Download - Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 1/24
LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE PERUSAHAAN III
SEMESTER III KOMPETENSI DASAR II
Pengukuran Kebisingan di Tempat
Kerja
Kelompok3
(Kelas B)
1. Arvin Afriansyah (R.0012010)
2. AldhilaLiantika M (R.0012004)
3. Endaryani (R.0012030)
4. Indah Pusputaningrum (R.0012046)
5. Ira Pracinasari (R.0012048)
6.
Novia Andrisiyani (R.0012066)7. Rizky Finaldia P (R.0012084)
8. Wachid Nur Mualim (R.0012100)
PROGRAM D 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 2/24
PENGESAHAN
LaporanPraktikumHigiene Perusahaan III
Semester III KompetensiDasar IIdenganJudul :
Pengukuran Sinar Ultraviolet di Tempat Kerja
Wachid Nur Mualim , NIM : R0012100, Tahun : 2013
Telahdisahkanpadatanggal :
PadaHariSenintanggal20 September 2013
PembimbingPraktikum, Praktikan
Soraya Noor Fadhila, A.Md Wachid Nur Mualim
R.0012100
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 3/24
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAAN……………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
A. LatarBelakang………………………………………………
B. Tujuan………………………………………………………………
C. Manfaat……………………………………………………………
BAB II LANDASAN TEORI……………………………..
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..
B. Perundang-undangan ………………………………………………
BAB III HASIL …………………………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 4/24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, banyak sekali
didapati hasil samping dari kemajuan tersebut. Salah satunya adalah masalah
kebisingan. Tinggi rendahnya produktivitas suatu perusahaan tergantung pada
SDM sebagai aset utama, lingkungan, dan alat produksi/mesin. Di
perusahaan/tempat kerja bising dapat disebabkan oleh mesin/alat, sedangkan di
perkotaan bising disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan
merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Negara LingkunganHidup
No. Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Kebisingan dirasakan pada tingkat individu mengalami kebisingan sebagai
masalah yang menyebabkan masalah pendengaran, mengganggu fungsi kognitif
dan mengurangi kesejahteraan, kebisingan menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Kebisingan merupakan isu kesehatan masyarakat yang relevan pada
masyarakat umum dan administrasi di tingkat local, nasional, dan internasional.
Paparan kebisingan secara signifikan berdampak pada kesehatan, baik
fisiologis maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan
penduduk yang berasal dari kebisingan, antara lain gangguan pola tidur
(insomnia), kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan
pendengaran. Kebisingan juga berpengaruh negatif dalam komunikasi,
produktifitas, dan prilaku sosial. Penelitian di Amerika Serikat dan New Zealand
menyatakan bahwa kebisingan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 5/24
Survey yang dilakukan di India menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat
yang terpapar oleh kebisingan merasakan dampak pada kesejahteraan dankesehatan mereka. Meskipun demikian, efek psikologis dari kebisingan biasanya
tidak terlihat dengan baik dan sering diabaikan.
Dewasa ini, berbagai aktivitas/kegiatan masyarakat baik yang disadari
ataupun tidak disadari dapat menimbulkan sumber kebisingan dengan tingkat
intensitas yang berbeda. Seiring dengan perkembangan zaman atau di era
globalisasi tekhnologi dibidang industri semakin canggih dan berkembang, hal ini
diakibatkan oleh karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Manusia membutuhkan industry untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun
kebanyakan aktifitas dalam suatu industri terutama proses produksi, dapat
menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu masyarakat pekerja yang biasa
terpapar dengan sumber kebisingan secara khusus maupun masyarakat
sekitarnya secara umum.
Kebisingan merupakan sebuah bentuk energy yang bila tidak disalurkan pada
tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang
menentukan kualifikasi suatu perusahaan dalam menangani masalah lingkungan
yang muncul. Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu
diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada
suara / bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan,
maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan pengendalian
melalui berbagai macam cara
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 6/24
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 7/24
g. Dapat mengetahui langkah-langkah pengendalian kebisingan.
h. Dapat mengetahui efek-efek yang ditimbulkan dari kebisingan.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Dapat mengambil langkah pengendalian awal sebagai cara mengendalikan
kebisingan yang melampaui NAB yang telah ditetapkan sehingga tercipta
lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar.
b. Dapat mengetahui sumber-sumber kebisingan dalam lingkungan DIII
Hiperkes dan KK dengan cermat dan tepat.
c.
Dapat menambah referensi maupun data-data dari hasil praktikum sebagaisuatu tolak ukur baik serta dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kerja yang
bersangkutan.
d. Dapat mengajarkan kepada praktikan cara pengukuran intensitas
kebisingan yang benar.
e. Dapat meminimalisir tingkat kebisingan yang ada di lingkungan sekitar.
f. Dapat mengajarkan kepada praktikan usaha penanggulangan
kebisingan.
g. Dapat mengendalikan kebisingan yang ada di lingkungan.
h. Dapat mengajarkan kepada praktikan alat pelindung diri yang tepat
untuk menanggulangi kebisingan.
i. Dapat mempersiapkan praktikan sebagai ahli K3.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 8/24
BAB II
LANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka
1. Definisi kebisingan
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel syaraf pendengar
dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber
bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau
perangkat lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki
oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan,
maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan. Jadi
kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki.
Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai
semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran (Suma’mur 2009).
Suma’mur (1996) menyatakan bahwa bunyi adalah rangsangan-
rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika
tidak dikehendaki maka dinyatakan sebagai kebisingan. Menurut Bruel dan Kjaer
(1984) bunyi didefinisikan sebagai setiap perubahan tekanan yang bisa ditangkap
oleh telinga manusia.
Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, tidak disukai, danmengganggu. Menurut Chadwick, bising secara objektif terdiri dari getaran bunyi
kompleks dari berbagai frekuensi dan amplitudo, baik yang getarannya bersifat
periodik maupun non periodik (Bashiruddin 2002).
Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996,
definisi bising adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 9/24
tingkat atau waktu tertentu yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan
dan dapat berimplikasi terhadap kesehatan manusia (Netrita 2008).
2. Klasifikasi Kebisingan
Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam 2 jenis golongan besar
(Tambunan 2005) :
1. Kebisingan Tetap dipisahkan lagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus
Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang
beragam. Contohnya : suara mesin, kipas
b. Broad Band Noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-
sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).
Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang
lebih bervariasi.
2. Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Kebisingan fluktuatif
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b. Intermitten noise
Sesuai dengan terjemahannya, intermitten noise adalah kebisingan
yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah. Contohnya :
kebisingan lalu lintas.c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasikan oleh suara-suara berintensitas tinggi
dalam waktu relatif singkat. Contohnya : suara ledakan senjata api
Menurut Yanri seperti yang dikutip oleh Srisantyorini (2002), berpengaruh
kebisingan terhadap tenaga kerja khususnya pengaruh terhadap manusia dapat
dibagi menjadi 3 yaitu :
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 10/24
1. Bising yang mengganggu
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras2. Bising yang menutupi
Merupakan bising yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak
langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam
bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas.
Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
3. Sumber kebisingan
Peningkatan mekanisme akan mengakibatkan meningkatnya tingkat kebisingan.
Pembangunan yang banyak memakai peralatan modern di suatu industri atau
perusahaan untuk meningkatkan produktifitas memberikan dampak terhadap
tenaga kerja oleh karena bunyi yang dihasilkan mesin dalam proses tersebut
akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja.
Salah satu dampak yang dihasilkan oleh mesin produksi terhadap tenaga kerja
adalah menimbulkan bising di tempat kerja sehingga mengganggu kenyamanan
dalam bekerja. Ketulian atau berkurangnya pendengaran juga disebabkan oleh
kebisingan dimana tenaga kerja berada.
4. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan kerja
Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja seperti :
1. Gangguan fisiologis
Pada umumnya bising bernada tinggi sangat menggganggu apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan ini dapat berupa
peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kostriksi pembuluh darah
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 11/24
perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat
dan gangguan sensoris.2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak aman, kurang konsentrasi,
susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik, berupa gastritis, stress,
kelelahan, dan lain-lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang
angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis
berupa kepala pusing.
5. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat
sementara dan akan segera pulih kembali bila mendengar dari sumber
bising namun bila terus-menerus bekerja di tempat bising, daya dengar
akan menghilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 12/24
5. Baku tingkat kebisingan
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).
Dan kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999,
KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999.
NAB dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dB(A)
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 Detik 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 127
0.88 130
0.44 133
Bersambung
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 13/24
Sambungan
0.22 136
0.11 139
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walaupun sesaat
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil
tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata
letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan.
Adapun tujuan pemakaian alat pelidung diri adalah untuk mengantisipasi pengaruh
kebisingan di tempat kerja, yaitu :
1. Kerusakan pada indera pendengaran.
2. Gangguan komunikasi sehingga timbul salah pengertian.
3. Mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
4. Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor dan efek syaraf otonom.
5. Efek psikologis pada pekerja yaitu perasaan yang tidak nyaman dalam
bekerja.
6. Penurunan produksi akibat penurunan kinerja tenaga kerja.
B. Perundang-undangan
1) Surat Keputusan Mentri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, yang dimaksud
dengan NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 14/24
2) Peraturan Pemerintah Tahun 1952 Nomor 1 tentang pengaturan jam kerja,
cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita, peraturan kerja bagi anak-anak,
orang muda, wanita, persyaratan tempat kerja, dan lain-lain
3) Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 13 mewajibkan Kepada semua
orang yang akan memasuki tempat kerja untuk menaati semua petunjuk
keselamatan kerja
4) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1
5) Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa Setiap tempat kerja harus
memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Syarat-syarat tersebut di antaranya adalah mencegah
dan mengendalikan, timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara,
dan getaran
6) Undang-undang No. 14 tahun1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja
(pasal 9) tentang Pokok-Pokok Keselamatan Kerja dan Tenaga Kerja yang
mengatur perlindungan tenaga kerja dalam masalah higiene perusahaan,
kesehatan, dan keselamatan kerja
7) Permenakertrans No. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan
Penyakit Akibat Kerja.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 15/24
BAB III
HASIL
A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Cara Pengukuran
1. Gambar Alat a. Sound Level Meter Rion Type NA-20/21
Keterangan gambar :
1) Mikrofon
2) Level switch
3) Level indicating
windows
4) Function switch
5) Tombol filter call int
6) Sensitivity Adjustment
7) Meterdinamic
characteristic selector
switch
Keterangan :
1. Mikrophone berfungsi untuk menangkap suara atau bunyi dari luar
2. Level Switch untuk menentukan skala yang ditentukan pada Level Indicating
Windows
3. Function Switch
a. OFF berfungsi untuk mematikan atau untuk menghentikan pengukuran
b. A untuk mengadakan pengukuran
c. C untuk menentukan kalibrasi
d. F (Flat Characteristic) untuk mengukur suara dengan tekanan tertentu
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 16/24
e. BATT berfungsi untuk mengetahui baterai masih hidup ataukah tidak
sehingga dapat diketahui lebih awal
4. Level Indicating Windows untuk menunjukkan skala yang diatur
5. Sensitivity Adjustment untuk memutar jarum petunjuk ke CAL, jika saat kalibrasi
jarum tidak menunjuk ke CAL
6. Tombol Filter Call Int berfungsi untuk
a. Diputar ke CAL apabila digunakan untuk mengkalibrasikan alat
b. Diputar ke INT apabila siap untuk mengadakan suatu pengukuran
7. Meter D inamic Characteristic selector switch untuk menunjukkan jenis
kebisingan
a. SLOW untuk mengukur jenis kebisingan yang bersifat impulsive
b. FAST untuk mengukur jenis kebisingan yang bersifat continue
2. Cara Kerja
a. Sound Level Meter merk Rion Type NA-20/21
1) Pasang baterai
2) Cek voltase
a) Putar switch ke BATT.
b) Jika jarun tidak menunjuk pada pointer BATT, maka voltase
baterai telah habis.
3) Kalibrasi
a) Putar switch/in the level indicating window at centre pada 70
dB.
b) Pada FILTER-CAL-INT switch ke CALL.
Jarum akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar
sensitivity adjustment.
4) Pengukuran
a) Putar switch ke A.
b) Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.
c) Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang
terukur.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 17/24
d) Gunakan meter dynamic characteristic selector switch SLOW
untuk bising yang impulsive FAST untuk bising yang continue.
e) Catat hasil pengukuran
f) Hitung rata-rata kebisingan sesaat (Leq)
Leq = 10 log 1/N{n1.10L1/10+n2.10L2/10+n3.10L3/10+…+nn.10Ln/10}dBA
N = jumlah kejadian/jumlah data pengukuran
n = frekuensi kemunculan Ln
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
1. Hasil Pengukuran
Pelaksanaan
Kelompok : 3
Nama Ketua : Wachid Mualim
Hari/tanggal : Jum’at, 4 Oktober 2013
Tempat : Pasar Jebres
Waktu : 10.05-11.20
Objek : Alat pemarut kelapa
a. Data hasil praktikum kebisingan
Kegiatan Jenis Kebisingan Intensitas
Titik pertama Memarut kelapa Continue 90 dB
Titik kedua Membelah kelapa Continue 80 dB
Titik ketiga Melayani pembeli Continue 85 dB
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 18/24
b. Perhitungan
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 19/24
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dalam mengukur tingkat kebisingan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter dari mesin pemarut kelapa bahwasanya
didapat 3 titik yang mana pekerja lebih dominan dalam melakukan aktifitasnya yaitu
pada saat pekerja sedang memarut kelapa, pekerja sedang membelah kelapa, dan
pekerja sedang melayani para pembeli. Yang mana pada setiap titik memiliki intensitas
yang berbeda-beda yaitu 90 dB, 80 dB, dan 85 dB.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin jauh jarak antara sumber
kebisingan dengan alat ukur Sound Level Meter maka intensitas kebisingan kadang turun
kadang juga naik. Jadi tidak sesuai dengan teori karena pada saat melakukan praktikum
suara kebisingan tidak hanya dari alat pemarut kelapa saja tetapi juga ada sumber
kebisingan dari pihak lain, seharusnya intensitas kebisingan semakin turun sehingga
sesuai dengan teori.
NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari –hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam atau 40 jam seminggu. NAB merupakan jalan keluar
dari kenyataan bahwa di tempat kerja tidak mungkin tidak adanya bahan kimia sama
sekali. NAB digunakan sebagai kadar standart untuk perbandingan, pedoman untuk
perencanaan dan desain pengendalian peralatan, substitusi bahan –bahan yang kurang
beracun, membantu menentukan gangguan-gangguan kesehatan atau penyakit akibat
faktor kimiawi. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya
terputus –putus dan sumbernya tidak diketahui.
Menurut teori, semakin jauh jarak sumber bunyi tingkat kebisingan seharusnya
semakin rendah, akan tetapi yang terjadi sebalikya, hal ini mungkin dikarenakan karena
praktikan kurang teliti dalam pembacaan skala, ada sumber bunyi tambahan yang
mengakibatkan tingkat kebisingan semakin tinggi, alat praktikum praktikum yang sudah
tidak layak pakai, suasana praktikum yang tidak terkondisi, yang seharusnya benar-benar
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 20/24
dalam keadaan yang tenang sehingga yang diukur atau yang ditangkap oleh alat
pengukur hanya sumber bising.
Ada pun faktor yang mengakibatkan ketidaktepatan pengukuran dalam
praktikum karena praktikan kurang memahami cara penggukuran, kurang teliti dalam
pembacaan skala, tempat praktikum yang kurang memenuhi syarat untuk praktikum
kebisingan, ruangan harus benar-benar sepi.
Perlu adanya pengendalian terhadap bising yang melebihi NAB, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Eliminasi sumber kebisingan
a. Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja baru
sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.
b. Pemasangan mesin dan konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan
serendah mungkin.
2. Pengendalian secara teknik
a. Memberikan pembatas akustik untuk mengabsorbsi atau memantulkan suara.
b. Mengisolasi mesin
c. Mengganti bagian-bagian logam yang menimbulkan bising tinggidengan bahan
yang sifatnya menyerap suara, misalnya : karpet, fiber glass.
d. Pondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungannya tidak ada yang
goyang.
3. Pengendalian secara administratif
a. Rotasi pekerja
b. Pemasangan tanda peringatan atau poster.
c. Pengadaan ruang kontrol untuk tenaga kerja.
d. Pelatihan dan pendidikan.
e. Penggunaan APD
4. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja
Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik diatas belum
memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan
cara pemakaian alat pelindung telinga (ear muff atau ear plug).
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 21/24
Berdasarkan surat Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999,
intesitas yang dihasilkan oleh suara peluit tidak melebihi NAB yang telah ditetapkan
yaitu tidak lebih dari 85 dB. Jika tenaga kerja bekerja ditempat yang melebihi NAB
maka harus menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari penyakit akibat
kerja.
Apabila pekerja menunjukkan gejala gangguan kesehatan akibat terpapar
kebisingan yang melebihi NAB maka segera diambil tindakan agar gejala tersebut
dapat dikurangi atau disembuhkan.
Lamanya waktu bekerja ditempat yang melebihi NAB harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tenaga kerja tidak boleh terkena kebisingan
lebih dari 140 dB walaupun sesaat.
Cara pengendalian jika suatu perusahaan melebihi NAB yaitu :
1. Menghilangkan sumber bising.
2. Menutup atau mengisolasi sumber bunyi.
3.
Memasang peredam suara.4. Perawatan mesin secara teratur.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 22/24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Dari hasil perhitungan di dapatkan intensitas sebesar 89,82 dB lebih besar dari
nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan dalam (surat PERMENAKER no.51/
MEN /1999) yaitu 85 dB.
2. Pengendalian kebisingan, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Pengurangan kebisingan pada sumbernya
b. Redesain alat
c. Pemakaian APD yang tepat
3. Tidak adanya penghalang dapat mempengaruhi pengukuran kebisingan karena
dapat menambah gelombang suara yang datang ke arah sound meter level
sehingga intensitas suara yang terukur lebih tinggi.
4. Getaran dan aktivitas lain pada saat praktikan dapat mempengaruhi
pembacaan dalam praktikum karena mengganggu arah datangnya gelombang
suara ke arah alat pengukur.5. Pencegahan terjadinya kebisingan dapat dilakukan dengan cara pengendalian
awa, isolasi, redesain alat, menjaga perawatan mesin-mesin produksi dengan
baik dan meningkatkan pemeriksaan bagi setiap ndividu yang selalu terpapar
kebisingan.
6. Sistem pengendalian terhadap kebisingan yang dapat diterapkan di lingkungan
kerja antara lain eliminasi potensi kebisingan, mengurangi kebisingan pada
sumbernya, menutup sumber kebisingan, memindahkan pekerja dari sumber
kebisingan, mengurangi paparan kebisingan, dan penggunaan APD.
7. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian kebisingan antara lain pada
saat pengukuran dengan menggunakan alat Sound Level Meter di dalam
ruangan masih terganggu oleh suara-suara lain, kekurangseriusan dari
praktikan, dan Sound Level Meter yang pengukurannya tidak lagi akurat karena
sudah usang.
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 23/24
B. Saran
a. Dalam melakukan pengukuran hendaknya dilakukan sesuai prosedur yang
telah ada sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar
b. Berlatih dalam menggunakan Sound Level Meter agar tidak salah dalam
melakukan pengukuran
c. Ketika melakukan pengukuran pratikan tidak boleh bersuara dan dapat
menjaga ketenangan
d. Pada waktu melakukan pengukuran harus teliti dalam membaca skala desibel
agar hasil yang didapat lebih akurat
e. Hendaknya setelah pelaksanaan praktikum ini praktikan dapat menerapkan
ilmu yang sudah didapat dalam kehidupan sehari-hari
f. Mempelajari terlebih dahulu segala materi yang akan dipraktikumkan
7/22/2019 Laporan Praktikum Higiene Perusahaan III
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-higiene-perusahaan-iii 24/24
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung, pp:1-7.
Baldwin K.M, Winder W.W. Terjung RI. 1973. Glycotic enzyme in defferent types of
skeletal musde : adaptasi to exercise. Am J physiol. 255:962-6.
Suma’mur. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.
Tim Penyusun. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester II. DIII Hiperkes dan KK FK UNS
Surakarta.
Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan.
http://HSE-Club-Indonesia.com (4 April 2010).
.