obesitas terhadap tumbuh kembang anak

Upload: shinta-wulandhari

Post on 11-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1LATAR BELAKANGObesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di tubuh

    seseorang. Umumnya dalam menentukan obesitas digunakan indeks massa tubuh (IMT)/ body

    mass index (BMI) yaitu perbandingan berat badan (dalam satuan kilogram) dengan kuadrat

    tinggi badan (dalam satuan meter).

    Obesitas saat ini telah menjadi masalah global. Prevalensi obesitas tidak saja meningkat

    di negara maju tapi juga meningkat di negara berkembang. Menurut Australian Health and

    Fitness Survey yang bekerja sama dengan Australian Council for Health, Physical Education

    and Recreation (1985) dalam Ariani dan Sembiring (2007) melaporkan adanya peningkatan

    overweight dan obesitas dari 11,8% pada anak laki-laki dan 10,7% pada anak perempuan

    menjadi lebih besar 19% pada anak laki-laki dan 21% pada anak perempuan dalam 3 tahun.

    Data dari survey yang dilakukan NHANES (2003-2006) menunjukkan hampir 12,4% anak

    antara usia 2-5 tahun dan 17% anak usia 6-11 tahun mengalami overweight. Sekitar 17,6%

    remaja usia 12-19 tahun mengalami overweight pada tahun 2003-2006 (Ogden et al, 2008).

    Obesitas bukan suatu penyakit dengan sendirinya tetapi agaknya suatu kompleks gejala

    yang ada korelasinya dengan peningkatan morbiditas seperti penyakit kardiovaskular,

    atherosklerosis dan frekuensi diabetes dan juga memiliki korelasi dengan peningkatan

    mortalitas. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek

    perkembangan psikososial. Biasanya anak dengan obesitas atau kelebihan berat badan

    mengalami stress dan kesukaran sosial serta psikologis yang berarti (Barness dan Curran, 2000).

    Obesitas pada anak meningkatkan risiko untuk mendapatkan obesitas di masa dewasa yang dapat

    menyebabkan beberapa masalah di masa dewasa (seperti hipertensi, peningkatan kolesterol LDL,

    dan trigliserida) (Thompson et al, 2007) dalam (Gee et al, 2008).

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    2/24

    2

    1.2PERMASALAHAN1. Bagaimana tumbuh kembang anak usia 10 tahun?2. Bagaimana hubungan kebiasaan anak dengan berat badan 50 Kg?3. Bagaimana perhitungan IMT dan Z-skor pada scenario?4. Apa penyebab dan factor resiko berat badan berlebih pada scenario?5. Apakah anak dalam scenario ini beresiko terkena obesitas lebih lanjut pada saat dewasa?

    1.3TUJUAN1. Mengetahui tumbuh kembang anak usia 10 tahun2. Mengetahui hubungan kebiasaan anak dengan berat badan 50 Kg3. Mengetahui perhitungan IMT dan Z-skorpada scenario4. Mengetahui penyebab dan factor resiko berat badan berlebih pada scenario5. Mengetahui apakah anak dalam scenario ini beresiko terkena obesitas lebih lanjut pada

    saat dewasa

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    3/24

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1.SKENARIO LBM 3BIG VS BEAUTIFUL

    Seorang anak perempuan berusia 10 tahun datang ke doter bersama orang tuanya

    untuk konsultasi, orang tuanya mengungkapkan bahwa anak perempuan satu-satunya selalu

    minder di ejek oleh teman sebaya di sekolah karena kelebihan berat badan alias gendut.

    Doket melakukan anamnesa lebih lanjut, didapatkan pola hidup anak memang cenderung

    kurang banyak bergerak. Anak perempuan tersebut lebih sering menghabiskan waktu

    dengan menonton televisi sambil makan dan jarang bahkan hampir tidak pernah berolahraga.

    Akhir-akhir ini kebiasaan makan-makanan kecil semakin sering, bahkan kemanapun ia pergi

    hampir pasti membawa camilan dan memakannya.

    Pada pemeriksaan fisik di dapatkan berat badan anak 50 kg, tinggi badan 110 cm.

    2.2.KEY WORD1. Anak perempuan berusia 10 tahun2. Berat badan berlebih3. Riwayat social : sering menghabiskan waktu dengan menonton televisi sambil

    makan, jarang bahkan hampir tidak pernah berolahraga dan memiliki kebiasaan

    makan-makanan kecil.

    4. Pemeriksaan Fisik : Berat Badan : 50 Kg dan Tinggi Badan: 110Cm

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    4/24

    4

    2.3 PEMBAHASAN PERMASALAHAN

    1. Tumbuh kembang anak usia 10 tahunPerkembangan anak umur 6-10 tahun bisa dibagi dalam lima 5 bidang utama. Yaitu:

    a. Perkembangan FisikAnak pada usia 6 sampai 10 tahun biasanya berkembang pesat. Rata-rata berat badan

    bertambah sampai 3 Kg dengan tinggi bertambah sekitar 6 cm setiap tahunnya. Anak juga

    akan kehilangan 4 gigi susu setiap tahunnya yang kemudian berganti dengan tumbuhnya

    gigi tetap.

    b. Perkembangan KognitifKemampuan kognitif, kemampuan berpikir, dan memberikan alasan, berkembang secara

    matang antara usia 6 sampai 10 tahun. Sesuai dengan perkembangan kognitif,

    kemampuan anak dalam memecahkan suatu persoalan pun berkembang. Namun

    demikian, konsep yang dapat dimengerti oleh anak masih sederhana. Konsep tentang

    masa lalu, misalnya, biasanya masih sangat abstrak bagi anak-anak untuk dapat dipahami.

    c. Perkembangan Emosi & SosialAnak usia 6 sampai 10 tahun mulai menjalin persahabatan. Rasa percaya diri, merasa diri

    berarti, dan rasa memiliki, menjadi penting karena anak mulai berinteraksi dengan orang-

    orang di luar keluarganya. Anak-anak pada usia ini juga membandingkan dirinya dengan

    teman-temannya yang lain.

    d. Perkembangan BahasaPada usia 6 tahun, sebagian besar anak dapat memahami sekitar 13.000 kata. Dari usia 6

    sampai 10 tahun, cara berpikir mereka berangsur-angsur menjadi lebih kompleks.Misalnya, mereka mulai bisa menginterpretasikan kalimat-kalimat sederhana menjadi

    kalimat-kalimat yang lebih sulit di dalam satu alinea. Juga mulai bisa menulis beberapa

    kata yang sederhana sampai dengan membentuk kata-kata yang lebih kompleks dan

    dituangkan ke dalam cerita-cerita yang lebih kompleks.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    5/24

    5

    e. Perkembangan Sensorik & MotorikAnak usia 6 sampai 10 tahun mencapai kekuatan dan koordinasi otot. Kemampuan

    motorik dasar pada sebagian besar anak pada usia ini lebih berkembang. Seperti misalnya

    gerakan menendang, menangkap, dan melempar. Perlahan-lahan, anak menjadi lebih

    mampu melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti menari, bermain basket, atau

    bermain piano.

    2. Hubungan kebiasaan anak dengan berat badan 50 KgKebiasaan anak dalam scenario seperti sering menghabiskan waktu dengan menonton

    televisi sambil makan, jarang bahkan hampir tidak pernah berolahraga dan memiliki

    kebiasaan makan-makanan kecil dapat menjadi factor penyebab berat badan anak

    berlebih. Pola hidup anak yang cenderung tidak aktif, kurang aktivitas fisik seperti

    olahraga dapat menyebabkan pengeluaran energy berkurang, anak hanya bermalasan

    menonton televise tanpa adanya penggunaan energy . Sedangkan kebiasaan anak yang

    terus makan dan membawa cemilan sambil menonton televisi menambah asupan

    makanan serta simpanan cadangan energy dalam tubuh. Kegemukan terjadi akibat

    ketidakseimbangan antara intake makananan dengan mobilisasi pasien untuk pemecahan

    energy sehingga akan terjadi deposit lemak berlebih yang memunculkan klinis berat

    badan berlebih.

    3. Perhitungan IMT dan Z-skorpada scenarioa. Perhitungan IMT

    Pada skenario didapatkan : Tinggi badan = 110 cm = 1.1 m

    Berat badan = 50 kg

    BMI = ()

    ( ())

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    6/24

    6

    Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)

    Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas

    Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-

    masalah klinis lain meningkat)

    Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m Rata-rata

    Overweight: > 25

    Pre-obese 25.029.9 kg/m Meningkat

    Obese I 30.0 - 34.9kg/m Sedang

    Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya

    Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

    Pembahasan :

    BMI = ()

    ( ())=

    = 41,322

    Pada perhitungan BMI didapatkan anak tersebut mengalami obesitas kategori 3 denganjumlah BMI > 40.0 kg/m2.

    b. Perhitungan Z-Skor

    Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai 10,3 yang artinya > 2SD sehingga pada

    anak tersebut dapat dikatakan sebagai obesitas.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    7/24

    7

    4. Penyebab dan factor resiko berat badan berlebih pada scenarioBerdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi

    positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,

    sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian besar

    gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas

    primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau

    defek genetik hanya sekitar 10%.

    Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

    multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi

    antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial

    ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada

    bayi.

    Faktor Genetik .Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang

    tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian

    obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.

    Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin menyebabkan

    gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap pemrograman

    janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress lingkungan

    merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari. Mekanisme

    kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate,

    thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek.

    Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang

    lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    8/24

    8

    Faktor lingkungan.1. Aktifitas fisik.

    Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar

    20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan

    antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik

    yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg. Penelitian di

    Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang

    mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan

    berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim

    dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

    Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

    menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam perhari mempunyai risiko

    obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV = 2 jam setiap harinya.

    2. Faktor nutrisional.

    Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh

    dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak

    dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari

    karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi

    tinggi.

    Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan

    tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok

    dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan

    konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali. Keadaan ini

    disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih

    tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan

    makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga

    mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya

    terjadi konsumsi yang berlebihan.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    9/24

    9

    Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan

    energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah

    terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga bila intake

    protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang karbohidrat mempunyai

    kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan

    oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi

    karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat.

    Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka

    kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh.

    Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak

    tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan

    dalam jaringan lemak.

    3. Faktor sosial ekonomi.

    Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

    peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

    dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan

    gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah dengan naik

    kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang

    tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain

    komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu

    juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko

    menimbulkan obesitas

    5.

    Resiko anak terkena obesitas lebih lanjut pada saat dewasaObesitas dini yang ditangani dengan penatalaksanaan yang efektif maka kemungkinan

    obesitas lebih lanjut pada saat dewasa tidak akan terjadi. Namun apabila terapi yang

    dilakukan belum efektif, misalnya masih dibiasakan dengan life style yang buruk maka

    akan beresiko terjadinya obesitas lebih lanjut. Selain itu pengaruh factor keturunan dan

    psikologi selama terapi juga menentukan ada atau tidaknya resiko lebih lanjut

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    10/24

    10

    2.4 OBESITAS

    A. Definisi ObesitasObesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam

    jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang kadang terjadi peluasan

    kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi obesitas, penimbun trigliseida yang

    berlebihan di jaringan-jaringan tubuh.

    Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran

    antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan:

    a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebutobesitas bilaBB > 120% BB standar.

    b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitasbila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD.

    c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatankulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.

    d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb.yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah

    metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.

    e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.B. Etiologi Obesitas

    1. GenetikSejak ditemukannya hormon leptin, yaitu hormon yang mengontrol nafsu

    makan serta mengatur proses pembakaran lemak dalam tubuh, penelitian tentang

    gen-gen yang berperan dalam obesitas berkembang dengan pesat. Paling tidak

    sudah dua gen yang diteliti berasosiasi dengan obesitas, yaitu : gen ob (obesity) yang memproduksi leptin. gen db (diabetic) yang memproduksi reseptor leptin.Adanya mutasi pada kedua gen tersebut dapat menyebabkan terjadinya

    disfungsi hormon leptin yang sangat berperan dalam mempengaruhi nafsu makan.

    Sejumlah orang yang memiliki masalah obesitas telah diteliti, dan ternyata

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    11/24

    11

    mengalami mutasi baik pada gen yang memproduksi leptin atau gen reseptor leptin,

    sehingga berpengaruh pada kontrol makanan dalam tubuh. Tetapi pada

    kenyataannya tidak semua orang yang menderita obesitas diakibatkan karena

    mutasi pada gen di atas.

    2. Kelainan neurogenikKelainan pada otak hipotalamus yang mengakibatkan gangguan terhadap

    pengaturan asupan makanan. Beberapa pusat saraf di hipotalamus ikut serta dalam

    pengaturan asupan makanan. Pusat saraf itu antara lain :

    Nukleus lateral hipotalamus berfungsi sebagai puast makan. Perangsangan areaini menyebabkan seekor hewan makan dengan rakus, sebaliknya perusakan

    hipotalamus lateral menyebabkan hilangnya nafsu makan. Pusat makan di

    hipotalamus lateral beroperasi dengan membangkitkan dorongan motorik untuk

    mencari makanan.

    Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang.Perangsangan listrik di daerah ini dapat menimbulkan rasa kenyang, sebaliknya

    destruksi nukleus ventromedial menyebabkan hewan makan dengan rakus.

    Nukleus paraventrikular. Lesi pada nukleus paraventrikular seringkalimenimbulkan proses makan yang berlebihan.

    Nukleus dorsomedial. Lesi pada nukleus dorsomedial biasanya menekan perilakumakan.

    Nukleus arkuata merupakan bagian dari hipotalamus tempat berbagai hormonyang dilepaskan dari saluran pencernaan dan jaringan adiposa berkumpul untuk

    mengatur asupan makanan dan pengeluaran energi.

    3. HormonAda beberapa hormon yang dipercaya mempengaruhi nafsu makan seseorang,

    yaitu :

    Hormon leptinLeptin dihasilkan oleh sel-sel lemak (adiposity). Setelah diproduksi

    kemudian leptin dikeluarkan ke dalam peredaran darah. Saat leptin sampai di

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    12/24

    12

    hipotalamus yaitu di nukleus arkuata, leptin akan mengikat reseptor leptin, maka

    terjadi proses penghambatan pengeluaran neuropeptida Y (neuropeptida Y

    berpengaruh meningkatkan nafsu makan). Sehingga bila tidak ada ikatan antara

    leptin dan reseptor leptin, maka tidak ada yang akan menghambat pengeluaran

    neuropeptida Y yang selanjutnya akan menyebabkan nafsu makan menjadi tidak

    terkontrol.

    Hormon ghrelinGhrelin merupakan suatu hormon yang dilepaskan terutama oleh sel

    oksintik lambung tetapi juga dilepaskan dari usus dalam jumlah yang lebih

    sedikit. Pemberian ghrelin pada hewan percobaan dapat meningkatkan asupan

    makanan pada hewan perobaan, yang lebih lanjut memperkuat dugaan bahwa

    hormon ini bersifat oreksigenik. Akan tetapi, peran fisiologis yang pasti dari

    hormon ini pada manusia belum pasti.

    4. LingkunganKeseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

    yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme maupun

    dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang akan

    mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Di Indonesia, terutama di

    kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke

    westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi

    masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan

    kolesterol terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang

    berdampak meningkatkan risiko obesitas.

    5. EmosionalDalam hal ini makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan

    dalam memperoleh kasih sayang, ketenangan dan ketentraman jiwa yang tidak

    diperoleh penderita.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    13/24

    13

    6. Faktor Resiko ObesitasBerdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi

    positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran

    energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

    Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor

    eksogen/nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder)

    akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10%.

    Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

    multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena

    interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya

    hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan

    padat terlalu dini pada bayi.

    Faktor Genetik .Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang

    tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas,

    kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi

    menjadi 14%. Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi

    intrauterin menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutamakerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan

    pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai

    penyakit dikemudian hari. Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui

    efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi

    lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek. Dengan demikian kerentanan terhadap

    obesitas ditentukan secara genetik sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    14/24

    14

    Faktor lingkungan.1. Aktifitas fisik.

    Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar

    20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan

    hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu

    dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan

    sebesar = 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah

    (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian

    di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57),

    aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan

    penurunan berat badan yang signifikan.

    Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

    menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam perhari mempunyai risiko

    obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV = 2 jam setiap

    harinya.

    2. Faktor nutrisional.

    Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak

    tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badandan lemak anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan

    tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan

    yang mengandung energi tinggi.

    Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan

    asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar

    dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain

    menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas

    sebesar 1,46 kali. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai

    energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek

    termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung

    protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    15/24

    15

    sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang

    berlebihan.

    Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan

    keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein

    tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat,

    sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang

    karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam

    jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat,

    sehingga perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat.

    Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka

    kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak

    tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan

    asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96%

    lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.

    3. Faktor sosial ekonomi.

    Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

    peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

    dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya

    perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke

    sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta

    lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah,

    sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video

    dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari

    junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    16/24

    16

    7. Patofisiologi ObesitasObesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk

    jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor

    eksogen (obesitas primer) sebagai akibatnutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas

    sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom ataudefek genetik (meliputi 10%).

    Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses

    fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran

    energi dan regulasi sekresihormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini

    terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yangberpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan

    sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot).

    Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta

    menurunkanpengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,

    meningkatkan pengeluaran energi) dandibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek

    dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsimakan dan waktu makan, serta

    berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptidagastrointestinal, yang

    diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasalapar.

    Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang

    mengatur penyimpanandan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari

    yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai denganpeningkatan kadar

    leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center

    dihipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga

    terjadi penurunan nafsumakan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih

    besar dari asupan energi, maka jaringanadiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada

    orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkanpeningkatan nafsu makan. Pada

    sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehinggatingginya kadar leptin

    tidak menyebabkan penurunan nafsu makan

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    17/24

    17

    8. Manifestasi Klinis ObesitasPenimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam

    dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan

    sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan

    pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan

    untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering

    merasa ngantuk.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    18/24

    18

    Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

    punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut

    dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang

    yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit

    dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang

    secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan

    edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan

    pergelangan kaki. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :

    Raut muka Hidung dan mulut tampak relatif kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.

    Dada dan payudara Bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh. Pada anak

    pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang

    menyenangkan.

    Abdomen Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng

    (pendulum). Kadang-kadang terdapat stria putih atau ungu.

    Genitalia luar Pada pria penis seakan-akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis,

    sehingga tampak kecil dari bagian yang tersembul ke luar.

    Anggota badan Lengan atas dan paha tampak besar, terutama pada bagian proksimal.

    Tangan relatif kecil dengan jari-jari yang berbentuk runcing. Terdapat

    kelainan berupa koksa vara dengan genu valgum pada tungkai.

    Kelainan emosi Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin

    merupakan penyebab atau akibat dari keadaan obesitas.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    19/24

    19

    9. Diagnosis ObesitasPenegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan :

    1. Pemeriksaan diagnostic DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X

    digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

    BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelahseseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk

    mengukur lemak tubuh.

    Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur denganjangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).

    Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri

    diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke

    seluruh tubuh lalu dianalisa.

    2. Pemeriksaan Laboratorium Test Darah

    Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mengeluarkan tes darah untuk

    memeriksa kondisi banyak termasuk diabetes, kolesterol tinggi, masalah

    jantung, dan gangguan hati. Dengan tes darah, dokter mungkin dapat

    menangkap dan merawat kondisi tertentu sebelum mereka menjadi masalah.

    10.Penatalaksanaan dan Edukasi ObesitasTujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas pada

    orang dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang

    pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diit harus

    dipertimbangkan bahwa anak masih di masa pertumbuhan sesuai dengan tingkat

    pertumbuhan pada usia anak tersebut. Disamping itu pengobatan obesitas pada anak

    sering gagal, kecuali mendapat dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga atau aktifitas

    tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak ini.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    20/24

    20

    Pada prinsipnya, pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai berikut :

    1. Memperbaiiki faktor penyebab, misalnya cara pengasuhan maupun faktor kejiwaan.2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan

    orang tua atau anak dengan obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya

    memperlambat kenaikan berat badan.

    3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk menghambat kenaikan beratbadan. Kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk

    mempertahankan gizi yang ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan

    pula vitamin dan mineral.

    4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara aktif,sehingga banyak energi yang digunakan.

    Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan pada seluruh keluarga.

    Sehingga seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan

    ideal tersebut.

    Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut:

    1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan beratbadannya separti pada obesitas dewasa, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan

    berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai dengan kebutuhan normal untuk

    pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kgBB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90

    kkal/kgBB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus

    dikurangidengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu

    yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak. Disamping itu kita dianjurkan pada

    ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktivitas.

    2. Pada anak usia prasekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harusdiperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kgBB/hari. Atau bisa juga

    dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang

    mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan

    aktifitas fisik dan mencegah menonton televisi yang berlebihan.

    3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankanberat badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200

    kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kgBB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    21/24

    21

    sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Tidak boleh menonton televisi terlalu

    lama, lebih-lebih kalau disertai makan makanan yang mengandung kalori tinggi.

    Mengorganisir kelompok olah raga atau rekreasi, agar anak lebih kreatif.

    4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badan untuk mencapai beratbadan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang yang diberikan

    sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu,

    kurangi kalorinya 500 kkal/hari.selain itu anak harus didorong untuk melakukan

    aktifasi, baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau

    melakukan interaksi dengan teman-temannya.

    11.Komplikasi ObesitasBerbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi

    pada masa bayi maupun pada masa dewasa, antara lain :

    1) Terhadap kesehatan.Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak.

    Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas

    maupun mortalitas akan meningkat. Terhadap korelasi positif antara

    tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC.

    Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan

    menurunnya respon imunologik sel T dan aktifasi sel polimorfonuklear.

    2) Saluran pernafasanPada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluranpernafasan

    bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi

    tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian

    atas, sehingga mengakibatkan anksia dan saturasi oksigen rendah, yang

    disebut sindrome Chubby Puffer.obstruksi kronis saluran pernafasan

    dengan hipertrofi tinsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur,

    gejala-gejala jamtung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal.

    Keluhan lainnya adalah nafas pendek.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    22/24

    22

    3) KulitKulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa panas dan geraj, sering

    disertai miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.

    4) OrtopediAnak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan

    ortopedi seperti Legg-Perthee, Genu Valgum, Slipped femoral capital

    epiphyses, tibia vara, dan lain-lain

    5) Efek psikologisKurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitasnya pasif dan

    defresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan

    teman sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan

    tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari

    pergaulan dengan teman-temannya.

    6) Bila obesitas pada masa anak berlanjut sampai dewasa dapat menyebabkan :a. Hipertensi pada masa adolesensi.b. Hiperlipidemia, asteroklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maliggna

    dewasa.

    c. Diabetesd. Sindroma Picwickian merupakan kondisidari komplikasi yang berat dari

    obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernafasan, hivopentilasi.

    Dengan manifestasi polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung,

    gagal jantung konghesif dan somnolen.

    e. Maturasi sex lebih awal, haid tidak teratur.

    12.Prognosis ObesitasPrognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidaknya komplikasi. Apabila

    obesitas dilakukan penatalaksanaan sedini mungkin berdasarkan penyebab, kemungkinan

    terjadinya komplikasi sangat rendah. Sedangkan apabila obesitas yang tidak ditangani

    lebih lanjut akan menyebabkan obesitas akan berlanjut sampai dewasa, serta

    mengakibatkan morbilitas dan mirtalitasnya tinggi.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    23/24

    23

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Dari perhitungan BMI dengan hasil 41,322 serta perhitungan Z-skor dengan hasil 10,3

    yaitu lebih dari 2SD, didapatkan anak tersebut mengalami obesitas. Obesitas adalah kelebihan

    lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar

    organ tubuh yang kadang terjadi peluasan kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi

    obesitas, penimbun trigliseida yang berlebihan di jaringan-jaringan tubuh dapat disebabkan oleh

    faktor genetik, hormon, makanan, pola makan (gaya hidup), phisikologis dan pemakaian obat-

    obatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya hidup

    yang salah akan memperparah tingkat obesitas.

    Penatalaksanaan obesitas pada anak tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat

    badan yang pesat dan tidak boleh dilakukan diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diit harus

    dipertimbangkan bahwa anak masih di masa pertumbuhan sesuai dengan tingkat pertumbuhan

    pada usia anak tersebut. Prognosis tergantung pada tindakan penatalaksanaan, apabila tidak

    ditangani secara efektif maka akan berdampak sebagai obesitas lebih lanjut dengan komplikasi

    seperti penyakit jantung koroner, Hipertensi dan lain sebagainya.

  • 7/23/2019 obesitas terhadap tumbuh kembang anak

    24/24

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    Behman Kliegman Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC

    Guyton & Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

    Hasan,rusepno. Alatas, Husein. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas

    Kedokteran Indonesia.

    Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta : Media

    Aesculapius.

    Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

    Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Buku

    Kuliah ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta :Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia

    Susilowati, 2010. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi