buku gas metana batubara

Upload: ryoji17

Post on 10-Feb-2018

269 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    1/143

    ISBN : 978-979-8218-26-2

    2012

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    2/143

    Gambar Sampul

    Pilot Project Sumur GMB Lapangan Rambutan, Sumatera Selatan

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    3/143

    ISBN : 978-979-8218-26-2

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    4/143

    Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat i

    PENGANTAR

    Saat ini pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memenuhi

    kebutuhan akan energi gas nasional yang terus meningkat secara

    signifikan. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingginya

    permintaan di sektor industri, serta tuntutan untuk menggunakan energi

    ramah lingkungan manjadikan gas sebagai sumber energi yang paling

    kompetitif. Kenyataan ini mendorong pemerintah secara intensif mencari

    dan mengembangkan sumber gas alternatif. Salah satu potensi sumber

    gas alternatif adalah Gas Metana Batu bara (GMB) atau yang lebih

    populer dikenal sebagai Coalbed Methane(CBM).

    GMB tersebut memainkan peranan penting dalam bauran energi (Energy

    Mix) Nasional sebagai sumber energi andalan dan bahan bakar fosil

    yang bersih. Ke depan, GMB sebagai sumber energi baru diharapkan

    dapat menjadi solusi alternatif terhadap kemungkinan kekurangan

    pasokan energi listrik, karena keberadaannya yang cukup menjanjikan

    khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Sejalan dengan pengembangan

    pengusahaan dan pemanfaatan GMB baik dalam penelitian maupun

    lapangan, tentu tidak akan terlepas dengan kebutuhan informasi GMB

    sebagai rujukan. Pengalaman dan pengetahuan LEMIGAS dalam

    melaksanakan PilotProject GMB di lapangan Rambutan yang disusunmenjadi buku "Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat"

    diharapkan dapat menjadi sumber informasi.

    Dengan tersusunnya buku ini, saya menyampaikan penghargaan

    dan ucapan terima kasih atas jerih payah yang telah dilakukan oleh

    Bidang Afiliasi dan Informasi serta pihak terkait, semoga karya ini dapat

    memberikan pemahaman mengenai potensi dan pemanfaatan GMB di

    Indonesia.

    Jakarta, Desember 2012

    Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS

    Dra. Yanni Kussuryani, M.Si.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    5/143

    ii Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    PRAKATA

    CBM (Coal Bed Methane) atau Gas Metana Batubara merupakan famili

    gas alam dengan dominasi gas metana yang dihasilkan selama proses

    pembatubaraan dan juga terperangkap dalam batubara. Gas metana

    memiliki kadar kalori yang paling rendah dibandingkan gas alam lainnya

    dan karena memiliki rantai atom tunggal sehingga menghasilkan gas

    buang atau asap yang lebih sedikit. Dengan demikian lebih ramah

    lingkungan dibandingkan gas lainnya.

    Penelitian potensi GMB di Indonesia diawali dari studi kelayakandan potensi di cekungan Sumatera Selatan yang kemudian menjadi

    proyek percontohan GMB di Lapangan Rambutan, Kabupaten Muara

    Enim, Sumatera Selatan. Dengan jumlah cadangan sebesar 183 Tcf di

    Cekungan Sumatera Selatan maka layak untuk dikaji sebagai proyek

    percontohan dan unggulan serta diharapkan dapat menjadi inisiator

    bisnis pengusahaan GMB di Indonesia. Penelitian kemudian difokuskan

    pada penyelesaian sumur dan pelaksanaan dewatering. Kegiatan ini

    merupakan pionir pengusahaan pengembangan GMB di Indonesia.

    Proyek tersebut terus dilanjutkan dengan melakukan pemboran 5 sumur

    uji CBM.

    Dengan potensi GMB yang ada, maka produksi GMB dapat dimanfaatkan

    menjadi energi listrik. Pada tahun 2010, Pemerintah mengeluarkan satu

    kebijakan yang kemudian direspon oleh Dirjen Migas dengan GMB to

    Power. Kebijakan ini sejalan dengan tujuan awal, yaitu pengembangan

    GMB di Indonesia untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional.

    Pada tahun 2011, Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS telah

    menguji pemanfaatan gas untuk pembangkit listrik di sumur GMB 3 dan

    4 dengan memasang generator berkapasitas 12 KVA dan listrik yang

    dihasilkan sementara ini dipergunakan untuk penerangan lokasi. Hal ini

    membuktikan juga bahwa GMB sudah siap untuk dimanfaatkan menjadi

    energi listrik. Keberhasilan pembuktian gas dari proyek percontohanGMB telah mendorong bergeraknya industri untuk mengembangkan

    sumber daya GMB.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    6/143

    Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat iii

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANTEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI LEMIGAS

    Heribertus Joko Kristadi

    Gas metana batu bara : energi baru untuk rakyat/penulis, Heribertus Joko

    Kristadi, Destri Wahyu Dati; penyunting Daru Siswanto. -- Jakarta : Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LEMIGAS, 2012.

    129 hlm. ; 24 cm.

    Bibliografi: hlm. 129

    ISBN 978-979-8218-26-2

    1. Metana batu bara II. Judul. II. Destri Wahyu Dati III. Daru

    Siswanto

    665.772

    Hak Cipta @ 2012 Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

    Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    7/143

    iv Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    PENGARAHDra. Yanni Kussuryani, M.Si.

    Penyunting

    Ir. Daru Siswanto

    Penulis

    Drs. Heribertus Joko Kristadi, M.Si.Destri Wahyu Dati,S.Sos.

    Narasumber

    Ir. Eko Susanto

    Ir. Panca Wahyudi S.

    Ika Kaifiah, ST., MT.

    Wiwien Winarsih, SH., M.Hum.

    Ika Dianingtyas, SH.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    8/143

    Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ...................................................................... i

    PRAKATA ................................................................................... ii

    ISBN ............ ............................................................................... ii i

    PENGARAH ................................................................................ iv

    DAFTAR ISI .................................................................................. v

    BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................. 1

    BAB 2. GAS METANA BATUBARA SEBAGAI ENERGI

    BARU ............................................................................... 5

    2.1. Mengenal Gas Metana Batu bara ............................. 5

    2.2. Reservoir Gas Metana Batu bara.............................. 7

    2.3. Rekahan Batubara .................................................... 9

    2.4. Produksi Gas Metana Batu bara ............................... 11

    2.5. Kandungan Gas dalam Batu bara ............................ 15

    BAB 3. PENGEMBANGAN GAS METANA BATU BARA .......... 19

    3.1. Eksplorasi Gas Metana Batu bara ............................ 19

    3.2. Perhitungan Cadangan Gas Metana Batu bara ........ 21

    BAB 4. PENGEMBANGAN GAS METANA BATU BARA

    DI BEBERAPA NEGARA ................................................. 25

    4.1. Kanada . .................................................................... 25

    4.2. Amerika Serikat. ........................................................ 26

    4.3. Cina .......................................................................... 27

    4.4. India .......................................................................... 28

    BAB 5. PENGEMBANGAN GAS METANA BATU BARA

    DI INDONESIA ................................................................ 31

    5.1. Kajian Potensi GMB Cekungan Sumatera . .............. 32

    5.2. Pilot Project Sumur GMB Lapangan Rambutan ....... 40

    5.3. Pelaksanaan Proses Uji Produksi . ........................... 43

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    9/143

    vi Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    5.4. Pemanfaatan GMB untuk Listrik ............................... 51

    5.5. Hasil Pengamatan Air Terproduksi ............................ 54

    BAB 6. KAJIAN KEEKONOMIAN PENGELOLAAN

    GAS METANA BATU BARA ............................................ 61

    6.1. Model Fiskal ............................................................. 61

    6.2. Pemanfaatan GMB.................................................... 68

    6.3. Perbandingan Harga GMB ........................................ 77

    BAB 7. REGULASI PENGUSAHAAN GMB ................................ 85

    7.1. Peraturan Perundangan Terkait . .............................. 85 7.2. Pengusahaan GMB .................................................. 88

    7.3. Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah

    Kerja GMB................................................................. 89

    BAB 8. PEMANFAATAN GMB UNTUK PEMBANGKIT

    LISTRIK RUMAH TANGGA ............................................. 91

    8.1. Biaya Investasi Peralatan Pembangkitan

    Listrik Berbasis GMB................................................. 93

    8.2. Keekonomian Pembangkit Listrik berbasis GMB ...... 95 8.3. Perbandingan dan Evaluasi Harga Listrik

    berbasis GMB ........................................................... 98

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 101

    DAFTAR FOTO ............................................................................. 103

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... 109

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    10/143

    Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Tahapan Proses Pembentukan Batu bara .............. 5

    Gambar 2.2 Reservoir Gas Metana Batu bara ............................ 8

    Gambar 2.3 Batuan Reservoir .................................................... 9

    Gambar 2.4 Jenis dan Orientasi Cleatpada Batu bara .............. 10

    Gambar 2.5 Skema Proses Keluarnya Gas Metana

    dari Batubara ........................................................... 12

    Gambar 2.6 Tiga Phase Kurva Produksi Air dan Gas ................. 13

    Gambar 2.7 Diagram Sumur CBM .............................................. 14

    Gambar 2.8 Volume Gas pada Batu bara Sebagai

    Fungsi dari RankBatu bara .................................... 16

    Gambar 2.9 Mekanisme Aliran Gas pada Reservoir

    GMB ........................................................................ 17

    Gambar 3.1 Kerapatan Titik Sumur pada Setiap

    Tahapan Pengembangan GMB .............................. 21

    Gambar 3.2 Bagan Pengukuran Kandungan GasMetana ................................................................... 22

    Gambar 5.1 Potensi Cadangan GMB di Indonesia ..................... 31

    Gambar 5.2 Peta Geologi Sumatera Selatan ............................. 33

    Gambar 5.3 Peta FisiografiCekungan Sumatera

    Selatan .................................................................... 33

    Gambar 5.4 Peta Struktur Regional Sumatera Selatan

    (Hutchinson, 1996; Williams and others,

    1995; Moulds, 1989; an Bemmelen, 1949) .............. 35

    Gambar 5.5 StratigrafiCekungan Sumatera Selatan

    (Shell Team 1978) ................................................... 38

    Gambar 5.6 StratigrafiDaerah Muaraenim dan

    Sekitarnya (Sojitz , 2007) ........................................ 39

    Gambar 5.7 Model Multy Layer Seam Sumur GMB .................... 41

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    11/143

    viii Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.8 Peta Lokasi Sumur GMB dengan Pola

    Five Spot ................................................................. 42

    Gambar 5.9 Pemboran Sumur GMB Lapangan

    Rambutan ................................................................ 43

    Gambar 5.10 Skema Proses Uji Produksi GMB ........................... 44

    Gambar 5.11 Fasilitas Produksi Sumur CBM-1 ............................ 45

    Gambar 5.12 Fasilitas Sumur CBM 2 ........................................... 46

    Gambar 5.13 Fasilias Sumur CBM 3 ............................................ 48

    Gambar 5.14 Fasilitas Sumur CBM-4 .......................................... 49

    Gambar 5.15 Fasilitas Sumur CBM-5 ........................................... 50

    Gambar 5.16 Generator Gas di Sumur CBM-3 dan 4 ................... 53

    Gambar 5.17 Separator Sederhana di Sumur GMB ..................... 54

    Gambar 6.1 Profil Biaya Investasi ............................................... 63

    Gambar 6.2 Profil Biaya O&M..................................................... 64

    Gambar 6.3 Profil Produksi GMB ................................................ 64

    Gambar 6.4 Profil NPV terhadap Tingkat Diskonto ..................... 66

    Gambar 6.5 Sensitivitas IRR....................................................... 66

    Gambar 6.6 Sensitivitas NPV ...................................................... 67Gambar 6.7 Biaya Transportasi Gas Bumi dengan

    Menggunakan Pipa dan Tanker LNG ...................... 75

    Gambar 6.8 Diargram Sensitivitas untuk Proses LNG ................ 79

    Gambar 6.9 Diagram Sensitivitas untuk Transportasi

    LNG ......................................................................... 79

    Gambar 6.10 Diargram Sensitivitas untuk Proses CNG ............... 81

    Gambar 6.11 Diagram Sensitivitas untuk Transportasi

    CNG ........................................................................ 81

    Gambar 6.12 Diagram Sensitivitas untuk Proses Gas

    Pipa ........................................................................ 82

    Gambar 8.1 Perkembangan Konsumsi Listrik

    Sumatera Selatan .................................................. 92

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    12/143

    Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat ix

    Gambar 8.2 Alur Proses Pembangkitan Listrik dari

    Gas GMB ............................................................... 93

    Gambar 8.3 Persentase biaya ISBL ........................................... 94

    Gambar 8.4 Analisis Sensitivitas terhadap Nilai IRR ................. 97

    Gambar 8.5 Analisis Sensitivitas terhadap Nilai NPV ................ 98

    Gambar 8.6 Perbandingan Harga Jual Listrik GMB

    dengan Pasar dan Teknologi Lainnya .................... 99

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    13/143

    x Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1 Komposisi Gas dari Seam2 ....................................... 51

    Tabel 5.2 Komposisi Gas dari Seam3 ....................................... 52

    Tabel 5.3 Komposisi Gas dari Seam5 ....................................... 52

    Tabel 5.4 Analisis Kimia Air Sumur CBM 1 ................................. 55

    Tabel 5.5 Monitoring Produksi Sumur CBM 3 ............................. 56

    Tabel 5.6 Analisis Kimia Air Sumur CBM 3 ................................. 57

    Tabel 5.7 Monitoring Produksi Sumur CBM 4 ............................. 58

    Tabel 5.8 Analisis Kimia Air Sumur CBM 4 ................................. 58

    Tabel 5.9 Monitoring Produksi Sumur CBM 5 ............................. 59

    Tabel 5.10 Analisis Kimia Air Sumur CBM 5 ................................. 59

    Tabel 5.11 Hasil Pengujian Logam Berat Sumur GMB

    Lapangan Rambutan .................................................. 60

    Tabel 6.1 Hasil Simulasi pada Beberapa Model Fiskal ............... 65

    Tabel 6.2 Indikator Keekonomian Proses dan

    Transportasi LNG ........................................................ 71

    Tabel 6.3 Asumsi Perhitungan CNG Plant .................................. 73

    Tabel 6.4 Indikator Keekonomian Proses CNG Plant ................. 74

    Tabel 6.5 Indikator Keekonomian Transportasi CNG ................. 74

    Tabel 6.6 Asumsi Perhitungan untuk Jaringan

    Perpipaan .................................................................... 76

    Tabel 6.7 Indikator Keekonomian Proses Gas Pipa ................... 77

    Tabel 6.8 Harga Jual Gas Tingkat Konsumen Akhir

    untuk Masing-masing Opsi Moda

    Transportasi Gas......................................................... 78

    Tabel 8.1 Estimasi Biaya ISBL untuk Pembangkit

    Microturbine................................................................ 94

    Tabel 8.2 Estimasi Biaya OSBL untuk Pembangkit

    Microturbine................................................................ 95

    Tabel 8.3 Input Asumsi dan Hasil Simulasi Model

    Keekonomian ............................................................. 96

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    14/143

    1Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    BAB 1PENDAHULUAN

    Pengelolaan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia khususnya sumber

    energi harus dilakukan secara tepat dan efisien untuk kelangsungan

    persediaan energi nasional dalam jangka panjang. Minyak, gas bumi

    dan batu bara merupakan energi fosil yang tidak terbarukan, oleh sebab

    itu pemanfaatannya harus dilakukan secara hemat, sedangkan untuk

    potensi energi terbarukan dan energi alternatif perlu dikembangkan dan

    dioptimalkan pemanfaatannya. Sumber energi alternatif yang sudah

    dikembangkan antara lain panas bumi (geothermal) untuk pembangkit

    tenaga listrik dan biofuelyang berasal dari minyak nabati untuk bahan

    bakar kendaraan bermotor.

    Hingga saat ini, pemakaian energi minyak dan gas bumi masih menjadi

    andalan untuk menggerakkan roda ekonomi baik pada skala industri

    maupun rumah tangga. Namun demikian tingkat produksi minyak dan

    gas bumi di Indonesia secara bertahap sudah mengalami penurunan,

    sedangkan eksplorasi yang dilakukan untuk mendapatkan sumber

    lapangan baru belum memperoleh hasil yang memuaskan. Sementara

    itu, cadangan batu bara sebagai salah satu sumber energi fosil yanglain masih cukup melimpah, akan tetapi pemakaiannya masih terbatas

    di kalangan industri. Di masa mendatang, kiranya tidak diragukan

    lagi bahwa peran batu bara sebagai sumberdaya energi akan terus

    meningkat sebagai konsekuensi makin meningkatnya pemakaian energi

    baik untuk keperluan industri maupun rumah tangga.

    Penambangan batu bara oleh perusahaan-perusahaan tambang batu

    bara selama ini hanya dilakukan pada lapisan batu bara dipermukaan

    (Open Pit Mining), sedangkan lapisan batu bara dalam (sub-surface

    coal seams) masih belum termanfaatkan. Hal tersebut disebabkan

    karena biaya penambangan batu bara dalam sangat mahal dan beresikotinggi. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode lain, yaitu dengan

    mengekstrak gas metana yang terkandung di dalamnya yang disebut

    Coalbed Methane(CBM) atau Gas Metana Batu bara (GMB) menjadi

    sumber energi alternatif dan sebagai bahan baku industri.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    15/143

    2 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh Advanced ResourcesInternational, Inc, suatu perusahaan jasa konsultan dari Amerika Serikat,

    menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi GMB cukup besar dengan

    perkiraan cadangan 450 Tcf yang tersebar di dalam sebelas cekungan

    batu bara yang sudah diketahui. Berdasarkan hasil studi tersebut,

    tidak semua lapisan batu bara memiliki potensi GMB yang baik untuk

    diproduksikan, akan tetapi dari tiga stimulasi hidrolika di sumur-sumur

    CBM diperkirakan ketebalan rata-rata lapisan batu bara yang memiliki

    potensi GMB mencapai 40 meter. Hal itu merupakan lapisan yang paling

    tebal dan paling luas di dunia sebagai sasaran untuk pengembangan

    GMB. Hasil studi tersebut masih perlu pembuktian dengan melakukaneksplorasi yang lebih intensif di daerah-daerah di seluruh Indonesia

    yang memiliki cekungan batu bara.

    Penelitian dan pengembangan untuk pemanfaatan GMB dimaksudkan

    untuk meningkatkan cadangan energi nasional, disamping sumber

    energi lain. Dalam jangka pendek penelitian potensi GMB di Indonesia

    bertujuan untuk inventarisasi potensi cadangan dan peningkatkan

    kemampuan sumber daya manusia, sehingga diharapkan menguasai

    teknologi eksplorasi maupun produksinya. Sedangkan dalam jangka

    panjang setelah produksi secara komersial, dapat menarik para investor

    untuk penambangan GMB sehingga menjamin ketersediaan energinasional. Sebagai contoh, pengembangan GMB di Amerika Serikat yang

    telah dilakukan sejak 25 tahun yang lalu, produksinya sekarang sudah

    mencapai kurang lebih 10% dari total produksi gas negara tersebut yang

    berasal lebih dari 12.000 sumur.

    Berbeda dengan sumur-sumur migas konvensional yang memproduksi

    minyak atau gas bumi dari lapisan batuan pasir atau karbonat yang

    permeabilitasnya cukup besar. Gas metana yang diproduksikan dari

    lapisan batu bara kemungkinan besar akan menghadapi banyak kendala

    karena disamping permeabilitas batuannya yang kecil juga tekanan

    gasnya rendah. Berdasarkan hasil penelitian Advanced Resources

    International, Inc., permeabilitas batuan batu bara pada cekungan-

    cekungan di Indonesia sangat rendah, yaitu antara 1 hingga 10 mili

    Darcy, berbeda jauh dengan cekungan Powder River di Amerika Serikat

    yang mencapai 100 hingga 1.000 mili Darcy. Kendala yang bersifat

    alamiah tersebut tidak boleh menjadi hambatan dalam pengembangan

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    16/143

    3Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    GMB di Indonesia, tetapi harus dijadikan sebagai tantangan yang

    harus diatasi. Memang tidak mudah dan memerlukan waktu panjang

    untuk dapat mengatasi berbagai kendala dalam pengembangan GMB,

    namun dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang saling berkaitan

    diharapkan semua dapat teratasi.

    Tidak hanya di Indonesia, di negara-negara lain yang sudah lebih dahulu

    mengembangkan GMB tentu pada awalnya mereka juga menghadapi

    banyak masalah sesuai dengan kondisi alam di masing-masing negara.

    Namun, dengan tetap bekerja mengerahkan semua kemampuan yang

    dimiliki, semua atau sebagian masalah sudah dapat diatasi. Oleh karena

    itu, kita harus berusaha menyerap teknologi eksplorasi dan eksploitasiGMB dari negara lain yang lebih maju dan menerapkannya sesuai

    dengan kondisi Indonesia.

    Proyek pengembangan GMB adalah salah satu dari beberapa proyek di

    lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang

    dinilai strategis untuk dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah

    untuk mendorong peningkatan ekonomi makro. Kebijakan pemerintah

    yang menetapkan bahwa pada tahun 2011 di Indonesia sudah harus

    mengalir gas metana yang ditindaklanjuti dengan Pilot Project GMB di

    Lapangan Rambutan, Sumatera Selatan. Proyek ini selain diharapkan

    dapat membantu pusat keunggulan di kawasan regional, juga sebagai

    inisiator bisnis pengusahaan GMB di Indonesia. Terselenggaranya

    proyek pengembangan GMB dengan baik akan tercapai dengan salah

    satu sasaran strategi yakni meningkatkan litbang GMB yang berorientasi

    pasar dan penguasaan iptek GMB yang pada dasarnya akan dapat

    terciptanya kontribusi maksimal Badan Penelitian dan Pengembangan

    ESDM dalam mendukung kebijakan sektor energi.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    17/143

    4 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    18/143

    5Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    BAB 2GAS METANA BATU BARA SEBAGAI ENERGI BARU

    2.1. Mengenal GMB

    Gas Metana Batu bara (GMB) atau Coalbed methane(CBM) adalah

    gas bumi (hidrokarbon) dengan gas metana merupakan komposisi

    utamanya yang terjadi secara alamiah dalam proses pembentukan

    batu bara (coalification) dalam kondisi terperangkap dan terserap

    pada lapisan batu bara. Proses terbentuknya GMB berasal dari

    material organik tumbuhan tinggi, melalui beberapa proses kimiadan fisika (dalam bentuk panas dan tekanan secara menerus) yang

    berubah menjadi gambut dan akhirnya terbentuk batu bara.

    Selama berlangsungnya proses pemendaman dan pematangan,

    material organik akan mengeluarkan air, CO2, gas metana dan

    gas lainnya (Gambar 2.1). Selain melalui proses kimia, GMB da-

    pat terbentuk dari aktivitas bakteri metanogenik dalam air yang

    terperangkap dalam batu bara khususnya lignit. Kandungan gas

    pada GMB sebagian besar berupa gas metana dengan sedikit gas

    hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon.

    Gambar 2.1

    Tahapan Proses Pembentukan Batu bara

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    19/143

    6 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Reaksi kimia pembentukan batu bara adalah sebagai berikut:

    Keberadaan gas metana pertama kali dikenal pada tambang batu

    bara bawah tanah yang mengeluarkan gas berbahaya. Sebelum

    tahun 1980-an, gas metana yang dihasilkan dari tambang batu

    bara dikenal sebagai salah satu bahaya yang paling ditakuti oleh

    para pekerja tambang bawah permukaan, karena jika terakumulasi

    dan terbakar dapat menimbulkan ledakan yang membahayakan

    keselamatan jiwa para pekerja tambang. Untuk menanggulangi

    bahaya tersebut dilakukan pengaliran gas metana dari dalam

    tambang ke udara bebas dengan sistem pipa ventilasi dan

    pemompaan udara. Dalam sejarah dunia tambang batu bara,

    penggunaan lubang pemboran vertikal untuk mengalirkan gas

    metana dilakukan pertama kali pada tahun 1943 di daerah tambang

    batu bara Mansfield Colliery.

    Pengaliran gas metana ke udara bebas dapat meningkatkan

    pemanasan global akibat gas rumah kaca selain terbuangnya

    potensi energi gas secara percuma. Walaupun volume emisi gas

    metana 3 kali lebih kecil dari gas karbon dioksida (CO2), namun

    memiliki efek gas rumah kaca 21 kali lebih besar (Seinfeld and

    Pandis, 2006). Penambangan batu bara diperkirakan menyumbang

    9% dari emisi gas metana yang ada di udara.

    Penelitian pemanfaatan dan produksi GMB pertama kali dilakukan

    oleh Amerika Serikat pada tahun 1970-an dengan lokasi pilotprojectdi Cekungan Black Warrior Basin Alabama. Gas metana

    yang diambil dari lapisan batu bara ini dapat digunakan sebagai

    energi. Eksploitasi GMB tidak merubah kualitas matrik batu bara

    bahkan menguntungkan para penambang batu bara, karena lapisan

    betubara tersebut menjadi aman untuk ditambang.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    20/143

    7Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Dalam beberapa dekade terakhir pemanfaatan GMB telah

    menjadi sumber energi yang penting di Amerika Serikat, Kanada,

    dan negara-negara lain. Pada tahun 1980-an Gas Research

    Institute memulai kegiatan eksplorasi GMB yang meliputi studi

    sumuran, analisis keteknikan reservoir, serta perekahan buatan

    reservoir (fracturing) dan aplikasi pekerjaan komplesi sumur

    (well completion) sebagai upaya peningkatan kualitas reservoir.

    Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa GMB memiliki nilai

    keekonomian sebagai sumber energi baru yang ditunjukkan dengan

    meningkatnya produksi GMB. Saat ini energi yang bersumber dari

    GMB telah menyumbang lebih kurang 10% suplai energi negaraAmerika Serikat.

    Pada saat ini GMB telah banyak dikembangkan (umumnya

    digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik) oleh

    beberapa negara seperti Amerika, Rusia, China dan Australia.

    Walaupun dari energi fosil yang tidak terbaharukan, tetapi gas

    metana terus terproduksi selama lapisan batu bara tersebut masih

    ada. GMB merupakan sumber energi yang relatif masih baru yang

    merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui

    penggunaannya. Selain itu, GMB ini termasuk salah satu sumber

    energi yang ramah lingkungan.

    Berbeda dengan gas bumi konvensional yang kita kenal saat

    ini, GMB berasosiasi dengan batu bara sebagai source rock

    dan reservoirnya, sedangkan gas bumi yang kita kenal saat ini

    berasosiasi dengan reservoir pasir, gamping maupun rekahan

    batuan beku. Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara

    penambangannya, yaitu reservoir GMB harus direkayasa terlebih

    dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan, sedangkan gas bumi

    konvensional begitu dibor langsung dapat diproduksikan.

    2.2. Reservoir Gas Metana Batu bara

    Gas Metana Batu bara (GMB) merupakan gas hidrokarbon non-

    konvesional yang bersumber dari batu bara dan tersimpan dalam

    reservoir batu bara (Gambar 2.2). Reservoir GMB sangat berbeda

    dengan reservoir minyak pada umumnya. GMBatau coalbed gas

    adalah gas yang tersimpan karena adsorpsi dalam microporebatu

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    21/143

    8 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    bara. Gas tersebut juga disebut dengan sweet gaskarena tidak adakandungan H2S. GMB tersimpan dalam batuan melalui proses yang

    disebut adsorption. Gas metana menempel pada micropore batu

    bara (matrix). Fractureatau rekahan pada batu bara (cleats) dapat

    juga berisi gas bebas atau gas yang tersaturasi oleh air. Sistem ini

    disebut dengan Dual Porosity Reservoirs.

    Gambar 2.2

    Reservoi r Gas Metana Batu bara

    Karakteristik reservoir GMB memiliki perbedaan yang mendasar

    dibandingkan dengan sistem gas konventional. Pada sistem GMB,

    batu bara berfungsi sebagai batuan sumber (source rock) sekaligus

    sebagai reservoir gas. Batu bara merupakan media berpori yang

    anisotropic dan heteregenous yang dicirikan oleh adanya dua

    sistem porositas yang berbeda (dual-porosity) yaitu macroporesdanmicropores. Macroporesyang dikenal juga sebagai cleatyang

    umum dijumpai pada lapisan batu bara, sedangkan microporeatau

    matrik adalah sebagai ruang simpan utama gas. Karakteristik yang

    unik tersebut membuat GMB diklasifikasikan sebagai tipe sumber

    gas nonkonvensional. Gambar 2.3 memperlihatkan perbedaan

    antara reservoir CBM dan reservoir konvensional gas.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    22/143

    9Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Reservoir CBM Reservo r Conventi nal GasGambar 2.3

    Batuan reservoir

    2.3. Rekahan Batu bara

    Sistem cleatadalah jejaring rekahan alami yang terbentuk pada

    batu bara yang disebabkan oleh sifat kerapuhan batu bara terhadap

    tekanan. Pembentukan rekahan pada batu bara dipengaruhi

    oleh beberapa faktor yang meliputi proses litifikasi, dessication,

    pembatu baraan dan paleotectonic stress (Close, 1993; in Ayers

    Jr. 2002). Di dalam batu bara berkembang dua jenis rekahan yang

    berpasangan dalam posisi orthogonal (berpotongan), yaitu face

    cleat dan butt cleat (Gambar 2.4). Secara umum keduanya berarah

    tegak lurus (perpendicular) terhadap bidang lapisan. Kenampakan

    facecleatdicirikan oleh bidang panjang yang sejajar dan menerus

    secara lateral, arah bidang tersebut sejajar dengan gaya tekanan

    maksimum serta tegak lurus dengan sumbu lipatan. Sedangkan

    butt cleats terbentuk kemudian sebagai akibat pelepasan gaya

    sesudah terbentuknyaface cleat, dengan kenampakan bidangnya

    berpotongan secara tegak lurus dan menghubungkan bidang face

    cleat.

    Kerapatan cleat berhubungan dengan tingkat kematangan batu

    bara (rank), ketebalan lapisan, komposisi maceraldan kadar abu.

    Secara umum kerapatan cleat meningkat sesuai dengan tingkat

    kematangan batu bara. Kerapatan cleatrata-rata dalam batu bara

    dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu subbituminous (2 to

    15cm), high-volatile bituminous(0.3 to 2cm), dan medium - to low -

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    23/143

    10 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    volatile bituminous(

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    24/143

    11Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    2.4. Produksi Gas Metana Batu baraGas Metana Batu bara (GMB) diproduksi dengan cara terlebih

    dahulu merekayasa batu bara sebagai reservoir agar diperoleh

    cukup ruang sebagai jalan keluar gas metana. Proses rekayasa

    diawali dengan memproduksi air (dewatering) agar terjadi

    perubahan keseimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas

    batu bara akan keluar dari matrik batu bara. Gas metana kemudian

    mengalir melalui rekahan batu bara dan akhirnya keluar menuju

    lubang sumur. Puncak produksi GMB bervariasi antara 2 minggu

    sampai dengan 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi

    lebih lambat dari gas bumi konvensional. Produksi GMB mempunyaimultiguna antara lain dapat dijual langsung sebagai gas bumi,

    dijadikan energi dan sebagai bahan baku industri.

    Produksi GMB sangat dipengaruhi oleh fracture system, fracture

    spacing dan fracture connection.Porositas dan permeabilitas dari

    fracture menyebabkan gas terproduksi ke lubang sumur. Pada

    awalnya sistem berada dalam kesetimbangan (equilibrium), pada

    cleatbiasanya tersaturasi oleh 100% air kemudian gas tersimpan di

    dalam matrik yang airnya tidak dapat masuk ke dalamnya, kalaupun

    ada biasanya di dalam matrik berupa embun 1-5% (Nikola Marinic

    thesis, 2004). Jadi untuk dapat memproduksi gas, maka air harus

    diproduksikan dari dalam batu bara untuk menurunkan tekanan

    reservoir.

    Suatu lapisan batu bara (seam) dapat dimodelkan sebagai

    sebuah sistem fracture yang memiliki gas metana yang terserap

    di dalam matrik batu bara tersebut, seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 2.5.

    Untuk memproduksikan gas metana dilakukan dengan menurunkan

    tekanan pada fracturemelalui proses dewatering yang menyebabkan

    terjadinya proses desorbtiongas metana dari permukaan fracturebatu bara menuju ke dalam rongga fracture. Gas tersebut berasal

    dari matrik batu bara yang telah ter-diffuse menuju permukaan

    fracture. Selama memproduksikan gas dari dalam batu bara, ada

    3 phase yang terjadi atau dilalui oleh gas metana.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    25/143

    12 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 2.5

    Skema Proses Keluarnya Gas Metana dari Batu bara

    Perlu diketahui, kelakuan kurva produksi GMB sangatlah berbeda

    dengan kurva produksi reservoir konvensional. Pada tahap awal

    produksi gas sangat dipengaruhi oleh produksi air yang berada di

    fracturedi dalam reservoir yang juga mengontrol aliran fluida kedalam sumur. Air di dalam reservoir harus diproduksikan terlebih

    dahulu untuk menurunkan tekanan reservoir agar terjadi perbedaan

    tekanan antara matrix dan fracture. Berikut adalah kurva produksi

    gas dan air yang terlihat pada Gambar 2.6.

    Phase I: dicirikan oleh laju produksi air konstan dan tekanan

    reservoir mulai menurun. Selama phase ini, sumur

    dalam kondisi dipompakan untuk meningkatkan laju

    produksi gas. Biasanya laju gas akan meningkat,

    tergantung permeabilitas relatif di sekitar lobang bor.

    Phase II: dicirikan oleh negative decline atau penurunan secara

    drastis laju produksi air. Pada phase ini alirannya berada

    pada kondisi dinamis (selalu berubah-ubah) tergantung

    dari:

    Penurunan permebilitas relatif air

    Kenaikan permeabilitas relatif gas

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    26/143

    13Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Efek Outer boundarysudah mulai terasa (alirannya

    Preudo steady state)

    Laju produksi gas berubah menjadi dinamis.

    Phase III: dimulai pada saat kondisi aliran di dalam reservoir

    mulai stabil, sumur telah mencapai peakgas rate, dan

    produksi gas menunjukkan tren penurunan (decline).

    Selama phase ini produksi air rendah dan permeabilitas

    air dan gas berubah menjadi kecil, alirannya tetap

    Preudo steady state.

    Sumur GMB mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan

    sumur migas maupun geothermal. Karakteristik itu meliputi sumuran

    dan komplesinya maupun model produksinya. Kebanyakansumur-sumur GMB di dunia mempunyai kedalaman yang dangkal,

    namun ada juga yang mempunyai kedalaman di atas 4.000 ft.

    Biasanya lapisan batu bara terdapat di kedalaman kurang dari

    4.000 ft, sehingga pengeboran untuk sumur-sumur GMB relatif

    lebih mudah.

    Gambar 2.6Tiga Phase Kurva Produksi Air dan Gas

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    27/143

    14 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 2.7

    Diagram Sumur GMB

    Secara umum tipe dan model sumur serta komplesi sumur

    GMB sama saja dengan sumur migas seperti pada Gambar 2.7.

    Perbedaan mendasar sumur GMB hanyalah pada reservoir.

    Untuk bottom hole equipmentnya hampir sama, hanya mungkinspesifikasinya yang agak berbeda tergantung dari sifat fisik dan

    kimia fluida air.

    Setelah sumur GMB dibor dan diselesaikan dengan komplesi

    sumur, langkah selanjutnya adalah memproduksikan GMB dari

    sumur tersebut. Untuk memproduksikan GMB, diperlukan teknik

    produksi yang khas dan persyaratan tertentu. Syarat-syarat tersebut

    adalah:

    1. Umumnya mempunyai kandungan gas yang tinggi, yakni dalam

    kisaran 15 - 30 m

    3

    2. Mempunyai permeabilitas yang bagus, umumnya dalam kisaran

    30 - 50 mD

    3. Dangkal, coal seamsbiasanya mempunyai kedalaman kurang

    dari 1.000 m atau 4.000 ft. Tekanan pada lapisan yang lebih

    dalam biasanya terlalu tinggi untuk dapat membuat gas

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    28/143

    15Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    mengalir sekalipun seamtelah selesai diproduksi airnya. Karena

    tekanan tinggi menyebabkan struktur cleat menutup sehingga

    menyebabkan permeabilitas turun

    4. Coal Rank, umumnya proyek pengembangan GMB diproduksi

    dari batu bara bituminous, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan

    untuk memproduksi gas dari batu bara anthracite.

    2.5. Kandungan Gas dalam Batu bara

    Gas metana yang terbentuk pada lapisan batu bara merupakan

    hasil proses pembatu baraan yang terjadi akibat adanya aktivitas

    geologi berupa tekanan pembebanan (burial pressure) dan pema-

    nasan oleh gradient temperatureserta diperkuat oleh adanya aliran

    panas dari aktivitas vulkanisme yang mengubah materi sellulosa

    menjadi batu bara. Volume metana yang terbentuk dalam batu

    bara akan meningkat sesuai dengan tingkat kematangannya (coal

    rank). Nilai kematangan tersebut tercermin dari nilai pengukuran

    RelectanceVirinite(Ro) dan nilai kalori batu bara.

    Secara umum ada 3 tipe gas metana, yaitu tipe thermogenic,

    biogenic dan campuran keduanya. Kedua tipe tersebut dapat

    dihasilkan dalam proses pembatu baraan. Secondary biogenic

    methanekemungkinan juga terbentuk sebagai akibat hasil reaksiaktivitas bakteri pada air tanah dalam cleat dengan batu bara

    tingkat rendah (low-rank coal). Gas yang terbentuk kemudian

    tersimpan dalam batu bara dengan beberapa cara sesuai dengan

    karakteristiknya (Yee et al., 1993, in Montgomery, 1999) yaitu:

    1) Sebagai gas bebas terbatas (limited free gas) yang tersimpan

    pada batu bara di dalam mikroporositas dan cleats,

    2) sebagai gas larut dalam air yang terkandung dalam batu

    bara,

    3) sebagai gas serapan dan terikat secara molekuler pada partikelbatu bara,

    4) mikroporositas, dan permukaancleat,

    5) sebagai gas serapan dalam struktur molekul batu bara.

    Batu bara mempunyai kemampuan menampung gas lebih besar

    3 - 4 kali dari pada reservoir konvensional. Hal tersebut disebabkan

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    29/143

    16 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 2.8

    Volume Gas pada Batu bara sebagai fungsi dari RankBatu bara

    karena batu bara mempunyai luas permukaan yang besar, yaitu

    2.150 - 3.150 ft2/gr. Gas yang tersimpan pada batu bara teradsorbsi

    pada luasan permukaan molekul batu bara dan pada cleatbatu

    bara. Kandungan gas pada batu bara merupakan volume gas

    yang tersimpan dalam batu bara untuk tiap satuan massa batu

    bara. Kandungan gas analogi dengan saturasi gas pada reservoir

    gas konvensional yang terimplementasi pada rumus perhitungan

    volume gas. Gas yang terkandung dalam batu bara merupakan

    hasil dari coalificationdan merupakan fungsi dari rankbatu bara

    yang diilustrasikan pada Gambar 2.8 yang menunjukkan bahwa

    rankbatu bara bituminousmerupakanrank batu bara yang palingtinggi volume pembentukan gasnya.

    Ilustrasi transportasi gas pada reservoir GMB ditunjukkan pada

    Gambar 2.9 yang dimulai terlepasnya gas dari permukaan dengan

    kondisi terserap pada partikel batu bara akibat terjadinya penurunan

    tekanan kemudian berdifusi pada pori mikro dan diteruskan dengan

    aliran laminer pada sistem cleat.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    30/143

    17Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 2.9

    Mekanisme Ali ran Gas pada Reservoir GMB

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    31/143

    18 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    32/143

    19Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    BAB 3PENGEMBANGAN GAS METANA BATU BARA

    3.1. Eksplorasi Gas Metana Batu bara

    Eksplorasi Gas Metana Batu bara (GMB) adalah kegiatan yang

    bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi

    untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan GMB.

    Pada tahap awal kegiatan eksplorasi GMB adalah mendeliniasi

    keberadaan batu bara berdasarkan data yang sudah ada seperti

    peta geologi regional. Ada beberapa tahapan dalam kegiataneksplorasi GMB, yaitu:

    Tahap 1: Studi Geologi dan Geofisika

    Tahap 2: Pengeboran Eksplorasi

    Tahap 3: Pilot or Feasibility Drilling

    Tahap 4: Pilot Production Testing

    Tahap 5: Pengembangan Produksi Komersial.

    Studi Geologi dan Geofisika

    Pengetahuan mengenai cekungan batu bara sangat diperlukan

    untuk mendeliniasi wilayah yang memiliki prospek GMB. Indonesia

    memiliki banyak cekungan yang mengandung batu bara, namun

    tidak setiap cekungan tersebut memiliki prospek yang bagus

    untuk pengembangan GMB. Deliniasi kemungkinan prospek GMB

    dilakukan dengan mengkaji beberapa aspek di antaranya luas

    daerah endapan batu bara, ketebalan, kedalaman lapisan dan

    karakter mikroskopis batu bara.

    Selain kajian geologi untuk mengetahui penyebaran batu bara dapat

    digunakan juga penelitian geofisika bawah permukaan berupainterpretasi data seismik untuk memetakan struktur batu bara

    dan distribusi ketebalan secara lateral. Pada penelitian geofisika

    menggunakan data atribut seismik analisis untuk mengetahui

    distribusi ketebalan (isopach map). Kegiatan tersebut merupakan

    langkah awal untuk eksplorasi GMB yang lebih terarah.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    33/143

    20 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Pengeboran Eksplorasi

    Dari kajian geologi dan geofisika dapat dihasilkan lokasi sweetness

    untuk menentukan titik pemboran. Kegiatan pengeboran dilakukan

    untuk mengetahui data-data parameter reservoir dan karakter batu

    bara di wilayah pengembangan GMB. Kegiatan yang dilakukan

    pada tahap ini antara lain pengumpulan inti bor, pengukuran

    kandungan gas in place, serta analisis karakter batu bara baik

    megaskopis maupun mikroskopis (laboratory analysis). Dari hasil

    pengeboran eksplorasi dapat diketahui permeabilitas reservoir, gas

    compressibility factor, desorbtion-isotherm, initial water saturation

    dan ketebalan net batu bara.

    Pilot or Feasibility Drilling

    Berdasarkan hasil analisis parameter reservoir dan karakter batu

    bara dapat dilanjutkan pemboran 4 - 5 sumur dalam pola drainage

    untuk melakukan uji produksi lanjutan. Kegiatan ini dimaksudkan

    untuk menentukan potensi produksi gas.

    Pilot Production Testing

    Pada tahap production testingdilakukan pemboran yang lebih

    banyak dibandingan dengan tahapfeasibility drilling. Pada awalnya,10-25 sumur dibuat di sekitarfeasibility project dengan beberapa

    fasilitas sementara untuk mengevaluasi aspek komersil dan

    optimalisasi spasi antar sumur.

    Pengembangan produksi komersial

    Tahapan terakhir adalah pengembangan produksi secara komersial,

    pada tahap ini dilakukan produksi komersial dengan fasilitas

    yang permanen. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

    melakukan pengeboran 4 - 8 sumur per 1 mil2di daerah prospek.

    Setidaknya diperlukan 3 - 5 tahun sejak pengeboran sumur evaluasi

    pertama sampai dengan produksi dengan kemungkinan project

    dapat diterminasi pada setiap tahapannya tergantung pada hasil

    setiap tahapan tersebut. Gambaran mengenai kerapatan titik

    informasi (bor) untuk setiap tahapan eksplorasi dapat dilihat pada

    Gambar 3.1.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    34/143

    21Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 3.1

    Kerapatan Titik Sumur pada Setiap Tahapan Pengembangan GMB

    3.2. Perhi tungan Cadangan Gas Metana Batu bara

    Beberapa parameter yang diperlukan untuk perhitungan cadanganGMB adalah sebagai berikut:

    Gas Content

    Kandungan gas dalam lapisan batu bara merupakan data yang

    sangat penting untuk mengetahui potensi GMB di suatu wilayah.

    Pengukuran kandungan gas dilakukan untuk mengetahui jumlah

    kandungan gas yang dilepaskan dari batu bara pada waktu tertentu.

    Terdapat 2 metode pengukuran, yaitu pengukuran langsung

    (direct method) dan pengukuran tidak langsung (indirect method).

    Pengukuran langsung dilakukan di lapangan dengan memasukkancontoh batu bara ke dalam canister,yaitu alat berbentuk silinder

    terbuat dari bahan stainlessyang betul-betul kedap udara, dengan

    panjang dan diameter canisterdibuat sesuai kebutuhan.

    Penghitungan kandungan gas dan pengukuran langsung mencakup

    Lost Gas (Qi), Measured Gas (Q2) dan Crushed Sample (Q3).

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    35/143

    22 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Measured Gas (Q2) adalah pengukuran gas yang dilakukan secara

    periodik.Lost Gas(Qi) merupakan hasil ekstrapolasi pengukuran

    awal Q2 dengan menggunakan persamaan regresi linear (Gambar

    3.2). Sedangkan Q3 diukur setelah contoh batu bara tersebut

    selesai dengan pengukuran Q2 kemudian dihancurkan (crushing)

    dan dicatat jumlah gas yang keluar setelah dthancurkan. Kandungan

    Gas in Place merupakan penjumlahan Q1 dan Q2.

    Gambar 3.2Bagan Pengukuran Kandungan Gas Metana

    Permeability-pore prossure

    Permeability test dapat dilakukan di lapangan ataupun di

    laboratorium. Pengujian lapangan menggunakan packer test (IFO

    Test) yang dilakukan dengan menginjeksikan air pada lapisan batu

    bara dalam lubang bor untuk mengetahui sifat kelulusan fluida pada

    lapisan batu bara. Permeabilityitu memegang peran penting dalam

    produksi GMB karena akan menentukan kemampuan kandungan

    gas yang dapat dikeluarkan dari lapisan batu bara.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    36/143

    23Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Komposisi gas

    Analisis komposisi gas (Gas Composition) dilakukan untuk

    mengetahui komposisi gas batu bara secara kuantitatif. Komposisi

    gas dalam batu bara dapat terdiri dari beberapa fraksi, yaitu metana

    (CH4), etana (C

    2H

    6), nitrogen (N

    2), carbon monoksida (CO) serta

    oksigen (O2). Potensi gas metana dalam batu bara akan bernilai

    ekonomis apabila kandungan metana dalam batu bara setidaknya

    lebih dari 80% dibandingkan dengan fraksi lainnnya.

    Analisis desorbtion-isotherm

    Fast desorptdilakukan dengan cara menghancurkan contoh batubara di dalam canister(crushing) dan mengukur kandungan gas

    yang dipaksakan terlepas dari batu bara. Pengukuran ini dilakukan

    dengan asumsi bahwa gas dalam batu bara bersifat sangat reaktif

    sehingga perlu dilakukan pengukuran secara cepat. Metode ini

    biasa diterapkan untuk kepentingan bisnis yang memerlukan hasil

    yang cepat.

    Pengukuran tidak langsung dilakukan sebagai upaya mengukur

    kandungan gas batu bara dengan cara simulasi laboratorium.

    Pengukuran ini disebut juga Isotherm Analysis. Simulasi

    laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas serapan gas

    metana pada batu bara dengan cara menginjeksikan gas metana

    pada kondisi tekanan tertentu serta temperatur yang dikondisikan

    sama dengan temperatur air formasi.

    Permeability test dapat dilakukan di lapangan ataupun di

    laboratorium. Pengujian lapangan menggunakan packer testyang

    dilakukan dengan menginjeksikan air pada lapisan batu bara

    dalam lubang bor untuk mengetahui sifat kelulusan fluida pada

    lapisan batu bara. Permeabilityitu memegang peran penting dalam

    produksi GMB karena akan menentukan kemampuan kandungangas yang dapat dikeluarkan dari lapisan batu bara.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    37/143

    24 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    38/143

    25Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    BAB 4PENGEMBANGAN GAS METANA

    BATU BARA DI BEBERAPA NEGARA

    4.1. Kanada

    Kemunculan GMB di Kanada baru dimulai setelah 20 tahun masa

    eksplorasi, testing, dan trial production. Menurut Canadian Society

    of Unconventional Gas(CSUG), lebih dari 3.000 sumur GMB telah

    dibor sepanjang tahun 2005 dan 3.500 sumur lainnya dibor pada

    2006 dengan produksi diperkirakan mencapai 700 mmcfd pada

    tahun 2007. EIA baru-baru ini mengutip bahwa produksi GMB

    Kanada rata-rata diperkirakan mencapai lebih dari 1.400 mmcfd

    pada tahun 2010.

    Potensi dan aktivitas GMB Kanada saat ini paling banyak berada di

    negara bagian Alberta, yang diperkirakan cadangannya mencapai

    700 tcf (put in-place). Adanya tambahan 90 tcf diharapkan berada

    di negara bagian British Columbia; danrecoveryatas cadangan

    tersebut paling banyak terdapat di negara bagian Alberta, yaitu

    75 tcf.

    Produksi GMB non komersial telah dilakukan di negara bagian

    British Columbia yang mulai produksi komersial pada tahun

    2002 dan telah mempunyai satu proyek GMB. British Columbia

    mempunyai cadangan GMB (Projected In Place) terbesar kedua

    di Kanada yang diperkirakan mencapai 90 tcf. Melonjaknya harga

    minyak membuat pemerintah Kanada lebih fokus pada usaha

    pencarian sumber GMB yang baru dan pengembangannya.

    Dukungan pemerintah Kanada dalam pengembangan GMB terlihat

    dengan diambilnya langkah-langkah untuk mendorong proseseksplorasi (testing), di antaranya melalui:

    1. Tingkat royalti/regime tax credit yang atraktif pada permohonan

    konsesi untuk sumur-sumur GMB;

    2. Revisi Undang-undang mengenai sumur uji yang memungkinkan

    pengujian GMB lebih fleksibel;

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    39/143

    26 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    3. Review mengenai peraturan minyak dan gas untuk

    menyederhanakan perizinan dan persyaratan operasi;

    4. Regulasi yang lebih fleksibel bagi pembuangan air yang

    dihasilkan dari proses dewatering.

    Manfaat utama adanya eksplorasi dan produksi GMB yang diterima

    negara bagian antara lain:

    1. Penerimaan dari hak penjualan gas bumi, bonus dari kontrak

    harga yang dibayar untuk lisensi pengeboran dan sewa tanah

    memberikan pendapatan besar bagi negara bagian.

    2. Royalti produksi atas penjualan GMB. Tunjangan produksiuntuk GMB akan menghambat pendapatan dari royalti

    selama beberapa tahun pertama proyek. Setelahnya, royalti

    produksi mulai akan dibayar berdasarkan perhitungan untuk

    setiap proyek. Kementerian Energi dan Pertambangan telah

    mengembangkan perkiraan angka rata-rata royalti dengan

    mempertimbangkan semua potongan dan kredit dengan nilai

    berkisar antara 10 - 12% dari penjualan harga gas.

    4.2. Amerika Serikat

    Pada tahun 1994, West Virginia telah mengadopsi sebuah kebijakanGMB untuk menjadi pedoman hukum dalam pengembangannya.

    Pada saat ini produksi GMB merupakan sumber gas terbesar di

    West Virginia, yaitu sebesar 66% dari produksi gas total.

    Kongres Amerika Serikat menggunakan perundang-undangan

    Virginia sebagai dasar bagi undang-undang GMB pada National

    Energy Policy Act (EPACT) tahun 1992. Pemerintah Federal

    dibatasi oleh EPACT Section 1339, dengan judul Kepemilikan

    GMB, untukAffected Statesdimana pemerintah Amerika Serikat

    memiliki sejumlah besar sumber daya batu bara atau GMB.

    EPACT menunjuk Illinois, Indiana, Kentucky, Ohio, Pennsylvania,

    Tennessee, dan West Virginia sebagaiAffected States.

    EPACT mengizinkan negara-negara bagian tersebut untuk

    mengembangkan regulasi GMB selama 3 tahun di daerahnya.

    Sebaliknya, ketentuan GMB dari Hukum Federal menjadi efektif

    diAffected States. Jadi, EPACT membuat sebuah program default

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    40/143

    27Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    undang-undang GMB yang dibentuk negara. Pada tahun 1995,

    Indiana, Ohio, dan Pennsylvania menggunakan opsi ketentuan

    untuk meminta penghapusan mereka dari daftarAffected States

    sebelum pemerintah Federal menerapkan hukum tersebut.

    Pedoman hukum GMB menciptakan kerangka hukum untuk

    pengembangan GMB sehingga memberikan dasar jalur hukum

    bagi para pengembang. Adanya ketentuan dari jarak sumur,

    perlindungan dari pengoperasian batu bara, aspek keselamatan

    tambang batu bara, perlindungan lingkungan, dan juga well plugging

    menunjukkan bahwa recoverymineral secara teknis dan masalah

    sumber daya merupakan hal yang penting dalam pengembanganGMB.

    4.3. Cina

    Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, Cina mempunyai

    cadangan GMB yang diperkirakan mencapai 1.000 tcf. Pemerintah

    Cina telah menetapkan target optimistik untuk meningkatkan

    produksi GMB dari 1 miliar meters (bcm) - 10 bcm pada tahun

    2015. Cina mempunyai beberapa proyek GMB yang sudah dalam

    tahap produksi (dengan lebih dari 2.000 sumur) dan berencana

    untuk membangun dua pipa dengan panjang hampir mencapai1.400 km untuk mengangkut GMB ke pasar di bagian timur negara

    Cina. Cina United Coalbed Methane Corporation(CUCBM) telah

    bekerja sama (joint venture) dengan perusahaan asing di 27 blok

    GMB, sehingga diharapkan keterlibatan pihak asing pada sektor

    GMB di negara Cina akan meningkat.

    Pemerintah Cina menyusun peraturan GMB sejak akhir tahun 1990-

    an dengan tujuan mendorong pengembangan sumber daya GMB

    Cina. CUCBM didirikan pada tahun 1996 dan awalnya memiliki hak

    monopoli untuk melakukan semua proyek GMB yang melibatkan

    kolaborasi pihak asing. Monopoli ini berakhir pada tahun 2007.Saat ini belum ada perusahaan Cina lainnya yang telah mengambil

    hak untuk menjadi perusahaan yang ditunjuk dengan hak yang

    sama seperti CUCBM, meskipun PetroChina diharapkan untuk

    melakukannya tahun ini.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    41/143

    28 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Apabila terdapat entitas asing yang terlibat, proses pengembangan

    GMB di Cina memerlukan mitra kerja untuk melakukan survei

    sumber daya dan membuat pengajuan kepada Ministry of Land and

    Resources untuk mandapatkan hak eksplorasi mineral dan Ministry

    of Commerce untuk mandapatkan hak pembukaan lahan. CUCBM

    (atau perusahaan lainnya yang ditunjuk) akan masuk ke dalam PSC

    dengan entitas asing. Termutama dari PSCCina meliputi:

    1. Eksplorasi dan risiko pembangunan ditanggung pihak entitas

    asing;

    2. Pemerintah Cina memiliki sekurangnya 30% participating

    interest;

    3. Secara umum cost recovery70% masih diperbolehkan;

    4. Royalti tidak lebih besar dari 3% dari pendapatan tahunan,

    dan

    5. Pembagian (split) produksi dapat dinegosiasikan.

    Pemerintah Cina menawarkan sejumlah insentif fiskal untuk

    mendorong keterlibatan asing dalam pengembangan GMB

    misalnya pembebasan pajak barang impor; terdapat tax holiday

    (tidak dikenai pajak) selama 2 tahun, dan pajak pertambahan nilai

    sebesar 5% setelah dimulainya produksi gas. Selain itu, harga GMB

    di Cina juga tidak ditetapkan oleh negara.

    4.4. India

    India memiliki cadangan batu bara yang besar dan diperkirakan

    memiliki cadangan GMB sebesar 300 tcf. Saat ini terdapat 1 proyek

    GMB yang sudah beroperasi di India, yaitu di wilayah Bengal Barat.

    Di antara tahun 2001 dan 2006, pemerintah India menawarkan

    26 blok GMB yang prospektif untuk dieksplorasi, yang kemudian

    diberikan kepada Reliance Industries, Essar Oil dan ONGC. Luas

    blok tersebut mencapai 14.000 km2dan diperkirakan mengandung

    50 tcf GMB. Puncak produksi blok ini diperkirakan mencapai 1.400

    mmcfd; sehingga menarik minat sejumlah perusahaan asing untuk

    sektor GMB di India.

    Otoritas regulasi pemerintah untuk GMB di India adalah Ministry

    of Petroleum and Natural Gas dan The Directorate General of

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    42/143

    29Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Hydrocarbons.Pemerintah India mengeluarkan kebijakan GMB pada

    tahun 1997 dalam rangka mengatur dan mendorong pengembangan

    GMB. Kebijakan tersebut menyatakan pengembangan GMB harus

    melalui proses tender terbuka, baik untuk perusahaan nasional

    maupun kontraktor asing untuk area potensi GMB yang belum

    dilakukan penambangan batu bara. Sedangkan untuk potensi

    GMB yang sudah terdapat penambangan batu bara, maka hak

    khusus pengembangan GMB terlebih dahulu diberikan kepada

    para perusahaan penambang batu bara.

    Pemerintah India mengeluarkan regulasi GMB pada bulan Juli 1997.

    Perjanjian Kerja Sama GMB harus memasukkan pihak-pihak yangterlibat, seperti pemerintah India dan para kontraktor/pengembang

    dengan butir-butir utama isi perjanjian sebagai berikut:

    Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah India adalah sebesar

    10%;

    Produksi dan pembayaran seperti yang tertera dalam kontrak;

    Bonus komersial yang dibayarkan pada Declaration of

    Commerciality;

    Cost recovery sebesar 100%;

    Kebebasan untuk menjual dengan harga pasar di pasar

    domestik yang telah ditentukan (tetapi bila ada kelebihan gas

    dari permintaan domestik, maka dapat dijual di luar India), dan

    Pajak penghasilan 35% untuk perusahaan India dan 48% untuk

    perusahaan asing.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    43/143

    30 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    44/143

    31Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    BAB 5PENGEMBANGAN GAS METANA BATU BARA

    DI INDONESIA

    Indonesia memiliki potensi Gas Metana Batu bara (GMB) yang signifikan

    dengan perkiraan cadangan mencapai 450 tcf (Gambar 5.1). Potensi

    tersebut terutama tersebar di daerah Sumatera dan Kalimantan.

    Besarnya perkiraan cadangan GMB di Indonesia telah mendorong

    beberapa pihak terkait untuk melakukan kegiatan pengembangan

    sebagai bahan bakar alternatif. Terkait hal tersebut pemerintahtelah mendorong pelaksanaan pilot project GMB di Indonesia. Pilot

    ProjectGMB di Lapangan Rambutan, Pendopo, Sumatera Selatan

    merupakan kerja sama antara Badan Litbang ESDM yang diwakili

    oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknolgi Minyak dan Gas

    Bumi LEMIGAS dengan Medco Eksplorasi dan Produksi Indonesia

    (MEPI).

    Gambar 5.1

    Potensi Cadangan GMB di Indonesia

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    45/143

    32 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Pilot ProjectGMB Rambutan merupakan pilot project GMB pertama

    di Indonesia yang bertujuan untuk meyakinkan kepada investor

    dan membuktikan bahwa GMB di Indonesia memiliki prospek untuk

    dikembangkan. Proyek penelitian ini dimulai sejak tahun 2004, dan

    sampai dengan tahun 2008 telah dilakukan pengeboran sebanyak 5

    sumur percontoh dengan pola five spot. Pilot projectGMB Rambutan

    merupakan Pilot GMB pertama yang menghasilkan gas metana batu

    bara pada tahun 2008 dan pemanfaatan gas metana terproduksi untuk

    listrik pada tahun 2011.

    5.1 Kajian Potensi GMB Cekungan Sumatera Selatan

    Pulau Sumatera yang terletak di Indonesia bagian barat terdiri dari

    3 blok basin back arcyaitu, BasinSumatera Utara, BasinSumatera

    Tengah dan Basin Sumatera Selatan. Basin-basin tersebut

    berorientasi barat laut tenggara, dibatasi oleh Bukit Barisan di

    barat daya dan Selat Malaka, di sebelah timur laut dan timur oleh

    Selat Karimata dan Laut Jawa.

    Singkapan batuan Tersier banyak dijumpai di Pulau Sumatera,

    tapi ada juga beberapa blok batuan berumur pre Tertiary, yaitu di

    Bukit Tigapuluh, Bukit Duabelas. Penampakan di Bukit Barisan

    adalah batuan metamorf dan batuan beku dengan umur Paleozoicdan Mesozoic, batuan Tersier dan deposit vulkanik. Gambar 5.2

    memperlihatkan Peta Geologi Regional Sumatera Selatan.

    Menurut Sukendar Asikin (1988), fisiografiSumatera bagian Selatan

    dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

    1. Cekungan Sumatera Selatan

    2. Bukit Barisan dan Tinggian Lampung

    3. Cekungan Bengkulu, yaitu meliputi lepas pantai Sumatera

    4. Rangkaian kepulauan di sebelah barat pulau Sumatera.

    Cekungan Sumatera Selatan merupakan bagian dari cekungan

    Sumatera Timur (De Coster, 1974 dalam M. Irlan, 1994) yang

    dipisahkan dari cekungan Sumatera Tengah oleh Tinggian Asahan

    (Pegunungan Tigapuluh) di barat laut membentang ke selatan dan

    dibatasi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan Daratan Pra-Tersier

    di sebelah timur lautnya.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    46/143

    33Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.2

    Peta Geologi Sumatera Selatan

    Gambar 5.3

    Peta Fisiografi Cekungan Sumatera Selatan

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    47/143

    34 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi 3 sub-cekungan,

    yaitu Sub-Cekungan Jambi, Sub-Cekungan Palembang Tengah

    dan Sub-Cekungan Palembang Selatan (Gambar 5.3).

    Sub-cekungan Palembang Selatan merupakan bagian selatan

    dari cekungan Sumatera Selatan, di utara berbatasan dengan

    Sub-cekungan Palembang Tengah, di timur berbatasan dengan

    Paparan Sunda di selatan berbatasan dengan Tinggian Lampung

    dan di barat berbatasan dengan Pegunungan Barisan, dan bentuk

    cekungan ini hampir membulat (Sub-circle).

    Menurut Pulunggono (1986), lipatan-lipatan di Sumatera Selatan

    dapat dikelompokkan menjadi 3 antiklinorium besar, yaituAntiklinorium Muaraenim, Antiklinorium Pendopo-Limau, dan

    Antiklinorium Palembang Utara. Antiklinorium Muarenim terdapat

    di Sub-cekungan Palembang Selatan, dengan arah barat laut-

    tenggara sampai barat-timur, ditempati oleh Formasi Muaraenim

    yang kaya akan lapisan-lapisan batu bara. Sedangkan Antiklinorium

    Pendopo-Limau termasuk ke dalam Sub-cekungan Palembang

    Selatan dan Sub-cekungan Palembang Tengah dengan arah barat

    laut-tenggara (Gambar 5.4).

    Cekungan Sumatera Selatan terbentuk sebagai akibat hasil tektonik

    yang berkaitan erat dengan aktivitas penunjaman, lempeng India-

    Australia, yang bergerak ke arah utara hingga timur laut terhadap

    lempeng Eurasia yang relatif diam. Beberapa lempeng kecil

    (micro-plate) yang berada di antara Zonainteraksi tersebut turut

    bergerak dan menghasilkan Zonakonvergensi dalam berbagai

    bentuk dan arah. Penunjaman lempeng India-Australia tersebut

    mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan struktur di

    Sumatera Selatan. Tumbukan tektonik lempeng di Pulau Sumatera

    menghasilkan jalur busur depan, magmatik, dan busur belakang.

    Ketebalan batuan sedimen di cekungan Sumatera Selatan inidiperkirakan sekitar 6.000 meter, pada umumnya diendapkan

    secara tidak selaras di atas batuan pra-tersier. Satuan batuan

    pengisi cekungan ini kemudian mengalami proses tektonik

    yang mengakibatkan terjadinya pengangkatan, perlipatan dan

    pensesaran. Sedimentasi dalam cekungan Sumatera Selatan ini

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    48/143

    35Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.4

    Peta Struk tur Regional Sumatera Selatan

    (Hutchinson, 1996; Willi ams and others , 1995;

    Moulds, 1989; an Bemmelen, 1949)

    terjadi pada zaman tersier dan mengalami perlipatan pada Tersier

    Akhir (Koesoemadinata, 1978).

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    49/143

    36 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Cekungan Sumatera Selatan terbentuk dari hasil penurunan

    (depression) yang dikelilingi oleh tinggian-tinggian batuan pra-

    tersier. Pengangkatan pegunungan Barisan terjadi di akhir Kapur

    disertai terjadinya sesar-sesar bongkah (block faulting) yang

    mempengaruhi proses sedimentasi dan terbentuknya unit batuan.

    Cekungan Sumatera Selatan telah mengalami tiga kali proses

    orogenesis, yaitu yang pertama adalah pada Mesozoikum Tengah,

    kedua pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal dan yang ketiga pada

    Plio-Plistosen. Orogenesis Plio-Plistosen menghasilkan kondisi

    struktur geologi seperti terlihat pada saat ini.

    Tektonik dan struktur geologi daerah cekungan Sumatera Selatandapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu zona sesar Semangko,

    zona perlipatan yang berarah barat laut-tenggara dan zona sesar-

    sesar yang berhubungan erat dengan perlipatan serta sesar-sesar

    pra-tersier yang mengalami peremajaan. Secara struktur regional

    dijumpai adanya Pendopo-Limau Antiklinorium yang memperlihatkan

    arah sumbu umum yang berarah barat laut-tenggara.

    Lapangan GMB adalah salah satu struktur closureyang dibentuk

    oleh dorongan patahan sebagai akibat dari bagian ketiga tektonik.

    Pada bagian pertama tektonik, struktur ini patahan normal, untuk itu

    lapangan GMB merupakan hasil dari perubahan struktur (Harding,

    1983).

    Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan

    Stratigraficekungan Sumatera Selatan dari bawah ke atas disusun

    dimulai dari terbentuknya batuan tertua di cekungan Sumatera

    Selatan berupa batuan alas yang berumur pra-tersier, terdiri dari

    batuan beku dan batuan ubahan derajat rendah. Batuan alas

    tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Lahat yang

    berumur Eocene-Oligocene yang terdiri dari tuff yang berwarna

    kemerahan dan keunguan, lempung tufaan, andesit, breksi dan

    konglomerat.

    Berikutnya Formasi Lahat ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi

    Talangakar yang berumur Oligosen-Miosenyang terdiri dari Batu

    pasir berukuran sedang sampai kasar dan lapisan batu bara di

    bagian bawahnya, dan serpih abu-abu gampingan dan batu bara

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    50/143

    37Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    di bagian atasnya. Batu bara pada Formasi ini memiliki derajat

    kematangan bituminous, terletak cukup dalam dan tidak terlalu

    tebal. Formasi Talangakar diendapkan pada lingkungan Terrestrial

    sampai lingkungan Paralic. Formasi Talangakar ditutupi secara

    selaras oleh Formasi Baturaja yang terdiri dari serpih karbonat

    dan Batu gamping.

    Formasi Baturaja ditutupi secara selaras atau menjemari dengan

    lapisan batuan Formasi Gumai yang disusun oleh batuan napal,

    batu lempung, serpih, dan serpih lanauan, dan sedikit lapisan tipis

    batu gamping dan batu pasir, yang diendapkan pada lingkungan

    laut terbuka yang lebih dalam. Formasi Gumai ditutupi secaraselaras oleh batuan Formasi Air Benakat yang diendapkan pada

    lingkungan littoralsampai laut dangkal, yang terdiri dari Batu pasir

    dan lempung napalan, glaukonitan dan karbonatan. Pengendapan

    Formasi Talangakar sampai Formasi Air Benakat diendapkan

    selama waktu Oligo-Miosen.

    Formasi yang kaya batu bara diperoleh pada Formasi Muaraenim

    yang berumur MiosenAkhir Pliosen, yang secara selaras

    menutupi Formasi Air Benakat (Shell 1978) seperti ditunjukkan

    oleh Gambar 5.5, Formasi ini dinamakan juga Formasi Palembang

    Tengah (Decoster 1974).

    Berikut pembahasan Formasi Muaraenim dengan lapisan batu bara

    sebagai obyek penelitian GMB termasuk dalam formasi batuan ini.

    Formasi Muaraenim terletak selaras di atas Formasi Air Benakat

    yang litologinya terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan

    batu bara. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah paparan

    delta-laguna. Ketebalan batuan pada formasi ini bervariasi antara

    200 800 meter, umur MiosenAkhir sampai Pliosendan kaya akan

    batu bara. Endapan batuan antar lapisan batu bara menunjukkan

    adanya pengaruh lingkungan laut, tetapi tidak ditemukan adanyafosil foraminifera, kecuali fosil-fosil keluarga Lamelibranchiata/

    pelycypodayang dijumpai di beberapa tempat.

    Dapat teridentifikasi bahwa di dalam Formasi Muaraenim terdapat

    paling tidak 12 lapisan batu bara utama, dari bawah ke atas yaitu

    lapisan batu bara Kladi, Merapi, Petai (C), Suban (B), Mangus (A),

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    51/143

    38 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Burung, Benuang, Kebon, Benakat/Jelawatan, Lematang, Niru.Pengendapan batu bara di formasi ini dipengaruhi saat susut laut

    pada peristiwa perubahan muka air laut yang terjadi pada kala

    Miosen(Taupitz, 1987, Pujobroto, 1996).

    Berdasarkan fasiesnya, Shell Mijnbouw (1978) membagi Formasi

    Muaraenim menjadi 4 unit (Gambar 5.6), yaitu:

    Gambar 5.5

    Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (Shell Team1978)

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    52/143

    39Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Unit M1 merupakan bagian paling bawah dari Formasi batu

    bara Muaraenim, dibatasi bagian bawahnya oleh lapisan batu

    bara Kladi dan Petai di bagian paling atas, dengan ketebalankeseluruhan 170 - 210 meter, terdiri dari batu pasir halus berwarna

    abu-abu terang, lanau-batu pasir lanauan berwarna abu-abu,

    batu pasir masif abu-abu kebiruan, batu pasir halus berwarna

    abu-abu, dan lanau abu-abu gelap. Banyak juga ditemukan

    lensa-lensa napal dalam runutan batuan, serta didapatkan 2

    lapisan batu bara dalam unit ini, yang berkembang secara tidak

    Gambar 5.6

    Stratigrafi Daerah Muaraenim dan Sekitarnya (Sojitz, 2007)

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    53/143

    40 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    teratur, yaitu lapisan Merapi dan Kladi dengan ketebalan berkiar

    1 - 8 meter.

    Unit M2, pada runtunan batuan unit ini dijumpai 3 lapisan batu

    bara yaitu Petai, Suban dan Mangus. Lapisan Mangus ini berada

    di bagian atas unit M2 dan berbatasan dengan unit M3 di atasnya,

    dicirikan oleh sisipan batu lempung tufaan dengan kandungan

    biotit, sedang batas bawahnya adalah lapisan Petai. Litologinya

    terdiri dari perselingan batu lanau berwarna keabu-abuan,

    laminasi batu lanau berwarna abu-abu gelap, dan sisipan tipis

    batu bara, mengandung sedikit sideritik napal, setempat lapisan

    batu bara mengalamisplitting.

    Unit M3 terdapat 2 lapisan utama, yaitu Lapisan Burung dan

    Lapisan Binuang. Batas atas adalah Lapisan Kebon (Unit M4)

    dan batas bawah adalah Lapisan Mangus (Unit M2). Litologi

    terdiri dari batu pasir halus sampai kasar berwarna abu-abu

    keputihan dan bersifat tufaan, berselingan dengan batu lanau

    abu-abu, batu lempung dan sisipan batu bara, penyebaran batu

    bara secara lateral umumnya buruk.

    Unit M4 adalah runtunan batuan di antara bagian bawah Lapisan

    Enim dan dasar dari Formasi Kasai, dengan total ketebalan

    berkisar 124 - 185 meter. Lapisan batu bara Enim memiliki

    ketebalan sekitar 10 - 20 meterdan memiliki penyebaran yang

    luas. Lapisan batu bara ini umumnya berupa satu lapisan dengan

    pengotoran bercirikan adanya fragmen resin yang cukup banyak.

    Lapisan antara Enim seam dan Jelawatan seam umumnya

    terdiri dari perselingan dari batu pasir abu-abu terang dan batu

    lanau yang berwarna abu-abu gelap sampai abu-abu, dengan

    sebagian berupa materi tufaan dan 3 5 lapisan batu bara

    dengan ketebalan kurang dari 3 m, setempat dengan penerusan

    lapisan yang buruk.5.2. Pilot Project Sumur GMB Lapangan Rambutan

    Dari hasil kajian potensi GMB, cekungan Sumatera Selatan

    diperkirakan memiliki cadangan sebesar 183 Tcf. Berdasarkan

    hasil kajian tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengembangan

    Pilot ProjectGMB yang terletak di lapangan Rambutan, Kecamatan

    Benakat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    54/143

    41Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Berdasarkan data yang diperoleh, di lokasi tersebut pada selang

    kedalaman antara 1.520 - 3.100 ft terdapat 5 lapisan batu bara

    yang mempunyai ketebalan yang cukup bagus sekitar 30 meter,

    yaitu seam-1, seam-2, seam-3, seam-4 danseam-5. Dari ke 5

    lapisan tersebut, 3 lapisan (seam) yang akan menjadi sasaran

    dalam penelitian ini adalah seam-2, seam-3 danseam-5. Pada

    seam-seam yang dipilih tersebut diperkirakan memiliki prospek

    kandungan gas metana yang besar. Gambar 5.7 memperlihatkan

    Model Multy Layer SeamSumur CBM.

    Gambar 5.7

    Model Multy Layer Seam Sumur GMB

    Dari lapisan-lapisan tersebut kemudian dilaksanakan uji cobapengeboran untuk memproduksikan gas metana yang terkandung

    dalam batu bara. Pilot Project 5 sumur GMB yang dibuat memiliki

    pola geometri five spotdimana sumur GMB-3 berada di bagian

    tengah dan sumur-sumur lainnya berada pada sisi segi empat,

    dengan jarak berkisar antara 530 hingga 690 meter sebagaimana

    diperlihatkan pada Gambar 5.8.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    55/143

    42 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.8

    Peta Lokasi Sumur GMB dengan Pola Five Spot

    Kelima sumur GMB yang telah dibuat menempati area di samping

    sumur Rambutan yang telah ada dan berjaran sekitar 15 meter.

    Untuk Sumur CBM-1 di lapangan Rambutan 13, CBM-2 di lapangan

    Rambutan 23, CBM-3 di lapangan Rambutan 5, CBM-4 di lapangan

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    56/143

    43Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Rambutan 9, dan sumur uji CBM-5 di lapangan Rambutan 19.

    Lima Sumur CBM yang telah selesai dibuat merupakan sumur uji

    produksi gas methan yang kemudian dilakukan proses dewatering

    untuk mengurang tekanan pori batubara (Gambar 5,9).

    CBM12004

    CBM3,4,52006

    2005

    Gambar 5.9

    Pemboran Sumur GMB Lapangan Rambutan

    5.3. Pelaksanaan Proses Uji Produksi

    Pelaksanaan lanjutan proses uji produksi (dewatering) dirasa sangat

    penting guna keperluan untuk mempercepat proses produksi gas

    metana dan mengevaluasi kemampuan produksi gas dari lapisan

    batu bara yang ada serta upaya penanganan air terproduksi dengan

    benar. Proses dewateringini dilakukan untuk memproduksikan airagar terjadi perubahan kesetimbangan mekanik di dalam clead batu

    bara (rekahan) sehingga bila tekanan turun, GMB dapat keluar dari

    matrik batu bara melalui bidang rekah. GMB akan mengalir melalui

    rekahan batu bara dan akhirnya keluar menuju lubang sumur seperti

    ditunjukkan pada Gambar 5.10.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    57/143

    44 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.10

    Skema Proses Uji Produks i GMB

    Pada tahap dewatering sumur GMB telah dilakukan dengan

    menggunakan beberapa tipe pompa. Beberapa tipe pompa

    disesuaikan dengan produksi air dan tekanan dalam sumur untuk

    optimalisasi pemompaan air. Pada pelaksanaan dewatering disumur GMB lapangan Rambutan pada awalnya menggunakan

    pompa Sucker Rod dan sekarang telah diubah menggunakan

    pompa PCP. Pergantian pompa ini dilakukan berkenaan produksi

    air dari kegiatan dewatering semakin menurun sehingga diperlukan

    kapasitas pompa yang lebih kecil agar produksi air yang kontinyu

    dapat terlaksana.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    58/143

    45Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Program pelaksanaan dewatering dari ke 5 sumur GMB dimulai

    kembali pada awal bulan Juli 2008. Pelaksanaan dewateringdari ke

    5 sumur GMB menggunakan pompa Sucker Roddengan memantau

    laju produksi dan pencatatan terhadap perubahan tekanan anulus

    casingsetiap harinya. Gas yang terakulasi kemudian dibakar agar

    tidak mengganggu proses dewateringyang sedang dilakukan.

    1. Sumur CBM-1

    Sumur CBM-1 selesai dibor pada tanggal 2 Desember 2004 sampai

    kedalaman 2.015 ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 10

    meter dari sumur RBT#13. Berdasarkan data laporan pemboranterdapat beberapa lapisan batu bara pada sumur tersebut mulai

    dari kedalaman 1.570 - 2.003 ft. Jenis penyelesaian sumur yang

    sudah dikerjakan yaitu dengan pemasangan liner screen4-1/2 dari

    kedalaman puncak linerdi 1.543 ft sampai dasar lubang di 2.008ft.

    Screen linerdipasang tanpa disemen sehingga sepanjang selang

    kedalaman 1.543 - 2008 ft merupakan lubang terbuka.

    Gambar 5.11

    Fasilitas Produksi Sumur CBM-1

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    59/143

    46 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    2. Sumur CBM-2

    Sumur GMB-2 selesai dibor pada tanggal 28 Februari 2006 sampai

    kedalaman 3.140ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 15

    meter dari sumur RBT#23. Berdasarkan data dari laporan pemboran,

    sampai kedalaman 3.100 ft terdapat 3 lapisan batu bara yang

    berpotensi menghasilkan gas metana yang cukup besar, yaitu lapisan

    2 pada selang kedalaman 1.690 1.720 ft, lapisan 3 pada selang

    kedalaman 1.750 1.780 ft dan lapisan P pada 2.940 2.980 ft.

    Ketiga lapisan tersebut masih dalam kondisi tertutup oleh casing

    (Case Hole).

    Sumur CBM-2 ini telah dipasang fasilitas produksi yaitu separator

    kecil sederhana dan tanki timbun untuk proses dewateringdengan

    kapasitas 300 bbl. Sampai dengan tahun 2008 sumur CBM-2 belum

    berproduksi karena menunggu kesiapan peralatan downhole dan

    terdapat sedikit masalah dengan kondisi lubang sumurnya. Pada

    bulan Maret 2008 dilakukan running Impression Block 3.1 untuk

    memverifikasi kondisi downholedan untuk membuktikan adanya

    fishdi sumur tersebut dan ditemukan adanya goresan dipermukaan

    Impression Block yang mengindikasikan adanya pipa yang jatuh

    atau mungkin casingyang mengalami pergesaran di dalam sumur

    CBM-2.

    Gambar 5.12

    Fasilitas Sumur CBM-2

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    60/143

    47Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    3. Sumur CBM-3

    Sumur CBM-3 selesai dibor pada tanggal 13 Desember 2006 sampai

    kedalaman 2.977 ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 15 meter

    dari sumur RBT#9. Berdasarkan data laporan pemboran, sampai

    kedalaman 2.977 ft terdapat 3 lapisan batu bara yang berpotensi

    menghasilkan gas metana yang cukup besar, yaitu seam 2 pada

    selang kedalaman 1.6421.670 ft, seam 3 pada selang kedalaman

    1.701.732 ft danseamP pada 2.9472.977 ft. Seam P merupakan

    lubang terbuka sedangkan seam2 dan 3 sudah diperforasi setelah

    pemboran sumur selesai dikerjakan. Sumur CBM-3 ini telah terpasang

    1 unit pompa PCP dan fasilitas produksi lainnya yaitu Vasseldantanki timbun untuk menampung air dari proses dewateringdengan

    kapasitas 300 bbl.

    Sumur CBM-3 sempat mengeluarkan gas GMB dengan volume yang

    masih kecil sekitar 0.5 mscf/hari dan merupakan salah satu sumur

    dengan prospek kandungan GMB yang cukup tinggi. Pada sumur

    CBM-3 sering dilakukan pengujian tekanan baik dengan electric

    memory recorder (EMR) maupun dengan peralatan Acoustic Well

    Sounder (AWS). Running EMRdilakukan tahun 2008 dengan run

    gauge di depan seam 3 di kedalaman 1.718 ft dengan melakukan

    shut in well selama 24 jam (rencana awal 72 jam) tekanan mencapai

    290 psi.

    Pada pelaksanaan kerja ulang tahun 2010 kembali dilakukan

    pengujian terhadap tekanan di masing-masing seam pada sumur

    CBM 3 dengan menggunakan EMR. Pelaksanaan pengujiannya

    diawali dengan melakukan pengujian injection test terlebih dahulu

    baru kemudian sumur ditutup selama 32 jam. Hasil dari pengujian

    menunjukkan bahwa tekanan dari masing-masing seam setara

    dengan besarnya tekanan hidrostatik dari kolom fluida (air) hingga

    di permukaan sumur. Dengan melihat lambatnya penurunan tekananinjeksi menggambarkan begitu kecilnya permeabilitas dari masing-

    masing seamyang diuji.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    61/143

    48 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.13Fasilitas Sumur CBM-3

    4. Sumur CBM-4

    Sumur CBM-4 selesai dibor pada tanggal 12 Desember 2006 sampai

    kedalaman 3.072 ft.Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 15

    meter dari sumur RBT#9. Berdasarkan data laporan pemboran,

    sampai kedalaman 3.072 ft terdapat tiga lapisan batu bara yang

    berpotensi menghasilkan gas metana yang cukup besar, yaitu seam

    2 pada selang kedalaman 1.742 1.770 ft, seam 3 pada selang

    kedalaman 1.804 1.834 ft dan seamP pada 3.038 3.072 ft.

    SeamP merupakan lubang terbuka sedangkan seam 2 dan 3 sudah

    diperforasi setelah pemboran sumur selesai dikerjakan. Sumur

    CBM-4 ini telah terpasang 1 unit pompa PCP dan fasilitas produksi

    lainnya yaitu Vassel dan tanki timbun untuk menampung air dari

    kegiatan proses dewateringdengan kapasitas 300 bbl.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    62/143

    49Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Gambar 5.14

    Fasilitas Sumur CBM-4

    Sumur CBM-4 pada tahun 2008 telah mengeluarkan GMB dengan

    volume yang masih kecil sekitar 0,041 mscf/hari dan juga diperkirakan

    merupakan salah satu sumur dengan prospek kandungan GMB cukup

    besar. Dari hasil analisis memperlihatkan bahwa tidak optimumnya

    produksi dari seam 2 dan 3 tidak dikarenakan adanya lapisan semen

    yang cukup tebal di belakang dinding casing, sehingga perforasi

    yang dilakukan tidak dapat membuka lapisan semen tersebut

    secara maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan tahun 2010 yaitu

    membuka lapisan semen pada seam3 yaitu dengan menerapkan

    metode Radial Jetting. Pada pelaksanaannya di lapisan seam3 dan

    seam5 pada lapisan openholenya telah dibor secara horisontal kesamping sepanjang 20 meter dengan jumlah lubang sekitar 20 buah.

    Hasil yang diperoleh cukup meningkatkan produksi GMB dari sumur

    CBM-4 menjadi sekitar 10 mscf/hari.

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    63/143

    50 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    5. Sumur CBM-5

    Sumur CBM-5 selesai dibor pada tanggal 11 November 2006 sampai

    kedalaman 3.100 ft. Terletak di lokasi yang sama dan berjarak 15

    meter dari sumur RBT#19. Berdasarkan data laporan pemboran

    sampai kedalaman 3.100 ft terdapat 3 lapisan batu bara yang

    berpotensi menghasilkan gas metana yang cukup besar, yaitu lapisan

    2 pada selang kedalaman 1.754 1.782 ft, lapisan 3 pada selang

    kedalaman 1.812 1.838 ftdan lapisan P pada 3.048 3.100 ft.

    SeamP merupakan lubang terbuka sedangkan seam2 dan 3 sudah

    diperforasi setelah pemboran sumur selesai dikerjakan. Sumur

    CBM-5 ini telah terpasang 1 unit pompa PCP dan fasilitas produksilainnya yaitu Vassel dan tanki timbun untuk menampung air dari

    kegiatan proses dewateringdengan kapasitas 300 bbl.

    Pada pelaksanaan kerja ulang tahun 2010, dilakukan pengujian

    terhadap tekanan di masing-masing seam pada sumur CBM-3

    dengan menggunakan EMR. Pelaksanaan pengujiannya diawali

    dengan melakukan uji injection test terlebih dahulu baru kemudian

    sumur ditutup selama 32 jam.

    Gambar 5.15

    Fasilitas Sumur CBM-5

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    64/143

    51Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    5.4. Pemanfaatan GMB untuk Listrik

    Pada tahap lanjutan dewatering yang dilakukan terhadap ke 3

    sumur uji GMB memperlihatkan bahwa baru 2 sumur yang telah

    mulai mengeluarkan gas metananya sehabis dilakukan operasi

    kerja ulang. Untuk sumur CBM-3, GMB telah keluar hampir kontinyu

    dengan perkiraan produksi perharinya baru sekitar 5 m3/hari (0,176

    mscf/hari) setelah 17 hari dewateringdilakukan. Sedangkan untuk

    sumur CBM-4, gas telah keluar baru mencapai 5,5 m3/hari (0,194

    mscf/hari) setelah 10 hari dewateringberjalan.

    Dari analisis gas yang pernah dilakukan sebelumnya memperlihatkan

    bahwa komposisi GMB didominasi hampir di atas 96% merupakan

    metana (CH4). Pengujian yang dilakukan di laboratorium terhadap

    GMB yang keluar dari masing-masing seamyang diproduksikan

    yaitu seam2, 3, dan 5 (lihat Tabel 51, 52 dan 53).

    Uji coba awal pemanfaatan gas untuk menggerakkan generator

    listrik berkapasitas 12 KVA sudah dilakukan di sumur CBM-3 dan

    CBM-4 dengan menghidupkan 4 lampu penerangan yang ada di

    sumur CBM-4 berkapasitas masing-masing 400 watt. Generator

    yang digunakan merupakan generator gas mini dari Kubota dengan

    kapasitas daya 25 KVA 220 volt.

    Compon ent Mol Percent GPM

    Hydrogen Sulfide H2S 0

    Carbon Dioxide CO2 0.13

    Nitrogen N2 1.39

    Methane CH4 98.25

    Ethane C2H6 0.16 0.0428

    Propane C3H8 0.04 0.0111

    Iso-Butane i-C4H10 0.03 0.0096n-Butane n-C4H10 0 0

    Iso-Pentane i-C5H12 0 0

    n-Pentane n-C5H12 0 0

    Hexanes C6H14 0 0

    Heptanes plus C7+ 0 0

    100.00 0.0635

    Tabel 5.1

    Komposisi Gas dari Seam2

  • 7/22/2019 Buku Gas Metana Batubara

    65/143

    52 Gas Metana Batu bara Energi Baru untuk Rakyat

    Component Mol Percent GPM

    Hydrogen Sulfide H2S 0

    Carbon Dioxide CO2 0.03

    Nitrogen N2 2.37

    Methane CH4 96.57

    Ethane C2H6 0.75 0.2007

    Propane C3H8 0.21 0.0580

    Iso-Butane i-C4H10 0.07 0.0225

    n-Butane n-C4H10 0 0

    Iso-Pentane i-C5H12 0 0

    n-Pentane n-C5H12 0 0

    Hexanes C6H14 0 0

    Heptanes plus C7+ 0 0

    100.00 0.2812

    Tabel 5.2Komposisi Gas dari Seam3

    Component Mol Percent GPM

    Hydrogen Sulfide H2S 0

    Carbon Dioxide CO2 1.01

    Nitrogen N2 0.15

    Methane CH4 98.26

    Ethane C2H6 0.26 0.0696

    Propane C3H8 0.31 0.0856

    Iso-Butane i-C4H10 0.01 0.0032

    n-Butane n-C4H10 0 0

    Iso-Pentane i-C5H12 0 0

    n-Pentane n-C5H12 0 0

    Hexanes C6H14 0 0

    Heptanes plus C7+ 0 0

    100.00 0.1584

    Tabel 5.3

    Komposisi Gas da