pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

Upload: atifa-hijab

Post on 14-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

    1/5

    TUGAS

    KESEHATAN LINGKUNGAN

    PENGARUH EMISI GAS BUANG ALAT TRANSPORTASI TERHADAP KESEHATAN BALITA

    Disusun Oleh Kelompok IV Kelas A:

    1. Yeni Tri Utami S021508066

    2. Yeni Wardhani S021508067

    3.

    Anak Agung Alit Kirti ENP S0215080694. Anggia Rahmah N S021508070

    5. Prima Soultoni A S021508071

    6. Hidayah Nur F S021508073

    7. Latifah Safriana S021508074

    8. Lukman Aryoseto S021508075

    9. Danty Indra P S021508078

    10. Reni Purbanova S021508079

    11. Wiwen Indita S021508081

    PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2015

  • 7/23/2019 Pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

    2/5

    Essai Kelompok IV

    Pengaruh Emisi Gas Buang Alat Transport terhadap Kesehatan Balita

    PENGARUH EMISI GAS BUANG ALAT TRANSPORTASI TERHADAP KESEHATAN BALITA

    PENDAHULUAN

    Derajat kesehatan anak mencerminkan

    derajat kesehatan bangsa, dengan kesehatan

    anak yang terjamin akan memberikan kualitasgenerasi penerus bangsa yang lebih baik dan

    berdampak pada tingkat perkembangan suatu

    negara. Pada akhir dasa warsa ini, angka

    kematian balita masih cukup tinggi di dunia,

    setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di

    dunia meninggal sebelum mencapai usia 5

    tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan

    dari 5 kondisi yang sebenarnya dapat dicegah

    dan diobati antara lain: pnemumonia, diare,

    malaria, campak dan mal nutrisi (Soedannarto,

    2009). Negara perlu membuat suatu kebijakanuntuk meningkatkan kesehatan pada semua

    warganya, khususnya balita dan anak-anak.

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi di Indonesia khususnya

    pembangunan di sektor industri alat

    transportasi berjalan sangat cepat.

    Transportasi sangat penting dalam menunjang

    aktivitas masyarakat dan turut menentukan

    perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya

    transportasi yang lancar maka distribusi

    barang dan jasa juga akan semakin mudah.Penggunaan berbagai transportasi sehari-hari

    ternyata tidak sepenuhnya mempunyai

    harapan yang positif.

    Dampak negatif dari penggunaan alat

    transportasi adalah pencemaran udara akibat

    gas yang diemisikan oleh knalpot setiap

    kendaraan, sehingga dihasilkan gas-gas sisa

    pembakaran yang berbahaya dan beracun.

    Tingkat pencemaran udara di berbagai kota

    besar di Indonesia banyak yang berada di luar

    ambang batas seperti tertera pada Tabel 1.Pencemaran udara bertambah dengan

    semakin banyaknya penebangan hutan di

    Indonesia sehingga menyebabkan semakin

    berkurangnya kadar oksigen di udara yang

    mengakibatkan menurunnya kesehatan

    manusia, khususnya pada bayi dan balita yang

    termasuk dalam usia yang rentan terhadap

    penyakit.

    EMISI GAS BUANG ALAT TRANSPORTASI

    Standar kualitas udara, mengacu padaperaturan Pemerintah Republik Indonesia No.

    41 tahun 1999 tentang standar kualitas udara

    ambien adalah seperti ditunjukkan pada Tabel

    2.

    Emisi kendaraan bemotor mengandungberbagai senyawa kimia, yang terdiri dari

    senyawa yang tidak berbahaya seperti

    nitrogen, karbondioksida, dan uap air di

    dalamnya juga terkandung senyawa yang

    jumlahnya cukup besar dan membahayakan

    diantaranya seperti CO (Karbon Monoksida),

    HC (Hidrokarbon), NOx (Nitrogen dioksida),

    SOx (Sulfur dioksida) dan Particulate Matter

    (Ismiyati, Devi, 2014).

    Emisi gas buang yang paling signifikan

    dari kendaraan bermotor ke atmosferberdasarkan massa, adalah gas

    karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O)yang

    dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang

    berlangsung sempurna yang dapat dicapai

    dengan tersedianya suplaiudara yang berlebih.

    Namun demikian, kondisi pembakaran yang

    sempurna jarang sekali terjadi. Kebanyakan

    kendaran bermotor mengalami proses

    pembakaran yang tidak sempurna yang

    menghasilkan berbagai polutan udara yang

    berbahaya bagi tubuh (Ismiyati, Devi, 2014).

    Tabel 1 . Interval Tingkat Pencemaran Udara di Ruas

    Jalan Kota Kota Besar

    Sumber : Nanny & Gunawan, 2008

    Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas

    buang yang larut dalam air dan langsung

    dapat terabsorbsi di dalam hidung serta

    sebagian besar masuk ke paru-paru. Karena

    partikulat di dalam gas buang kendaraan

    bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut

    dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-

    paru dan bagian lain yang sempit. Sulfur

    dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi

  • 7/23/2019 Pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

    3/5

    Essai Kelompok IV

    Pengaruh Emisi Gas Buang Alat Transport terhadap Kesehatan Balita

    kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat

    (Suzuki, 1995).

    Particulate Matter (PM) memberi efek

    yang lebih pada manusia dibandingkan

    dengan polutan yang lain. Komponen utama

    pada PM adalah sulfat, nitrat, amonia, sodiumklorida, black carbon, mineral, debu, dan air.

    Partikel yang paling dapat merusak kesehatan

    adalah partikel yang berdiameter

  • 7/23/2019 Pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

    4/5

    Essai Kelompok IV

    Pengaruh Emisi Gas Buang Alat Transport terhadap Kesehatan Balita

    serta pertumbuhan fungsi paru-paru

    berkurang disebabkan karena paparan jangka

    panjang NO2 (WHO, 2014).

    Pada anak-anak pencemaran partikulat

    mempengaruhi fungsi paru-paru dan

    pertumbuhan paru-paru. Anak-anak dengan

    penyakit asma yang tinggal di daerah yang

    polusi udaranya tinggi (terutama partikulat,

    nitrogen dioksida, dan asam uap) akan lebih

    rentan memiliki gejala bronkitis (WHO, 2014).

    Gangguan tubuh terutama terjadi pada fungsi

    faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan

    pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi

    pada mata dan kulit. Biasanya, pencemaran

    udara karena partikel debu dapatmenyebabkan penyakit pernapasan kronis

    seperti bronchitis kronis, emfiesma paru,

    asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru

    (BPLH DKI Jakarta, 2013).

    Keracunan gas CO timbul sebagai

    akibat terbentuknya karboksihemoglobin

    (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih

    besar dibanding dengan oksigen (O2)

    terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk

    membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi

    terganggu. Selaras dengan itu, berkurangnya

    penyediaan oksigen ke seluruh tubuh, apabila

    tidak segera mendapat udara segar, akan

    membuat sesak napas dan dapat

    menyebabkan kematian. Sementara, bahan

    pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H2S

    dapat merangsang pernapasan yang

    mengakibatkan iritasi dan peradangan (BPLH

    DKI Jakarta, 2013).

    Studi terbaru di sebuah sebuah negara

    menemukan bahwa terdapat hubungan

    antara polusi udara ambient (terutama

    partikulat dan karbon monoksida) dengan

    kematian postneonatal yaitu terjadi sindrom

    kematian bayi mendadak yang kemungkinan

    disebabkan karena gangguan pernafasan.

    Selain itu, studi epidemiologi

    telah melaporkan bahwa terdapat hubungan

    antara ambient nitrogen dioksida dengan

    resiko saluran pernafasan dan ekserbasi asma

    (WHO, 2005).

    KESIMPULAN

    Dari paparan di atas dapat diambil

    kesimpulan bahwa polusi udara ambient

    memiliki efek kesehatan yang penting dan

    beragam, dan yang paling rentan terkena efek

    kesehatan tersebut adalah bayi dan balita

    serta anak. Saat ini tingkat ozon dan partikulat

    tetap dalam keadaan yang tidak menyehatkan

    karena jumlahnya yang begitu tinggi dan di

    atas batas normal.

    Harus terdapat upaya untuk

    memastikan udara bersih bagi seluruh

    masyarkat sehingga tidak ada dampak yang

    buruk bagi kesehatan yang ditimbulkan dari

    hal tersebut. Semua ini menjadi tanggung

    jawab bagi seluruh masyarakat dan

    pemerintah agar dapat menekan besarnya

    polusi udara dengan meminimalisir

    penggunaan kendaraan pribadi yang akan

    memperbanyak jumlah polusi udara yang

    disebabkannya.

    Pembatasan kegiatan anak di luarrumah juga diperlukan terutama pada siang

    hingga sore hari karena pada waktu tersebut

    ozon cenderung lebih tinggi, kegiatan di luar

    rumah dilakukan pagi hari atau sebaiknya

    kegiatan lebih didominasi dalam ruangan

    khususnya untuk yang bermukim di daerah

    perkotaan. Juga penggunaan masker saat

    berada di tempat yang mengandung banyak

    polusi udara seperti di jalan umum atau di

    wilayah pabrik sangat bermanfaat untukmenekan jumlah polutan yang masuk ke

    dalam tubuh.

    Salah satu strategi yang juga diterapkan

    untuk pengendalian pencemaran udara dari

    sumber bergerak adalah penetapan kebijakan

    dan aturan serta program pengendalian

    lingkungan oleh pemerintah.

  • 7/23/2019 Pengaruh emisi gas buang alat transportasi terhadap kesehatan balita

    5/5

    Essai Kelompok IV

    Pengaruh Emisi Gas Buang Alat Transport terhadap Kesehatan Balita

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta

    Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica

    Aesculpalus FKUI

    Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

    Jakarta. 2013. Zat

    zat Pencemar

    Udara. Jakarta :BPLH.

    Flang, Richard,C and Seinfeld J.H. 1988.

    Fundamental Of Air Pollution

    Engineering.New Jersey : Prentice Halls,

    Ismiyati, Devi Marlita, Deslida Saidah.

    Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas

    Buang Kendaraan Bermotor Jurnal

    Manajemen Transportasi & Logistik

    (JMTransLog) - Vol. 01 No. 03,

    November 2014

    Kepala Bapedal. 1999. Keputusan Kepala

    Bapedal No. 68 Tahun 1999 tentang

    Tata Cara Memperoleh Izin

    Penyimpanan, Pengumpulan,

    Pengoperasian Alat Pengolahan,

    Pengolahan, dan Penimbunan Akhir

    Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan

    Lingkungan. Surabaya : Airlangga

    University Press.

    Nanny Kusminingrum dan G. Gunawan. 2008.

    Polusi Udara Akibat Aktivitas

    Kendaraan Bermotor di Jalan

    Perkotaan Pulau Jawa Dan Bali

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

    41 tahun 1999 tentang Standar Kualitas

    Udara Ambien.

    Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk

    Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak.

    Disampaikan pada Simposium Pediatri

    TEMILNAS 2009 Surakarta 01 Agustus

    2009.

    Sutomo, B & Anggraini, D. Y., Makanan Sehat

    Pendamping ASI. Jakarta : Demedia.

    Tri Tugaswati A, Suzuki S, Kiryu Y, Kawada T.

    1995. Automotive Air Pollution in

    Jakarta with Special emphasis on lead,

    Particulate, and nitrogen dioxide. Jpn J

    of Health and human Ecology61:261-75

    World Health Organization, 2001.

    Environmental Health Criteria 224

    Arsenic and Arsenic Compounds Second

    edition. Geneva: World Health

    Organization.

    World Health Organization, 2005 Air Quality

    Guidelines Global Update.

    World Health Organization. 2014. Ambient

    (outdoor) Air Quality and Health.