perencanaan sistem transportasi tugas i

Upload: chad-rogers

Post on 09-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    1/21

    PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI

    TUGAS I

    MENGINDENTIFIKASI PELABUHAN

    DI PROVINSI ACEH

    MUHAMMAD IQBAL

    MANAJEMEN REKAYASA TRANSPORTASI

    MAGISTER TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    2013

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    2/21

    I. PENDAHULUANKeberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh memiliki peran sangat strategis

    dalam mendukung perekonomian. Pelabuhan merupakan salah satu simpul

    jaringan transportasi yang mengandalkan kemampuan sarana kapal yang memiliki

    daya angkut logistik dalam jumlah besar. Kondisi topologi Aceh sendiri yang

    dikelilingi oleh lautan menjadikan Aceh sangat berketergantungan pada

    transportasi laut untuk mengakses wilayah lainnya terutama luar negeri.

    Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

    Aceh berpedoman pada suatu tatanan kepelabuhanan yang secara hirarkhi dan

    terorganisasi dalam beberapa zona pengembangan transportasi. Zona transportasi

    ini terbagi atas empat wilayah: Zona Pusat, Zona Utara-Timur, Zona Barat-

    Selatan dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan Pelabuhan

    sebagai titik simpul jaringan yang akan menjembatani ke simpul transportasi di

    luar Aceh (skala regional, nasional dan internasional).

    Dalam kenyataannya, potensi pendayagunaan pelabuhan di Aceh belum

    termaksimalkan. Persoalan mendasar yang terjadi adalah keberadaan

    pengembangan jaringan transportasi laut yang belum terencana dan terpadu yang

    didukung dengan pengembangan moda transportasi lainnya. Demikian juga

    pengembangan wilayah seharusnya juga ikut didukung oleh keberadaan

    pelabuhan-pelabuhan besar yang ada di Aceh. Sehingga keberadaan efektifitas

    keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini masih berjalan terpisah dengan

    pembangunan wilayah.

    Persoalan lainnya adalah pembangunan sistem jaringan transportasi terpadu.

    Efektivitas sistem jaringan transportasi Aceh masih jauh dari hasil yang

    diharapkan. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh saat ini masih terkesan

    terpisah dengan moda jaringan transportasi lainnya. Pembangunan yang

    dilaksanakan masih dijalankan secara terpisah diakibatkan berbagai persoalan

    kelembagaan dan kewenangannya, pendanaan dan visi yang berbeda-beda di tiap

    daerah.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    3/21

    Permasalahan utama pelabuhan menyangkut 3 hal pokok, yaitu belum

    tersedianya pelabuhan hubungan internasional, rendahnya produktifitas dan

    kapasitas pelabuhan, dan belum terintegrasinya manajemen kepelabuhan.

    Adapun jumlah lokasi kegiatan yang dijadikan fokus pekerjaan Rencana

    Induk Pelabuhan Aceh berjumlah 11 (sebelas) pelabuhan. 2 (dua) pelabuhan

    dengan fungsi sebagai pelabuhan utama, 2 (dua) pelabuhan pengumpul, dan 7

    (tujuh) pelabuhan pengumpan.

    Tabel 1. Lokasi Pelabuhan Prov Aceh

    Prasarana Angkutan Di Perairan

    Berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan PP No.61 Tahun 2009tentang Kepelabuhanan, prasarana angkutan di perairan yaitu pelabuhan, yang

    akan melayani jenis angkutan yang terdiri atas: (1) angkutan laut, (2) angkutan

    penyeberangan, dan (3) angkutan sungai dan danau.

    Rencana pengembangan pelabuhan dikemukakan menurut tabel 19. Dalam

    rencana pengembangan tersebut ditetapkan:

    - Hierarki pelabuhan, yang terdiri atas: pelabuhan utama, pelabuhanpengumpul, dan pelabuhan pengumpan;

    Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi, Informatika, dan Telematika, 2013

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    4/21

    - Pelayanan menurut: angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan;-

    Jangkauan pelayanan menurut: luar negeri (internasional), dalam negeriantarprovinsi, dalam negeri dalam provinsi, pelayaran rakyat, dan khusus;

    - Khusus untuk angkutan penyeberangan dikemukakan lintasan/rutepenyeberangan yang dilayani oleh pelabuhan tersebut.

    Untuk masing-masing pelabuhan yang ditetapkan tersebut diberikan penjelasan

    sebagai berikut ini.

    1. Pelabuhan Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi sebagai pelabuhanutama, yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional), sehingga dikenal

    juga sebagai Pelabuhan Internasional. Pengembangan pelabuhan utama Sabang ini

    sangat terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan bebas Sabang dan

    kawasan perdagangan bebas Sabang. Dalam RTRWN dan RTRWA Sabang

    ditetapkan dengan hierarki sebagai PKSN/PKW Sabang, dengan demikian maka

    Pelabuhan Sabang ini merupakan prasarana pendukung terkait dengan fungsi

    PKSN/PKW Sabang. Bila dihubungkan dengan kondisi dan kapasitas pelabuhan

    Sabang yang ada dewasa ini, maka rencana untuk Pelabuhan Sabang sebagai

    Pelabuhan Utama dengan pelayanan luar negeri (internasional) merupakan

    pengembangan yang sangat signifikan yang disertai dengan investasi yang besar

    sebagai peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini..

    2. Pelabuhan Balohan di Kota Sabang ditetapkan dalam rencana dengan fungsi

    sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar negeri

    (internasional) dan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan

    internasional direncanakan untuk rute atau lintasan penyeberangan Balohan

    Phuket (Thailand), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung kegiatan

    pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada

    rute atau lintasan Balohan Ulee Lheue (Banda Aceh) yang merupakan lintasan

    strategis nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini

    akan menghubungkan PKW/PKSN Sabang dengan PKNp Banda Aceh secara

    langsung.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    5/21

    Sehubungan dengan cakupan kawasan pada pengembangan Kawasan

    Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang serta Kawasan Pelabuhan Bebas dan

    Perdagangan Bebas Sabang, yang juga akan mencakup pulau-pulau di Kecamatan

    Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, maka angkutan penyeberangan dikembangkan

    pula pada lintasan Balohan Lampuyang (P.Breuh) Lamteng (P.Nasi)

    (keduanya terletak di Kecamatan Pulo Aceh)dan ke Ulee Leue.

    Rencana pengembangan untuk pelabuhan Balohan ini adalah pemantapan dan

    peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.

    3. Pelabuhan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh ditetapkan dalam rencana dengan

    fungsi sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan penyeberangan luar

    negeri (internasional) dan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan

    internasional direncanakan untuk rute atau lintasan penyeberangan Ulee Lheue

    Penang/Langkawi (Malaysia), baik untuk pelayanan umum maupun mendukung

    kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah

    pada rute atau lintasan Ulee Lheue - Balohan (Sabang) yang merupakan lintasan

    strategis nasional dan dikenal dengan lintasan Sabuk Utara Nasional. Lintasan ini

    akan menghubungkan PKNp Banda Aceh dengan PKW/PKSN Sabang secara

    langsung.

    Selaras dengan pengembangan lintas penyeberangan untuk Balohan di atas, maka

    di Ulee Lheue juga dengan pelayanan angkutan penyeberangan dalam negeri

    dalam provinsi untuk rute atau lintasan Ulee Lheue Lampuyang Lamteng

    terus ke Balohan.

    Rencana pengembangan untuk pelabuhan Ulee Lheue ini adalah pemantapan dan

    peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.

    4. Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara. Pelabuhan Krueng

    Geukueh ini dikenal juga dengan Pelabuhan Lhokseumawe, yang mendukung

    PKN Lhokseumawe. Pelabuhan Krueng Geukueh ditetapkan dengan fungsi

    sebagai pelabuhan utama, yang melayani angkutan laut luar negeri (internasional)

    dan angkutan penyeberangan luar negeri (internasional) dengan rute atau lintasan

    Lhokseumawe Penang/Langkawi (Malaysia).. Rencana pengembangan untuk

    pelabuhan ini adalah pemantapan dan peningkatan untuk pelayanan angkutan laut

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    6/21

    luar negeri (internasional), dan pengembangan untuk pelayanan angkutan

    penyeberangan penyeberangan luar negeri (internasional).

    5. Pelabuhan Khusus Lhokseumawe di Kota Lhokseumawe, yang merupakan

    pelabuhan untuk pengapalan LNG (ekspor LNG), dan dikelola oleh perusahaan.

    Bila dilihat dari pelayanannya maka pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama

    dengan pelayanan angkutan luar negeri (internasional) dengan bentuk kegiatan

    pelayanan khusus, yaitu ekspor LNG. Pelabuhan ini mendukung PKN

    Lhokseumawe.

    6. Pelabuhan Meulaboh di Kabupaten Aceh Barat. Pelabuhan Meulaboh inimendukung PKW Meulaboh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang

    melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat, serta

    angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi dengan rute atau lintasan

    Meulaboh Sinabang dan Meulaboh Sibigo. Pelabuhan Meulaboh ini

    mengalami kerusakan berat dalam bencana tsunami tahun 2004. Dengan demikian

    rencana pengembangan untuk pelabuhan Meulaboh ini adalah revitalisasi dan

    peningkatan untuk melayani angkutan laut dan pengembangan untuk pelayanan

    angkutan penyeberangan.

    7. Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar. Pelabuhan Malahayati ini

    mendukung PKNp Banda Aceh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul,

    yang melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat.

    Rencana pengembangan untuk pelabuhan ini adalah pemantapan dan peningkatan

    dari kegiatan pelabuhan yang ada dewasa ini.

    8. Pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa. Pelabuhan Kuala Langsa ini

    mendukung PKW Langsa, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang

    melayani angkutan laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Rencana

    untuk pelabuhan Kuala Langsa ini adalah pemantapan dan peningkatan dari

    pelayanan angkutan laut yang ada dewasa ini.

    9. Pelabuhan Sinabang di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sinabang ini

    mendukung PKL Sinabang, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang

    melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan. Untuk angkutan laut

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    7/21

    pelayanannya adalah dalam negeri antarprovinsi. Untuk angkutan penyeberangan

    pelayanannya adalah dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute: Sinabang

    Meulaboh, Sinabang Labuhanhaji, dan Sinabang Kep. Banyak Singkil.

    Rencana untuk pelabuhan Sinabang adalah pemantapan dan peningkatan dari

    pelayanan yang ada dewasa ini, baik untuk angkutan laut dan angkutan

    penyeberangan.

    10. Pelabuhan Sibigo di Kabupaten Simeulue. Pelabuhan Sibigo dengan fungsi

    sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut pelayaran rakyat,

    dan angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi, dengan lintasan/rute:

    SibigoMeulaboh. Rencana untuk pelabuhan Sibigo adalah pengembangan, baik

    untuk angkutan alut maupun angkutan penyeberangan.

    11. Pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pelabuhan Susoh ini

    mendukung PKWp Blangpidie, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan,

    yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat.

    Rencana untuk pelabuhan Susoh adalah peningkatan dari pelayanan yang ada

    dewasa ini.

    12. Pelabuhan Tapaktuan di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Tapaktuan

    mendukung PKL Tapaktuan, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang

    melayani angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat.

    Rencana untuk pelabuhan Tapaktuan ini adalah peningkatan dari pelayanan yang

    ada dewasa ini.

    13. Pelabuhan Labuhanhaji di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Labuhanhaji

    dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam

    negeri pelayaran rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam negeri dalam

    provinsi, dengan lintasan/rute: LabuhanhajiSinabang. Rencana untuk pelabuhan

    Labuhan haji adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada

    dewasa ini.

    14. Pelabuhan Sibadeh di Kabupaten Aceh Selatan. Pelabuhan Sibadeh berfungsi

    sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan laut dalam negeri dalam

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    8/21

    provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk pelabuhan Sibadeh adalah

    peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.

    15. Pelabuhan Singkil di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan Singkil mendukung

    PKL Singkil, dan juga PKWp Subulussalam, dengan fungsi sebagai pelabuhan

    pengumpan, yang melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan. Untuk

    angkutan laut pelayanannya adalah dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran

    rakyat. Untuk angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi dan dalam

    provinsi. Rute/lintasan angkutan penyeberangan dalam negeri antarprovinsi

    adalah Singkil Sibolga/Nias di Provinsi Sumatera Utara; dan dalam provinsi

    adalah Singkil Kepulauan Banyak Sinabang. Rencana untuk pelabuhan

    Singkil ini adalah peningkatan dan pengembangan baik untuk pelayanan angkutan

    laut maupun untuk pelayanan angkutan penyeberangan.

    16. Pelabuhan Kepulauan Banyak di Kabupaten Aceh Singkil. Pelabuhan

    Kepulauan Banyak ini berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani

    angkutan laut dalam negeri pelayaran rakyat, dan angkutan penyeberangan dalam

    negeri antarprovinsi dan dalam provinsi. Angkutan penyeberangan dalam negeri

    antarprovinsi adalah pada rute/lintasan Kepulauan Banyak Sibolga/Nias

    Provinsi Sumatera Utara, terutama dalam rangka mendukung kegiatan pariwisata.

    Angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi adalah pada rute/lintasan

    Kep. Banyak Singkil, dan Kep. Banyak Sinabang. Rencana untuk pelabuhan

    Kep. Banyak adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada

    dewasa ini.

    17. Pelabuhan Calang di Kabupaten Aceh Jaya. Pelabuhan Calang mendukung

    PKL Calang, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani

    angkutan laut dalam negeri dalam provinsi dan pelayaran rakyat. Rencana untuk

    pelabuhan Calang adalah peningkatan dari pelayanan yang ada dewasa ini.

    18. Pelabuhan Idi di Kabupaten Aceh Timur. Pelabuhan Idi mendukung PKL Idi

    Rayeuk, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpan, yang melayani angkutan

    laut dalam negeri antarprovinsi dan pelayaran rakyat. Pelabuhan Calang ini juga

    dimanfaatkan sebagai pelabuhan untuk kegiatan perikanan. Rencana untuk

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    9/21

    pelabuhan Idi adalah pemantapan dan peningkatan dari pelayanan yang ada

    dewasa ini.

    19. Pelabuhan Lampuyang di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau

    Breuh Kecamatan Pulo Aceh. Pelabuhan Lampuyang berfungsi sebagai pelabuhan

    pengumpan, yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam

    provinsi, dengan rute/lintasan: Lampuyang Lamteng Ulee Lheue, dan

    Lampuyang Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue Lamteng

    Lampuyang Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lampuyang adalah

    pengembangan.

    20. Pelabuhan Lamteng di Kabupaten Aceh Besar, yang terletak di Pulau Nasi

    Kecamatan Pulo Aceh. Pelabuhan Lamteng berfungsi sebagai pelabuhan

    pengumpan, yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam

    provinsi, dengan lintasan/rute: Lamteng Ulee Lheue, dan Lamteng

    Lampuyang Balohan, atau merupakan jalur/lintasan: Ulee Lheue Lamteng

    Lampuyang Balohan. Rencana untuk pelabuhan Lamteng adalah

    pengembangan.

    Secara umum sistem logistik di Indonesia saat ini belum memiliki

    kesatuan visi yang mampu mendukung peningkatan daya saing pelaku bisnis dan

    peningkatan kesejahteraan rakyat, bahkan pembinaan dan kewenangan terkait

    kegiatan logistik relatif masih bersifat parsial dan sektoral di masing-masing

    kementerian atau lembaga terkait, sementara koordinasi yang ada belum memadai.

    a) Komoditas penggerak utama (key commodity factor) sebagai penggerak

    aktivitas logistik belum terkoordinasi secara efektif, belum adanya fokus

    komoditas yang ditetapkan sebagai komitmen nasional, dan belum optimalnya

    volume perdagangan ekspor dan impor;

    b) Infrastruktur transportasi belum memadai baik dari segi kuantitas maupun

    kualitas yang antara lain karena belum adanya pelabuhan hub, belum dikelola

    secara terintegrasi, efektif dan efisien, serta belum efektifnya intermodal

    transportasi dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan,

    transportasi dan wilayah hinterland,

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    10/21

    c) Pelaku dan penyedia jasa logistik masih berdaya saing rendah karena

    terbatasnya jaringan bisnis pelaku dan penyedia jasa logistik lokal sehingga

    pelaku multinasional lebih dominan dan terbatasnya kualitas dan kemampuan

    pelaku dan penyedia jasa logistik nasional;

    d) Teknologi informasi dan komunikasi belum didukung oleh ketersediaan

    infrastruktur dan jaringan yang handal, masih terbatasnya jangkauan jaringan

    pelayanan non seluler, dan masih terbiasanya menggunakan sistem manual (paper

    based system) dalam transaksi logistik;

    e) Sdm logistik masih memiliki kompetensi rendah yang disertai oleh belummemadainya lembaga pendidikan dan pelatihan bidang logistik;

    f) Regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral, yang disertai oleh

    masih rendahnya penegakan hukum, belum efektifnya koordinasi lintas sektoral,

    dan belum adanya lembaga yang menjadi integrator kegiatan logistik nasional.

    Kondisi umum di atas menjadi penyebab dari belum optimalnya kinerja

    sektor logistik nasional yang tercermin dari tingginya biaya logistik dan pelayananyang belum optimal, sehingga hal ini mempengaruhi daya saing dunia usaha di

    pasar global. Berdasarkan survei yang dilakukan World Bank pada tahun 2010

    yang kemudian dituangkan dalam Logistics Performance Index (LPI), posisi LPI

    Indonesia secara menyeluruh berada pada peringkat 75 (tujuh puluh lima) dari

    155 (seratus lima puluh lima) negara. Berikut ini adalah gambaran umum

    perkembangan Sistem Logistik Nasional yang lebih rinci yang terkait dengan

    pergerakan barang, infrastuktur logistik yang mendukung, pelaku dan penyedia

    jasa logistik, sumber daya manusia, kinerja dan permasalahan yang dihadapi.

    Kondisi Dan Permasalahan 11 Pelabuhan Umum Di Provinsi Aceh

    1. Pelabuhan laut Sabang di kota SabangMenurut catatan sejarah, pelabuhan laut Sabang pada tahun 1881 Pemerintah

    Hindia Belanda mendirikan Kolen Station. Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan

    pangkalan batu bara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, tetapi kemudian juga

    mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor. Pada tahun 1887,

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    11/21

    firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan untuk membangun

    sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun

    1895, dikenal dengan istilah Vrij Haven dan dikelola oelh Sabang Maatschaappij. Pada

    tahun 1942 Sabang diduduki oleh pasukan Jepang, kemudiandibombardir pesawat

    Sekutu hingga mengalami kerusakan fisik dan terpaksa tutup. Pada masa awal

    kemerdekaan semua asset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli oleh Pemerintah

    Indonesia. Kemudian pada 1965 dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali

    pelabuhan. Pada tahun 1886 pelabuhan Sabang kembali ditutup dan kembali

    beraktifitas pada tahun 2002. Pelabuhan ini dikelola oleh Badan Pengusahaan

    Kawasan Bebas Sabang (BPKS Sabang).

    Pelabuhan Bebas Sabang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun

    2010 dan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2010 dapat melakukan perdagangan

    bebas, kegiatan ekspor dan impor melalui pelabuhan bebas Sabang.

    Aktifitas pelabuhan Sabang hingga tahun 2012, masih didominasi oleh

    kegiatan impor barang dari berbagai negara diantaranya Malaysia, thailand dan

    Singapore.

    Permasalahan yang dihadapi :

    1. Masih rendahnya volume barang ekspor2. Undang-undang pengoperasian pelabuhan bebas belum jelas3. Petunjuk teknis ekspor dan impor yang belum ada4. Rencana pengembangan pemerintah sabang untuk memasukkan barang ke

    wilayah pabean di Aceh Daratan.

    2. Pelabuhan Laut Malahayati di Kabupaten Aceh BesarBerdasarkan catatan sejarah, pelabuhan Malahayati dibangun sejak abad ke-16, masa

    kelustanan Iskandar Muda. Pada zaman tersebut pelabuhan ini digunakan untuk

    pangkalan angkatan laut kerajaan. Dahulunya pelabuhan ini banyak disinggahi oleh

    kapal dari China. Dan masa pengelolaan ke PT PELINDO dimulai sejak tahun 1970.

    Berdasarkan MOU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Aceh dengan PT

    PELINDO 1 pada pertengahan Maret 2013. Pelabuhan Malahayati menjadi pelabuhan

    Peti Kemas dan dalam waktu dekat akan melayani angkutan peti kemas.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    12/21

    Aktifitas pelabuhan Malahayati meliputi kegiatan jasa bongkar dan muat. Berdasarkan

    catatan dari kantor penyelenggara aktifitas di pelabuhan mencakup bongkar muatan

    seperti beras, gula, aspal, semen. Sedangkan kegiatan ekspor belum ada sama sekali.

    Beberapa permasalahan yang terjadi di pelabuhan Malahayati sebagai berikut;

    1) Pasca rehabilitasi dan rekonstruksi yang lalu, banyak pengusaha yang bangkrut dan

    tidak melakukan aktifitas di pelabuhan. Pengusaha yang ada sekarang (baru) adalah

    pengusaha baru yang belum memahami seluk beluk berbisnis di usaha pelabuhan

    kargo.

    2) Aktifitas bongkar dan muat barang di pelabuhan Malahayati tidak banyak, karena

    komoditas pertanian dan perkebunan dari Aceh lebih memilih angkutan/moda

    transportasi darat untuk dibawa ke Belawan Medan.

    3) Adanya tambatan kapal palung/boat nelayan pada alur masuk pelayaran di

    pelabuhan.

    3. Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh/ Lhokseumawe di Kabupaten AcehUtara

    Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh dibangun pada tahun 1986, beberapa tahun

    sejak beroperasinya PT Asean Aceh Fertilizer dan Pupuk Iskandar Muda. Pelabuhan ini

    berada dibawah pengelolaan PT. PELINDO 1 Cabang Lhokseumawe. Pada tahun 2010

    pelabuhan ini pernah difungsikan sebagai jalur ekspor dan impor dari Lhokseumawe

    ke Penang Malaysia dan ke Singapura. Barang komoditi hasil pertanian sempat

    berhasil diangkut untuk pertama kalinya dan tidak berlangsung lama (berhenti).

    Hingga saat ini pelabuhan ini banyak melakukan aktifitas bongkar/muat

    barang/komoditas tambang, semen, bahan sembako seperti beras dan gula.Didalam RTRW Nasional Pelabuhan Lhokseumawe dan Meulaboh merupakan

    pelabuhan yang masuk dalam kategori pengembangan dan pemantapan pelabuhan

    nasional. Sedangkan dalam tatanan kepelabuhanan nasional dan rencana induk

    pelabuhan nasional hanya sabang yang masuk dalam kategori pelabuhan utama.

    Sedangkan didalam Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia

    ditetapkan beberapa pelabuhan strategis di Sumatera termasuk Aceh yakni Sabang,

    Malahayati dan Lhokseumawe.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    13/21

    Beberapa kantor dukungan dari pemerintah adalah kantor bea cukai,

    administrasi pelabuhan, agensi pelayaran, kepolisian.

    Aktifitas pelabuhan Krueng Geukeuh terdiri atas jasa bongkar muat, jasa

    tambat kapal, penumpukan gudang dan lapangan, terminal pelabuhan dan jasa

    penundaan. Berdasarkan data yang ada, sejak tahun 2009 hingga pada tahun 2012

    tingkat kunjungan kapal mengalami peningkatan yang cukup baik dimana pada tahun

    2012 mengalami peningkatan 100% yakni mencapai 446 kunjungan kapal. Dan jika

    didetailkan berdasarkan asal Negara kapal, didapat bahwa kunjungan kapal dari luar

    negeri mengalami peningkatan yang sangat baik. Dimana pada tahun 2012 kunjungan

    kapal mencapai 215 kali. Sama halnya dengan kunjungan kapal dari dalam negeri pada

    tahun 2012 mencapai 231 kali kunjungan.

    Jika dianalisis berdasarkan bongkar muat barang, maka impor barang

    (pemasukan) barang ke pelabuhan cenderung turun dan menunjukkan aktifitas nol

    jika tidak ada kebijakan dari pemerintah pusat dalam hal ini Republik Indonesia

    melalui kementerian perdagangan. Sedangkan ekspor (barang keluar) tidak ada sama

    sekali sejak tahun 2010 hingga sekarang. Gejala ini sangat memprihatinkan dan

    mengkhawatirkan aktifitas pelabuhan dan ekonomi Aceh, khususnya KabupatenAceh Utara.

    Untuk aktifitas bongkar dan muat antar pulau (dalam negeri) cenderung lebih

    baik, dan aktifitas ini membaik, komoditas ini dapat dipastikan berupa semen dan

    bahan konstuksi lainnya yang dibutuhkan oleh antar regional wilayah di Aceh.

    Sedangkan untuk aktifitas muat komoditas/barang tidak ada sama sekali sejak tahun

    2012. Hal ini dapat dipastikan penggunaan pelabuhan sebagai fasilitas transportasi

    barang/komoditas masih minim.

    Untuk produksi jasa tambat di pelabuhan laut Krueng Geukeuh dari dalam

    negeri, berdasarkan data dari kantor pelabuhan mengalami kecenderungan yang baik

    dan meningkat. Pada tahun 2012 mencapai 1 juta Gt/Etmal (lih tabel 4.5).

    Sedangkan untuk jasa penundaan pelabuhan kapal, untuk kapal dari dalam negeri

    mengalami peningkatan yang baik. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan hingga

    522 jam. Sedangkan kapal dari luar negeri cenderung mengalami penurunan bahkan

    dapat mencapai angka nol.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    14/21

    Secara umum, dengan memperhatikan data aktifitas pelabuhan Krueng

    Geukeuh dari tahun 2009 hingga pada tahun 2012 aktifitas pelabuhan dari luar negeri

    mengalami penurunan yang sangat mengkhawatirkan dan perlu kebijakan khusus untuk

    meningkatkan kembali kinerja pelabuhan. Sedangkan aktifitas kapal dari dalam negeri

    perlu terus dijaga berkesinambungan dengan baik.

    4. Pelabuhan Laut Kuala Langsa di Kota LangsaMenurut catatan sejarah, pelabuhan Kuala Langsa dibangun pada tahun 1900

    bersamaam dengan dibangunnya jalan kereta api dari kuala Langsa. Pelabuhan ini

    selesai dibangun pada tahun 1905 sedangkan kereta api selesai dibangun pada tahun

    1913. Sejak tahun 1905 sampai dengan 1914 Pelabuhan Kuala Langsa mulai berfungsi

    dengan ramaina kegiatan bongkar muat barang serta keluar masuknya kapal dan

    perahu perahu nelayan maupun pedagang.

    Tahun 1942 sampai dengan 1949 kegiatan bongkar muat dan kunjungan kapal

    sangat berkurang akibat terjadinya perang dengan Belanda dan Jepang. Tahun 1950

    kegiatan mulai berkembang dimana kapal berukuran 1000 DWT dapat memasuki

    pelabuhan untu mengangkut karet, kopi, biji dan hasil bumi lainnya dengan tujuanSingapore, Malaysia dan mengimpor barang kebutuhan makanan, kain, barang

    kelontong, sparepart dan lainnya yang dikenal pada saat itu adalah zaman barter.

    Kegiatan ini berlangsung dari tahun 1955 sampai dengan 1960.

    Pada tahun 1969 Pelabuhan Kuala Langsa ditetapkan sebagai Pelabuhan

    Umum yang terbuka untuk pelayaran luar negeri berdasarkan Keputusan Bersama

    Menteri Perdagangan, menteri keuangan dan Menteri Perhubungan dengan surat

    nomor 363 A/KPB/XI/69, No Kep. 818/MK/4/II/69 dan SK 43/0/69 tanggal 20 November

    1969. Pada tahun 1981 dan tahun 1984 alur pelayaran pada ambang luar menuju

    Pelabuhan di keruk sepanjang 3000 m dengan lebar 80 m kedalaman s/d 7 LWS (Low

    Water Spring/Muka Air Laut Surut Terendah) yang tadinya hanya mempunyai

    kedalaman 1,5 s/d 2 m LWS. Sehingga saat itu kapal berukuran sampai dengan 6000

    DWT dapat memasuki pelabuhan Kuala Langsa.

    Pada bulan November 1993 pernah dilakukan survey check sounding alur

    pelayaran pelabuhan Kuala Langsa oleh tim survey PT Pelabuhan Indonesia 1

    (Persero) dan didapati bawa alur pelayaran mempunyai kedalaman rata-rata 6,5 m

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    15/21

    sampai dengan 7,5 m LWS. Tahun 1994 dibangun dermaga beton sepanjang 75 m

    lebar 10 m luas 750 m2, dengan daya dukung 2 ton/m2 sebagai pengganti dermaga

    konstruksi besi/kayu sepanjang 100 m dan lebar 8 m yang sudah tidak dapat

    difungsikan lagi. Kemudian pada tahun 1996 juga dibangun gudang 1 dengan

    konstruksi beton panjang 40 m lebar 12,5 m luas 500 2 dengan daya dukung 2 ton/m2,

    dengan kapasitas 1000 ton.

    Pada tahun 1999 alur pelayaran diantara pulau Pusong dan Telaga Tujuh

    kembali dikeruk sehingga mempunyai kedalaman s.d 7 LWS, hal ini menyikapi keinginan

    para pengusaha pengguna jasa kepelabuhanan baik yang sudah memanfaatkan maupun

    yang akan memanfaatkan.

    Aktifitas pelabuhan laut Kuala Langsa terdiri atas bongkar muat barang.

    Berdasarkan data dari kantor penyelenggara pelabuhan laut Kuala Langsa sejak tahun

    2000 hingga 2009 pelabuhan beraktifitas dengan baik.

    Permasalahan yang terjadi adalah penurunan produktivitas, kebijakan

    pemerintah, beralihnya moda angkutan, alur masuk pelabuhan laut masi dangkal,

    kurang fasilitas, memerlukan kawasan industri, kebersihan di terminal kurang.

    5. Pelabuhan Laut Idi di Kabupaten Aceh TimurBerdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara yang dilakukan

    dengan petugas kantor pelabuhan, didapatkan bahwa pelabuhan yang ada tidak

    berfungsi sebagai pelabuhan umum. Namun lebih kepada PPI (pelabuhan pendaratan

    ikan). PPI Idi merupakan milik pemerintah Aceh dibawah kendali UPTD Kelautan dan

    Perikanan Aceh. Kawasan pelabuhan ini dapat berkembang sebagai pelabuhan

    umum, namun diperlukan berbagai instrument kebijakan dan dukungan kegiatan

    perekonomian yang kuat dari wilayah pelayanan pelabuhan.

    Sesuai dengan arahan RTRW Aceh pasal 19 mengenai jenis pelabuhan, hirarki

    dan fungsi serta berdasarkan zonasi rencana pengembangan kawasan strategis Aceh.

    Diharapkan pelabuhan Idi dapat menjadi pelabuhan pengumpan regional dengan jenis

    layanan utama general cargo dan curah cair dalam lingkup nasional. Dan didalam pasal

    27 mengenai system sarana dan prasarana pelabuhan pendaratan ikan telah ditetapkan

    di Aceh Timur (Idi). Maka pengembangan kawasan pelabuhan ini harus terintegrasi

    pelabuhan laut dengan fungsi layanan kargo dan pelabuhan perikanan dengan layanan

    utama industry perikanan.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    16/21

    Aktifitas pelabuhan saat ini adalah sebagai Pelabuhan pendaratan ikan.Belum

    ada aktifitas kapal barang. Permasalahan utama Belum tercapainya fungsi

    pelabuhan Idi sebagai pelabuhan dengan fungsi utama kargo, sehingga perlu

    dilakukan peningkatan produktifitas komoditas ekonomi regional wilayah pelayanan

    pelabuhan Idi seperti Kabupaten Bener Meriah, Kab Aceh Tengah, Kabupaten Aceh

    Tamiang, Kota Langsa, Sebagian Kab Gayo Lues. Kabupaten yang berada di sekitar

    pelayanan pelabuhan memiliki potensi pengembangan komoditas seperti kelapa

    sawit, karet, kelapa, kakao dan holtikultura.

    6. Pelabuhan Laut Meulaboh di Kabupaten Aceh BaratSecara umum kondisi pelabuhan Meulaboh dalam kondisi baik dan beroperasional

    dengan baik. Sarana dan prasarana pelabuhan sudah sangat baik dan mendukung

    kegiatan bongkar/muat armada kapal yang masuk ke pelabuhan. Pelabuhan

    Meulaboh merupakan pelabuhan yang sangat penting dalam system transportasi

    laut pada zona barat, selatan tenggara bahkan pusat Aceh. Peranan ini terlihat dari

    beroperasinya PT Perusahaan Pelayaran Indonesia (PELINDO) melalui kantor

    perwakilan di Meulaboh dengan kantor cabang di Malahayati.

    Bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh) komposisi

    penerimaan jasa kepelabuhanan dibagi menjadi 80:20. Dimana 80% penerimaan

    bea jasa kepelabuhanan masuk ke PT. PELINDO 1 dan sisanya sebesar 20%

    masuk penerimaan asli daerah (PAD) Pemerintah Kabupaten Aceh Barat

    (Meulaboh).

    Beberapa instansi yang aktif didalam kawasan pelabuhan adalah Syahbandar,

    Kepolisian, TNI Angkatan Laut, Dinas Perhubungan dan KPLP.

    Aktifitas pelabuhan laut Meulaboh saat ini berlangsung dengan baik, kegiatan

    bongkar dan muat relative lebih baik dibandingkan dengan beberapa pelabuhan

    lainnya di zona selatan tenggara.

    Berdasarkan data yang ada, kedatangan kapal juga berasal dari pelabuhan khusus

    dan pelabuhan umum. Pada tahun 2011 jumlah kapal yang datang dari pelabuhan

    khusus berjumlah 68 kali. Dan jumlah kedatangan dari dalam negeri pada tahun

    2011 berjumlah 36 dan luar negeri 10 kali.

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    17/21

    7. Pelabuhan Laut Calang di Kabupaten Aceh JayaPelabuhan Calang merupakan pelabuhan yang telah hancur terkena

    dampak bencana tsunami pada tahun 2004. Pelabuhan ini mendapat penanganan

    berupa rekonstruksi/pembangunan kembali pada tahun 2008. Sedangkan detail

    desainnya dibantu oleh UNDP dan dirancang pada tahun 2006.

    Pelabuhan ini terletak di Desa Teluk Lho Kubu Bahagia, Kecamatan Krueng

    Subee, Kabupaten Aceh jaya, Provinsi Aceh.

    Pada saat pelaksanaan pembangunan (tahun 2008), konstruksi pelabuhan Calang

    mengalami kendala dimana saat itu pembangunan dilaksanakan oleh BRR NAD

    Nias, kemudian dilaksanakan kembali melalui review desain dan supervise

    pembangunan pelabuhan Calang oleh BRR NAD Nias pada tahun 2009. Dan saat

    pada tahun 2010 hingga saat ini, pembangunan masih dilanjutkan.

    Pekerjaan yang terealisasi pada tahun 2008 sebagai berikut;

    1) Sistem rangka bangunan kantor pelabuhan

    2) System rangka bangunan rumah pompa dan genset

    3) Water reservoir

    4) Lapangan penumpukan

    5) Pondasi dan lantai gudang

    6) Dinding penahan/revetment

    7) Pagar keliling pelabuhan.

    Pada tahun 2009, beberapa realisasi pembangunan fasilitas pelabuhan Calang

    sebagai berikut;

    1) Fasilitas sisi laut pelabuhan, pengadaan tiang pancang untuk trestle Ro-Ro

    (277,66 ton)

    2) Fasilitas sisi darat pelabuhan;

    1) Perkerasan jalan area pelabuhan (beton)

    2) Drainase, sepanjang 155,8 m

    3) Gudang, 20 m x 40 m

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    18/21

    4) Kantor Pelabuhan, 198 m2

    5) Terminal penumpang, 168 m2

    6) Rumah genset dan rumah tangki minyak, 28 m2

    7) Elevated water tank, 10 m2

    8) Rumah jaga, 45 m2

    9) Pembangunan dan pemasangan system suplai daya

    10) Distribusi daya

    11) Penerangan luar ruangan

    12) System penerangan dan soket daya

    13) Jaringan penangkal petir

    14) Air conditioning

    15) System suplai

    16) Pluming system

    17) Sewerage system

    18) System pemadaman api dalam ruangan

    19) Transid shed

    20) Taman, seluas 1294 m2.

    Pada tahun 2011 hingga tahun 2013, sedang berlangsung pembangunan tahap

    lanjutan sebagai berikut;

    1) Pekerjaan trestle (8,00 m x 162, 00 m)

    2) Pekerjaan dermaga kargo (15,00 m x 50,00 m)

    3) Pekerjaan Mooring Dolphin (7 titik bollard) (15,00 m x 85,00 m)

    4) Pekerjaan Lampu Pelabuhan

    5) Pekerjaan Suplai Air ke Dermaga

    6) Pekerjaan Sistem Pemadam Api

    Aktifitas pelabuhan Calang hingga saat ini belum ada, baik itu bongkar

    maupun kegiatan memuat barang. Demikian juga halnya dengan aktifitas

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    19/21

    penumpang. Namun pelabuhan Calang sudah dapat digunakan sebagai pelabuhan

    singgah oleh kapal-kapal yang mengalami hambatan dalam pelayaran karena

    cuaca ekstrim. Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya breakwater

    disisi kiri dan kanan dermaga, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan pelabuhan

    dan armada belum ada.

    8. Pelabuhan Laut Singkil di Kabupaten Aceh SingkilPelabuhan Laut Singkil merupakan salah satu pelabuhan laut di Aceh yang

    terkena dampak bencana tsunami. Seluruh sarana dan prasarana pelabuhan laut

    rusak bahkan area pelabuhan sudah tergerus (bergeser) ke laut. Sehingga harus

    direkonstruksi dan dibangun kembali di area yang baru pada lokasi yang sama.

    Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi BRR (Badan Rekonstruksi dan

    Rehabilitasi NAD Nias) melakukan pembangunan pelabuhan penyeberangan yang

    telah rusak. Pelabuhan penyeberangan ini digunakan untuk penduduk yang

    melakukan kegiatan ke Pulau Simeuleu dan Pulau Banyak. Prioritas pembangunan

    dermaga penyeberangan diambil oleh BRR NAD Nias karena memiliki peranan

    penting dalam distribusi barang terutama sembako ke Pulau Simeuleu dan Pulau

    Banyak.

    Sedangkan dermaga kargo/umum masih dalam tahap pembangunan hingga

    saat ini oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Republik Indonesia.

    Direncanakan dermaga kargo ini sepanjang 100 meter dengan lebar 6 meter.

    Adapun komoditas bongkar/muat sebelum tsunami adalah Semen, CPO.

    Sedangkan komoditas yang diangkut melalui dermaga penyeberangan Singkil

    adalah sembako, bahan bangunan, hasil pertanian, perkebunan, peternakan,

    perikanan.

    9. Pelabuhan Laut Sinabang di Kabupaten SimeuleuPelabuhan Sinabang, yang terletak di Kabupaten Simeuleu merupakan

    pelabuhan yang juga terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004.

    Kerusakan pelabuhan sangat memprihatinkan dan sampai saat ini masih

    digunakan oleh para pelaku usaha dan pemerintah. Pemerintah Pusat Republik

    Indonesia melalui BRR NAD Nias telah membangun kawasan pelabuhan baru

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    20/21

    dengan fungsi utama kargo yagn terletak di kawasan Teluk Sinabang. Namun

    pelabuhan baru belum dapat beraktifitas karena belum dipindahkannya aktifitas

    pelabuhan lama ke pelabuhan baru. Belum berpindahnya aktifitas ini karena tidak

    adanya kesepakatan antara pemerintah daerah kabupaten Simeuleu dengan

    pemerintah pusat yakni Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Mekanisme

    pengelolaan dan pembagian jasa pelayanan pelabuhan belum dapat disepakati

    bersama.

    Selain itu permasalahan lain yang dihadapi oleh pelabuhan laut Sinabang

    adalah perkembangan kota di sekitar area pelabuhan yang semakin meningkat.

    Pergerakan truk pengangkutan barang yang melintasi sudah tidak sesuai dengan

    perkembangan kota.

    10.Pelabuhan Laut Tapaktuan di Kabupaten Aceh SelatanSecara umum kondisi pelabuhan Tapaktuan sangat baik, dilengkapi

    dengan berbagai fasilitas pelabuhan seperti dermaga, gudang, lapangan

    penumpukan, trestle, cause way,pusat pelayanan informasi, kantor, pos penjagaan

    dan workshop.

    Frekuensi kapal yang masuk ke pelabuhan Tapaktuan dari tahun 2007

    hingga tahun 2011 secara umum mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari tahun

    2008 hingga tahun 2010 aktifitas/frekuensi kapal masuk sangat tinggi hingga 90

    kali melakukan aktifitas bongkar/muat dan kemudian turun menjadi 30 kali pada

    tahun 2011. Fluktuasi yang terjadi tersebut diindikasikan adanya aktifitas

    rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias pasca bencana tsunami dan gempa

    bumi. Semen merupakan komoditas yang diangkut.

    11.Pelabuhan Laut Susoh dan Surin di Kabupaten Aceh Barat DayaKondisi pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya sudah tidak

    beroperasi, bahkan bangunan sarana dan prasarana yang ada sudah mulai rusak.

    Pelabuhan Laut Susoh, merupakan pelabuhan yang telah ada/beroperasi sejak

    tahun 1977. Pasca rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan ini digunakan untuk

    distribusi semen dari Padang provinsi Sumatera Barat. Selain itu pelabuhan ini

  • 7/22/2019 Perencanaan Sistem Transportasi Tugas i

    21/21

    juga pernah digunakan untuk pengangkutan hasil tambang berupa biji besi yaitu

    dari PT Pinang Sejati Utama.

    Penyebab dari tidak beroperasinya pelabuhan Susoh adalah terjadinya

    sedimentasi yang berakibat pada dangkalnya areal pelabuhan laut. Sedimentasi

    adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,

    es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai

    adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air

    sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi

    pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.

    sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi

    angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c. sedimentasi gletser mengahasilkan

    drumlin, moraine, ketles, dan esker. Hingga saat ini aktifitas pelabuhan sudah

    tidak ada, komoditas yang masuk adalah semen