fungsi sosial

Upload: fadlan-adima-adrianta

Post on 25-Feb-2018

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    1/128

    PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL

    PENYANDANG TUNAGRAHITA

    Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi SosialDi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

    Cibinong Bogor

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

    Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    ANDI MAJID

    1110054100027

    PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    2/128

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    3/128

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    4/128

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    5/128

    i

    ABSTRAK

    Andi Majid

    1110054100027Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian

    Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat

    kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh

    keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas

    perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan

    rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental,

    perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri

    dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi

    yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai

    pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode

    layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat

    berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan

    meningkat.

    Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode

    layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan

    dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial

    penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

    Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitiankualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan

    menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur

    bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan

    purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan

    sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian.

    Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode

    rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu

    dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara

    pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baiknamun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek

    tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum

    mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai

    70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran

    dalam aspek mental psikologis dan vokasional.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    6/128

    ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam,

    Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

    senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh

    keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir

    zaman. Amin.

    Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

    skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita

    dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing

    penyusunan skripsi ini, diantaranya:

    1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu

    Dekan.

    2.

    Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan

    Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini,

    yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan

    perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    7/128

    iii

    4.

    Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik,

    membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di

    Jurusan Kesejahteraan Sosial.

    5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian

    Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam

    penyelesaian studi pustaka.

    6.

    Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,

    Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi

    Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis

    serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG),

    Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda

    A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa

    memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang

    yang tak pernah henti.

    8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan

    hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan

    skripsi ini.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    8/128

    iv

    9.

    Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan

    kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran

    skripsi ini.

    10.Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini

    dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau

    dan doa-doa untuk sukses bersama.

    11.Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut,

    Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai

    cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama.

    12.

    Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran

    dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya

    tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas

    kebersamaan dan kekompakkannya.

    Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan

    kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT

    memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.

    Jakarta, 9 Desember 2014

    ANDI MAJID

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    9/128

    v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK.............................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL............................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9

    D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10

    E. Metode Penelitian .................................................................... 12

    F. Sistematika Penulisan ............................................................. 18

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    A. Tunagrahita .............................................................................. 20

    1. Pengertian Tunagrahita ......................................................... 20

    2. Klasifikasi Tunagrahita ......................................................... 22

    3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita .................................... 24

    B. Rehabilitasi ............................................................................... 25

    1. Pengertian Rehabilitasi .......................................................... 25

    2. Metode Rehabilitasi .............................................................. 26

    3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32

    4.

    Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34

    C. Keberfungsian Sosial ............................................................... 34

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    10/128

    vi

    BAB III PROFIL LEMBAGA

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG

    Ciungwanara Bogor................................................................. 37

    B.

    Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan

    Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................ 38

    C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di

    PSBG Ciungwanara Bogor ..................................................... 47

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

    A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................ 51

    1.

    Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas,

    Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) Ciungwanara ............................................................ 52

    2. Proses Rehabilitasi Sosial ..................................................... 57

    B.Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita .................... 67

    1. Hasil Rehabilitasi Sosial ...................................................... 81

    2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan

    Rehabilitasi Sosial ................................................................. 85

    a. Faktor Pendukung .......................................................... 85

    b. Faktor Penghambat ........................................................ 86

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................... 88

    B. Saran ........................................................................................ 89

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    11/128

    vii

    DAFTAR TABEL

    1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ......................................... 22. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan ................................................................. 16

    3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian .................................................................. 17

    4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 44

    5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................... 44

    6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi ......................... 45

    7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial ....................................... 62

    8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara ..... 63

    9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 .......... 68

    10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita

    Tahun 2014 ........................................................................................................ 79

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    12/128

    viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi

    2.

    Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara Bogor

    3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor

    4.

    Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor

    5. Absensi Penerima Manfaat

    6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat

    7.

    Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat

    8.

    Pedoman Wawancara

    9. Identitas Informan

    10.Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara Bogor

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    13/128

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus

    masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak

    berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan

    apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang

    berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak

    Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang

    sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan

    intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya

    memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1

    Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari

    222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah

    penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia

    sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita)

    menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan

    lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah

    peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai

    27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling

    besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.

    1

    Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 9.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    14/128

    2

    Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2

    Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,

    disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3:

    Tabel 1.1

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

    PMKSUsia

    thnTotal

    Netra 5921 3869 46960 86110 142860

    Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956

    Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879

    Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033

    Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122

    Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308

    Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup

    signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai

    66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling

    tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya

    pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali

    keberfungian sosial mereka dalam masyarakat.

    Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang

    cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,

    hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan

    kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada

    Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak

    memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan

    2 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-

    perlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014)3Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012

    http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html
  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    15/128

    3

    sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,

    dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam

    lingkungan keluarga dan masyarakat.4

    Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti

    bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita

    mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala

    aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan

    kedudukan, hak, kewajiban, dan peran.

    Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi

    penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara

    medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan

    Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah

    maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian

    Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi.

    Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita.

    Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita

    (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis

    Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk

    penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk

    rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan

    pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan

    fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

    Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato

    terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut

    4Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    16/128

    4

    meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang

    berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis,

    sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan

    optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat

    untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik.

    Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter,

    psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5

    Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami

    kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai

    kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan

    vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis

    perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting

    untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh

    mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat

    meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal.

    Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu

    metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang

    diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi

    penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam

    keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi

    penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi

    yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang

    5

    Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmusosialEd1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    17/128

    5

    secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat.

    Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang

    dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertamaProgram

    Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan,

    orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi

    (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran,

    bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi:

    pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga

    (RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang

    Tua (POT), pengembangan SDM.6

    Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian

    proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment

    yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa

    setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi,

    mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses

    reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya

    treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut

    sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup

    yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).

    7

    Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan

    kemauan, kemampuan dan harga diri tunagrahita sehingga dapat

    melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan

    6Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti

    Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor.7Widodo Nurdi,Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada PantiSosial, h. 214.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    18/128

    6

    mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah

    tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap

    tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat

    tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga

    masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita.

    Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan

    oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui

    metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan

    Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatan-

    kegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita.

    Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang

    komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat

    dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,

    kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di

    tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar

    belakang diatas maka penulis memiliki judul PENINGKATAN

    KEBERFUNGSIAN SOSIALPENYANDANG TUNAGRAHITA(Kajian

    Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi SosialDi Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara,Cibinong Bogor)

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    19/128

    7

    pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena

    layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di

    dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan

    diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal,

    penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana

    intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan

    keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang

    dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei

    sampai dengan bulan September 2014.

    2. Perumusan Masalah

    Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat

    bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:

    a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

    b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal

    ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial

    penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

    3. Identifikasi Masalah

    Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang

    tunagrahita diperlukan data-data tentang kemampuan tunagrahita,

    bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor

    penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang

    timbul, yaitu:

    a.

    Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    20/128

    8

    sosial?

    b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui

    panti?

    c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita

    dalam panti?

    d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di

    panti?

    e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian

    sosial tunagrahita dalam panti?

    f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian

    sosial tunagrahita dalam panti?

    g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial

    yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti?

    h.

    Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial

    terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas

    intelektual tunagrahita di panti?

    Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud,

    maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut:

    a.

    Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita

    dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-

    Bogor?

    b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap

    peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    21/128

    9

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan

    keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina

    Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor.

    Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:

    a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang

    tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

    Cibinong-Bogor.

    b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial

    terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas

    intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Manfaat Praktis

    1)Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan

    kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang

    tunagrahita.

    2)Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model

    dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang

    tunagrahita.

    b. Manfaat Akademis

    1)

    Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    22/128

    10

    bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.

    2)

    Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program

    pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan

    sosial.

    3)

    Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara

    langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah.

    D. Tinjauan Pustaka

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap

    beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

    Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:

    Nama : Rian Rusdiyanto

    NIM : 104054002094

    Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam

    Judul : Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan

    Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus

    Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan

    Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang

    dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda

    dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas

    menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan

    Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis

    yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam

    lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi

    penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    23/128

    11

    Nama : B.Mujiani dan Setyo Sumarno

    Jurnal : Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012

    Judul : Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang

    Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally

    Retardation.

    Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

    menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan

    perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan

    cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan

    dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk

    mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga.

    Nama : Mulia Astuti

    Jurnal : Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01

    2013

    Judul : Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina

    Netra Tumou Tou Tomohon Manado Dan Tan Miyat Bekasi

    Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

    menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan

    perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran

    yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra

    sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan

    penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    24/128

    12

    E. Metode Penelitian

    Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk

    menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi

    sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah

    dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci.

    1. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang

    dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.

    Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau data-

    datanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8

    Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna

    yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan

    Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis

    atau lisan dari orang-orang yang diamati.9

    Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

    pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu

    dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian

    secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari

    kondisi sebenarnya.

    2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif.

    8Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:

    Perfecta, 2005) h.239

    Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya2007), h.4.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    25/128

    13

    Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen

    pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian

    deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang

    melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

    kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam

    menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka

    untuk menetapkan rencana yang akan datang.10

    3.

    Metode Penetapan Lokasi

    Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya

    penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang

    dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah

    Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat.

    Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu:

    a. Random, penetapan lokasi secara acak.

    b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan

    alasan tertentu.

    Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara

    purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian,

    lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang

    lebih rinci dan akurat.

    10

    Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006), cet. 12, h.25.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    26/128

    14

    4. Sumber Data

    Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu:

    a.

    Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu

    berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi

    yang berhubungan dengan masalah penelitian.

    b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian

    kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan

    dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta

    catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

    5. Metode Pengumpulan Data

    a.

    Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan

    pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya

    seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi

    adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya

    melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra

    lainnya.11 Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan

    observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi

    sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat,

    fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita

    melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian

    penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang

    dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan

    tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

    11

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    27/128

    15

    Ciungwanara, Cibinong-Bogor.

    b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab

    serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola

    perusahaan.12 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

    wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap

    dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan.

    Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari

    objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.

    Sistem datang dan pergi dalam wawancara ini mempunyai keandalan

    dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya

    karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar

    informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan

    serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13

    c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan

    teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial

    dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita.

    6. Teknik Pemilihan Informan

    Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan

    menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi

    sesuai dengan fokus penelitian.

    Untuk memilih sample(dalam hal ini informan kunci) lebih tepat

    dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila

    dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi

    12 Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan

    Pemuda, 2003) h.5113

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    28/128

    16

    informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru,

    proses pengumpulan informasi sudah selesai.

    Tabel 1.2

    Tabel Pemilihan Informan

    Informan Informasi yang

    dicari

    Metode Jumlah Alasan

    Klien (Penerima

    Manfaat)

    Manfaat Program

    Rehabilitasi yang

    diberikan oleh

    Lembaga

    Wawancara 10 orang

    (5 ringan)

    (5 sedang)

    Sebagai objek

    penerima manfaat

    program

    rehabilitasi

    Kepala Seksi

    Rehabilitasi Sosial

    dan Pegawai

    Rehabilitasi Sosial

    Model pelaksanaan

    Program Rehabilitasi

    Sosial dan

    peningkatan

    keberfungsian sosial

    Wawancara 5 orang Sebagai penentu

    kebijakan

    pelaksanaan

    program

    rehabilitasi dan

    beberapa disiplin

    ilmu Profesional

    Pendamping Asrama

    dan Warga Sekitar

    Mengetahui

    keberhasilanprogram dan

    menguji kebenaran

    data pihak panti

    Wawancara 5 orang Sebagai pihak

    netral dansebagai

    pihak ke 3

    7. Analisa Data

    Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data

    adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan

    gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini

    bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14

    Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan

    suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai

    14Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    29/128

    17

    pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan

    mencatatnya dalam buku observasinya.15

    Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara

    melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai

    data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut

    disimpulkan.

    8. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai

    sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan

    dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut:

    Tabel 1.3

    Tebel Kegiatan Penelitian

    N

    O

    KEGIATAN

    BULAN

    Februari

    2014

    Maret

    2014

    April

    2014

    Mei

    2014

    Juni

    2014

    Juli

    2014

    Agustus

    2014

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Penelitian

    Pendahuluan

    2 Pengumpulan

    Data

    3 Pengumpulan data

    dan analisis data

    4 Penulisan dan

    penyelesaian Bab I

    5 Penulisan dan

    penyelesaian Bab II

    6 Penulisan dan

    penyelesaian BabIII

    7 Penulisan dan

    penyelesaian Bab

    IV

    8 Penulisan danpenyelesaian Bab V

    15Ibid., h.25

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    30/128

    18

    9. Keabsahan Data

    Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik

    triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

    yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

    pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

    Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat

    kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta

    bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan.

    Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber

    yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber

    memperoleh data.16 Penulis menggunakan observasi dan membaca arsip-

    arsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari

    wawancara

    10.

    Teknis Penulisan

    Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada

    pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh

    CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif

    Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka

    sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:

    BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

    pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

    16Ibid., h. 219

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    31/128

    19

    manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi

    pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor

    penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode

    rehabilitasi, jenis rehabilitasi, perangkat rehabilitasi,

    keberfungsian sosial.

    BAB III : Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah

    perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

    BAB IV : Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci

    mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi

    penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial

    penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

    BAB V : Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

    mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi

    penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial

    penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    32/128

    20

    BAB II

    KAJIAN TEORETIS

    A.

    Tunagrahita

    1. Pengertian Tunagrahita

    Tunagrahita yang berasal dari kata tunaberarti merugi, dangrahita

    berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki

    tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai

    oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas

    perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1

    Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita

    dari beberapa ahli, antara lain2:

    1.

    Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental

    yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat

    menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga

    memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt,

    1976).

    2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang

    terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya

    kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa

    perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia,

    yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992,

    Lumban Tobing, 1997).

    1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2006), h. 9.2

    Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita(Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    33/128

    21

    3. Cacat mental retardasi adalah seseorang yang mengalami

    penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada

    mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa

    bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis

    maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999).

    Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa

    referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan,

    febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah

    tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki

    kecerdasan mental di bawah normal.

    Seorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau

    tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian

    rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas

    perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,

    termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979).

    Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan

    kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap

    situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara

    terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara

    efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara

    abstrak.

    Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1)

    secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3)

    kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    34/128

    22

    kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The

    American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang

    dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah

    rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase

    perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3

    2. Klasifikasi Tunagrahita

    Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi,

    yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan

    intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet

    dan Skala Weschlee (WISC).

    a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75)

    Anak tunagrahita ringan disebut juga debilatau moron. Mereka

    masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan

    berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,

    anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh

    penghasilan untuk dirinya sendiri.

    Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan

    dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti

    contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat

    merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan.

    Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami

    gangguan secara fisik.

    Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk

    bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial

    3Ibid., h.88-89

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    35/128

    23

    dan pekerjaan.

    b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50)

    Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat

    sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar

    menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik

    untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum,

    mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam

    kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus

    menerus.

    Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih

    untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily

    living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai

    kemampuannya.

    c. Anak tunagrahita berat (0-25)

    Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak

    tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak

    mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus

    kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata

    lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan

    sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup

    tanpa bantuan orang lain (totally dependent).

    Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan

    bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    36/128

    24

    Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang

    hidupnnya.

    3.

    Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita

    Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang

    menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)

    dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).

    Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen,

    yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen

    (Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan

    faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari

    perkembangan normal.

    Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab

    ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut:

    (1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan

    atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau

    keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan

    yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari

    luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,

    dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa

    kanak-kanak.4

    Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak

    tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak

    4

    Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: BumiAksara, 2006), h. 91.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    37/128

    25

    normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak

    tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak

    heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak

    melalui proses kognitif, akibatnya proses pemanggilan kembali

    pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.

    B. Rehabilitasi

    1. Pengertian Rehabilitasi

    Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1

    Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah:

    Proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

    memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara

    wajar dalam kehidupan masyarakat

    Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009

    Bab III Pasal 7 ayat 1:

    Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan

    mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial

    agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

    Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,

    perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal

    pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang

    berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5

    Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah

    sebagai berikut :

    5

    Pusat Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

    Ke-3

    . (Jakarta: Balai PustakaDepdiknas, 2002)., h.940.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    38/128

    26

    1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

    tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

    masyarakat atau lingkungan sosialnya.

    2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

    2. Metode Rehabilitasi

    Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi

    sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6:

    1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work)

    a. Pengertian

    Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses

    pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada

    penyandang cacat secara perseorangan yang mengalami

    permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya.

    b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang

    diberikan

    1)Intervensi Krisis.

    2)Terapi Perilaku (Behavior Therapy).

    3)

    Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).

    4)

    Terapi Bermain (Play Therapy).

    5)

    Terapi Realitas (Reality Therapy).

    6)

    Konseling.

    7)Kunjungan Rumah (Home Visit).

    6

    Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti SosialPenyandang Cacat, h.13.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    39/128

    27

    c. Aplikasi pelayanan individual:

    1)

    Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah

    yang bersifat pribadi.

    2)Dilakukan dengan berbicara dari hati ke hati, dapat

    mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati.

    3)Dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk

    mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

    4)Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang

    cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk

    penanganan masalah.

    5)Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.

    6)

    Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat

    mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima

    manfaat.

    2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work)

    a. Pengertian

    Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan

    profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu

    penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan

    memanfaatkan proses dan interaksi kelompok.

    b.

    Jenis pelayanan yang diberikan:

    Pelayanan (terapi) yang diberikan melalui pendekatan

    kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    40/128

    28

    yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe

    kelompok dalam Group Work:

    1)

    Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation).

    2)Kelompok Rekreasi (Recreation Group).

    3)Kelompok Rekreasi dan Keterampilan (Recreation & Skill

    Group).

    4)Kelompok Pendidikan (Educational Group).

    5)Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan

    (Problem Solving and Decission Making Group).

    6)Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group).

    7)Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group).

    8)Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group).

    9)

    Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group).

    c.

    Aplikasi Pelayanan:

    1)Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai

    media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional.

    2)Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi

    pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat.

    3)

    Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama

    dalam mengungkap permasalahan yang dialami.

    4)

    Diterapkan untuk mengembangkan sikap peniruan terhadap

    pengalaman positif penyandang cacat yang lainnya.

    5)Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dalam kelompok.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    41/128

    29

    6)Membuat catatan perkembangan penyandang cacat dari setiap

    pertemuan yang diadakan.

    3.

    Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community

    Organization/Community Development)

    a. Pengertian

    Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu

    proses pelayanan dan rehabilitasi sosial professional yang dilakukan

    pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok

    masyarakat yang memiliki penyandang cacat agar mereka

    mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu

    memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang cacat.

    b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang

    diberikan.

    1)

    Promosi sosial (sosial promotion).

    2)Mediasi.

    3)Kemitraan (partnership).

    4)Penggalangan dana (fundrising).

    c. Aplikasi pelayanan

    1)

    Perlu dilakukan pemetaan terhadap kelompok kelompok

    masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat

    berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional

    penyandang cacat.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    42/128

    30

    2)Perlu diidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama

    dan bermitra dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional

    penyandang cacat.

    3)Perlu diidentifikasi pihak-pihak penyandang dana yang

    diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi

    sosial dan vokasional penyandang cacat.

    4)Perlu sosialisasi program pelayanan rehabilitasi sosial dan

    vokasional penyandang cacat kepada masyarakat luas.

    Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi:

    1.

    Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik

    masalah datang dari diri klien itu sendiri, maupun masalah yang

    datang dari lingkungan klien.

    2. Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan

    mental, bimbingan keterampilan.

    3. Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan klien

    agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.

    4. Pembinaan tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam

    proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.7

    3.

    Jenis Rehabilitasi

    Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin

    ilmu mulai dari medis, psikologis, sosial, bahkan pendidikan

    multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait

    dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu

    7Muis, Ichwan,Rehabilitasi Sosial, h. 23.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    43/128

    31

    dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada

    perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi8

    sebagai berikut:

    a. Rehabilitasi Medis

    Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan secara medis dalam

    upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis

    menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemukan

    tenaga profesional seperti dokter, psikiater, psikolog, bahkan pekerja

    sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di

    rumah sakit, khususnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis

    (IRM), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit

    Fatmawati merupakan contoh rumah sakit yang telah memiliki (IRM).

    b.

    Rehabilitasi Pendidikan

    Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi

    intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi

    ini mengandalkan tenaga pendidik, terutama para pendidik yang

    menekuni bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB).

    c.

    Rehabilitasi Vokasional

    Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus pada

    klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti keterampilan

    dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer, dan lain

    sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlukan tenaga-tenaga khusus

    8Caroline Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial,dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial

    Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI,2004)., h.185.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    44/128

    32

    yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga dapat

    mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional yaitu kemandirian

    ekonomi.

    d. Rehabilitasi Sosial

    Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat memulihkan

    fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial juga

    bertujuan untuk mengintegrasikan klien kembali ke lingkungan

    masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien

    sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya.

    Dalam hal ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap

    keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan

    pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada

    proses rehabilitasi ini.

    4.

    Perangkat Rehabilitasi

    Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang

    semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut. Rehabilitasi memerlukan

    serangkaian perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses

    rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi

    sarana dan prasarana yang menunjang proses rehabilitasi yaitu:

    a.

    Program Rehabilitasi

    Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang

    terencana, terorganisir, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi

    menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik

    lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    45/128

    33

    dapat meliputi lingkup lokal, nasional, regional. Keterkaitan dan

    kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program

    rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu

    sendiri. Dimana, tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada

    kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain. Seperti

    pada lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi bagi

    penyandang disabilitas yang mengkhususkan pada program

    rehabilitasinya saja.

    b. Pelayanan

    Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas khusus yang

    dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien.

    Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai

    pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk

    mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.

    c. Sumber Daya Manusia (SDM)

    Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya

    manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi

    melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang

    pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter,

    pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar

    vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang

    peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.

    d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi

    Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi

    fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    46/128

    34

    Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial

    binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan

    program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas

    penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah

    peralatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi

    yang diselenggarakan.

    5. Keberfungsian Sosial

    Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

    kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas

    seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status

    sosialnya.9

    Menurut Achlis dalam bukunya, Praktek Pekerjaan Sosial I,

    keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan

    tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu yang

    bertujuan untuk mewujudkan nilai dirinya demi pencapaian kebutuhan hidup.

    Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-

    ciri seperti yang diungkapkan Achlis:10

    1. Individu mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan

    fungsinya

    2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya

    3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau

    lingkungannya

    4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan

    9 Abu Huraerah, "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". (Jakarta: Pikiran

    Rakyat, 2005).10Achlis,Praktek Pekerjaan Sosial I, (Bandung: STKS 2011) h.21.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitas
  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    47/128

    35

    5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik

    6.

    Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya

    7.

    Individu memperjuangkan tujuan hidupnya

    8. Individu belajar untuk disiplin dan memanajemen diri

    9. Individu memiliki persepsi dan pemikiran yang realistik.

    Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-

    individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi

    kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada kapabilitas

    (capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-

    peran sosial di lingkungannya.

    Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial

    berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar

    diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi

    masyarakat.11

    Konsep ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari

    segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki

    kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan.

    Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan

    memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.

    Pendekatan keberfungsian sosial dapat menggambarkan karakteristik

    dan dinamika kehidupan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat

    menjelaskan bagaimana keluarga merespon dan mengatasi permasalahan

    11

    Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial RepublikIndonesia.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    48/128

    36

    sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi lingkungannya.

    Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni to help people to help

    themselves,12

    pendekatan ini memandang individu bukan sebagai objek pasif

    yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik. Melainkan orang yang

    memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering

    digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial.

    Dari pemikiran di atas, keberfungsian sosial individu dalam situasi ini

    seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan

    jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan

    ekonomi, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya. Seharusnya

    konsep keberfungsian sosial lebih menekankan pada apa yang dimiliki

    individu, ketimbang apa yang tidak dimiliki si individu.

    12 Edi Suharto, Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan

    Pendeketan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan (Bogor: InstitutPertanian Bogor, 2002).

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    49/128

    37

    BAB III

    PROFIL LEMBAGA

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG Ciungwanara Bogor

    Pada tanggal 5 September 1885 diresmikan berdirinya panti yang

    berlokasi di Jl.SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten

    Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM)

    Retardasi, peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tk.II Kabupaten Bogor.

    Nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama

    menjadi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, berdasarkan Surat

    Keputusan Menteri Sosial RI No.14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994.

    PSBG Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type

    A (Eselon IIIa) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI

    No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003.

    Visi Misi PSBG Ciungwanara Bogor

    1.

    Visi

    Mewujudkan kemandirian penyandang cacat mental retardasi

    (tunagrahita).

    2. Misi

    a.

    Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat

    tunagrahita.

    b. Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan penyandang cacat

    tunagrahita.

    c. Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial/LSM dan instansi terkait.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    50/128

    38

    B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, dan Dana

    Penyelenggaraan Panti

    1.

    Sumber Daya Manusia (SDM)

    Dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di PSBG Ciungwanara

    Bogor, dilaksanakan oleh 43 orang personil, bila dilihat dari jabatannya,

    komposisinya adalah sebagai berikut:

    a. Eselon III (Kepala Panti) 1 orang

    b. Eselon IV (Kabag TU, Kasie PAS dan Rehsos) 3 orang

    c. Tenaga Fungsional 8 orang

    d. Staff 31 orang

    Dalam melaksanakan tugasnya kekuatan personil tersebut dapat

    dilihat dalam struktur organisasi berikut:

    a. Kepala panti, bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan

    kegiatan panti. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala panti dibantu oleh

    tiga orang eselon IV atau pejabat struktural beserta stafnya dan delapan

    orang pejabat fungsional pekerja sosial.

    Kepala

    Instalasi Produksi (WorkShop)

    Kelompok Jabatan

    Fungsional

    Seksi Program &

    Advokasi Sosial

    Sub Bag Tata Usaha

    Seksi Rehabilitasi Sosial

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    51/128

    39

    Uraian tugas jabatan struktural dapat dilihat dari uraian tugas

    masing-masing eselon empat sebagai berikut.

    b.

    Kasubag TU mempunyai tugas:

    1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan

    ketentuan, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

    2)

    Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

    3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.

    4) Urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN.

    5) Menyiapkan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta

    kenaikan gaji berkala.

    6) Membuat LAKIP panti

    7) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.

    8)

    Melakukan urusan surat menyurat.

    9)

    Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.

    10)Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.

    11)Melakukan kegiatan administrasi perkantoran.

    12)Menghimpun dan merekapitulasi DP3, DUK dan daftar hadir.

    13)Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai.

    14)

    Melakukan penyusunan dan pembahasan anggaran.

    15)

    Menyiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian.

    16)

    Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai.

    17)

    Melakukan urusan gaji dan honor pegawai.

    18)Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana.

    19)Menyiapkan laporan realisasi keuangan.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    52/128

    40

    20)Melakukan Unit Akuntansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi

    Instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan (SIMAK BMN).

    21)

    Mengusulkan kepanitiaan pengadaan barang dan jasa.

    22)Menyiapkan analisa kebutuhan sarana dan prasarana UPT.

    23)Menyelenggarakan keamanan, kebersihan, dan penerangan

    lingkungan panti.

    24)Mengelola permakanan dan kebutuhan klien.

    25)Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional

    dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.

    26)Menyiapkan bahan kehumasan.

    27)Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program.

    28)Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai dengan pereaturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Dari 28 tugas sub bagian tata usaha, pada umumnya adalah

    tugas-tugas penunjang penyelenggaraan rehabilitasi sosial kecuali

    mengelola permakanan.

    c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), mempunyai tugas:

    1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan ketentuan

    yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

    2)

    Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

    3)

    Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan.

    4)

    Melakukan konsultasi kegiatan kepada pemimpin.

    5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,

    pemantauan dan evaluasi.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    53/128

    41

    6) Melakukan penyiapan bahan program, pendampingan yang

    memerlukan advokasi.

    7)

    Menyiapkan bahan panduan operasional panti.

    8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien.

    9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga.

    10)

    Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/ peraturan/ tata

    tertib setiap unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi.

    11)Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta

    penjelasan program kepada calon klien.

    12)Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang

    terhambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam

    panti.

    13)

    Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan

    kegiatan bidang sebagai bahan laporan.

    14)Melakukan penghimpunan, pengolahan perpustakaan.

    15)Melakukan penghimpunan, pengolahan, data awal dan informasi

    klien sebagai bahan penyusunan laporan.

    16)Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional

    dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.

    17)

    Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai dengan

    peraturan berlaku.

    Dari 17 tugas yang harus dilakukan seksi PAS, 10 diantaranya

    dapat dikategorikan pada kegiatan penunjang dan 7 lainnya dapat

    dikategorikan kegiatan rehabilitasi sosial (kegiatan pokok).

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    54/128

    42

    d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas:

    1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan,

    ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

    2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.

    3)

    Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan

    kesehatan, mental, sosial, dan keterampilan serta

    mengkonsultasikan kepada kepala panti.

    4) Melakukan koordinasi kegiatan dengan unit terkait.

    5)

    Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi penempatan, kegitan

    bimbingan sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.

    6)

    Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial

    termasuk perkembangan klien.

    7) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan

    sosial, mental, fisik, Kecerdasan dan keterampilan.

    8) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial

    termasuk perkembangan klien.

    9)

    Melakukan test awal untuk pengungkapa dan pemahaman masalah

    (Assesment).

    10)Melakukan test penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan

    didik dan latih.

    11)Melakukan penempatan klien pada program.

    12)

    Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan

    instansi terkait dalam rangka resosialisasi.

    13)Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha

    sesuai jenis keterampilan.

    14)

    Menyiapkan bahan rajukan.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    55/128

    43

    15)Melakukan konsultasi keluarga.

    16)Menghimpun kelengkapan data/file klien.

    17)

    Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.

    18)Penempatan klien dalam asmara.

    19)Melakukan persiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan

    kunjungan keluarga.

    20)

    Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kepribadian

    klien.

    21)

    Melakukan peningkatan prilaku, pengetahuan, dan keterampilan

    klien.

    22)Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.

    23)Melakukan konsultasi kegiatan dengan pemimpin.

    24)Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan

    laporan.

    25)Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai peraturan yang

    berlaku.

    Dari 25 tugas kepala seksi rehabilitasi sosial, 20 atau 80%

    diantaranya merupakan kegiatan rehabilitasi sosial yang langsung

    berhubungan dengan klien dan 20% lainnya merupakan kegiatan

    penunjang.

    e.

    Pekerja Sosial mempunyai tugas secara keseluruhan terlibat dalam

    kegiatan rehabilitasi sosial mulai dari pendekatan awal sampai

    bimbingan lanjut kecuali pengarsipan.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    56/128

    44

    f. Instalasi Produksi (work shop)

    Secara fisik unit ini sudah tersedia, namun kegiatannya belum berjalan

    karena keterampilan bekerja yang diperoleh selama di panti belum bisa

    diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan

    standar pasar.

    Jumlah pegawai PSBG Ciungwanara Bogor sebanyak 57 orang

    dengan klasifikasi sebagai berikut:

    Tebel 3.1

    Tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin

    di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

    No Jenis kelamin

    1 Laki-laki 20

    2 Perempuan 26

    Total 46

    Tebel 3.2

    Tabel jumlah pegawai berdasarkan pendidikan

    di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

    No Tingkat pendidikan

    1 SD 3

    2 SMP 15

    3 SMA 10

    4 D III 11

    5 D-IV / S I 15

    6 S2 4

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    57/128

    45

    Tebel 3.3

    Tabel jumlah pegawai berdasarkan tenaga profesi

    di Panti PSBG Ciungwanara Bogor

    No Jenis Profesi

    1 Dokter Umum 1

    2 Perawat 2

    3 Psikolog 1

    4 Pekerja sosial 9

    5 Okupasi therapy 1

    2.

    Kapasitas dan Fasilitas Panti

    Kapasitas di PSBG Ciungwanara Bogor dapat menampung 75

    orang, yang ditempatkan pada delapan asrama, terbagi atas tiga asrama

    putra, dan lima asrama putri dalam satu asrama dapat menampungkan

    sembilan sampai sepuluh klien, pada setiap asrama ditempatkan satu

    pembimbing asrama.

    PSBG Ciungwanara Bogor menempati tanah seluas 5,3 Ha dengan

    luas bangunan 3,888 M2. Fasilitas penunjang berupa bangunan fisik yang

    tersedia di PSBG Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut:

    a. Kantor

    b. Ruang data/Perpustakaaan

    c. Ruang Kesehatan (Poliklinik)

    d. Ruang Pamer/show room hasil karya/kerajinan

    e.

    Rumah dinas pegawai

    f.

    Aula

    g.

    Gudang dan garasi

    h.

    Ruang observasi

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    58/128

    46

    i. Lokal pendidikan

    j. Mushola

    k.

    Ruang kesenian

    l. Asrama

    Asrama Garuda

    Asrama Merpati

    Asrama Parkit

    Asrama Flamboyan

    Asrama Melati

    Asrama Kenanga

    Asrama Kakatua

    Asrama Nuri

    m. Wisma tamu

    n. Ruang makan dan dapur

    o. Sarana air bersih

    p. Sarana penerangan listrik

    q. Sarana taman bermain

    r.

    Sarana olah raga

    s.

    Pos satpam

    3. Klien

    Klien yang diterima pada PSBG Ciungwanara Bogor, berasal dari

    Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Namun tidak

    menutup kemungkinan untuk daerah lain seperti dari Jawa Timur, dan

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    59/128

    47

    Kalimantan Selatan.

    4. Dana Penyelenggaraan Panti

    Sumber dana PSBG Ciungwanara Bogor berasal dari APBN yang

    tertuang dalam DIPA. Untuk tahun 2014 berjumlah Rp. 5.006.013.000

    C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara

    Bogor

    1.

    Program Pokok

    Program pokok pelayanan dan rehabilitasi Orang dengan Kecacatan (ODK)

    Intelektual/ Grahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,

    meliputi :

    a. Rehabilitasi sosial

    1) Pendekatan awal

    2) Penerimaan.

    Penerimaan calon klien harus memenuhi persyaratan sebagai

    berikut;

    a) Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/grahita:

    Debil/ mampu didik = IQ antara 50 s/d 70

    Imbisil/ mampu latih= IQ antara 30 s/d 49

    b) Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli)

    c) Tidak mempunyai penyakit menular/kronis

    d) Tidak menderita gangguan jiwa

    e) Tidak mengidap epilepsi

    f)

    Mampu mengurus diri

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    60/128

    48

    g) Usia antara 15 s/d 35 tahun.

    Perlengkapan persyaratan penerimaan :

    a)

    Permohonan pendaftaran calon klien

    b) Isian formulir pendaftaran

    c) Isian angket riwayat anak

    d)

    Isian anket kepribadian anak

    e) Surat pernyataan orangtua/wali bermaterai

    f) Data pengkajian keadaan keluarga dan lingkungan

    g) Surta keterangan psikolog

    h) Surat keterangan sehat dari dokter

    i) Surat keterangan RT/RW domisili

    j) Pas poto 4x6 sebanyak 5 lembar

    k) Pas poto seluruh badan ukuran post card sebanyak 1 lembar

    l) Foto copi KTP orang tua/ wali

    m)Poto copy kartu keluarga 2 lembar

    n) Poto copy akte kelahiran 2 lembar

    o) Hasil rontgen

    p)

    Hasil tes psikiater

    3) Akomodasi

    Merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana yang diberikan

    kepada seluruh klien dengan memperhatikan kondisi masing-

    masing, berupa:

    1) Penempatan di asrama

    2)

    Pemenuhan kebutuhan makan

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    61/128

    49

    3) Pemenuhan kebutuhan sandang

    4) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan

    5)

    Pendampingan penyesuaian diri bagi klien baru

    6) Pengisian waktu luang

    4) Asesmen

    Merupakan kegiatan kajian tentang klien, keluarga dan masyarakat.

    5)

    Perumusan rencana intervensi

    6) Kontrak pelayanan

    7) Pelayanan therapy khusus

    8) Bimbingan rehabilitasi.

    Serangkaian upaya memulihkan dan menumbuh kembangkan

    kemauan dan kemampuan penerima manfaat yang meliputi:

    Bimbingnan fisik (olah raga, kesehatan dan kesenian)

    Bimbingan sosial (pramuka, dll)

    Bimbingan mental (agama, budi pekerti, kecerdasan, mental

    psikologis)

    Bimbingan keterampilan kerja/ usaha (keterampilan dasar,

    keterampilan kejuruan dan PBK).

    b.

    Advokasi / perlindungan sosial

    c.

    Instalasi produksi

    d. Resosialisasi

    Merupakan kegiatan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan

    keterampilan klien pasca rehabilitasi dan berada ditengah keluarga dan

    masyarakat, yang meliputi:

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    62/128

    50

    1) Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat.

    2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat

    3)

    Bimbingan pembinaan bantuan /stimulant usaha produktif

    4) Bimbingan usaha ekonomi produktif

    5) Penempatan kerja

    e.

    Bimbingan lanjut

    Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi kemampuan fisik,

    mental, sosial dan keterampilan.

    2. Program penunjang

    a. Pendataan

    b. Pengkajian evaluatif

    c. Penyebaran informasi (sosialisasi program)

    d.

    Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT)

    e.

    Penyediaan sarana dan prasarana aksesibilitas

    f. Rekreasi klien

    g. Kerjasama instansional

    h. Pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

    3. Pengembangan program

    Pengembangan program mencakup program Pelayanan Panti Jarak

    Jauh (PPJJ) yang dilaksanakan di lokasi yang terdapat Orang Dengan

    Kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    63/128

    51

    BAB IV

    METODE DAN PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL

    PENYANDANG TUNAGRAHITA

    Pada bab ini akan dipaparkan temuan dan analisis metode rehabilitasi

    sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, yang

    terdiri dari sumber daya manusia, kapasitas dan fasilitas, kondisi

    penyelenggaraan, proses rehabilitasi, dan peningkatan keberfungsian sosial yang

    terdiri dari hasil rehabilitasi serta faktor pendukung dan penghambat rehabilitasi

    sosial.

    A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial

    Dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang

    tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work)

    dan pengorganisasian masyarakat (Community Development)bagi penyandang

    tunagrahita1.

    Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang

    komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat

    dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,

    kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di

    tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.

    Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti

    Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok

    dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat

    1Metode layanan rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.

  • 7/25/2019 Fungsi sosial

    64/128

    52

    melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan

    bimbingan di kelas.2

    Hal ini seperti pernyataan yang diutarakan oleh ibu Wiwik kepada

    penulis:

    Dalam pelaksanaan program rehabilitasi, pihak panti

    menjalankan metode individual (direct service) dengan

    bimbingan individu dan metode kelasikal yaitu dengan

    bimbingan kelas atau secara berkelompok.3

    Belum terlihat jelas bagaimana bentuk metode rehabilitasi yang

    digunakan, namun metode rehabilitasi yang digunakan harus memperhatikan

    beberapa faktor seperti; karakteristik tunagrahita, kurikulum, kondisi guru,

    dukungan sistem, lingkungan keluarga siswa, dan lingkungan masyarakat.

    Terlihat pihak panti menggunakan tahap pelaksanaan metode

    rehabilitasi multi terhadap pemilihan kurikulum yang terstruktur, yaitu metode

    yang diberikan berupa bimbingan pendampingan pribadi yang dilakukan oleh

    pekerja sosial yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi sosial, baik

    itu secara langsung maupun secara kelasikal/kelompok.4Pendampingan yang

    dilakukan seorang pekerja sosial dengan mengikuti pedoman-pedoman sesuai

    dengan keputusan Kementrian Sosial yang seolah menjadi acuan pedoman

    yang digunakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

    1.

    Sumber Daya Manusia, Kapasitas & Fasilitas. dan Kondisi

    Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara

    Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan secara

    mental, sehingga perlu adanya layanan dari