perencanaan sistem transportasi tugas i
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
1/21
PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI
TUGAS I
MENGINDENTIFIKASI PELABUHAN
DI PROVINSI ACEH
MUHAMMAD IQBAL
MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI
MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2013
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
2/21
I. PENDAHULUANKeberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh memiliki peran sangat strategis
dalam mendukung perekonomian. Pelabuhan merupakan salah satu simpul
jaringan transportasi yang mengandalkan kemampuan sarana kapal yang memiliki
daya angkut logistik dalam jumlah besar. Kondisi topologi Aceh sendiri yang
dikelilingi oleh lautan menjadikan Aceh sangat berketergantungan pada
transportasi laut untuk mengakses wilayah lainnya terutama luar negeri.
Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Aceh berpedoman pada suatu tatanan kepelabuhanan yang secara hirarkhi dan
terorganisasi dalam beberapa zona pengembangan transportasi. Zona transportasi
ini terbagi atas empat wilayah: Zona Pusat, Zona Utara-Timur, Zona Barat-
Selatan dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan Pelabuhan
sebagai titik simpul jaringan yang akan menjembatani ke simpul transportasi di
luar Aceh (skala regional, nasional dan internasional).
Dalam kenyataannya, potensi pendayagunaan pelabuhan di Aceh belum
termaksimalkan. Persoalan mendasar yang terjadi adalah keberadaan
pengembangan jaringan transportasi laut yang belum terencana dan terpadu yang
didukung dengan pengembangan moda transportasi lainnya. Demikian juga
pengembangan wilayah seharusnya juga ikut didukung oleh keberadaan
pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Aceh. Sehingga keberadaan efektifitas
keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini masih berjalan terpisah dengan
pembangunan wilayah.
Persoalan lainnya adalah pembangunan sistem jaringan transportasi terpadu.
Efektivitas sistem jaringan transportasi Aceh masih jauh dari hasil yang
diharapkan. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh saat ini masih terkesan
terpisah dengan moda jaringan transportasi lainnya. Pembangunan yang
dilaksanakan masih dijalankan secara terpisah diakibatkan berbagai persoalan
kelembagaan dan kewenangannya, pendanaan dan visi yang berbeda-beda di tiap
daerah.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
3/21
Permasalahan utama pelabuhan menyangkut 3 hal pokok, yaitu belum
tersedianya pelabuhan hubungan internasional, rendahnya produktifitas dan
kapasitas pelabuhan, dan belum terintegrasinya manajemen kepelabuhan.
Adapun jumlah lokasi kegiatan yang dijadikan fokus pekerjaan Rencana
Induk Pelabuhan Aceh berjumlah 11 (sebelas) pelabuhan. 2 (dua) pelabuhan
dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, 2 (dua) pelabuhan pengumpul, dan 7
(tujuh) pelabuhan pengumpan.
Tabel 1. Lokasi Pelabuhan Prov Aceh
Prasarana Angkutan Di Perairan
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan PP No.61 Tahun 2009tentang Kepelabuhanan, prasarana angkutan di perairan yaitu pelabuhan, yang
akan melayani jenis angkutan yang terdiri atas: (1) angkutan laut, (2) angkutan
penyeberangan, dan (3) angkutan sungai dan danau.
Rencana pengembangan pelabuhan dikemukakan menurut tabel 19. Dalam
rencana pengembangan tersebut ditetapkan:
- Hierarki pelabuhan, yang terdiri atas: pelabuhan utama, pelabuhanpengumpul, dan pelabuhan pengumpan;
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi, Informatika, dan Telematika, 2013
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
4/21
- Pelayanan menurut: angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan;-
Jangkauan pelayanan menurut: luar negeri (internasional), dalam negeriantarprovinsi, dalam negeri dalam provinsi, pelayaran rakyat, dan khusus;
- Khusus untuk angkutan penyeberangan dikemukakan lintasan/rutepenyeberangan yang dilayani oleh pelabuhan tersebut.
Untuk masing-masing pelabuhan yang ditetapkan tersebut diberikan penjelasan
sebagai berikut ini.
1. Pelabuhan Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhanutama, yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional), sehingga dikenal
juga sebagai Pelabuhan Internasional. Pengembangan pelabuhan utama Sabang ini
sangat terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan bebas Sabang dan
kawasan perdagangan bebas Sabang. Dalam RTRWN dan RTRWA Sabang
ditetapkan dengan hierarki sebagai PKSN/PKW Sabang, dengan demikian maka
Pelabuhan Sabang ini merupakan prasarana pendukung terkait dengan fungsi
PKSN/PKW Sabang. Bila dihubungkan dengan kondisi dan kapasitas pelabuhan
Sabang yang ada dewasa ini, maka rencana untuk Pelabuhan Sabang sebagai
Pelabuhan Utama dengan pelayanan luar negeri (internasional) merupakan
pengembangan yang sangat signifikan yang disertai dengan investasi yang besar
sebagai peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini..
2. Pelabuhan Balohan di Kota Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi
sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar negeri
(internasional) dan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan
internasional direncanakan untuk rute atau lintasan penyeberangan Balohan
Phuket (Thailand), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung kegiatan
pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada
rute atau lintasan Balohan Ulee Lheue (Banda Aceh) yang merupakan lintasan
strategis nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini
akan menghubungkan PKW/PKSN Sabang dengan PKNp Banda Aceh secara
langsung.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
5/21
Sehubungan dengan cakupan kawasan pada pengembangan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang serta Kawasan Pelabuhan Bebas dan
Perdagangan Bebas Sabang, yang juga akan mencakup pulau-pulau di Kecamatan
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, maka angkutan penyeberangan dikembangkan
pula pada lintasan Balohan Lampuyang (P.Breuh) Lamteng (P.Nasi)
(keduanya terletak di Kecamatan Pulo Aceh)dan ke Ulee Leue.
Rencana pengembangan untuk pelabuhan Balohan ini adalah pemantapan dan
peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.
3. Pelabuhan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh ditetapkan dalam rencana dengan
fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar
negeri (internasional) dan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan
internasional direncanakan untuk rute atau lintasan penyeberangan Ulee Lheue
Penang/Langkawi (Malaysia), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung
kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah
pada rute atau lintasan Ulee Lheue - Balohan (Sabang) yang merupakan lintasan
strategis nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini
akan menghubungkan PKNp Banda Aceh dengan PKW/PKSN Sabang secara
langsung.
Selaras dengan pengembangan lintas penyeberangan untuk Balohan di atas, maka
di Ulee Lheue juga dengan pelayanan angkutan penyeberangan dalam negeri
dalam provinsi untuk rute atau lintasan Ulee Lheue Lampuyang Lamteng
terus ke Balohan.
Rencana pengembangan untuk pelabuhan Ulee Lheue ini adalah pemantapan dan
peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.
4. Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara. Pelabuhan Krueng
Geukueh ini dikenal juga dengan Pelabuhan Lhokseumawe, yang mendukung
PKN Lhokseumawe. Pelabuhan Krueng Geukueh ditetapkan dengan fungsi
sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional)
dan angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dengan rute atau lintasan
Lhokseumawe Penang/Langkawi (Malaysia).. Rencana pengembangan untuk
pelabuhan ini adalah pemantapan dan peningkatan untuk pelayanan angkutan laut
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
6/21
luar negeri (internasional), dan pengembangan untuk pelayanan angkutan
penyeberangan penyeberangan luar negeri (internasional).
5. Pelabuhan Khusus Lhokseumawe di Kota Lhokseumawe, yang merupakan
pelabuhan untuk pengapalan LNG (ekspor LNG), dan dikelola oleh perusahaan.
Bila dilihat dari pelayanannya maka pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama
dengan pelayanan angkutan luar negeri (internasional) dengan bentuk kegiatan
pelayanan khusus, yaitu ekspor LNG. Pelabuhan ini mendukung PKN
Lhokseumawe.
6. Pelabuhan Meulaboh di Kabupaten Aceh Barat. Pelabuhan Meulaboh inimendukung PKW Meulaboh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang
melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat, serta
angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi dengan rute atau lintasan
Meulaboh Sinabang dan Meulaboh Sibigo. Pelabuhan Meulaboh ini
mengalami kerusakan berat dalam bencana tsunami tahun 2004. Dengan demikian
rencana pengembangan untuk pelabuhan Meulaboh ini adalah revitalisasi dan
peningkatan untuk melayani angkutan laut dan pengembangan untuk pelayanan
angkutan penyeberangan.
7. Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar. Pelabuhan Malahayati ini
mendukung PKNp Banda Aceh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul,
yang melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat.
Rencana pengembangan untuk pelabuhan ini adalah pemantapan dan peningkatan
dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.
8. Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa. Pelabuhan Kuala Langsa ini
mendukung PKW Langsa, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang
melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Rencana
untuk pelabuhan Kuala Langsa ini adalah pemantapan dan peningkatan dari
pelayanan angkutan laut yang ada dewasa ini.
9. Pelabuhan Sinabang di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sinabang ini
mendukung PKL Sinabang, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang
melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan. Untuk angkutan laut
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
7/21
pelayanannya adalah dalam negeri antarprovinsi. Untuk angkutan penyeberangan
pelayanannya adalah dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute: Sinabang
Meulaboh, Sinabang Labuhanhaji, dan Sinabang Kep. Banyak Singkil.
Rencana untuk pelabuhan Sinabang adalah pemantapan dan peningkatan dari
pelayanan yang ada dewasa ini, baik untuk angkutan laut dan angkutan
penyeberangan.
10. Pelabuhan Sibigo di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sibigo dengan fungsi
sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut pelayaran rakyat,
dan angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute:
SibigoMeulaboh. Rencana untuk pelabuhan Sibigo adalah pengembangan, baik
untuk angkutan alut maupun angkutan penyeberangan.
11. Pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pelabuhan Susoh ini
mendukung PKWp Blangpidie, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan,
yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat.
Rencana untuk pelabuhan Susoh adalah peningkatan dari pelayanan yang ada
dewasa ini.
12. Pelabuhan Tapaktuan di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Tapaktuan
mendukung PKL Tapaktuan, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang
melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat.
Rencana untuk pelabuhan Tapaktuan ini adalah peningkatan dari pelayanan yang
ada dewasa ini.
13. Pelabuhan Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Labuhanhaji
dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam
negeri pelayaran rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam negeri dalam
provinsi, dengan lintasan/rute: LabuhanhajiSinabang. Rencana untuk pelabuhan
Labuhan haji adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada
dewasa ini.
14. Pelabuhan Sibadeh di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Sibadeh berfungsi
sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
8/21
provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Sibadeh adalah
peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.
15. Pelabuhan Singkil di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan Singkil mendukung
PKL Singkil, dan juga PKWp Subulussalam, dengan fungsi sebagai pelabuhan
pengumpan, yang melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan. Untuk
angkutan laut pelayanannya adalah dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran
rakyat. Untuk angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi dan dalam
provinsi. Rute/lintasan angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi
adalah Singkil Sibolga/Nias di Provinsi Sumatera Utara; dan dalam provinsi
adalah Singkil Kepulauan Banyak Sinabang. Rencana untuk pelabuhan
Singkil ini adalah peningkatan dan pengembangan baik untuk pelayanan angkutan
laut maupun untuk pelayanan angkutan penyeberangan.
16. Pelabuhan Kepulauan Banyak di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan
Kepulauan Banyak ini berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani
angkutan laut dalam negeri pelayaran rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam
negeri antarprovinsi dan dalam provinsi. Angkutan penyeberangan dalam negeri
antarprovinsi adalah pada rute/lintasan Kepulauan Banyak Sibolga/Nias
Provinsi Sumatera Utara, terutama dalam rangka mendukung kegiatan pariwisata.
Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada rute/lintasan
Kep. Banyak Singkil, dan Kep. Banyak Sinabang. Rencana untuk pelabuhan
Kep. Banyak adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada
dewasa ini.
17. Pelabuhan Calang di Kabupaten Aceh Jaya. Pelabuhan Calang mendukung
PKL Calang, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani
angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk
pelabuhan Calang adalah peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.
18. Pelabuhan Idi di Kabupaten Aceh Timur. Pelabuhan Idi mendukung PKL Idi
Rayeuk, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan
laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Pelabuhan Calang ini juga
dimanfaatkan sebagai pelabuhan untuk kegiatan perikanan. Rencana untuk
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
9/21
pelabuhan Idi adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada
dewasa ini.
19. Pelabuhan Lampuyang di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau
Breuh Kecamatan Pulo Aceh. Pelabuhan Lampuyang berfungsi sebagai pelabuhan
pengumpan, yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam
provinsi, dengan rute/lintasan: Lampuyang Lamteng Ulee Lheue, dan
Lampuyang Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue Lamteng
Lampuyang Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lampuyang adalah
pengembangan.
20. Pelabuhan Lamteng di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau Nasi
Kecamatan Pulo Aceh. Pelabuhan Lamteng berfungsi sebagai pelabuhan
pengumpan, yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam
provinsi, dengan lintasan/rute: Lamteng Ulee Lheue, dan Lamteng
Lampuyang Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue Lamteng
Lampuyang Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lamteng adalah
pengembangan.
Secara umum sistem logistik di Indonesia saat ini belum memiliki
kesatuan visi yang mampu mendukung peningkatan daya saing pelaku bisnis dan
peningkatan kesejahteraan rakyat, bahkan pembinaan dan kewenangan terkait
kegiatan logistik relatif masih bersifat parsial dan sektoral di masing-masing
kementerian atau lembaga terkait, sementara koordinasi yang ada belum memadai.
a) Komoditas penggerak utama (key commodity factor) sebagai penggerak
aktivitas logistik belum terkoordinasi secara efektif, belum adanya fokus
komoditas yang ditetapkan sebagai komitmen nasional, dan belum optimalnya
volume perdagangan ekspor dan impor;
b) Infrastruktur transportasi belum memadai baik dari segi kuantitas maupun
kualitas yang antara lain karena belum adanya pelabuhan hub, belum dikelola
secara terintegrasi, efektif dan efisien, serta belum efektifnya intermodal
transportasi dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan,
transportasi dan wilayah hinterland,
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
10/21
c) Pelaku dan penyedia jasa logistik masih berdaya saing rendah karena
terbatasnya jaringan bisnis pelaku dan penyedia jasa logistik lokal sehingga
pelaku multinasional lebih dominan dan terbatasnya kualitas dan kemampuan
pelaku dan penyedia jasa logistik nasional;
d) Teknologi informasi dan komunikasi belum didukung oleh ketersediaan
infrastruktur dan jaringan yang handal, masih terbatasnya jangkauan jaringan
pelayanan non seluler, dan masih terbiasanya menggunakan sistem manual (paper
based system) dalam transaksi logistik;
e) Sdm logistik masih memiliki kompetensi rendah yang disertai oleh belummemadainya lembaga pendidikan dan pelatihan bidang logistik;
f) Regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral, yang disertai oleh
masih rendahnya penegakan hukum, belum efektifnya koordinasi lintas sektoral,
dan belum adanya lembaga yang menjadi integrator kegiatan logistik nasional.
Kondisi umum di atas menjadi penyebab dari belum optimalnya kinerja
sektor logistik nasional yang tercermin dari tingginya biaya logistik dan pelayananyang belum optimal, sehingga hal ini mempengaruhi daya saing dunia usaha di
pasar global. Berdasarkan survei yang dilakukan World Bank pada tahun 2010
yang kemudian dituangkan dalam Logistics Performance Index (LPI), posisi LPI
Indonesia secara menyeluruh berada pada peringkat 75 (tujuh puluh lima) dari
155 (seratus lima puluh lima) negara. Berikut ini adalah gambaran umum
perkembangan Sistem Logistik Nasional yang lebih rinci yang terkait dengan
pergerakan barang, infrastuktur logistik yang mendukung, pelaku dan penyedia
jasa logistik, sumber daya manusia, kinerja dan permasalahan yang dihadapi.
Kondisi Dan Permasalahan 11 Pelabuhan Umum Di Provinsi Aceh
1. Pelabuhan laut Sabang di kota SabangMenurut catatan sejarah, pelabuhan laut Sabang pada tahun 1881 Pemerintah
Hindia Belanda mendirikan Kolen Station. Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan
pangkalan batu bara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, tetapi kemudian juga
mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor. Pada tahun 1887,
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
11/21
firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan untuk membangun
sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun
1895, dikenal dengan istilah Vrij Haven dan dikelola oelh Sabang Maatschaappij. Pada
tahun 1942 Sabang diduduki oleh pasukan Jepang, kemudiandibombardir pesawat
Sekutu hingga mengalami kerusakan fisik dan terpaksa tutup. Pada masa awal
kemerdekaan semua asset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli oleh Pemerintah
Indonesia. Kemudian pada 1965 dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali
pelabuhan. Pada tahun 1886 pelabuhan Sabang kembali ditutup dan kembali
beraktifitas pada tahun 2002. Pelabuhan ini dikelola oleh Badan Pengusahaan
Kawasan Bebas Sabang (BPKS Sabang).
Pelabuhan Bebas Sabang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun
2010 dan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2010 dapat melakukan perdagangan
bebas, kegiatan ekspor dan impor melalui pelabuhan bebas Sabang.
Aktifitas pelabuhan Sabang hingga tahun 2012, masih didominasi oleh
kegiatan impor barang dari berbagai negara diantaranya Malaysia, thailand dan
Singapore.
Permasalahan yang dihadapi :
1. Masih rendahnya volume barang ekspor2. Undang-undang pengoperasian pelabuhan bebas belum jelas3. Petunjuk teknis ekspor dan impor yang belum ada4. Rencana pengembangan pemerintah sabang untuk memasukkan barang ke
wilayah pabean di Aceh Daratan.
2. Pelabuhan Laut Malahayati di Kabupaten Aceh BesarBerdasarkan catatan sejarah, pelabuhan Malahayati dibangun sejak abad ke-16, masa
kelustanan Iskandar Muda. Pada zaman tersebut pelabuhan ini digunakan untuk
pangkalan angkatan laut kerajaan. Dahulunya pelabuhan ini banyak disinggahi oleh
kapal dari China. Dan masa pengelolaan ke PT PELINDO dimulai sejak tahun 1970.
Berdasarkan MOU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Aceh dengan PT
PELINDO 1 pada pertengahan Maret 2013. Pelabuhan Malahayati menjadi pelabuhan
Peti Kemas dan dalam waktu dekat akan melayani angkutan peti kemas.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
12/21
Aktifitas pelabuhan Malahayati meliputi kegiatan jasa bongkar dan muat. Berdasarkan
catatan dari kantor penyelenggara aktifitas di pelabuhan mencakup bongkar muatan
seperti beras, gula, aspal, semen. Sedangkan kegiatan ekspor belum ada sama sekali.
Beberapa permasalahan yang terjadi di pelabuhan Malahayati sebagai berikut;
1) Pasca rehabilitasi dan rekonstruksi yang lalu, banyak pengusaha yang bangkrut dan
tidak melakukan aktifitas di pelabuhan. Pengusaha yang ada sekarang (baru) adalah
pengusaha baru yang belum memahami seluk beluk berbisnis di usaha pelabuhan
kargo.
2) Aktifitas bongkar dan muat barang di pelabuhan Malahayati tidak banyak, karena
komoditas pertanian dan perkebunan dari Aceh lebih memilih angkutan/moda
transportasi darat untuk dibawa ke Belawan Medan.
3) Adanya tambatan kapal palung/boat nelayan pada alur masuk pelayaran di
pelabuhan.
3. Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh/ Lhokseumawe di Kabupaten AcehUtara
Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh dibangun pada tahun 1986, beberapa tahun
sejak beroperasinya PT Asean Aceh Fertilizer dan Pupuk Iskandar Muda. Pelabuhan ini
berada dibawah pengelolaan PT. PELINDO 1 Cabang Lhokseumawe. Pada tahun 2010
pelabuhan ini pernah difungsikan sebagai jalur ekspor dan impor dari Lhokseumawe
ke Penang Malaysia dan ke Singapura. Barang komoditi hasil pertanian sempat
berhasil diangkut untuk pertama kalinya dan tidak berlangsung lama (berhenti).
Hingga saat ini pelabuhan ini banyak melakukan aktifitas bongkar/muat
barang/komoditas tambang, semen, bahan sembako seperti beras dan gula.Didalam RTRW Nasional Pelabuhan Lhokseumawe dan Meulaboh merupakan
pelabuhan yang masuk dalam kategori pengembangan dan pemantapan pelabuhan
nasional. Sedangkan dalam tatanan kepelabuhanan nasional dan rencana induk
pelabuhan nasional hanya sabang yang masuk dalam kategori pelabuhan utama.
Sedangkan didalam Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia
ditetapkan beberapa pelabuhan strategis di Sumatera termasuk Aceh yakni Sabang,
Malahayati dan Lhokseumawe.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
13/21
Beberapa kantor dukungan dari pemerintah adalah kantor bea cukai,
administrasi pelabuhan, agensi pelayaran, kepolisian.
Aktifitas pelabuhan Krueng Geukeuh terdiri atas jasa bongkar muat, jasa
tambat kapal, penumpukan gudang dan lapangan, terminal pelabuhan dan jasa
penundaan. Berdasarkan data yang ada, sejak tahun 2009 hingga pada tahun 2012
tingkat kunjungan kapal mengalami peningkatan yang cukup baik dimana pada tahun
2012 mengalami peningkatan 100% yakni mencapai 446 kunjungan kapal. Dan jika
didetailkan berdasarkan asal Negara kapal, didapat bahwa kunjungan kapal dari luar
negeri mengalami peningkatan yang sangat baik. Dimana pada tahun 2012 kunjungan
kapal mencapai 215 kali. Sama halnya dengan kunjungan kapal dari dalam negeri pada
tahun 2012 mencapai 231 kali kunjungan.
Jika dianalisis berdasarkan bongkar muat barang, maka impor barang
(pemasukan) barang ke pelabuhan cenderung turun dan menunjukkan aktifitas nol
jika tidak ada kebijakan dari pemerintah pusat dalam hal ini Republik Indonesia
melalui kementerian perdagangan. Sedangkan ekspor (barang keluar) tidak ada sama
sekali sejak tahun 2010 hingga sekarang. Gejala ini sangat memprihatinkan dan
mengkhawatirkan aktifitas pelabuhan dan ekonomi Aceh, khususnya KabupatenAceh Utara.
Untuk aktifitas bongkar dan muat antar pulau (dalam negeri) cenderung lebih
baik, dan aktifitas ini membaik, komoditas ini dapat dipastikan berupa semen dan
bahan konstuksi lainnya yang dibutuhkan oleh antar regional wilayah di Aceh.
Sedangkan untuk aktifitas muat komoditas/barang tidak ada sama sekali sejak tahun
2012. Hal ini dapat dipastikan penggunaan pelabuhan sebagai fasilitas transportasi
barang/komoditas masih minim.
Untuk produksi jasa tambat di pelabuhan laut Krueng Geukeuh dari dalam
negeri, berdasarkan data dari kantor pelabuhan mengalami kecenderungan yang baik
dan meningkat. Pada tahun 2012 mencapai 1 juta Gt/Etmal (lih tabel 4.5).
Sedangkan untuk jasa penundaan pelabuhan kapal, untuk kapal dari dalam negeri
mengalami peningkatan yang baik. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan hingga
522 jam. Sedangkan kapal dari luar negeri cenderung mengalami penurunan bahkan
dapat mencapai angka nol.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
14/21
Secara umum, dengan memperhatikan data aktifitas pelabuhan Krueng
Geukeuh dari tahun 2009 hingga pada tahun 2012 aktifitas pelabuhan dari luar negeri
mengalami penurunan yang sangat mengkhawatirkan dan perlu kebijakan khusus untuk
meningkatkan kembali kinerja pelabuhan. Sedangkan aktifitas kapal dari dalam negeri
perlu terus dijaga berkesinambungan dengan baik.
4. Pelabuhan Laut Kuala Langsa di Kota LangsaMenurut catatan sejarah, pelabuhan Kuala Langsa dibangun pada tahun 1900
bersamaam dengan dibangunnya jalan kereta api dari kuala Langsa. Pelabuhan ini
selesai dibangun pada tahun 1905 sedangkan kereta api selesai dibangun pada tahun
1913. Sejak tahun 1905 sampai dengan 1914 Pelabuhan Kuala Langsa mulai berfungsi
dengan ramaina kegiatan bongkar muat barang serta keluar masuknya kapal dan
perahu perahu nelayan maupun pedagang.
Tahun 1942 sampai dengan 1949 kegiatan bongkar muat dan kunjungan kapal
sangat berkurang akibat terjadinya perang dengan Belanda dan Jepang. Tahun 1950
kegiatan mulai berkembang dimana kapal berukuran 1000 DWT dapat memasuki
pelabuhan untu mengangkut karet, kopi, biji dan hasil bumi lainnya dengan tujuanSingapore, Malaysia dan mengimpor barang kebutuhan makanan, kain, barang
kelontong, sparepart dan lainnya yang dikenal pada saat itu adalah zaman barter.
Kegiatan ini berlangsung dari tahun 1955 sampai dengan 1960.
Pada tahun 1969 Pelabuhan Kuala Langsa ditetapkan sebagai Pelabuhan
Umum yang terbuka untuk pelayaran luar negeri berdasarkan Keputusan Bersama
Menteri Perdagangan, menteri keuangan dan Menteri Perhubungan dengan surat
nomor 363 A/KPB/XI/69, No Kep. 818/MK/4/II/69 dan SK 43/0/69 tanggal 20 November
1969. Pada tahun 1981 dan tahun 1984 alur pelayaran pada ambang luar menuju
Pelabuhan di keruk sepanjang 3000 m dengan lebar 80 m kedalaman s/d 7 LWS (Low
Water Spring/Muka Air Laut Surut Terendah) yang tadinya hanya mempunyai
kedalaman 1,5 s/d 2 m LWS. Sehingga saat itu kapal berukuran sampai dengan 6000
DWT dapat memasuki pelabuhan Kuala Langsa.
Pada bulan November 1993 pernah dilakukan survey check sounding alur
pelayaran pelabuhan Kuala Langsa oleh tim survey PT Pelabuhan Indonesia 1
(Persero) dan didapati bawa alur pelayaran mempunyai kedalaman rata-rata 6,5 m
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
15/21
sampai dengan 7,5 m LWS. Tahun 1994 dibangun dermaga beton sepanjang 75 m
lebar 10 m luas 750 m2, dengan daya dukung 2 ton/m2 sebagai pengganti dermaga
konstruksi besi/kayu sepanjang 100 m dan lebar 8 m yang sudah tidak dapat
difungsikan lagi. Kemudian pada tahun 1996 juga dibangun gudang 1 dengan
konstruksi beton panjang 40 m lebar 12,5 m luas 500 2 dengan daya dukung 2 ton/m2,
dengan kapasitas 1000 ton.
Pada tahun 1999 alur pelayaran diantara pulau Pusong dan Telaga Tujuh
kembali dikeruk sehingga mempunyai kedalaman s.d 7 LWS, hal ini menyikapi keinginan
para pengusaha pengguna jasa kepelabuhanan baik yang sudah memanfaatkan maupun
yang akan memanfaatkan.
Aktifitas pelabuhan laut Kuala Langsa terdiri atas bongkar muat barang.
Berdasarkan data dari kantor penyelenggara pelabuhan laut Kuala Langsa sejak tahun
2000 hingga 2009 pelabuhan beraktifitas dengan baik.
Permasalahan yang terjadi adalah penurunan produktivitas, kebijakan
pemerintah, beralihnya moda angkutan, alur masuk pelabuhan laut masi dangkal,
kurang fasilitas, memerlukan kawasan industri, kebersihan di terminal kurang.
5. Pelabuhan Laut Idi di Kabupaten Aceh TimurBerdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara yang dilakukan
dengan petugas kantor pelabuhan, didapatkan bahwa pelabuhan yang ada tidak
berfungsi sebagai pelabuhan umum. Namun lebih kepada PPI (pelabuhan pendaratan
ikan). PPI Idi merupakan milik pemerintah Aceh dibawah kendali UPTD Kelautan dan
Perikanan Aceh. Kawasan pelabuhan ini dapat berkembang sebagai pelabuhan
umum, namun diperlukan berbagai instrument kebijakan dan dukungan kegiatan
perekonomian yang kuat dari wilayah pelayanan pelabuhan.
Sesuai dengan arahan RTRW Aceh pasal 19 mengenai jenis pelabuhan, hirarki
dan fungsi serta berdasarkan zonasi rencana pengembangan kawasan strategis Aceh.
Diharapkan pelabuhan Idi dapat menjadi pelabuhan pengumpan regional dengan jenis
layanan utama general cargo dan curah cair dalam lingkup nasional. Dan didalam pasal
27 mengenai system sarana dan prasarana pelabuhan pendaratan ikan telah ditetapkan
di Aceh Timur (Idi). Maka pengembangan kawasan pelabuhan ini harus terintegrasi
pelabuhan laut dengan fungsi layanan kargo dan pelabuhan perikanan dengan layanan
utama industry perikanan.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
16/21
Aktifitas pelabuhan saat ini adalah sebagai Pelabuhan pendaratan ikan.Belum
ada aktifitas kapal barang. Permasalahan utama Belum tercapainya fungsi
pelabuhan Idi sebagai pelabuhan dengan fungsi utama kargo, sehingga perlu
dilakukan peningkatan produktifitas komoditas ekonomi regional wilayah pelayanan
pelabuhan Idi seperti Kabupaten Bener Meriah, Kab Aceh Tengah, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kota Langsa, Sebagian Kab Gayo Lues. Kabupaten yang berada di sekitar
pelayanan pelabuhan memiliki potensi pengembangan komoditas seperti kelapa
sawit, karet, kelapa, kakao dan holtikultura.
6. Pelabuhan Laut Meulaboh di Kabupaten Aceh BaratSecara umum kondisi pelabuhan Meulaboh dalam kondisi baik dan beroperasional
dengan baik. Sarana dan prasarana pelabuhan sudah sangat baik dan mendukung
kegiatan bongkar/muat armada kapal yang masuk ke pelabuhan. Pelabuhan
Meulaboh merupakan pelabuhan yang sangat penting dalam system transportasi
laut pada zona barat, selatan tenggara bahkan pusat Aceh. Peranan ini terlihat dari
beroperasinya PT Perusahaan Pelayaran Indonesia (PELINDO) melalui kantor
perwakilan di Meulaboh dengan kantor cabang di Malahayati.
Bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh) komposisi
penerimaan jasa kepelabuhanan dibagi menjadi 80:20. Dimana 80% penerimaan
bea jasa kepelabuhanan masuk ke PT. PELINDO 1 dan sisanya sebesar 20%
masuk penerimaan asli daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
(Meulaboh).
Beberapa instansi yang aktif didalam kawasan pelabuhan adalah Syahbandar,
Kepolisian, TNI Angkatan Laut, Dinas Perhubungan dan KPLP.
Aktifitas pelabuhan laut Meulaboh saat ini berlangsung dengan baik, kegiatan
bongkar dan muat relative lebih baik dibandingkan dengan beberapa pelabuhan
lainnya di zona selatan tenggara.
Berdasarkan data yang ada, kedatangan kapal juga berasal dari pelabuhan khusus
dan pelabuhan umum. Pada tahun 2011 jumlah kapal yang datang dari pelabuhan
khusus berjumlah 68 kali. Dan jumlah kedatangan dari dalam negeri pada tahun
2011 berjumlah 36 dan luar negeri 10 kali.
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
17/21
7. Pelabuhan Laut Calang di Kabupaten Aceh JayaPelabuhan Calang merupakan pelabuhan yang telah hancur terkena
dampak bencana tsunami pada tahun 2004. Pelabuhan ini mendapat penanganan
berupa rekonstruksi/pembangunan kembali pada tahun 2008. Sedangkan detail
desainnya dibantu oleh UNDP dan dirancang pada tahun 2006.
Pelabuhan ini terletak di Desa Teluk Lho Kubu Bahagia, Kecamatan Krueng
Subee, Kabupaten Aceh jaya, Provinsi Aceh.
Pada saat pelaksanaan pembangunan (tahun 2008), konstruksi pelabuhan Calang
mengalami kendala dimana saat itu pembangunan dilaksanakan oleh BRR NAD
Nias, kemudian dilaksanakan kembali melalui review desain dan supervise
pembangunan pelabuhan Calang oleh BRR NAD Nias pada tahun 2009. Dan saat
pada tahun 2010 hingga saat ini, pembangunan masih dilanjutkan.
Pekerjaan yang terealisasi pada tahun 2008 sebagai berikut;
1) Sistem rangka bangunan kantor pelabuhan
2) System rangka bangunan rumah pompa dan genset
3) Water reservoir
4) Lapangan penumpukan
5) Pondasi dan lantai gudang
6) Dinding penahan/revetment
7) Pagar keliling pelabuhan.
Pada tahun 2009, beberapa realisasi pembangunan fasilitas pelabuhan Calang
sebagai berikut;
1) Fasilitas sisi laut pelabuhan, pengadaan tiang pancang untuk trestle Ro-Ro
(277,66 ton)
2) Fasilitas sisi darat pelabuhan;
1) Perkerasan jalan area pelabuhan (beton)
2) Drainase, sepanjang 155,8 m
3) Gudang, 20 m x 40 m
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
18/21
4) Kantor Pelabuhan, 198 m2
5) Terminal penumpang, 168 m2
6) Rumah genset dan rumah tangki minyak, 28 m2
7) Elevated water tank, 10 m2
8) Rumah jaga, 45 m2
9) Pembangunan dan pemasangan system suplai daya
10) Distribusi daya
11) Penerangan luar ruangan
12) System penerangan dan soket daya
13) Jaringan penangkal petir
14) Air conditioning
15) System suplai
16) Pluming system
17) Sewerage system
18) System pemadaman api dalam ruangan
19) Transid shed
20) Taman, seluas 1294 m2.
Pada tahun 2011 hingga tahun 2013, sedang berlangsung pembangunan tahap
lanjutan sebagai berikut;
1) Pekerjaan trestle (8,00 m x 162, 00 m)
2) Pekerjaan dermaga kargo (15,00 m x 50,00 m)
3) Pekerjaan Mooring Dolphin (7 titik bollard) (15,00 m x 85,00 m)
4) Pekerjaan Lampu Pelabuhan
5) Pekerjaan Suplai Air ke Dermaga
6) Pekerjaan Sistem Pemadam Api
Aktifitas pelabuhan Calang hingga saat ini belum ada, baik itu bongkar
maupun kegiatan memuat barang. Demikian juga halnya dengan aktifitas
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
19/21
penumpang. Namun pelabuhan Calang sudah dapat digunakan sebagai pelabuhan
singgah oleh kapal-kapal yang mengalami hambatan dalam pelayaran karena
cuaca ekstrim. Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya breakwater
disisi kiri dan kanan dermaga, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan pelabuhan
dan armada belum ada.
8. Pelabuhan Laut Singkil di Kabupaten Aceh SingkilPelabuhan Laut Singkil merupakan salah satu pelabuhan laut di Aceh yang
terkena dampak bencana tsunami. Seluruh sarana dan prasarana pelabuhan laut
rusak bahkan area pelabuhan sudah tergerus (bergeser) ke laut. Sehingga harus
direkonstruksi dan dibangun kembali di area yang baru pada lokasi yang sama.
Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi BRR (Badan Rekonstruksi dan
Rehabilitasi NAD Nias) melakukan pembangunan pelabuhan penyeberangan yang
telah rusak. Pelabuhan penyeberangan ini digunakan untuk penduduk yang
melakukan kegiatan ke Pulau Simeuleu dan Pulau Banyak. Prioritas pembangunan
dermaga penyeberangan diambil oleh BRR NAD Nias karena memiliki peranan
penting dalam distribusi barang terutama sembako ke Pulau Simeuleu dan Pulau
Banyak.
Sedangkan dermaga kargo/umum masih dalam tahap pembangunan hingga
saat ini oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Republik Indonesia.
Direncanakan dermaga kargo ini sepanjang 100 meter dengan lebar 6 meter.
Adapun komoditas bongkar/muat sebelum tsunami adalah Semen, CPO.
Sedangkan komoditas yang diangkut melalui dermaga penyeberangan Singkil
adalah sembako, bahan bangunan, hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan.
9. Pelabuhan Laut Sinabang di Kabupaten SimeuleuPelabuhan Sinabang, yang terletak di Kabupaten Simeuleu merupakan
pelabuhan yang juga terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004.
Kerusakan pelabuhan sangat memprihatinkan dan sampai saat ini masih
digunakan oleh para pelaku usaha dan pemerintah. Pemerintah Pusat Republik
Indonesia melalui BRR NAD Nias telah membangun kawasan pelabuhan baru
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
20/21
dengan fungsi utama kargo yagn terletak di kawasan Teluk Sinabang. Namun
pelabuhan baru belum dapat beraktifitas karena belum dipindahkannya aktifitas
pelabuhan lama ke pelabuhan baru. Belum berpindahnya aktifitas ini karena tidak
adanya kesepakatan antara pemerintah daerah kabupaten Simeuleu dengan
pemerintah pusat yakni Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Mekanisme
pengelolaan dan pembagian jasa pelayanan pelabuhan belum dapat disepakati
bersama.
Selain itu permasalahan lain yang dihadapi oleh pelabuhan laut Sinabang
adalah perkembangan kota di sekitar area pelabuhan yang semakin meningkat.
Pergerakan truk pengangkutan barang yang melintasi sudah tidak sesuai dengan
perkembangan kota.
10.Pelabuhan Laut Tapaktuan di Kabupaten Aceh SelatanSecara umum kondisi pelabuhan Tapaktuan sangat baik, dilengkapi
dengan berbagai fasilitas pelabuhan seperti dermaga, gudang, lapangan
penumpukan, trestle, cause way,pusat pelayanan informasi, kantor, pos penjagaan
dan workshop.
Frekuensi kapal yang masuk ke pelabuhan Tapaktuan dari tahun 2007
hingga tahun 2011 secara umum mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari tahun
2008 hingga tahun 2010 aktifitas/frekuensi kapal masuk sangat tinggi hingga 90
kali melakukan aktifitas bongkar/muat dan kemudian turun menjadi 30 kali pada
tahun 2011. Fluktuasi yang terjadi tersebut diindikasikan adanya aktifitas
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias pasca bencana tsunami dan gempa
bumi. Semen merupakan komoditas yang diangkut.
11.Pelabuhan Laut Susoh dan Surin di Kabupaten Aceh Barat DayaKondisi pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya sudah tidak
beroperasi, bahkan bangunan sarana dan prasarana yang ada sudah mulai rusak.
Pelabuhan Laut Susoh, merupakan pelabuhan yang telah ada/beroperasi sejak
tahun 1977. Pasca rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan ini digunakan untuk
distribusi semen dari Padang provinsi Sumatera Barat. Selain itu pelabuhan ini
-
7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i
21/21
juga pernah digunakan untuk pengangkutan hasil tambang berupa biji besi yaitu
dari PT Pinang Sejati Utama.
Penyebab dari tidak beroperasinya pelabuhan Susoh adalah terjadinya
sedimentasi yang berakibat pada dangkalnya areal pelabuhan laut. Sedimentasi
adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,
es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai
adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air
sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi
pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi
angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c. sedimentasi gletser mengahasilkan
drumlin, moraine, ketles, dan esker. Hingga saat ini aktifitas pelabuhan sudah
tidak ada, komoditas yang masuk adalah semen