x. klasifikasi iklim

Upload: m-hisyam-nasrulloh

Post on 08-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    1/11

    KLASIFIKASI IKLIM

    Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata

    pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di

    Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan

    budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor

    pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air

    merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidayapertanian khususnya budidaya padi.

    Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik

    menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu

    serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena

    itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya)

    seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagaikriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa

    dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola

    tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim,

    dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau

    presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai

    kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    2/11

    Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan

    dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:

    a. Sistem Klasifikasi Koppen:

    Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperaturdan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok

    utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima

    prinsip kelompok vegetasi. Kelima kelompok iklim ini

    dilambangkan dengan lima huruf besar yakni :

    Tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (t ropic al rainy cl im ates).

    Tipe iklim B adalah tipe iklim kering (dry cl imates).Tipe iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy

    cl imates).

    Tipe iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snow y forest

    c l imates).

    Tipe iklim E adalah tipe iklim kutub (po lar cl imates) (Safii, 1995).

    Pengaruh hujan digambarkan sebagai huruf kedua terdiri atas :

    f : selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm.

    s : bulan-bulan kering jatuh pada musim panas.

    S : semi arid (steppa atau padang rumput).

    w: bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter).

    W : arid (padang pasir)

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    3/11

    m : khusus untuk kelompok tipe A digunakan lambang m (monsoon)

    yang berarti musim kemaraunya pendek, tetapi curah hujan tahunan

    cukup tinggi sehingga tanah lembab dengan vegetasi hutan hujan

    tropik.F : daerah tertutup es abadi.

    Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama dan kedua maka ada 12 tipe

    iklim menurut klasifikasi Koppen :

    1. Daerah iklim hujan tropik : Af, Aw dan Am.

    2. Daerah iklim kering : BS, BW.3. Daerah iklim sedang berhujan : CF, Cs dan Cw.

    4. Daerah iklim hujan dingin : Df, Dw.

    5. Daerah iklim kutub : Ew, EF.

    http://2.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScQ_3YZCw9I/AAAAAAAAAEY/hsET5S4KBPI/s1600-h/Iklim+Koppen001.jpg
  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    4/11

    b. Sistim klasifikasi Scmidth-Ferguson.

    Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000)

    penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih

    banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurutSchmidt-Ferguson ini merupakan modifikasi klasifikasi iklim Mohr.

    Penentuan tipe iklim dalam klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson hanya

    memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan

    paling sedikit 10 tahun.

    Kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab danbulan basah sebagai berikut :

    Bulan Kering (BK) : bulan dengan hujan < 60 mm.

    Bulan Lembab (BL) : bulan dengan hujan antara 60100 mm.

    Bulan Basah (BB) : bulan dengan hujan > 100 mm.

    Schmidt-Ferguson menentukan BB, BL dan BK tahun demi tahun selamaperiode pengamatan yang kemudia dijumlahkan dan dihitung rata-

    ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q yaitu :

    http://3.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScRAVpkyNfI/AAAAAAAAAEg/P8xlnmUKaqQ/s1600-h/Iklim+Schidt+F+Rumus.jpg
  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    5/11

    Dari perhitungan nilai Q tersebut dan dengan menggunakan segitiga

    Schmidt-Ferguson maka didapatkan 8 tipe iklim dari A hingga H sebagai

    berikut :

    Gambar Nilai Q (%) untuk menentukan batas-batas tipe iklim berdasarkan

    klasifikasi Schmidt-Ferguson.

    Rata-rata

    Bulan

    Kering

    Rata-rata Bulan Basah

    Nilai Q (%)

    http://2.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScRA2rEV42I/AAAAAAAAAEo/ysHgd6mUqUA/s1600-h/Iklim+Schmidt+F.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScRA2rEV42I/AAAAAAAAAEo/ysHgd6mUqUA/s1600-h/Iklim+Schmidt+F.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScRA2rEV42I/AAAAAAAAAEo/ysHgd6mUqUA/s1600-h/Iklim+Schmidt+F.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_Tn_lxYYbH_o/ScRA2rEV42I/AAAAAAAAAEo/ysHgd6mUqUA/s1600-h/Iklim+Schmidt+F.jpg
  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    6/11

    A : Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

    B : Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

    C : Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat

    jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau.

    D : Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.E : Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana.

    F : Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana.

    G : Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang.

    H : Daerah ekstrem kering dengan vegetasi padang ilalang.

    Batas antara tipe-tipe iklim dalam klasifikasi ini adalah :Q = 1,5 a / 121,5 a a = nilai 0 8 untuk tipe AH.

    Tipe iklim : / A / B / C / D / E / F / G / H /

    Nilai a :0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Batas antara tipe D dengan E adalah nilai a = 4, maka nilai Q adalah

    1,5 x 4 / 12(1,5 x 4) = 6 / 6 = 1,00 atau 100 %.

    c. Sistim Klasifikasi Oldeman.

    Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah

    kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan

    tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara

    berturut-turut.

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    7/11

    Oldeman, et al(1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk

    tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija

    adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yangsama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150

    mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk

    mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan

    sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan

    bu lan basahapabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besardari 200 mm

    dan dikatakan bu lan ker ingapabila curah hujan bulanan lebih keci ldari 100mm.

    Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh

    jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan

    dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9

    bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari

    3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasitambahan (Tjasyono, 2004).

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    8/11

    Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim

    merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-

    turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan

    banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun.

    Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu :

    Zone A : bulan basah berturut-turut > 9 bulan.

    Zone B : bulan basah berturut-turut 79 bulan.

    Zone C : bulan basah berturut-turut 56 bulan.

    Zone D : bulan basah berturut-turut34 bulan.

    Zone E : bulan basah berturut-turut

    < 3 bulan.

    Sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkan angka yaitu :

    Sub 1 : bulan kering berturut-turut < 2 bulan.

    Sub 2 : bulan kering berturut-turut 23 bulan.

    Sub 3 : bulan kering berturut-turut46 bulan.

    Sub 4 : bulan kering berturut-turut

    > 6 bulan

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    9/11

    Tipe

    Iklim Penjabaran

    A1, A2 Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada

    umumnya kerapatan fluks radiasi matahari rendah sepanjang tahun

    B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim

    tanam yang baik. Produksi tinggi pada musim kemarau.

    B2 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan

    musim kering yang pendek cukup untuk tanam palawija.

    C1 Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun.

    C2,C3,C4 Setahun hanya dapat satu kali padi dan penanaman palawija yang

    kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.

    D1 Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi

    karena kerapatan fluks radiasi matahari tinggi. Waktu tanam palawija

    cukup.

    D2,D3,D4 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun,

    tergantung pada adanya persediaan air irigasi.

    E Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali

    palawija, itupun tergantung adanya hujan.

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    10/11

    d. Sistim Klasifikasi Mohr.

    Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan

    besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian

    bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan

    basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah

    hujan bulan berkisar antara 10060 mm dan bulan kering bila curah hujan

    < 60 mm per bulan.

  • 7/22/2019 x. Klasifikasi Iklim

    11/11

    ANGIN DARAT