parese saraf fasial omsk

Upload: andreassyptr13

Post on 25-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    1/17

    *r-r* ,*4{iii-4&j'9:r@;'

    i..:-'irll}t"

    PARESIS SARAF-FASIAL

    KARENA

    OTITI$

    MIEDIA

    SUPURATIF

    KRONIK

    DENGAN

    KOLESTEATOMA

    Dr.Abla

    Ghanie,Sp.THT-Kt (K)

    T,-*

    -l

    --ilf

    'gjlj;;

    );

    -

    ili:

    :;-i'':"*'}lil**l

    Tc

    I

    lo

    rtov

    09

    i

    _:_.r_-i__

    -***"-*"'1

    l;i

    ie.zi

    Eii-i

    l3

    p;

    ipirj

    dbJLg,

    i

    l-lffiy-if,

    2

    nd'

    ENT

    HEAD

    &

    NECK

    SURGERY

    CONFTRENC

    rd

    ANNUAL

    OTOLOGT MEETTNG

    (prTCI

    3)

    13-15

    NOVEMBER

    2OOB

    DI

    JAKARTA

    iffiffi;i\

    S{*:ft{{

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    2/17

    Paresis Sarat

    Fasral

    karena Otitis

    Media Supuratif

    Kronik

    dengan

    Kolesteatoma

    Abla

    Ghanie

    lrwan

    Abstrak

    Paresis

    saraf

    fasial

    dapat

    tirnbul

    akibat

    komplikasi

    dari

    infeksi

    telinga

    tengah

    dengan kolesteatom.

    Pengangkatan

    sumber

    penyakit dan

    dekompresi

    segera saraf fasial

    menentukan

    kesembuhan

    yang

    lebih

    bak.

    Dilaporkan

    suatu

    kasus

    paresis

    saraf fasial

    akibat otitis

    media

    supuratif

    kronis maligna,

    yang

    telah

    dilakukan

    mastoidektomi

    radikal

    dan

    timpanoplasti

    tipe

    lll. Terdapat kolestealoma

    dan

    jaringan

    granulasi yang

    luas dan

    tidak

    terdapat

    defek saraf fasial.

    Pengangkatan

    kolesteatoma

    dan

    jaringan

    granulasi

    berhasil

    memulihkan fungsi saraf fasial kembali normal.

    Kata kunci :saraf

    fasial,

    paresis,

    kolesteatoma, terapioperatif

    Abstract

    Facial

    nerue

    paralysis

    may

    occur

    as

    a complication

    of

    chronic suppurative otitis

    media with

    cholesteatoma.

    An

    appropriate

    eradication of the

    source

    of the infection as

    well

    as a

    facial nerue

    decotnpresslon

    are

    impoftanf faclorc

    in

    obtaining

    the maximum

    therapeutic

    result.

    A case

    of facial

    paralysis

    caused by

    malignant CSOM treated by

    radical

    mastoidectomy and type V tympanoplasly is reporfed. There

    was exfensiye cholesteatoma

    and

    granulafbn

    fissue,

    no

    defect of

    facial nerue. The

    facial nerue function returned to

    normal conditian.

    Kelwords: Facial newe,

    paralysis,

    cholesteatoma,

    surgical

    treatnent

    Pendahuluan

    Saraf fasial merupakan saraf kranial terpanjang

    yang

    berjalan di dalam

    tulang

    dan

    sebagian besar

    kelainan saraf fasial

    terletak

    di dalam fulang temporal.

    Kelumpuhan

    saraf

    fasial

    menyebabkan kelumpuhan otot-otot

    wajah. Pasien

    tidak atau

    kurang

    dapat

    menggerakkan otot

    wajah,

    sehingga

    wajah

    pasien

    tampak tidak simetris.l

    Paresis saraf fasial merupakan suatu gejala, sehingga harus dicari penyebabnya.

    Penyebab

    paresis

    saraf

    fasial

    antara

    lain trauma, virus

    dan

    infeksi.

    Saraf

    fasial sangat

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    3/17

    I

    Qtt.resk

    Saftlf

    Q'dsiaf

    fgrcna'l(o[e

    steatom

    sensitif

    dan

    mudah

    diserang

    oleh

    infeksi,

    salah

    satunya

    adalah

    infeksi

    kronis

    pada

    telinga

    tengah

    (OMSK) terutama

    dengan

    kolesteatom.

    Takahashi

    seperti

    dikutip

    oleh

    Yetiser

    2,

    melaporkan

    dari

    1639

    kasus

    paresis

    saraf

    fasial

    3,1

    %

    akibat

    otitis

    ntedia

    kronis.

    Penelitian

    yang

    dilakukan

    oleh

    lvlakeham

    dkkt

    melaporkan

    bahwa

    penyebab

    iersering

    paresis

    saraf

    fasial

    adalah

    oMA

    dan

    OMSK.dengan

    kolesteatom.

    Koles{eatcm

    dcp,,r,i

    menyebabkln

    C,*s'riul;si

    tul;lrig,

    E'*Il$i;uan

    ;:i*ii'den'gai"an,

    "'paresis

    saraf

    fasial

    dan

    fistula

    labirin

    juga

    kornplikasi

    inkakranial.+

    Paresis

    terjadi

    akibat

    proses

    infeksi

    yang menyebabkan

    osteitis,

    erosi

    tulang,

    penekanan dari

    luar

    oleh

    edema,

    dan

    inflamasi

    fl

    3d

    ffi1sf.s'6'z

    Dalam

    penanganan

    kasus

    paresis

    fasialis

    diperlukan

    pemeriksaan

    yj[q

    menyeluruh,

    mulai

    dari

    anamnesis,

    pemeriksaan

    fisik

    dan

    pemeriksaan

    penunjang.

    Berbagai

    macam

    cara

    pemeriksaan

    fungsi

    saraf

    fasial

    telah

    dikernukakan

    oieh

    banyak

    ahli

    untuk

    menentukan

    jenis

    juga

    topografi

    kelainan,

    hal

    ini

    ditujukan

    untuk

    menentukan

    pilihan

    terapi

    baik

    konservatif

    maupun

    opgratif,

    macam-macam

    pendekatan operatif,

    serta

    prognosis

    penyakit.s,e

    Pada kasus paresis

    iasial

    akibat otitis

    rned a

    sunuratif kron s

    denqan

    kolesteatom,

    harus

    segera

    dilakukan

    pengangkatan

    dari

    surnber

    penyakit

    dan

    dekompresi

    darisaraf

    fasial.s,z

    Kekerapan

    Takahashi

    seperti

    dikutip

    oleh

    Yetiser

    2,

    melaporkan

    dari

    1639

    kasus

    paresis

    saraf

    fasial

    3,1

    %

    akil;l

    otitis

    media

    kronis.

    Quaranta

    dkks

    melaporkan

    lebih

    dari

    1400

    kolestea,.om

    yang

    dioperas;

    selama

    30

    tahun,

    hanya

    17

    (1.zo/a)

    pasien

    dengan

    paresis

    {aslaris.

    Yetiser

    dkk2

    rnenemukarr

    dari

    24

    penderita

    paresis

    saiai iasiai

    sebanyak

    16

    iS7%)

    rJrang

    dengan

    kolesteatom

    dimana'16

    penderita

    mengalami

    penyembuhan sempurna

    dan

    B

    penyembuhan

    tidak

    sempurna

    setelah

    dilakukan

    operasi

    mastoidektomi

    dan tindakan

    dekompresi.

    Savic

    dan

    DjericT

    melaporkan

    sebanyak

    51

    (80%)

    dar"i

    64

    penderita

    paresis

    fasialis

    adalah

    dengan

    kolesteatom.

    Data

    yang

    didapat

    dari

    subbagian

    Otologi

    FKUNSRI/RSMH

    dari tahun

    2006-2008

    telah

    dilakukan

    6 operasi

    paresis saraf

    fasial

    dan

    semuanya

    disehabkan

    oleh

    CIMSK

    dengan

    kolesteatom.

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    4/17

    T

    :

    :;l

    'il i. rf

    .ir

    . ,:.,i.1*,nA,*,@r*"****td*flffi&

    Anatomi

    Saraf

    fasial

    (N

    Vll),

    merupakan

    saraf

    kranial

    terpanjang

    yang

    berjalan

    di

    dalam

    tulang,

    sehingga

    sebagian

    besar

    kelainan

    saraf fasial

    terletak

    di

    dalam

    tulang temporal.

    Saraf fasial

    terdiri

    dari

    3

    komponen

    saraf

    yaitu,

    komponen

    sensoris,

    komponen

    rn*torik,

    dan

    komponen

    parasimpatis.t'z

    Komponen

    sensoris

    memper$arafi

    anterior

    lidah

    untuk mengecap,

    melalui

    korda

    timpani.

    lnti traktus

    solitarius

    terletak

    di medula

    oblongata,

    mempersarafi

    2/3 lidah

    bagian

    depan.

    Serabut

    dari

    inti-inti

    ini

    berjalan

    mengelilingi

    inti saraf

    abdusen

    (n.

    Vl),

    kemudian

    meninggalkan

    pons

    bersama-sama

    n.

    Vlll

    (saraf koklea) dan n.

    intermedius

    (Whrisberg),

    masuk

    ke daiam

    tulang

    temporal

    melalui

    ponis

    akustiku:i

    internus. Setelah

    masuk ke

    ciaiam

    tuiang

    temporaisarei'fasial

    berjalari

    iiaiairr

    suatu saiuian

    iuieilS

    yans

    disebur kanal

    FalloPi.t'o,to

    Komponen

    motorik

    mempersarafi

    otot-otot

    wajah,

    kecuali

    m.

    levator

    palpebi'a

    superior.

    Selain

    otot

    wajah saraf fasial

    juga

    rnernpersarafi

    m.

    stapedius

    dan

    ventei

    posterior m.

    digastikus. lnti

    motorik

    terletak dibagian

    kaudal

    pons

    rli

    oelakang

    inti

    saiivari

    superior

    rlan

    trapezoid body.

    lnti

    ini

    terdiri

    dari dua

    bagian, bagian

    superior dan

    inferior.

    Bagian superior

    dipersarafi

    secara

    bilateral

    oleh korteks

    serebri,

    serabut saraf

    menuju ke

    m.

    frontal dan

    m. orbikularis

    okuli.

    Bagian inferior

    wajah dipersarafi

    secara unilateral.l'8'11

    Komponen

    paraslnnpatis

    memberikan

    perserafan

    pade

    Eangli*n

    lakrirnai, muiiota

    hidung,

    kelenjar

    Submaksila

    dan kelenjar

    Lingual.

    lnti salivari superior,

    terletak

    di

    dorsal

    dari bagian

    kaudal

    inti motorik

    n

    Vll,r's

    Perjalanan

    saraf

    fasial dibagi

    menjadi

    6

    segmen

    :

    I 12

    1.

    lntrakranial

    : Komponen

    cabang

    ftontal

    dari nukleus

    fasialis, diinervasi

    oleh traktus

    kortikonr.lklear

    dari

    sisi kanan dan

    kiri, sebelum

    saraf

    iasial

    meninggalkan

    ftatang

    otak, serabut

    motoriknya

    berbelok

    rneiingkari

    nucleus

    abciucen dan

    membentuk

    "genu

    intemal",

    Setelah

    meninggalkan

    batang

    otak,

    saraf fasial

    memasuki

    porus

    akustikus

    internus

    berjalan bersama

    dengan

    saraf

    vestibulocochlearis.

    l"

    fvleatal

    {nanjang

    23-24mm):

    Bersama-sarna

    saraf

    ke ':Jelapan,

    saraf fasiai

    berialan

    melalui

    kanalis

    auditorius

    internus

    ke

    fundus, melewati

    bagian anterosuperior

    -

    melalui

    foramen

    meatal, meninggalkan

    meatus. Bagian

    ini merupakan

    bagian

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    5/17

    Qaresis

    Sod

    Q;asiaf fgt rena

    Ko[estedtom

    tersempit didalam

    fanatis falopii

    (kanalis

    fasialis)

    dan

    merupakan

    bagian

    yang

    sering terperangkap

    bila terjadi inflarnasi.

    Labirin

    (panjang

    3-5 mm)

    :

    Setelah berjalan

    pada

    jarak

    yang

    pendek

    dibagian

    ,lfiterior,

    saraf

    fasiai

    mempersarafl

    sar*f

    petrosus

    i*i.besar dengan

    serabui-

    $erabuti:1ra ke

    glanciuia

    lakrimal

    dam

    glandula

    mukosa

    nasal. Saraf fasiai

    berputar

    tajam

    kebawah

    dan

    terletak

    posterior

    dari

    ganglion genikulatum,

    membentuk

    genu

    pertama.

    Timpani

    (panjang

    8-11 mm)

    :

    terletak

    di antara

    bagian distal

    ganglion

    genikulatum

    dan

    berjalan

    ke

    arah

    posterior

    telinga

    tengah, kemudian

    naik

    ke

    arah

    tingkap-

    i::njcng

    *::ne;ila

    cvaiis) dan

    stapss,

    iai:

    'il.;lun

    da:i

    ;leinuaian

    tei'leiaii

    sejajar'

    dengan kanal

    semisirkularis

    horizontal.

    Segmen

    timpani

    ditutupi

    oleh

    selubung

    tulang

    yang

    tipis.

    ,

    s.

    Mastoid

    (panjang

    10-14

    mm) : Di rgngga

    mastoid

    saraf fasial

    dibagi menjadi

    pars

    horizontal atau

    pars

    timpani

    yang

    terletak dikavum

    timpani

    dan

    pars

    vertikal

    atau

    pars

    mastoid

    yang

    terletak

    di

    rongga mastoid. Perubahan posisi

    dari

    segmen

    timpani menjadi segmen

    mastoid

    disebut

    sebagai segmen

    piramidal

    atau

    genu

    eksterna. Bagian

    ini merupakan

    bagian

    paling posterior

    dari saraf fasial,

    sehingga

    mudah

    terkena

    trauma

    pada

    saat operasi,

    selanjutnya

    segmen ini

    berjalan

    ke arah

    kaudal

    menuju

    foramen stilomastoid.

    Tepat

    sebelum keluar

    dari

    foramen

    ini,

    saraf

    fasial mempersarJri

    korda

    timpani. Pada

    pars

    matoid

    ini

    keluar

    3

    cabang,

    satu

    cabang motorik

    ke m.

    stapedius

    satu

    cabang

    sensorik

    ke

    lidah

    sebagai

    korda

    timpani

    dan

    satu

    cabang sensorik

    dari cabang

    auricular

    saraf vagus

    yang

    mempersarafi

    posterior

    liang

    teiinga

    0'

    Ekstrakranial :

    Setelah keluar

    dari foramen

    stilomastoid,

    saraf

    fasial

    masuk

    kedalam

    glandula parotis

    dan membagi

    diri untuk mensarafi

    otot-otot wajah.

    i

    $'

    ,{

    tr

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    6/17

    @

    Gambar

    1.

    Felaranan

    saraf lasia"

    Saraf fasial

    mempunyai

    neuron

    motorik

    tunggarl

    yarg

    ierietak daiam

    sisteni

    sarai

    pusat

    (SSP).

    Akson

    sel

    motorik

    dibungkus

    oleh sel

    sc,lwvr.jnn

    yang

    rrembentuk

    tubulus

    neuralis.

    Nodus Ranvier yang

    merupakan

    batas

    antar sel

    schwann dapat

    ieilihat

    iiap

    satL;

    millimeter.

    Saraf fasial

    merupakan

    saraf tepi

    yang

    dihungkus

    oleh

    3

    lapis

    jaringan

    yang

    mempunyai

    sifat

    berbeda.

    Dari luar

    ke

    dalam

    terdapat

    epineurium,

    perineurium

    dan

    endoneurium.la

    Patogenesis

    Paresis

    saraf fasial

    akibat

    otitis

    media

    kronis

    dapat terjadi

    akibat

    be[rerepa

    sehab:

    osteitis, erosi

    tulang,

    penekanan

    oleh

    eclema,

    inflamasi

    langsung

    akibat

    infeksi,

    atau

    neurotoksik

    dari

    sekret

    kolesteatoma

    .

    2,15,16

    Penyebaran

    infeksi

    ke

    saraf

    fasial

    dapat

    meialui

    beberapa

    jalur

    antara

    lain

    penyebaran

    secara

    langsung

    dari telinga

    tengah

    atau

    mastoid.

    Terbukanya

    kanal

    Fallopi

    merupakan

    risiko

    untuk

    timbulnya

    paresis

    fasial

    otogenik

    akibat

    otitis medla

    supuratif

    kronis

    khususnya

    bila

    terlihat

    adanya

    kolesteotoma.

    Pada

    saraf fasial

    akan terjadi

    proses

    peradangan

    dan edema

    yang

    menghasilkan

    cedera

    saraf.

    Proses

    tersebut

    akan

    menimbulkan

    penekanan

    pacla

    saraf,

    yang

    menyebabkan

    invaginasi

    dari

    nodus

    Ranvier

    dan demielinis6si.5,6,15

    Kondisi

    tersebut

    menyebabkan

    serabut

    saraf

    tidak mampu

    meneruskan

    impuls. Besamya

    tekanan

    menentukan

    berat

    clan

    cepatnya

    kejadian

    kelumpuhan

    saraf. Bila

    proses

    penekanan

    tersebut

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    7/17

    1.

    Qc"re.tts

    ,t/;ii lF a-t"ic,{

    |iEterw

    ,}u\ofrsteai:otft

    sr,rnderland

    mengklaslfiiialikun.ed.ru

    saral

    irsriasarkan

    nistol*lr;nya:s,14

    cedera

    tingkat

    I

    atau

    blok

    konduksi

    (neuropraksia),

    terjadi

    bila

    konduksi

    impuls

    terhambat,

    membendung

    sebagian

    ariran

    transpor

    prasma.

    Bira

    penekanan

    dihilangkan,

    maka

    fungsinya

    akan

    segera

    kembari

    normar

    atau

    daram

    3 minggu.

    Cedera

    tingkat

    ll

    (aksonotmesis),

    terjadi

    bila

    aliran

    transpor

    aksoplasma

    total

    terhenti

    selama

    beberapa

    hari,

    sehingga

    terjadi

    diskontin

    uitas

    akson.

    Cedera

    tingkat

    lll

    (neurotmesis)

    terjadi

    bila

    tekanan

    inhaneurai berlanjut dan

    terjadi

    kerusakan

    lapisan

    endoneurium.

    pada

    kerusakan

    ini

    akan

    terjadi

    perbaikan

    tidak

    lengkap,

    karena

    akson

    nernasuki

    lapisap

    endoneurium

    yang

    salah

    sehinqca

    neflrehtkar

    srkineis

    I

    z.

    Fada

    cedera sara{ tingkat

    lV dan V

    tidak axan dilumpai

    penyenrbuhan

    sp0nlan,

    iidn,ur,

    harus dengan tindakan operatif. Pada OMSK serabut saraf biasanya tidak terpotong, teiapi

    mengalarni

    penekanan.s'14

    2.

    3.

    I

    I

    1"1

    I

    Slte of

    Rqcoverv 6rcul}

    Gambar

    2. Derajat kerusakan

    dan

    pemulihanl

    E

    R

    A

    J

    A

    T

    40

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    8/17

    Selain

    penekanan

    dan'edema,

    kolesteatoma

    juga

    melibatkan

    proses

    biokimia dan

    factor

    seluler. Akumulasi keratin

    pada

    kolesteatoma

    juga

    bertindak

    sebagai benda asing

    yang

    rflerengsang aktilitas

    makrofag, Sejumlah

    endotoksin

    cian enzim

    dilepaskan oieh

    bakteri

    yang

    terdapat

    di sekitar

    kolesteatoma.

    Akhirnya

    sel

    mesenkim

    subepitel

    berproliferasi dan

    juga

    mengeluarkan

    kolagenase

    dan enzim lain

    yang

    dapat

    merghancurkan

    tulang.lz

    Berdasarkan

    penelitian

    Savic

    dan

    Djericz

    menemukan sebanyak

    75%

    penderita

    paresis

    saraf fasial

    kanalis fasialisnya

    tidak

    intak

    dan

    sebanyak

    77.2%

    terjadi

    pada

    segmen

    timpani, Peneliti menyimpulkan

    hal ini

    disebabkan

    terpaparnya

    kanal fasial

    atau

    dinding kanal

    yang

    tipis.

    Selesnick

    dkko

    juga

    melaporkan

    area

    saraf fasial

    yang

    paling

    serinE mengalami

    kerusakan

    adalah segmen

    timpani,

    tempat

    yang paling

    sering

    terkena

    adalah tingkap lonjong.

    Selanjutnya

    adalah

    genu

    kedua,6

    Gejala

    klinis

    Kelumpuhan

    saraf fasial

    unilateral

    relatif lebih

    sering

    ditennukan

    dibandingkan

    kelumpuhan

    bilateral.

    Pada rnastoiditis,

    otitis

    media dan

    kolesteatoma

    kelumpuhan

    saraf

    fasial

    memperlihatkan

    jenis

    kelumpuhan

    lower mofor

    neuron

    (LMtrt;.ts

    Paresis

    saraf

    fasial

    menyebabkan

    kelumpuhan

    otot-otot

    wajah.

    Penderita

    tidak

    dapat

    atau kurang

    dapat

    menggerakkan

    otot wajah,

    sehingga

    penderita

    tidak

    dapat

    mdngerutkan

    dahi,

    menutup

    fisuia

    palpebra

    dan

    mengangkat

    sudut

    mulut.

    Kelumpuhan

    otototot

    wajah

    akan menimbulkan

    kelainan

    ekspresi wajah

    dan

    kesulitan

    makan.

    Paela

    kelainan

    unilateral,

    saat

    penderita

    menggembungkan

    pipi

    dan mengerutkan

    dahi

    tampak

    wajah penderita tidak

    sims[1b.1'1a,le

    Adanya

    riwayat

    keluar

    cairan

    dari telinga

    (otore)

    sebelumnya, gangguan

    pendengaran,

    vertigo

    dan

    tinitus merupakan

    gejala

    yang

    sering

    terjadi

    dan

    bersamaan

    paresis

    saraf fasial.

    Diagnosis

    Diagosis

    dari

    paresis

    fasialis

    oleh

    karena

    otitis

    media kronis

    ditegakkan

    t tvvts t\l

    vr ilo uttvvqt\t\qt

    I

    berdasarkan

    anamnesis,

    gejala

    klinis,

    pemeriksaan

    fungsi

    saraf fasial

    dan

    beberapa..-*--*-

    .:

    ,"

    *"*

    ""-.-**.r*e***i

    4-_

    vvv9rsys

    penneriksaan

    penunjang.

    Pemeriksaan fungsi

    saraf

    fasial

    diperlukan

    untuk menentukan

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    9/17

    ,$rigffdj..;,.

    ,

    Qd.resis

    Sdrdf

    q'dsi4[

    furena']dofesteatom

    letak lesi,

    beratnya

    kelumpuhbn

    dan

    prognosis.

    Pemeriksaan

    meliputi fungsi

    motorik

    otot

    wajah,

    ada

    tidaknya

    sinkinesis

    atau

    hemispasme,

    gustatometri,

    tes

    schimer

    dan

    tes

    ra

    n

    g

    sei'i

    g

    $a raf

    {i

    ;iive

    e,x,iehrt,i1'

    fest

    l.

    z, t +

    Terdapai

    bebero,*a

    macam

    sistem

    pelaponan

    r.rntuk

    penilaian

    fungsi

    saraf

    fasial.

    dientaranya

    pelanoran

    dengan

    sistem House-Brackmann,

    Botmsp

    and

    Jongkeae,

    i\.,lsy

    Adour

    and Swanson

    dan

    Yanagihara.

    sistem

    pelaporan

    ini

    sangat

    penting

    untuk

    mengevaluasi

    kesuksesan

    atau

    kegagalan

    berbagai

    ,ienis

    terapi. American

    academy

    of

    otolaryngology-head

    and

    Neck Surgery

    mefyebutkan

    sistem House

    Brackmann

    adalah

    alat

    pemeriksaan

    gradasi

    saraf fasial

    yang

    pdting

    banyak

    digunakap.

    zo

    Pada

    penilaian

    dengan sistem

    House-Brackmann,

    Derajat

    1 fungsi

    motorik

    wajah

    ncrrtai

    tli

    semua

    area. Detajat

    2

    disfungsi

    ringan,

    dapat

    ditemukan

    kelemahan

    pada

    otot

    wajah,

    saat istirahat

    tonus

    otot

    normal

    dan

    simetris,

    gerakan

    kerutan

    dahi

    normal

    atau

    terdapat

    gangguan

    ringan,

    mata

    dapat

    menutup

    sempurna

    dengan

    usaha

    minimal,

    gerakan

    mulut

    asimetri

    minimal. Derajat

    3

    disfungsi

    sedang,

    dapat terlihat

    sinkinesis,

    koiltralit'rii,

    atau

    spasnre

    helnifasial,

    saat istirahat

    ionus otot

    normal

    den simetris,

    gerakan

    keru;tsn

    dnbi ter'"laiat

    gangg'ran

    ringan

    sedang, mata

    dapat

    menutup

    sempurna

    dengan

    usal:a,

    ;erekarr

    rlil,.lic"rt

    lemah

    der:'tan

    usaha makslrnel,

    Derajat

    4

    Cisfui-igsi

    sedang

    herat,

    terCapat kelemahan

    yang

    jelas

    pada.

    satu

    sisi wajah,

    saat

    istirahat

    tonus otot normal

    dan

    :rmetris,

    tidak

    terdapat

    gerakan

    keruran

    dahi,

    mata

    tidak

    dapat

    menutup

    sempurna,

    gerakan

    mulut

    asimetris

    dengan

    usaha

    maksimal.

    Derajat

    5

    disfungsi

    berat,

    saat istirahat

    wajah

    asimetris,

    tidak terdapat

    gerakan

    kerutan dahi,

    mata

    tidak dapat

    menufup

    sempurna,

    gerairen

    niuiut

    nniilirriei,

    D,lrlelut

    S

    paralisis

    tot;;..Ii

    Penilaian

    dengan

    sistem

    Freyss,

    pada

    sistem

    ini

    dinirai

    4

    komponen,

    yaitu

    pemeriksaan

    fungsi

    motorik,

    tonus,

    sinkinesis

    dan hemispasme.

    Pada

    pemeriksaan

    sistem

    motorik,

    wajah dibagi

    menjadi

    10

    area,

    berdasarkan

    10

    otot

    yang

    bertanggung

    jawab

    terhadap

    mimik dan

    ekspresi wajah.

    Untuk

    setiap

    gerakan

    dari

    kesepuluh

    otot

    tersebut

    dibandingkan

    antara sisi

    kanan dan

    sisi kiri

    dan diberi nilai

    0-3,

    dengan

    keteranEan

    nilai

    3

    bila

    gerakan

    normaldan

    simetris,

    nilai2

    bila

    ada

    gerakan

    antara

    nilai

    1dan2,

    nilai

    1 bila

    terdapat

    sedikit

    gerakan,

    nilai

    0 bila tidak

    ada

    gerakan

    sama

    sekali. Pada

    keaclaan

    istirahat

    tat;pol i:;'':ireksi,

    i,.iii:t

    i:::ilc ijlfit menentuk;l

    lit,r;:'::ri.;,Tlaan

    -:.,,,-ii,;_:i:jrl

    ekiJl:'li ,.,'11;tti:.

    Pemeriksaan

    tonus wajah

    dinilai

    dengan membagi

    wajah menjadi

    5 area. Menurut

    Freyss,

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    10/17

    I

    pemeriksaan

    tonus

    merupikan

    hal

    penting

    dan

    penilaian

    tidak

    harus dilakukan

    untuk

    setiap

    otot,

    melainkan

    cukup

    untuk setiap tingkatan

    otot-otot

    wajah. Nilai

    untuk

    tonus

    bemilai 0-3,

    nilai 3 untuk

    tonus

    normal, 0 bila

    tidak ada

    tonus, Apabila

    terdapat

    hipo atau

    hipertonus

    maka

    nilai 3

    dikurangi

    1-2

    tergantung

    derajatnya.

    Untuk

    mengetahui

    ada

    tidaknya

    sinkinesis

    dilakukan

    perneriksaan, penderita

    diminta

    memejamkan

    mata

    sekual

    kuatnya, kemudian

    pemeriksa

    memperhatikan

    ada

    tidaknya

    gerakan

    otot-otot

    di

    daerah

    iudut

    bibir atas,

    diberi

    nilai

    2 bin

    tidak

    ada

    sinkinesis.

    S la

    tnrr *pat slrik"inesir

    nilai

    dikurangi

    1

    atau 2

    tergantung

    pada

    derajatnya.

    Pemeriksaan

    kedua

    penderita

    ciiminta

    tertawa

    lebar sambil

    memperlihatkan

    gigi,

    kemudian

    pemeriksa

    memperhatikan

    ada

    atau

    tidaknya

    gerakan

    otot-otot

    sudut mata

    bawah,

    diberi nilai

    ? bila tidak

    ada

    sinkinesis. Bila

    terdapat

    sinkinesis

    nilai

    dikurangi

    1 atau

    2 tergantung

    pada

    derajatnya.

    Pemeriksaan

    ketiga

    sinkinesis

    juga

    dapat

    terlihat saat

    serang

    berbicara

    (gerakan

    emosi).

    Pemeriksa

    memperhatikan

    ada

    tidaknya

    gerakan

    otot

    sekitar

    mulut,

    diberi

    nilai

    '1

    bila tidak

    ada

    sinkinesis,

    bila

    terdapat sinkinesis diberi

    nilai 0.

    Bila ticjak terdepet

    i-teinispasiyre

    tjibeti

    nilai

    1. Bila terdapat hemispasme

    diberi nilai minus

    1

    untuk setiap

    gerakannya.2t

    Pemertksaan

    Penunjang

    P em

    eriks a a

    n T

    op

    ognostik

    Untuk

    mengetahui letak lesi digunakan

    uji topognostik. Uji

    ini meliputi

    pemeriksaan

    adanya

    rasa

    nyeri ditelinga,

    fungsi

    pengecapan, protluksi

    air

    mata, saliva

    dan adanya

    reflex stapedial.t

    Pcmeriksaan

    Elektrofi

    sioloqik

    Perneriksaan elektroflsiologik diperlukan

    biia beratnya

    cedera tiaak

    jeias

    can

    liiga

    u ntuk menentukan

    prognosis.

    Pemeriksaen

    elektrofi

    siolog

    ik iian'taia"ya :

    1. Nerue excitability

    test

    (NET)

    dilakukan dengan

    bantuan

    alat

    stimulator

    saraf fasial,

    yanE

    rnernpr.lnyai

    kekuatan

    22,5

    volt

    dan

    mengalirkan

    arus

    listrik secara konstan

    dengan

    ambang 0-10

    mA.

    Pemeriksaan

    ini

    melibatkan

    rangsang saraf fasial secara

    perkutaneus yang

    dimulaidari

    sudut

    rahang atau

    foramen stylomastoid.

    Laumans dan-

    Jcngkees

    s*pertidiliutip

    dariSjarifuddiar,

    pad::

    t;hl:n

    19fl;,,i,i,il.::lian

    peneliiian

    pada

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    11/17

    -

    ,.-*a**e*i:

    Qa,resis

    .9

    a1f

    fasiaf

    futrena'l(ofesteatom

    l4lpasienyangdiperiksadenganNETdantidapatkanper,edaannilaiambangsisi

    n0rmal

    dengan

    sisi

    paresis

    lebih

    dari

    3,5

    mA

    merunjukkan

    Fgnosis

    yang

    buruk'

    1

    2.

    Maximal

    stimulation

    lesf

    (MST)

    Pemeriksaan

    ini

    pertama

    kali

    diperkenalltan

    olei

    May

    e

    al.

    Pemeriksaan

    lnl

    sangat

    baik

    untuk

    monge'laluasi

    clegenerasi

    sarlf

    fasia

    '6gerl

    seteiah

    cnset'

    Pemeriksaen

    ,_

    ini

    dapat

    dilakukan

    dengan

    menggunakdn

    alat

    strruhs

    saraf

    yang tersedia

    secara

    komersil.

    Perneriksaan

    dilakukan

    pada

    5 area

    wajat

    yaitu

    :

    Dahi

    dan

    alis

    mata,

    area

    periorbita,

    pipi,

    bibir

    atas

    dan ala

    nasi,

    bibir

    bawrh

    area

    servikal

    dan

    pla$sma'

    Respon

    pada

    sisi

    cedera

    dinilai

    sebagai

    sama

    (eqr.nl,

    berkurang

    minimal

    (minimally

    decrease),berkurang

    bermakna

    (markedlydecrease),idak

    ada

    (absenf) dibandingkan

    dengan

    sisi

    normal.

    Berkurang

    minimal

    {Minimally

    dcreasedJ

    ditetapkan

    bila

    respon

    kontraksi

    otot

    pad:

    sisi cedera

    sebesar

    50%

    dari

    1isi

    normal,

    lvlarkedty

    decreased

    ditetapk:n

    bila

    respon

    ilontraksi

    otot

    pada

    sisi

    cdera

    sebesar

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    12/17

    ,t

    mengalami

    keterlambatan

    10-20

    hari

    dari

    onset

    cedera,

    tergantung

    dari

    iarak

    lol''asi

    cedera

    saraf

    ke

    neuron

    motor'

    22

    5'

    Blink

    refleks

    BlinkreflekdigunakanuntukmenEevaluasisaraftrigeminusdansaraffasial.Namun

    peda

    i:mumnya

    bllnk

    refleks

    digunakan

    untuk

    mengevaluasi

    Beil's

    Palsy'

    F'efleks

    kornea

    merupakan

    contoh

    yang baik

    untuk

    blink

    ieiieks

    Biia

    kornea

    distimulasi'

    maka

    j

    terjadi

    kedipan

    pada

    kedua mata. Bagian aferen

    tefleks

    ini

    clitirnhulkan

    oleh

    n.Trigeminus

    yang ipsilateral,

    sedangkan

    bagian

    e{eren

    rlitimbulkan

    oleh

    saraf

    fasial

    bilateral.

    pada

    fase

    kronis

    paresis

    fasialis,

    ElvlG

    rnerupakan

    pemeriksasn

    yang

    palirig baik

    untuk

    memperkirakan

    onset

    penyembuhan

    dan

    mengevaluasi

    sisa

    dufisii

    neurologis'

    $aat

    proses regenerasi

    berjalan,

    unit

    motor

    menjadi

    besar

    kerena

    banyak

    serabut

    ctr:t

    lneiei:ihi

    normalyang

    dipersarafi

    oleh

    neuron

    yang mengalami

    regenera-ri

    Perneriksaan

    Penunianq

    lain

    Audiometri

    nada

    rnurni

    dan

    audiometri

    tr:tur

    penting

    untuk

    mengetahui

    jenis

    dan

    derajat

    gangguan

    Pendengaran'1

    Perneriksaan

    penunjang

    meliputi

    radiolngis

    mastoiel

    untirk

    melihai

    adai:-va

    kolesteatorna

    dan

    tomografi

    komputer

    (TK)

    dapat

    mengevaluasi

    adanya

    destruksi

    iulang

    ,

    kolesteatoma

    dan

    rangkaian

    tulang

    pendengaran.

    Tl"(

    saraf

    fasial

    seheium

    aperasi

    tii:ak

    banyak

    memberikan

    informasi

    karena

    tidak

    dapat

    mendeteksi

    kerusakan

    kecil

    pada

    kanalis

    fasialis

    dan

    karena

    kelokan-keiskan

    yang

    ada

    sepanjang

    saraf

    fasiai'2'14

    Pegobatan

    pada

    paresis

    saraf

    fasial

    akibat

    otitis

    media

    supuratif

    kronik

    peEobatan konservatif

    dengan

    antibiotlk,

    anti

    inflamasi,

    kortikosteroid,

    dan

    neurotonik

    hanya

    diberikan

    untuE-'-

    --;

    persiapan

    pembedahan

    mencegah

    semakin

    memburuknya

    paresis'

    Pada

    otitis

    media

    supuratif

    kronik

    rjengan

    paresis

    fasialis,

    tindakan

    pembedahan

    yeritu rnasrioidekt+nnl

    ung"lil

    meri:bersihkan

    sejur;lh

    r;nlga

    mastoifi

    del;'i

    daerah

    k:nal

    ;as;el

    dari

    sumber infeksi

    dan

    kolesteoeoma,

    haruh

    segera

    dilakukan.

    Mastr:iqiektemi

    dikeriakan

    untuk

    mengangkat

    kolesteatoma

    dan

    jaringan

    patologis'zr

    Daerah

    yang paiing sering

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    13/17

    cParesis

    Saraf

    Fasiaf

    ftarcna

    Kofesteatom_

    terkena

    adalah

    segmen

    timpani

    dan

    biasanya

    kanal

    falopi

    hancur.

    Biasanya

    sarafnya

    sendiri

    intak

    dan

    kolesteatom

    hanya perlu

    diangkat

    dari

    sarafnya.2,6

    Bila

    terdapat

    kerusakan

    saraf,

    rnaka

    saraf

    yang

    rusak

    harus

    di

    potong

    dan

    segera

    difgkOnStn.rkSi

    r)enaan qnrl-ta-enr -an4sJrtrnr,al,,

    >j-qt1

    f,,in2r.v

    I

    r

    ".

    r.1,y,t,;1t

    .../

    ".,t,r1,

    ,,..

    ,n

    FT

    A;*

    -r/

    tz-

    z -

    -/

    '/IJ'

    ;:','u

    ,_

    LenUnpfas;i

    gJla\';ASra,

    d|fiV|;X.,at

    iJlt..tpat:r"|littt\'illkoo..):

    jJ

    Vllr'Jtrr'rLit

    elektroneurografi

    didapatkan reduksi sebesar 90%,

    yang

    berarti

    telah

    terjadi

    kerusakan

    pada

    selubung

    myelin

    saraf.22

    Prognosis

    Beberapa

    faktor

    prognostik

    yang

    dinilai

    pada

    paresis

    saraf

    fasial adalah

    umur,

    deralat

    paresis,

    penilaian

    elektrofisiologik,

    reflek

    stapedius,

    fungsi

    lakrimalis

    dan

    pergerrkan

    spontan.

    Berdasark;n

    penelitian

    yang

    dilakukan

    oleh

    lkeda dkks

    melaporkan

    bal',wa

    faktor

    yang

    paling

    prediktif

    d.lam

    prognosis

    paresis

    fasial

    adalah

    neive

    excrtability

    ,esf

    (NET).

    Laporan

    kasus

    Seorang

    laki-laki,

    umur

    25 tahun

    datang

    ke

    poli

    THT RSMI-{ dengan

    keluhan

    mulut

    mencong

    ke

    kanan.

    Penderita

    juga

    mengeluh

    keluar caii'an

    bau

    berwarna

    kuning

    dari

    teliriga

    it)ri,

    pusii:;

    b*rp*tar,

    teilnga

    kiri

    berd*ilglng

    **r

    pendei]i]*rilri

    bei'kurnrrg

    l"elilhar

    ini

    diderita

    sejak

    3

    bulan

    yang

    lalu.

    Riwayat

    keluar

    cairan dari

    kedua

    telinga

    sejak

    penderita

    berusia

    2 tahun.

    Penderita

    lalu dikonsulkan

    ke suhdivisi

    otologi

    THT.

    Dari

    anamnesis

    didapatkan

    wajah

    mencong

    ke

    kanan,

    dan

    matanya

    tidak

    bisa

    ditutup

    rapat

    sejak

    3

    bulan sebelumnya.

    Riwayat

    keluar

    cairan

    dari

    kedua

    telinga

    sejak

    usia

    2

    tahun.

    Pendengaran

    telinga

    kiri sangat

    herliurang

    dibanding

    i*iinga

    kanari.

    frasa

    pusing

    berputar

    ada,

    keluhan

    gangguan

    air mata

    tidak

    ada,

    sakit kepala

    disisi kiri.

    Pemeriksaan

    fisik

    secara

    umum

    dalam

    batas

    norlmal. Telinga

    kiri iiang

    telinga

    sagEing

    dan

    terdapat

    sekret

    mukopurulen

    dengan

    bau

    khas

    kolesteatonta.

    'lelinga

    kanan

    didapatkan

    perforasi

    subtotal

    tenang,

    hidung

    clan

    tenggorok

    tidak

    acja

    keiainan.

    Pada pemeriksaan audiogram didapatkan telinga

    kiri

    tuli camptrr sangat berat

    {120

    dB).

    Telinga

    kanan

    didapatkan

    tuli

    konduktif

    40d8.

    Hasil

    pemeriksaan

    labotarium

    darah

    I

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    14/17

    leukosit

    11800

    /mme,

    hemoglobin

    14,9

    Edl

    dan

    yang

    lain dalam batas

    normal.

    Hasil

    pemeriksaan

    foto

    polos

    mastoid

    didapdkan

    kesan

    OMSK tipe sklerotik

    dengan

    kolesteatom

    pada

    telinga

    kiri dan

    OMSK

    tanpa kolesteatom

    pada

    telinga

    kanan.

    Dari

    tontografi komputer mastoid

    didapatkan

    kesan

    mastoiditis tipe skierotik kanan,

    agenesis

    telinga

    tengah

    klr

    dan

    kolesteatom

    telinga kiri dengan

    destn;kst ti:iang. Tes

    gusiatonretri

    da;s:-il

    l)i; fi$

    nat'u:;,i.

    **ida;*f';::n

    klasifikas;

    l"ir-:i,rrq*-.ii;*ckrn*:l;r

    {i;l;i-,;r:iiian

    pait::iirt

    r,;i:tiiji

    fasial

    derajat

    lV.

    Mengingat

    keterbatasan

    alat

    yang

    ada

    di

    bagian Tl-lT-KL. RSMH,

    maka

    pemeriksaan penunjang

    lainnya

    tidak dapat

    dilakukan.

    Diagnosa kerja

    pada

    penderita

    ini

    adalar

    otitis

    media

    supuratif

    kronis rnaligna

    telinga

    kiri

    dengan

    paresis

    saraf

    fasial

    perifer

    HB

    derajat

    lV

    dan

    otitis media

    supuratif

    kronik benigna

    telinga kanan

    fase

    tenang. Pada

    pasien

    ini

    telah diberikan

    pengobatan

    antibiotik

    oral, kortikosteroid,

    antibiotik

    tetes telinga,

    analgetik

    dan H2023

    %

    sebagai

    cuci

    tellnga.

    Pasien

    lalu

    dilakukan radikal

    mastoidektomi.

    lnra

    operatif ditemukan

    pada

    kavum

    timpani

    terdapat kolesteatom

    luas,

    jaringan

    ikat

    oan

    jaringan

    granulasi,

    Tulang

    pendengaran

    hanya

    ditemukan

    serpihan

    prosesus

    brevis

    inkus. Tidak ditemukan

    defek

    pada

    kanal fasial.

    Dinding

    posterior

    sudah runtuh,

    terdapat

    bridge lalu

    diamputasi.

    Kolesteatorna

    dan

    jaringan

    granulasi

    sangat

    iuas

    pacja

    kavL:i"n

    rnas{olcj. D'ure

    tern.rpar

    2x0.5

    cm

    sedangkan

    sinus

    simoid

    tidak.

    Dilakukan

    pengangkatan

    kolesteatoma

    dan

    jafi,"'*t"t

    ':ryilUl;:t:

    rr..]r;"1:;i';

    .'i,ingkin.

    KO r.::,',,:,,t.'

    ,.?i-hasi

    "''.'':''

    j

    iltul

    lr:'1;;,';.1':..";

    meatoplasti, timpanoplasti

    tipe

    lll

    dan

    penutupan

    dura

    dengan tulang. Luka

    operasi

    ditutup lapis

    demi lapis.

    Pasca

    operasi

    pasien

    diberikan

    antibiotik dan kor-tikosteroid

    intravena

    dan

    analgetik. Satu

    hari

    pasca

    operasi

    paresis

    fasialis

    menjadi

    HB derajat

    l. Luka

    jahitan---

    tenang.

    Satu

    buian setela[t operasi

    penderita

    menunji.liikan

    peroaikan

    dan

    tidak'iere.lapat

    lagiparesis saraf fasial.

    t,

    i

    l3

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    15/17

    S,rrttit

    5

    orol'1,tsia [

    futrena'{o[es

    r-ctr;-,0-*

    :

    Faresis

    fasiairs

    meri.ipakan

    suatu

    i(elumpuhan

    dari otot-otot wajah. Penderita

    tidak

    dapat atau kurang

    dapat menggerakkan otot-otot

    wajah, sehingga

    tampak wajah

    pasien

    tidak

    simetris.

    Otitis

    media

    supuratif kronis

    sangat

    berpotensi menimbulkan komplikasi

    diantaranya paresis ervus fasial.

    Pengobatan modern

    dengan

    pemberian antibiotik

    telah

    menurunkan komplikasi

    yang

    ditimbulkannya.

    Upaya

    untuk

    mengatasi

    timbulnya

    komplikasi

    ekstrakranial

    dari

    otitis media

    supuratif

    kronis,

    adalah dengan

    mencegah

    bertambah

    beratnva infeksi

    pada

    otitis media

    supuratif

    kronis dengan

    pemberian

    antibiotik

    dan ear toilet.t

    Dilaporkan

    kasus

    seo;ang laki-laki

    umur

    25

    tahun dengan

    otitis media

    supuratif

    k',:Ii:l

    *Uiign*

    l;riii;:il1; 1,:" :r:ilga,t

    pares'.

    ,

    :r'li

    li:".,iel

    pf

    ;r:.i

    ;";l

    .':llajei

    l'""

    ,-:,r,';

    ::i:lis

    media

    supuratif kronik

    benigna telinga

    kanan fase

    tenang.

    Dari

    anamnesis didapatkan

    keluhan

    muka menceing

    dan

    adanya riwayat keluar

    cairan

    yang

    cukup lama.

    Keluhan muka

    mencong menunjukkan

    wajah

    yang

    tidak

    simetris,

    Flal

    tersebut sesuai

    dengan kepustakaan

    yang

    rnenyebutkan

    bahura kelumpuhan

    saraf

    fasial

    ditandai dengan

    asimetri

    wajah. Adanya

    riwayat

    keluar

    cairan

    yang

    cukup lama

    menunjukkan

    adanya

    OMSK

    yang

    merupakan

    penyebab

    kelumpuhan

    saraf

    fasial^1,2

    Pada kasus

    di atas

    diberi

    pengobatan

    berupa

    antibiotika

    dan kortikosteroid

    selanjutnya

    dilakukan

    mastoidektomi

    radikal.

    Hal

    tersebui

    sesuei dengan

    Kepustakaan

    bahwa

    prinsip

    terapi OMSK maligna

    ialah

    operasi.z3

    Pasca

    operasi,

    paresis

    saraf fasial menjadi

    HB derajat

    l. Perbaikan

    tersebut

    terjadi

    karena

    operasi

    yang

    dikerjakan

    mampu menghilangkan

    infeksi

    dan

    kolesteatoma

    yang

    menjadi

    sumber

    penekanan

    atau kompresi

    saraf.

    Bila

    kompresi

    tersebut

    dihilangkan

    maka

    akan terjadi

    penyembuhafl

    sp0nt66.7,17

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    16/17

    2

    A

    18.

    L

    Daftar

    Pustaka

    1. Sjarifuddin,

    Bashiruddin

    J,

    Bramantyo

    B.

    Kelumpuhan

    saraf

    fasialis.

    Daiam:

    Buku

    ajar

    llmu

    Kesehatan

    Telinga

    Hidung

    Tenggorok

    Kepala

    Leha.

    Edisikeenam,

    hal114-117

    2.

    yetiser

    S,

    Tosun

    F, Kazkayasi

    M. Facial

    Nerve

    Paralysis

    Due to

    Chronic

    Otitis

    Media.

    Otology

    &

    lieuntclogy

    ?l)02;2'?:580-8.

    7.

    Mahekam

    Tp,

    Croxson

    GR,

    Coulson

    S. lnfective

    Causes

    of Facial

    Nerve

    Paralysis

    Otology

    &

    Neurotology

    2006;28:

    1

    00-03.

    \S*rg

    FlM,

    l-ir

    JC,

    Tai

    CF

    et

    al.

    Analysis

    ;f

    tulasttld

    findings

    *l 3:;tgeri

    to

    Tre:*i

    Lliiidl*

    [ar

    Cholesteatoma.

    Arch

    Otolaryngol

    Head Neck

    Surg

    2006;132:1307-10

    euaranta

    N, Cassano

    M,

    Quaranta

    A.

    Facial

    Paralysis

    Assosiatecj

    Wiih Cholesteatoma:

    A Review

    of

    13

    Cases.

    Otology

    &

    I'leu

    rotology

    2007

    ;28:405'7

    .

    Selesnick

    SH,

    Macrae

    AGL.

    The

    lncidence

    of

    Facia{ Nerve

    Dehiscence

    at Surgery

    for Choiesteatoma.

    Otology

    &

    Neurotology

    2001

    ;22:129-32.

    lkeda

    M,

    Nakazato

    H, Onoda

    K,

    Hirai

    R, Kida

    A.

    Facial

    Nerve

    Paralysis

    Caused

    by

    Middle

    Ear

    Cholesteatoma

    and

    Effects

    of

    Surgical

    lntervention.

    Acta Oto-Laryngologica

    2006;126:95-100

    Yoo

    JK.

    Facial

    Nerve

    Paralysis,

    Dept. 0f

    Otolaryngology,

    UTMB,

    Grand

    Rounds

    lkeda

    M,

    Abiko

    Y,

    Kukimoto

    l,l et

    al. Clinical

    Factors

    that

    lnffuence

    the

    Prognosis

    of Facial

    Nrrrve

    Paralysis

    and

    the Magnitudes

    of lnfluences,

    Laryngoscope

    2005;1

    1

    5:855-60'

    Silver

    AJ, Janecka

    l,

    Wazen

    J

    et

    al. Complicated

    Cholesteatomas:

    CT

    Findings

    in

    lnner

    Ear

    Cornplications

    of

    Middle

    Ear Cholesteatomas.

    Raciiology

    1987;164:47-5i

    '

    probst

    R et

    al.

    Clinically

    Relevant

    Anatomy,

    Function

    and

    Evaluation

    of

    Facial

    Nerve.

    ln:

    Basic

    Otorhinolaryngology.

    New

    York:Thieme'2006:p.

    291 .

    Ballenger

    JJ,

    Snow

    JB.

    Otortrinolaryngology:

    Head

    and

    Neck

    Surgery.

    1$h

    Ed. USA:

    Williams &

    Wilkins

    1946:1153-9

    13. No

    Name.

    Human

    Face.

    Available

    al

    a1a1trqr.qgjf1idnl$-q.rliltornyiilqlgl''em|i i,ri,:,i.i

    '

    Cited

    Ocober,

    13th

    2008'

    14.

    15.

    Maisel

    RH,

    Levine

    SC.

    Gangguan

    Saraf

    Fasialis.

    Dalarn

    : Adams

    Gl

    .

    Boies

    LR,

    Higler FA.

    Buku

    Ajar

    Penyakit

    THT.

    Ed 6.

    Penerbit

    Buku

    Kedokteran

    EGC.1997:139-52

    Joseph

    EM,

    $pe1ing

    Nlr,4.

    Facial

    Nerve

    Paralysis

    in Acute

    Otitis

    Media:

    Cause and

    Management

    Revisited.

    Otolaryngology

    Head

    and

    Neck

    Surgery

    1998;1

    1 8:694-96

    Zinis

    LRD,

    Gamba

    P,

    Balzanelli

    C.

    Acute

    Otitis

    tr4edia

    and

    Facial

    Nerve

    Paralysis.

    Otology

    &

    Neurotology

    2003;24:1

    13:l

    17

    .

    i

    Moody

    MW,

    Lambert

    PR.

    lncidence

    of

    Dehisc-i:nce

    of

    the

    Facial

    Nerve

    in 416

    Cases

    of

    Cholesteatoma.

    Ototlogy

    &

    Neurotology

    2007;28:400'04'

    Caparas,

    Linr

    et al.

    Facial I'lerve Problems.

    ln:

    Basic Oiolaryngology. University of Philliprnes.

    1993:90-

    u+.

    Mardjono

    M,

    Sidharta

    P.

    Neurologi

    Klinis

    Dasar.

    Ed

    5.

    Jakarta,

    PT.

    Dian RakVat,

    1989:159-62

    10.

    11.

    12.

    i:

    il

    T:

    I

    *

    li

    {i

    I

    I

    i

    I

    17.

    18.

    'j

    t

    il

    i:

    1S.

  • 7/25/2019 Parese Saraf Fasial OMSK

    17/17

    -.l*s*b-*.-

    ,

    =__d

    m.

    21.

    22.

    23.

    tf,

    2.4.

    cParesis

    Saraf

    f

    asfuf

    forena

    \pfesteatont

    Yen TL,

    Driscoll CLW, Lalwani

    AK.

    Significance

    of

    House-Brackmann Facial

    Nerve

    Grading

    Global

    Score

    in

    the

    Sefting of

    Differential Facial

    Nervg Function. Otology

    & Neurotology 2003:24:118-122.

    AMandi

    W.

    Sistem-sistem

    Pemeriksaan Fun$si Saraf

    Fasialis. Dalam

    makalah PITO tahun 2007 di

    Medan.

    Ballenger JJ. Paralisis

    Nervus

    Fasial. Dalam : Ballenger JJ.

    Penyakit

    Telinga

    Hidung

    Tenggorok. Ed

    13.

    Jakarta.

    Bina Rupa Aksara,

    1994:55465,

    Bailey

    BJ,

    Calhoun

    KH. Head and

    Neck Surgery Otolaryngology.

    2nd Ed,

    Philadelpia: Liplinent.Raven,

    1998:2041-62.

    Lichius OG, Sudhoff S,

    Hildmann

    H. Facial Nerve Surgery.

    ln: Middle Ear Surgery. Germany: Spinger,

    2006:103-111.