makalah family focus centre

Upload: nuris-zaman

Post on 14-Oct-2015

319 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

lengkap brooo

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Families atau keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care patients) dalam kenyataannya memiliki stres emosional yang tinggi (high levels of emotional distress). Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan kualitas dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperluka oleh keluarga pasien (high priority needs for these families).

Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stres (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ruang emerjensi atau ICU. (just after the patients admission to the Emergency units or ICU).Untuk mengetahui kualitas klinis suatu pelayanan di ICU atau emerjensi menghadapi pasien dalam keadaan kritis / dengan ancaman kematian memerlukan suatu kerja keras dari setiap perawat yang bertugas (need the effort of qualified nurses) dan didukung oleh dokter yang memahami bahwa pelayanan yang dilakukan adalah cukup kompleks (the complex care problem.Clinical excellence (pelayanan klinis berkualitas ) sangat di perlukan oleh seorang petugas kesehatan untuk menjamin suatu pekerjaaan, yang dapat dipertanggung jawabkan dan lingkungan pelayanan dan yang dapat diterima (respectful), menyembuhkan dan manusiawi.Pada makalah ini akan di bahas Apa sebenarnya kebutuhan dasar dari keluarga pasien, dan bagaimana kita memenuhi 3 kebutuhan dasar yang di perlukan oleh keluarga (Three basic need of the family) antaranya :a. Kebutuhan akan informasi (The need for information)b. Kebutuhan akan adanya jaminan tentang adanya dukungan (The need for reassurance / support)c. Kebutuhan untuk selalu berada didekat pasien (The need to be near the patient)

Karena bertemu dengan anggota keluarga pasien di Emerjensi maupun ICU adalah tanggung jawab utama bagi dokter dan perawat yang bertugas ditempat tersebut.1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang family focus center?2. Bagaimana clinical excellence ?3. Apa definisi family focu center ?4. Bagaimana kebutuhan keluarga pada pelayanan keperawatan kritis ?5. Bagaimana hasil penelitian family focus centre ?6. Bagaimana peran keluraga dalam perwatan pasien kritis ?7. Apa saja mafaat family focus centre dalam pearwatan kritis ?8. Bagaimana mengintegrasikan family focus centre dengan rumah sakit/ruangan ICU ?1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep keperawatan gawat darurat terhadap family focus center

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui latar belakang family focus center

2. Mengetahui clinical excellence 3. Mengetahui definisi family focu center4. Mengetahui kebutuhan keluarga pada pelayanan keperawatan kritis 5. Mengetahui hasil penelitian family focus centre 6. Mengetahui peran keluraga dalam perwatan pasien kritis 7. Mengetahui manfaat family focus centre dalam pearwatan kritis 8. Mengetahui mengintegrasikan family focus centre dengan rumah sakit/ruangan ICU 1.4 Manfaat

1. Bagi penulisSetelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep keperawatan family focus centre.

2. Bagi pembacaDiharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang tentang konsep keperawatan family focus centre lebih dalam

3. Bagi petugas kesehatanDiharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam tentang konsep keperawatan family focus centre. sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.

4. Bagi industi pendidikan Dapat menambah informasi tentang tentang konsep keperawatan family focus centre.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Latar belakang family focus centre

Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stres (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ruang emerjensi atau ICU. (just after the patients admission to the Emergency units or ICU).

Untuk mengetahui kualitas klinis suatu pelayanan di ICU atau emerjensi menghadapi pasien dalam keadaan kritis / dengan ancaman kematian memerlukan suatu kerja keras dari setiap perawat yang bertugas (need the effort of qualified nurses) dan didukung oleh dokter yang memahami bahwa pelayanan yang dilakukan adalah cukup kompleks (the complex care problem.

2.2 Clinical excelence

Untuk mengetahui kualitas klinis suatu pelayanan di ICU atau emerjensi menghadapi pasien dalam keadaan kritis / dengan ancaman kematian memerlukan suatu kerja keras dari setiap perawat yang bertugas (need the effort of qualified nurses) dan didukung oleh dokter yang memahami bahwa pelayanan yang dilakukan adalah cukup kompleks (the complex care problem )Clinical excellence (pelayanan klinis berkualitas ) memerlukan suatu leadership untuk menjamin suatu pekerjaaan yang dapat dipertanggung jawabkan dan lingkungan pelayanan yang dapat diterima (respectful), menyembuhkan dan manusiawi.2.3 Definisi family focus centre

Apa itu keluarga ?

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Bagi lainnya, istilah ini memiliki arti yang berlawanan. Keluarga bukan sekedar gabungan dari beberapa individu (Astedt Kurki, et al.,2001). Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai tersendiri mengenai keluarganya (Potter & Perry, 2009)

Banyak ahli mendefenisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefenisikannya. Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan tingggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami- istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional (suprajitno, 2004)

Jadi Family focus centre pada keperawatan kritis adalah pengkajian, perhatian perawatan dalam bentuk dukungan yang terpusat pada keluarga. Jadi pada masa-masa kritis inilah proses keperawatan tidak hanya berfokus pada klien atau pasien tapi keluarga juga harus perhatikan.

Adaptasi stress keluarga

Masuknya pasien kedalam ancaman peran sakit pada rentan hidup mati mengancam dan mengubah homeostasis keluarga untuk beberapa alasan. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian, pengaruh terhadap anggota keluarga yang di rawat dirasakan oleh keluarga. Tanggung jawab pasien sekarang ditambahkan pada tanggung jawab orang lain. Ini mengubah jadwal dan aktivitas mereka. Bila tanggung jawab ini ditinggalkan, anggota keluarga mengalami berbagi tingkat ketidaknyamanan dan kejengkelan. Masalah keuangan biasanya merupakan masalah besar dan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya merupakan konsekuensi kecil sekarang menjadi penting sering sulit ditangani. Seperti aktivitas menyiapkan bekal makan siang untuk anak sebelum sekolah, mempertahankan mobil keluarga tetap terisi bensin, membuang sampah, bila tidak terpenuhi, menjadi secara kritis bermakna.Sealin secara normal tanggung jawab pasien dilaksanakan, peran social yang di perankan dalam keluarga hilang. Orang yang disiplin, pemberi pengaruh, pencinta, humoris, tepat waktu, motivator, hangat, dan sebagainya. Semuanya merupakan peran penting dalam keluragajika peran tidak terpenuhi, malapetaka dan kejadian duka dalam keluarga dapat terjadi. Keluarga memasuki krisis karena beberapa keadaan:

a. Peristiwa penuh stres terjadi dan mengancam selama perubahan pada kelurga

b. Aktivitas pemecahan masalah tidak adekuat atau tidak dilakukan sehingga tidak secara cepat menyebabkan secara seimbang sebelumnya.

c. Adanya keadaan ketidakseimbangan keluarga ttidak dapat dipertahankan dan akan menimbulkan perbaikan kesehatan keluarga dan adaptasi atau penurunan kemampuan adaptasi keluaraga dan peningkatan kecenderungan terhadap kejadian krisis.

Dengan penggunaan kondisi ini untuk mengidentivikasi dan mengartikan krisis keluarga. Seseorang dapat menghargai stres sebagai peristiwa kematangan normal kehidupan keluarga, seperti perkawina, kehamiilan, pindah sekolah dan pensiun, dalam pandangan yang berbeda. Skala telah dikembangkan dimana menentukan skor stres peristiwa khidupan. Skala ini membantu memperkirakan siapa yang berisiko mengalami penyakit. Peristiwa kahidupan yang berarti semua membutuhkan penyesuaian kembali dan termasuk hal-hal seperti rekonsiliasi perkawinan, perubahan keuangan, dan masalah dengan mertua dan pimpina. Tidak hanya situasi penyakit dan cidera mengakibatkan keluarga masuk dalam krisis. Suatu keluarga yang telah mengatasi secara adekuat terhadap pengangguran mungkin tidak mampu mengatsi stres tambahan berupa penyakit krisis keluarga. Apa yang tampak sebagai reaksi yang berlebihan pada keluarga terhadap stress kecil mungkin dijelaskan sebagai mempunyai pengaruh kenekatan akhir tambahan pada stress yang dapat diatasi sebelumnya.

Beberapa keluarga mengalami lebih banyak krisis dari pada yang lain. Sering kali tantangan dan kebutuhan yang dihadapi keluarga ini sama dengan lainnya yang ada pada semua keluarga. Factor lainnya adalah penilaian kognitif harus dipertimbangkan. Beberapa orang atau keluarga menetapkan arti bencana besar untuk beberapa kejadian yang bagi orang lain tidak bermakna. Jika anggota keluarga menilai situasi dengan member bagien dan tanda peristiwa krisis, emosi stres, dan ansietas dihubungkan dengan krisis, juga dengan mengusahakan koping, mereka akan mengikutinya. Fenomena ini menyatakan bahwa krisis.

Berdasarkan penilaian kognitif bersifat individual dan unik-dimana, krisis untuk sebuah keluarga tidak perlu krisis untuk orang lain. Rentang yang lebar pada perilaku dan reaksi keluarga terhadap krisis yang di observasi perawat keperawatan kritis dapat dijelaskan secara luas pada konsep ini. Terdapat empat ketentuan umum tentang krisis yang membentuk dasar untuk asuhan keperawatan keluarga:

1. Apakah orang tampil lebih tegar atau lebih lemah sebagai akibat krisis tidak terlalu didasari pada karakter mereka seperti kualitas bantuan yang mereka terima selama keadaan krisis.

2. Orang lebih terbuka untuk saran-saran dan bantuan selama krisi terjadi.

3. Dengan timbulnya krisis, kenangan lama krisis yang lalu mungkin timbul. Jika perilaku madalaptif digunakan untuk mengatasi situasi sebelumnya, tipe perilaku yang sama mungkin diulang untuk mengatasi krisis yang baru.

4. Cara satu-satunya untuk bertahan dari krisis adalah dengan cara menyadarinya.

Ciri-ciri keluarga adalah mempertahankan keadaan tetap. Saat seorang anggota keluarga berada di unit perawatan kritis, anggota keluarga lain mencoba mempertahankan seimbangan mereka pada awalnya dengan memperkecil makna penyakit atau menjadi terlalu melindungi. Anggota keluarga pada unit keperawatan kritis teruma karena krisis biologis, dilain pihak seluruh keluarga mengalami krisis emosional. Pada awalnya, mekanisme koping tampak berhasil, dan sistem keluarga tampak membaik meskipun terjadi peningkatan stres. Namun, dengan berlajutnya stres, sistem keluarga mungkin pecah kecuali terdapat intervensi berdasarkan realitas situasi.

Reaksi terhadap krisis sulit untuk di kategorikan karena tergantung pada respon individu terhadap stres, dan dalam keluarga banyak cara yang digunakan untuk mengatasi stres dan ansietas. Secara umum, perawat mengamati prilaku makna perasaan tidak berdaya dan urgensi. Ketidakmampuan membuat keputusan dan menggerakkan sumber-sumber diperhatikan. Meliputi perasaan takut dan panik. Tindakan tidak rasional, prilaku menuntut, menarik diri, keras hati, dan pingsan semuanya diobsevasi perawat keperwatan kritis. Seperti pada pasien mengalami syock dan tidak yakin tentang penyakit. Begitu juga keluarga perawat harus mampu menerima perasaan bahwa korban krisis sedang dialami, khususnya bila ornag tersebut tidak mampu mengidentifikasi masalah atau perasaan dirinya atau orang lain.

2.4 Kebutuhan keluarga pada pelayanan keperawatan kritis

Keluarga yang menerima perawatan penuh perhatian akan mampu memberikan kenyamanan yang lebih baik untuk sakit mereka, mendorong perbaikan dalam perawatan, dan meningkatkan penilaian keterampilan penyedia layanan kesehatan. Leske mengategorikan lima prinsip keluarga yang dapat digunakan untuk mengarahkan intervensi keperawatan, yang seharusnya dimulai pada kontak awal dengan anggota keluarga (Titler, Bombei, & Schutte, 1995). Memberikan jaminan keadaan tenang dan suasana santai yang akan mendukung kepercayaan dan hubungan empati (Leske, 1992). Peningkatan kedekatan berarti memungkinkan anggota keluarga untuk menjadi dekat dengan pasien dengan mengunjungi pasien.

Lima katagori keluarga menutut Leske :

Jaminan

Kedekatan

Informasi

Kenyamanan

Dukungan

Informasi dan Kebutuhan belajar keluargaKebutuhan akan informasi tentang pasien telah terbukti nomor satu kebutuhan yang diidentifikasi keluarga pasien sakit kritis, tanpa diagnosis (Jastremski & Harvery, 1998). Sebuah studi dimulai untuk menentukan tingkat kepuasan anggota keluarga dan ditemukan informasi kelengkapan sakit kritis untuk dihubungkan dengan kepuasan secara keseluruhan (Heyland et al., 2002). Ada beberapa cara untuk memberikan informasi keluarga: program orientasi pendidikan, kelas yang memberikan dukungan sosial dan informasi tentang manajemen penyakit dan pemulihan, paket informasi. Belajar keseimbangan antara terlalu sedikit dan terlalu banyak informasi dan cara menyampaikan adalah keterampilan penting bagi perawat dalam perawatan akut untuk belajar (Goodell & Hanson, 1999). Selain itu, perawat harus mempertimbangkan sifat informasi yang akan disampaikan kepada keluarga ketika memutuskan cara terbaik untuk menyediakan informasi. Dalam sebuah penelitian terhadap 390 keluarga pasien yang meninggal di ICU, peneliti menemukan bahwa mayoritas responden ( 82,6 persen ) menyatakan ada kritik rumah sakit pasien yang tinggal, 17 persen merasa informasi yang diterima mengenai diagnosis tidak cukup atau tidak jelas, dan 30 persen menyatakan ketidakpuasan mengenai informasi yang diterima pada penyebab kematian (khususnya di kalangan anggota keluarga yang diberitahu mengenai kematian melalui telepon dan tidak secara pribadi) (Malacrida et al., 1998). Sebuah face-to-face Pertemuan terbaik dapat menyampaikan informasi tentang kemajuan pasien atau prognosis, dan mungkin informasi tentang kegiatan manajemen diri atau jam besuk bisa ditangani di ruang kelas atau di sebuah buku kecil . Penyidik telah menguji efektivitas intervensi untuk memenuhi kebutuhan informasi . Sebagai contoh, Medland dan Ferrans (1998) menguji komunikasi terstruktur. Program bagi anggota keluarga untuk menentukan apakah program ini akan meningkatkan anggota keluarga kepuasan dengan perawatan, memenuhi kebutuhan mereka untuk informasi lebih baik, dan mengurangi gangguan untuk perawatan ICU. Intervensi terdiri dari tiga komponen :

1) diskusi dengan perawat sekitar 24 jam setelah penerimaan pasien

2) sebuah informasi pamflet yang diberikan pada saat diskusi

3) panggilan telepon setiap hari dari perawat yang merawat pasien hari itu

Jumlah yang masuk panggilan dari anggota keluarga secara signifikan lebih rendah pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, kepuasan dengan perawatan meningkat secara signifikan dari sebelumnya setelah ujian, seperti yang dilakukan. Persepsi anggota dari seberapa baik informasi kebutuhan mereka yang terpenuhi (Medland & Ferrans, 1998).

Kelompok lain peneliti meneliti efek dari intervensi tim komunikasi pada lama tinggal dan biaya untuk pasien menjelang akhir kehidupan di unit perawatan intensif (Ahrens, Yancey, & Kollef, 2003).

Komunikasi tim dokter dan klinis update - spesialis tersedia perawat medis sehari, berbagi nasihat medis mengenai pengobatan, dan memberikan informasi lain untuk keluarga yang diperlukan. Peneliti menyarankan bahwa penyediaan jelas dan informasi langsung menyebabkan diskusi awal pilihan dan dukungan. Temuan lain menunjukkan rekaman video, perawat binaan relawan, pamflet visual, atau konseling individu sebagai cara yang berguna untuk menyampaikan informasi (Appleyardet al, 2000;. Lenz & Perkins, 2000; Petterson, 2000; Oermann, Webb, & Ashare, 2003). Meningkatkan jumlah perawat mengevaluasi metode teknologi untuk memberikan informasi kepada keluarga. Teknologi yang sedang dieksplorasi untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga, dan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka, termasuk Internet, pager, e -mail, dan telepon (Carlsson, Strang, & Lindblad, 1996; Olson, 1997; Topp, Walsh, & Sanford, 1998;. Brennan et al, 2001; Jones & Brennan, 2002; Artinian et al, 2003). Sebelum memberikan informasi penting untuk menggunakan isyarat yang relevan untuk menilai buta huruf dan memodifikasi metode menyediakan informasi kesehatan saat yang tepat (Artinian, Lange, Templin, Stallwood, & Hermann, 2003).

(Mrkulu: 2014)

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal. Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir serta kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu hidup bersama orang lain, saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. Perawat sebagai pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Alimul, 2009).

Adapun kebutuhan keluarga pasien di ICU menurut CCFNI (Critical Care Family Need Inventory oleh Motter & Leske, 1996) yaitu: kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan. Kebutuhan akan informasi meliputi informasi tentang perkembangan penyakit pasien, penyebab atau alasan suatu tindakan tertentu dilakukan pada pasien, kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit pasien, kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan, perkembangan kondisi pasien dapat diperoleh keluarga paling sedikit sehari sekali, rencana pindah atau keluar dari ruangan, dan informasi mengenai peraturan di ruang ICU. Kebutuhan dukungan mental berupa : adanya pelayanan rohaniwan di ruang ICU, mendapat jawaban yang tepat dari petugas atau staf ICU, adanya perhatian dari personil ruang ICU, dan dapat berkonsultasi tentang kondisi pasien setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat. Kebutuhan akan rasa nyaman bisa terpenuhi apabila keluarga mengetahui bahwa pasien masih bisa mendengarkan dan mengenali suara keluarga yang berkunjung, ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi secara mendadak pada pasien, mempunyai kenyamanan dengan peralatan yang ada di ruang tunggu, mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk pasien dan ada jam kunjung yang tepat waktu. Kebutuhan akan kedekatan dengan pasien dimana kedekatan ini menunjukkan kebutuhan untuk berada di dekat anggota keluarga/orang yang di cintainya yang sedang sakit. Kebutuhan akan kedekatan dengan pasien ini bisa diperoleh keluarga bila keluarga pasien tersebut dapat melihat/menjenguk pasien di ruang ICU secara teratur, dapat berkomunikasi/konsultasi tentang kondisi pasien dengan perawat yang sama setiap hari, dapat membantu merawat fisik pasien serta dapat membantu memberi dukungan mental kepada pasien di ruang ICU. Terakhir adalah kebutuhan terhadap jaminan pelayanan dimana setiap keluarga membutuhkan kepastian tentang adanya penilaian yang realistis tentang situasi. Kepastian adalah suatu strategi untuk menghindari stress, menghindari kemungkinan krisis dan mengurangi ketidakpastian dalam kebutuhan keluarga, harapan telah konsisten diidentifikasi sebagai kebutuhan yang diprioritaskan. Harapan lebih banyak mencerminkan paham spiritual bahwa nasib tidak ditentukan sebelumnya dan respon emosional pasien dipengaruhi oleh perawatan yang diberikan. Jaminan pelayanan yang dibutuhkan keluarga meliputi : merasakan ada harapan tentang kesembuhan pasien, mengetahui bahwa semua tindakan yang dilaksanakan bertujuan mengurangi/menyembuhkan penyakit pasien, rumah sakit menyediakan makanan yang terbaik dan bermutu untuk pasien, ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan kepada pasien, ada jaminan perlindungan diri pasien (Nursalam, 2003).

The American College of Medicine Critical Care (ACCM) dan The Society of Medicine Critical Care (SMCC) merekomendasikan kebutuhan keluarga yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU meliputi kebutuhan untuk mengambil keputusan bersama, bukan keputusan sepihak oleh dokter, kebutuhan meningkatkan komunikasi dan menggunakan istilah-istilah yang keluarga bisa mengerti pada saat berkomunikasi, kebutuhan dukungan spiritual, mendorong dan menghargai do'a dan kepatuhan terhadap tradisi budaya yang membantu banyak pasien dan keluarga untuk mengatasi penyakit dan kematian, kebutuhan akan hadirnya keluarga pada saat resusitasi yang mungkin membantu keluarga untuk mengatasi stress akibat kematian orang yang di cintai, kebutuhan akan waktu kunjungan yang fleksibel, kebutuhan tersedianya ruangan menunggu untuk keluarga yang dekat dengan ruangan pasien, dan kebutuhan keluarga agar dilibatkan dalam proses perawatan paliatif (Barclay & Lie, 2007).

Menurut Henneman and Cardin kebutuhan anggota keluarga pasien kritis adalah kebutuhan akan informasi, kebutuhan untuk kepastian dan dukungan serta kebutuhan untuk berada di dekat pasien. Jenis informasi yang keluarga butuhkan dari perawat berhubungan dengan keadaan pasien secara umum. Keluarga ingin mendapat informasi tentang tanda-tanda vital (stabil vs tidak stabil), tingkat kenyamanan pasien, dan pola tidur. Keluarga tidak mengharapkan perawat untuk memberikan informasi tentang prognosis, diagnosis, atau rencana pengobatan (informasi ini mereka butuhkan dari dokter yang merawat pasien). Pernyataan ini juga berarti bahwa perawat tidak dapat dan tidak boleh memberikan jenis informasi ini. Kebutuhan untuk kepastian dan dukungan dimana keluarga perlu tahu bahwa salah satu orang yang mereka cintai sedang di rawat dengan cara terbaik dan bahwa segala sesuatu yang dapat dilakukan sedang dilakukan. Kebutuhan untuk meyakinkan dan memberi dukungan tidak berarti bahwa keluarga butuh harapan palsu untuk pemulihan yang tidak akan terjadi. Cara yang paling efektif untuk memberikan jaminan dan dukungan sering tak ada hubungannya dengan kata-kata yang diucapkan, melainkan ditunjukkan kepada keluarga dengan pelayanan lembut dan kepedulian setiap staf di ruang ICU. Kebutuhan untuk berada di dekat pasien yaitu berada di dekat orang yang mereka cintai yang sedang sakit. Mereka tidak hanya ingin memberikan dukungan dengan berada dekat dengan pasien, tetapi juga kehadiran fisik memungkinkan mereka untuk menyaksikan bagaimana anggota keluarga mereka sedang di rawat. Dengan memberikan waktu kunjungan yang fleksibel tidak hanya memungkinkan pasien dan keluarganya bersama namun juga memfasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien. Henneman et al mengatakan kebutuhan keluarga pasien yang keluarganya dalam perawatan kritis adalah kebutuhan akan informasi dan waktu kunjungan yang fleksibel. Informasi yang spesifik dan penting untuk keluarga pasien di identifikasi oleh Mirackle and Hovenkamp berupa kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk mengetahui fakta tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk mengetahui hasil suatu prosedur yang telah dilakukan sesegera mungkin, kebutuhan untuk mendapat informasi dari staf mengenai status pasien, kebutuhan untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat terjadi, kebutuhan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan untuk mendapat penjelasan atau keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi, kebutuhan untuk mengetahui tentang staf yang memberikan perawatan, kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang bagaimana suatu prosedur dilakukan ( Urden & Stacy, 2000 ). Dalam sebuah studi tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU ada beberapa hal penting yang dibutuhkan yaitu kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien, kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk menerima informasi tentang pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien mendapatkan kenyamanan. (Campbell, 2009)

Meskipun kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU tampak mudah, namun adalah kesalahan bila menganggap bahwa semua staf yang bekerja di unit ICU mengetahui dan mencoba memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka (Henneman and Cardin, 2002)

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31771/4/Chapter%20II.pdf2.5 Penelitian family focus centre

Freichels TA : Needs of family members of patient5 in the intensive care unit over time. Crit Care Nur Q 14(3):16-29, 1991

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kepentingan anggota keluarga yang ditempatkan pada kebutuhan utama bila mereka mempunyai hubungan dengan unit perawatan intensif. Empat puluh satu anggota keluarga mengisi Daftar Kebutuhan Keluarga Keperawatan Kritis (Critical Care Family Needs Inventory/CCFNI) selama dua kali interval : dalam 72 jam penerimaan di Unit Perawatan Kritis dan satu minggu setelah penerimaan. Anggota keluarga mengurutkan kebutuhan mereka dari yang paling penting sampai yang kurang penting.Hasilnya menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh kebutuhan terpenting diidentifikasi oleh keluarga dalam 72 jam pertama dihubungkan dengan penurunan ansietas . Urutan sepuluh kebutuhan yang kurang penting dihubungkan dengan dukungan keluarga dan kenyamanan. Identifikasi kebutuhan keluarga sebagai yang paling penting dan kurang penting satu minggu setelah penerimaan kurang lebih sama dengan periode waktu pertama. Pengukuran berhubungan dengan urutan tinggi pada jaminan dan informasi, sementara dukungan anggota keluarga dan kenyamanan tetap rendah. Kebutuhan dasar selama kedua periode tersebut adalah terjawabnya semua pertanyaan secara jujur. Diinformasikan kemajuan pasien dan diyakini bahwa pasien mendapatkan perawatan sebaik mungkin mempunyai urutan tinggi pada kedua periode waktu. Rekomendasi di dasarkan pada hasil penelitian meliputi penggunaan protokol pengkajian keluarga, kebijakan untuk kelonggaran waktu berkunjung, dan fokus yang terus menerus pada pemberian perawatan yang berorientasi pada keluaraga. Mental yang terampil dan pekerja sosial yang dengan sedikit belajar, dapat membantu intervensi keperawatan.

2.6 Peran keluarga dalam perawatan pasien kritis

Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif terbatas (Mundakir, 2006). Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa terpisah dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara aktual menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Maka keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu memberikan aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo, 1997)

2.7 Manfaat family focus centre dalam perawatan kritis a. Untuk menurunkan stress dan kecemasan keluarga pasien

b. Memberikan kenyamanan kepada keluarga pasien

c. Memenuhi kebutuhan keluarga pasien slama fase kritis

d. Membentuk komunikasi efektif terhadap keluarga selama fase kritis

2.8 Integrasikan family focus centre dengan rumah sakit/ruangan ICU1. Suatu hal yang penting dapat menerapkan filosofi pada pesan yang nyata bagi pasien , keluarga maupun staf yang lain .2. Deskripskikan keadaan dimana pasien dan keluarganya merasa tidak senang (menyatakan keluhannya) Pada keadaan ini staf harus waspada bahwa the units family focus, adalah kebijakan yang diterapkan dimana semua staf perlu dapat bertemu dengan keluarga pasien.

3. Bila perawat yang sedang melakukan perawatan (bedsides nurses) tidak memiliki kesempatan untuk memberikan pelayanan pada keluarga karena ia harus mengerjakan semua pekerjaaan nya untuk pelayanan pasien.

4. Maka cara yang paling efektif adalah melakukan pelatihan pada semua staf untuk mengetahui kebutuhan keluarga pasien termasuk petugas sekuriti, sekretaris, housekeepers, atau semua yang kontak dengan keluarga pasien secara langsung .

5. Strategi yang baik adalah mempunyai satndar pelayanan yang diterapkan secara konsisten , approach proaktif untuk bertemu dan mengetahui kebutuhan keluarga pasien a. CREATE TOOLS TO HELPBerbagai alat bantu (A variety of tools)

1. Information booklets (buku informasi untuk keluarga pasien dengan informasi yang jelas tentang siapa saja yang bertugas di unit itu untuk memberikan pelayanan )

2. Checklists ( lembaran garis besar keadaan khusus misalnya tentang kapan keluarga pasien boleh berbicara dengan pasien dan apa yang harus mereka kerjakan bila keluarga akan bertemu dengan petugas saat kunjungan, hal ini juga penting untuk petugas baru )

b. INFORMATION CHECKLISTFamily assessmentKunjungan pertama (Initial visit)1. Perkenalkan dengan segera siapa diri anda . Buat hubungan baik dengan keluarga pasien segera

2. Berikan segera informasi pada pasien dan keluarganya tentang kegiatan rutin yang akan dilakukan dalam pelayanan .

3. Berikan fotocopy atau booklet tentang informasi kepada keluarga pasien 4. Beritahukan pada mereka bahwa pelayanan di unit saudara adalah menerapkan family focused unit dan mereka diijinkan untuk menghubungi anda setiap diperlukan 5. Beritahukan bahwa anda akan selalu menghubungi keluarga untuk memberitahukan keadaan pasien bila diperlukan 6. Selalu ajukan pertanyaan pada keluarga sebelum anda meninggalkan mereka apaka masih ada informasi yg diperlukan c. Do not confuse family issues with security or confidentiality issues

Ingat bahwa orang terdepan (Front-line personnel) seperti tim sekuriti memiliki peran penting pada palayanan pasien kritis untuk mengetahui keluarga pasien sebelum dapat bertemu dengan petugas medisd. Be consistent with patients families

Suatu keadaan yang tidak konsisten terlalu dibebaskan , berhubungan dengan waktu kunjungan akan menyebabkan berbagai pertanyaan misalnya bagaimana tentang pengobatan dilakukan , bagaiman setiap perawat akan memebrikan pelayanannya dan mengatasi masalah yang timbul misalnya kalau pasien merasa sakit e. Family focused visiting hour policy

Waktu kunjungan dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan untuk meneui pasien, Tetapi tugas 24 jam akan dapat memberikan informasi setiap saat bila diperlukan tergantung dari ketentuan unit tsb

ICU dapat menerima pengunjung dalam 24 jam kecuali waktu pergantian shift / alih tugas dan laporan pergantian tugas sedang berlangsung .

Untuk menjamin kebijakan tsb maka perawat ahrus mengkoordinasikan waktu kunjungan dan tergantung kebutuhan pasien atau keluarga pasien .

Hal yang penting adalah perawat dapat membantu pasien dan menangani keluarganya pada saat terjadi keadaan kritis dari penyakitnya. Seluruh petugas di unit tsb (the unit base critical care committee), secara bersama baik perawat, dokter, kepala unit harus menjalankan ketentuan dengan standar pelayanan bagi pasien dan keluarga yang mengunjungi pasien saat itu .

(play an important role in ensuring that standard of care for patients and patients family are met).f. Recognize the need ongoing attention and support

Pada keadaan yang tidak diketahui sebelumnya oleh staf medis dan terjadi tiba-tiba yang menyebabkan perubahan situasi , maka diperlukan waktu untuk bertemu bagi semua satf unit tsb (staff meetings, conferences) untuk mendiskusikan kasus dan kemungkinan perubahan serta penyelesaian masalahnya

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan Families atau keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care patients) dalam kenyataannya memiliki stres emosional yang tinggi (high levels of emotional distress). Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan kualitas dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperluka oleh keluarga pasien (high priority needs for these families).

Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stres (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ruang emerjensi atau ICU. (just after the patients admission to the Emergency units or ICU).Untuk mengetahui kualitas klinis suatu pelayanan di ICU atau emerjensi menghadapi pasien dalam keadaan kritis / dengan ancaman kematian memerlukan suatu kerja keras dari setiap perawat yang bertugas (need the effort of qualified nurses) dan didukung oleh dokter yang memahami bahwa pelayanan yang dilakukan adalah cukup kompleks (the complex care problem.DAFTAR PUSTAKAHudak dan Galio.1997.Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 1 edisi VI.EGC.Jakarta

Kidd, Pamela.S.2010.Pedeoman Keperawatan Emergenci Ed.2.EGC.JakartaJournal USU.2014.Family Focus Center. repository. usu. Ac .id / bitstream /123456789/31771/4/Chapter%20II.pdf. diakses tanggal 10 Mei 2014. Pukul 12.00 wib

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Markulu. 2014. family-focused-medical-surgical-nursing. http:// mrkulu. blogspot. com/ 2014/01/family-focused-medical-surgical-nursing.html. Diakses tanggal 12 Mei 2014. Pukul : 20.00 wib

20