percobaan ii fix

Upload: ayu-permata

Post on 19-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    1/24

    BAB II

    PENGUKURAN DAYA LISTRIK

    II.1 Tujuan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal berbagai metode

    pengukuran daya listrik dan mengetahui beberapa perbedaannya.

    II.2 Alat-alat yang Dipergunakan

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut

    dibawah ini.

    1. Voltmeter

    2. Amperemeter

    3.

    Wattmeter 1(Fasa)4.

    Wattmeter 3(Fasa)5. Panel Percobaan

    6. Konektor

    II.3 Teori Dasar

    Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha yang

    dilakukan per satuan waktu. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt

    atauHorse Power(HP).Horse Power merupakan unit daya listik dimana 1 Watt

    memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian arus 1 Ampere

    dan tegangan 1 Volt.

    Daya dinyatakan dalam P dengan satuan Watt. Tegangan dinyatakan

    dalam V dengan satuan Volt. Arus dinyatakan dalam I dengan satuan Ampere.

    Besaran daya dinyatakan:

    = ................................................(2.1)

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    2/24

    Daya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu daya aktif, daya reaktif, dan daya

    nyata.

    a. Daya Aktif

    Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi

    sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas, cahaya,

    mekanik, dan lain-lain.

    = . . cos .............................................(2.2) = 3 . . . cos ..........................................(2.3)

    Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan

    dalam bentuk kerja.

    b. Daya Reaktif

    Daya reaktif (Q) adalah jumlah daya yang diperlukan untuk

    pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan

    terbentukfluksmedan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif

    adalah transformator, motor, lampu pijar, dan lain-lain. Satuan daya reaktif

    adalah Var.

    = . . sin .......................................(2.4) = 3 . . . sin ..................................(2.5)

    c. Daya Nyata

    Daya nyata adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan

    rms dan arus rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil

    penjumlaham trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya nyata

    adalah VA.

    Gambar 2.1Penjumlahan Trigonometri Daya Aktif, Reaktif, dan Semu

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    3/24

    Pada dasarnya daya yang diserap oleh suatu elemen adalah hasil

    perkalian antara besar tegangan terminal-terminal elemen dan arus yang melintasi

    elemen tersebut. Jika tegangan sesaat yang dikenakan terhadap elemen tersebut

    adalah berbentuk sinusoidal, persamaannya sebagai berikut:

    = . cos.........................................(2.6)maka arus yang mengalisr melintasi elemen tersebut adalah sebagai berikut:

    = . cos( ).....................................(2.7)Dimana :

    = sudut beda phase antara V dan I, dengan tanda positif untuk I lagging

    terhadap V dan bertanda negatif untuk I leadingterhadap V.

    maka daya sesaat (instanteneus power) yang diserap elemen adalah sebagai berikut:

    = = cos()................................(2.8)dengan menerapkan identitas trigonometri maka diperoleh sebagai berikut:

    = 0,5 . cos + 0,5 cos(2)...............(2.9)Harga rata-rata dan daya sesaat di atas adalah sebagai berikut:

    = . . .........................................(2.10)Dimana :

    = ................................................(2.11)

    = .................................................(2.12)

    V = nilai rms dari tegangan

    I = nilai rms dari arus

    Dari persamaan di atas yang merupakan harga rata-rata dari daya sesaat

    yang disebut daya aktif atau nyata yang berdimensi Watt sedangkan cos disebutfaktor daya. Berdasarkan formula di atas juga dapat diturunkan berbagai metode

    pengukuran daya listrik dalam percobaan ini.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    4/24

    II.4 Langkah Percobaan

    II.4.1 Pengukuran Daya 1 Phase

    II.4.1.1 Metode volt-ampere meter

    Daya dapat dihitung dengan persamaan 2.1 yang tertera diatas.

    Gambar 2.1 Rangkaian I Metode Volt

    Ampere MeterGambar 2.2 Rangkaian II Metode

    Volt Ampere Meter

    1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 2.1 pada panel yang

    tersedi.

    2. Telitilah apakah rangakaian yang anda buat sudah benar!

    3.

    Siapkan beban dengan cermat minimal 10 buah yang nilainya

    berbeda-beda (lakukan kombinasi dan beban yang tersedia).4. Hubungkan beban pertama, catat penunjuk voltmeter dan

    amperemeter.

    5. Lakukan prosedur yang sama untuk beban-beban yang lain dan jaga

    V konstan. Tabulasikan hasilnya dalam tabel.

    6. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.2 pada panel.

    7. Lakukan prosedur 1 sampai 5 diatas untuk rangkaian ini.

    Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Metode Volt-Ampere Meter

    Beban

    (Watt)

    I II

    V1 I1 P1=V1I1 V2 I2 P2=V2I2

    Vs

    A

    V

    BEBAN

    +-

    Vs

    A

    V+-

    BEBAN

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    5/24

    II.4.1.2 Metode Tiga Voltmeter

    Gambar 2.3 Rangkaian Metode Tiga Voltmeter

    Untuk metode ini, daya dapat dihitung dengan persamaan sebagai

    berikut:

    = ( ).......(2.13)

    1. Buat rangkaian percobaan gambar 2.3 pada panel.

    2. Pastikanlah bahwa rangkaian telah benar.

    3. Siapkan beban minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda

    (lakukan kombinasi dan beban-beban tersebut).

    4.

    Hubungkan beban pertama, catat harga yang ditunjukkan ketigaVoltmeter.

    5. Lakukan pengukuran untuk beban-beban yang lain yang tersedia dari

    catat hasilnya ke dalam tabel.

    Tabel 2.2 Hasil pengukuran metode tiga Voltmeter

    R = ...

    Beban

    (Watt)

    V1

    (Volt)

    V2

    (Volt)

    V3

    (Volt) = ( )

    V

    VV

    VB

    e

    b

    a

    n

    R

    V

    V

    V2= I

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    6/24

    II.4.1.3 Metode Tiga Amperemeter

    Daya dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

    = ( )..................................(2.14)

    Gambar 2.4 Metode Tiga Amperemeter

    1. Buat rangkaian percobaan sesuai gamba4 2.4.

    2.

    Lakukan pengukuran terhadap setiap beban yang tersedia.

    3. Catat hasil penunjukan ketiga ampertemeter kedalam tabel.

    Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Metode Tiga Amperemeter

    R = ...

    Beban

    (Watt)

    I1

    (Ampere)

    I2

    (Ampere)

    I3

    (Ampere) = (

    )

    II.4.1.4 Metode Wattmeter

    1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.5.

    2. Siapkan beberapa beban dan berbagai kombinasi yang mungkin.

    3.

    Hubungkan beban satu-persatu dan catat hasil penunjukan Wattmeter

    kedalam tabel.

    A

    A

    V

    B

    e

    b

    a

    n

    R I3I1

    A2

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    7/24

    Gambar 2.5 Rangkaian Metode Wattmeter

    Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Metode Wattmeter

    Beban (Watt) Wattmeter

    II.4.2 Pengukuran Daya 3 Phase

    II.4.2.1 Metode tiga wattmeter 1 phase1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.6!

    2. Siapkan beberapa buah beban (lakukan kombonasi).

    3. Hubungkan beban secara bertahap dan catat penunjukan ketiga

    Wattmeter untuk setiap beban kedalam tabel.

    Gambar 2.6 Rangkaian Metode Tiga Wattmeter 1 Fasa

    VS

    B

    e

    b

    a

    n

    W

    W1

    Ptot=W1+W2+W3R

    S

    T

    0

    W2

    W3

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    8/24

    II.4.2.2 Metode dua wattmeter

    Gambar 2.7Rangkaian metode dua Wattmeter

    1.

    Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.7.

    2. Siapkan beberapa beban.

    3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat penunjukkan kedua

    Wattmeter pada tabel.

    Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Metode Dua Wattmeter

    Beban W1 W2 PTOT W1 W2 PTOT

    W1

    W1

    W1

    W2

    W2

    W2

    Ptot

    =W1+W

    2

    R

    S

    T

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    9/24

    II.5 Data Hasil Percobaan

    Adapun data hasil percobaan yang telah diperoleh pada praktikumpengukuran daya listrik sebagai berikut:

    II.5.1 Pengukuran Daya 1 Phase

    II.5.1.1 Metode Volt-Ampere meter

    Tabel 2.6 Metode Volt-Ampere Meter

    Beban

    (Watt)

    I II

    V1 I1 P1= V1 . I1 V2 I2 P2 = V2. I2

    40 220,4 V 0,168 A 37,0272 W 220,5 V 0,168 A 37,044 W80 220,2 V 0,335 A 73,767 W 220,4 V 0,335 A 73,834 W

    120 220,1 V 0,513 A 112,9113 W 220,1 V 0,513 A 112,911 W

    II.5.1.2 Metode Tiga Voltmeter

    Tabel 2.7Metode Tiga Voltmeter

    R = 10

    Beban

    (Watt) V1 V2 V3 =

    (

    )40 217 V 1,769 V 216,6 V 8,828 W

    80 217 V 3,530 V 214,6 V 52,415 W

    120 217V 5,21 V 213 V 87,357 W

    II.5.1.3 Metode Tiga Amperemeter

    Tabel 2.8 Metode Tiga Amperemeter

    R = 10

    Beban

    (Watt)I1 I2 I3 = (

    )

    40 0,169 A 0,046 A 0,216 A 0,08 W

    80 0,339 A 0,046 A 0,386 A 0,1598 W

    120 0,507 A 0,046 A 0,553 A 0,233 W

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    10/24

    II.5.1.4 Metode Wattmeter

    Tabel 2.9 Metode Wattmeter

    Beban

    (Watt)Wattmeter

    40 220,9 V x 0,169 A = 37,3321 W

    80 220,8 V x 0,335 A = 73,968 W

    120 220,8 V x 0,514 A = 113,4912 W

    II.5.2 Pengukuran Daya 3 Phase

    II.5.2.1 Metode Dua Wattmeter

    Tabel 2.10 Metode Dua Wattmeter

    Beban

    (Watt)W1 W2 PTotal

    40222,2 x 0,166 =

    36,8852 W

    227,7 x 0,169 =

    38,4813 WW1+ W2= 75, 3665 W

    60 222,2 x 0,246 =

    54,6612 W

    228,1 x 0,247 =

    56,3407 WW1+ W2= 111,0019 W

    100222,4 x 0,429 =

    95,4096 W

    227,8 x 0,435 =

    99,093 WW1+ W2= 194,5026 W

    Daerah 2

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    11/24

    II.1 Analisa Data Hasil Percobaan

    II.6.1 Pengukuran Daya 1 Phase

    II.6.1.1 Metode Volt-Amperemeter

    Berdasarkan hasil percobaan pada metode Volt-Ampere menggunakan

    beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt pada rangkaian I didapatkan data

    sebagai berikut :

    Tabel 2.11 Data Hasil Percobaan Volt-Amperemeter Rangkaian I

    Beban

    (Watt)

    I

    V1 I1 P1= V1 . I1

    40 220,4 V 0,168 A 37,0272 W

    80 220,2 V 0,335 A 73,767 W

    120 220,1 V 0,513 A 112,9113 W

    Dari hasil data pada tabel 2.11 dapat dihitung kesalahan relatif pada

    masing-masin beban menggunakan persamaan berikut :

    % = |

    | 100%(2.7)

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada rangkaian I sebagai berikut :

    a. Beban 40 Watt

    % kesalahan = |4,4 |x 100%= 7,32 %

    b.

    Beban 80 Watt

    % kesalahan = |8,68 |x 100%= 7,79 %

    c. Beban 120 Watt

    % kesalahan = |,9 |x 100%= 5,9 %

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    12/24

    Tabel 2.12 Kesalahan Relatif pada Metode Volt-Ampere Rangkaian I

    Beban (Watt) PPengukuran (Watt) %Kesalahan

    40 37,0272 7,32 %

    80 73,767 7,79 %

    120 112,9113 5,9 %

    Berdasarkan data pada tabel 2.12 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Volt-Ampere pada rangkaian I

    sebagai berikut :

    Gambar 2.8 GrafikPerbandingan Daya pada Rangkaian I

    Berdasarkan gambar 2.8 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

    daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan

    oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai

    tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan

    tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai

    daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,

    kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat

    ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    13/24

    Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur

    menjadi tidak tepat.

    Berdasarkan dari hasil percobaan metode Volt-Amperemeter

    menggunakan beban sebesar 40 Watt, 80 Watt, dan 120 Watt pada rangkaian II

    didapatkan data sebagai berikut :

    Tabel 2.13 Data Hasil Percobaan Volt-Amperemeter Rangkaian II

    Beban

    (Watt)

    II

    V1 I1 P1= V1 . I1

    40 220,5 V 0,168 A 37,044 W

    80 220,4 V 0,335 A 73,834 W

    120 220,1 V 0,513 A 112,911 W

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada rangkaian II sebagai berikut :

    a.Beban 40 Watt

    % kesalahan = |4,44

    4 |x 100%= 7,39 %

    b.

    Beban 80 Watt

    % kesalahan = |8,848 |x 100%= 7,71 %

    c.Beban 120 Watt

    % kesalahan = |,9

    |x 100%= 5,91 %

    Tabel 2.14 Kesalahan Relatif pada Metode Volt-Ampere Rangkaian II

    Beban (Watt) PPengukuran (Watt) %Kesalahan

    40 37,044 7,39 %

    80 73,834 7,71 %

    120 112,911 5,91 %

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    14/24

    Berdasarkan data pada tabel 2.14 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Volt-Ampere pada rangkaian II

    sebagai berikut :

    Gambar 2.9 Grafik Perbandingan Daya pada Rangkaian II

    Berdasarkan gambar 2.9 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

    daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan

    oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai

    tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan

    tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai

    daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,

    kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat

    ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.

    Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur

    menjadi tidak tepat.

    Pada tabel 2.1 tidak terdapat perbedaan antara nilai arus yang terukur pada

    rangkaian I dan rangkaian II metode Volt-Amperemeter. Secara teori, nilai arus

    pada rangkaian I seharusnya lebih besar dibandingkan dengan nilai arus pada

    rangkaian II. Hal ini disebabkan karena pada rangkaian I, Amperemeter terletak

    sebelum percabangan sehingga nilai arus yang terukur sama dengan nilai arus dari

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    15/24

    sumber. Sedangkan pada rangkaian II, Amperemeter terletak setelah percabangan

    sehingga nilai arus dari sumber yang terukur pada Amperemeter sudah terbagi

    dengan nilai arus yang mengalir pada Voltmeter. Pada tabel 2.12 dan 2.14 dapat

    dilihat kesalahan pengukuran pada rangkaian I tidak berbeda jauh berbeda dengan

    kesalahan pengukuran pada rangkaian II.

    II.6.1.2 Metode Tiga Voltmeter

    Pengukuran dengan metode tiga voltmeter mengunakan acuan tegangan,

    dan beban pada rangkaian untuk mendapatkan daya.

    Berdasarkan hasil percobaan pada metode tiga Voltmeter menggunakan

    beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai berikut :

    Tabel 2.15Data Hasil Percobaan Tiga Voltmeter

    R = 10

    Beban

    (Watt)V1 V2 V3 = (

    )

    40 217 V 1,769 V 216,6 V 8,828 W

    80 217 V 3,530 V 214,6 V 52,415 W

    120 217V 5,21 V 213 V 87,357 W

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada metode tiga Voltmeter sebagai berikut :

    a.

    Beban 40 Watt

    % kesalahan = |48,88

    4 |x 100%= 77,93 %

    b.Beban 80 Watt

    % kesalahan = |8,48 |x 100%= 34,48 %

    c.

    Beban 120 Watt

    % kesalahan = |8,

    |x 100%

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    16/24

    = 27,20 %

    Tabel 2.16 Kesalahan Relatif pada Metode Tiga Voltmeter

    Beban (Watt) PPengukuran (Watt) %Kesalahan

    40 8,828 77,93 %

    80 52,415 34,48 %

    120 87,357 27,20 %

    Berdasarkan data pada tabel 2.16 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode tiga Voltmeter sebagai berikut :

    Gambar 2.10 Grafik Perbandingan Daya pada Metode Tiga Voltmeter

    Berdasarkan gambar 2.10 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

    daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan

    oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai

    tegangan menjadi tidak stabil sehingga tegangan yang terukur tidak sesuai dengan

    ketetapan tegangan normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.15, dimana nilai

    tegangan hasil pengukuran melebihi nilai ketetapan tegangan normal yakni 220

    Volt. Selain itu, kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat

    kesalahan pada alat ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    17/24

    alat ukur tersebut. Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai

    tegangan yang terukur menjadi tidak tepat.

    II.6.1.3 Metode Tiga Amperemeter

    Pengukuran dengan metode tiga amperemeter mengunakan acuan arus

    pada rangkaian, dan beban pada rangkaian untuk mendapatkan daya.

    Berdasarkan hasil percobaan pada metode tiga Amperemeter

    menggunakan beban sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai

    berikut :

    Tabel 2.17 Data Hasil Pengukuran Metode Tiga Amperetmeter

    R = 10

    Beban

    (Watt)I1 I2 I3 = (

    )

    40 0,169 A 0,046 A 0,216 A 0,08 W

    80 0,339 A 0,046 A 0,386 A 0,1598 W

    120 0,507 A 0,046 A 0,553 A 0,233 W

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada metode tiga Amperemeter sebagai berikut :

    a.Beban 40 Watt

    % kesalahan = |4,84 |x 100%= 99,8 %

    b.Beban 80 Watt

    % kesalahan = |8,988 |x 100%= 99,8 %

    c.Beban 120 Watt

    % kesalahan = |, |x 100%= 99,8 %

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    18/24

    Tabel 2.18 Kesalahan Relatif pada Metode Tiga Amperemeter

    Beban (Watt) PPengukuran(Watt) %Kesalahan

    40 0,08 99,8 %

    80 0,1598 99,8 %

    120 0,233 99,8 %

    Berdasarkan data pada tabel 2.18 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode tiga Amperemeter sebagai berikut

    :

    Gambar 2.11 Grafik Perbandingan Daya pada Metode Tiga Amperemeter

    Berdasarkan gambar 2.11 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang

    sangat besar antara daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal

    ini disebabkan oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini

    menyebabkan nilai tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak

    sesuai dengan ketetapan tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh

    terhadap nilai arus yang terukur. Selain itu, kesalahan pengukuran juga dapat

    disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat ukur yang diakibatkan oleh

    perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut. Peningkatan nilai tahanan

    dalam ini juga menyebabkan nilai arus yang terukur menjadi tidak tepat.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    19/24

    II.6.1.4 Metode Wattmeter

    Berdasarkan hasil percobaan pada metode Wattmeter menggunakan beban

    sebesar 40 watt, 80 watt, dan 120 watt didapatkan data sebagai berikut :

    Tabel 2.19 Data Hasil Pengukuran Metode Wattmeter

    Beban (Watt) Wattmeter

    40 220,9 x 0,169 = 37,3321 W

    80 220,8x 0,335 = 73,968 W

    120 220,8 x 0,514 = 113,4912 W

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada metode Wattmeter sebagai berikut :

    a.Beban 40 Watt

    % kesalahan = |437,33214 |x 100%= 6,67 %

    b.

    Beban 80 Watt

    % kesalahan = |8,9688 |x 100%= 7,54 %

    c.Beban 120 Watt

    % kesalahan = |,49 |x 100%= 5,42 %

    Tabel 2.20 Kesalahan Relatif pada Pengukuran Wattmeter

    Beban

    (Watt)

    W Pengukuran

    (Watt)

    %

    Kesalahan

    40 37,3321 6,67 %

    80 73,968 7,54 %

    120 113,4912 5,42%

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    20/24

    Berdasarkan data pada tabel 2.20 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode Wattmeter sebagai berikut :

    Gambar 2.12 Perbandingan Daya Metode Wattmeter

    Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

    daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan

    oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilaitegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan

    tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai

    daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,

    kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat

    ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.

    Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur

    menjadi tidak tepat.

    Dari tabel 2.20 dapat dilihat kesalahan relatif pada pengukuran dengan

    wattmeter sekitar 5,42% sampai 6,67%. Kesalahan ini lebih besar dibandingkan

    dengan kesalahan pada metode Volt-ampere.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    21/24

    II.6.2 Pengukuran Daya 3 Phase

    II.6.2.1 Metode Dua Wattmeter

    Berdasarkan hasil percobaan pada metode dua Wattmeter menggunakan

    beban sebesar 40 watt, 60 watt, dan 100 watt didapatkan data sebagai berikut :

    Tabel 2.21Data Hasil Pengukuran Metode Dua Wattmeter

    Beban

    (Watt)W1 W2 PTotal

    40

    222,2 x 0,166 =

    36,8852 W

    227,7 x 0,169 =

    38,4813 W W1+ W2= 75,3665 W

    60222,2 x 0,246 =

    54,6612 W

    228,1 x 0,247 =

    56,3407 WW1+ W2= 111,0019 W

    100222,4 x 0,429 =

    95,4096 W

    227,8 x 0,435 =

    99,093 WW1+ W2= 194,5026 W

    Daerah 2

    Berdasarkan persamaaan 2.7 dapat dihitung presentase kesalahan relatif

    pengukuran daya pada metode dua Wattmeter sebagai berikut :

    a.Beban 40 Watt

    % kesalahan = |8,664 |x 100%= 7,32 %

    b.

    Beban 60 Watt

    % kesalahan = |,9

    |x 100%= 7,79 %

    c.Beban 100 Watt

    % kesalahan = |94,6 |x 100%= 5,9 %

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    22/24

    Tabel 2.22 Perbandingan Presentasi Kesalahan Metode Dua Wattmeter

    Beban

    (Watt)PPengukuran(Watt) %Kesalahan Relatif

    40 75,3665 7,32 %

    60 111,0019 7,79 %

    100 194,5026 5,9 %

    Berdasarkan data pada tabel 2.22 didapatkan grafik perbandingan hasil

    pengukuran dan hasil perhitungan daya metode dua Wattmeter sebagai berikut

    Gambar 2.23 Grafik pengukuran Metode Dua Wattmeter

    Berdasarkan gambar 2.23 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara

    daya secara teori dan daya hasil pengukuran saat praktikum. Hal ini disebabkan

    oleh adanya rugi- rugi daya pada rangkaian. Rugi-rugi daya ini menyebabkan nilai

    tegangan menjadi tidak stabil sehingga nilai tegangan tidak sesuai dengan ketetapan

    tegangan normal, yakni 220 Volt dan berpengaruh terhadap nilai daya, dimana nilai

    daya merupakan hasil kali dari nilai tegangan dan arus yang terukur. Selain itu,

    kesalahan pengukuran juga dapat disebabkan karena terdapat kesalahan pada alat

    ukur yang diakibatkan oleh perubahan nilai tahanan dalam dari alat ukur tersebut.

    Peningkatan nilai tahanan dalam ini juga menyebabkan nilai besaran yang terukur

    menjadi tidak tepat.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    23/24

    Terdapat perbedaan pada hasil pengukuran Wattmeter I dan Wattmeter II,

    perbedaan ini dapat disebabkan adanya perbedaan sudut fasa pada masing - masing

    fasa sebesar 120. Dimana wattmeter I dipasang pada phase R rangkaian dan

    Wattmeter II pada phase S rangkaian. Untuk mendapatkan daya total dilakukan

    dengan penjumlahan daya pada wattmeter I dan wattmeter II.

  • 7/23/2019 Percobaan II Fix

    24/24

    II.8 Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

    adalah sebagai berikut:

    1.

    Pada pengukuran daya listrik menggunakan voltmeter, alat ukur

    dirangkai secara paralel terhadap beban.

    2. Pada pengukuran daya listrik menggunakan amperemeter, alat ukur

    dirangkai secara seri terhadap beban.

    3. Pada metode Volt-Amperemeter, nilai daya merupakan hasil kali dari

    nilai arus dan tegangan yang terukur.

    4.

    Pada metode tiga Voltmeter dan tiga Amperemeter daya yang

    diperoleh pada pengukuran ini berbanding lurus dengan beban, arus,

    dan tegangan.

    5.

    Pengukuran menggunakan metode Wattmeter menghasilkan nilai

    daya listrik yang mendekati nilai daya secara teori karena memiliki

    persentase kesalahan yang terkecil dibandingkan dengan metode

    lainnya untuk pengukuran daya satuphase.

    6.

    Pengukuran wattmeter dilakukan dengan menghubungkan Wattmeter

    secara paralel ke fasa N dan ke salah satu fasa R atau S atau T.

    7.

    Pada metode dua Wattmeter, Wattmeter I dihubungkan secara paralel

    ke fasa R dan N, serta Wattmeter kedua dihubungkan secara paralel

    ke fasa S dan N. Daya total pada pengukuran dua Wattmeter

    didapatkan dari menjumlahkan daya wattmeter I dan wattmeter II.