memahami perilaku prokrastinas

Upload: galih-h-ibrahim

Post on 23-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    1/7

    Salah satu persoalan yang dihadapiPerguruan Tinggi adalah jumlah lulusan yangtidak sebanding dengan jumlah mahasiswayang masuk. Padahal telah diketahui bahwainput mahasiswa yang masuk melalui jalurSPMB dan PMDK telah melalui sainganyang ketat. Dalam proses belajar, adamahasiswa yang cepat dan lambat. Tetapimengingat kapasitas mahasiswa yang rata-rata hampir sama, seharusnya mereka lulusdalam waktu yang kurang lebih sama. Salahsatu faktor yang menyebabkan minimnya

    jumlah lulusan adalah perilaku mahasiswadalam menunda-nunda pekerjaan yangterkait dengan akademik, yang hal tersebutberpengaruh terhadap performance tugasyang dihasilkan.

    Perilaku menunda-nunda pekerjaan yangterkait dengan akademik dalam psikologi

    diistilahkan prokrasitinasi akademik.Prokrastinasi akademik di kalanganmahasiswa sudah menjadi suatu kebiasaan.Beberapa contoh, pengerjaan tugas yangseharusnya bisa dikerjakan selama kuliah,baru dikerjakan menjelang dikumpulkan, ujianyang seharusnya dapat disiapkan denganbelajar sebelumnya, baru dilakukan ketikamendekati ujian. Menurut Clark & Hill, 1994(dalam Wolters, 2003) prokrastinasi akademiksering muncul pada pelajar dan mahasiswa.Hal ini memiliki efek negatif terhadap prosesbelajar dan prestasi. Selain itu, perilaku inidapat menyebabkan pengumpulan tugasyang terlambat, kecemasan menjelangujian, sikap menyerah pada mahasiswadan lebih jauh lagi berakibat terhadap hasilujian serta mempengaruhi aktivitas lainnyadalam lingkungan sekolah atau kampus (Lay

    MEMAHAMI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK BER-DASAR TINGKAT SELF REGULATION LEARNING

    (UNDERSTANDING ACADEMIC PROCRASTINATION BEHAVIOR BASED ONSELF-REGULATION LEARNING LEVEL)

    Endah MastutiUniversitas Airlangga

    Penelitian ini bertujuan memahami perilaku prokrastinasi (menunda pekerjaan) mahasiswa dari segi self regula-tion learning. Sampel penelitian terdiri dari 65 mahasiswa psikologi semester empat sampai delapan Universitas

    Airlangga Surabaya. Alat ukur yang digunakan adalah skala prokrastinasi akademik dan skala self regulation learn-ing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat self-regulation learning dan perilakuprokrastinasi akademik mahasiswa. Disimpulkan, meski memiliki tingkat pengaturan diri yang tinggi terhadap tugas-tugas perkuliahan, namun mahasiswa tidak terlepas dari perilaku prokrastinasi. Diduga, di kalangan mahasiswa

    perilaku ini sudah menjadi suatu trait . Akibatnya, betapa pun tingkat self regulation learning mereka, prokrastinasimasih terjadi. Hal ini sesuai pendapat Ferrari dkk. bahwa prokrastinasi merupakan suatu trait kepribadian. Sebagaitrait prokrastinasi tidak sekadar merupakan perilaku menunda, tetapi melibatkan aneka komponen perilaku mau-pun struktur mental lain yang saling terkait dan dapat diungkap baik secara langsung maupun tidak langsung.Kata kunci : prokrastinasi akademik, self regulation learning, trait

    This study aimed to understand procrastination behavior among university students from self-regulation learning perspective. The sample was 65 fourth to eighth semester psychology students in Airlangga University. An aca-demic procrastination scale and a self-regulation learning scale were used as measures of the study. The resultsshowed no signi cant relationship between self-regulation learning level and academic procrastination behavior ofstudents. It was concluded that while having a high level of self-regulation in completing academic assignments,the students are not free from procrastination behaviors. It was assumed that such behavior has become a kindof trait among university students. Consequently, no matter how high their self-regulation level is, procrastinationbehaviors still happen. This nding is in line with Ferrari et al.s suggestion that procrastination is a personality trait.

    As a trait, it is not merely a postponing behavior but also involves various behavioral components as well as othermental structures that are interrelated to each other and that may be uncovered both directly and indirectly.Key words : academic procrastination, self-regulation learning, trait.

    Himpunan Psikologi IndonesiaJurnal Psikologi Indonesia2009, Vol VI, No. 1, 55-61, ISSN. 0853-3098

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    2/7

    56

    & Schouwenburg dalam Wolters, 2003).Sementara itu, menurut Lay (dalam Wolters,2003) prokrastinasi memiliki hubungandengan berbagai aspek yang negatif sepertitingginya depresi dan kecemasan, sertarendahnya self esteem.

    Proses belajar mengajar di perguruantinggi memang banyak menuntut pengerjaantugas, yang satu mata kuliah bisa jadi lebihdari dua atau tiga tugas. Setiap tugas memangmenuntut pengerjaan agak lama, apalagi

    jenis tugas yang mengandung praktikum ataupenelitian di lapangan. Sehubungan denganhal tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapatmenyesuaikan, mengatur dan mengendalikandirinya terutama bila menghadapi tugas-tugassulit. Untuk memperoleh pengetahuan yangbertahan lama dan dapat diterapkan padawaktu yang dibutuhkan diperlukan suatukemampuan dan aktivitas untuk mengarahkanatau mengontrol proses perolehan tersebut.Kemampuan ini disebut self regulation .Pintrich & De Groot (1990) memberikanistilah self regulation dalam belajar denganself regulation learning , yaitu suatu kegiatanbelajar yang diatur oleh diri sendiri, dimanadidalamnya individu mengaktifkan pikiran,motivasi dan tingkah lakunya untuk

    mencapai tujuan belajarnya. PenelitianWolters (2003) menunjukkan bahwa perilakuprokrastinasi akademik memiliki hubungandengan aspek-aspek dalam self regulationlearning. Sementara itu, Lay (1992) maupunLay & Schouwenburg (1993) menemukanadanya hubungan antara prokrastinasi danpengukuran kontrol diri.

    Aspek lain yang terkait denganperilaku prokrastinasi akademik adalahtrait kepribadian. Menurut penelitian yang

    dilakukan Lee, Kelly, & Edwards (2006)ternyata aspek conscientiousness danneuroticism memiliki korelasi denganperilaku prokrastinasi. Individu dengan emosiyang tidak stabil memiliki kecenderunganmelakukan prokrastinasi. Sementara itu,individu yang memiliki trait coscientiousness yang rendah dengan ciri lemah dalam disiplindiri, kurang terfokus pada tujuan juga memilikikorelasi dengan perilaku prokrastinasi.

    Berdasarkan hal tersebut, sebenarnyaperilaku prokrastinasi di bidang akademikdapat dihindari jika individu memiliki tingkatself regulation learning yang tinggi. Untuk itu,

    peneliti ingin memahami perilaku prokrastinasimahasiswa dari segi self regulation learning .Benarkah faktor ini yang memegangperanan penting akan perilaku prokrastinasimahasiswa, sehingga penelitian mengenaihal ini perlu dilakukan.

    Prokrastinasi AkademikProkrastinasi atau procrastination

    dalam bahasa Inggris berasal dari katalatin. Awalan kata pro artinya bergerakmaju dan c rastinus artinya keputusan hariesok. Jika digabungkan prokastinasi berartimenangguhkan atau menunda sampai hariberikutnya. Pada kalangan ilmuwan istilahprokrastinasi digunakan untuk menunjukkansuatu kecenderungan menunda-nundapenyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.Seseorang yang mempunyai kecenderunganuntuk menunda, atau tidak segera.Prokrastinasi akademik dapat diartikansebagai suatu usaha untuk menyelesaikantugas-tugas akademik tetapi dalam kurunwaktu yang tidak sesuai dengan harapan(Senecal, Koestner, & Vallerand, 1995).Sementara Lay & Schouwenburg (1993)mengartikan prokrastinasi akademik sebagaipenundaan aktivitas yang sebenarnya

    tidak perlu, proses penyelesaian tugasdilakukan ketika ada ultimatum untukmenyelesaikan dan adanya perasaan tidaknyaman. Berdasarkan de nisi tersebut,dalam penelitian ini disimpulkan bahwa yangdimaksud dengan perilaku prokrastinasiakademik adalah perilaku menunda-nundaaktivitas atau pekerjaan yang terkait dengantugas akademik.

    Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

    Ferrari & Olivette (1994) mengatakanbahwa sebagai suatu perilaku penundaan,prokrastinasi akademik dapat termanifestasdalam indikator yang dapat diukur dan diamatidengan ciri-ciri tetentu berupa:1. Penundaan untuk memulai maupun

    menyelesaikan kerja pada tugas yangdihadapi. Seseorang yang melakukanprokrastinasi tahu bahwa tugas yangdihadapinya harus segera diselesaikandan berguna bagi dirinya, akan tetapi diamenunda untuk mulai mengerjakannyaatau menunda menyelesaikan sampaituntas saat dia sudah mulai mengerjakan

    ENDAH MASTUTI

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    3/7

    57

    sebelumnya.2. Keterlambatan mengerjakan tugas.

    Orang yang melakukan prokrastinasimemerlukan waktu yang lebih lamadaripada waktu yang dibutuhkan padaumumnya untuk mengerjakan suatu tugas.Seorang prokrastinator menghabiskanwaktu untuk mempersiapkan diri secaraberlebihan, maupun melakukan hal-halyang tidak dibutuhkan dalam penyelesaiansuatu tugas, tanpa memperhitungkanketerbatasan waktu yang dimilikinya.Kadang-kadang tindakan tersebutmengakibatkan seseorang tidak berhasilmenyelesaikan tugasnya secara memadai.Lambannya kerja seseorang dalammelakukan suatu tugas dapat menjadi ciriutama prokrastinasi akademik.

    3. Kesenjangan waktu antara rencana dankinerja aktual. Seorang prokrastinatormempunyai kesulitan untuk melakukansesuatu sesuai dengan batas waktuyang telah ditentukan sebelumnya.Seorang prokrastinator sering mengalamiketerlambatan dalam memenuhi tenggatwaktu yang telah ditentukan, baik olehorang lain maupun rencana-rencana yangtelah ia tentukan sendiri.

    4. Melakukan aktivitas lain yang lebihmenyenangkan daripada melakukantugas yang harus dikerjakan. Seorangprokrastinator dengan sengaja tidaksegera melakukan tugasnya, akan tetapimenggunakan waktu yang dia miliki untukmelakukan aktivitas lain yang dipandanglebih menyenangkan dan mendatangkanhiburan, seperti membaca, nonton,ngobrol, jalan, mendengarkan musik,dan sebagainya, sehingga menyita waktu

    yang dia miliki untuk mengerjakan tugasyang harus diselesaikan.

    Faktor-Faktor yang MempengaruhiProkrastinasi Akademik

    Faktor-faktor yang mempengaruhiprokrastinasi akademik dapat dikategorikanmenjadi dua macam, yaitu:1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor

    yang terdapat dalam diri individu yangmempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi sik atau kondisipsikologis individu.

    2. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor

    yang terdapat diluar individu yangmempengaruhi prokrastinasi adalahpengasuhan orang tua dan lingkunganyang kondusif. Menurut hasil penelitianFerrari dan Ollivete, pola pengasuhanotoriter ayah menyebabkan timbulnyakecenderungan prokrastinasi yang kronispada subyek penelitian anak wanita.

    Self Regulation Learning Self regulation berkaitan dengan bagai-

    mana individu mengaktualisasikan dirinyadengan menampilkan serangkaian tindakanyang ditujukan pada pencapaian target.Menurut Zimmerman self regulation berkaitandengan bagaimana seseorang menampilkanserangkaian tindakan yang ditujukan untukpencapaian target dengan melakukanperencanaan terarah (Boekaerst, Pintrich, &Zeidner, 2000). Pintrich & De Groot (1990)memberikan istilah self regulation learning ,yaitu suatu kegiatan belajar yang diatur olehdiri sendiri, dimana individu mengaktifkanpikiran, motivasi dan tingkah lakunya untukmencapai tujuan belajarnya.

    Konsep self regulation learningdikemukakan pertama kali oleh Banduradalam teori belajar sosial. Menurut Bandura

    (1986) individu memiliki kemampuanuntuk mengontrol cara belajarnya denganmengembangkan langkah-langkah mengob-servasi diri, menilai diri dan memberikanrespon bagi dirinya sendiri. Sementara ituMarkus & Wurf (1987) mende nisikan selfregulation learning sebagai cara-cara yangdigunakan oleh individu untuk mengontroldan mengarahkan tindakannya sendiri.Sedangkan Zimmerman (1990) menjelaskanself regulation learning sebagai pengetahuan

    potensial yang dimiliki individu untukmeningkatkan persepsi akademik, merancangstrategi belajar, menentukan langkah-langkahyang dapat dilakukan untuk mencapai tujuanbelajar, serta mengevaluasi kekurangan dankeberhasilan yang diperoleh.

    Strategi Self Regulation Learning Pada proses self regulation learning

    terdapat tiga hal yang saling berpengaruhsecara timbal balik ( reciprocal ) yaitu personal,lingkungan dan tingkah laku. Bandura (1986)menyatakan bahwa walaupun ketiga haltersebut berhubungan secara timbal balik,

    ENDAH MASTUTI

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    4/7

    58

    bukan berarti selalu berpengaruh dengan polayang sama atau dengan kata lain tidak selalupengaruh dua arah tersebut bersifat simetris.Strategi self regulation learning merupakantindakan dan proses yang diarahkan untukmenguasai informasi atau ketrampilan yang

    meliputi cara, tujuan dan persepsi siswayang bersifat instrumental. Strategi-strategitersebut memanfaatkan metode-metodeseperti mengatur dan mengubah informasi,pengulangan informasi serta penggunaanbantuan memori.

    Aspek-aspek self regulation learning menurut Zimmerman & Martinez-Pons (1988)adalah sebagai berikut:1. Strategi pengorganisasian dan trasformasi

    informasi, yaitu usaha siswa untukmenjadikan materi yang dipelajari mudahdipahami.

    2. Strategi mengingat informasi, yaitu usahasiswa mengingat materi yang dipelajari

    3. Menentukan tujuan belajar yang akandicapai dan perencanaan belajar, yaitubagaimana siswa merencanakan programbelajarnya yang disesuaikan dengantujuan belajar

    4. Evaluasi diri, yaitu usaha siswa untukmengevaluasi perkembangan hasilbelajar yang diperoleh

    5. Konsekuensi, yaitu usaha siswa untukmenentukan sendiri konsekuensi apayang akan didapat bila ia berhasil ataugagal dalam mencapai tujuan belajaryang direncanakan.

    6. Pencatatan, yaitu usaha siswa untukmencatat hal-hal yang penting dari suatuusaha materi ataupun hasil belajar yangtelah dicapai

    7. Mengatur lingkungan, yaitu usaha siswauntuk menjadikan lingkungan belajar

    yang dirasakan nyaman atau mendukungproses belajarnya

    8. Mencari informasi yang diterima, baikberasal dari leteratur ataupun dari guru,teman atau orang lain yang memilikikemampuan guna memperjelaspemahamannya

    9. Melihat kembali catatan atau literatur guna

    mempersiapkan diri sebelum menerimainformasi baru atau ketika akan mengikutiujian.Penelitian sebelumnya seperti yang

    dilakukan oleh Wolters (2003) menunjukkanbahwa perilaku prokrastinasi akademikmemiliki hubungan dengan aspek-aspekself regulation learning. Di sini jelas bahwavariabel tersebut dapat dijadikan prediktoruntuk menentukan tingkat prokrastinasiakademik mahasiswa. Hal ini perlu ditelitimengingat efek negatif prokrastinasi, yaitu

    jika dibiarkan akan bisa mempengaruhi hasilbelajar mahasiswa secara keseluruhan. Halini dibenarkan oleh pendapat Ferrari (dalamRizvi, 1998) bahwa prokrastinasi akademikbanyak berakibat negatif, dengan melakukanpenundaan, banyak waktu yang terbuangdengan sia-sia. Tugas-tugas menjaditerbengkalai, bahkan bila diselesaikanhasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan

    juga bisa mengakibatkan seseorangkehilangan kesempatan dan peluang yangdatang. Hal ini juga berakibat performancetugas yang dihasilkan kurang maksimal.Pengaruh self-regulation learning terhadapperilaku prokrastinasi akademik tersebutdapat dilukiskan dalam sebuah kerangkakonseptual seperti dipaparkan dalam Gambar1.

    Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitiansebagai berikut: Ada pengaruh antara tingkatself regulation learning dengan perilaku

    prokastinasi akademik.Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui

    Self RegulationLearning

    Prokrastinasi Akademik yang negatif terhadap prosesbelajar, prestasi & kelulusan

    efek

    Gambar 1 . Kerangka konseptual pengaruh self regulation learning terhadap perilakuprokrastinasi akademik

    ENDAH MASTUTI

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    5/7

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    6/7

    60

    adanya korelasi antar variabel sebelumdilakukan analisis regresi. Jadi, mengingathasil uji korelasi yang tidak signi kan, makaanalisis selanjutnya tidak dapat dilakukan.Disini yang dapat disimpulkan adalah tidakada hubungan antara tingkat self regulationlearning dengan perilaku prokrastinasiakademik mahasiswa.

    Berdasarkan analisis data menunjukkanbahwa faktor self-regulation learning tidakmemiliki hubungan terhadap perilakuprokrastinasi akademik mahasiswa. Hal inidapat dianalisis bahwa meski mahasiswamemiliki tingkat pengaturan diri yang tinggiterhadap tugas-tugas perkuliahan, namunmereka tidak terlepas dari perilaku menundapekerjaan (prokrastinasi). Hasil ini memangbertentangan dengan penelitian sebelumnyayang dilakukan oleh Wolters (2003) yangmembuktikan bahwa aspek-aspek dari selfregulation learning dapat memprediksi levelprokrastinasi mahasiswa. Perbedaan ini,menurut peneliti ada berbagai penyebab yaitu,pertama perbedaan teori yang dipakai padavariabel self regulation learning sehinggaalat ukur yang dipakaipun berbeda. Hal inimemungkinkan adanya perbedaan hasilpenelitian tersebut. Pada penelitian Wolters

    (2003) aspek self regulation learning yangdigunakan adalah menekankan pada faktormotivasi dan faktor kognitif, dimana masing-masing faktor dirinci secara detil. Penyebabkedua, menurut peneliti karena perilakuprokrastinasi di kalangan mahasiswa sudahmenjadi suatu trait sehingga bagaimanapunlevel self regulation learning seseorang, sifatini masih ditemui di setiap mahasiswa. Halini sesuai dengan pengertian prokrastinasimenurut Ferrari dkk, (dalam Wulan, 2000)

    yang berpendapat bahwa prokrastinasisebagai suatu trait kepribadian, dalampengertian ini prokrastinasi tidak hanyasebuah perilaku penundaan saja, akan tetapiprokrastinasi merupakan suatu trait yangmelibatkan komponen-komponen perilakumaupun struktur mental lain yang salingterkait yang dapat diketahui secara langsungmaupun tidak langsung (Gufron, 2003).Hal ini didukung dengan penelitian yangdihasilkan peneliti (2006), bahwa dari limatrait kepribadian berdasarkan kepribadianbig ve yaitu trait openness to experience,conscienstiousness, extraversion, agree-

    ableeness, neuroticism secara bersama-samamemiliki pengaruh terhadap prokrastinasiakademik mahasiswa. Namun setelahdianalisis lebih lanjut ternyata dari lima traittersebut, yang memiliki pengaruh signi kanhanya tiga yaitu trait openness to experience,conscienstiousness, extra-version.

    Ditinjau dari faktor yang mempengaruhiperilaku prokrasinasi, faktor self regulationlearning ini termasuk dalam faktor internal. Jadidisini jelas masih ada faktor-faktor eksternalyang mempengaruhi perilaku prokrastinasiseseorang antara lain berupa pengasuhanorang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitulingkungan yang mendukung motivasi belajaranak. Pada gaya pengasuhan orangtuamenurut hasil penelitian Ferrari & Olivette(1994), menemukan bahwa pola pengasuhanotoriter ayah menyebabkan munculnyakecenderungan perilaku prokrastinasi yangkronis pada subyek penelitian anak wanita,sedangkan pola pengasuhan otoritatif(demokratis) ayah menghasilan anak wanitayang bukan prokrastinator. Ibu yang memilikikecenderungan melakukan avoidance

    procrastination menghasilkan anak wanitayang memiliki kecenderungan untukmelakukan avoidance procrastination pula.

    Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasiakademik lebih banyak dilakukan padalingkungan yang rendah dalam pengawasandaripada lingkungan yang penuh pengawasan(Millgram, dkk., dalam Rizvi, 1998). Tingkatsekolah, juga apakah sekolah terletak di desaataupun di kota tidak mempengaruhi perilakuprokrastinasi seseorang (Page, 2002).

    Kesimpulan dan SaranBerdasarkan hasil analisis secara

    keseluruhan, dapat disimpulkan dalampenelitian ini bahwa tidak ada hubungan antaratingkat self-regulation learning terhadapperilaku prokrastinasi akademik mahasiswa.Hal ini dapat dianalisis bahwa meskimahasiswa memiliki tingkat pengaturan diriyang tinggi terhadap tugas-tugas perkuliahan,namun mereka tidak terlepas dari perilakumenunda pekerjaan (prokrastinasi). Jadidisini tingkat self-regulation learning bukanhal yang menentukan perilaku prokrastinasimahasiswa. Masih terdapat faktor eksternalyang mempengaruhi perilaku prokrastinasiseseorang antara lain berupa pengasuhan

    ENDAH MASTUTI

  • 7/24/2019 memahami perilaku prokrastinas

    7/7

    61

    orang tua dan lingkungan yang kondusif.Berdasarkan kesimpulan di atas dapat

    diajukan sejumlah saran sebagai diuariakandi bawab ini.1. Saran yang terkait dengan pelaksanaan

    penelitian, dapat disarankan untuk lebihmemperbesar sampel agar hasilnya lebihrepresentatif .

    2. Mengingat perilaku prokrastinasiakademik sudah menjadi suatu trait padamahasiswa, maka perlu adanya perhatianlebih intens agar tidak menyebabkan efeknegatif lebih lanjut dan mampengaruhiproses belajar mahasiswa di perkuliahan.

    3. Perlunya mengendalikan perilaku prokras-tinasi dari faktor eksternal, mengingathasil dalam penelitian ini yang notabenefaktor internal memiliki pengaruh yangkurang kuat.

    Daftar PustakaBandura, A. (1986). Social foundation of

    thought and action. A social cognitive the-ory. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

    Boekaerst, M., Pintrich, P.R., & Zeidner, M.(Eds.).(2000). Handbook of self-regula-tion. London: Academic Press.

    Ferrari, J.R., & Olivette, M.J. (1994). Parentalauthority and the development of femaledysfunctional procrastination. Journal ofResearch in Personality, 28, 87-91.

    Goleman, D. (2003). Kecerdasan emosi un-tuk mencapai puncak prestasi . Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

    Gufron, M. Nur (2003). Hubungan kontrol diridan persepsi remaja terhadap penerapandisiplin orang tua dengan prokrastinasi

    akademik.Tesis tidak dipublikasikan. Yo-

    gyakarta: Program Pasca Sarjana Univer-sitas Gajah Mada.

    Lay, C.H. (1992). Trait procrastination and theperception of person-task characteristics.Journal of Social Behavior and Personal-ity, 7, 483-494.

    Lay, C.H., & Schouwenburg, H.C. (1993).Trait procrastination, time management,and academic behavior. Journal of SocialBehavior and Personality, 84, 647-662.

    Lee, D., Kelly, K.R., & Edwards, J.K. (2006). A closer look at the relationships amongtrait procrastination, neuroticism, andconscientiousness. Personality and Indi-vidual Differences, 40, 27-37.

    Markus, H., & Wurf, E. (1987). The dynamicself-concept: A social psychological per-spective. Annual Review of Psyhology,38, 299-337.

    Page, S. (2002). Procrastination across vari-ables. Diunduh dari http://www.mwsc.edu/psychology/research/psy302/fall96/stephanie_page.html).

    Pintrich, P.R & De Groot, E.V. (1990). Mo-tivational and self regulated learning

    components of classroom academic per-ormance. Journal of Educational Psycho-logy , 82 (1), 33-40.

    Rizvi, A. (1998). Pusat kendali dan e kasi dirisebagai prediktor terhadap prokrastinasiakademik mahasiswa. Skripsi tidak diter-bitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi,Universitas Gadjah Mada.

    Senecal, C., Koestner, R., & Vallerand, R.J.(1995). Self-regulation and academic pro-crastination. Journal of Social Psychol-ogy, 135 (1), 6070619.

    Wolters, C. A. (2003). Understanding pro-crastination from a self-regulated learningperspective. Journal of Educational Psy-chology, 95 , 179-187.

    Wulan, R. (2000). Hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dengan prokras-tinasi akademik . Skripsi tidak diterbitkan.Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universi-tas Gadjah Mada.

    Zimmerman, B.J. (1990). Self-regulating ac-ademic learning and achievement: Theemergence of a social cognitive perspec-tive. Educational Psychology Review,2 (2), 173-201.

    Zimmerman, B.J., & Martinez-Pons, M.(1988). Construct validation of a strategymodel of student self-regulated learning.Journal of Educational Psychology, 80 (3),284-290.

    ENDAH MASTUTI

    e-mail: [email protected]