkan rencana yang akan datang.10
3.
Metode Penetapan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya
penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang
dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah
Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu:
a. Random, penetapan lokasi secara acak.
b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan
alasan tertentu.
Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara
purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian,
lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang
lebih rinci dan akurat.
10
Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006), cet. 12, h.25.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
26/128
14
4. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu:
a.
Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu
berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta
catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Metode Pengumpulan Data
a.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya
seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya.11 Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan
observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi
sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat,
fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita
melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian
penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang
dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan
tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
11
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
27/128
15
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab
serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola
perusahaan.12 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap
dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan.
Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari
objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.
Sistem datang dan pergi dalam wawancara ini mempunyai keandalan
dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya
karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar
informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan
serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13
c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan
teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial
dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita.
6. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan
menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi
sesuai dengan fokus penelitian.
Untuk memilih sample(dalam hal ini informan kunci) lebih tepat
dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila
dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi
12 Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan
Pemuda, 2003) h.5113
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
28/128
16
informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru,
proses pengumpulan informasi sudah selesai.
Tabel 1.2
Tabel Pemilihan Informan
Informan Informasi yang
dicari
Metode Jumlah Alasan
Klien (Penerima
Manfaat)
Manfaat Program
Rehabilitasi yang
diberikan oleh
Lembaga
Wawancara 10 orang
(5 ringan)
(5 sedang)
Sebagai objek
penerima manfaat
program
rehabilitasi
Kepala Seksi
Rehabilitasi Sosial
dan Pegawai
Rehabilitasi Sosial
Model pelaksanaan
Program Rehabilitasi
Sosial dan
peningkatan
keberfungsian sosial
Wawancara 5 orang Sebagai penentu
kebijakan
pelaksanaan
program
rehabilitasi dan
beberapa disiplin
ilmu Profesional
Pendamping Asrama
dan Warga Sekitar
Mengetahui
keberhasilanprogram dan
menguji kebenaran
data pihak panti
Wawancara 5 orang Sebagai pihak
netral dansebagai
pihak ke 3
7. Analisa Data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data
adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini
bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14
Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai
14Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25
-
7/25/2019 Fungsi sosial
29/128
17
pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasinya.15
Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara
melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai
data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut
disimpulkan.
8. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai
sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut:
Tabel 1.3
Tebel Kegiatan Penelitian
N
O
KEGIATAN
BULAN
Februari
2014
Maret
2014
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
Agustus
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penelitian
Pendahuluan
2 Pengumpulan
Data
3 Pengumpulan data
dan analisis data
4 Penulisan dan
penyelesaian Bab I
5 Penulisan dan
penyelesaian Bab II
6 Penulisan dan
penyelesaian BabIII
7 Penulisan dan
penyelesaian Bab
IV
8 Penulisan danpenyelesaian Bab V
15Ibid., h.25
-
7/25/2019 Fungsi sosial
30/128
18
9. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan.
Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber
yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber
memperoleh data.16 Penulis menggunakan observasi dan membaca arsip-
arsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari
wawancara
10.
Teknis Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada
pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif
Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka
sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:
BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
16Ibid., h. 219
-
7/25/2019 Fungsi sosial
31/128
19
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi
pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor
penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode
rehabilitasi, jenis rehabilitasi, perangkat rehabilitasi,
keberfungsian sosial.
BAB III : Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah
perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB IV : Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci
mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB V : Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
-
7/25/2019 Fungsi sosial
32/128
20
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A.
Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita yang berasal dari kata tunaberarti merugi, dangrahita
berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai
oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita
dari beberapa ahli, antara lain2:
1.
Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental
yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat
menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga
memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt,
1976).
2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya
kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992,
Lumban Tobing, 1997).
1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 9.2
Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita(Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
33/128
21
3. Cacat mental retardasi adalah seseorang yang mengalami
penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada
mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa
bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis
maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999).
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan,
febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah
tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki
kecerdasan mental di bawah normal.
Seorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau
tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian
rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979).
Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan
kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara
terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara
efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara
abstrak.
Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1)
secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3)
kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)
-
7/25/2019 Fungsi sosial
34/128
22
kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The
American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang
dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah
rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase
perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3
2. Klasifikasi Tunagrahita
Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi,
yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan
intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet
dan Skala Weschlee (WISC).
a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75)
Anak tunagrahita ringan disebut juga debilatau moron. Mereka
masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,
anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh
penghasilan untuk dirinya sendiri.
Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan
dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti
contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat
merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan.
Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami
gangguan secara fisik.
Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk
bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial
3Ibid., h.88-89
-
7/25/2019 Fungsi sosial
35/128
23
dan pekerjaan.
b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50)
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat
sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar
menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik
untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum,
mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam
kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus
menerus.
Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih
untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily
living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai
kemampuannya.
c. Anak tunagrahita berat (0-25)
Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak
tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak
mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus
kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata
lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup
tanpa bantuan orang lain (totally dependent).
Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan
bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
36/128
24
Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
hidupnnya.
3.
Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita
Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang
menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)
dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).
Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen,
yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen
(Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan
faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari
perkembangan normal.
Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab
ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut:
(1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan
atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau
keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan
yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari
luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,
dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.4
Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak
tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak
4
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 91.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
37/128
25
normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak
tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak
heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak
melalui proses kognitif, akibatnya proses pemanggilan kembali
pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.
B. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1
Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah:
Proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat
Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009
Bab III Pasal 7 ayat 1:
Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,
perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal
pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang
berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5
Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
5
Pusat Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ke-3
. (Jakarta: Balai PustakaDepdiknas, 2002)., h.940.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
38/128
26
1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta
tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2. Metode Rehabilitasi
Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6:
1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work)
a. Pengertian
Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses
pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada
penyandang cacat secara perseorangan yang mengalami
permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya.
b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan
1)Intervensi Krisis.
2)Terapi Perilaku (Behavior Therapy).
3)
Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).
4)
Terapi Bermain (Play Therapy).
5)
Terapi Realitas (Reality Therapy).
6)
Konseling.
7)Kunjungan Rumah (Home Visit).
6
Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti SosialPenyandang Cacat, h.13.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
39/128
27
c. Aplikasi pelayanan individual:
1)
Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah
yang bersifat pribadi.
2)Dilakukan dengan berbicara dari hati ke hati, dapat
mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati.
3)Dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
4)Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang
cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk
penanganan masalah.
5)Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
6)
Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat
mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima
manfaat.
2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work)
a. Pengertian
Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan
profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu
penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan
memanfaatkan proses dan interaksi kelompok.
b.
Jenis pelayanan yang diberikan:
Pelayanan (terapi) yang diberikan melalui pendekatan
kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial
-
7/25/2019 Fungsi sosial
40/128
28
yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe
kelompok dalam Group Work:
1)
Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation).
2)Kelompok Rekreasi (Recreation Group).
3)Kelompok Rekreasi dan Keterampilan (Recreation & Skill
Group).
4)Kelompok Pendidikan (Educational Group).
5)Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan
(Problem Solving and Decission Making Group).
6)Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group).
7)Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group).
8)Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group).
9)
Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group).
c.
Aplikasi Pelayanan:
1)Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai
media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional.
2)Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi
pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat.
3)
Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama
dalam mengungkap permasalahan yang dialami.
4)
Diterapkan untuk mengembangkan sikap peniruan terhadap
pengalaman positif penyandang cacat yang lainnya.
5)Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dalam kelompok.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
41/128
29
6)Membuat catatan perkembangan penyandang cacat dari setiap
pertemuan yang diadakan.
3.
Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community
Organization/Community Development)
a. Pengertian
Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses pelayanan dan rehabilitasi sosial professional yang dilakukan
pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki penyandang cacat agar mereka
mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu
memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang cacat.
b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan.
1)
Promosi sosial (sosial promotion).
2)Mediasi.
3)Kemitraan (partnership).
4)Penggalangan dana (fundrising).
c. Aplikasi pelayanan
1)
Perlu dilakukan pemetaan terhadap kelompok kelompok
masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat
berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang cacat.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
42/128
30
2)Perlu diidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama
dan bermitra dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang cacat.
3)Perlu diidentifikasi pihak-pihak penyandang dana yang
diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang cacat.
4)Perlu sosialisasi program pelayanan rehabilitasi sosial dan
vokasional penyandang cacat kepada masyarakat luas.
Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi:
1.
Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik
masalah datang dari diri klien itu sendiri, maupun masalah yang
datang dari lingkungan klien.
2. Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan
mental, bimbingan keterampilan.
3. Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan klien
agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.
4. Pembinaan tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam
proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.7
3.
Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin
ilmu mulai dari medis, psikologis, sosial, bahkan pendidikan
multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait
dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu
7Muis, Ichwan,Rehabilitasi Sosial, h. 23.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
43/128
31
dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada
perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi8
sebagai berikut:
a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan secara medis dalam
upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis
menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemukan
tenaga profesional seperti dokter, psikiater, psikolog, bahkan pekerja
sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di
rumah sakit, khususnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis
(IRM), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit
Fatmawati merupakan contoh rumah sakit yang telah memiliki (IRM).
b.
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi
intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi
ini mengandalkan tenaga pendidik, terutama para pendidik yang
menekuni bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB).
c.
Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus pada
klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti keterampilan
dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer, dan lain
sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlukan tenaga-tenaga khusus
8Caroline Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial,dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial
Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI,2004)., h.185.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
44/128
32
yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga dapat
mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional yaitu kemandirian
ekonomi.
d. Rehabilitasi Sosial
Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat memulihkan
fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial juga
bertujuan untuk mengintegrasikan klien kembali ke lingkungan
masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya.
Dalam hal ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap
keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan
pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada
proses rehabilitasi ini.
4.
Perangkat Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang
semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut. Rehabilitasi memerlukan
serangkaian perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses
rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi
sarana dan prasarana yang menunjang proses rehabilitasi yaitu:
a.
Program Rehabilitasi
Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang
terencana, terorganisir, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi
menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik
lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program
-
7/25/2019 Fungsi sosial
45/128
33
dapat meliputi lingkup lokal, nasional, regional. Keterkaitan dan
kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program
rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu
sendiri. Dimana, tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada
kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain. Seperti
pada lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi bagi
penyandang disabilitas yang mengkhususkan pada program
rehabilitasinya saja.
b. Pelayanan
Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas khusus yang
dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien.
Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai
pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk
mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya
manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi
melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang
pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter,
pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar
vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang
peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.
d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi
Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi
fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti
-
7/25/2019 Fungsi sosial
46/128
34
Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial
binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan
program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas
penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah
peralatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi
yang diselenggarakan.
5. Keberfungsian Sosial
Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas
seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status
sosialnya.9
Menurut Achlis dalam bukunya, Praktek Pekerjaan Sosial I,
keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu yang
bertujuan untuk mewujudkan nilai dirinya demi pencapaian kebutuhan hidup.
Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-
ciri seperti yang diungkapkan Achlis:10
1. Individu mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan
fungsinya
2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya
3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau
lingkungannya
4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan
9 Abu Huraerah, "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". (Jakarta: Pikiran
Rakyat, 2005).10Achlis,Praktek Pekerjaan Sosial I, (Bandung: STKS 2011) h.21.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitas -
7/25/2019 Fungsi sosial
47/128
35
5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik
6.
Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya
7.
Individu memperjuangkan tujuan hidupnya
8. Individu belajar untuk disiplin dan memanajemen diri
9. Individu memiliki persepsi dan pemikiran yang realistik.
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-
individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi
kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada kapabilitas
(capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-
peran sosial di lingkungannya.
Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar
diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat.11
Konsep ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari
segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki
kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan.
Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan
memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.
Pendekatan keberfungsian sosial dapat menggambarkan karakteristik
dan dinamika kehidupan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat
menjelaskan bagaimana keluarga merespon dan mengatasi permasalahan
11
Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial RepublikIndonesia.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
48/128
36
sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi lingkungannya.
Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni to help people to help
themselves,12
pendekatan ini memandang individu bukan sebagai objek pasif
yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik. Melainkan orang yang
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial.
Dari pemikiran di atas, keberfungsian sosial individu dalam situasi ini
seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan
jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan
ekonomi, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya. Seharusnya
konsep keberfungsian sosial lebih menekankan pada apa yang dimiliki
individu, ketimbang apa yang tidak dimiliki si individu.
12 Edi Suharto, Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan
Pendeketan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan (Bogor: InstitutPertanian Bogor, 2002).
-
7/25/2019 Fungsi sosial
49/128
37
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG Ciungwanara Bogor
Pada tanggal 5 September 1885 diresmikan berdirinya panti yang
berlokasi di Jl.SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten
Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM)
Retardasi, peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tk.II Kabupaten Bogor.
Nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama
menjadi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Sosial RI No.14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994.
PSBG Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type
A (Eselon IIIa) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI
No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003.
Visi Misi PSBG Ciungwanara Bogor
1.
Visi
Mewujudkan kemandirian penyandang cacat mental retardasi
(tunagrahita).
2. Misi
a.
Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat
tunagrahita.
b. Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan penyandang cacat
tunagrahita.
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial/LSM dan instansi terkait.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
50/128
38
B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, dan Dana
Penyelenggaraan Panti
1.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di PSBG Ciungwanara
Bogor, dilaksanakan oleh 43 orang personil, bila dilihat dari jabatannya,
komposisinya adalah sebagai berikut:
a. Eselon III (Kepala Panti) 1 orang
b. Eselon IV (Kabag TU, Kasie PAS dan Rehsos) 3 orang
c. Tenaga Fungsional 8 orang
d. Staff 31 orang
Dalam melaksanakan tugasnya kekuatan personil tersebut dapat
dilihat dalam struktur organisasi berikut:
a. Kepala panti, bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan
kegiatan panti. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala panti dibantu oleh
tiga orang eselon IV atau pejabat struktural beserta stafnya dan delapan
orang pejabat fungsional pekerja sosial.
Kepala
Instalasi Produksi (WorkShop)
Kelompok Jabatan
Fungsional
Seksi Program &
Advokasi Sosial
Sub Bag Tata Usaha
Seksi Rehabilitasi Sosial
-
7/25/2019 Fungsi sosial
51/128
39
Uraian tugas jabatan struktural dapat dilihat dari uraian tugas
masing-masing eselon empat sebagai berikut.
b.
Kasubag TU mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan
ketentuan, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2)
Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.
4) Urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN.
5) Menyiapkan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta
kenaikan gaji berkala.
6) Membuat LAKIP panti
7) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
8)
Melakukan urusan surat menyurat.
9)
Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
10)Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.
11)Melakukan kegiatan administrasi perkantoran.
12)Menghimpun dan merekapitulasi DP3, DUK dan daftar hadir.
13)Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai.
14)
Melakukan penyusunan dan pembahasan anggaran.
15)
Menyiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian.
16)
Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai.
17)
Melakukan urusan gaji dan honor pegawai.
18)Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana.
19)Menyiapkan laporan realisasi keuangan.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
52/128
40
20)Melakukan Unit Akuntansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan (SIMAK BMN).
21)
Mengusulkan kepanitiaan pengadaan barang dan jasa.
22)Menyiapkan analisa kebutuhan sarana dan prasarana UPT.
23)Menyelenggarakan keamanan, kebersihan, dan penerangan
lingkungan panti.
24)Mengelola permakanan dan kebutuhan klien.
25)Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
26)Menyiapkan bahan kehumasan.
27)Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program.
28)Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai dengan pereaturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari 28 tugas sub bagian tata usaha, pada umumnya adalah
tugas-tugas penunjang penyelenggaraan rehabilitasi sosial kecuali
mengelola permakanan.
c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan ketentuan
yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2)
Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3)
Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan.
4)
Melakukan konsultasi kegiatan kepada pemimpin.
5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,
pemantauan dan evaluasi.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
53/128
41
6) Melakukan penyiapan bahan program, pendampingan yang
memerlukan advokasi.
7)
Menyiapkan bahan panduan operasional panti.
8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien.
9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga.
10)
Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/ peraturan/ tata
tertib setiap unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi.
11)Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta
penjelasan program kepada calon klien.
12)Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang
terhambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam
panti.
13)
Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan
kegiatan bidang sebagai bahan laporan.
14)Melakukan penghimpunan, pengolahan perpustakaan.
15)Melakukan penghimpunan, pengolahan, data awal dan informasi
klien sebagai bahan penyusunan laporan.
16)Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
17)
Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai dengan
peraturan berlaku.
Dari 17 tugas yang harus dilakukan seksi PAS, 10 diantaranya
dapat dikategorikan pada kegiatan penunjang dan 7 lainnya dapat
dikategorikan kegiatan rehabilitasi sosial (kegiatan pokok).
-
7/25/2019 Fungsi sosial
54/128
42
d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3)
Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan
kesehatan, mental, sosial, dan keterampilan serta
mengkonsultasikan kepada kepala panti.
4) Melakukan koordinasi kegiatan dengan unit terkait.
5)
Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi penempatan, kegitan
bimbingan sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.
6)
Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial
termasuk perkembangan klien.
7) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan
sosial, mental, fisik, Kecerdasan dan keterampilan.
8) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial
termasuk perkembangan klien.
9)
Melakukan test awal untuk pengungkapa dan pemahaman masalah
(Assesment).
10)Melakukan test penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan
didik dan latih.
11)Melakukan penempatan klien pada program.
12)
Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan
instansi terkait dalam rangka resosialisasi.
13)Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha
sesuai jenis keterampilan.
14)
Menyiapkan bahan rajukan.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
55/128
43
15)Melakukan konsultasi keluarga.
16)Menghimpun kelengkapan data/file klien.
17)
Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.
18)Penempatan klien dalam asmara.
19)Melakukan persiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan
kunjungan keluarga.
20)
Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kepribadian
klien.
21)
Melakukan peningkatan prilaku, pengetahuan, dan keterampilan
klien.
22)Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.
23)Melakukan konsultasi kegiatan dengan pemimpin.
24)Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan
laporan.
25)Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai peraturan yang
berlaku.
Dari 25 tugas kepala seksi rehabilitasi sosial, 20 atau 80%
diantaranya merupakan kegiatan rehabilitasi sosial yang langsung
berhubungan dengan klien dan 20% lainnya merupakan kegiatan
penunjang.
e.
Pekerja Sosial mempunyai tugas secara keseluruhan terlibat dalam
kegiatan rehabilitasi sosial mulai dari pendekatan awal sampai
bimbingan lanjut kecuali pengarsipan.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
56/128
44
f. Instalasi Produksi (work shop)
Secara fisik unit ini sudah tersedia, namun kegiatannya belum berjalan
karena keterampilan bekerja yang diperoleh selama di panti belum bisa
diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan
standar pasar.
Jumlah pegawai PSBG Ciungwanara Bogor sebanyak 57 orang
dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tebel 3.1
Tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Jenis kelamin
1 Laki-laki 20
2 Perempuan 26
Total 46
Tebel 3.2
Tabel jumlah pegawai berdasarkan pendidikan
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Tingkat pendidikan
1 SD 3
2 SMP 15
3 SMA 10
4 D III 11
5 D-IV / S I 15
6 S2 4
-
7/25/2019 Fungsi sosial
57/128
45
Tebel 3.3
Tabel jumlah pegawai berdasarkan tenaga profesi
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Jenis Profesi
1 Dokter Umum 1
2 Perawat 2
3 Psikolog 1
4 Pekerja sosial 9
5 Okupasi therapy 1
2.
Kapasitas dan Fasilitas Panti
Kapasitas di PSBG Ciungwanara Bogor dapat menampung 75
orang, yang ditempatkan pada delapan asrama, terbagi atas tiga asrama
putra, dan lima asrama putri dalam satu asrama dapat menampungkan
sembilan sampai sepuluh klien, pada setiap asrama ditempatkan satu
pembimbing asrama.
PSBG Ciungwanara Bogor menempati tanah seluas 5,3 Ha dengan
luas bangunan 3,888 M2. Fasilitas penunjang berupa bangunan fisik yang
tersedia di PSBG Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut:
a. Kantor
b. Ruang data/Perpustakaaan
c. Ruang Kesehatan (Poliklinik)
d. Ruang Pamer/show room hasil karya/kerajinan
e.
Rumah dinas pegawai
f.
Aula
g.
Gudang dan garasi
h.
Ruang observasi
-
7/25/2019 Fungsi sosial
58/128
46
i. Lokal pendidikan
j. Mushola
k.
Ruang kesenian
l. Asrama
Asrama Garuda
Asrama Merpati
Asrama Parkit
Asrama Flamboyan
Asrama Melati
Asrama Kenanga
Asrama Kakatua
Asrama Nuri
m. Wisma tamu
n. Ruang makan dan dapur
o. Sarana air bersih
p. Sarana penerangan listrik
q. Sarana taman bermain
r.
Sarana olah raga
s.
Pos satpam
3. Klien
Klien yang diterima pada PSBG Ciungwanara Bogor, berasal dari
Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk daerah lain seperti dari Jawa Timur, dan
-
7/25/2019 Fungsi sosial
59/128
47
Kalimantan Selatan.
4. Dana Penyelenggaraan Panti
Sumber dana PSBG Ciungwanara Bogor berasal dari APBN yang
tertuang dalam DIPA. Untuk tahun 2014 berjumlah Rp. 5.006.013.000
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara
Bogor
1.
Program Pokok
Program pokok pelayanan dan rehabilitasi Orang dengan Kecacatan (ODK)
Intelektual/ Grahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
meliputi :
a. Rehabilitasi sosial
1) Pendekatan awal
2) Penerimaan.
Penerimaan calon klien harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut;
a) Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/grahita:
Debil/ mampu didik = IQ antara 50 s/d 70
Imbisil/ mampu latih= IQ antara 30 s/d 49
b) Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli)
c) Tidak mempunyai penyakit menular/kronis
d) Tidak menderita gangguan jiwa
e) Tidak mengidap epilepsi
f)
Mampu mengurus diri
-
7/25/2019 Fungsi sosial
60/128
48
g) Usia antara 15 s/d 35 tahun.
Perlengkapan persyaratan penerimaan :
a)
Permohonan pendaftaran calon klien
b) Isian formulir pendaftaran
c) Isian angket riwayat anak
d)
Isian anket kepribadian anak
e) Surat pernyataan orangtua/wali bermaterai
f) Data pengkajian keadaan keluarga dan lingkungan
g) Surta keterangan psikolog
h) Surat keterangan sehat dari dokter
i) Surat keterangan RT/RW domisili
j) Pas poto 4x6 sebanyak 5 lembar
k) Pas poto seluruh badan ukuran post card sebanyak 1 lembar
l) Foto copi KTP orang tua/ wali
m)Poto copy kartu keluarga 2 lembar
n) Poto copy akte kelahiran 2 lembar
o) Hasil rontgen
p)
Hasil tes psikiater
3) Akomodasi
Merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana yang diberikan
kepada seluruh klien dengan memperhatikan kondisi masing-
masing, berupa:
1) Penempatan di asrama
2)
Pemenuhan kebutuhan makan
-
7/25/2019 Fungsi sosial
61/128
49
3) Pemenuhan kebutuhan sandang
4) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan
5)
Pendampingan penyesuaian diri bagi klien baru
6) Pengisian waktu luang
4) Asesmen
Merupakan kegiatan kajian tentang klien, keluarga dan masyarakat.
5)
Perumusan rencana intervensi
6) Kontrak pelayanan
7) Pelayanan therapy khusus
8) Bimbingan rehabilitasi.
Serangkaian upaya memulihkan dan menumbuh kembangkan
kemauan dan kemampuan penerima manfaat yang meliputi:
Bimbingnan fisik (olah raga, kesehatan dan kesenian)
Bimbingan sosial (pramuka, dll)
Bimbingan mental (agama, budi pekerti, kecerdasan, mental
psikologis)
Bimbingan keterampilan kerja/ usaha (keterampilan dasar,
keterampilan kejuruan dan PBK).
b.
Advokasi / perlindungan sosial
c.
Instalasi produksi
d. Resosialisasi
Merupakan kegiatan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan
keterampilan klien pasca rehabilitasi dan berada ditengah keluarga dan
masyarakat, yang meliputi:
-
7/25/2019 Fungsi sosial
62/128
50
1) Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat.
2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
3)
Bimbingan pembinaan bantuan /stimulant usaha produktif
4) Bimbingan usaha ekonomi produktif
5) Penempatan kerja
e.
Bimbingan lanjut
Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi kemampuan fisik,
mental, sosial dan keterampilan.
2. Program penunjang
a. Pendataan
b. Pengkajian evaluatif
c. Penyebaran informasi (sosialisasi program)
d.
Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT)
e.
Penyediaan sarana dan prasarana aksesibilitas
f. Rekreasi klien
g. Kerjasama instansional
h. Pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Pengembangan program
Pengembangan program mencakup program Pelayanan Panti Jarak
Jauh (PPJJ) yang dilaksanakan di lokasi yang terdapat Orang Dengan
Kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
63/128
51
BAB IV
METODE DAN PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PENYANDANG TUNAGRAHITA
Pada bab ini akan dipaparkan temuan dan analisis metode rehabilitasi
sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, yang
terdiri dari sumber daya manusia, kapasitas dan fasilitas, kondisi
penyelenggaraan, proses rehabilitasi, dan peningkatan keberfungsian sosial yang
terdiri dari hasil rehabilitasi serta faktor pendukung dan penghambat rehabilitasi
sosial.
A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial
Dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang
tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work)
dan pengorganisasian masyarakat (Community Development)bagi penyandang
tunagrahita1.
Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang
komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat
dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di
tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok
dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat
1Metode layanan rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.
-
7/25/2019 Fungsi sosial
64/128
52
melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan
bimbingan di kelas.2
Hal ini seperti pernyataan yang diutarakan oleh ibu Wiwik kepada
penulis:
Dalam pelaksanaan program rehabilitasi, pihak panti
menjalankan metode individual (direct service) dengan
bimbingan individu dan metode kelasikal yaitu dengan
bimbingan kelas atau secara berkelompok.3
Belum terlihat jelas bagaimana bentuk metode rehabilitasi yang
digunakan, namun metode rehabilitasi yang digunakan harus memperhatikan
beberapa faktor seperti; karakteristik tunagrahita, kurikulum, kondisi guru,
dukungan sistem, lingkungan keluarga siswa, dan lingkungan masyarakat.
Terlihat pihak panti menggunakan tahap pelaksanaan metode
rehabilitasi multi terhadap pemilihan kurikulum yang terstruktur, yaitu metode
yang diberikan berupa bimbingan pendampingan pribadi yang dilakukan oleh
pekerja sosial yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi sosial, baik
itu secara langsung maupun secara kelasikal/kelompok.4Pendampingan yang
dilakukan seorang pekerja sosial dengan mengikuti pedoman-pedoman sesuai
dengan keputusan Kementrian Sosial yang seolah menjadi acuan pedoman
yang digunakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
1.
Sumber Daya Manusia, Kapasitas & Fasilitas. dan Kondisi
Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan secara
mental, sehingga perlu adanya layanan dari