Download - Model pembelajaran.pdf
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
1/55
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori1. Model pembelajaran
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
a. Pengertian Model PembelajaranMenurut Agus Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yang dipilih
sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Macam-macam
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
2/55
12
model pembelajaran tersebut antara lain: Model Pembelajaran
Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran
Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran
Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction), Model Pembelajaran diskusi.
b. Macam - Macam Model PembelajaranAda banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh
para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya
adalah:
1) Model Pembelajaran Kontekstual (constextual teaching andlearning-CTL) menurut Nurhadi (2003) adalah konsep belajar
yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
2) Model Pembelajaran Kooperatif(Coorperative learning) menurutSofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) merupakan model
pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
3) Model Pembelajaran Quantum menurut Sugianto (2009:70)merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau
pandangan psikologi kognitif dan pemograman neurologi/
neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
3/55
13
4) Model Pembelajaran Terpadu menurut Sugianto (2009:124) padahakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan. Melalui pembelajaran
terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
5) Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) menurut Sugianto(2009:151) dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan
seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigative,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk
menjadi pelajar yang mandiri.
6) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakansalah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah (Sofan Amri & Iif Khoiru
Ahmadi, 2010:39).
7) Model Pembelajaran diskusi menurut Sofan Amri & Iif KhoiruAhmadi (2010:165) adalah sebuah interaksi komunikasi antara
dua orang atau lebih (sebagai suatu kelompok). Biasanya
komunikasi antara mereka/ kelompok berupa salah satu ilmu atau
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
4/55
14
pengetahuan dasar yang akhirnya memberikan rasa pemahaman
yang baik dan benar.
Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para
pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya
untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk
setiap topik atau mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, sifat bahan/materi ajar, 2) Kondisi
siswa, 3) Ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Model-model yang disebutkan diatas yang akan digunakan
peneliti dalam melakukan penelitian adalah model Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction).
2. Model Pembelajaran LangsungModel pembelajaran langsung merupakan salah satu dari
macam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran langsung
mempunyai Ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswatermasuk prosedur penilaian belajar.
2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil. (dalam Kardi &Nur, 2000:3)
Berdasarkan pengertian pembelajaran langsung yang dikemukakan
(Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, 2010:39) bahwa Model Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
5/55
15
yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Yang
dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu. sedangkan pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Arends dalam Sugiarto (2008:49), mengatakan: Model
pembelajaran langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan
proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal memahami sesuatu
(pengetahuan) dan menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan
procedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan secara bertahap.
a. Tahapan atau Fase Model Pembelajaran Langsung.Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru (2010, 43-47) Model
pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting.
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail
seperti berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaa)) Menjelaskan tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka
perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa-siswanya
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
6/55
16
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara
menuliskannya di papan tulis, atau menempelka informasi
tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap
tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur
tahap pelajaran dan hubungan antar tahap tahap pelajaran
itu.
b)) Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang
akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang
pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah
pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang
lalu.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilana)) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan
pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
7/55
17
presentasi guru, harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah.
b)) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain. Mendemonstrasikan suatu keterampilan
atau konsep dengan agar berhasil, guru perlu sepenuhnya
menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya.
3) Menyediakan latihan terbimbingSalah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara
guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat
meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan
lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/
keterampilan pada situasi yang baru.
4) Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balikPada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
8/55
18
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa.
5) Memberikan kesempatan latihan mandiriKebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai
fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan
rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan
kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang
diperolehnya secara mandiri.
b. Strategi Pembelajaran LangsungStrategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenal-
kan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat,
menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir.
Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan
oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dengan mengajar,
yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru
langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk, 2008:35), strategi
pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif
merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran
yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk
menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan
pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan
materi pelajaran apapun.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
9/55
19
c. Kelebihan model pembelajaran langsung1) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun
kecil.
2) Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yangmungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
3) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsepdan keterampilan-keterampilan.
4) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikaninformasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang
tidak memiliki keterampilan.
5) Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi padahasil-hasil dari suatu tugas. Hal ini penting terutama jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam
melakukan tugas tersebut.
6) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuanrefleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi
dan memperbaikinya.
d. Kekurangan model pembelajaran langsungSelain mempunyai kelebihan-kelebihan, pada setiap model
pembelajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula
dengan Model Pengajaran Direct Instruction. Keterbatasan-
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
10/55
20
keterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction adalah sebagai
berikut:
1) Karena guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, makakesuksesan pembelajaran ini bergantung pada guru. Jika guru tidak
tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran akan terhambat.
2) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatansiswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat
yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan
oleh guru. Akhmad Sudrajad (dalam Depdiknas, 2009).
Kekurangan tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru
harus siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur dalam
ceramah dan demonstrasi sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi
oleh guru dalam pembelajaran. Ceramah cara yang paling memungkinkan
untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres
bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan
berpartisipasi dan dipermalukan. Demonstrasi memungkinkan siswa
untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-
teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
11/55
21
memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut.
Materi yang diajarkan peneliti berupa keterampilan unjuk kerja,
yang didalamnya terdapat prosedur pembuatan saku samping sehingga
untuk mempermudah penyampaian materi peneliti perlu menggunakan
bantuan media pembelajaran.
3. Media PembelajaranPenggunaan media dalam proses belajar mengajar bagaimanapun
akan membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan.
Media pendidikan merupakan salah satu komponen yang tidak bisa
diabaikan dalam mengembangkan sistem pengajaran yang sukses. Bahan
pengajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran dapat
menjadikan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses belajar.
Dengan dipakainya suatu media dalam belajar akan lebih menyenangkan
bagi siswa dan sudah tentu pengajaran akan menjadi bermakna dan akan
lebih mudah untuk diingat dan secara tidak langsung akan meningkatkan
kemampuan siswa.
Media dalam dunia pendidikan disebut dengan media pendidikan
atau media pembelajaran. Media dalam kamus ilmiah popular diartikan
sebagai suatu perantara atau penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikan. Media merupakan sarana komunikasi yang sangat
penting dalam pembelajaran karena mempermudah penyampaian materi.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
12/55
22
a. Pengertian Media PembelajaranMenurut Gagne dalam F.Praptono (1997:6) menyatakan
bahwa media adalah sumber belajar dilingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Media yang dirancang untuk dipergunakan di dalam kegiatan
proses belajar mengajar, ada yang dapat dipresentasikan secara
langsung, misalnya alat lebar gantungan (ALG), model atau benda
sebenarnya, buku teks, dan sejenisnya. Adapula yang tak dapat secara
langsung dipresentasikan, melainkan memerlukan perangkat khusus
untuk menayangkannya. Misalnya filem transparasi, filem bingkai
(slide), filem rangkai (strip), filem gerak (movie), kaset audio, filem
mikro, disket, video kaset, dan sejenisnya. Media seperti disebut
diatas merupakan media perangkat lunak (software). Sedang
perangkat untuk menayangkan disebut perangkat keras (hardware).
Film transparasi memerlukan proyektor lintas kepala (PLK=OHP) dan
layar, video kaset memerlukan video player/ recorder dan monitor
TV, filem mikro memerlukan alat pembaca (reader = microfishe), dan
sebagainya.
b. Jenis dan Karakteristik MediaSesuai dengan klasifikasi/ taksonominya, maka setiap media
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat
dilihat menurut kemampuan media untuk membangkitkan rangsangan
indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
13/55
23
pembauan/ penciuman. Dari karakteristik ini, untuk memilih suatu
media pengajaran yang akan digunakan oleh seorang guru pada saat
melakukan proses belajar mengajar, dapat disesuaikan dengan suatu
situasi tertentu. Media pengajaran seperti yang telah dijelaskan diatas,
berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok.
1) Media GrafisMedia Grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan
yang akan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi
verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu difahami dengan
benar, agar proses penyampaian pesannya dapat berhasil dengan
baik dan efisien. Selain fungsi tersebut secara khusus, grafis
berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
terlupakan bila tidak digrafiskan (divisualkan). Bentuk-bentuk
media grafis antara lain adalah:
a) Gambar Fotob) Sketsac) Diagramd) Bagan/ Charte) Grafikf) Kartung) Poster
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
14/55
24
h) Petai) Papan Flannel
j) Papan Buletin2) Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang
disampaikan melalui media audio dituangkan kedalam lambang-
lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Beberapa media
yang dapat dimasukkan kedalam kelompok media audio antara
lain:
a) Radiob) Alat perekam pita magnetikc) Alat perekam pita kaset
3) Media ProjeksiMedia Projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis,
dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-
bahan grafis banyak digunakan juga dalam media projeksi gerak,
pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya
untuk lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat
computer (multi media), rekayasa projeksi gerak lebih dapat
bervarisi, dan dapat dikerjakan hampir keseluruhanya
menggunakan perangkat komputer. Untuk mengajarkan
keterampilan motorik projeksi gerak mempunyai banyak kelebihan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
15/55
25
dibandingkan dengan projeksi diam. Beberapa media projeksi
antara lain adalah:
a) Filem bingkaib) Filem rangkaic) Filem gelang (loop)d) Filem transparane) Filem gerak 8 mm, 16 mm, 32 mmf) Televisi dan Video
Banyaknya media yang disebutkan diatas peneliti memilih
media papan flannel. Papan flannel termasuk media tradisional visual
yang tak diproyeksikan (F.Praptono, 1997:23)
c. Manfaat Media pembelajaranMedia pembelajaran bermanfaat untuk merangsang kegiatan
belajar peserta didik, mengalirkan pesan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar. Beberapa pendapat menyatakan
mengenai manfaat media pembelajaran, seperti dikemukakan oleh
Komp & Dayton (1988:3-4) manfaat media dalam pembelajaran ada
delapan yaitu:
1) Menyeragamkan penyampaian materi pembelajaran2) Menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik3) Menjadikan proses pembelajaran lebih interaktif4) Mengurangi jumlah waktu belajar mengajar5) Meningkatkan kualitas belajar siswa
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
16/55
26
6) Melakukan proses pembelajaran dimana saja dan kapan saja7) Meningkatkan sikap positif siswa terhadap proses belajar dan
bahan belajar.
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.Secara singkat media pembelajaran sangat penting untuk
mendukung terciptanya lingkungan belajar sehingga tercapai tujuan
proses belajar yang tercermin dalam prestasi belajar siswa Nana
Sudjana dan Rivai (2002:5).
Media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan,
antara lain untuk:
1) Kongkritisasi konsep yang abstrak.2) Membawa pesan dari obyek yang sukar.3) Menampilkan obyek yang terlalu besar.4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati oleh mata
telanjang (bakteri, logam).
5) Mengamati gerakan yang terlalu cepat (lompat indah, putaranroda yang keduanya di slow motion).
6) Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan.7) Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi
pengalaman belajar siswa.
8) Membangkitkan motivasi siswa.9) Memberi kesan perhatian individual bagi anggota kelompok
belajar.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
17/55
27
10)Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat di ulangmaupun di simpan menurut kebutuhan.
Media juga mempunyai tiga macam kelaikan, yaitu kelaikan
praktis, kelaikan teknis, dan kelaikan biaya, yaitu:
1) Kelaikan PraktisDidasarkan pada kemudahan dalam mengajarkan bahan ajar
dengan menggunakan media, seperti a) media yang digunakan
telah lama diakrabi, sehingga mengoperasikannya dapat
terlaksana dengan mudah dan lancar. b) Mudah digunakan tanpa
memerlukan alat tertentu. c) Mudah diperoleh dari sekitar, tidak
memerlukan biaya mahal. d) Mudah dibawa atau dipindahkan
(mobilitas tinggi). e) Mudah pengelolaannya.
2) Kelaikan TeknisKelaikan teknis adalah potensi media yang berkaitan dengan
kualitas media. Diantara unsur yang menentukan kualitas
tersebut adalah relevansi media dengan tujuan belajar, potensinya
dalam member kejelasan informasi, kemudahan untuk dicerna.
Dari segi susunannya adalah sistematik, masuk akal, apa yang
terjadi tidak rancu. Kualitas suatu media terutama berkaitan
dengan atributnya. Media dinyatakan berkualitas apabila tidak
berlebihan dan tidak kering informasi.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
18/55
28
3) Kelaikan BiayaMengacu pada pendapat bahwa pada dasarnya cirri pendidikan
modern adalah efisiensi dan keefektifan belajar mengajar. Salah
satu strategi untuk menekan biaya adalah dengan simplifikasi dan
memanipulasi media atau alat bantu dan material.
Selain dari itu, dapat dikemukakan bahwa beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan media antara lain adalah: 1) Tujuan
instruksional yang ingin dicapai. 2) Karakteristik siswa. 3) Jenis
rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan latar
atau lingkungan, dan gerak atau diam. 4) Ketersediaan sumber
setempat. 5) Apakah media siap pakai, ataukah media rancang. 6)
Kepraktisan dan ketahanan media. 7) efektifitas biaya dalam jangka
waktu panjang (F Praptono, 1997:24).
d. Papan FlanelMenurut Arsyad (1996:26) bahwa papan flannel atau flannel
boardadalah media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan
tertentu kepada sasaran tertentu pula. Gambar yang disampaikan
dapat dipasang dan dibongkar dengan mudah sehingga dapat dipakai
berkali-kali. Karena penyajiannya seketika, kecuali menarik perhatian
siswa penggunaan papan flannel dapat membuat sajian lebih efisien.
Selain itu, media papan flannel memiliki kelebihan untuk digunakan
sebagai permainan puzzle dalam rangka menguji pemahaman siswa
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
19/55
29
dan menambah variasi belajar siswa agar tidak cepat bosan serta
proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah.
Papan flannel merupakan media dua dimensi non proyeksi
yang dikomunikasikan kepada kelas. Media dua dimensi non proyeksi
adalah media yang mempunyai panjang dan lebar saja, yang
penggunaannya tidak memerlukan bantuan perangkat proyeksi. Maka
ukuran kertas gambar dan tulisannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan informasi oleh seluruh kelas. Papan flannel mempunyai
beberapa kelebihan antara lain: Papan flannel merupakan media yang
praktis tidak perlu menggunakan peralatan elektronik untuk bisa
menampilkannya. Papan flannel bisa didisain dengan berbagai macam
bentuk, mudah dan sederhana pembuatannya, Penampilannya menarik
serta atraktif visualisasi ide dan pesan mudah untuk ditangkap dan
difahami (F Praptono, 1997:29).
e. Penggunaan Media Papan FlanelKegunaan papan flannel adalah: dapat dipakai untuk jenis
pelajaran apa saja, dapat menerangkan perbandingan atau persamaan
secara sistematis, dapat memupuk siswa untuk belajar aktif (I Wayan
Santyasa, 2007:12).
Papan flannel tidak digunakan untuk tulis-menulis, melainkan
untuk memaparkan benda-benda dua dimensi yang relative ringan,
misalnya huruf-huruf kertas atau susunan satu kata pada kertas, dan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
20/55
30
kartun, yang pada bagian belakangnya ditempel dengan potongan
perekat.
Penggunaan papan flannel harus dijauhkan atau bahkan
dipisahkan dengan penggunaan papan tulis, karena debu kapur akan
sangat merusak flannel. Warna flannel yang digunakan biasanya
warna gelap, misalnya hitam, biru, merah atau hijau. Papan flannel
hampir tidak digunakan sama sekali dalam proses belajar mengajar
tingkat sekolah dasar (F.Praptono, 1997:33).
f. Kelebihan dan Kelemahan Media Papan FlannelPapan flannel juga mempunyai kelebihan dan kelemahan,
kelebihannya antara lain:
1) Papan flannel merupakan media yang praktis tidak perlumenggunakan peralatan elektronik untuk bisa menampilkannya.
2) Papan flannel bisa didisain dengan berbagai macam bentuk, mudahdan sederhana pembuatannya, Penampilannya menarik serta
atraktif visualisasi ide dan pesan mudah untuk ditangkap dan
difahami.
3) Karena bentuknya sederhana sehingga dapat dibuat sendiri olehguru.
4) Dapat disiapkan lebih dahulu dengan teliti.5) Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang
sedang dibicarakan.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
21/55
31
6) Gambar yang disampaikan dapat dipasang dan dibongkar denganmudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Karena penyajiannya
seketika, kecuali menarik perhatian siswa penggunaan papan
flannel dapat membuat sajian lebih efisien.
7) Selain itu, media papan flannel memiliki kelebihan untukdigunakan sebagai permainan puzzle dalam rangka menguji
pemahaman siswa dan menambah variasi belajar siswa agar tidak
cepat bosan serta proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah
(Slamet Margani, 2010).
Diatas telah disebutkan kelebihannya, berikut ini adalah
kelemahannya dari media papan flannel adalah pada umumnya
terletak pada kurang persiapan dan kurang terampilnya para guru (I
Wayan Santyasa, 2007:12).
g. Fungsi dan Nilai Media Papan flannelPapan flannel merupakan salah satu contoh dari media visual
kelompok grafis. Menurut Sadiman (1986: 26-31) media grafis
memiliki fungsi dan nilai sebagai berikut:
1) Sifatnya kongkrit yaitu gambar dan angka lebih realistismenunjukkan pokok masalah dibandingkan media visual semata.
2) Media grafis dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.3) Media grafis dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan
untuk tingkat usia berapa saja.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
22/55
32
5) Biayanya murah, mudah didapat, dan tidak memerlukan peralatankhusus.
Ciri media grafis yaitu media dua dimensi sehingga hanya
dapat dilihat dari bagian depannya saja, media visual diam sehingga
hanya dapat diterima melalui indera mata (I Wayan Santyasa,
2007:11).
Hamalik (1989:87) menyatakan bahwa media grafis sebagai
media akan berhasil efektif apabila gambar yang dipilih memenuhi
kriteria tertentu, disesuaikan dengan kematangan siswa, tujuan yang
akan dicapai dengan teknik yang digunakan dalam situasi belajar.
4. Kompetensi Membuat Saku Samping di SMKa. Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2006: 39) kompetensi perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikaf yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan tindakan. Dalam arti lain kompetensi dapat
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
23/55
33
Tabel 1. Kompetensi Membuat Saku SampingSTANDAR
KOMPETENSI
KOMPETENSI
DASARINDIKATOR
MATERI
PEMBELAJARAN
Melaksanakan
Pemeliharaan
Kecil
1. Mengidentifikasi jenis-
jenis alatjahit
1. Menjelaskan peralatan
menjahit2. Menyebutk
an
peralatan
menjahit
1.Pengertianperalatan
menjahit2.Macam-
macam
peralatan
menjahit
dengan tangan
3.Mesin jahitsesuai dengan
kegunaan
4.Mesin jahitberdasarkan
kecepatan
2. Mengoperasikan
mesin dan
menguji
kinerjanya
3. Persiapanmenjahit
4. Prosedurpengoperas
ian mesin
jahit
5.Caramengatasi /
memperbaiki
kerusakan
ringan pada
mesin jahit
3. Memperbaiki
kerusakan
kecil pada
mesin
jahit
5. Caramengatasi /
memperbai
ki
kerusakan
ringan pada
mesin jahit
6.Menjelaskankeluhan
keluhan pada
mesin jahit
dan cara
mengatasinya
4. Memelihara mesin
6. Caramerawat
mesin jahit
7. Caramerawat
alat bantu
jahit
7.Menjelaskancara merawat
mesin jahit
dan alat bantu
jahit
8.Mendemons-trasikan cara
merawat
mesin jahit
dan alat bantu
jahit(Sumber: Silabus SMK Harapan Kartasura)
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
24/55
34
1) Menjelaskan dan menyebutkan peralatan menjahitHasil jahitan yang bagus ada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah
kelengkapan peralatan yang digunakan. Untuk
mengetahui lebih mendalam tentang peralatan jahit
tersebut, berikut ini dijelaskan beberapa uraian yang
sesuai.
a) Scissors (gunting)Scissors yang bagus, sebaiknya yang terbuat dari
bahan besi baja yang tajam. Untuk menjaga supaya
gunting tetap tajam pergunakan hanya untuk
menggunting bahan saja.
b) Needles (jarum)Untuk jahit tangan pergunakan jarum yang lancip
ujungnya. Jarum no: 8 adalah ukuran umum yang
bagus untuk jahit tangan, no: 9 atau 10 untuk
penyelesaian jahitan yang bagus seperti keliman,
setik miring (overcast) dan sebagainya.
c) Pins (Jarum Pentul)Jarum pentul yang bagus yang berujung tajam,
biasanya berkepala bintik mutiara yang tidak
meninggalkan bekas pada kebanyakan bahan halus
lembut.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
25/55
35
d) Pincushion (Bantalan Jarum)Bantalan jarum ini dapat berbentuk bundar diisi
serbuk gergaji, pasir amril (emery), kapuk atau
Dacron.
e) Thimble (Bidal)Penggunaan bidal merupakan suatu keharusan untuk
setiap pengerjaan jahitan tangan.
f) Tracing-wheel & CarbonMetode yang cepat dan akurat untuk memindahkan
tanda-tanda pola pada bahan, adalah menggunakan
rader dan karbon.
g) Tailors Chalk(Kapur Jahit)h) Pensil dressmakingi) Seam Ripper(Pendedel)
j) Sewing Machine (Mesin jahit)Mesin jahit standar (pedal) maupun mesin jahit
listrik (portable).
k) Needle TheaderAlat bantu berupa sengkelit kawat halus, untuk
memasukkan benang ke dalam lubang jarum.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
26/55
36
2) Persiapan menjahit dan prosedur pengoperasian mesinjahit
Sebelum mulai menjahit, ada beberapa hal yang
perlu diketahui dan dipersiapkan terlebih dahulu, Yaitu:
a) Persiapan BahanMempersiapkan bahan yang tepat dan benar
merupakan langkah pertama yang penting dalam
jahit-menjahit. Sebelum memulai menjarumi dam
memotong kain pertama kali, perhatikan baik-baik
bahannya untuk mengetahui apakah sudah terletak
tepat lurus pada lajur benang (grain).
b) Memotong (Cutting)Keberhasilan dalam penyelesaian sebuah pakaian
tergantung pada pekerjaan memotong yang benar.
c) Tata cara menyamakan letak pola (matching)Bahan bermotif jalinan kotak-kotak kecil (plaids),
garis-garis (striples), kotak-kotak segi empat besar
(checks), beberapa motif kembangan (prints) dan
bahan bertunas (napped fabrics) memerlukan ekstra
bahan serta ekstra pekerjaan, khususnya dalam
memotong dan menyamakan (matching).
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
27/55
37
d) Memindahkan tanda-tanda jahitan dan jahitanpembantu (Marking and stay-stitching).
Tanda-tanda (marking) yang tampak diatas pola
harus dipindahkan ke atas bahan. Hal ini dikerjakan
setelah semua bagian pola digunting kertasnya
(Goet Poespo, 2005:17-37).
3) Cara mengatasi / memperbaiki kerusakan ringan padamesin jahit
a) Benang atas putus-putusJika benang atas putus-putus, penyebabnya adalah:
Benang salah pasang, benang atas terlalu tegang,
ukuran jarum dan benang tidak sesuai dengan bahan
yang dijahit, Pemasangan jarum tidak tepat atau
jarum cacat/ rusak, Setelan penggerak kumparan
terlalu dekat.
b) Benang bawah putus-putusJika benang bawah putus-putus, penyebabnya
adalah: Benang bawah terlalu tegang, Lempeng
rumah kumparan rusak, Lubang jarum pada pelat
gigi kasar, tekanan tiang sepatu tetlalu keras dan
permukaan gigi kasar.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
28/55
38
c) Jarum sering patahJika jarum sering patah penyebabnya adalah:
Kedudukan pangkat jarum berubah, Salah pasang
jarum, bahan ditarik terlalu keras, rumah kumparan
rusak.
d) Setikan tidak teraturJika setikan tidak teratur, penyebabnya adalah:
Salah pasang jarum, rumah kumparan jauh dari
jarum, ukuran jarum tidak tepat dengan bahan.
e) Bahan mengumpul atau mengerutJika bahan mengumpul atau mengerut, penyebabnya
adalah: jarum tumpul, tegangan benang tidak teratur
(seimbang), Benang tidak tepat pada bahan.
f) Bahan tidak bergerakJika bahan tidak bergerak, penyebabnya adalah:
Letak gigi terlalu rendah, tiang tekanan sepatu
bengkok, gigi rusak (aus atau tumpul), Pengatur gigi
kurang pas setelannya.
g) Bunyi mesin kerasJika Bunyi mesin keras, penyebabnya adalah: mesin
jarang diminyaki, ada potongan benang pada rumah
kumparan, Ada sesuatu yang kendur pada bagian-
bagian mesin yang bergerak.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
29/55
39
h) Benang atas dan bawah tidak menyatuJika Benang atas dan bawah tidak menyatu,
penyebabnya adalah: letak jarum terlalu tinggi.
i) Roda gila (roda atas) tidak berputarJika Roda gila (roda atas) tidak berputar,
penyebabnya adalah: bagian dari tengah roda gila
(roda atas kurang kencang).
4) Cara merawat mesin jahit dan Cara merawat alat bantujahit
Mesin jahit memerlukan pemeliharaan yang tertur, agar
lebih tahan lam, menyenangkan dalam pemakaian dan
agar kita dapat bekerja lebih efisien. Kelancaran mesin
jahit tergantung pada perawatan dan kebersihan. Jika
sedang tidak dipergunakan sebaiknya mesin jahit ditutup
untuk mencegah debu yang menempel pada mesin. Untuk
pemeliharaan mesin kita dapat mengikuti uraian yang
tercatat dalam buku petunjuk yang disertakan ketika
membeli mesin.
Cara merawat alat Bantu mesin adalah sebagai berikut:
a) Gunting-gunting harus dijaga tetap kering dansewaktu-waktu diminyaki pada skrupnya.
b) Alat-alat kecil seperti sepatu mesin diletakkan dalamkotaknya, kemudian disimpan dalam laci mesin,
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
30/55
40
untuk memudahkan mencaari ketika akan
mempergunakannya.
c) Alat pengukur atau mistar digantung di dinding dekatmeja potong.
d) Pita ukuran disimpan dalam keadaan tergantung atauterlipat pendek dalam laci mesin atau kotak jahitan.
e) Kotak jahitan sangat diperlukan, untuk menyimpansegala perlengkapan jahitan yang kecil-kecil seperti
jarum, cicin jahit, perlengkapan merader, macam-
macam alat memotong, benang-benang dan lain-lain.
f) Supaya kelihatan rapi jika dipergunakan boneka jahitditutup dengan selubung kain yang bagian atasnya
dikerut seperti ujung sarung guling sekaligus
melindunginya dari debu.
g) Pada umumnya perlengkapan mesin jahit dibersihkansecara teratur, disimpan rapi dalam kotak atau laci
mesin, semuanya diruang menjahit dengan maksud
agar terlihat rapi, tidak sulit mencari ketika alat-alat
akan dipergunakan.
Diatas telah dijelaskan petikan silabus dari melaksanakan
pemeliharaan kecil di SMK Harapan Kartasura, kemudian mengacu
kepada kurikulum spektrum tugas yang diberikan guru kepada siswa
adalah:
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
31/55
41
Tabel 2. Kurikulum Spektrum
No Kelas
/ Smtr
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Jam Tugas/
Keterangan
1 X/I Melaksanak
an
Pemelihara-an Kecil.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis
alat jahit
4 1. Menjahitbagian-
bagianbusana.
2. Macam-macam
kampuh.
3. Mengoperasikan mesin dan
menguji
kinerjanya
1. Macam-macam lipit.
2. Macam-macam saku.
4. Memperbaikikerusakan
kecil pada
mesin jahit
1. Penyelesaianbentuk leher.
2. Caramemasang
ban
pinggang.
5. Memeliharamesin
(Sumber: Kurikulum Spektrum, Program studi Keahlian Tata Busana,
SMK Harapan Kartasura).
b. Standart Kompetensi Keahlian Tata BusanaStandart kompetensi lulusan (SKL) menurut Dit PSMK
(2008; iv) adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau
semester; standart kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi
dasar sebagai acuan buku yang harus dicapai dan berlaku secara
nasional.
Pada pendidikan kejuruan khususnya SMK Program
Keahlian Tata Busana, standar kompetensi yang harus dicapai
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
32/55
42
peserta didik mengacu pada Standar Kompetensi Nasional (SKN)
Bidang Keahlian Tata Busana yang disusun oleh Tim Majelis
Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN), dimana standar
kompetensi tersebut berisikan unit-unit kompetensi dan sub-
kompetensi dan kriteria unjuk kerja, persyaratan unjuk kerja serta
acuan penilaian.
Membuat macam-macam saku di SMK Harapan Kartasura
masuk pada kompetensi atau mata pelajaran melaksanakan
pemeliharaan kecil. Kompetensi dasarnya adalah mengoperasikan
mesin dan menguji kinerjanya. Adapun tugas yang diberikan adalah
macam-macam lipit, macam-macam saku.
c. Pengukuran Pencapaian Kompetensi1) Pengukuran
Menurut Allen dan Yen (1979), pengukuran adalah
penetapan angka terhadap suatu obyek atau peristiwa dengan cara
yang sistematik. Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat
seseorang dengan mudah dipahami karena aturannya telah
diketahui secara umum. Tetapi untuk mengukur karakteristik
psikologik seseorang seperti kecerdasan, kematangan atau
kepribadian jauh lebih kompleks dan tidak semua orang dapat
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
33/55
43
memahaminya dan tentu saja tidak semua orang dapat
melakukannya. Dalam melakukannya harus diikuti seperangkat
aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh para
ahli, karena memang pengukuran itu menuntut keahlian dan
latihan tertentu.
Demikian pula hanya dengan pengukuran dalam bidang
pendidikan. Pada bidang pendidikan hanya mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu, bukan peserta didik itu
sendiri. Guru mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam
suatu mata pelajaran tertentu atau kemampuan dalam melakukan
sesuatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah
mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan
adalah salah satu pekerjaan professional guru atau instruktur.
Tanpa kemampuan melakukan pengukuran pendidikan, seorang
guru tidak akan mengetahui dengan persis dimana ia berada pada
suatu saat atau pada suatu kegiatan.
Terdapat 4 skala pengukuran yaitu: 1) Skala nominal,
skala yang bersifat kategorikal, misalnya bila sebutir soal dapat
dijawab benar maka ia mendapat skor satu, sedangkan menjawab
salah maka ia memperoleh skor nol. 2) Skala ordinal, yaitu angka
yang menunjukkan adanya urutan, tanpa mempersoalkan jarak
antar urutan tersebut, misalnya angka yang menunjuk urutan
ranking siswa dalam urutan ranking siswa dalam suatu mata
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
34/55
44
pelajaran tertentu. 3) Skala interval, yaitu angka yang
menunjukkan adanya jarak yang sama dari angka yang berurutan.
Misalnya, angka Km untuk mengukur jarak. Jarak antara Km 1
dan Km 2 sama dengan jarak antara Km 4 dan Km 5. 4) skala
rasio, yaitu angka yang memiliki semua karakteristik angka atau
skala yang terdahulu dan memiliki nol mutlak. Misalnya tinggi
badan seseorang. Bila ada tinggi badan seseorang 0 cm maka
tinggi tersebut tidak mempunyai makna.
2) Pencapaian KompetensiPencapaian kompetensi adalah pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan yang dikuasai sebagai hasil pengalaman
pendidikan khusus (Putrohari, 2009: 10).
Lebih lanjut Putrohari mengemukakan alasan perlu
dilakukannya pengukuran pencapaian kompetensi yaitu:
Untuk menggambarkan pengetahuan dan keterampilan siswa
atau sebagai dasar untuk mengambil keputusan fungsi penting
pada tes pencapaian adalah memberi umpan balik dengan
mempertimbangkan efektifitas pembelajaran, pengetahuan pada
performance siswa membantu guru untuk mengevaluasi
pembelajaran mereka dengan menunjuk area dimana
pembelajaran telah efektif dan area dimana siswa belum
menguasai. Informasi ini dapat digunakan untuk merencanakan
pembelajaran selanjutnya dan memberi nasehat untuk metode
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
35/55
45
pembelajaran alternatif selain sebagai umpan balik alasan
mengukur pencapaian adalah untuk memberi motivasi,
menentukan peringkat, profisiensi adalah memberikan sertifikat
bahwa siswa telah mencapai tingkat kemampuan (minimal)
dalam suatu bidang tertentu.
Penilaian berbasis kompetensi harus ditujukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah
ditetapkan sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan materi
standar kompetensi oleh peserta didik (Martinis yamin, 2007:
199). Oleh karena itu penilaian pembelajaran keterampilan tidak
hanya pada hasil atau produk keterampilan yang dibuat saja,
tetapi juga serangkaian proses pembuatannya karena dalam
pembelajaran keterampilan kompetensi dasar meliputi seluruh
aspek kegiatan, produksi, dan refleksi.
Depdiknas (2006: 95) mengemukakan penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian unjuk kerja
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan pesertadidik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalamkinerja tersebut.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
36/55
46
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untukmenyelesaikan tugas.
4) Upaya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyaksehinggga semua dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutanyang akan diamati.
Teknik penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek
(check list) maupun skala penilaian (rating scale). Dengan
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila
kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua
pilihan mutlak, misalnya benar-salah, baik-tidak, sehingga tidak
terdapat nilai tengah , namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar. Penilaian unjuk kerja
yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu,
karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori
nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna, misalnya 1 = tidak kompeten, 2 =
cukup kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten
(Depdiknas, 2006:96). Penilain hasil kerja atau product
merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan
memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu,
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
37/55
47
kerja praktek atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka
produksi misalnya menggambar, kerajinan, dan lain-lain (Masnur
Muslich, 2007:115). Penilaian ujuk kerja yang terdiri persiapan,
proeses dan hasil/refleksi produk masing-masing dilakukan bobot
skornya. Sri Wening (1996: 49) mengemukakan standar
pembobotan setiap aspek penilaian tidak mengikat maksudnya
pembobotan tergantung dari jenis pekerjaan yang dinilai baik
melalui analisis tugas maupun tingkat keterampilan yang
diajarkan sebagai misal penilaiana pada keterampilan lanjut
tertentu akan lebih menekankan pada aspek produktivitas
disamping hasil produknya.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (UU No.
2003 tentang Sisdiknas pasal 35 ayat 1)
Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 1989: 22)
mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi
tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
1) Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual,yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Aspek afektif berkenaan dengan sikap, yakni penerimaan,jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
38/55
48
3) Aspek psikomotor berkenaan dengan hasil belajarketerampilan dan kemampuan bertindak.
Berdasarkan ketentuan ketuntasan belajar dalam KTSP
SMK Harapan Kartasura dijelaskan bahwa ketuntasan belajar
setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian
hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar 0-100%.
Sekolah menentukan kriteria ketuntasan (KKM) sebagai target
pencapaian kompetensi (TPK) dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan
sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Selain itu, secara bertahap dan berkelanjutan selalu
mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal. Adapun kriteria ketuntasan
minimal (KKM) mata pelajaran melaksanakan pemeliharaan
kecil pada setiap kompetensi dasar adalah nilai 70 (70%)
sehingga siswa yang belum mencapai ketuntasan tersebut
dinyatakan belum lulus/kompeten dan harus melakukan
perbaikan (remedial).
d. Komponen-komponen yang mempengaruhi Pencapaian KompetensiMenurut Sugihartono (2007: 114-115) mengemukakan bahwa
ciri-ciri pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa yaitu:
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
39/55
49
1) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkanpengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga
belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
2) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar,tidak semuamengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat
diselesaikan dengan berbagai cara.
3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistis danrelevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk
memahami konsep siswa melalui kenyataan kehidupan sehari-
hari.
4) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkanterjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja
sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya,
misalnya interaksi dan kerjasama anatar siswa, guru, dan siswa-
siswa.
5) Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dantertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
6) Melibatkan secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadimenarik dan mau belajar.
Sudjana (2005: 57-58) mengemukakan bahwa komponen-
komponen yang mempengaruhi keberhasilan pengajaran mencakup:
1) Tujuan pengajaran;2) Bahan pengajaran;
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
40/55
50
3) Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya;4) Kondisi guru dan kegiatan mengajarnya;5) Media atau alat pengajaran yang digunakan;6) Teknik dan cara pelaksanaan penilaian.
Aspek-aspek yang dinilai dari komponen-komponen di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)Komponen tujuan instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruanglingkup tujuan, reabilitas yang terkandung di dalamnya, rumusan
tujuan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan
kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk
mencapainya, kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku,
keterlasanaannya dalam pengajaran.
2)Komponen bahan pengajaran, yang meliputi ruang lingkupnya,kesesuaian dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan, kemudahan
memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa,
keterlaksanaan sesuai waktu yang tesedia, sumber-sumber untuk
mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevasi bahan dengan
kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.
3)Komponen siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat danperhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan
belajar, fasilitas yang dimiliki, hubungan sosial dengan teman
sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
41/55
51
kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya
yang erat keitannya dengan pendidikan di sekolah.
4)Komponen guru, yang meliputi penguasaan pelajaran, keterampilanmengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar,
cara menilai, kemauan dan mengembangkan profesinya,
keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan
kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa,
hubungan dengan siswa dan dengan rekan sejawatnya, penampilan
dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.
5)Komponen media, yang meliputi jenis media, daya guna,kemudahan pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi
siswa dan guru, cara menggunakannya.
6)Komponen penilaian, yang meliputi jenis alat penilaian yangdigunakan, isi dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan
interprestasinya, sistem penilaian yang digunkan, pelaksanaan
penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, tingkat kesulitan soal,
validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi,
dan perencanaan penilaian.
e. Penilaian Kompetensi Membuat Saku SampingPenilaian unjuk kerja untuk mencapai kompetensi yang
ditetapkan oleh kurikulum 2004 maka untuk hasil belajar siswa pada
semua mata diklat produktif diberi kriteria sebagai berikut:
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
42/55
52
Table 3. Kriteria Nilai SMK Harapan Kartasura
Skor Interval Nilai Kriteria
< 70 Keberhasilan mata uji yang dinilai tidak mencapai standar
minimal dengan skor < 70 (kurang)
70 79 Mencapai kompetensi sesuai kualitas standar minimal yang
ditetapkan kriteria penilaian unjuk kerja dengan skor 70 79(cukup)
80 89 Mencapai kompetensi sesuai kualitas standar minimal yang
ditetapkan kriteria penilaian unjuk kerja dengan skor 80 89
(baik)
90 100 Mencapai kompetensi sesuai kualitas standar minimal yang
ditetapkan kriteria penilaian unjuk kerja dengan skor 90 100
(sangat baik)
Sumber :LeggerProgram Studi Tata Busana SMK Harapan Kartasura
Ada beberapa teknik penilaian yang dapat digunaka oleh guru,
yang secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu teknik
tes dan teknik non tes. Tes adalah suatu alat dalam penilaian yang
digunakan untuk mengetahui data atau keterangan dari seseorang yang
dilaksanakan dengan mengunakan pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh seseorang yang dites (Sutomo, 1985: 25). Jadi, dapat
dikatakan bahwa teknik tes merupakan cara untuk memperoleh
informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban
betul atau salah. Teknik non tes adalah suatu cara untuk memperoleh
informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul
atau salah. Penilaian dengan non tes dapat menggunakan cara
observasi, wawancara dan angket.
Dalam memilih alat penilaian mempertimbangkan ciri indikator,
misalnya: apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka alat
penilaiannya adalah unjuk kerja (performance); apabila tuntutan
indikator berkaiatan dengan pemahaman konsep, maka alat
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
43/55
53
penilaiannya adalah tertulis; apabila tuntutan indikator memuat unsur
penyelidikan, maka alat penilaianya adalah proyek dan lain sebagainya.
Macam-macam alat penilaian yang dapat digunakan oleh guru
dalam melakukan penilaian (Depdiknas: 2004).
1) Tes tulisTes tertulis merupakn tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan peserta didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal
tes tulis, yaitu sebaga berikut: (a) soal yang memilih jawaban, yaitu
meliputi: soal pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
dan soal menjodohkan; (b) soal dengan mensuplai jawaban, yaitu
meliputi: isian atau melengkapi, jawaban singkat dan soal uraian.
2) Penilaian unjuk kerjaPenilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
berdasarkan persiapan, proses dan hasil pengamatan terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu.
3) Penilaian penugasan (proyek)Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian
melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta
pelaporan hasil kerjanya. Penilaian proyek dilaksanakan terhadap
persiapan, pelaksanaan dan hasil.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
44/55
54
4) Penilaian hasil kerja (produk)Penilaian hasil kerja merupakan penilaian yang meminta peserta
didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan
terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan dan hasil.
5) Penilaian portofolioPenilaian portofolio merupakan penilaian terhadap hasil karya
siswa dalam priode tertentu. Pada penilaian portofolio, peserta
didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan
penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas.
6) Penilaian sikapPenilaian sikap merupakan penilaian terhadap perilaku dan
keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena atau masalah.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan cara observasi perilaku,
pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
7) Penilaian diriPenilaian diri adalah merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai
berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.
f. Kriteria penilaian Unjuk KerjaKriteria penilaian unjuk kerja pembuatan saku samping meliputi
persiapan kerja, proses (Sistematika & Cara Kerja), hasil Kerja, sikap
kerja, waktu.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
45/55
55
g. Kriteria Ketuntasan MinimalBerdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
dimaksud dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah batas
nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa agar dapat dinyatakan
lulus Kompetensi Dasar. Adapun rambu-rambu penetapan KKM
adalah sebagai berikut:
1) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran.2) KKM ditetapkan oleh forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) di sekolah.
3) KKM dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-100%.
4) Kriteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnyaberkisar 75 %.
5) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah criteria ideal.6) Dalam menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas indicator, dan
kemampuan sumber daya pendukung.
7) KKM dapat dicantunkan dalam Lembar Hasil Belajar Siswa(LHBS) sesuai model yang dipilih sekolah.
Berdasarkan ketentuan ketuntasan belajar dalam KTSP SMK
Harapan Kartasura dijelaskan bahwa ketuntasan belajar setiap
indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar
dari suatu kompetensi dasar berkisar 0-100%. Sekolah menentukan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
46/55
56
kriteria ketuntasan (KKM) sebagai target pencapaian kompetensi
(TPK) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Selain itu, secara bertahap dan
berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan
belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Adapun kriteria
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran pembuatan saku samping
pada setiap kompetensi dasar adalah nilai 70 (70%) sehingga siswa
yang belum mencapai ketuntasan tersebut dinyatakan belum
lulus/kompeten dan harus melakukan perbaikan (remedial).
5. Menyusun Materi Pembelajarana. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta
didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting
dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut
harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang
benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
47/55
57
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk
membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.
b. Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran1) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar2) Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran (Asnawir, 2002:7).
B. Penelitian Yang RelevanHasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut dapat
menjadi kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan terhadap penelitian yang
dilaksanakan.
1. Tesis I Gusti Lanang Agung Parwata (2008), Penerapan ModelPembelajaran Langsung Berbantuan Media VCD Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada
Perkuliahan Atletik FOK Undiksha Singaraja
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model
pembelajaran langsung (Direct instruction/DI) berbantuan Video
Compact Disc (VCD) pada pembelajaran atletik I. Sebagai subyek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester I kelas C jurusan
Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
48/55
58
Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja tahun
akademik 2006/2007 yang berjumlah 44 orang, sedangkan obyeknya
adalah aktivitas, hasil belajar, dan respon mahasiswa terhadap
penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas
belajar mahasiswa tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata sebesar
8,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang memperoleh
nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang). Hasil penelitian yang
diperoleh pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I, di
mana aktivitas mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-rata
sebesar 9,9 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang). Sedangkan hasil
penelitian yang diperoleh pada siklus III juga meningkat dibandingkan
dengan siklus I dan siklus II.
Aktivitas belajar mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-
rata sebesar 10,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang), serta respon
mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD tergolong sangat positif. Jadi sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
mahasiswa pada perkuliahan atletik I. Mahasiswa memberikan respon
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
49/55
59
yang positif terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD. Berdasarkan simpulan di atas maka kepada dosen
yang mengajar di jurusan Penjaskesrek khususnya yang mengajar
matakuliah praktek disarankan untuk menerapkan model pembelajaran
langsung (Direct Instruction/DI) berbantuan video cassette disk
(VCD).
2. Tesis Imam Arum Tri Rahayu (2010), Pengembangan ModulPembelajaran Bermultimedia pada Kompetensi Membuat Pola
Busana dengan Pengajaran Langsung (Direct Instruction) di SMK
Negeri 6 Surabaya.
Pengembangan produk modul pembelajaran bermultimedia ini
melalui lima tahapan yaitu analisis kebutuhan, desain pembelajaran,
pengembangan produk, uji coba dan produk terakhir. Tahap analisis
kebutuhan berdasarkan kebutuhan siswa kelas X Busana SMK Negeri
6 Surabaya. Tahap desain pembelajaran meliputi pembuatan silabus
pembelajaran, RPP, memilih dan mengembangkan materi. Tahap
produksi / pengembangan media meliputi pembuatan modul siswa,
CD interaktif (penunjang modul siswa), modul guru, CD Powerpoint
(penunjang modul guru) dan kit. Tahap evaluasi meliputi validasi para
ahli dan uji coba produk. Subjek uji coba adalah 3 guru dan 39 siswa
yang terdiri dari 4 siswa untuk uji coba berupa lembar validasi untuk
ahli media, ahli bahasa, ahli penyajian, ahli grafika, ahli instruksional
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
50/55
60
dan ahli media. Serta lembar kuesioner untuk respon guru dan siswa.
Analisis data menggunakan teknik deskriptif.
Hasil penelitian ini berupa: (1) produk modul pembelajaran
bermultimedia membuat pola busana yang terdiri atas modul siswa,
modul guru, CD interaktif, CD Powerpoint dan kit. (2) kualitas produk
modul pembelajaran bermultimedia membuat pola busana dengan
teknik konstruksi ini ditinjau dari aspek meteri, aspek bahasa, aspek
penyajian, aspek grafika aspek instruksional, aspek media, respon
guru dan siswa secara keseluruhan dinilai sangat baik. (3) produk
modul pembelajaran bermultimedia dinyatakan efektif untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran pada kompetensi membuat pola
busana berdasarkan penilaian unjuk kerja yang menunjukkan
tuntas.
3. Syamsuddin Hiro, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUnidayan Bau-Bau. Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang
Diajar dengan Model Pembelajaran Langsung dan Model
Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Sistem
Pencernaan pada Manusia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bau-
Bau
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar IPA
biologi siswayang diajar dengan model pembelajaran langsung dengan
model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan sistem
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
51/55
61
pencernaan manusia, hal ini ditunjukkan dengan model pembelajaran
langsung diperoleh rata-rata ( X ) = 7,5 dan model pembelajaran
konvensional diperoleh rata-rata ( X ) = 6,8. Dan dibuktikan dengan
uji-t yaitu t hitung (2,60) > t tabel (2,00), ini berarti H0 ditolak dan H1
diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA-Biologi siswa
yang diajar dengan model pembelajaran langsung lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar IPA-Biologi siswa yang diajar
dengan model pembelajaran konvensional atau dengan kata lain
bahwa model pembelajaran langsung lebih efektif digunakan untuk
mengajarkan materi IPA-Biologi pokok bahasan sistem pencernaan
pada manusia kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Bau-Bau tahun
ajaran 2005 / 2006.
4. I Gusti Lanang Agung Parwata (April, 2008) Penerapan ModelPembelajaran Langsung Berbantuan Media Vcd Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada
Perkuliahan Atletik I.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas
belajar mahasiswa tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata sebesar
8,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang memperoleh
nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang). Hasil penelitian yang
diperoleh pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I, di
mana aktivitas mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-rata
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
52/55
62
sebesar 9,9 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang). Sedangkan hasil
penelitian yang diperoleh pada siklus III juga meningkat dibandingkan
dengan siklus I dan siklus II. Aktivitas belajar mahasiswa tergolong
aktif dengan skor rata-rata sebesar 10,4 dan hasil belajar mahasiswa
dengan persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34
orang). Jadi sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran langsung berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan atletikI.5. Wawan Setiawan dkk (Juni, 2010) Penerapan Model Pengajaran
Langsung (Direct Instruction) Untuk Meningkatkan Pemahaman
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak
(Rpl).
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai
kognitif setelah pembelajaran. Data hasil pretest diperoleh ratarata
nilai sebesar 40,5 dan posttest sebesar 72,8, dengan indeks sebesar
0,53. Berdasarkan kriteria efektifitas, indeks tersebut berada pada
kategori efektifitas "sedang". Untuk siswa prestasi tinggi diketahui
indeks sebesar 0,59 dan siswa prestasi rendah sebesar 0,49. Kedua
indeks tersebut berada pada kategori "sedang". Sehingga, tidak
terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan terhadap peningkatan
pemahaman belajar siswa antara kelompok atas dan kelompok bawah.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
53/55
63
6. I Wayan Distrik (2005), menyimpulkan bahwa tim peneliti yangtelah melakukan penelitian kelas bersama di SMAN 13 Bandar
Lampung, dengan menggunakan Model Mengajar Langsung
dengan pendekatan kontekstual.
Hal ini ditunjukkan dengan Siswa kelas X2berjumlah 34 orang
model mengajar dengan pendekatan kontekstual dapat membuat siswa
lebih aktif, mengkonstruksi sendiri pola pikir siswa, dapat terhindar
dari miskonsepsi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
secara menyeluruh baik afektif, kognitif maupun psikomotorik.
7. Slamet Margani (2010), Tentang Pengembangan Media PapanFlannel Mata Diklat Menyiapkan Dan Mengolah Roti Kelas Xi
Jurusan Patiseri Di Smkn 6 Yogyakarta
Menunjukkan bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
karena dapat mencoba dan menggunakan media tersebut serta siswa
senang karena lebih cepat memahami pelajaran yang disampaikan
peneliti.
C. Kerangka BerfikirSuatu pembelajaran pasti mempunyai tujuan untuk pencapaian
kompetensi. Kompetensi merupakan ketrampilan minimal yang harus
dikuasai peserta didik yang menunjukkan bahwa peserta didik telah
menguasai standar kompetensi atau kompetensi yang ditentukan. Dalam
upaya untuk pencapaian kompetensi guru dituntut untuk memiliki
kemampuan metodologis dalam hal perencanaan dan pelaksanaan
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
54/55
64
pembelajaran termasuk didalamnya penguasaan dalam pembuatan saku
samping.
Pembuatan saku samping merupakan mata pelajaran praktek yang
membutuhkan pembelajaran langsung. Model Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang
dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. yang
dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-
kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu. sedangkan pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Guru menggunakan model pembelajaran langsung yang diikuti
dengan media papan flannel agar siswa lebih paham apa yang telah
dijelaskan oleh guru seta penggunaan media papan flannel pada proses
mengajar dikelas diharapkan dapat memperjelas isi materi yang akan
disampaikan oleh guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Media
papan flannel ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menguasai
materi pembuatan saku samping, dengan terciptanya proses belajar mengajar
yang lebih baik maka secara otomatis dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi membuat saku samping pada siswa kelas X Tata Busana SMK
Harapan Kartasura.
-
7/22/2019 Model pembelajaran.pdf
55/55
D. Pertanyaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini lebih menekankan pada proses dan
hasil penelitian, maka yang menjadi pertantaan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi model pembelajaran langsung berbantuanmedia papan flannel pada siswa kelas X Tata Busana SMK Harapan
Kartasura?
2. Bagaimana pencapaian kompetensi membuat saku samping pada siswakelas X Tata Busana SMK Harapan Kartasura?