pkmp 2008 (aktivtas pemotongan dna)

Upload: nurul-isnaini

Post on 10-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    1/124

    Program Kreativitas Mahasiswa

    Judul Program:

    Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil Untai Ganda Getah Patah Tulang

    (Euphorbia tirucalli, L.) terhadap Plasmid pUC 19

    Bidang Kegiatan :

    PKM Penelitain

    Diusulkan oleh :

    Nurul Isnaini K 100 060 181

    Kendri Sri Yuliati K 100 060 193

    Fairus Zabadi K 100 070 134

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Surakarta

    2008

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    2/124

    1

    a. Judul ProgramAktivitas Pemotongan DNA Superkoil Untai Ganda Getah Patah Tulang

    (Euphorbia tirucalli, L.) terhadap Plasmid pUC 19

    b. Latar Belakang MasalahIndonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati

    terbesar kedua setelah Brazil. Hutan hujan tropis Indonesia memiliki

    sekitar 3000 spesies tumbuhan berbunga (Zuhud dan Haryono, 1994).

    Banyak sekali tumbuhan berkhasiat obat di sekitar masyarakat. Ada yang

    berupa bumbu dapur, tanaman hias, tanaman sayuran dan tanaman buah.

    Selain itu ada pula yang berupa tanaman liar tumbuh di sembarang tempat

    tanpa ada yang memperhatikan (Muhlisah, 2003). Keanekaragaman ini

    merupakan modal potensial untuk pengembangan obat baru.

    Dewasa ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai

    tumbuhan berkhasiat semakin berkembang. Masyarakat mulai memahami

    bahwa penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya bisa sejajar dan

    saling mengisi dengan pengobatan modern (Kusuma, 2005). Oleh karena

    itu sekarang banyak dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan alam dan

    pengembangan senyawa kimia baru yang ditelusuri dari bahan alam yang

    secara empiris digunakan oleh masyarakat dan terbukti memberi khasiat

    obat, namun belum diketahui secara pasti kandungan zat aktifnya

    (Wijayakusuma, 1993).

    Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar

    di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setiap

    tahun penyakit kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang dan dalam tahun

    2010 mendatang diperkirakan 9 juta orang meninggal akibat kanker. Di

    Indonesia setiap tahunnya terdapat 100 penderita kanker baru dari setiap

    100.000 penduduk. Penyakit kanker saat ini menduduki urutan ke-3

    penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan paru-paru (Sofyan,

    2000).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    3/124

    2

    Pengobatan terhadap kanker dapat dilakukan dengan cara

    pembedahan, kemoterapi (termasuk imunoterapi dan pemberian hormon),

    radioterapi, atau alternatif lain melalui ramuan tradisional dari tanaman

    (Sukardiman et al., 2003). Tanaman obat yang berkhasiat mengatasi

    beberapa penyakit sudah banyak dibuktikan walaupun baru pada tahap

    empiris. Agar peranan obat tradisional dapat lebih ditingkatkan perlu

    didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan

    khasiat serta keamanan suatu tumbuhan obat, sehingga keberadaannya

    dapat dikenal di kalangan medis (Wijayakusuma, et al., 1995). Obat

    tradisional dikatakan rasional, jika terbukti secara ilmiah memberikan

    manfaat klinik dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak

    menyebabkan efek samping serius dalam arti aman pada manusia

    (Dalimartha, 2000)

    Tanaman obat telah banyak digunakan untuk pengobatan

    penyakit kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Berbeda

    dengan pengobatan kanker menggunakan obat sintetik yang dapat

    diberikan sebagai obat utama atau sebagai terapi adjuvant, pengobatan

    dengan obat berasal dari tumbuhan dapat pula digunakan untuk

    pencegahan. Dalam prakteknya, pengobatan selalu menggunakan terapi

    kombinasi dari bermacam-macam tumbuhan obat dengan memperhatikan

    efek samping yang mungkin terjadi (Kurnia, 2006). Antikanker diharapkan

    dapat memiliki toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa

    merusak sel jaringan normal (Ganiswara, 2003). Suatu tanaman dapat

    dikembangkan sebagai alternatif antikanker dengan mengetahui

    keberadaanRibosom Inactivating Proteintanaman tersebut (Sismindari et

    al., 2002).

    Ribosom Inacivating Proteins (RIPs) merupakan sekelompok

    protein toksik dalam tanaman yang mempunyai aktivitas RNA N-

    glikosidase (Sismindari et al., 2002). RIP mempunyai kemampuan

    memotong DNA superkoil untai ganda, RNA N-glikosidase,

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    4/124

    3

    immunosupresive,sitotoksik, abortifacient, antiviral dan anti HIV (Stripe

    et al., 1992)

    Tanaman Euphorbia tirucalli L. telah secara empiris digunakan

    untuk gastritis, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa sakit dan

    sifilis. Sedangkan batang kayunya digunakan untuk sakit kulit kusta,

    mengeluarkan duri, pecahan kaca, tulang ikan dan benda tajam lainnya

    dari kulit tertusuk duri serta kutil (Dalimartha, 2003).

    Tanaman patah tulang getahnya mengandung sifat asam (acid

    latex), mengandung senyawa euphorbia taraksaterol, -laktucerol, euphol,

    senyawa dammar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada

    selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat pahit. Sedangkan herba patah

    tulang mengandung glikosid, sapogenin, dan asam ellaf (Dalimartha,

    2003).

    Getah patah tulang bisa digunakan sebagai obat tradisional di

    antaranya obat kulit, namun belum pernah dilakukan penelitian yang dapat

    membuktikan khasiat getah tanaman ini secara ilmiah. Menurut Morales;

    Forero; Roldan (2002) yang telah melakukan penelitian terhadap beberapa

    tanaman keluarga Euphorbiaceae, salah satu di antaranya adalah aktivitas

    antiviral daunEuphorbia tirucalli, L. terhadap virus herpes simplek type 2

    (HSV-2) dengan metode MTT dan EPTT. Dari penelitian ini diketahui

    bahwa ekstrak metanol air dari daun patah tulang dapat menghambat

    pertumbuhan virus herpes simplek type 2 (HSV-2) dengan sangat

    bermakna.

    Menurut Ernawati et al.,(2007), membuktikan bahwa getah patah

    tulang dapat memberikan aktivitas terhadap virus ND yang diinokulasikan

    pada telur ayam berembrio dengan IC50 sebesar 0,05%. Semakin besar

    konsentrasi getah patah tulang yang diinokulasikan, semakin besar titer

    virus yang disebabkan sifat getah patah tulang yang iritatif.

    Ribosom Inavtivating Proteins (RIPs) merupakan suatu protein.

    Ekstraksi terhadap protein dari tanamanEuphorbia tirucalli, L. diharapkan

    dapat meningkatkan aktivitas pemotongan DNA superkoil untai ganda.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    5/124

    4

    Hal ini dilakukan sejalan dengan pengembangan RIPs sebagai salah satu

    bahan obat yang dapat dimanfaatkan untuk antikanker. Untuk itu perlu

    dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas getah Euphorbia

    tirucalli, L. dalam memotong DNA superkoil untai ganda.

    c. Perumusan MasalahDengan dasar dan pertimbangan di atas maka dapat dirumuskan

    suatu permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah getah Euphorbia tirucalli L. mempunyai aktivitas pemotonganDNA plasmid pUC 19 dan berpotensi sebagai Ribosom Inactivating

    Protein?

    2. Berapa konsentrasi getah Euphorbia tirucalli, L. yang dapatmemberikan aktivitas pemotongan DNA terhadap plasmid pUC 19?

    d. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui aktivitas pemotongan DNA getah patah tulang (Euphorbiatirucalli L) terhadap plasmid pUC 19.

    2. Mengetahui besarnya konsentrasi minimal getah patah tulang(Euphorbia tirucalli, L.) yang dapat memberikan aktivitas pemotongan

    DNA.

    e. Luaran Yang DiharapkanLuaran yang diharapkan dengan adanya program Kreativitas

    Mahasiswa Penelitian (PKMP) adalah ditemukannya aktivitas pemotongan

    DNA oleh getah patah tulang untuk menguji adanya kandungan RIP dalam

    tanaman yang dapat berpotensi sebagai antikanker dan dapat menghasilkan

    sebuah karya/artikel paten.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    6/124

    5

    f. Kegunaan ProgramApabila terbukti bahwa getah Euphorbia tirucalli, L. mempunyai

    aktivitas pemotongan DNA terhadap Plasmid pUC 19 maka tanaman

    tersebut dapat diteliti lebih lanjut menjadi salah satu obat antikanker.

    g. Tinjauan Pustaka1. Tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli, L)

    a. Uraian TanamanPatah tulang berasal dari Afrika tropis. Di Indonesia, ditanam

    sebagai tanaman pagar, tanaman hias, di pot, tanaman obat, atau

    tumbuhan liar. Patah tulang dapat ditemukan dari dataran rendah

    sampai ketinggian 600 m di bawah permukaan laut. Tanaman ini

    menyukai tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung

    (Dalimartha, 2003).

    Perdu yang tumbuh tegak ini mempunyai tinggi 2-6 m dengan

    pangkal berkayu, bercabang banyak dan bergetah seperti susu yang

    beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris

    berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna hijau.

    Rantingnya setelah tumbuh sekitar 1 jengkal akan segera bercabang

    dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak

    seperti percabangan yang terpatah-patah daunnya jarang, terdapat

    pada ujung ranting yang masih muda kecil-kecil berbentuk ionset,

    panjang 7-25 mm, dan cepat rontok, bunga majemuk, tersusun

    seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan, keluar dari ujung

    ranting. Jika masak buahnya akan pecah dan melemparkan biji-

    bijinya (Dalimartha, 2003).

    Jika dibakar, ranting patah tulang yang telah kering dapat

    mengusir nyamuk. Getahnya untuk meracuni ikan sehingga mudah

    ditangkap. Namun, jika getah patah tulang mengenai mata, bisa

    menyebabkan buta. Di Jawa, tanaman ini jarang berbunga.

    Perbanyakan dilakukan dengan stek batang (Dalimartha, 2003).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    7/124

    6

    Patah tulang dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga

    kelembaban tanahnya dan dipupuk dengan pupuk dasar (Hariana A.

    2007)

    b. Sistematika dan Klasifikasi TanamanEuphorbia tirucalli, L.

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermayophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Class : Magnoliopsida

    Subclass : Rosidae

    Ordo : Euphorbiales

    Family : Euphorbiaceae

    Genus : Euphorbia

    Species :Euphorbia tirucalli, L.

    c. Kandungan KimiaTanaman Euphorbia tirucalli L. getahnya mengandung sifat

    asam (acid latex), mengandung senyawa euphorbia taraksaterol, -

    laktucerol, euphol, senyawa dammar yang menyebabkan rasa tajam

    ataupun kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat

    pahit. Herba patah tulang mengandung glikosid, sapogenin, dan asam

    ellaf (Dalimartha, 2003).

    Patah tulang mempunyai rasa tawar, tetapi semakin lama

    menimbulkan rasa tebal di lidah, berbau lemah, dan getahnya

    beracun. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam getah patah

    tulang diantaranya senyawa euphorbone, taraksasterol, -laktucerol,

    euphol, senyawa dammar. Hingga saat ini efek farmakologis patah

    tulang belum banyak diketahui (Hariana, 2007).

    d. Nama Daerah, Nama Asing, Nama SimplisiaTanaman patah tulang di Indonesia memiliki beberapa nama

    daerah seperti patah tulang (Sumatra); susuru (Sunda); kayu urip,

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    8/124

    7

    pancing tawa, tikel balung (Jawa), kayu potong (Jawa Timur)

    (Hariana, 2007). Kayu jaliso, kayu leso, kayu longtolangan, kayu

    tabar (Madura); Lu san hu (Cina); milk bush, finger tree, fotbad plant

    tirucalli (Inggris). Nama simplisia Tirucalli Herba (Dalimartha,

    2003).

    e. Manfaat TanamanTanaman patah tulang secara tradisional digunakan sebagai

    obat. Bagian akar dan ranting digunakan untuk pengobatan

    gastritis/nyeri lambung, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa

    sakit, nyeri saraf, wasir dan siphilis (Dalimartha, 2003).

    Bagian batang kayu digunakan untuk sakit kulit, kusta (Marbus

    Hansen) dan kaki dan tangan baal. Herbanya dapat digunakan untuk

    mengobati bisul, kurap, terkilir, tulang patah, rematik, tahi lalat

    membesar dan gatal, cacar ular (Herpes zoster), borok/ulkus karena

    frambusia, sakit gigi, radang telinga, dan tertusuk duri atau tulang

    ikan, atau dapat juga dicampur dengan susu untuk mengobati

    penyakit kulit, seperti gatal-gatal, kurap, tumor, kutil dan hafalan

    (alavus) (Dalimartha, 2003). Gilingan halus kulit luar dahan patah

    tulang, hasil gilingan ditempelkan pada kulit di atas tulang yang

    patah dapat mengobati tulang patah (Hariana, 2007).

    2.Ribosom Inactivating Protein(RIP)a. Definisi

    Ribosom inactivating Protein (RIP), merupakan sekelompok

    protein toksik dalam tanaman yang mempunyai aktivitas RNA N-

    glikosidase yang mampu menghambat sintesis protein pada mamalia

    (Sismindari, 2004). Aktivitas RNA N-glikosidase yang dapat

    mendepurinasi rRNA mamalia dan 28S ribosom bakteri. Sisi

    depurinasi terletak pada A4324 dalam mamalia dan 28S ribosom

    RNA eukariot atau A2660 dalam 26S rRNA prokariot sehingga

    menyebabkan ketidakmampuan untuk mengikat faktor elongasi

    2(EF2), akibatnya sel tidak dapat melaksanakan perpanjangan asam

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    9/124

    8

    amino pada sintesis protein (Barbieri et al., 1993 cit Sulistyani,

    2003).

    b. Distribusi RIPs pada tanamanRIPs dapat dibagi dalam dua grup yaitu RIPs tipe I (Holo RIPs)

    dan RIPs tipe II (Chimero RIPs). Secara luas RIP terdistribusi pada

    tanaman tingkat tinggi (Ling et al., 1994) dan kebanyakan spesies

    yang mengandung RIPs dari klas Angiospermae, baik monokotil

    maupun dikotil. RIPs dapat dijumpai di berbagai organ dan jaringan

    tumbuhan meliputi biji, buah segar, akar, daun, getah, dan batang

    (Hartley et al., 1994). Banyak tanaman lain yang menunjukkan

    aktivitas menyerupai RIPs hanya saja belum terkarakterisasi

    sempurna. RIPs dengan struktur yang mirip dan fungsi yang sama

    dapat ditemukan dalam tanaman yang secara taksonomi tidak

    membuat ini, meskipun hanya beberapa bagian dari tanaman yang

    digunakan memiliki hubungan kekerabatan (Stripe et al., 1992).

    Daftar RIPs tipe II tertera secara historis beberapa protein ini

    sudah dikenal sebelum diketemukannya. RIPs tipe I, ricin dan abrin

    dikenal pada akhir abad ini, meskipun hanya beberapa bagian dari

    tanaman yang digunakan untuk pemurnian (Stripe et al., 1992).

    c. Aktivitas enzimatikEndonuklease dan co-workers menunjukkan bahwa RIPs

    merupakan suatu enzim. Di mana ricin mengenali daerah 28s dari

    rRNA membentuk ikatan N-C glikosidik spesifik antara adenin dan

    nukleotida. RNA setelah adenin dipindahkan, sisi adenin menjadi

    tidak stabil karena reaksi eliminasi setelah digabung dengan asam

    anilin. Pemindahan 1 basa adenin mengakibatkan subunit 60s dari

    ribosom eukariot tidak mampu berikatan dengan faktor elongasi 2

    (EF2) sebagai konsekuensinya sintesis protein terhenti (Stripe et al.,

    1992).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    10/124

    9

    d. Aktivitas BiologiAda beberapa aktivitas biologi yang dimiliki oleh RIPs seperti

    sitotoksisitas pada mamalia, immunosuppresive, abortifacient,

    antiviral, antifungi, antimikroba, pemotongan DNA superkoil untai

    ganada serta menghambat replikasi HIV.

    1) Aktivitas sitotoksitas pada sel mamaliaEfek secara langsung RIPs tipe I dan II terhadap fungsi dan

    struktur sel adalah merusak ribosom secara irreversible lebih

    tepat lagi subunit 28s ribosom gagal mengikat faktor elongasi 2,

    akibat sintesis protein menjadi terhambat pada sel mamalia RIPs

    tipe II mempunyai aktivitas yang lebih tinggi daripada RIPs tipe I

    dalam menghambat sintesin protein. Tetapi toksisitas tinggi bila

    dikonjugasi pada suatu pembawa sehingga membantu masuknya

    rantai A ke dalam sel, rantai A bersifat katalitik. Pembawanya

    dapat berupa antibody monoclonal, lektin, hormon atau dengan

    menaikkan permiabilitas membran sel sehingga rantai A mudah

    masuk ke dalam sel.

    Ketoksikan RIPs tipe I lebih rendah daripada RIPs tipe II

    karena tidak mempunyai subunit disebabkan konsekuensinya

    kemampuan penghalang dan masuk ke dalam sel lebih rendah.

    Rantai lektin pada RIPs tipe II dapatmengikat gula dengan

    konformasi D-galaktose dan pada ujung resptor galaktosil yang

    terdapat pada kebanyakan sel mamlia sehingga sel teraglutinasi

    secara in vitro dan toksin dapat memasuki sel tetapi juga

    menfasilitasi masuknya rantai A dengan mekanisme yang belum

    diketahui terjadi pemasukan melalui perantara resptor endositosis

    sehingga RIPs mampu mencapai golgi apparatus dimana ikatan

    disulfida di antara kedua sisinya dapat diputus oleh disulfida

    oksidoreduktase.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    11/124

    10

    2) Aktivitas immunosupressiveAktivitas RIPs sebagai immunosupressive ditunjukkan bila

    RIPs tersebut dikonjugasikan ke molekul sebagai carrier yang

    dapat membawa ke populasi sel target spesifik. Antibodi

    monoklonal merupakan pilihan terbaik sebagai carrier untuk

    membawa konjugat (immunotoksin), tatapi hormon faktor

    pertumbuhan dan lektin dapat juga digunakan sebagai carrier.

    Ligan toksin dan imunotoksin telah banyak digunakan

    untuk memindahkan secara selektif fibroblast yang

    terkontaminasi dari kultur sel darah pankreas. Imunotoksin telah

    digunakan untuk membasahi sel T secara ex vivo dari tulang

    belakang sebelum dilakukan transplantasi prophylaxis dari graft

    mico host disease secara in vivo. Penggunaan imunotoksin

    memberi harapan terbesar terhadap hasil perawatan pada

    pengcangkokan tumor. Imunotoksin telah sukses digunakan

    untuk mengobati resisten steroid graft, melawan host penyakit

    dengan suatu imunotoksin yang anti T limphosit. Aplikasi lain

    dari imunotoksin meliputi perawatan autoimmune, penyakit

    thyreopathy, myasthenia gravis dan membunuh parasit.

    Imunotoksin dapat ditambahkan secara tidak langsung

    dengan menggunakan antibiotik melawan sel antigen senjutnya

    ditambahkan ke dalam preparasi imunotoksin dengan antibodi

    melawan imunoglobulin G. Mekanisme lain dari perjalanan

    toksin ke sel target spesifik menggunakan campuran antibodi

    atau fragmen F (antibodi) yang salah satu sisinya berikatan

    dengan sel target dan lainnya dengan toksin. Selain ricin

    beberapa RIPs tipe I lain yang digunakan sebagai imunotoksin

    diantaranya gelonin, PAP, saponin, momordin, bryodin, dan

    barley (Stripe et al., 1992).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    12/124

    11

    3) AktivitasAbortifacientTelah ditemukan dalam suatu protein yaitu trikosantin

    protein ini memicu aborsi pada mencit, kelinci, dan kera tetapi

    tidak pada tikus. Diduga mekanisme abortifacient sebagai

    berikut:

    a) Menyebabkan nekrosis selektif pada bagian nLi plasenta,b) Terjadi formasi pembekuan pada sirkulasi lokal yang

    menginuksi infra pada daerah yang luas,

    c) Perubahan yang disertai perusakan aktivitas fungsionaldengan penurunan drastis kadar HCG dan hormon steroid

    perubahan metabolisme serta meningkatkan sintesis

    prostaglandin yang kemudian menginduksi terjadinya aborsi

    (Barbieri et al., 1993).

    e. Aktivitas antiviralSemua RIPs tipe I telah terbukti beraktivitas sebaga antivirus

    kecuali RIPs tipe II (Kumar dkk, 1993) pada beberapa RIPs yang

    telah diketemukan diantaranya diketahui mempunyai aktivitas

    antiviral baik pada virus tanaman maupun hewan, antara lain PAP

    (Pokeweed Antiviral Protein) dan diantaranya merupakan suatu RIPs

    yang mampu menghambat infeksi Tobacco Mozaic Viruspada daun

    Nucotiana tobacum (Stripe et al, 1981 cit Barbieri et al, 1993).

    Mekanisme antivirus berdasarkan pada

    1) RIPs masuk lewat sitosol masuk lewat sitosol sel yang terinfeksikarena lebih permiabel kemudian menghancurkan mesin sintesis

    protein sehingga virus tak bisa bereplikasi dan sel yang terinfeksi

    saling berdekatan

    2) RIPs bertindak secara tidak langsung melalui pengaktivan sistempertahanan tanaman (Willey et al, 2001)

    f. Aktivitas pemotongan DNA superkoil untai ganda secara in vivoBeberapa RIPs seperti Ricini (mengandung rantai A) seperti

    ditemukan pada : Luffin, cinnamomi dan champhoril yang mampu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    13/124

    12

    mengekpresikan aktivitas enzim untuk memotong DNA superkoil

    untai ganda dan khususnya sarcin yaitu suatu RIPs dengan aktivitas

    ribonuklease, RIPs dapat memotong DNA superkoil untai ganda

    menjadi nick circular pada kadar tinggi, tetapi hal itu tidak berefek

    pada DNA linier walaupun RIPs tipe II utuh tidak mengekpresikan

    aktivitas RNA N-glikosidase tapi terbukti dapat memotong DNA

    superkoil (Ling et al, 1994)

    Rantai A cinnamomi dilaporkan dapat membelah DNA

    superkoil untai ganda ke linier (Ling et al, 1994) pemecahan molekul

    dari DNA superkoil ke linier dengan deadenilasi rantai A cinnamomi

    terjadi secara spontan pada ikatan fosfodiester setelah pemindahan

    adenin sebagai bagian aktif dari RNA N-Glikosidase kerusakan di

    dalam DNA superkoil terletak pada daerah yang kaya akan pasangan

    basa AT yang mengarah pada aksi rantai A cinnamomi ikatan

    fosfodiester pada daerah superkoil akan menjadi rapuh dan mudah

    rusak karena tarikan dari dalam DNA superkoil. Pemecahan satu sisi

    purin dalam satu untai dari deadenilasi DNA superkoil akan

    menghasilkan bentuk nick dan linier (Ling,1995) menyatakan bahwa

    aktivitas dari RIPs ini seperti enzim endonuklease pada 3D sebelah

    deoksinukleotida meninggalkan sisi 5fosfat akhir dari DNA

    superkoil.

    3. PlasmidPlasmid adalah molekul untai ganda ekstra kromosomal dengan

    ukuran bervariasi antara 1 kb sampai lebih dari 200 kb ditemukan pada

    berbagai spesies bakteri yang dipakai sebagai unit gen untuk melakukan

    replikasi (Sambrook et al., 1989). Plasmid membawa tipe gen yang

    sangat bervariasi fungsi seperti resisten terhadap antibodi, resisten

    terhadap logam berat, sensitif terhadap mutagen, sensitif atau resisten

    terhadap bakteriophage kemampuan untuk membentuk membentuk

    hubungan simbiosis dan transfer DNA antar kingdom (Feinbaum, 1998)

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    14/124

    13

    Berdasarkan atas sifat umum yang yang dikode oleh gen dalam

    plasmid dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis utama:

    a. F membawa gen fertilitas dan tidak memiliki sifat lain kecualikemampuan untuk melakukan transfer plasmid dengan cara

    konjugasi

    b. R membawa gen yang menyebabkan resisten bakteri tuan rumahterhadap satu atau lebih gen antibiotik seperti ampisilin

    c. Plasmid kolisigenik dapat mengkode kolisin suatu protein yang dapatmembunuh bakteri lain

    d. Plasmid degradatif memungkinkan bakteri untuk mengadakanmetabolisme molekul yang tidak biasa

    e. Plasmid virulensi dapat menyebabkan patogenesis pada bakteri tuanrumah (Brown, 1991)

    Semua plasmid memiliki paling sedikit satu urutan

    rangkaian DNA yang dapat bertindak sebagai asal replika sehingga

    plasmid itu mampu memperbanyak diri dalam sel tanpa tergantung pada

    kromosom bakteri. Plasmid mempunyai gen yang mengkode enzim yang

    spesifik untuk replikasi plasmid itu sendiri, tetapi juga menggunakan

    enzim replikasi dari sel host (Brown, 1991)

    Sedikitnya ada tiga keuntungan dengan memanfaatkan plasmid

    a. Mudah ditangani karena tahan terhadap kerusakanb. Bersifat multiple copy di dalam sel inangnya sehingga lebih efektif

    digunakan untuk kloning DNA

    c. Jarang memiliki sisi perpotongan dari enzim endonuklease yangsama sehingga temapt penyisipan gen menjadi spesifik (Mulando,

    2002). Jumlah kopi plasmid yaitu jumlah molekul plasmid dalam

    tiap sel bakteri dibawah kondisi pertumbuhan, dibagi menjadi 2

    yakni: plasmid high copy dengan jumlah kopi lebih besar dari 20

    kopi per sel bakteri dan number low copy number dengan jumlah

    kopi lebih kecil dari 20 kopi per sel (Feinbaum, 1998).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    15/124

    14

    4.Escherichia coliEscherichia coli merupakan gram negatif, fakultatif aerob,

    tumbuh baik pada media sederhana, berbentuk batang pendek, kadang

    berderet seperti rantai biasanya hidup di dalam saluran usus manusia,

    hewan sebagai flora normal dan intertin. Escherichia coli dapat

    melakukan fermentasi laktosa dan glukosa, serta menghasilkan gas

    (Endang, 2003). JenisE. coliDH5 mempunyai aktivitas serupa dengan

    JM 103 dan JM 109 yakni -galaktosidase -complementation, yaitu bila

    ditumbuhkan dalam medium yang berisi IPTG dan X-GAL jenis ini

    mempunyai kemampuan recA1, yakni kemampuan penggabungan ulang

    rekombinan, menyusun kembali struktur koloni DNA denagn cara

    memasukkan atau menyisipkan (Davis et a.l, 1994).

    h. Metode Penelitian1.Definisi Operasional Penelitian

    Variabel bebas : konsentrasi getah daun patah tulang

    Variabel tergantung : aktivitas pemotongan terhadap DNA superkoil

    dari getah patah tulang

    2.Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan :

    a. Bahan utama : getah segar dari tanamanEuphorbia tirucalli, L.b. Bahan pelarut untuk getah : aquadestc. Daun pukul empat (Mirabillis jalapaL) jenis bunga warna merahd. E. colligalur DH 5e. Medium Luria Bertani (LB) (Sambrook et al., 1989)

    1) LB cair terdiri dari tripton 1% (b/v), ekstrak yeast 0,5 % (b/v),NaCl 1% (b/v), aquabides sampai volume yang dikehendaki,

    ampicilin 50 g/ml.

    2) Medium LB padat dapat dibuat dengan penambahan agar oxoid1,5% (b/v)pada LB cair.

    f. DNA plasmid pUC 19

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    16/124

    15

    g. Bahan isolasi pUC 19 antara lain (Sambrook et al., 1989)1) Larutan lisis I : glukosa 50 mM, Tris Cl 25 mM pH 8,0 dan etilen

    diamin tetraasetat 10 mM pH 8,0, aquadest

    2) Larutan lisis II : NaOH 0,2 N dan Na dodesil sulfat 1% pH 7,03) Larutan lisis III : kalium asetat 5 mM pH 4,8 60 ml, asam asetat

    1,5 ml, aquabidest

    4) Larutan TE pH 7,4; tris klorida 10 mM pH 7,4 dan etilendiamintetraasetat 1 mM

    5) Larutan pengekstraksi : fenol, kloroform, 0,01 mM triskloridapH 7,5

    6) Larutan pengendap dan pencuci : Na asetat, etanol 96%, etanol70 %

    h. Larutan CaCl 0,1 Mi. Bahan elektroforesis gel agarose antara lain (Sambrook et al.,1989)

    1) Agarose 0,8% (b/v)2) Dapar TBE (1X) : tris borat 0,889 mM dan etilen diamin

    tetraasetat (EDTA) 0,2 mM pH 8,0

    3) Larutan pewarna : etidium bromide 0,25 g/ml4) Dapar pemuat (loading buffer), silen sianol 0,25%, biru brom

    fenol 0,25%, dan gliserol 30%

    j. Dapar untuk ekstraksi protein : dapar natrium fosfat 5 mM pH 7,2(NaH2PO4 dan Na2HPO4) yang mengandung NaCl 0,14 M

    k. Dapar untuk uji aktivitas pemotongan DNA superkoil, dapar TMN :tris Cl 50 mM pH 8,0, MgCl2 10 mM dan NaCl 100 mM.

    Alat-alat yang digunakan :

    Alat-alat gelas, autoklaf (Hiclave H-25), penangas air, sentrifus,

    bejana elektroforesis, alat elektroforesis, lampu UV (UV

    transiluminator), timbangan analitik, pH meter, vortex, spektrofotometer,

    kuvet, mikropipet, tip kuning, tip biru, tip putih, eppendorf, tabung

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    17/124

    16

    conical, pembakar bunsen, ose, lemari pendingin, incubator orbital

    shaker, foto digital.

    3.Rencana Penelitiana. Determinasi tanaman

    Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan keadaan

    morfologi tanaman berdasarkan kunci-kunci determinasi

    menggunakan literatur untuk memastikan identitas tanaman dan

    menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman.

    b. Sterilisasi alatAlat-alat yang akan dipergunakan terlebih dahulu dicuci

    dengan sabun sampai bersih kemudian dikeringkan menggunakan

    serbet bersih. Setelah kering, disterilkan dengan autoklaf selama 20

    menit pada 121C.

    c. Preparasi Getah Patah TulangGetah patah tulang langsung ditampung dan dibuat seri

    konsentrasi. Dibuat beberapa seri konsentrasi yaitu 0.5%; 0,25%;

    0,125%; 0,625%; 0,3125%, dengan melarutkan getah dalam

    aquadest.

    d. Pembuatan Media Luria BertaniMedia Luria Bertani (LB) ditimbang dan dilarutkan dalam

    aquadest dengan bantuan pemanasan. Media LB padat dibuat dengan

    penambahan agar Oxoid 1,5%, kedua bahan disterilkan dalam

    autoklaf pada suhu 121 C selama 20 menit. Antibiotik ampisillin

    ditambahkan terakhir secara aseptik dengan konsentrasi akhir

    100g/ml.

    e. Pengukuran kadar protein ekstrak gubal dengan metodespektrofotometri UV

    Kadar protein dalam sampel ekstrak gubal diukur serapannya

    dalam dapar Na fosfat 5 mM dengan spektrofotometer UV pada

    280 nm dan 260 nm, menggunakan blangko dapar natrium fosfat 5

    mM. Kadar protein dihitung dengan rumus :

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    18/124

    17

    Kadar protein (mg/ml) = A280x faktor koreksi x faktor pengenceran

    (Layne, 1957)

    f. Preparasi DNA pUC 191) Pembuatan sel kompetanE. coli

    Suspensi E.coli DH 5 sebanyak 100 l ditumbuhkan

    dalam 5 ml medium LB cair. Kemudian diinkubasi dalam

    incubatororbital shaker24 jam pada suhu 37C. Selanjutnya 1

    ml kultur tersebut disubkulturkan kembali dalam 50 ml medium

    LB cair dan dinkubasi pada suhu 37C selama 3-4 jam, yaitu saat

    mencapai pertengahan fase eksponensial (kepadatan 5 x 106 2 x

    107 sel/ml LOD600= 0,6). Kultur yang didapat disentrifus dengan

    kecepatan 4000 ribu rpm pada suhu 4C selama 5 menit, lalu

    supernatan dibuang, pellet disuspensikan dalam 0,1 M CaCl2

    yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,2 x volume kultur

    awal. Kemudian diletakkan di atas es selama 5 menit dan segera

    disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang

    dengan hati-hati. Pellet yang diperoleh dicuci dengan 0,1 M

    CaCl2yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,04 x volume

    kultur awal dan didiamkan dalam es selama 30 menit (Sambrook

    et al.,1989).

    2) Transformasi DNA plasmid pUC 19 padaE. coliDH5.Suspensi E. coli kompeten sebanyak 200l dimasukkan

    dalam tabung ependorf steril. Selanjutnya diletakkan dalam es

    selama 5 menit, lalu ditambahkan DNA plasmid pUC 19

    (sejumlah 50 ng dalam volume 10l) pada masing-masing

    tabung. Kemudian dicampur isinya dengan menggoyang tabung

    secara perlahan-lahan. Selanjutnya didiamkan dalam es selama

    30 menit. Setelah itu dilakukan kejutan panas (heat shock)pada

    suhu 42C selama 90 detik, tabung tidak digoyang dan segera

    dimasukkan kembali ke dalam es selama 1-2 menit, kemudian

    ditambahkan 800l medium LB cair. Lalu dicampur perlahan-

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    19/124

    18

    lahan dengan membolak-balik tabung 5-10 kali dan diinkubasi

    pada 37C selama 45 menit. Suspensi sebanyak 100l ditebarkan

    pada medium LB padat yang mengandung antibiotik ampisilin.

    Cairan diratakan agar memenuhi seluruh permukaan media,

    kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam (Sambrook

    et al., 1989).

    3) Isolasi DNA plasmid pUC 19.Koloni E. coli yang mengandung plasmid pUC 19

    ditumbuhkan dalam 50ml medium LB cair-ampisilin pada suhu

    37C 24 jam dalam incubator orbital shaker. Kultur tersebut

    dituang ke dalam ependorf steril lalu disentrifuse dengan

    kecepatan 12.000 rpm pada suhu 37C selama 10 menit,

    kemudian supernatan dibuang. Pelet disuspensikan dalam 100l

    buffer lisis I dingin divortek dan dibiarkan di dalam es selama 5

    menit. Selanjutnya ditambahkan 200l larutan lisis II dan

    dicampur dengan membolak-balikkan tabung 5 kali, lalu

    dibiarkan dalam es selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan

    150l larutan netralisasi (lisis III), divortek dan dibiarkan dalam

    es selama 5 menit. Suspensi disentrifugasi 12.000rpm selama 10

    menit. Supernatan diambil dengan mikropipet, dipindahkan

    dalam tabung ependorf baru yang steril, selanjutnya supernatan

    diekstraksi dengan fenol kloroform sama banyak, divortek dan

    disentrifugasi 12.000rpm selama 10 menit. Fase paling atas

    dipisahkan dalam tabung ependorf baru dan steril kamudian

    ditambahkan natrium asetat 3M sepersepuluh kali volume dan

    alkohol absolut dua kali volume, selanjutnya disimpan pada suhu

    -20C selama 1 jam. Tahapan dilanjutkan dengan sentrifugasi

    pada kecepetan 12.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang

    diperoleh dibuang kemudian dicuci dengan 1 ml etanol 70% dan

    disentrifugasi 12.000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang

    diperoleh dibuang, pelet dikeringkan pada 37C, kemudian

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    20/124

    19

    dilarutkan dalam 20l buffer TE 1 kali dan disimpan pada suhu

    4C semalam (Sambrook et al.,1989).

    g. Uji aktivitas pemotongan DNA superkoil oleh ekstrak gubal.Tiga mikroliter DNA plasmid pUC 19 dicampur dengan 1l

    buffer TMN dan diinkubasi dengan ekstrak gubal daun bunga pukul

    empat dan getah patah tulang dalam satu seri kadar protein yang

    meningkat hingga volume akhir 10l. Kemudian diinkubasi pada

    temperatur kamar (30C) selama 1 jam. Pada akhir reaksi

    ditambahkan 2l buffer pemuat, kemudian dielektroforesis pada gel

    agarosa yang sudah mengandung pewarna etidium bromid,

    menggunakan buffer TBE. Elektroforesis dilakukan pada 50 volt

    hingga kurang lebih tiga perempat panjang gel. Identifikasi

    dilakukan dengan sinar ultraviolet.

    Jalannya Penelitian

    Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian

    Pengumpulan getah

    patah tulang

    Determinasi tanaman

    Dibuat seri

    konsentrasi

    DNA plasmid pUC 19

    TransfomasiE.coli

    DH 5

    Isolasi DNA pIC 19

    Uji aktivitas pemotongan

    DNA

    Elektroforesis DNA

    Pengamatan UV

    Analisis hasil

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    21/124

    20

    i. Teknis AnalisisData-data yang diperoleh dari hasil uji aktiivitas ekstrak getah

    dianalisis secara kualititatif yakni:

    Aktivitas pemotongan DNA superkoil ditentukan dengan mengamati 3

    kriteria yakni: penipisan DNA superkoil, penebalan DNA nick sirkuler,

    dan pembentukan DNA linier pada pita DNA hasil elektroforesis di bawah

    lampu UV. Uji dikatakan positif apabila pada hasil digesti ekstrak terjadi

    pola penipisan DNA superkoil dan penebalan nick sirkuler pada kadar

    rendah, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan muncul pita DNA

    linier yang makin menebal.

    j. Jadwal KegiatanBulan ke

    Kegiatan1 2 3 4 5 6

    1. Persiapan

    2.Pelaksanaana. Determinasi tanaman

    b.Penyiapan alat dan bahanc. Preparasi getahd.Transformasi DNAe. Isolasi DNAf. Uji Aktivitas Pemotongan

    DNA

    3. Analisis data

    4. Penyusunan Laporan

    k. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok1. Ketua Pelaksana Kegiatan

    Nama Lengkap : Nurul Isnaini

    NIM : K 100 060 181

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 6 jam/minggu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    22/124

    21

    2. Anggota PelaksanaNama Lengkap : Kendri Sri Yuliati

    NIM : K 100 060 193

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 4 jam/minggu

    Nama Lengkap : Fairus Zabadi

    NIM : K 100 070 134

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 4 jam/minggu

    l. Nama dan Biodata Dosen Pendamping1. Nama lengkap dan gelar : Peni Indrayudha, S.F., Apt

    2. Golongan Pangkat dan NIP : Penata Muda / IIIa, 132313376

    3. Jabatan Fungsional : Lektor

    4. Jabatan Struktural : -

    5. Fakultas / Program Studi : Farmasi / Farmasi

    6. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    7. Bidang Keahlian : Bioteknologi Farmasi

    8. Waktu untuk Kegitan PKM : 4 jam/minggu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    23/124

    22

    m. Biaya1. Bahan Untuk Preparasi GetahEuphorbia tirucalli, L.

    No Jenis Bahan Banyak HargaSatuan

    Jumlah

    1 TanamanEuphorbia tirucalli 1 35.000 35.000

    2 Determinasi Tanaman 50.000 50.000

    3 Aqudest 10 L 2.500 25.000

    4 Blue Tips 150 500 75.000

    5 Yellow Tips 150 500 75.000

    6 Speader Glass 1 15.000 15.000

    7 Aluminium Foil 1 15.000 15.000

    Total 290.000

    2. Bahan Untuk Medium Luria BertaniNo Jenis Bahan Banyak Harga Satuan Jumlah

    1 Tripton 1% 1 75.000 75.000

    2 Ekstrak Yeast 0,5% 1 75.000 75.000

    3 NaCl 1% 100 1800 180.000

    4 Ampicilin 1 100.000 100.000

    5 Aqubides 1L 100 100.000

    6 Agar oxoid 1,5% 1 50.000 50.000

    7 Cawan Petri 10 20.000 200.000

    Total 780.000

    3. Bahan untuk Transformasi dan IsolasiNo Jenis Bahan Banyak Harga Satuan Jumlah

    1. BakteriE. coli 1 150.000 150.0002. Plasmid pUC 19 50 5.000 250.000

    3. Tris Cl 25 mM pH 8,0 100 2.000 200.000

    4 Larutan NaOH 100 500 50.000

    5 Na dodesil sulfat pH 7,0 100 1.500 150.000

    6 Kalium asetat 5 mM pH 4,8 100 2.000 200.000

    27 Asam asetat 100 1.000 100.000

    8 Larutan TE pH 7,4 100 2.500 250.000

    9 EDTA 1mM 200 600 120.00010 Na asetat 100 2.600 260.000

    11 Etanol 96 % 1 L 40.000 40.000

    12 Etanol 70% 1 L 35.000 35.000

    13 Larutan CaCl2 0,2 M 100 1.000 100.000

    14 Agarose gel 100 1.200 120.000

    15 Gloves 1 pak 40.000 40.000

    16 Masker 5 3.000 15.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    24/124

    23

    17 Dapar TBE 100 2.000 200.000

    18 Etidium bromide 100 1.300 130.000

    19 Tabung Reaksi 15 5.000 75.000

    20 Cawan Petri 15 20.000 300.00021 Ependorf 1 pak 175.000 175.000

    22 Erlenmeyer 10 20.000 200.000

    Total 3.220.000

    4. Biaya Untuk Uji Pemotongan DNANo Jenis Bahan Banyak Harga

    Satuan

    Jumlah

    1. Tris Cl 50 mM 100 1.800 180.0002. MgCl2 10 mM 100 2.000 200.0003.

    NaCl 100mM 100 1.800 180.0004. Loading Buffer 1 80.000 80.000

    Total 640.000

    5. Biaya Penunjang PenelitianNo Jenis Bahan Biaya

    1. Biaya Sewa Laboratorium UMS 300.000

    2. Pencarian Data 50.000

    Total 350.000

    6.

    Biaya Pembutan LaporanNo Jenis Bahan Jumlah

    Satuan

    Harga

    Satuan

    Jumlah

    1 Penggandaan 6 10.000 60.000

    2 Fotocopy 6 7.500 45.000

    3 Penjilidan Soft Cover 6 5.000 30.000

    4 Kertas HVS 1 rim 35.000 35.000

    5 Catride Refill 1 150.000 150.000

    6 CD Blank 1 5.000 5.000

    7 Flash Disk 1 Gb 1 90.000 90.000

    8 Dokumentasi Hasil 5 56.000 280.000

    9 Rental Pangetikan 10 2.500 / jam 25.000Total 720.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    25/124

    24

    Rekapitulasi Rincian Biaya

    1 Bahan Untuk Preparasi GetahEuphorbia tirucalli, L. Rp. 290.0002 Bahan Untuk Medium Luria Bertani Rp. 780.0003 Bahan untuk Transformasi dan Isolasi Rp. 3.220.0004 Biaya Untuk Uji Pemotongan DNA Rp. 640.0005 Biaya Penunjang Penelitian Rp. 350.0006 Biaya Pembutan Laporan Rp. 720.000

    Total Rp. 6.000.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    26/124

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    Barbieri, L., Batteli, M. G., Stripe, F., 1993, Ribosom-inactivating Protein fromPlants, BiochemBiophy Acta,1154, 681-694.

    Brown, T. A., 2003, Pengantar Kloning Gen, diterjemahkan oleh Prasena, 11-15,

    Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

    Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3. Puspa Swara,

    Jakarta, Hal. 89-92.

    Davis, L. G., Kuehl, W. M., and Battey, J. F., Basic Methods in Molecular

    Biology,Second edition, Applenton and Lange Norwalk, Connecticut.

    Feinbaum, R., 1998, Current Protocols in Molecular Biology, John Wiley andSons inc, 1.5.1-1.5.17, cit: Dewi Ngolady, 2000, Identifikasi Ribosome

    Inactivating Protein dari Ekstrak Gubal Daun Cangkringan (Erythrina

    fusca Lour), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    Ganiswara, 2003,Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 636-701, Bagian Farmakologi

    Fakultas Kedokteran, Jakarta.

    Hartley, M. R., Chaddoch, A., Bonness, M., S., 1996, The Structure and Function

    of Ribosome Inactivating Protein, Trends Plant SCL, Vol.1, No.8, 254-

    260.

    Kurnia, A., Pertamawati., Rifatul W., Hendig, W., 2005, Efek Penghambat

    Pertumbuhan Cell-line Secara In-Vitro dari Ekstrak Etanol Buah

    Mahkota Dewa(Phaleria macrocarpa Scheff.).,Artocarpus, Vol 5 (2),

    89.

    Kusuma, Fauzi, R., Zaky, M., 2005, Tanaman Liar Berkhasiat Obat, Hal. 6,

    Andromedia Pustaka, Jakarta.

    Ling, J., Liu, W., Wang, T. P., 1994, Cleavage of Supercoil Double Stranded

    DNA by Several RIPs in vitro,Febs Letters, Vol. 345, 143-146.

    Mulando, 2002, Seputar TeknologiRekayasa Genetika, Pustaka Wira Usaha

    Mandiri, Jakarta.

    Sambrook, Fritish, E. F., Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning : a laboratory

    Manual, Edisi 1, Hal 1.1.2-1.1.3, Cold Spring Harber Laboratory

    Press, USA.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    27/124

    26

    Sismindari, Sudjadi, Sulistyani, N., 2002, Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil

    oleh Fraksi Protein Daun Morinda citrifolia, Majalah Farmasi

    Indonesia, 13 (4), 174-179.

    Stripe, F., Bateli, M. G., Soria, M., Lappi, D. A., 1992, Ribosom-Inactivating

    Proteins from Plants Present Status and Future Prospect, Bio

    Technology,Vol 10.

    Sukardiman, Puspitasari, H.p., Widyawaryanti., 2003, Uji Aktivitas Ekstrak

    Metanol Herba Ageratum congzides L pada Kultur Sel Myeloma

    Mencit,Majalah Farmasi Airlangga, Vol.3, 93.

    Sulistyani, N., 2003, Perbandingan Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil antara

    Ekstrak Gubal Umbi dan Daun Bawang Putih (Allium sativum L),

    Pharmacon,4 (1), 1-5.

    Wijayakusma, H. M.,1993, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cetakan

    Pertama, Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta.

    Zuhud, E. A dan Haryanto, 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman

    Tanaman Obat Hutan Tropika, Jurusan Konversi Sumber Daya Hutan

    Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia,

    Bogor, Hal. 229-230.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    28/124

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    29/124

    28

    n. LampiranDaftar Riwayat Hidup

    1.Nama : Nurul Isnaini2. Tempat / tgl lahir : Pekalongan, 9 Maret 19883. Jenis Kelamin : Perempuan4. Pekerjaan : Mahasiswi5. Alamat Rumah : Jl. KH.Samanhudi No.60 RT:03/06 Kelurahan

    Pasirsari Pekalongan

    6.No. HP : 085647185178

    7. Riwayat Pendidikan 1992 - 1993 : TK Masyithoh IX Kergon Pekalongan 1993 1994 : SDN Sapuro IV Pekalongan 1994 1999 : SDN Tirto 0I Pekalongan 1999 2002 : SMPN 2 Pekalongan 2002 2005 : SMUN 3 Pekalongan 2006 Sekarang : Pend. S1 Fakultas Farmasi UMS

    8. Riwayat Organisasi 2002 2003 : Pramuka Jabatan : Anggota 2003 2004 : Pramuka Jabatan : Bendahara Bantara 2006 2007 : LPM Natural Jabatan : Anggota Bidang Redaksi 2007 2008 : LPM Natural Jabatan : Sekretaris Umum 2006 Sekarang : RMC Jabatan : Anggota Bidang PPSDM

    9. Mottto Hidup : Jangan pernah menyerah untuk meraih mimpidan jalani hidup ini untuk meraih ridho Illahi

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    30/124

    29

    Daftar Riwayat Hidup

    1. Nama : Kendri Sri Yuliati2. Tempat / tgl lahir : Wonosobo, 20 Juli 19883. Jenis Kelamin : Perempuan4. Pekerjaan : Mahasiswi5. Alamat Rumah : Karasan Jetis Rt:2 RW:6 Juwiring Klaten6. No. HP : 085647105720

    7. Riwayat Pendidikan 1992 - 1994 : TK Pertiwi Kenaiban 1994 1997 : SDN Jetis I Juwiring 1997 2000 : SDN (UNGGULAN) Tanjung II Juwiring 2000 2003 : SMPN 19 Surakarta 2003 - 2006 : SMAN 4 Surakarta 2006 Sekarang : Pend. S1 Fakultas Farmasi UMS

    8. Riwayat Organisasi 2002 2003 : PMR Jabatan : Anggota 2003 2004 : PMR Jabatan : Sie Logistik 2006 Sekarang : RMC Jabatan : Anggota Bidang PPSDM

    9. Mottto Hidup : Jadikan hidup sebagai hal yang terindah

    Daftar Riwayat Hidup

    1. Nama : Fairus Zabadi2. Tempat / tgl lahir : Pasuruan, 2 Juli 19883. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Pekerjaan : Mahasiswa5. Alamat Rumah : Pegalangan No 35, Maron Probolinggo6. No. HP : 0852369833827. Riwayat Pendidikan

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    31/124

    30

    1995 2000 : MI Raudlatul Ulum 2000 2003 : SMPN 1 Gending 2003 2007 : SMF Jember 2007 Sekarang : Pend. S1 Fakultas Farmasi UMS

    8. Riwayat Organisasi 2005 : Pramuka Jabatan : Anggota 2007 sekarang : SPC Jabatan : Anggota 2007 sekarang : RMC Jabatan : Anggota

    9. Mottto Hidup: Berlarilah untuk mengejar mimpi

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    32/124

    Program Kreativitas Mahasiswa

    Judul Program:

    Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil Untai Ganda Getah Patah Tulang

    (Euphorbia tirucalli, L.) terhadap Plasmid pUC 19

    Bidang Kegiatan :

    PKM Penelitain

    Diusulkan oleh :

    Nurul Isnaini K 100 060 181

    Kendri Sri Yuliati K 100 060 193

    Fairus Zabadi K 100 070 134

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Surakarta

    2008

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    33/124

    1

    a. Judul ProgramAktivitas Pemotongan DNA Superkoil Untai Ganda Getah Patah Tulang

    (Euphorbia tirucalli, L.) terhadap Plasmid pUC 19

    b. Latar Belakang MasalahIndonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati

    terbesar kedua setelah Brazil. Hutan hujan tropis Indonesia memiliki

    sekitar 3000 spesies tumbuhan berbunga (Zuhud dan Haryono, 1994).

    Banyak sekali tumbuhan berkhasiat obat di sekitar masyarakat. Ada yang

    berupa bumbu dapur, tanaman hias, tanaman sayuran dan tanaman buah.

    Selain itu ada pula yang berupa tanaman liar tumbuh di sembarang tempat

    tanpa ada yang memperhatikan (Muhlisah, 2003). Keanekaragaman ini

    merupakan modal potensial untuk pengembangan obat baru.

    Dewasa ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai

    tumbuhan berkhasiat semakin berkembang. Masyarakat mulai memahami

    bahwa penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya bisa sejajar dan

    saling mengisi dengan pengobatan modern (Kusuma, 2005). Oleh karena

    itu sekarang banyak dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan alam dan

    pengembangan senyawa kimia baru yang ditelusuri dari bahan alam yang

    secara empiris digunakan oleh masyarakat dan terbukti memberi khasiat

    obat, namun belum diketahui secara pasti kandungan zat aktifnya

    (Wijayakusuma, 1993).

    Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar

    di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setiap

    tahun penyakit kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang dan dalam tahun

    2010 mendatang diperkirakan 9 juta orang meninggal akibat kanker. Di

    Indonesia setiap tahunnya terdapat 100 penderita kanker baru dari setiap

    100.000 penduduk. Penyakit kanker saat ini menduduki urutan ke-3

    penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan paru-paru (Sofyan,

    2000).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    34/124

    2

    Pengobatan terhadap kanker dapat dilakukan dengan cara

    pembedahan, kemoterapi (termasuk imunoterapi dan pemberian hormon),

    radioterapi, atau alternatif lain melalui ramuan tradisional dari tanaman

    (Sukardiman et al., 2003). Tanaman obat yang berkhasiat mengatasi

    beberapa penyakit sudah banyak dibuktikan walaupun baru pada tahap

    empiris. Agar peranan obat tradisional dapat lebih ditingkatkan perlu

    didorong upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan

    khasiat serta keamanan suatu tumbuhan obat, sehingga keberadaannya

    dapat dikenal di kalangan medis (Wijayakusuma, et al., 1995). Obat

    tradisional dikatakan rasional, jika terbukti secara ilmiah memberikan

    manfaat klinik dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak

    menyebabkan efek samping serius dalam arti aman pada manusia

    (Dalimartha, 2000)

    Tanaman obat telah banyak digunakan untuk pengobatan

    penyakit kanker, baik sebagai pencegahan maupun pengobatan. Berbeda

    dengan pengobatan kanker menggunakan obat sintetik yang dapat

    diberikan sebagai obat utama atau sebagai terapi adjuvant, pengobatan

    dengan obat berasal dari tumbuhan dapat pula digunakan untuk

    pencegahan. Dalam prakteknya, pengobatan selalu menggunakan terapi

    kombinasi dari bermacam-macam tumbuhan obat dengan memperhatikan

    efek samping yang mungkin terjadi (Kurnia, 2006). Antikanker diharapkan

    dapat memiliki toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa

    merusak sel jaringan normal (Ganiswara, 2003). Suatu tanaman dapat

    dikembangkan sebagai alternatif antikanker dengan mengetahui

    keberadaanRibosom Inactivating Proteintanaman tersebut (Sismindari et

    al., 2002).

    Ribosom Inacivating Proteins (RIPs) merupakan sekelompok

    protein toksik dalam tanaman yang mempunyai aktivitas RNA N-

    glikosidase (Sismindari et al., 2002). RIP mempunyai kemampuan

    memotong DNA superkoil untai ganda, RNA N-glikosidase,

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    35/124

    3

    immunosupresive,sitotoksik, abortifacient, antiviral dan anti HIV (Stripe

    et al., 1992)

    Tanaman Euphorbia tirucalli L. telah secara empiris digunakan

    untuk gastritis, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa sakit dan

    sifilis. Sedangkan batang kayunya digunakan untuk sakit kulit kusta,

    mengeluarkan duri, pecahan kaca, tulang ikan dan benda tajam lainnya

    dari kulit tertusuk duri serta kutil (Dalimartha, 2003).

    Tanaman patah tulang getahnya mengandung sifat asam (acid

    latex), mengandung senyawa euphorbia taraksaterol, -laktucerol, euphol,

    senyawa dammar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada

    selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat pahit. Sedangkan herba patah

    tulang mengandung glikosid, sapogenin, dan asam ellaf (Dalimartha,

    2003).

    Getah patah tulang bisa digunakan sebagai obat tradisional di

    antaranya obat kulit, namun belum pernah dilakukan penelitian yang dapat

    membuktikan khasiat getah tanaman ini secara ilmiah. Menurut Morales;

    Forero; Roldan (2002) yang telah melakukan penelitian terhadap beberapa

    tanaman keluarga Euphorbiaceae, salah satu di antaranya adalah aktivitas

    antiviral daunEuphorbia tirucalli, L. terhadap virus herpes simplek type 2

    (HSV-2) dengan metode MTT dan EPTT. Dari penelitian ini diketahui

    bahwa ekstrak metanol air dari daun patah tulang dapat menghambat

    pertumbuhan virus herpes simplek type 2 (HSV-2) dengan sangat

    bermakna.

    Menurut Ernawati et al.,(2007), membuktikan bahwa getah patah

    tulang dapat memberikan aktivitas terhadap virus ND yang diinokulasikan

    pada telur ayam berembrio dengan IC50 sebesar 0,05%. Semakin besar

    konsentrasi getah patah tulang yang diinokulasikan, semakin besar titer

    virus yang disebabkan sifat getah patah tulang yang iritatif.

    Ribosom Inavtivating Proteins (RIPs) merupakan suatu protein.

    Ekstraksi terhadap protein dari tanamanEuphorbia tirucalli, L. diharapkan

    dapat meningkatkan aktivitas pemotongan DNA superkoil untai ganda.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    36/124

    4

    Hal ini dilakukan sejalan dengan pengembangan RIPs sebagai salah satu

    bahan obat yang dapat dimanfaatkan untuk antikanker. Untuk itu perlu

    dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas getah Euphorbia

    tirucalli, L. dalam memotong DNA superkoil untai ganda.

    c. Perumusan MasalahDengan dasar dan pertimbangan di atas maka dapat dirumuskan

    suatu permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah getah Euphorbia tirucalli L. mempunyai aktivitas pemotonganDNA plasmid pUC 19 dan berpotensi sebagai Ribosom Inactivating

    Protein?

    2. Berapa konsentrasi getah Euphorbia tirucalli, L. yang dapatmemberikan aktivitas pemotongan DNA terhadap plasmid pUC 19?

    d. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui aktivitas pemotongan DNA getah patah tulang (Euphorbiatirucalli L) terhadap plasmid pUC 19.

    2. Mengetahui besarnya konsentrasi minimal getah patah tulang(Euphorbia tirucalli, L.) yang dapat memberikan aktivitas pemotongan

    DNA.

    e. Luaran Yang DiharapkanLuaran yang diharapkan dengan adanya program Kreativitas

    Mahasiswa Penelitian (PKMP) adalah ditemukannya aktivitas pemotongan

    DNA oleh getah patah tulang untuk menguji adanya kandungan RIP dalam

    tanaman yang dapat berpotensi sebagai antikanker dan dapat menghasilkan

    sebuah karya/artikel paten.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    37/124

    5

    f. Kegunaan ProgramApabila terbukti bahwa getah Euphorbia tirucalli, L. mempunyai

    aktivitas pemotongan DNA terhadap Plasmid pUC 19 maka tanaman

    tersebut dapat diteliti lebih lanjut menjadi salah satu obat antikanker.

    g. Tinjauan Pustaka1. Tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli, L)

    a. Uraian TanamanPatah tulang berasal dari Afrika tropis. Di Indonesia, ditanam

    sebagai tanaman pagar, tanaman hias, di pot, tanaman obat, atau

    tumbuhan liar. Patah tulang dapat ditemukan dari dataran rendah

    sampai ketinggian 600 m di bawah permukaan laut. Tanaman ini

    menyukai tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung

    (Dalimartha, 2003).

    Perdu yang tumbuh tegak ini mempunyai tinggi 2-6 m dengan

    pangkal berkayu, bercabang banyak dan bergetah seperti susu yang

    beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris

    berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna hijau.

    Rantingnya setelah tumbuh sekitar 1 jengkal akan segera bercabang

    dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak

    seperti percabangan yang terpatah-patah daunnya jarang, terdapat

    pada ujung ranting yang masih muda kecil-kecil berbentuk ionset,

    panjang 7-25 mm, dan cepat rontok, bunga majemuk, tersusun

    seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan, keluar dari ujung

    ranting. Jika masak buahnya akan pecah dan melemparkan biji-

    bijinya (Dalimartha, 2003).

    Jika dibakar, ranting patah tulang yang telah kering dapat

    mengusir nyamuk. Getahnya untuk meracuni ikan sehingga mudah

    ditangkap. Namun, jika getah patah tulang mengenai mata, bisa

    menyebabkan buta. Di Jawa, tanaman ini jarang berbunga.

    Perbanyakan dilakukan dengan stek batang (Dalimartha, 2003).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    38/124

    6

    Patah tulang dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga

    kelembaban tanahnya dan dipupuk dengan pupuk dasar (Hariana A.

    2007)

    b. Sistematika dan Klasifikasi TanamanEuphorbia tirucalli, L.

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermayophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Class : Magnoliopsida

    Subclass : Rosidae

    Ordo : Euphorbiales

    Family : Euphorbiaceae

    Genus : Euphorbia

    Species :Euphorbia tirucalli, L.

    c. Kandungan KimiaTanaman Euphorbia tirucalli L. getahnya mengandung sifat

    asam (acid latex), mengandung senyawa euphorbia taraksaterol, -

    laktucerol, euphol, senyawa dammar yang menyebabkan rasa tajam

    ataupun kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat

    pahit. Herba patah tulang mengandung glikosid, sapogenin, dan asam

    ellaf (Dalimartha, 2003).

    Patah tulang mempunyai rasa tawar, tetapi semakin lama

    menimbulkan rasa tebal di lidah, berbau lemah, dan getahnya

    beracun. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam getah patah

    tulang diantaranya senyawa euphorbone, taraksasterol, -laktucerol,

    euphol, senyawa dammar. Hingga saat ini efek farmakologis patah

    tulang belum banyak diketahui (Hariana, 2007).

    d. Nama Daerah, Nama Asing, Nama SimplisiaTanaman patah tulang di Indonesia memiliki beberapa nama

    daerah seperti patah tulang (Sumatra); susuru (Sunda); kayu urip,

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    39/124

    7

    pancing tawa, tikel balung (Jawa), kayu potong (Jawa Timur)

    (Hariana, 2007). Kayu jaliso, kayu leso, kayu longtolangan, kayu

    tabar (Madura); Lu san hu (Cina); milk bush, finger tree, fotbad plant

    tirucalli (Inggris). Nama simplisia Tirucalli Herba (Dalimartha,

    2003).

    e. Manfaat TanamanTanaman patah tulang secara tradisional digunakan sebagai

    obat. Bagian akar dan ranting digunakan untuk pengobatan

    gastritis/nyeri lambung, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa

    sakit, nyeri saraf, wasir dan siphilis (Dalimartha, 2003).

    Bagian batang kayu digunakan untuk sakit kulit, kusta (Marbus

    Hansen) dan kaki dan tangan baal. Herbanya dapat digunakan untuk

    mengobati bisul, kurap, terkilir, tulang patah, rematik, tahi lalat

    membesar dan gatal, cacar ular (Herpes zoster), borok/ulkus karena

    frambusia, sakit gigi, radang telinga, dan tertusuk duri atau tulang

    ikan, atau dapat juga dicampur dengan susu untuk mengobati

    penyakit kulit, seperti gatal-gatal, kurap, tumor, kutil dan hafalan

    (alavus) (Dalimartha, 2003). Gilingan halus kulit luar dahan patah

    tulang, hasil gilingan ditempelkan pada kulit di atas tulang yang

    patah dapat mengobati tulang patah (Hariana, 2007).

    2.Ribosom Inactivating Protein(RIP)a. Definisi

    Ribosom inactivating Protein (RIP), merupakan sekelompok

    protein toksik dalam tanaman yang mempunyai aktivitas RNA N-

    glikosidase yang mampu menghambat sintesis protein pada mamalia

    (Sismindari, 2004). Aktivitas RNA N-glikosidase yang dapat

    mendepurinasi rRNA mamalia dan 28S ribosom bakteri. Sisi

    depurinasi terletak pada A4324 dalam mamalia dan 28S ribosom

    RNA eukariot atau A2660 dalam 26S rRNA prokariot sehingga

    menyebabkan ketidakmampuan untuk mengikat faktor elongasi

    2(EF2), akibatnya sel tidak dapat melaksanakan perpanjangan asam

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    40/124

    8

    amino pada sintesis protein (Barbieri et al., 1993 cit Sulistyani,

    2003).

    b. Distribusi RIPs pada tanamanRIPs dapat dibagi dalam dua grup yaitu RIPs tipe I (Holo RIPs)

    dan RIPs tipe II (Chimero RIPs). Secara luas RIP terdistribusi pada

    tanaman tingkat tinggi (Ling et al., 1994) dan kebanyakan spesies

    yang mengandung RIPs dari klas Angiospermae, baik monokotil

    maupun dikotil. RIPs dapat dijumpai di berbagai organ dan jaringan

    tumbuhan meliputi biji, buah segar, akar, daun, getah, dan batang

    (Hartley et al., 1994). Banyak tanaman lain yang menunjukkan

    aktivitas menyerupai RIPs hanya saja belum terkarakterisasi

    sempurna. RIPs dengan struktur yang mirip dan fungsi yang sama

    dapat ditemukan dalam tanaman yang secara taksonomi tidak

    membuat ini, meskipun hanya beberapa bagian dari tanaman yang

    digunakan memiliki hubungan kekerabatan (Stripe et al., 1992).

    Daftar RIPs tipe II tertera secara historis beberapa protein ini

    sudah dikenal sebelum diketemukannya. RIPs tipe I, ricin dan abrin

    dikenal pada akhir abad ini, meskipun hanya beberapa bagian dari

    tanaman yang digunakan untuk pemurnian (Stripe et al., 1992).

    c. Aktivitas enzimatikEndonuklease dan co-workers menunjukkan bahwa RIPs

    merupakan suatu enzim. Di mana ricin mengenali daerah 28s dari

    rRNA membentuk ikatan N-C glikosidik spesifik antara adenin dan

    nukleotida. RNA setelah adenin dipindahkan, sisi adenin menjadi

    tidak stabil karena reaksi eliminasi setelah digabung dengan asam

    anilin. Pemindahan 1 basa adenin mengakibatkan subunit 60s dari

    ribosom eukariot tidak mampu berikatan dengan faktor elongasi 2

    (EF2) sebagai konsekuensinya sintesis protein terhenti (Stripe et al.,

    1992).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    41/124

    9

    d. Aktivitas BiologiAda beberapa aktivitas biologi yang dimiliki oleh RIPs seperti

    sitotoksisitas pada mamalia, immunosuppresive, abortifacient,

    antiviral, antifungi, antimikroba, pemotongan DNA superkoil untai

    ganada serta menghambat replikasi HIV.

    1) Aktivitas sitotoksitas pada sel mamaliaEfek secara langsung RIPs tipe I dan II terhadap fungsi dan

    struktur sel adalah merusak ribosom secara irreversible lebih

    tepat lagi subunit 28s ribosom gagal mengikat faktor elongasi 2,

    akibat sintesis protein menjadi terhambat pada sel mamalia RIPs

    tipe II mempunyai aktivitas yang lebih tinggi daripada RIPs tipe I

    dalam menghambat sintesin protein. Tetapi toksisitas tinggi bila

    dikonjugasi pada suatu pembawa sehingga membantu masuknya

    rantai A ke dalam sel, rantai A bersifat katalitik. Pembawanya

    dapat berupa antibody monoclonal, lektin, hormon atau dengan

    menaikkan permiabilitas membran sel sehingga rantai A mudah

    masuk ke dalam sel.

    Ketoksikan RIPs tipe I lebih rendah daripada RIPs tipe II

    karena tidak mempunyai subunit disebabkan konsekuensinya

    kemampuan penghalang dan masuk ke dalam sel lebih rendah.

    Rantai lektin pada RIPs tipe II dapatmengikat gula dengan

    konformasi D-galaktose dan pada ujung resptor galaktosil yang

    terdapat pada kebanyakan sel mamlia sehingga sel teraglutinasi

    secara in vitro dan toksin dapat memasuki sel tetapi juga

    menfasilitasi masuknya rantai A dengan mekanisme yang belum

    diketahui terjadi pemasukan melalui perantara resptor endositosis

    sehingga RIPs mampu mencapai golgi apparatus dimana ikatan

    disulfida di antara kedua sisinya dapat diputus oleh disulfida

    oksidoreduktase.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    42/124

    10

    2) Aktivitas immunosupressiveAktivitas RIPs sebagai immunosupressive ditunjukkan bila

    RIPs tersebut dikonjugasikan ke molekul sebagai carrier yang

    dapat membawa ke populasi sel target spesifik. Antibodi

    monoklonal merupakan pilihan terbaik sebagai carrier untuk

    membawa konjugat (immunotoksin), tatapi hormon faktor

    pertumbuhan dan lektin dapat juga digunakan sebagai carrier.

    Ligan toksin dan imunotoksin telah banyak digunakan

    untuk memindahkan secara selektif fibroblast yang

    terkontaminasi dari kultur sel darah pankreas. Imunotoksin telah

    digunakan untuk membasahi sel T secara ex vivo dari tulang

    belakang sebelum dilakukan transplantasi prophylaxis dari graft

    mico host disease secara in vivo. Penggunaan imunotoksin

    memberi harapan terbesar terhadap hasil perawatan pada

    pengcangkokan tumor. Imunotoksin telah sukses digunakan

    untuk mengobati resisten steroid graft, melawan host penyakit

    dengan suatu imunotoksin yang anti T limphosit. Aplikasi lain

    dari imunotoksin meliputi perawatan autoimmune, penyakit

    thyreopathy, myasthenia gravis dan membunuh parasit.

    Imunotoksin dapat ditambahkan secara tidak langsung

    dengan menggunakan antibiotik melawan sel antigen senjutnya

    ditambahkan ke dalam preparasi imunotoksin dengan antibodi

    melawan imunoglobulin G. Mekanisme lain dari perjalanan

    toksin ke sel target spesifik menggunakan campuran antibodi

    atau fragmen F (antibodi) yang salah satu sisinya berikatan

    dengan sel target dan lainnya dengan toksin. Selain ricin

    beberapa RIPs tipe I lain yang digunakan sebagai imunotoksin

    diantaranya gelonin, PAP, saponin, momordin, bryodin, dan

    barley (Stripe et al., 1992).

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    43/124

    11

    3) AktivitasAbortifacientTelah ditemukan dalam suatu protein yaitu trikosantin

    protein ini memicu aborsi pada mencit, kelinci, dan kera tetapi

    tidak pada tikus. Diduga mekanisme abortifacient sebagai

    berikut:

    a) Menyebabkan nekrosis selektif pada bagian nLi plasenta,b) Terjadi formasi pembekuan pada sirkulasi lokal yang

    menginuksi infra pada daerah yang luas,

    c) Perubahan yang disertai perusakan aktivitas fungsionaldengan penurunan drastis kadar HCG dan hormon steroid

    perubahan metabolisme serta meningkatkan sintesis

    prostaglandin yang kemudian menginduksi terjadinya aborsi

    (Barbieri et al., 1993).

    e. Aktivitas antiviralSemua RIPs tipe I telah terbukti beraktivitas sebaga antivirus

    kecuali RIPs tipe II (Kumar dkk, 1993) pada beberapa RIPs yang

    telah diketemukan diantaranya diketahui mempunyai aktivitas

    antiviral baik pada virus tanaman maupun hewan, antara lain PAP

    (Pokeweed Antiviral Protein) dan diantaranya merupakan suatu RIPs

    yang mampu menghambat infeksi Tobacco Mozaic Viruspada daun

    Nucotiana tobacum (Stripe et al, 1981 cit Barbieri et al, 1993).

    Mekanisme antivirus berdasarkan pada

    1) RIPs masuk lewat sitosol masuk lewat sitosol sel yang terinfeksikarena lebih permiabel kemudian menghancurkan mesin sintesis

    protein sehingga virus tak bisa bereplikasi dan sel yang terinfeksi

    saling berdekatan

    2) RIPs bertindak secara tidak langsung melalui pengaktivan sistempertahanan tanaman (Willey et al, 2001)

    f. Aktivitas pemotongan DNA superkoil untai ganda secara in vivoBeberapa RIPs seperti Ricini (mengandung rantai A) seperti

    ditemukan pada : Luffin, cinnamomi dan champhoril yang mampu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    44/124

    12

    mengekpresikan aktivitas enzim untuk memotong DNA superkoil

    untai ganda dan khususnya sarcin yaitu suatu RIPs dengan aktivitas

    ribonuklease, RIPs dapat memotong DNA superkoil untai ganda

    menjadi nick circular pada kadar tinggi, tetapi hal itu tidak berefek

    pada DNA linier walaupun RIPs tipe II utuh tidak mengekpresikan

    aktivitas RNA N-glikosidase tapi terbukti dapat memotong DNA

    superkoil (Ling et al, 1994)

    Rantai A cinnamomi dilaporkan dapat membelah DNA

    superkoil untai ganda ke linier (Ling et al, 1994) pemecahan molekul

    dari DNA superkoil ke linier dengan deadenilasi rantai A cinnamomi

    terjadi secara spontan pada ikatan fosfodiester setelah pemindahan

    adenin sebagai bagian aktif dari RNA N-Glikosidase kerusakan di

    dalam DNA superkoil terletak pada daerah yang kaya akan pasangan

    basa AT yang mengarah pada aksi rantai A cinnamomi ikatan

    fosfodiester pada daerah superkoil akan menjadi rapuh dan mudah

    rusak karena tarikan dari dalam DNA superkoil. Pemecahan satu sisi

    purin dalam satu untai dari deadenilasi DNA superkoil akan

    menghasilkan bentuk nick dan linier (Ling,1995) menyatakan bahwa

    aktivitas dari RIPs ini seperti enzim endonuklease pada 3D sebelah

    deoksinukleotida meninggalkan sisi 5fosfat akhir dari DNA

    superkoil.

    3. PlasmidPlasmid adalah molekul untai ganda ekstra kromosomal dengan

    ukuran bervariasi antara 1 kb sampai lebih dari 200 kb ditemukan pada

    berbagai spesies bakteri yang dipakai sebagai unit gen untuk melakukan

    replikasi (Sambrook et al., 1989). Plasmid membawa tipe gen yang

    sangat bervariasi fungsi seperti resisten terhadap antibodi, resisten

    terhadap logam berat, sensitif terhadap mutagen, sensitif atau resisten

    terhadap bakteriophage kemampuan untuk membentuk membentuk

    hubungan simbiosis dan transfer DNA antar kingdom (Feinbaum, 1998)

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    45/124

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    46/124

    14

    4.Escherichia coliEscherichia coli merupakan gram negatif, fakultatif aerob,

    tumbuh baik pada media sederhana, berbentuk batang pendek, kadang

    berderet seperti rantai biasanya hidup di dalam saluran usus manusia,

    hewan sebagai flora normal dan intertin. Escherichia coli dapat

    melakukan fermentasi laktosa dan glukosa, serta menghasilkan gas

    (Endang, 2003). JenisE. coliDH5 mempunyai aktivitas serupa dengan

    JM 103 dan JM 109 yakni -galaktosidase -complementation, yaitu bila

    ditumbuhkan dalam medium yang berisi IPTG dan X-GAL jenis ini

    mempunyai kemampuan recA1, yakni kemampuan penggabungan ulang

    rekombinan, menyusun kembali struktur koloni DNA denagn cara

    memasukkan atau menyisipkan (Davis et a.l, 1994).

    h. Metode Penelitian1.Definisi Operasional Penelitian

    Variabel bebas : konsentrasi getah daun patah tulang

    Variabel tergantung : aktivitas pemotongan terhadap DNA superkoil

    dari getah patah tulang

    2.Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan :

    a. Bahan utama : getah segar dari tanamanEuphorbia tirucalli, L.b. Bahan pelarut untuk getah : aquadestc. Daun pukul empat (Mirabillis jalapaL) jenis bunga warna merahd. E. colligalur DH 5e. Medium Luria Bertani (LB) (Sambrook et al., 1989)

    1) LB cair terdiri dari tripton 1% (b/v), ekstrak yeast 0,5 % (b/v),NaCl 1% (b/v), aquabides sampai volume yang dikehendaki,

    ampicilin 50 g/ml.

    2) Medium LB padat dapat dibuat dengan penambahan agar oxoid1,5% (b/v)pada LB cair.

    f. DNA plasmid pUC 19

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    47/124

    15

    g. Bahan isolasi pUC 19 antara lain (Sambrook et al., 1989)1) Larutan lisis I : glukosa 50 mM, Tris Cl 25 mM pH 8,0 dan etilen

    diamin tetraasetat 10 mM pH 8,0, aquadest

    2) Larutan lisis II : NaOH 0,2 N dan Na dodesil sulfat 1% pH 7,03) Larutan lisis III : kalium asetat 5 mM pH 4,8 60 ml, asam asetat

    1,5 ml, aquabidest

    4) Larutan TE pH 7,4; tris klorida 10 mM pH 7,4 dan etilendiamintetraasetat 1 mM

    5) Larutan pengekstraksi : fenol, kloroform, 0,01 mM triskloridapH 7,5

    6) Larutan pengendap dan pencuci : Na asetat, etanol 96%, etanol70 %

    h. Larutan CaCl 0,1 Mi. Bahan elektroforesis gel agarose antara lain (Sambrook et al.,1989)

    1) Agarose 0,8% (b/v)2) Dapar TBE (1X) : tris borat 0,889 mM dan etilen diamin

    tetraasetat (EDTA) 0,2 mM pH 8,0

    3) Larutan pewarna : etidium bromide 0,25 g/ml4) Dapar pemuat (loading buffer), silen sianol 0,25%, biru brom

    fenol 0,25%, dan gliserol 30%

    j. Dapar untuk ekstraksi protein : dapar natrium fosfat 5 mM pH 7,2(NaH2PO4 dan Na2HPO4) yang mengandung NaCl 0,14 M

    k. Dapar untuk uji aktivitas pemotongan DNA superkoil, dapar TMN :tris Cl 50 mM pH 8,0, MgCl2 10 mM dan NaCl 100 mM.

    Alat-alat yang digunakan :

    Alat-alat gelas, autoklaf (Hiclave H-25), penangas air, sentrifus,

    bejana elektroforesis, alat elektroforesis, lampu UV (UV

    transiluminator), timbangan analitik, pH meter, vortex, spektrofotometer,

    kuvet, mikropipet, tip kuning, tip biru, tip putih, eppendorf, tabung

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    48/124

    16

    conical, pembakar bunsen, ose, lemari pendingin, incubator orbital

    shaker, foto digital.

    3.Rencana Penelitiana. Determinasi tanaman

    Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan keadaan

    morfologi tanaman berdasarkan kunci-kunci determinasi

    menggunakan literatur untuk memastikan identitas tanaman dan

    menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman.

    b. Sterilisasi alatAlat-alat yang akan dipergunakan terlebih dahulu dicuci

    dengan sabun sampai bersih kemudian dikeringkan menggunakan

    serbet bersih. Setelah kering, disterilkan dengan autoklaf selama 20

    menit pada 121C.

    c. Preparasi Getah Patah TulangGetah patah tulang langsung ditampung dan dibuat seri

    konsentrasi. Dibuat beberapa seri konsentrasi yaitu 0.5%; 0,25%;

    0,125%; 0,625%; 0,3125%, dengan melarutkan getah dalam

    aquadest.

    d. Pembuatan Media Luria BertaniMedia Luria Bertani (LB) ditimbang dan dilarutkan dalam

    aquadest dengan bantuan pemanasan. Media LB padat dibuat dengan

    penambahan agar Oxoid 1,5%, kedua bahan disterilkan dalam

    autoklaf pada suhu 121 C selama 20 menit. Antibiotik ampisillin

    ditambahkan terakhir secara aseptik dengan konsentrasi akhir

    100g/ml.

    e. Pengukuran kadar protein ekstrak gubal dengan metodespektrofotometri UV

    Kadar protein dalam sampel ekstrak gubal diukur serapannya

    dalam dapar Na fosfat 5 mM dengan spektrofotometer UV pada

    280 nm dan 260 nm, menggunakan blangko dapar natrium fosfat 5

    mM. Kadar protein dihitung dengan rumus :

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    49/124

    17

    Kadar protein (mg/ml) = A280x faktor koreksi x faktor pengenceran

    (Layne, 1957)

    f. Preparasi DNA pUC 191) Pembuatan sel kompetanE. coli

    Suspensi E.coli DH 5 sebanyak 100 l ditumbuhkan

    dalam 5 ml medium LB cair. Kemudian diinkubasi dalam

    incubatororbital shaker24 jam pada suhu 37C. Selanjutnya 1

    ml kultur tersebut disubkulturkan kembali dalam 50 ml medium

    LB cair dan dinkubasi pada suhu 37C selama 3-4 jam, yaitu saat

    mencapai pertengahan fase eksponensial (kepadatan 5 x 106 2 x

    107 sel/ml LOD600= 0,6). Kultur yang didapat disentrifus dengan

    kecepatan 4000 ribu rpm pada suhu 4C selama 5 menit, lalu

    supernatan dibuang, pellet disuspensikan dalam 0,1 M CaCl2

    yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,2 x volume kultur

    awal. Kemudian diletakkan di atas es selama 5 menit dan segera

    disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang

    dengan hati-hati. Pellet yang diperoleh dicuci dengan 0,1 M

    CaCl2yang telah didinginkan dalam es sebanyak 0,04 x volume

    kultur awal dan didiamkan dalam es selama 30 menit (Sambrook

    et al.,1989).

    2) Transformasi DNA plasmid pUC 19 padaE. coliDH5.Suspensi E. coli kompeten sebanyak 200l dimasukkan

    dalam tabung ependorf steril. Selanjutnya diletakkan dalam es

    selama 5 menit, lalu ditambahkan DNA plasmid pUC 19

    (sejumlah 50 ng dalam volume 10l) pada masing-masing

    tabung. Kemudian dicampur isinya dengan menggoyang tabung

    secara perlahan-lahan. Selanjutnya didiamkan dalam es selama

    30 menit. Setelah itu dilakukan kejutan panas (heat shock)pada

    suhu 42C selama 90 detik, tabung tidak digoyang dan segera

    dimasukkan kembali ke dalam es selama 1-2 menit, kemudian

    ditambahkan 800l medium LB cair. Lalu dicampur perlahan-

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    50/124

    18

    lahan dengan membolak-balik tabung 5-10 kali dan diinkubasi

    pada 37C selama 45 menit. Suspensi sebanyak 100l ditebarkan

    pada medium LB padat yang mengandung antibiotik ampisilin.

    Cairan diratakan agar memenuhi seluruh permukaan media,

    kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam (Sambrook

    et al., 1989).

    3) Isolasi DNA plasmid pUC 19.Koloni E. coli yang mengandung plasmid pUC 19

    ditumbuhkan dalam 50ml medium LB cair-ampisilin pada suhu

    37C 24 jam dalam incubator orbital shaker. Kultur tersebut

    dituang ke dalam ependorf steril lalu disentrifuse dengan

    kecepatan 12.000 rpm pada suhu 37C selama 10 menit,

    kemudian supernatan dibuang. Pelet disuspensikan dalam 100l

    buffer lisis I dingin divortek dan dibiarkan di dalam es selama 5

    menit. Selanjutnya ditambahkan 200l larutan lisis II dan

    dicampur dengan membolak-balikkan tabung 5 kali, lalu

    dibiarkan dalam es selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan

    150l larutan netralisasi (lisis III), divortek dan dibiarkan dalam

    es selama 5 menit. Suspensi disentrifugasi 12.000rpm selama 10

    menit. Supernatan diambil dengan mikropipet, dipindahkan

    dalam tabung ependorf baru yang steril, selanjutnya supernatan

    diekstraksi dengan fenol kloroform sama banyak, divortek dan

    disentrifugasi 12.000rpm selama 10 menit. Fase paling atas

    dipisahkan dalam tabung ependorf baru dan steril kamudian

    ditambahkan natrium asetat 3M sepersepuluh kali volume dan

    alkohol absolut dua kali volume, selanjutnya disimpan pada suhu

    -20C selama 1 jam. Tahapan dilanjutkan dengan sentrifugasi

    pada kecepetan 12.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang

    diperoleh dibuang kemudian dicuci dengan 1 ml etanol 70% dan

    disentrifugasi 12.000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang

    diperoleh dibuang, pelet dikeringkan pada 37C, kemudian

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    51/124

    19

    dilarutkan dalam 20l buffer TE 1 kali dan disimpan pada suhu

    4C semalam (Sambrook et al.,1989).

    g. Uji aktivitas pemotongan DNA superkoil oleh ekstrak gubal.Tiga mikroliter DNA plasmid pUC 19 dicampur dengan 1l

    buffer TMN dan diinkubasi dengan ekstrak gubal daun bunga pukul

    empat dan getah patah tulang dalam satu seri kadar protein yang

    meningkat hingga volume akhir 10l. Kemudian diinkubasi pada

    temperatur kamar (30C) selama 1 jam. Pada akhir reaksi

    ditambahkan 2l buffer pemuat, kemudian dielektroforesis pada gel

    agarosa yang sudah mengandung pewarna etidium bromid,

    menggunakan buffer TBE. Elektroforesis dilakukan pada 50 volt

    hingga kurang lebih tiga perempat panjang gel. Identifikasi

    dilakukan dengan sinar ultraviolet.

    Jalannya Penelitian

    Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian

    Pengumpulan getah

    patah tulang

    Determinasi tanaman

    Dibuat seri

    konsentrasi

    DNA plasmid pUC 19

    TransfomasiE.coli

    DH 5

    Isolasi DNA pIC 19

    Uji aktivitas pemotongan

    DNA

    Elektroforesis DNA

    Pengamatan UV

    Analisis hasil

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    52/124

    20

    i. Teknis AnalisisData-data yang diperoleh dari hasil uji aktiivitas ekstrak getah

    dianalisis secara kualititatif yakni:

    Aktivitas pemotongan DNA superkoil ditentukan dengan mengamati 3

    kriteria yakni: penipisan DNA superkoil, penebalan DNA nick sirkuler,

    dan pembentukan DNA linier pada pita DNA hasil elektroforesis di bawah

    lampu UV. Uji dikatakan positif apabila pada hasil digesti ekstrak terjadi

    pola penipisan DNA superkoil dan penebalan nick sirkuler pada kadar

    rendah, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan muncul pita DNA

    linier yang makin menebal.

    j. Jadwal KegiatanBulan ke

    Kegiatan1 2 3 4 5 6

    1. Persiapan

    2.Pelaksanaana. Determinasi tanaman

    b.Penyiapan alat dan bahanc. Preparasi getahd.Transformasi DNAe. Isolasi DNAf. Uji Aktivitas Pemotongan

    DNA

    3. Analisis data

    4. Penyusunan Laporan

    k. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok1. Ketua Pelaksana Kegiatan

    Nama Lengkap : Nurul Isnaini

    NIM : K 100 060 181

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 6 jam/minggu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    53/124

    21

    2. Anggota PelaksanaNama Lengkap : Kendri Sri Yuliati

    NIM : K 100 060 193

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 4 jam/minggu

    Nama Lengkap : Fairus Zabadi

    NIM : K 100 070 134

    Fakultas/Program Studi : Farmasi/Farmasi

    Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Waktu untuk Kegiatan PKM : 4 jam/minggu

    l. Nama dan Biodata Dosen Pendamping1. Nama lengkap dan gelar : Peni Indrayudha, S.F., Apt

    2. Golongan Pangkat dan NIP : Penata Muda / IIIa, 132313376

    3. Jabatan Fungsional : Lektor

    4. Jabatan Struktural : -

    5. Fakultas / Program Studi : Farmasi / Farmasi

    6. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Surakarta

    7. Bidang Keahlian : Bioteknologi Farmasi

    8. Waktu untuk Kegitan PKM : 4 jam/minggu

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    54/124

    22

    m. Biaya1. Bahan Untuk Preparasi GetahEuphorbia tirucalli, L.

    No Jenis Bahan Banyak HargaSatuan

    Jumlah

    1 TanamanEuphorbia tirucalli 1 35.000 35.000

    2 Determinasi Tanaman 50.000 50.000

    3 Aqudest 10 L 2.500 25.000

    4 Blue Tips 150 500 75.000

    5 Yellow Tips 150 500 75.000

    6 Speader Glass 1 15.000 15.000

    7 Aluminium Foil 1 15.000 15.000

    Total 290.000

    2. Bahan Untuk Medium Luria BertaniNo Jenis Bahan Banyak Harga Satuan Jumlah

    1 Tripton 1% 1 75.000 75.000

    2 Ekstrak Yeast 0,5% 1 75.000 75.000

    3 NaCl 1% 100 1800 180.000

    4 Ampicilin 1 100.000 100.000

    5 Aqubides 1L 100 100.000

    6 Agar oxoid 1,5% 1 50.000 50.000

    7 Cawan Petri 10 20.000 200.000

    Total 780.000

    3. Bahan untuk Transformasi dan IsolasiNo Jenis Bahan Banyak Harga Satuan Jumlah

    1. BakteriE. coli 1 150.000 150.0002. Plasmid pUC 19 50 5.000 250.000

    3. Tris Cl 25 mM pH 8,0 100 2.000 200.000

    4 Larutan NaOH 100 500 50.000

    5 Na dodesil sulfat pH 7,0 100 1.500 150.000

    6 Kalium asetat 5 mM pH 4,8 100 2.000 200.000

    27 Asam asetat 100 1.000 100.000

    8 Larutan TE pH 7,4 100 2.500 250.000

    9 EDTA 1mM 200 600 120.00010 Na asetat 100 2.600 260.000

    11 Etanol 96 % 1 L 40.000 40.000

    12 Etanol 70% 1 L 35.000 35.000

    13 Larutan CaCl2 0,2 M 100 1.000 100.000

    14 Agarose gel 100 1.200 120.000

    15 Gloves 1 pak 40.000 40.000

    16 Masker 5 3.000 15.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    55/124

    23

    17 Dapar TBE 100 2.000 200.000

    18 Etidium bromide 100 1.300 130.000

    19 Tabung Reaksi 15 5.000 75.000

    20 Cawan Petri 15 20.000 300.00021 Ependorf 1 pak 175.000 175.000

    22 Erlenmeyer 10 20.000 200.000

    Total 3.220.000

    4. Biaya Untuk Uji Pemotongan DNANo Jenis Bahan Banyak Harga

    Satuan

    Jumlah

    1. Tris Cl 50 mM 100 1.800 180.0002. MgCl2 10 mM 100 2.000 200.0003.

    NaCl 100mM 100 1.800 180.0004. Loading Buffer 1 80.000 80.000

    Total 640.000

    5. Biaya Penunjang PenelitianNo Jenis Bahan Biaya

    1. Biaya Sewa Laboratorium UMS 300.000

    2. Pencarian Data 50.000

    Total 350.000

    6.

    Biaya Pembutan LaporanNo Jenis Bahan Jumlah

    Satuan

    Harga

    Satuan

    Jumlah

    1 Penggandaan 6 10.000 60.000

    2 Fotocopy 6 7.500 45.000

    3 Penjilidan Soft Cover 6 5.000 30.000

    4 Kertas HVS 1 rim 35.000 35.000

    5 Catride Refill 1 150.000 150.000

    6 CD Blank 1 5.000 5.000

    7 Flash Disk 1 Gb 1 90.000 90.000

    8 Dokumentasi Hasil 5 56.000 280.000

    9 Rental Pangetikan 10 2.500 / jam 25.000Total 720.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    56/124

    24

    Rekapitulasi Rincian Biaya

    1 Bahan Untuk Preparasi GetahEuphorbia tirucalli, L. Rp. 290.0002 Bahan Untuk Medium Luria Bertani Rp. 780.0003 Bahan untuk Transformasi dan Isolasi Rp. 3.220.0004 Biaya Untuk Uji Pemotongan DNA Rp. 640.0005 Biaya Penunjang Penelitian Rp. 350.0006 Biaya Pembutan Laporan Rp. 720.000

    Total Rp. 6.000.000

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    57/124

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    Barbieri, L., Batteli, M. G., Stripe, F., 1993, Ribosom-inactivating Protein fromPlants, BiochemBiophy Acta,1154, 681-694.

    Brown, T. A., 2003, Pengantar Kloning Gen, diterjemahkan oleh Prasena, 11-15,

    Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

    Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3. Puspa Swara,

    Jakarta, Hal. 89-92.

    Davis, L. G., Kuehl, W. M., and Battey, J. F., Basic Methods in Molecular

    Biology,Second edition, Applenton and Lange Norwalk, Connecticut.

    Feinbaum, R., 1998, Current Protocols in Molecular Biology, John Wiley andSons inc, 1.5.1-1.5.17, cit: Dewi Ngolady, 2000, Identifikasi Ribosome

    Inactivating Protein dari Ekstrak Gubal Daun Cangkringan (Erythrina

    fusca Lour), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    Ganiswara, 2003,Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 636-701, Bagian Farmakologi

    Fakultas Kedokteran, Jakarta.

    Hartley, M. R., Chaddoch, A., Bonness, M., S., 1996, The Structure and Function

    of Ribosome Inactivating Protein, Trends Plant SCL, Vol.1, No.8, 254-

    260.

    Kurnia, A., Pertamawati., Rifatul W., Hendig, W., 2005, Efek Penghambat

    Pertumbuhan Cell-line Secara In-Vitro dari Ekstrak Etanol Buah

    Mahkota Dewa(Phaleria macrocarpa Scheff.).,Artocarpus, Vol 5 (2),

    89.

    Kusuma, Fauzi, R., Zaky, M., 2005, Tanaman Liar Berkhasiat Obat, Hal. 6,

    Andromedia Pustaka, Jakarta.

    Ling, J., Liu, W., Wang, T. P., 1994, Cleavage of Supercoil Double Stranded

    DNA by Several RIPs in vitro,Febs Letters, Vol. 345, 143-146.

    Mulando, 2002, Seputar TeknologiRekayasa Genetika, Pustaka Wira Usaha

    Mandiri, Jakarta.

    Sambrook, Fritish, E. F., Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning : a laboratory

    Manual, Edisi 1, Hal 1.1.2-1.1.3, Cold Spring Harber Laboratory

    Press, USA.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    58/124

    26

    Sismindari, Sudjadi, Sulistyani, N., 2002, Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil

    oleh Fraksi Protein Daun Morinda citrifolia, Majalah Farmasi

    Indonesia, 13 (4), 174-179.

    Stripe, F., Bateli, M. G., Soria, M., Lappi, D. A., 1992, Ribosom-Inactivating

    Proteins from Plants Present Status and Future Prospect, Bio

    Technology,Vol 10.

    Sukardiman, Puspitasari, H.p., Widyawaryanti., 2003, Uji Aktivitas Ekstrak

    Metanol Herba Ageratum congzides L pada Kultur Sel Myeloma

    Mencit,Majalah Farmasi Airlangga, Vol.3, 93.

    Sulistyani, N., 2003, Perbandingan Aktivitas Pemotongan DNA Superkoil antara

    Ekstrak Gubal Umbi dan Daun Bawang Putih (Allium sativum L),

    Pharmacon,4 (1), 1-5.

    Wijayakusma, H. M.,1993, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cetakan

    Pertama, Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta.

    Zuhud, E. A dan Haryanto, 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman

    Tanaman Obat Hutan Tropika, Jurusan Konversi Sumber Daya Hutan

    Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia,

    Bogor, Hal. 229-230.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    59/124

    27

    Lampiran

    Gambar 2. TanamanEuphorbia tirucalli, L.

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    60/124

    28

    n. LampiranDaftar Riwayat Hidup

    1.Nama : Nurul Isnaini2. Tempat / tgl lahir : Pekalongan, 9 Maret 19883. Jenis Kelamin : Perempuan4. Pekerjaan : Mahasiswi5. Alamat Rumah : Jl. KH.Samanhudi No.60 RT:03/06 Kelurahan

    Pasirsari Pekalongan

    6.No. HP : 085647185178

    7. Riwayat Pendidikan 1992 - 1993 : TK Masyithoh IX Kergon Pekalongan 1993 1994 : SDN Sapuro IV Pekalongan 1994 1999 : SDN Tirto 0I Pekalongan 1999 2002 : SMPN 2 Pekalongan 2002 2005 : SMUN 3 Pekalongan 2006 Sekarang : Pend. S1 Fakultas Farmasi UMS

    8. Riwayat Organisasi 2002 2003 : Pramuka Jabatan : Anggota 2003 2004 : Pramuka Jabatan : Bendahara Bantara 2006 2007 : LPM Natural Jabatan : Anggota Bidang Redaksi 2007 2008 : LPM Natural Jabatan : Sekretaris Umum 2006 Sekarang : RMC Jabatan : Anggota Bidang PPSDM

    9. Mottto Hidup : Jangan pernah menyerah untuk meraih mimpidan jalani hidup ini untuk meraih ridho Illahi

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    61/124

  • 7/22/2019 PKMP 2008 (Aktivtas Pemotongan DNA)

    62/124

    30

    1995 2000 : MI Raudlatul Ulum 2000 2003 :