analisa lemak (kel ii lovita phrigiani (m0312039) dan zahratun nur (m0312086)

Upload: lovita-phrygian

Post on 19-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    1/25

    MAKALAH KIMIA PANGAN

    ANALISIS LEMAK

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK II

    LOVITA PHRIGIANI M0312039

    ZAHRATUN NUR M0312085

    Jurusan Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret

    2015

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    2/25

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan makalah Kimia Pangan yang bertemakan Analisis Lemak. Danjuga kami berterima kasih pada Ibu Triana Kusumaningsih M.Si selaku Dosen

    mata kuliah Kimia Pangan FMIPA Universitas Sebelas Maret yang telah

    memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat

    berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai

    pengertian, prinsip dari analisa lemak.

    Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang

    membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

    sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila

    terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

    saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Penulis menyadari bahwa

    karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis

    mengharapkan adanya kritik serta saran yang dapat memperbaiki karya tulis ini di

    kemudian hari. Penulis berharap agar karya tulis ini bias bermanfaat bagi

    masyarakat dan tidak hanya menjadi gagasan tapi menjadi solusi yang dapatdiimplementasikan.

    Surakarta, 14 Juni 2015

    Penulis

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    3/25

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................iv

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

    D. Tujuan .......................................................................................................... 2

    E. Manfaat ........................................................................................................ 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3

    A. Pengertian lemak ......................................................................................... 3

    B. Golongan lemak........................................................................................... 3

    C. Lemak bedasarkan kejenuhannya ................................................................ 5

    BAB III PEMBAHASAN.................................................................................... 7

    A. Analisa lemak .............................................................................................. 7

    B. Aplikasi ....................................................................................................... 17

    BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    4/25

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh ..................................................... 6

    Tabel 2. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh ................................................ 6

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    5/25

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Semi-Continuous Solvent Extraction .................................................... 9

    Gambar 2. Continuous Solvent Extraction ............................................................. 10

    Gambar 3. Metode Babcock .................................................................................... 11

    Gambar 4. Metode gerber ....................................................................................... 12

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    6/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.LATAR BELAKANG

    Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan

    penting dalam diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber

    utama energi dan mengandung lemak esensial. Namun konsumsi lemak

    berlebihan dapat merugikan kesehatan, misalnya kolesterol dan lemak jenuh.

    Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang

    menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa danpenampilan. Karena itu sulit untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah

    lemak (low fat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik

    menjadi hilang. Lemak juga merupakan target untuk oksidasi, yang menyebabkan

    pembentukan rasa tak enak dan produk menjadi berbahaya.

    Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 1) lemak

    yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya

    mentega dan margarin, 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau

    dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan

    misalnya minyak goreng, shortening dan lemak babi. Di samping itu minyak

    memegang peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagaimana

    diketahui, lemak memberikan energi pada tubuh sebanyak 9 kalori tiap gram

    lemak. Pangujian asam lemak bebas dalam minyak dilakukan untuk mengetahui

    tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut. Produksi asam lemak bebas

    disebabkan oleh enzim dan kegiatan proses metabolisme yang cukup tinggi,

    sehingga menghasilkan asam lemak bebas (Ketaren, 1986).

    B. RUMUSAN MASALAH

    1.

    Apa pengertian dari lemak

    2. Apa saja macam-macam analisa lemak ?

    C.

    TUJUAN

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    7/25

    1. Mengetahui pengertian dari lemak

    2. Mengetahui macam-macam analisa lemak.

    D.

    MANFAAT

    1. Dapat menjelaskan pengertian dari lemak

    2.

    Dapat Mengetahui berbagai macam cara untuk analisa lemak.

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    8/25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.

    PENGERTIAN LEMAK

    Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,

    yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi

    larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),

    Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat

    larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai

    polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. Bahan-bahan dan senyawa kimia akan

    mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat terlarut . Tetapipolaritas bahan dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam

    lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih

    polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air.

    Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan

    menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak

    terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar. Lemak

    merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti triester dari

    gliserol . Jadi lemak juga merupakan senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak

    adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam

    lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang

    (Netti & Hendra, 2010)

    B.

    GOLONGAN LEMAK

    1. Lipida Sederhana

    Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak

    dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah

    kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin, sephalin,

    fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan bebas atau

    terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam

    lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor

    produk. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan

    ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    9/25

    buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan sayur-sayuran.

    Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak

    terdapat dalam jaringan adipose dan sumsum tulang. Secara kimia yang diartikan

    dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak. Berdasarkan

    bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi ester dari

    satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini

    sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun lemak

    itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak

    tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada umumnya

    trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika

    dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1

    molekul gliserol. Reaksi hidrolisis trigliserida dapat digambarkan sebagai berikut:

    Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak jenuh akan

    berwujud padat pada suhu kamar. Kebanyakan lemak binatang tersusun atas asam

    lemak jenuh sehingga berupa zat padat. Lemak yang sebagian besar tersusun dari

    gliserida asam lemak tidak jenuh berupa zat cair pada suhu kamar, contohnya

    adalah minyak tumbuhan. Lemak jika dikenakan pada jari akan terasa licin.

    2. Lipida Majemuk

    Lipida majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam lemak dan

    zat lain. Secara umum lipida komplekss dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipida

    dan glikolipida. Fosfolipida adalah suatu lipida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan

    asam lemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang termasuk

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    10/25

    dalam golongan ini adalah lesitin dan sephalin. Glikolipida adalah suatu lipida kompleks

    yang mengandung karbohidrat. Salah satu contoh senyawa yang termasuk dalam

    golongan ini adalah serebrosida.Serebrosida terutama terbentuk dalam jaringan otak,

    senyawa ini merupakan penyusun kurang lebih 7 % berat kering otak, dan pada

    syaraf.

    3. Sterol

    Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan

    dari lemak setelah penyabunan. Oleh karena sterol tidak tersabunkan maka

    senyawa ini terdapat dalam residu. Lebih dari 30 jenis sterol telah dijumpai di

    alam, terdapat pada jaringan binatang dan tumbuhan, ragi, jamur, tetapi jarang

    ditemukan dalam bakteri. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri

    dari kolesterol dan fitostrerol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam lemak

    hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati.

    Kolesterol merupakan penyusun utama batu empedu. Kolesterol berfungsi

    membantu absorbsi asam lemak dari usus kecil, juga merupakan prazat

    (precursor) bagi pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D

    (Harper, 1979).

    C. LEMAK BEDASARKAN KEJENUHANNYA

    1. Asam lemak jenuh

    Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan

    tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai

    zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls

    tinggi, sehingga biasanya berwujud padat.

    Tabel 1. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh, antara lain :

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    11/25

    Nama Asam Struktur Sumber

    Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak Susu

    Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak Hewani dan

    Nabati

    Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak Hewani danNabati

    2.

    Asam lemak tak jenuh

    Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu

    ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari

    satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini

    disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung

    berbentuk minyak (Netti & Hendra, 2010).

    Tabel 2. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh, antara lain:

    Nama Asam Struktur Sumber

    Palmitoleat CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H Lemak

    Hewani dan

    Nabati

    Oleat CH3(CH2)

    7CH=CH(CH

    2)

    7CO

    2H Lemak

    Hewani dan

    Nabati

    Linoleat CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H Minyak

    nabati

    linolenat CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH

    (CH2) 7CO2H

    Minyak biji

    rami

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    12/25

    BAB III

    PEMBAHASAN

    ANALISIS LEMAK

    A.

    Uji Kuantitatif Lemak & Minyak

    1. Metode Ekstraksi Solvent

    Fakta bahwa lemak larut dalam air, tapi tidak larut dalam air,

    membuat pemisahan lemak dari komponen makanan lain yang larut air

    seperti protein, karbohidrat dan mineral, menjadi mudah. Teknik ekstraksi

    solven merupakan metode yang paling sering digunakan untuk isolasi lemak

    dan menentukan kandungan lemak dalam makanan.

    Preparasi Sampel

    Preparasi sampel untuk ektraksi solven biasanya meliputi beberapa tahap:

    Pengeringan sampel

    Sampel perlu dikeringkan sebelum ekstraksi solven, karena beberapa

    pelarut organik tidak bisa berpenetrasi dengan baik bila ada air dalamsampel makanan, sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien.

    Pengecilan ukuran partikel

    Sampel kering biasanya perlu dihaluskan sebelum ekstraksi solven untuk

    menghasilkan sampel yang homogen dan meningkatkan luas permukaan

    lemak. Penghalusan sering dilakukan pada suhu rendah untuk mengurangi

    oksidasi lemak.

    Hidrolisis asam

    Beberapa jenis makanan mengandung lemak yang membentuk kompleks

    dengan protein (lipoprotein) atau polisakarida (glikolipid). Untuk

    menentukan kadar senyawa ini, perlu dilakukan pemutusan ikatan antara

    lemak dan komponen non-lemak sebelum ekstraksi solven. Hidrolisis

    asam umumnya dilakukan untuk melepaskan lemak terikat sehingga lebih

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    13/25

    mudah terekstraks, misalnya dengan mendigesti sampel selama 1 jam

    dengan HCl 3N.

    Pemilihan solvenSolven ideal untuk ekstraksi lemak harus mampu secara sempurna

    mengesktraksi semua komponen lemak dari makanan, dan meninggalkan

    komponen selain lemak. Efisiensi solven tergantung polaritas lemak yang

    ada. Lemak polar (seperti glikolipid atau fosfolipid) lebih mudah larut

    dalam solven yang lebih polar (alkohol) dari pada dalam solven non-polar

    (seperti heksan). Sebaliknya lemak nonpolar (seperti triasilgliserol) lebih

    mudah larut dalam solven non-polar dibanding dalam solven polar. Fakta

    bahwa lemak yang berbeda mempunyai polaritas yang berbeda

    menyebabkan tidak mungkin menggunakan pelarut organik tunggal untuk

    mengesktraksi semuanya. Sehingga penentuan kandungan lemak total

    menggunakan ekstraksi solven tergantung pada pelarut organik yang

    digunakan untuk ekstraksi. Selain pertimbangan di atas, solven juga harus

    murah, mempunyai titik didih rendah (sehingga mudah dipisahkan dengan

    evaporasi), non-toksik dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang biasa

    digunakan untuk penentuan kadar lemak total dalam makanan adalah etil

    eter, petroleum eter, pentan dan heksan.

    Macam-macam Ekstraksi Solven :

    a. Batch Solvent Extraction

    Metode ini dilakukan dengan mencampur sampel dan solven dalam

    wadah yang sesuai (misalnya corong pisah). Wadah dikocok kuat, solven

    organik dan fase air dipisahkan (oleh gravitasi atau dengan sentrifugasi).

    Fase air dihilangkan, dan konsentrasi lemak ditentukan dengan

    menguapkan solven dan mengukur massa lemak yang tersisa.

    % lemak = 100 x (berat lemak / berat sampel)

    Prosedur ini harus diulang beberapa kali untuk meningkatkan efisiensi

    proses ekstraksi. Fase air diekstraksi kembali dengan solven baru,

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    14/25

    kemudian semua fraksi solven dikumpulkan dan kadar lemak ditentukan

    dengan penimbangan setelah solven diuapkan.

    b.

    Semi-Continuous Solvent ExtractionAlat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah

    soxhlet, dimana efisiensi ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch

    Solvent Extraction. Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam

    thimble berpori. Thimblediletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan

    dengan kondensor. Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap,

    terkondensasi dan masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan

    mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu karena perbedaan titik

    didih. Pada akhir ekstraksi, solven diupakan dan massa lemak yang tersisa

    ditimbang.

    Gambar 1. Semi-Continuous Solvent Extraction

    c. Continuous Solvent Extraction

    Metode Goldfish merupakan metode yang mirip dengan metode

    Soxhlet kecuali labu ekstraksinya dirancang sehingga solven hanya

    melewati sampel, bukan merendam sampel. Hal ini mengurangi waktu

    yang dibutuhkan untuk ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    15/25

    saluran solven dimana solven akan melewati jalur tertentu dalam sampel

    sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien. Masalah ini tidak terjadi pada

    metode Soxhlet, karena sampel terendam dalam solven.

    Gambar 2. Continuous Solvent Extraction

    d. Accelerated Solvent Extraction

    Efisiensi ekstraksi solven dapat ditingkatkan dengan melakukannya

    pada suhu dan tekanan tinggi. Efektivitas solven untuk ekstraksi lemak

    dari sampel makanan meningkat dengan peningkatan temperatur, namun

    tekanan juga harus ditingkatkan untuk menjaga solven tetap dalam

    keadaan cair. Hal ini akan mengurangi jumlah pelarut yang dibutuhkan

    sehingga menguntungan dari sisi lingkungan. Sudah tersedia instrumen

    untuk ekstraksi lemak pada suhu dan tekanan tinggi.

    e. Supercritical Fluid Extraction

    Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan

    CO2 superkritik sebagi pelarut, yang sangat ramah lingkungan karenatidak menggunakan pelarut organik. Bila CO2 ditekan dan dipanaskan di

    atas temperatur kritis tertentu, akan menjadi cairan superkritik, yang

    mempunyai karakteristik gas maupun cairan. Karena CO2 berbentuk gas

    maka mudah berpenetrasi ke dalam sampel dan mengekstraksi lemak, dan

    karena juga berbentuk cair maka CO2 dapat melarutkan sejumlah besar

    lemak (terutama pada tekanan tinggi).

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    16/25

    Prinsip dari alat ini adalah, sampel makanan dipanaskan dalam

    bejana bertekanan tinggi kemudian dicampur dengan cairan CO2

    superkritik. CO2 mengekstraksi lemak dan membentuk lapisan solven

    terpisah dari komponen air. Tekanan dan suhu solven kemudian

    diturunkan menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga menyisakan

    fraksi lemak. Kandungan lemak dalam makanan dihitung dengan

    menimbang lemak yang terekstraksi, dibandingkan dengan berat sampel.

    2.

    Metode Ekstraksi Cair Non-solvent

    Sejumlah ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organik untuk

    memisahkan lemak dari bahan lain dalam makanan, contohnya dengan metode

    Babcock, Gerber dan Deterjen, yang sering digunakan untuk menentukan

    kadar lemak dalam susu dan produk olahan (dairy product).

    a. Metode Babcock

    Sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke dalam botol

    Babcock. Asam sulfat dicampur dengan susu, yang akan mendigesti

    protein, menghasilkan panas dan merusak lapisan yang mengelilingindroplet lemak, sehingga melepaskan lemak. Sampel kemudian disentrifuse

    saat masih panas (55-60oC) yang akan menyebabkan lemak cair naik ke

    leher botol. Leher botol telah diberi skala yang menunjukkan persen

    lemak. Metode ini membutuhkan waktu 45 menit, dengan presisi hingga

    0,1%. Metode ini tidak menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena

    berada di fase air atau di antara fase lemak dan air.

    Gambar 3. Metode Babcock

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    17/25

    b. Metode Gerber

    Metode ini mirip dengan metode Babcock, tapi menggunakan asam

    sulfat dan isoamil alkohol, dengan bentuk botol yang sedikit berbeda.

    Metode ini lebih cepat dan sederhana dibanding metode Babcock.

    Isoamil alkohol digunakan untuk mencegah pengarangan gula karena

    panas dan asam sulfat, yang pada metode Babcock menyebabkan sulitnya

    pembacaan skala. Sama seperti metode Babcock, metode ini tidak

    menentukan posfolipid.

    Gambar 4. Metode gerber

    f. Metode deterjen

    Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol

    Babcock. Surfaktan akan menggantikan membran yang menyelubungi

    droplet emulsi dalam sampel susu, menyebabkan lemak terpisah. Sampel

    disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher botol sehingga kadar

    bisa ditentukan.

    3. Metode Instrumentasi

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    18/25

    Ada banyak metode instrumen tersedia untuk penentuan kadar lemak

    total dalam makanan. Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini

    dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu :

    (i) penentuan sifat fisik

    (ii)

    pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik

    (iii) pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombang

    elektromagnetik.

    Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, serta

    kelompok sampel makanan yang memungkinkan untuk diuji.

    B. Uji Kualitas Lemak & Minyak

    1.

    Penentuan bilangan Iodium

    Bilangan iodium merupakan ukuran derajat ketidakjenuhan,

    menunjukkan jumlah ikatan rangkap C=C dalam sejumlah lemak atau

    minyak. Bilangan iodium dinyatakan sebagai gram iodium yang diserap per

    100 g sampel. Semakin tinggi derajat ketidakjenuhan, semakin banyak iodium

    terserap dan semakin tinggi nilai bilangan iodium.

    Prosedur :

    Sejumlah lemak atau minyak yang sudah dilarutkan dalam solven,

    direaksikan dengan sejumlah iodium (bisa digunakan I2, ICl atau IBr). Adisi

    halogen pada ikatan rangkap terjadi sesuai persamaan [3]. Kalau digunakan

    ICl atau IBr, larutan KI ditambahkan untuk mereduksi sisa ICl menjadi iodium

    (I2) bebas (persamaan [4]). Iodium yang terlepas dititrasi dengan Natrium

    tiosulfat standar menggunakan indikator amylum (persamaan [5]), dan

    bilangan iodium dihitung dengan persamaan [6]

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    19/25

    nilai Iodium = g iodium yang terserap per 100 g sampel

    S = volume titran sampel (mL)B = volume titran blanko (mL)

    N = normalitas Na2S2O3(mol/1000 mL)

    126,9 = Mr iodium (g/mol)

    W = massa sampel (g)

    2. Penentuan bilangan penyabunan

    Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan

    asam lemak dengan adanya alkali (persamaan 8).

    Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang diperlukan

    untuk menyabunkan sejumlah lemak atau minyak, dinyatakan sebagai

    miligram KOH yang dibutuhan untuk menyabunkan 1 gram sampel.

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    20/25

    Bilangan penyabunan merupakan indeks rata-rata berat molekul

    triasilgliserol dalam sampel. Semakin kecil bilangan saponifikasi, semakin

    panjang rata-rata rantai asam lemak.

    Prosedur :

    Larutan alkoholik kalium hidroksida berlebih ditambahkan ke dalam

    sampel dan larutan dipanaskan untuk menyabunkan lemak. KOH yang

    tidak bereaksi dititrasi dengan HCl standar menggunakan indikator fenol

    ftalein, dan bilangan penyabunan dihitung dengan persamaan [9].

    Nilai saponifikasi = mg KOH per g sampel

    B = volume titran blanko (mL)

    S = volume titran sampel (mL)

    N = normalitas HCl (mmol/mL)

    56,1 = massa relatif KOH (mg/mmol)

    W = massa sampel (g)

    3. Penentuan bilangan asam

    Pengukuran keasaman suatu lemak menunjukkan jumlah asam lemak

    yang dihidrolisis dari triasilgliserol [pers 11]. Asam lemak adalah persentase

    bobot dari asam lemak tertentu (misalkan persen asam oleat).

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    21/25

    Bilangan asam didefinisikan sebagai mg KOH yang diperlukan

    untuk menetralkan asam lemak yang ada di 1 g lemak atau minyak.

    Bilangan asam sering digunakan sebagai indikator kualitas untuk minyak

    goreng, dengan nilai batas adalah 2 mg KOH/ g minyak.

    Prosedur :

    Pada sampel lemak cair, ditambahkan etanol 95% netral dan

    indikator pp. Sampel kemudian dititrasi dengan NaOH dan persen asam

    lemak bebas dihitung dengan persamaan [13].

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    22/25

    4. Penentuan bilangan peroksida

    Bilangan peroksida didefinisikan sebagai miliequivalen (mEq)

    peroksida per kg sampel. Bilangan peroksida ditentukan dengan titrasi redoks.

    Diasumsikan bahwa senyawa yang bereaksi di bawah kondisi uji adalah

    peroksida atau produk sejenis dari oksidasi lipid.

    Prosedur :

    Lemak atau sampel minyak dilarutkan dalam asam asetat glasial-

    isooktan (3:2). Dengan penambahan kalium iodida berlebih (yang akan

    bereaksi dengan peroksida), akan diproduksi iodium [persamaan 14]. Larutankemudian dititrasi dengan larutan Na thiosulfat standar dengan indikator

    amilum. Bilangan peroksida dihitung dengan persamaan [15].

    Peroxide value = mEq peroxide/kg dari sampel

    S = volume titran sampel (mL)

    B = volume titran blanko (mL)

    N = normalitas larutan Na2S2O3(mEq/mL)

    1000 = satuan konversi (g/kg)

    W = massa sampel (g)

    APLIKASI DALAM MAKANAN

    Bilangan peroksida mengukur produk transisi dari oksidasi (setelah

    terbentuk, peroksida dan hidroperoksida berubah jadi produk lain). Nilai yang

    rendah menunjukkan awal maupun oksidasi lanjut, yang bisa dibedakan dengan

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    23/25

    mengukur bilangan peroksida dari waktu ke waktu atau dengan mengukur produk

    oksidasi sekunder. Untuk penentuan dalam sampel makanan, kerugian dari

    metode ini adalah sampel yang digunakan sekitar 5 g, sehingga sulit mendapat

    jumlah yang cukup bila sampel akann rendah lemak. Makanan berkualitas baik,

    lemak dan minyak yang berbau segar akan mempunyai bilangan peroksida nol

    atau mendekati nol. Bilangan peroksida >20 menunjukkan kualitas minyak atau

    lemak yang sangat buruk, biasanya teridentifikasi dari bau yang tidak enak. Untuk

    minyak kedelai, bilangan peroksida 1-5, 5-10 dan >10 menunjukkan berturut-turut

    tingkat oksidasi rendah, sedang dan tinggi.

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    24/25

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,

    yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi

    larut dalam pelarut organik non-polar .

    Analisa lemak terdiri dari uji kuantitatif dan uji kualitas. Dimana uji

    kuantitatif sendiri terdiri dari berbagai metode yaitu metode ekstraksi solvent,

    metode ekstraksi cair non-solvent, metode instrumentasi. Sedangkan uji

    kualitasnya terdiri dari : penentuan bilangan iodium, penentuan bilangan

    penyabuanan, penentuan bilangan asam, penentuan bilangan peroksida.

  • 7/23/2019 Analisa Lemak (Kel II Lovita Phrigiani (M0312039) Dan Zahratun Nur (M0312086)

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar, Chairil, dkk. (1996). Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.

    Delvin, M. Thomas. (1992). Textbook of Biochemistry, with Clinical Correlation.

    NewYork:Willey-Liss

    Fessenden and Fessenden. 1983.Organic Chemistry. Third Edition. Wadsworth, Inc,

    Belmont, Califfornia 94002, Massachuset, USA : University Of Montana.

    Ginting dan Herlina. 2002.Lemak Dan Minyak. Medan : FT USU

    Harold, Hart. 1983 Organic Chemistry, a Short Course, Sixth Edition. Michigan State

    Harper, H.A. 1980. Review of Physiological Chemistry, diterjemahkan oleh Martin

    Muliawan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Ketaren, S. 1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

    Linder, C. Maria. 1985. Nutritional Biochemistry and Metabolism. With Clinical

    Application. New york: Elsevier.

    Netti, H., & Hendra, S. G. 2010. Petunjuk praktikum Biokimia. Sumatera Utara: Fakultas

    Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.

    Mathews, K. C., K. E. van Holde. 1991. Biochemistry. New York: The

    Benjamin/Cummings Company.

    Sunaryo, H. dkk. 1985. Pengaruh Pemberian Kurkuminoid Curcuma Domestica val

    terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Putih. Simposium Temulawak.

    Sudarmadji, Slamet, Suhardi, Bambang Haryono. 1989. Analisa Bahan Pangan dan

    Pertanian. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.