filsafat pancasila dalam perdagangan bebas
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
1/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
2/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
3/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
4/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
5/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
6/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
7/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
8/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
9/15
Globalisasi pada awala abad 21 memberikan pengaruh dalam pembangunan
nasional pada umumnya khususnya di bidang perdagangan yaitu terjadinya
liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas dunia baik secara multilateral,
regional maupun bilateral. Saat di mana Indonesia sebagai bagian dari pelaku
ekonomi internasional tidak terlepas dari dampak dinamika percaturan ekonomi
internasional, yang sarat dengan berbagai kepentingan nasional masing-masing
negara pelaku ekonomi internasional.11
Saat ini perdagangan internasional sudah menjadi bagian yang tidak
mungkin dipisahkan dari kehidupan suatu negara di dunia, begitupula dengan
Indonesia sebagai bagian dari perekonomian dunia juga tidak mungkin terlepas dari
kegiatan perdagangan internasional, baik itu perdagangan barang maupun jasa. Ide
perdagangan bebas digagas pertama kali oleh David Ricardo, yang kemudian
menjadi cikal bakal teori perdagangan internasional. Menurut David Ricardo dalam
teorinya yang dikenal sebagai teori keuntungan komparatif itu, pedagangan bebas
antar bangsa pasti akan menguntungan setiap negara yang terlibat.
Dalam membahas perdagangan bebas penting diketahui konteks yang
melatar belakangi munculnya ide perdagangan bebas dan teori yang mendasari
pengembangan ide tersebut. Alasannya adalah dengan perdagangan bebas antar
bangsa yang meliputi dua negara atau lebih, maka masing-masing negara akan
didesak untuk meningkatkan dan mengefisienkan penggunaan sumberdaya
produktif yang dimilikinya. Awal pangkal teori David Ricardo ini adalah sekedar
tenaga kerja yang bila asumsikan bahwa dengan adanya perdagangan bebas, setiap
negara akan menggeser penggunaan tenaga kerjanya untuk hanya memproduksi
barang yang dapat diproduksi secara paling produktif dan efisien. Menurut ekonomdunia pada umumnya, walaupun sudah berusia satu abad lebih tapi sampai sekarang
teori itu masih tetap terbukti kebenarannya sehingga masih relevan. Artinya para
ekonom yakin betul bahwa perdagangan bebas akan menguntungkan semua negara.
Namun ada hal-hal yang perlu diwaspadai dari ide David Ricardo itu adalah,
11
http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=liberalisasi%20perdagangan%20oleh%20donny%20Adityawarman (Artikel ini diakses pada 10 Desember 2011)
9
http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=liberalisasi%20perdagangan%20oleh%20donny%20Adityawarmanhttp://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=liberalisasi%20perdagangan%20oleh%20donny%20Adityawarmanhttp://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=liberalisasi%20perdagangan%20oleh%20donny%20Adityawarmanhttp://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=liberalisasi%20perdagangan%20oleh%20donny%20Adityawarman -
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
10/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
11/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
12/15
dilakukan memerlukan usaha yang dua kali lebih besar. Indonesia merupakan
negara yang di dalamnya memiliki pluralisme hukum yang besar. Tradisi hukum
yang ada bukan saja menyangkut Civil law, tetapi juga terdapat hukum adat dan
hukum Islam. Pluralisme hukum pula yang menjadi sebab sulitnya melakukan
transplantasi hukum tanpa membedol seluruh jaringan sistem institusional yang
menjadi konteksnya. Akan tetapi bisa saja hal tersebut dipertimbangkan, jika pada
suatu masyarakat sedang terjadi proses perubahan sosial yang mengarah pada
perubahan nilai-nilai di mana nilai yang berubah menjadi lebih adaptif dengan
nilai-nilai baru yang diperkenalkan oleh hukum baru maka mungkin tidak akan
timbul banyak masalah.
Berdasarkan penjelasan dari UUD 1945 pasal 33 diketahui bahwa cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak harus dikuasai oleh negara, jika tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan
orang per orang dan rakyat yang banyak ditindasnya. Dari penjelasan itu
memperihatkan bahwa pasal 33 sangat anti kapitalisme. Dengan demikian dapat
disimpulkan terdapat benturan ideologis yang sangat mendasar antara perdagangan
bebas dengan amanat konsitusi. Konteks permasalahan kemudian adalah bagaimana
sikap konstitusional bangsa Indonesia jika ingin konsisten dengan pasal 33 UUD
1945, tetapi terus menjalin hubungan antar bangsa. Untuk itu dasarnya adalah
bahwa Indonesia harus mengurus dan menata dahulu masalah dalam negeri sesuai
dengan amanat konstitusi, setelah itu baru berbicara hubungan dengan negara lain.
Sejak dahulu Bung Hatta mengatakan bahwa ekspor dilakukan setelah kebutuhan
dalam negeri terpenuhi.
Tapi yang terjadi sekarang semua produksi diutamakan untuk diekspor,sehingga kebutuhan dalam negeri dikorbankan. Hal ini dilakukan karena hutang
yang besar dan dibuat dalam valuta asing, sehingga mau tidak mau ekspor harus
digenjot, karena itu satu-satunya cara untuk bisa membayar hutang. Dan akibatnya
pun seperti yang terjadi saat ini, di mana hasil gas diekspor sehingga menyebabkan
pabrik pupuk yang notabene BUMN menjadi tutup, kebutuhan pupuk untuk petani
12
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
13/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
14/15
-
7/23/2019 Filsafat Pancasila Dalam Perdagangan Bebas
15/15