5 bab iii transportasi laut

Upload: mulyanashiorashii

Post on 26-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    1/60

    PERSPEKTIF

    E

    Transportasi

    Laut

    EBAGAI

    negara kepulauan

    terbesar

    di

    dunia, dengan

    wi-

    layah geografis

    terdiri dari 17.504

    pulau, Indonesia

    sangat

    membutuhkan

    sistem

    transportasi

    laut yang berpihak

    pada

    kepentingan

    ekonomi

    maritim. Atas

    tantangan dan

    potensi

    laut

    yang demikian

    besar,

    sudah

    sepatutnya

    pembangunan di sektor

    maritim menjadi

    prioritas utama dalam

    pembangunan nasional.

    Sehingga,

    ciri

    keunggulan dan kekuatan Indonesia

    sebagai

    bangsa

    bahari tercermin

    dari

    kernajuary

    ekonomi dan iptek

    di bidang

    ma-

    ritim. Salah

    satu sub-sektor utama

    di

    bidang kemaritiman

    adalah

    transportasi

    laut.

    Sub-sektor

    ini

    memberikan

    andil

    besar

    dalam me-

    nunjang urat nadi

    perekonomian nasional.

    Sebagai

    gambaran,

    pad.a 7994, moda laut mengangkut

    lebih 43O6

    juta ton dari

    453

    juta

    ton

    jumlah

    angkutan barang

    secara

    nasional

    atau mendekati

    95

    persen. Sedangkan

    moda angkutan kereta

    api

    dan udara masing-masing

    hanya

    4,9

    persen

    dan

    O1

    persen. Untuk

    angkutan

    penumpang,

    pada

    tahun yang

    sama,

    terdapat

    sekitar

    L46,2jfia

    penumpang.

    Di mana moda

    kereta api menempati

    urutan

    teratas sebesar 79,3

    persen,

    diikuti

    moda angkutan laut

    sebesar 13,21

    persen atau

    sekitar 13.27

    juta

    penumpan&

    dan angkutanudaraT,M

    persen atau

    sekitar

    10.87

    juta

    penumpang.

    Rendahnya

    infrastruktur

    transportasi

    dalam kaitannya

    Indonesia

    sebagai

    negara

    maritim

    dan kepulauan,

    mengingat

    Lrdonesia

    ada-

    lah

    negara

    yang75

    persen

    wilayahnya

    laut.

    Karena itu,

    transportasi

    gPeE?hlif

    Menuiu

    Mas Oep.n M.nlifr lnddesia

    |

    9l

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    2/60

    TRANSPORTASI LAUT

    merupakan

    masalah

    Pentin&

    karena

    merupakan

    gerbang

    keteri-

    solasian

    atas

    wilayah-wilayah

    terpencil,

    dan

    jauh

    dari

    pusat

    kegiatan

    ekonomi.

    Selama

    ini

    pemerintah

    daerah

    yang

    wilayahnya

    berupa

    ke-

    puiauan

    banyak

    mengeluhkan

    kurangnya

    sarana

    transportasi

    laut.

    Padahal

    wilayah

    tersebut sebenamya

    memiliki

    potensi

    perekonomian

    yang

    cukup

    tingg, seperti

    Provinsi

    Kepulauan

    Riau,

    Maluku

    Utara

    dan

    beberapa

    provinsi

    lainya.

    Namun,

    karena

    kurangnya

    saranatransportasi

    maka

    potensiyang

    ada

    belum

    optimal

    dikembangkar.

    sebagai

    contofu

    Maluku

    Utara

    memiliki

    luas

    potensi

    budidaya

    rumput

    laut

    35.000

    ha.

    ]ika

    dikembangkan

    akan

    menghasilkan

    sekitar

    560.000

    ton per

    tahun

    rumput

    laut

    kering

    dengan

    nilaigkonomi

    sekitar

    280

    juta

    dolarAS.

    Nilai

    ini tidak

    akanberarti

    apa-

    apa

    jika

    tidak ada

    sarana

    p't:ngangkutan

    untuk

    ekspor

    maupun

    dis-

    tribusi

    ke

    wilayah

    yang

    memiliki industri

    pengolahan

    rumput

    laut.

    Sarana

    transportasi

    merupakan

    sesuatu

    yang

    penting

    dalam

    rangka

    meningkatkan

    kinerja

    pembangunan

    dan

    investasi.

    Jika

    di

    wilayah

    tersebut

    memiliki

    sarana

    transportasi

    laut yang

    baik,

    maka

    investor

    tidak

    akan

    segan

    menanamkan

    modalnya

    untuk

    pengembangan

    budidaya

    rumput

    laut

    di

    Maluku

    Utara

    atau

    wilayah

    lain yang

    me-

    miliki

    potensi sumber

    daya

    kelautan

    dan

    perikanan.

    Tujuan

    pembangunan

    kansportasi

    (terutama transportasi

    laut)

    antar

    pulau-pulau

    bagi

    bangsa

    Indonesia

    adalah

    untuk

    mewujudkan

    perhubungan

    laut sebagai

    urat

    nadi

    kehidupan

    ekonomi,

    politik,

    sosial

    budaya,

    pertahanan

    keamanan,

    sarana

    untuk

    memperkokoh

    persatuan dan kesatuan,

    serta sebagai

    penyedia

    lapangan kerja

    dan

    penghasil

    dqvisa

    negara.

    Pengadaaan

    infrastruktur

    transportasi

    memiliki

    Peran

    besar

    dalam

    perkembangan

    perekonomi.anbangsa

    Lrdonesia.

    Dalam

    hal

    ini

    per-

    hubungan

    laut berperan

    dalam

    memperlancar

    perpindahan

    barang

    92

    |

    e eespeftif

    ucnuiu

    Msa Depan M.ildm

    lndoesia

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    3/60

    TNANSPORTASI LAUT

    dan

    jasa

    dari satu

    pulau

    ke

    pulau lain, mempercepat

    transaksi

    per-

    dagangan dan proses

    ekspor-impor dari

    suatu

    wilayah, baik dalam

    maupun

    luar negeri.

    Berdasarkan

    data

    yang

    adA

    80 persen lebih

    proses perpindahan

    barang

    dan

    jasa

    antar

    pulau menggunakan

    jasa

    perhubungan laut.

    Sektor

    kegiatan

    perhubungan laut

    merupakan

    salah

    satu

    penunjang

    utama dalam pergerakan

    ekonomi,

    sosial,

    budaya

    dan pertahanan

    keamanan

    suatu kawasan.

    Sektor

    transportasi

    sangat berpengamh

    dalam mempercepat

    per-

    gerakan

    ekonomi

    suatu

    wilayah.

    Sebab itu,

    perlu segera dibangun

    infrastruktur

    transportasi terutama

    dalam

    penyelenggaraan

    perhu-

    bungan

    laut

    sehingga akan terselenggara

    jaringan

    transportasi

    yang

    profesionai dalam melayani

    jasa

    transportasi laut.

    Begitu

    pentingnya

    peran trasportasi,

    sehingga dapat dibayangkan

    bagaimana

    jadinya

    bila

    jasa

    transportasi

    antar pulau tidak

    berjalan

    atau

    berhenti. Berapa

    banyak

    kerugian

    materil maupun non-materil

    yang akan diderita

    baik perorangtu:r,

    swast4

    pengusaha,

    BUMN

    maupun

    lembaga

    pemerintah.

    Untuk ihr,

    perlu disiapkan segera infrastruktur

    transportasi

    se-

    hingga

    pendayagunaan

    potensi ekonomi

    di wilayah

    kepulauan

    dapat

    dimanfaatkan

    secara

    optimal.

    Untuk

    dapat

    mewujudkan

    hal

    tersebut

    perlu

    dilakukan

    terobosan

    untuk

    membangun

    in{ra-

    struktur

    transportasi.

    Salah

    satunya adalah

    dengan kerjasama

    sa-

    ling menguntungkan

    antara

    pemerintah

    dan swasta. Hal ini

    di-

    lakukan dalam upaya

    mengatasi masalah

    minimnya

    anggaran

    untuk

    pembangunan infrastruktur.

    Langkah

    pembangunan infra-

    struktur

    perlu mendapat

    dukungan dari

    seluruh stakeholders, mu-

    lai

    dari

    pemerintah

    pusat, pemerintah

    daerah,

    swasta

    sampai

    de-

    ngan

    masyarakat.

    Diharapkan

    melalui langkah

    ini akan terwujud

    9 Pe6phrif

    M.nuiu Mas &pn

    Maitim lndreb

    |

    93

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    4/60

    infrastruktur

    transportasi

    memadai,

    yang menjadikan

    perekonomian

    di wilayah kepulauan

    cepatberkembang

    sehingga masalah

    pengang-

    guran dan

    kemiskinan

    dapat

    teratasi.

    TATA

    KELOLA

    PELABUHAN

    AMBURADUL

    Bagai

    katak dalam

    tempurung.

    Itulah

    PerumPamaan

    kondisi

    pem-

    bangunan

    pelabuhan

    di

    lndonesia.

    Negara

    lain

    sudah

    ekspansi

    membangun

    pelabuhan

    intemasional

    hub port,

    Indonesia

    malah

    masih berjibaku

    dalam perebutan

    hak

    pengelolaan

    pelabuhan.

    Kon-

    disi

    ini

    diperparah

    denganbelum

    profesionalnya

    operator

    pelabuh-

    an nasional

    dalam hat

    ini

    Pelindo.

    Sebanyak

    57

    kabupaten/kota

    berusaha

    memperebutkan

    pengelolaan

    pelabuhan

    dari

    PT

    Pelindo,

    menyusul

    gugatan

    uji

    materiil

    (iudicial

    review) terhadap

    PP

    No 69t12001,

    tentang

    pelaksanaan

    teknis

    ke-

    pelabuhanan yang

    dikabulkan

    MA.

    Puncak konflik terjadi

    dengan

    dikeluarkannya

    Kepmendagri

    No

    11212003 tentang pembatalan

    Perda No

    1/2001,

    tentang

    Kepe-

    labuhanan Kota Cilegon

    dan

    Kepmendagri

    No

    5312003,

    tentang

    pembatalan

    Perda

    No 1/200

    t, tentang Kepelabuhan

    Cilacap..

    Di

    sisi

    lain,

    karena desentralisasi

    sudahmenjadi

    komitmennasional,

    maka

    upaya

    revisi UU N

    o

    221

    L999 yangmengarah

    pada

    resentralisasi

    tidak dapat

    dibenarkan.

    Dalam

    konteks

    sengketa

    kepelabuhanan

    ini, hanya ada

    dua

    altematif

    kebijakan yang

    layak dikembangkan,

    yakni

    revisi

    UU

    No

    2211999

    secara

    hrlus

    dengan

    prinsip win-win

    solution;

    atau melanjutkan

    proses

    desentralisasi

    dan

    menyerahkan

    pengelolaan

    pelabuhan

    kepada

    daerah,

    disertai

    dengan pembinaan

    teknis. Di

    antara

    kedua alternatif

    di

    atas,

    opsi

    kedua

    tampaknya

    menjadi

    pilihan

    yang

    paling

    rasional.

    TATA

    rcLOLA

    PELABUHAN

    AMBURADUL

    94

    I

    gFelrymf

    umuiuMa$oFnMafih

    ltub

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    5/60

    TATA KELOLA PELABUHAN

    AMBURADUL

    Selain

    perebutan pengelolaan pelabuhan

    masalah

    teknis

    yang perlu

    dibenahi adalah

    amburadulnya pelayanan operator

    pelabuhan,

    Seperti kasus antrean

    ribuan truk

    pengangkut

    bahan pangan

    di

    Pelabuhan Merak,

    Banten,

    pemerintah

    telah gagal melakukan pem-

    benahan

    di

    bidang transportasi

    laut. Tidak

    dikelolanya pelabuhan

    dengan

    baik mengakibatkan kerugian yang

    tidak

    sedikit.

    Bahkan

    menyebabkan perekonomian

    mandul alias tidak produktif.

    Antrearr ribuan

    truk

    pengangkut

    bahan

    pangan

    dan

    sembako

    dari

    pulau

    jawa

    menuju

    Sumatera,

    baru-baru

    ini, telah menimbulkan

    inflasi. Hal ini akibat barang yang dibutuhkan

    masyarakat terlambat,

    sehingga harga barang

    melambung

    tinggi.

    Efek lainnya, sejumlah

    pemilik

    kendaraan

    truk

    di Sumatera

    mulai

    menghentikan

    pengoperasian

    kendaraannya

    ke pulau

    ]awa

    karena

    takut rugi akibat

    membengkaknya

    biaya transportasi

    di

    pelabuhan

    9 PerspehtifMenuiu

    Masa Depan Maririm

    lndonesia

    |

    95

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    6/60

    TATA

    KELOLA PELABUHAN

    AMBURADUL

    Merak.

    Alhasil

    gerak perekonomian terhambat.

    Gara'gara manaje-

    men

    kacau dalam dua

    minggu,

    potensi kerugian

    yang

    dialami

    pengusaha

    dan sopir di

    Pelabuhan Merak

    sangat

    besar.

    Kerugiannya

    mencapai

    Rp1,7

    triliun. [rilah

    yang

    menimbulkan

    inflasi.

    Ketua Komisi

    V

    DP&

    Yasti

    Soepredjo

    Mokoagow

    mengatakan,

    kondisi carut-marut

    ini sudah

    meresahkan

    masyarakat.

    Semua

    itu,

    kata

    Yastl

    akibat

    pemerintah belum

    melaksanakan

    secara

    sungguh-

    sungguh

    empat Undang

    Undang

    (UU)

    tentang

    transportasi,

    yaitu

    UU Penerbangan,IfU

    KA, I-ru LLAI,

    dan UU Pelayaran.

    Menyangkut

    Pelabuhan

    Merak yang

    sudah

    menimbulkan

    masalah

    berulang-ulang

    dan kemacr:tan

    dengan

    kerugian yang

    sangat be-

    sar,

    Yasti berpendapat

    pemertntah

    harus

    segera

    membenahinya

    dengan penyelesaian

    perm.rnen.

    Tiansportasi

    sangat

    berpengaruh

    terhadap perekonomian.

    Kapal-kapal

    yang sudah

    tua sebaiknya

    diganti dengan

    yang masih

    layak.

    Pe-ngoperasian

    kapal-kapal

    ke

    depan seharusnya diatur sel:aik

    mungkin.

    ]angan

    seperti

    sekarang,

    Dirjen Perhubungan

    Laut memerintahkan

    hampir 30 persen

    kapal

    di

    Merak melakukan

    docking.

    Menurut Yasti,

    Pelabuhan

    Merak

    semakin

    tidak

    memadai mengingat

    jumlah

    kendaraan yang harus

    dilayani terus bertambah.

    Negara

    Maritim

    Tanpa

    International

    Hub

    Port

    Di luar masalah amburadulnya

    pengelolaan

    pelahrhan

    di Indonesi+

    pasca

    implementasi Undang-Undang

    No 17200& tentang Pelayaran,

    kini

    terbuka persaingan dalam

    memberikan pelayanan

    jasa

    ke-

    pelabuhanan.

    Rencana

    pembangunan

    pelabuhan

    hub port

    pun

    mencuat. Hal

    ini

    menjadi pertanyaan

    besar,

    mampukah

    Pelindo,

    sebagai operator

    pelabuhan

    Indonesia,

    bersaing

    dengan

    pelabuhan

    di

    luar negeri yang

    lebih

    baik?

    96

    |

    9

    PeEphrifMenuiu

    Masa Depan

    Marilim

    ln.lon.air

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    7/60

    TATA

    KS-oLA

    PEIBUHAI{

    AIIBURADUT

    Wacana

    mer-rbangun

    lnternational Hub

    Port

    abuHub

    Trnnshiyment

    Port

    (IHP)

    di

    Indonesia telah berkembang

    cukup

    lama-

    Namun tidak

    ba-

    nyak yarg

    merqgetahui sebrapa

    rrital

    dan

    stntegis

    pernbangunan

    hl-

    ternationol

    Htfu Porttargt perkernbangan

    sektor

    riil di

    bidang

    ekonomi

    dan

    indu-shi bila konsep tersebut dikonbangkan

    di tanah

    aix.

    Secara

    geografis lndonesia

    sangat

    diuntungkan dalam sistem per-

    dagangan

    internasional

    melalui

    laut

    (sea

    borne traf6c)

    karena

    meniadi lintasan

    kapal

    niaga

    dari

    mancanegara.

    NamurL

    keun-

    tungan itu tidak dapat dioptimalkan

    sebagai

    sebuah

    peluang

    karena

    kebijakan yang

    keliru.

    Sudah

    saatnya Indonesia

    mempunyai IHP.

    Di samping

    untuk

    mengurangi ketergantungan

    pada pelabuhan

    di

    Singapura

    dan

    Malaysia,

    juga

    kepentingan

    neg.ra

    jauh

    lebih

    besar.

    Yaitu

    peng-

    hematan

    devisa negara.

    Misalkan

    setiap

    tahun

    ada

    sekitar

    4,5

    juta

    teus per tahun kontainer Indonesia yang

    mampir di Singapura atau

    Malaysia,

    maka

    devisa

    yang

    bisa dihemat negara sekitar

    minimal

    Rp3,24 triliun

    sampai dengan

    Rp3,64

    triliun per tahun

    (tarif

    CHC

    US$

    90/teus). Sungguh

    angka

    yang

    besar.

    Namun,

    mernbangun

    IHP

    di

    Indonesia tidak mudatr,

    diperlukan

    pendekatan

    logistik

    (logistic

    approach) dalam menentukan

    posisi

    di mana sebaiknya Hub Transhipment Port tersebut dibangun.

    Belajar

    dari

    kesalahan pernbangunan Ceres Terminal

    di Port

    of

    Amsterdam.

    Sejak

    21

    bulan dioperasikan

    baru

    satu

    kapal saia yang

    singgah di Pelabuhan tersebut.

    Pelabuhan

    yang

    dibanpnT miliar

    Euro

    itu

    gagal mengernban

    misi bisnis

    mereka.

    Kesalahan terbesar dalam konsep pembangunan Ceres Terminal

    di

    Port

    of

    Amsterdam

    terletak

    dalam

    penerapan

    konsep

    logistik

    yang

    keliru.

    Para

    pengguna

    jasa

    baik

    shipping lines

    maupun cargo oluner

    9 PeEpehaif Menuiu Ma$ Depan Madtim ,Mon6ie

    I

    97

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    8/60

    TATA KELOLA

    PELABUHAN

    AMBI,,RADI,'L

    enggan

    singgah

    di

    Pelabukm

    tersebut'meski

    handling

    kontainer

    di

    terminal

    tersebut

    suPer

    cePat.

    Namun untuk

    mencapai

    pelabuhan

    tersebut

    kapal

    harus

    melewati

    locks

    karena

    letak

    pelabuhan

    Amsterdam

    lebih

    tinggi

    dari

    permukaan

    laut. Sehingg+

    diperlukan

    waktu

    yang

    lebih

    lama

    unttrk

    mencapai

    pelabuhan

    dan

    biaya

    yang

    lebih

    mahal.

    Kapal

    yang

    singgah

    harus

    membayar

    semacam

    canaV

    locksfee.]adi

    secara

    keseluruhanbiaya

    yang

    timbul

    (total

    cost)

    jatuh-

    nya

    lebih

    besar.

    Para

    penggrna

    jasa

    pelabuhan

    akan

    berpikir

    dua

    kali

    bila

    harus

    menggunakan

    pelabuhan

    tersebut.

    Berkaca pada

    kegagalan

    pembangunan

    hub

    port

    di Amsterdam,

    ma-

    salah

    lain

    yang menghambirt

    pembangunan

    hub port

    di

    [rdonesia

    tidak

    hanya profesionalitas

    tetapi

    juga

    pendanaan.

    Masalah

    klasik

    yang

    terus membelit.

    Sebenamya

    ada beberapa

    macam

    jenis

    investasi

    yang bisa

    diambil untuk

    mervujudkan

    mimpi

    bangsa

    Indonesia

    mem-

    punyai

    hub portbesar

    danberkelas

    dunia.

    Jawabarrrya

    bangunhub

    port

    dengan

    menggandeng

    pihak

    swasta.

    Langkah

    ini

    bisa

    rnencegah

    pemborosan uang

    negara.

    Meski

    diragukan

    mengenai

    siapa

    pengelola

    hub

    port yang tidak ada

    lain

    adalah

    Pelindo.

    Sebagai

    contoh

    Pelabuhan

    Antwerp

    di

    tselgia.

    Pelabuhan

    tersebut

    me-

    rupakan

    salah

    satu

    pelabuhan terbesar

    di

    Eropa

    bahkan

    di

    dunia.

    Panjang

    dermagany4:

    mencapai

    125

    k*,

    terbeqtang

    di

    sepanjang

    gans

    pantai

    Antwerp.

    Baayak hal

    yang

    biM dipelajari

    di

    pelabuh-ra1

    tersebut.

    Bagaimana operator

    pelabuhan

    di

    sana

    mengelola

    terminal

    yang

    begtu

    luas.

    Pemerintah

    di

    sanahanyamenyediakan

    sarana

    infrastruktur

    seperti

    fasilitas

    jalan

    dan

    derryraga.

    Semerrhra

    fasilitas

    zuprastruktumya

    (alat

    bongkar

    muat) dibangun

    pihak

    swasta

    (shipping

    line)-

    Langkah

    ini

    bisa

    ditiru

    jika

    Pelindo

    I

    tr,

    ru

    dan

    IV,

    belum

    mam-

    pu

    melakukan

    inovasi

    pengetrolaan

    hub

    port.

    Yaitu

    meng-

    gandeng

    shtppinglinebesar

    (CMACGIvI,

    Maersk Sealing

    NYK

    dll).

    Cara

    yang paling

    mudah

    mungkin

    dengan

    tidak

    membayarkan

    98

    |

    c

    Pdrgefrlif

    uenulo

    Ma$

    DPab

    Matlim

    lrddesia

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    9/60

    rATA KELOLA PELAEUHAN

    AMBURADUL

    diaiilenlmenahan

    dividen selama 2 atau

    3

    tahun"

    Sedangkan untuk

    masalah

    suprastruktur, shipping line

    yang akan

    menyediakan

    de-

    ngan

    memberikan konsesi

    pengelolaan terminal dalam

    kurun

    waktu

    tertentu.

    Kenntungan lanbtla

    shipp

    ing

    ine menydiakansuprastruktur

    dan di-

    berikan

    konsesi

    mengelola terminal adalahhub port

    akanberpeluang

    merrjadi

    besar atau bisa menjadi global transshipment

    port

    seperti

    pelabuhan

    Singapura.

    Para shipping

    line akan berusaha

    mendatangkan

    barangrkont4inemya

    di

    terminal

    yang

    mereka

    kelola.

    Pelabuhan

    dan Logistik Tak

    Sinkron

    Indonesia

    kalah bersaing

    dari Singapura

    yang

    telah

    berhasil

    meng-

    optimalkan posisi

    strategis neg.uanya menjadi perlintasan perda-

    gangarr

    dunia

    (crossroads

    9f

    utorlil trade)

    dengarrl

    menjadikan Port

    of

    Singapore Authority

    (PSA)

    menjadi pelabuhan

    tersibuk

    di dunia.

    PSAmempunyai

    akses

    lebih dari 750

    pelabuhan dari

    seluruh

    dunia

    dan tidak kurang

    dari 800 shipping lines drlayarl

    di sana.

    Pada 2006 tercatat

    container thToughput lebih

    dari

    24,7

    juta

    teus

    dan

    total

    cargothroughput

    lebih

    dari

    M8,5

    juta

    ton.

    Sementara

    untuk

    handling

    container

    secara

    keseluruhan

    (termasuk

    empty

    container)

    PSAmenghandle

    lebih dari5'1..29

    juta

    teus selama

    2006.

    Dalam

    hal

    bunkering

    industry

    PSAjuga

    meraih gelar

    sebagaiworlds top bunkering

    port

    dengan mensuplai

    lebih dari 23,6

    juta

    bahan bakar

    untuk

    keperluan

    kapal di

    pelabuhan. Angka ini

    jauh

    melebihi konsumsi

    BBM

    PT

    PLN

    untuk menghidupi

    generator

    seluruh

    Indonesia

    yang

    berjumlah

    hanya 10

    iuta

    kilo liter.

    Dari

    contoh

    dua

    pelabuhan

    di atas, yait.t

    Ceres

    Terminal di

    Port

    of Amsterdam

    dan PSA

    Singapura Indonesia

    belajar banyak

    hal.

    g

    lt

    rsFteTkuiu

    Md

    DG?.n

    M.ddm h&n.Cr

    |

    99

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    10/60

    rATA KELOTA

    PELABUHAN

    AMBURADUI-

    Untuk

    membangun

    pelabuhan'

    perlu

    mempertimbangkan

    pende-

    katan

    logistik.

    PSAmenjadi

    besar

    saperti

    sekarang,

    juga

    karerra

    di-

    bangun

    tepat

    di

    center

    of

    grafity

    perdagangan

    dunia.

    selat

    Malaka

    merupakan

    center

    Graoity

    dari

    PerdaganrganDunia

    lewat

    laut

    (sea

    bome

    traffic).

    Beberapa

    waktu

    lalu

    telah

    berkembang

    wacana

    ::'i

    bahwa

    Indonesia

    akan

    membangun

    4

    (empat) hub

    port

    di

    Taniug

    :

    Priok,

    Ta

    juris

    Perak,

    Bittrng

    dan

    Kupang.

    Lalu

    bagaimana

    wacana

    tersebut

    bila

    ditinjau

    dari

    pendekatan

    ilmu

    logistik?

    Tanjung

    Priok

    berjarak

    sekitar

    526

    mil

    dari

    center

    gravity

    perdaga-

    ngan

    dunia

    lewat

    laut

    (Selat

    Malaka),

    bila

    kapal

    kontainer

    dengan

    kecepatan

    sekitar

    20

    knot

    maka

    diperlukan

    waktu

    sekitar

    26,3

    iam

    atau

    satu

    hari

    lebih.

    Ini

    berarti

    diperlukan

    waktu

    26,3

    iam

    atau

    L

    Untuk

    Tanjung

    Per&

    yang

    beriarak

    sekitar

    763

    mil.,

    maka

    untuk

    mencapai

    center

    gravity

    di

    selat

    Malaka

    diperlukan

    waktu

    sekitar

    3$15

    jarn

    atau

    1,5 hari

    lebil'r

    lalna

    dengan

    kapal

    kecepatan

    20

    knot.

    untuk

    Bitung

    berjarak

    sekitar

    1070

    mil

    diperlukan

    waktu

    sekitar

    53,5

    jam

    atau2,3

    hari

    lebih

    lam.

    .

    Apalagi

    Kupang

    tentunya

    lebih

    lama

    dari

    ketiga

    pelabuhan

    di

    atas.

    ,

    Iarak

    temputi

    yang

    lebih

    lami

    akan

    menimbulkan

    pemborosan

    ,

    waktu

    dan

    biaya

    yang

    pada

    akhimya

    end

    user

    atau

    konsumen

    akan

    '

    meni.anggungnya.

    Di

    shmpihg:itu

    akan

    mengaki-batkan

    komoditi

    dari

    negara

    trradonesia

    kupang

    kompetitif

    karena

    harga

    tinggi

    dan

    kalah bersaing

    dari negara

    lain.

    satu

    hal

    lagi yang

    penting

    hub

    port

    lebih

    banyak

    ditentukan

    pasar

    dan

    sejauh

    rnana

    network

    pelayaran

    dan

    pemilik

    barang

    meman-

    faatkan

    pelabuhan

    untuk

    kepe:rtingan

    mereka.

    setelah

    memahami

    kbnsep

    logistik,

    langkah

    selanjubrya

    dimanakah

    hub

    port

    Indonesia

    akan

    clibangun?

    Disepakati

    hubport

    harus

    dibangun

    di

    dekat

    center

    IOO

    |

    9

    Pe6phiifM{uiu

    MaE

    DePn

    Meddm

    lndon6i.

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    11/60

    TATA

    KELOLA PELABUHAN AMBURADUL

    gravity

    perdagangan

    dunia/Selat

    Malaka. Pulau

    Batam dan

    Bintan

    rnerupakan

    pulau yang

    cocok

    untuk hub port tersebut.

    Karena

    di

    sanalah Indonesia

    ber:peluang

    mempunyai Hub Port atau

    Global

    Tr

    anship

    nrcn t P or t

    y

    ang b esat.

    Kisruh Otonomi Pelabuhan

    Pemerintah Daerah menuntut pengelolaan pelabuhan diserahkan

    pemda

    setempat.

    Sebagaimana

    sesuai Undang-undang Otonomi

    Daerah

    No

    3212004. Sampai saat ini belum

    ada pemda Kabu-

    paten/Kota

    yang

    memiliki

    kewenangan mengelola

    pelabuhan,

    kewenangan mereka hanya

    sebatas

    membangun

    dan

    mengopera-

    sikan pelabuhan.

    Padahal,

    peran

    Pemda dalam bidang pelabuhan

    laut, diatur dalam

    UU

    No 7712008, tentang

    Pelayaran.

    Disebutkan,

    pemerintah

    9 Perspehtif

    Menuju Masa

    oepan

    uartim

    lndonesia

    I

    lOl

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    12/60

    TATA KELOLA PELABUHAN

    AMBURADUL

    daerah

    tidak

    hanya

    sebagai

    pelaksana (membangun dan mengo-

    perasikan),

    tetapi

    berkewenangan

    mengelola pelabuhan

    laut,

    ya-

    itu

    jenis

    pelabuhan pengumparL

    dan pelabuhan

    sungai/danau.

    Adapun

    tujuan

    otonomi daerah,

    yakni mempercepat

    terwujudnya

    kesejahteraan masyarakat

    melalui

    peningkatarL

    pelayanan, pem-

    berdayaan, peran serta masyarakat,

    dan peningkatan

    daya saing

    daerah. Hal

    itu diwujudkan dengan

    memperhatikan

    prinsip de-

    mokrasi,

    pemerataary keaclilan,

    serta

    prinsip

    dalam

    otonomi/de-

    sentralisasi

    karena

    itu

    tidak adil

    apabila

    pemerintah

    daerah

    tidak

    diberdayakan

    dengan adanya

    kewenangan pengelola

    pelabuhan,

    khususnya

    perikanan.

    Sebenarnya ada peluang

    bagi pemda

    mendapatkan

    kewenangan

    mengelola pelabuhan

    ditinjau

    dari

    tujuan otonomi

    daerah

    di

    Indonesia dan

    prinsip

    keadilary

    yaitu

    pemberdayaan.

    Di

    sini

    perlu dibentuk pengaturan

    yang

    memberikan

    kepastian

    hukum

    adanya

    kewenangan pemerintah

    daerah

    mengelola

    pelabuhan.

    Dalam

    hal ini aturan

    yang

    tepat adalah

    undang-undang

    dan

    peraturan pelaksanaanya

    secara

    rinci mengatur urusan bidang

    pelabuhary sehingga

    tidak menimbulkan

    kekaburan

    norma

    dan

    interpretasi

    tidak

    tepat.

    Selain

    itu,

    perlu

    adanya

    Peraturan

    Daerah

    (Perda)

    yang

    dibentuk dengan

    memperhatikan

    pemben-

    tukan

    peraturan.

    Pengelolaan pelabuhan daerah dapat

    meningkatkan

    Pendapatan

    Asli

    Daerah

    (PAD),

    sehingga

    pertumbuhan ekonomi

    di

    yrilayah

    tersebut

    maju.

    Permasalahan lain

    adalah

    belum adanya

    anggaran dari

    APBN

    yang dikeluarkan pemerinkrtr pusat,

    khususnya

    Direktorat

    ]mderal

    Perhubungan

    Laut

    Kementerian

    Perhubungan

    yang

    diotonomikan.

    Padahal sesuai

    UU

    Otonorni

    Daerah, seharusnya sudah

    dianggarkan.

    Selama ini dalam pembangunan

    dan pengelolaan

    pelabuhan, dae-

    rah belum dilibatkan. Pemerintah daerah

    hanya

    menyediakan

    lO2

    |

    e f*pefrtif uauiuMa$DeF

    Maddmlndonesl.

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    13/60

    TATA

    KELOLA

    PELAEUHAN AMBURAOUL

    lahan. Setelah lahan dibebaskan,

    pembangunan pelabuhan

    mulai

    dari kontraktor

    dan pengelolaan

    diambil

    pusat.

    Sebenamya

    pem-

    bangunan pelabuhan bisa

    mengguriakan anggaran

    DAK dan DAU,

    sehingga

    pelabuhan

    itu bisa dikelola pemerintah

    daerah.

    Sebanyak

    57

    kabupaten&ota

    sebenamya sudah berusaha

    meminta

    hak

    pengelolaan pelabuhan

    dari PT Pelindo, menyusul

    gugatan

    uji materiil

    Qudicial

    reaieus)

    terhadap

    PP No 691200'1.,

    tentang pe-

    laksanaan

    teknis

    kepelabuhanan,

    ymg

    dikabulkan

    MA.

    Puncak

    konflik

    terjadi dengan dikeluarkannya

    Kepmendagri

    N6

    l12,2}Og,

    tentang pembatalan Perda No

    U2001,

    Kepelabuhanan Kota Cilegon;

    dan Kepmendagri

    No

    53/2003,

    tentang

    pembatalan

    Perda

    No

    U2007,

    Kepelabuhan

    Cilacap.

    Di

    sisi

    lairu karena

    desentralisasi

    sudah

    menjadi

    komitmen

    nasional,

    maka

    upaya

    revisi

    ULI

    N

    o2211999

    yartg

    mengardh

    pada

    resentralisasi

    tidak

    dapat dibenarkan. Dalam konteks sengketa

    kepelabuhanan

    ini, hanya ada dua altematif

    kebijakan

    yang

    pantas dikembangkan,

    yakni revisi LIU No 2211999

    secara

    tulus

    dengan

    prinsip

    win-win

    solution; atau melanjutkan proses desentralisasi

    dan menyerahkan

    pengelglaan

    pelabuhan

    kepada daerah,

    disertai

    dengan

    pembinaan

    teknis.

    Di

    antara kedua

    alternatif di

    atas,

    opsi kedua

    menjadi

    pilihan

    yang paling rasional.

    ,

    Aspek negatif sejak digulirkannya kebijakan

    desentralisasi, telah

    tampak

    dengan upaya daerah

    yang menjupus pada terbangunnya

    local

    kingdom

    atau bossism.

    Kasus

    sengketa

    kepelabuhan ini ha-

    nyalah salah safu cermin dari

    kekuasaan daerah

    yang semakin

    menguat.

    Namun

    di

    sisi lain,

    harui diakui

    pula

    bahwa

    UU

    No

    2211999

    terlalu

    gegabah

    dalam

    mendesain

    format

    otonomi,

    se-

    hingga memberi

    dasar

    yang sah bagi

    daerah

    u4tuk melakukan

    pe-

    ,",gu*bilulihan aset

    -urpqii

    kewenangan tertentu yang selamalni

    dimiliki

    dan dijalankan

    pemerintah pusat.

    9 PGFtdf

    lrouiu

    M.r

    Oern MdCrn

    llffide

    I

    lO3

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    14/60

    rATA KELOLA

    PELABT'HAN

    AI'4BURADUL

    i$ementara

    semangat

    mempertahankan

    NKBI

    sebagai

    -negara

    -ifunitaris,, masih

    sangat

    kuat.

    waiar jika

    perbedaan persepsi

    antata

    dd6brifiitah

    Pusat

    dan

    Daerah

    menjadi

    semakin

    meruncing.

    salah

    satu

    puncak

    konflik

    ini

    seperti

    disebutkan

    di

    atas

    dengan

    keluamya

    Kepmendagri

    No

    1L212003.

    Dipihak

    lain,

    karena

    desentlalisasi

    sudah

    menjadi

    komitmen

    nasio-

    nal

    makajupaya

    revisi

    UU

    No

    2211999

    yang

    mengarah

    kepada

    re-

    sentralisasi,

    jelas

    tidak

    dapat

    dibenarkan.

    |ika

    dicermati

    lebih

    dalam

    anatomi

    permasalahan

    ini,

    sesungguhnya

    daerah

    tidak

    memiliki

    alasan

    yang

    kuat

    untuk

    menl,ambil

    alih

    pelabuhan.

    Artinya

    argumen

    ytrL1rnendukung

    pengelolaan

    pelabthan

    oleh

    Pemd+

    sangatlah

    le-

    mah

    karena

    hanya

    mengandalkan

    pada basis

    yuridis

    berupa

    putusan

    MA

    yang

    mengabulkan

    uji

    materiil

    terhadap

    PP No

    691200L,

    namun

    kurang

    meyakinkan

    dari

    segr

    urgensi, efektivitas dan manfaat

    pe-

    ngambilalihan

    pengelolaan

    tersebut

    bagi

    masyarakat

    daerah'

    Narnun,

    dalam

    konteks

    ini

    kewenangan

    pengelolaan

    pelabuhan

    bu-

    kan

    terrnasuk

    kewenangan

    yang

    dikecualikan

    sebagaimana

    diatur

    dalam

    Pasal

    7 UU

    No

    2217999.

    Selain

    itu,

    Pasal

    119

    menegaskan

    ,bahwa

    kawasan

    pelabuhan

    termasuk

    kewenanga4

    kabupaten/kota.

    'Pengelolaan

    pelabuhan

    meniadi wewenang pemda

    setelah 27

    pasal

    dalam

    PP

    No

    691200l

    dibatalkan

    oleh

    MA.

    Dengan

    demikiaru

    PT

    Pelindo

    hanya

    operator

    di

    kawasan

    pelabuhary

    karena

    regulator

    kepelabuhanan

    meniadi

    wewenang

    pemda.

    I

    PenempatanUPTDephub

    di

    daerah

    akanmenimbulkan

    overlapping

    tugas

    dan

    kewenangan

    dengan

    ap:[atur

    hubungan

    laut

    di

    daerah.

    Di

    samping

    itu,

    hatini

    juga

    menyebabkan

    terganSSunya

    kinerja

    daerah

    sekaligus

    bertabrakan

    dengan

    Kepmendagri

    No L30-57/2002'

    Perda

    kepelabuhanan

    itu

    diperlukan

    pemda

    karena

    pelaksanaan

    kewenargan

    pengelolaan

    pelabuhan

    di

    daerah

    sering

    memicu

    lO4

    |

    encp*mUaulull.s

    DePrn

    M.ritu

    lndongit

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    15/60

    TATA KELOLA PELAEUHAN AMBURADUL

    konf{ik atau benturan

    dengan

    PT

    Pelindo.

    Hal

    tersebut

    dibutuhkan

    karena

    hak pelabuhan dapat mendatangkan income

    daerah

    untuk

    meningkatkan

    kesejahteraan

    masyarakat

    di berbagai bidang

    (Pendapat

    umum berbagai

    Pemda

    yang

    telah

    memiliki

    Perda Pe-

    ngelolaan

    Pelabuhan)

    Perebutan

    Kewenangan Pelabuhan

    Secara

    legal formaf

    kewenangan pelabuhantelah

    didesentralisasikan

    terhadap

    daerah.

    Hal

    ini

    diatur dalam

    ketentuan Pasal 119 UU

    No

    2211999 yang menyatakan,

    "

    Kewenangan daerah

    kabupaten dan daerah

    kota..

    sebagaimana

    dimaksud

    P asal

    '1.L,

    berlaku

    juga

    di kawasan otorita

    yang

    terletak dalam

    daerah

    otonom,

    meliputibadan

    otorita,

    kawasan

    pelabuhan,

    ka.wasan bandar uilara,

    kawasan

    perumahan,

    kauasan

    industri, kawasan

    perkebunan,

    kawasan pertambangan,

    kawasan kehutanan,

    kawasan

    pariwisata, karaosart

    jutan

    bebas

    hambatan,

    dan knwasan lain sejenis"

    .

    Ketentuan

    tersebut

    diperkuat

    PasalT yang

    mengatur kewenangan

    daerah

    mencakup kewenangan dalam seluruhbidang

    pemerintahan,

    kecuali

    kewenangan dalam bidang

    irolitik

    luar negeri, pertahanan,

    keamanan, peradilan, moneter

    dan fiskal serta agama.

    .

    Meski demikiaru

    Pasal 10 UU

    ini

    mengatur

    secara lebih khusus

    i/ex

    speciolis) tentang kewenangan

    daerah

    di wilayah

    laut, yang meliputi

    lima rincian

    kewenangan,

    1) eksplorasi,

    eksploitasi,

    konser-

    vasi, dan pengelolaan

    kekayaan laut;2) pengaturan

    kepentingan

    administratif; 3) pengaturan tata ruang;

    4) penegakan hukum

    terha-

    dap

    peratulan

    yang

    dikeluarkan

    oleh daerah

    atau

    yang

    dilimpahkan

    kewenangannya

    oleh

    Pemerintah; dan 5) bantuan

    penegakan ke-

    amanan

    dan kedaulatan

    negara. Pelaksanaan

    kelima kewenangan

    itu

    sendiri

    dibatasi hanya empat mil

    laut, atau

    sepertiga

    dari

    batas

    laut

    provinsi

    sepanjang L2 mil laut.

    9 Peryhtif Mnuiu Mas Depn

    Maddm

    lndooeca

    I

    lO5

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    16/60

    TATA KELOLA

    PELABI.'TIAN

    AMSURADUL

    Pembatasan

    "wilayah kerja"

    terse*rut

    tidak identik

    dengan

    batas

    administratif wilayah.

    futinya

    kewenangan kabupaten&ota

    di

    wilayah

    laut

    mencakup

    area 04

    mil laut,

    kewenangan

    provinsi

    mencakup

    area 0-L2

    mil

    laut,

    dan

    kewenangan

    pemerintah

    pusa

    meliputi

    wilayah

    pesisir

    (l mil laut)

    hingga

    batas

    luar

    teritorial

    negara

    Indonesia

    (zona ektnomi

    eksklusif).

    Di mana

    kewenangan

    daerah

    di

    wilayah laut

    ini lebih

    dimaknakan

    sebagai

    "manaiemen

    pelabuhan",

    dan

    bukan

    "penguasaan

    pelabuhan".

    Hal lain pengertian

    pengelolaan

    pelabuhan

    sesungguhnya

    bukan

    dalam

    arti

    sempit

    sebagai

    pengelolaan

    dermaga

    dan

    infrastruktur

    fisik

    pelabuhan

    lainnya;

    tetapi menyangkut

    keselamatan

    lalu lintas

    "pelayaran,

    sistem

    navigasi

    dan

    persandian,

    perizinan

    kapal

    yang

    akan

    berlabuli

    atau berlayar,

    administrasi

    bongkar

    muat,

    dan se-

    bagainya. Kewenangan

    terknis

    seperti

    itu

    sangat

    mensyaratkan

    kemampuan yang

    handal

    dad

    SDM

    dan

    perangkat

    sistern

    kedik-

    latan

    pendukungnya.

    Tanpa

    human-ware

    yang

    memadai,

    maka pe-

    ngambilalihan

    pengelolaan'pelabuhan

    hanya

    akan

    mendatangkan

    kerugian baik

    bagi

    pemerintah

    pusat,

    pemerintah

    daerah,

    mauPun

    masyarakat

    di wilayah

    tersebut.

    Mengenai

    klasifikasi

    iu, f,ir*ti

    pelabuhan,

    sebenarnya

    PP

    No 6912001

    telah membuat

    pengaturan

    yang

    jelas.

    Di

    sini,

    pe-

    labuhan

    dibagi

    menjadi

    3

    (tiga)

    jenis,

    yaitu

    pelabuhan

    nasional

    dan

    intemasional

    yang

    dikelola

    Pf Pelindo;

    pelabuhan

    regional

    yang

    dikelola

    pemerintah

    provinsi;

    dan

    pelabuhan

    lokal

    yang

    Pe-

    ngelolaannya

    ldiserahkan

    kepada

    pemerintah

    kabupaten

    dan

    kota.

    Jika

    klasifikasi'semacam

    ini dapat

    dilaksanakan

    secara

    konsisten,

    akan

    memperjelas

    pembagian

    kewenangan

    dan mekanisme

    hubu-

    ngan

    antara pusat,

    provinsi,

    dan

    kabupaten/kota.

    Namun

    dalam praktiknya

    tidak,ada

    kriteria

    yang

    jelas

    memasukkan

    pelabuhan dalam

    kategori

    nasionaVintemasional,

    regional,

    atau lo-

    l(J6

    I

    9

    PeGpehifuenuiu

    Md Dcp.nlbffi

    lndonec.

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    17/60

    TATA TELol.A

    PELAEUHAN

    AMEURADUI.

    kal.

    Sebagai

    contotu

    Pelabuhan

    Brebes yang

    semestinya

    merupakan

    pelabuhan

    lokal

    pada

    kenyataannya

    dikategorikan

    sebagai

    pelabuhan regional yang

    berarti masih

    dalam kewenangan

    Kanwil

    Dephub

    lawa

    Tengah.

    Hal

    tersebut

    mengakibatkan

    daerah

    tidak

    bisa mendapatkan

    pemasukan dari sektor

    kelautan yang secara

    nyata

    dijarnin UU

    No?-211999.

    Atas kondisi tersebut, semestinya

    tidak

    perlu

    teriadi

    konflik

    pe-

    ngelolaan pelabuhan yang

    berla{lrt-larut.

    Pemerintah tinggal

    melakukan

    pengaturan

    ulang

    tentang

    klasifikasi

    pelabuhan

    beserta

    kriteria-kriteria

    yang

    jelas.

    Kemudian

    menetapkan

    jenis

    pelabuhan

    mana

    yarr1

    didesentralisasikary

    atau

    yang

    didekonsentrasikan,

    atau yang

    masih

    disentralisasikan.

    Agar

    tidak

    menimbulkan

    interpretasi yang

    beragam serta potensi

    konflik

    di kemudian

    hari,

    maka penetapan

    pola

    pengelolaan

    pelabuhan

    harus di,"ertai

    rincian kewenangan

    secara

    detil.

    l

    Tumpang

    Tindih

    Peraturan

    Pelabuhan

    Diberlakunya UU No

    2217999,

    pada dasamya

    tidak secara

    otomatis

    membatalkan

    atau

    rnenghapuskan

    peraturan

    organik

    di

    sektor

    lain.

    Pasal

    133

    UU

    ini

    hanya

    menyatakan,

    Ketentuan

    peraturan

    perundang-undangan

    yang bertentangan

    dan/atau

    tidak

    sesuai

    dengan

    undang-undang

    ini,

    diadlakan

    penyesuaian.

    Ini berarti,

    UUI

    PP/KeppresA'ermen

    tentang

    peJabuhan,

    kehutanan,

    pertanahan,

    dan

    sebagainya

    masih

    terus berlaku sepanjang

    belum diganti.

    Meski demikian,

    jika

    berbagai

    peraturan

    tersebut d.ianggap berten-

    tangan

    dengan

    UV

    No 22l1ggg,

    maka

    wajib segera

    diadakan

    pe-

    nyesuaian dengan semangat

    deserrtralisasi

    luas kepada daerah. Ma-

    salahnya hingga

    saat

    inibelum ada kajianyang

    komprehensif tentang

    daftar peraturan perundangan yang

    bertentangan dengan

    UU itu.

    9 |ta6g.ridf

    Meftf, Me apan Maridn lndoncia

    I

    lO7

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    18/60

    Dalam hubungan

    ini,

    putusan

    MA

    soal

    pengabulan

    uji

    materiil PP

    No

    5912001

    sebenamya

    harrya merupakan penyelesaian

    sengketa

    antara

    Pemerintah Pusat

    (I'P

    No

    69/2001)

    dengan Pemda Gresik

    (Perda

    Pengelolaan Pelabuhan).

    Sebagaimana

    diketahui,

    pada

    awalnya

    kasus

    ini muncul l

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    19/60

    PELAYARAN

    NASIONAL TERPURUK

    Putusan

    uji

    materiil

    MA

    bukanlah solusi akhir.

    Bentuk-bentuk

    konflik

    baru

    masih

    sangat

    mungkin

    terjadi,

    di

    man3 MA

    tidak

    lagi

    berfungsi menjadi

    juri-nya.

    Untuk mengantisipasi hal

    seperti

    ini,

    maka

    revisi PP

    No

    6912001

    hendaknya tidak

    dilakukan secara

    sepihak pemerintah

    pusat, namun dengan mempertimbangkan

    kepentingan dan

    aspirasi daerah.

    Dari

    situasi tersebut persoalan

    direduksi

    menjadi

    konflik

    kepentingan.

    Artinya yan

    g

    dipermasalahkan

    hanyalah

    siapa yang berhak

    mengelola

    pelabuhan.

    Bukan pada pertanyaan

    tentang

    siapa

    yang lebih mampu

    rnengelola

    pelabuhan demi kemajuan

    pembangunan dan pelayanan

    umum

    di

    daerah atau

    mekanisme apa yang paling

    efektif untuk

    mengelola pelabuhan.

    Padahal manajemen

    pemerintahan yang ideal

    adalah

    sebuah

    proses

    yang

    mengkompromikan

    antara

    kepentingan

    demokratisasi

    dan

    pemberdayaan. Desentralisasi

    luas

    wajib

    didukung

    sepanjang

    mampu menghadirkan pemerintan

    daerah

    yang

    lebih

    efektif dalam bekerja dan

    lebih prima

    dalam

    kinerja.

    Kini, yang

    diperlukan adalah payung

    hukum

    yang

    jelas

    tentang

    wewenang

    pengelolaan pelabuhan,

    serta

    berbagai

    implikasi

    yang

    timbul dari

    pengelolaan

    tersebut.

    Sebagai

    contotr,

    jika

    pelabuhan

    dikelola

    daerah,

    harus pula

    dijamin

    a

    d,arryaprofit

    sharing

    alr/rara

    pusat

    dengan

    daerah,

    serta

    antara

    daerah

    yang

    menguasai

    pelabuhan

    dengan daerah lain

    yang menggunakan

    jasa

    pelabuhan

    tersebut.

    PELAYARAN

    NASIONAL TERPU

    RU K

    Kompleksitas

    permasalahan

    yang

    dihadapi

    armada pelayaran na-

    sional menyebabkan

    perkembangannya

    memprihatinkan.

    Sungguh

    ironis

    jika

    dibandingkan kenyataan

    Indonesia

    sebagai negara ke-

    pulauan.

    Semboyan

    Indonesia

    "nenek

    moyang ku

    seorang

    pelaut"

    kini

    tinggal

    menjadi

    slogan

    saja.

    9 PetspGh.f Menuiu

    MaF Oepan Marltim lndon6l.

    I

    l09

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    20/60

    Padahal, selama

    berabad-abad

    nenek

    moyang

    bangsa

    Indonesia

    telah

    menggunakan

    laut

    se:bagai

    sarana

    perniagaan

    dan

    sumber

    penghiduparu

    bahkan

    menjadi

    sumber

    kejayaan

    dari

    kerajaan

    nu-

    santara,

    dimana berbagai

    strku

    bangsa

    di wilayah

    nusantara

    pada

    saat

    itu

    telah memanfaatkan

    keberadaan

    laut

    dengan

    teknologi yang

    sangat sederhana

    dalam

    dtLnia pelayaran

    dalam usaha memenuhi

    kebutuhan

    hidup

    dengan

    jalan

    mengadakan

    perdagangan

    antar

    pulau

    secara

    efektif,

    efisierL,

    cepa

    nyaman dan

    terjangkau

    serta

    sesuai

    dengan

    kepentingan

    nasional.

    Bila

    dilihat

    dari

    segi

    kapasitas

    armada

    nasional yang

    ada pada sebuah

    negara

    dengan

    luas

    lautrya

    i75

    persen

    dari

    luas keseluruhan

    wilayah-

    nya,

    Indonesia berjumlah

    cukup

    mem:njukkan

    sebagai

    negara maritirn,

    ditingkatASEAN-pun

    kekuatan

    armada pelayaran

    nasional

    menempati

    urutan

    terendah, berada di bawah Malaysia dan

    Filipina.

    ,

    .i.:i;iriil

    :

    ,.1

    :\

    PELAYARAN NASIONAL

    TERPURUK

    I I

    O

    I

    c

    perspentifvenuiu

    Masa Depan Mariiim

    Indonesia

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    21/60

    PELAYARAN

    NA5IONAL

    TERPURUK

    Seharusnya

    masih memerlukan

    kekuatan armada yang

    lebih

    banyak

    untuk

    memenuhi kebutuhan

    pening

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    22/60

    PELAYARAN

    NASIONAL.TERPURUK

    pelayaran nasional yang selama

    ini

    seolah

    tertidur karena

    kalah

    bersaing dengan

    industri

    pelayaran

    asing?

    Berdasarkan

    data Indonesia National

    Ship Owner

    Association

    (INSA),

    sampai

    2020 perusahaan

    pelayaran

    nasional baru bisa

    mendapatkan pangsa pasar

    pelayaran

    internasional sekitar

    30

    persen

    dari

    550

    juta

    ton

    peti

    kemas yang

    nilainya 22 miliar

    dolar

    AS.

    Sementara

    pzrngsa

    pasar

    domestik

    sampai

    2020 perusahaan

    pelayaran nasional

    diperkirakan

    mendapatkan

    80

    persen

    dari

    370

    juta

    ton muatan

    yang

    nilainya

    mencapai Rp23

    triliun.

    Kondisi

    saat

    ini,

    kegiatanekspor-imporyang

    dilayani

    kapal

    asing sebanyak

    96,59

    perserL sedangkan

    angkutan kargo dalam

    negeri yang

    dilayani

    kapal

    asing sebesar

    46,8 persen.

    Akibatnya total devisa

    nasional

    yang

    diambil kapal asing

    mencapai

    11

    miliar

    dolar

    AS atau Rp

    99

    triliun

    per tahun.

    .

    Setelah

    UIJ

    No

    7712008

    tentang pelayaran

    nasional diberlakukan,

    memberikan

    harapan

    baru

    bagi

    perkembangan

    pelayaran nasional,

    apalagi

    dalam UU

    tersebut memberlakukan

    asas

    cabotage.

    Pene-

    rapan

    asas

    ini

    tentunya akan

    memacu

    industri

    pelayaran

    nasional

    dan mengharuskan penambahan

    armada yang

    berbendera

    hrdonesia.

    Namunyang

    menjadi

    pertanyaan,

    apa

    Indonesia sudah

    mampu melaksanakan

    asas cabotage

    karena

    keterpurukan

    ipdustri

    perkapalan dan pelayaran

    nasional selama sekian

    tahun tentunya

    membutuhkan energi yang

    besar untuk bisa

    bangkit. Namun

    semangat

    untuk menjadikan

    Indonesia

    sebagai

    negara

    maritim yang

    tangguh, pemerintah

    harus konsekuen

    melaksanakan

    asas

    ini.

    Penerapan

    asas

    cabotage

    maritime

    yang

    dilakukan

    China,

    misalrry+

    telah terbukti memberikan

    keampuhan luar biasa pada

    daya

    saing

    produk-produk

    dalam negeri Negeri

    Tirai Bambu

    itu.

    Saat

    ini,

    siapa

    pun dan

    dari

    negara mana pun yang ingin berdagang

    dengan China

    wajib memakai kapal

    berbendera

    China.-Tidak

    hanya itu,

    kapal

    I 12

    |

    thBfi$f M6uiu MeDFn Maridm lndm6i.

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    23/60

    PELAYARAN

    NASIONAL

    TERPURUK

    yang digunakan

    pun

    harus

    dibangun

    di China,

    didanai

    oleh

    bank

    negara

    di

    sana,

    harus dominan diawaki oleh pelaut

    mereka, dan

    wajib

    direparasi

    di galangan

    kapal

    di China.

    Pelayaran

    Nasional

    Dikuasai

    Asing

    Pemberlaku;m

    asas

    cabotage

    belum

    efektil

    muncul

    Sagasan

    untuk

    melakukan perubahan atau

    revisi

    terhadap

    UU

    Nomor

    17

    tahun

    2008

    khusunya

    tentang

    asas cabotage.

    Rancangan

    revisi

    UU

    No

    1712008

    sudah

    diserahkan

    pemerintah

    ke DP&

    dan masuk

    dalam

    Program

    Legislasi

    Nasional

    RUU

    Prioritas

    Tahun

    2011.

    Saat

    ini,

    Komisi

    V DPR

    dalam

    tahap pembahasan

    serta

    meminta

    tanggapan

    dan

    masukan

    beberapa pihak

    mengenai

    revisi tfU

    tersebut.

    Implementasi

    asas

    cabotage

    merupakan pertaruhan harga

    diri

    ke-

    daulatan

    bangsa,

    guna

    menjadikan

    industri

    pelayaran

    sebagai

    tuan

    rumah

    di

    negeri

    sendiri,

    sesuai

    amanat

    hrstruksi

    Presiden

    No 5/2005

    dan UU

    No 172008.

    Semangat

    cabotage

    dan

    merah-putih

    pasti

    bis4

    jika

    ada keberpihakan

    pada

    potensi

    dalam

    negeri.

    Selama

    kurun

    waktu

    5 tahun sejak

    Inpres

    No 5/2005

    dikeluarkan,

    potensi

    dalam

    negeri

    telah mampu

    men;adikan

    angkutan

    laut

    nasional

    Indonesia

    hampir

    berdaulat

    dengan

    mendominasig},Z

    Persen

    dari

    angkutan

    muatan

    antar

    pulau dan pelabuhan

    dalam

    negeri

    lndonesia.

    Selain

    itu,

    hal ini

    juga

    dapat

    meningkatkan

    ketersediaan

    angkutan

    laut

    nasional/kapal

    dari 6.041.

    unit pada

    Maret

    2010 menjadi

    9.705

    unit pada

    November

    2010.

    Pencapaian

    ini

    telah

    menimbulkan

    efek

    dornino bagi bangkitnya

    sektor

    ekonomi

    bangsa

    dari

    hulu.

    Secara

    terpisah,

    Anggota

    DPR RI dari

    Komisi

    V

    Abdul

    Hakim

    me-

    nilai banyak

    kebijakan pemerintah

    di sektor

    pelayaran

    yang

    tidak

    sesuai

    dengan

    amanat

    UU

    No

    1712008. Masing-masing

    kementrian

    9 ttrSpedf

    Msu,u Ma$ rpan

    Mantm ldonEh

    I

    llJ

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    24/60

    PELAYARAN NASIOITAL TERPUhUK

    memiliki

    agenda

    masing-masing

    dan tidak

    mengacu pada UU

    Pelayaran dan

    asas

    cabotage

    .

    Presiden

    harus

    turun

    tangan mengatasi

    tarik

    menarik

    kepentingan

    ini untuk

    kepentingan

    bangsa.

    Abdul

    Hakim

    menegaskanbahwa

    dasar

    hukum

    pemerintah

    menga-

    jukan

    revisi

    UU

    No 17l2OO8lemah.

    Bahkan naskah

    akademis yang

    disodorkan pemerintah

    kepada DP&

    kata Hakim, secara tegas

    me-

    nunjukan

    keberpihakan

    pemerintah terhadap

    kepentingan

    asing

    atas

    industri

    pelayaran di

    TanahAir.

    Kalau

    saja

    Bapak Presiden yang

    terhormat

    membaca

    naskah aka-

    demis yang disusun

    peme:rintah,

    tentu

    beliau

    akan sangat

    miris.

    Kesimpulan

    naskah akadernis

    tersebut secara

    jelas

    dan

    gamblang

    menyatakan

    bahwa

    untuk

    menjaga

    ketersediaan

    kapal

    asing pe-

    nunjang

    kegiatan eksplorasi dan

    produksi

    Migas nasional

    tidak ter-

    henti maka

    perlu

    dilakukan

    perubahan

    UU No

    172008.

    Komisi

    V

    DPR

    sepakat

    bahwa

    asas cabotage

    tetap

    diberlakukan

    pada

    7 Mei 2011 dan menolak usulan

    revisi UU

    No 172008 ten''

    tang Pelayaran. Mereka

    menilai, penerapan

    asas cabotage

    di

    industri

    pelayaran

    nasional tidak hanya berdampak

    meningkatkan

    perekonomian

    dan lapangan

    kerj+

    juga

    untuk

    menjaga

    kedaulatan

    wilayah

    laut nusantara.

    Penolakan

    yang

    sama

    datang

    dari

    Dewan

    Perkapalan

    Indonesia,

    Indonesian Nasional Shipowner

    Assosiotion

    (INSA),

    dan Industri

    Galangan

    Kapal Indonesia. INSAmempertanyakan

    alasan

    pemerintah

    melakukan revisi sebelum LtU

    No 1712008

    diberlakukan.

    Keberhasilan yang telah dicapai

    setelah

    6 tahun pelaksanaan

    asas

    cabotage

    antara lain penerimaan

    usaha

    meningkat,

    penerimaan

    negara bertambah, lapangan

    kerja

    lebih terbuka dan

    kedaulatan

    NKRI tetap

    terjaga. Selama

    kurun waktu

    tersebut, pertumbuhan

    ll4

    |

    e

    Ccagchtif

    Uoulu

    Mee Oepar Ma.ltlm

    lndtrsia

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    25/60

    PELAYARAN

    NASIONAL

    TERPURUK

    armada nasional

    hingga Oktober

    2010

    mencapai

    9.884

    unit,

    yang

    sebelumnya

    di

    Maret

    2005

    hanya

    berjumlah

    6.041

    unit.

    Data

    dari

    Kementerian

    Perhubungan

    juga

    menyebutkan,

    angkutan

    laut

    dalam

    negeri

    pada September

    201.0

    mencapai

    229,9

    iuta

    ton atau

    95

    persen

    dan angkutan

    laut

    armada

    asing

    11,8

    juta

    ton

    atau

    5

    Persen.

    Sementara

    unfuk

    angkutan

    laut

    internasionaf

    armada

    nasional

    hanya

    mengangkut

    49,3

    futa

    ton

    atau

    9

    persen

    dibandingkan armada

    asing

    yang

    mencapai

    501,7

    juta

    ton atau

    91,0

    persen.

    Sejak

    Desember

    2009,

    angkutan

    laut

    migas

    hilir

    dalam

    negeri

    telah

    seluruhnya

    menerapkan

    program

    nasional

    asas

    cabotage.

    Ketua

    Umum

    INSA,

    johnson

    W Sutjipto,

    berpendapat

    jika

    pemerin-

    tah

    ngotot

    mengajukan

    revisi

    UU

    No

    1712008

    dan

    mencabut

    pe-

    nerapan

    asas

    cabotage,

    maka

    Indonesia

    tidak

    hanya akan

    rugi

    secara

    ekonomi,

    tapi

    juga

    menggadaikan

    kedaulatannya

    kepada

    pihak

    asing.

    Selain

    produk

    undang-undang

    yang

    harus

    dibenahi,

    infrastruktur

    di

    sektor

    pelayaran

    nasional

    iuga

    perlu

    diperbaiki.

    Pelabuhan

    di

    Indonesia

    sudah

    banyak

    kelebihan

    kapasitas

    dan

    waktu

    pemuatan

    yang

    lama.

    Asosiasi

    Logistik

    dan

    Forwarder

    Indonesia

    (ALFI)

    memintS

    pe-

    merintah

    untuk

    segera

    membenahi

    fasilitas

    dry

    port

    di Terminal

    Peti Kemas

    Bandung

    (TPKB)

    Gede

    Bage

    Suna

    memperlancar

    arus

    bara,rng

    ke

    Pelabuhan

    T*ir.g

    Priok.

    Sekien

    ALFI,

    Siti

    Ariyanti

    Adisoedirq

    mengatakan

    pihaknya

    telah berdiskusi

    dengan

    Divisi

    Litbang

    Kementerian

    Perhubungan,

    Kementerian

    Pekerjaan

    Umum,

    PT

    KAL

    dan

    perwakilan

    TPKB

    Gede

    Bage

    untuk

    menemukan

    solusi

    dalarn

    mengatasi

    inefisiensi

    arus

    barang Gede

    Bage-Tanjung

    Priok.

    Menurut

    Ariyanti,

    volume

    barang

    yang

    melalui

    TPKB

    Qede

    Bage

    terus

    merosot

    sejak

    tersedianya

    Tol Cipularang

    yang

    meng-

    hubungkan

    )akarta-Bandrrng.

    Kata

    di4

    perlu ada

    langkah-langkah

    9

    PeEpthdf

    M6uru Me D.t r

    M.d6fr lnrron6ia

    I

    ll5

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    26/60

    )ffiHr+Ff*t

    U1rA9/lftiIff.I$PK

    eruffi

    er#le *grry{rfi

    sIft

    tdlotqtfrudm*8g}$tri""BeBhfr

    tbsmPeti

    ir[BKBG".*nFam.a

    rlslmgited slnsrl

    E00S tgrsM ib

    slnmuledee

    mslsb

    lusl

    nstolgrrs

    .ngdJgds

    sll8lB$6rS{}95

    handling)

    dari

    menyebabkan

    lnlRf;e*F's6Eiffifi

    ".(+trhJffi

    lfiiliali

    Tanjung

    Priok bisa

    f-gB*td&$Etas

    Isnoilsn m.r8orq rrudqurrrrr-

    -nirsmsq

    sdi[lsqsbnsgrsd.oJqi[tu?

    W

    noenrlo[

    J,alfi

    mumU

    srJs)

    -r$tOtGflftn*effgilSd0$tFtotl

    uu

    iaivsr n$Iu[sgnsm

    rorogn

    rist

    igrn

    nols s

    >Isbii

    siegnobnl

    olsm

    lr*nbwm

    n e geri

    be'rbendera

    In

    dones

    ih, industrirgpg$ffi

    |69

    belum

    dapat

    bangkit.

    Sebagai

    negara

    kepulauin

    te

    brffiErfikr#rm]Arffih&P$F

    iei+rine#ffi

    ffi

    iE*h?6&htq$,

    .*pfr

    *e f,

    A4eb?gEhl?btr,gtft

    9rt

    *+funefrr'Eq#$hesnb#ryeusiktrffi8,qsqfr

    lffi

    riasieoaA

    IsnirrnsT

    ib

    troq

    grh

    estilias)

    irlsngdmsm

    asffhebrrurreqatv@ srffiBcs$8gb#W;e

    iegloa

    nolrrmenerfi

    ruinu

    eps8

    gbgD

    B)iIT

    fi6

    dalain

    nbgeri

    S"epehuhny"a

    hak

    negara

    pantai.

    A

    Bf

    tf8nbTft''.b-r-ib.e6EibA

    nsirgJngms)

    gnsdriJ

    itu

    nsb.IAXT9

    negara

    Pan-

    sb6gi

    M*

    mds,rpa$ar*-,hefd

    gtilfi"q"'h

    isfl,

    er

    r

    i

    llAJ,RB.rmEFHf , ,{Bri* 6iffi

    PfiBir}4i${Stqe"..i"

    &e*

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    27/60

    kedaulatan

    \8..IQe

    rrdns

    eetiasqedrsd

    PELAYARAN

    NASIONAL TERPURUK

    ilURUqfllT

    JAt4ot

    zi:en

    VAflNAJSi

    negara

    paniai atas wilayah

    lautnya.

    ftisi

    fuua

    flsm

    int

    emslsa

    EtsEO]IHT}H

    sarlian

    pada

    mempunyar

    peranan

    stra

    dan

    yurisd

    ffi4seU

    nisl

    isrl

    gnsgsmsg,

    Isnoiasl,4

    irsJ

    xnrsqBetrms,ki

    q'.'

    ur}*

    ilBda

    S*q,?,

    ,srrasdpqsdJsqsd

    isesplib

    nsarxfi

    d.t$

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    28/60

    PELAYARAN

    NASIONAL

    TERPURUK

    pada2009,

    selama

    ini

    angkutan

    oil

    dan

    gas

    di

    lhdonesia

    dtlhymisa

    unit

    kapal

    yeng

    seluruhnya

    berbendera

    asing''

    Atas

    lahirnya

    asas

    cabotage

    diharapkan

    industri

    galangan

    kapal

    dalarn

    negeri

    yang

    selarna

    ini

    mati

    suri

    kembali

    hidup'

    Sementara

    itu,

    dari'

    data

    Kemmterian

    L&Xrubungan'

    hingga

    september

    20L0,

    jumlah kapal

    berbendera

    hrdomesia

    tercatat

    sebmtyak

    g.dgS

    unit.

    Rata-rata

    kapas;itas

    angkutan

    kapal-kapal

    tersebuft

    13,03

    jutaGrossTon(GT)ataumeningkatdali6'04tr'unitdengankapasi,tas

    angkut5,67|staGTpadaMaret2005.)railhl,terdiridariS.Z}5unit

    kafal

    Uertapasitas

    angku

    t

    L2,4

    iutacT

    lmflik

    Perusahaan

    Alngkutan

    Laut

    Nasional

    Pemegang

    Surat

    Izin

    I-Isaha

    Perusahaan

    Angfutan

    Laut(SIUPAL)danl.530unitsisanyaberkapasitasangkut59.''.337

    GT

    ;ik

    perusahaan

    angkutan

    laut

    perregang

    surat

    Izin

    operasi

    Perusahaan

    Angkutan

    Laut

    I(rusus

    (SIOPSUS)'

    'n,

    hirigga

    kini

    industri

    pelayaran

    nasional

    masih

    terpuruk'

    'membuat

    risau

    para

    pelziku

    usahapelayaran

    domestik'

    "'

    regulator

    belum

    sepenuhnya

    mengambil

    lang-

    .lan

    tegas

    untuk

    memperbaiki

    kondisi

    pe-

    '.asilkan

    devisa

    besar

    bagi

    'i"nanfaatkan

    dengarr

    '

    aikuasaiPihak

    tilikiarmada

    asitasnYa.

    J

    terhadaP

    ang-

    hanya

    5,6

    Persen,

    :ntara,

    untuk

    share

    -eri

    yang

    mencaPai

    'l-kapal

    asing.

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    29/60

    PELAYARAN

    NASIONAL

    TERPURUK

    Kendala yang dihadapi

    dalam menerapkan

    asas

    cabotage

    adalah

    perusahaan pelayaran nasional

    tidak

    sepenuhnya memiliki

    ka-

    pal

    Mereka hanya menggantungkan usahanya pada kegiatan

    ke-

    agenan kapal.

    Kualitas dan

    perusahaan

    pelayaran membengkak

    tanpa

    kontrol.

    Sebagai

    contoh, pada

    September

    1993 terdapat

    1.045

    perusahaan

    pelayaran dan

    389

    perusahaan

    non

    pelayaran.

    Per-

    tambahan

    jumlah

    perusahaan

    pelayaran

    yang

    demikian

    cepat tidak

    seimbang

    dengan

    pertambahan

    jumlah

    tonase

    kapal-kapal

    niaga.

    Sannpar

    tahun

    2001,

    tercatat

    adaL.762 perusahaan pelayaran.

    Terungkap,

    kondisi ini terj

    adi

    k arena

    beban biaya

    yang

    harus

    dipikul

    perusahaan

    pelayaran nasional

    sangat

    besar. Beban

    pajak

    yang

    berlapis-lapis dan

    ti.ggi

    menghambat pertubuhan

    usaha

    angkutan

    kapal dalam negeri.

    Masalah

    ini tidak dialami

    perusahaan kapal

    asing

    di

    negaranya. Mereka

    justru

    banyak diberikan kemudahan

    baik dari

    segi

    permodalan maupunregulasinya. Alhasil, persaingan

    antara

    kapal

    Indonesia dengan

    kapal

    asing

    menjadi

    tidak

    adil.

    Dari

    sisi

    pertahanan

    dan keam.anan

    negara, armada

    angkutan

    nasional

    dapat menjadi

    komponen pertahanan Negara Kesatuan

    Republik lrdonesia

    (NKRI)

    dan dapat

    dimobilisasikan sebagai

    pendukung

    pertahanan negara di

    laut.

    Ini

    dapat

    dilakukan

    apabila

    negara dalarn keadaan bahaya. Seperti

    tercantum dalam

    UU

    No

    3

    Tahun

    2002

    tentang Pertahanan

    Negara dan UU

    No

    27 Tahun

    L997 tertartg

    Mobilisasi dan Demobilisasi.

    Karena

    itu,

    pelayaran

    nasional harus dipegang bangsa dan

    kapal

    milik

    sendiri

    dengan

    mengimplementasikan asas cabotage

    secara utuh.

    Hal tersebut sesuai dengan dasar

    dankepentinganutama

    penerapan

    asas

    cabbtage.

    Pertama,

    menjamin

    dan

    melindungi infrastruktur

    pembangunan

    kelautan nasional

    terutama pada

    saat

    negara

    dalam

    keadaan

    darurat,

    dibandingkan

    iika

    infrastruktur

    itu

    dimiliki

    negara asing

    yang

    sewaktu-waktu

    dapat

    ditarik. Kedua, membangun

    9

    F.Ep.lrf

    Mmlu

    ks

    O.prn

    mriom

    naom:a

    I ll9

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    30/60

    etsauQul

    uFlrEn

    deo en

    nlnEnJlrFd$.d

    6

    |

    ozl

    a

    bcEb.Fqanflnln

    y{s

    OFbs neqrfl

    |Uqd.qr

    I lla

    {nseru

    Sued

    pdel

    sruaf

    ledura

    pe

    )

    1odruo1a1

    rp uognsn8uaru

    qBBsps{a&

    hq$tenrerlq'*lr

    BiqrBqlrtxilIWtYbrYff

    ryf

    ifn

    HsJ

    rcr?cpflsaeans1

    geu8su gt ?sr

    gsupebeugruSsu

    ngsurs beuersbsu

    .

    ,

    'a8a1oqac

    susu

    ue>lderaueur

    'Ier{epe.I

    'IEuoIseN

    usr?IousJ

    gsbsg

    rrreu)sg1

    yourboueu

    ber.rsysusu

    h 8srs

    Kczstfi:ru

    Ds,r.r

    erer

    berssysusrFipy

    ft6B6g0ut"?ruttr{#PJrdRlqd

    Gm}PAt0u

    srufsrs,

    ysbsl

    pgoueags

    geu8su

    ysbsl

    seur8

    uredsqr

    ggqp

    sgII'

    psry

    ssr.r

    aeel

    berurog"l*

    -n"niwrfuryrWwErymEgfrpiffiiilseC

    ;Wex+fimv'

    BolurpsuB

    qduesr

    beqsurpslrsu

    }rlu{W

    tt

    irrpqJsr,

    hr&rysy

    b6ffrEslrscu

    Kcugsls

    LsuB

    grysqsbr

    gqsur

    greuersbpsu

    vese

    cspolsSe

    sqslslr

    )nundull]vNolsvN

    NVuv

    v'lld

    bErvlYBYl4

    l4Yzrouvr

    J,EUbnun(

    yubqlsbsl

    ilffimBr$

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    31/60

    P dW{ft

    t1.I

    tAgB&Af

    ftti?0fr lf,

    c

    9tnsmfl{rra&

    }rAel

    gnsl

    nsasls

    slnerl

    slsln

    srs:sa

    lsdilsm

    rvrer'.fr'flfl

    3fl &f,

    mqt?f;ttff eyr$id&+tHdnfafi

    'Pdntvruu"*gdr+n{cl

    #Sfff;+Rel

    ,'#'{'$3$dsfl

    manhim"ilmft

    shf HH?fu

    ffi

    da#er*@eilr#di4l

    #igts,ufl

    l"aeilff

    ifl

    r{uh.esah."rmxiirqsnr6reisifu

    #em'r@+

    Bukan Paj ak). sementara,

    ""

    t tr$ilnlttrfl

    ?AttrH ffi

    Isb

    gup+ife{

    dibebani

    hiava oaiak

    vans

    tinssi.

    -sb-gnsbsgib

    ihiiot>lsa

    jut"ftib

    tudsarsj

    msr3orq

    ds[sa

    .uli

    nisls?

    "&t*uwpoi,rFlp*ryte

    flS'Hnl."hrt{dgtnffi

    ruryni"ll*ma

    l"sgfrtsfi tdsii#dr"tqefi

    $S,laflb{ffi

    4sqi&man,

    o"npgldlmt8afia&fl{fiiehEfl8ffi

    slsmrlsbum>Isbit

    RFpsPhiRhfipt

    P epy[?hnlfrnupw

    ?94PLnffFfral'rt9fl,sB*dA

    dEP;qaI)

    trg$tsegMagbsin{piaeld

    I'f6fHHp'I

    gnstnsl

    .800SNI

    oll

    UU nsb

    d00SU\

    ol4

    M)I

    s1n

    u[ .isile3gnem

    eure,

    nsrslslsq

    roJ>Iga

    ib idstasvri

    .rli

    issa

    hnmmm,'

    @atuhcenusr,r8FiftIlryid

    EE ffiIt,'[ishssr6d6sddsmseq ilhspe

    fl

    gqff

    fhtrry#npPq;n$dqhdeQgihr,edih

    medaeat$fu5*"1n6:{rsJn4r*d&Ir4v*drffiigse

    asptrr

    ffi{t ffE'3ff ehfl

    ["pl

    mimsre[oud3g

    Emhr*tendrEei6een'a

    empiri

    s,

    pad

    ahal ma

    s

    ihlflf,Fp*$fr imiryrn

    $0fi 6hnegea{ehfr{@

    rniliki data lengkap

    kapal di Indonesia.

    |adi,

    untuk apa dimasukan

    "-,?{F#i8+tB'*+uireaiaBtB,Ieyddffi

    fl

    ,s#ift

    ilqsLfi

    #*h&Fcg

    net',;f,l$tiA*ne'f,la*,gfiffihag'

    rtu$f,dtt

    sat8flry(#Er{a[*,t#ya,

    ,ffifiHryptra$

    EHaX

    ffigg'rlhrsri

    srgbnsd

    srlndslsl

    imsb

    rlunsq

    ns>ls

    gnsl"srsgbn

    saivsb iHlin

    snsrol

    gnilnsq

    lsgnsa

    sgslods3

    .Isnoia

    ssl

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    32/60

    lebih

    dominan

    atas

    gagalnya

    PencaPaian

    target

    lifting'

    Hal

    itu

    hanya

    alasan

    yang

    dicari-car:i

    untuk

    merevisi

    UU

    Pelayaran

    tanpa

    melihat

    secara

    nyata

    perturnbuhan

    jumlah

    kapal

    niaga

    nasional

    dalam

    kurun

    waktu 5

    tahun

    terakhir

    yang

    mencapai

    63

    persen'

    Padahal,

    ada

    potensi

    sektor

    usaha

    yang

    kini

    sedang

    berjuang

    me-

    menuhi

    tenggat

    waktu

    pelaksanaan

    roadmap

    asas

    cabotage

    secara

    penuh

    demi

    tegaknya

    bendera

    merah

    putih

    yakni

    pelayaran

    na-

    sionat.

    Cabotage

    sarrgat

    penting

    karena

    nilai

    devisa

    negara

    yang

    akan

    terselamatkan

    lewat

    program

    ini

    tidak

    sedikit,

    bahkan

    mungkin

    lebih

    besar

    dibandingkan

    dengan

    dampak

    perdagangan

    bebas

    ke

    sektor

    industri

    dalam

    negeri,

    yang

    di

    perlukan

    sekarang

    adalah

    konsistensi

    dalam

    implementasi

    nya.

    Selain

    ihr,

    sejak

    Program

    tersebut

    dimulai,

    sektor

    ini

    digadang-da-

    gang

    oleh

    pemerintah

    unhrk

    menjadi

    salah

    satu

    "seniata"

    dalam

    menegakkan

    kedaulatan

    bangsa

    dan

    negara,

    tetapi

    instrumen-

    instrumen

    yang

    lainnya

    seakan

    berjalan

    sendiri-sendiri

    justru

    ka-

    rena

    kurangnya

    dukungan

    dari

    lembaga-Iembaga

    pemerintah

    se-

    bagaimana

    yang

    diamanatkan.

    Akibatnya

    kebijakan

    nasional

    asas

    cabotage

    tidak

    mudah

    melenggang

    dalam

    mencapai

    target'

    cabotage

    di

    Lrdonesia

    ditandai

    dengan

    terbitnya

    instruksi

    plesiden

    (Inpres) No

    5/2005

    tentang

    Pemberdayaan

    hrdustri

    Maritim

    Nasional

    pada

    Maret

    2005.

    Kemudian

    dilanjutkan

    dengan

    keluar-

    nya

    KM

    No

    7U2005

    dan

    UU

    No 122008,

    tentang

    Pelayaran'

    Sejak

    saat

    itu, investasi

    di

    sektor

    pelayaran

    terus

    menggeliat'

    |umlah

    kapal

    niaga

    nasional

    telah

    mencapai

    hampir

    10'000

    unit,

    atau

    terjadi

    penambahan

    armada

    hingga

    3.258

    unit

    atau

    54L

    Persen

    dibandingkan

    tahun

    2005.

    Seiring

    dengan

    pertumbuhan

    armada

    niaga

    nasionaf

    jumlah

    muatan

    kapal

    berikrrt

    ongkos

    angkutrya

    yang

    bisa

    beralih

    dari

    pelayaran

    asing

    ke

    Indonesia

    iuga

    naik

    dari

    55,5

    persen

    pada

    2005

    menjadi

    90,2

    persen.

    PELAYARAN

    NASONAL

    TTRPURUK

    122

    |

    e eespemf

    uoqu

    Ma DGPII

    Mrtilm

    lndorEsh

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    33/60

    PELAYARAN NA5IONALTERPUfl["(

    Pada

    Mei 2011, kegiatan

    pengangkutan

    jasa

    pelayanan

    kapal

    di dalam

    negeri

    sudah

    harus

    sepenuhnya menggunakan

    kapal

    berbendera

    merah-putih

    sehingga

    tidak

    ada ongkos

    jasa

    angkut dari

    domestik

    yang

    mengalir

    ke

    luar.

    Sudah

    seharus

    nya pemerintah

    beserta

    semua

    stakeholders

    mengusung

    semangat optimisme

    yang sama

    untuk

    mencapai target

    tersebut

    walau disadari

    masih adanya

    resistensi

    dari

    sementara

    pihak.

    Belajar

    dari

    pengalaman

    peneraPan

    asas

    cabotage,

    meskipun

    ter-

    lambat,

    tetapi

    keberhasilan

    Program

    ini

    telah

    membuka

    mata se-

    mua

    stakeholders

    unfuk

    memanfaatkan

    secara

    maksimal

    potensi

    penclapatan

    untuk

    negara.

    Sudah

    seharusnyalah,

    setelah

    cabotage

    berhasil

    dilaksanakan,

    pemerintah

    mendukung

    pelayaran

    untuk

    merebut

    pangsa

    muatan

    ke luar

    negeri

    (beyond

    cabotage)

    suPaya

    arus devisa

    negara yang

    keluar dari ongkos

    angkut

    dapat

    dinikmati

    bangsa dan negara.

    Saat

    ini merupakan

    waktu

    yang

    tepat

    untuk

    membicarakanbeyond

    cabotage,

    menglngat

    kegiatan ekspor

    komoditas

    migas,

    hasil

    pertam-

    bangan seperti

    batu bara,

    perkebunan,

    crudepalm

    oil

    (CPO) dengan

    volume

    hingga mencapai 500

    juta

    ton per tahun

    hingga

    kini

    masih

    dikuasai

    oleh

    perusahaan

    pelayaran

    berbendera

    asing. Sekedar

    gambaran,

    dari

    ekspor batubara dengan

    volume

    220

    juta ton

    Per

    tahuru Indonesia

    kehilangan

    potensi

    devisa

    hingga mencapai

    4,4

    miliar

    dolar

    AS.

    Asumsi

    ini

    berdasarkan

    perhitungan

    biaya angkut

    dari Indonesia

    ke kawasan

    regional

    termasuk China

    yang rata-rata

    20 dolar

    AS

    per

    ton.

    Seharusnya

    tidak sulit

    bagi bangsa

    ini untuk mendapatkan

    haknya

    atas

    kesempatan pengangkutan

    komoditas

    nya

    sendiri.

    Mengingat

    bahwa

    pemilik

    muatan-muatan

    tersebut'bangsa

    ini

    juga.

    Hal

    yang

    ironis adalah sementara

    kita kehilangan

    devisa

    sebaliknya

    bank-bank

    lokal di Indonesia mengalami

    kesulitan

    menyalurkan

    9

    F.rEFhdf

    M6qu

    M.* Ocpa udm rnrtorsie

    |

    123

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    34/60

    )lURUq8]T

    IA14OI2A14

    14A'AYAJ:IC

    PELAYARAN NASIONAL

    TERPURUK

    irsb

    ierrslaiesr

    synsbs

    rliasra irsbsaib

    gslsw

    Jsdgargl_lsprst

    isgs:rls.rr

    iehingga

    dari

    sifu

    banyak

    sektor

    yang

    akan

    tumb"h.kff8if5ffi8fig)

    6b

    refrgleregr

    6vrr6b6

    rlraBfir

    fi6D6erb

    IJ6lEw

    JuclgzTgr r9Rr6,

    r6g63rl9.m

    Sehingga

    dari

    sifu

    banyak

    sektor

    yang

    akan

    tumb"h.kffpif5ffigfigl

    r-^^il,{

    ^G

    6i + r,o-

    -

    }'i

    cr rl i+r

    r tr rn cpm

    akin hes ar multiflier

    effabf ekonomi

    rErur66q

    r

    --o

    ------

    i-

    .,6dICI 6l6Jngmg(

    kecil

    defisit

    yang

    bisa

    dituhrp,

    semakin

    bes

    at

    multiJlier

    effhf

    ekonomi

    16r6I9U

    Lashlalr.

    16dm6l

    ,*+Atgt

    ashlah

    IuIsalar

    Jsdms

    rysrnbu[

    pengibaran

    bendera

    Merah

    Putih

    diatas

    SI

    |

    6h.no ml

    irilthGM n q O

    E.M uFn.Ml d.qa ,q

    q

    124

    |

    e rurpentif

    u."ulu

    Ma$

    tuPan Matirifr

    ldone5l.

    @*&*Zb'

    $Af

    nrryir?m

    .rentoae>ture

    sgntodsr

    dslsrsa,r{slslnarrrerlea

    rl6bu?

    .6r68err

    >lrrlns

    netsqsbnsq

    >lrrJnu

    risrsyslsg

    pnplubrrsm

    rlstnhsmsq,nolsnsalslib

    Iiasrhgd

    Etmgit$hK$"il(f6$$1"nbg6fiu&grr

    e>r nsrsum 6e3rr6q rudsrgm

    iJsm>Iinib lslulng

    arsblorlersta

    6um

    ini iamuaA

    kEdarilatan

    negara

    pada

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    35/60

    XU8Uqf,

    JT

    JAXOI?A14

    UANAYAJSq

    PELAYARAN

    NA5IONAL TERPURUK

    6asbnU.SnebnU

    lelQl

    UI

    gUU

    rlslsbs

    nsrelslsj

    gnstnet

    .800SNI

    Rdffi

    ffirnrcXhrhr(InenAhqQodhnyedcqHtElsgpdqdl

    @Oe\liltoh{

    untuk

    menerapkan

    UU

    Pelayaran.

    Sar@as&m@daqa6vhfniAgOt

    belurrt'diterapkdn

    unttik. muat an

    ffihore,

    tetapi stldah mau direvisi.

    Kil'

    iHUrrffidAdafdndpffier&fttuddhlu$akinsdotDldldqk

    iflBEUaS

    loftttffie*qdq4acilrr

    rr{eifldraplafu

    ry

    q&otadeteppilrHrb00g$I

    neAstae*snm

    psibsghdt

    dmCQodrp@mMaofngslnsM

    nsrrrls

    -oqeJe

    neJefts>l

    lulnu

    nsdenrryib

    grrsl

    Isqs)

    .ulnsJrsl

    ains[Isq

    Miit*e

    ieUqr

    aa4abars talnrni

    (ro*Bte8

    id$hoiloX

    +i{*fu

    qpxr

    melakukan eksplorasi

    minyak

    d$ftid

    @*redds&ob#gtong@

    mau memulai mengelola sendiri.

    Melalui LIU Pelayaran sebenamya

    merupakan usaha

    kita agar eksplorasi

    minyak di laut

    juga

    bisa

    dilakukan

    putra-putrilb$g$dbrfodenilUl

    TEFI

    bqlahr*fulekdoh

    sebelum

    perang,

    jika

    harus merevisi UU

    pelayaran.

    .nouoluqe>l6r6gen

    dsudsa

    igsd ibsn

    isru

    ibs[nsm

    luel

    iaotroqansrT

    Ea$trdpddsE

    aEEI

    aqbcddora8p+*Im4#trdildg@{shffiBrfl

    hoit*elorrssbhrdngr@qa{s?,hugiltisbehphtaail

    ts{qreq8ndMdrcz

    btA8fuh

    U;{paholrigAs.

    hphffirfrarrcieerubitsttrhhdu,@rsaf

    arFy&

    kapal

    kegiatan

    migas yangrbb@UEU@ma

    Indonesia adalah kapal untuk

    kegiatan survei dgut, pengeboran,

    aopnn*qblfuBrflUefl

    tnFu*rferffiitshlibniprn*i

    ffta$dlEqrh

    Bqlr$*deinvetmiffangffikutrforo, rBhdffii

    irtHt

    lian\irogfrdqrp{idilnqtreaia$.

    dolo.

    rlsrsq3sqib

    ini

    iaibrroX

    Berdasarkan

    data

    Kemenhub, hingr,'Hffo;;'#'f,ffi'Xiilfl

    hqgilcrmiffiigwrrrgrs&Hb{fft

    dCEFfi

    Lil

    rditrbkrfmkm&otiurnhts&T

    ng[Srid#r,h{htuiroru$

    hag,bfdcuqefie$ftsffi

    hrRtstg&tm6fi

    mid

    ddqperggdilTopmat{[email protected]

    t*qidqgn(qfdd#c

    ifuibdrasffisqrhineral@de{cifsm

    .r-rilsd

    gnsl

    fu

    stsr}e ireh16{1214

    iesfioqansrl

    .slniansu>Isano)

    .lubsrudms

    tusl

    iaslroqansrl

    gnsbid

    Bnr[rnintahtCef

    Dl&sqatrinirfidffi

    rfqt

    Undang-Undang

    Pelayaran.

    Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang

    -t

    rrGl iti3M6qrOe.M

    uiudrMlht.q-.q

    9

    I

    asl

    9 Pe6Fhtif Mnuiu Ma* Orpan Maritim

    lndonesia

    |

    125

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    36/60

    PELAYARAN

    NASIONAL TERPURUK

    1712008,

    tentang

    Pelayaran

    adalah

    UUD

    RI

    1945;

    Undang-Undang

    No

    17200&

    tentang

    Pelayaran;

    dan Undang-Undang

    No

    2212001,

    tentang

    Minyak

    dan Gas

    Burni.

    Sebagai

    pelaksanaan

    RUU

    tentang

    Perubahan

    Atas

    UU

    No

    17l2OO8

    tentang

    Pelayaran,

    pemerintah

    telah

    menyiapkan

    Per-

    aturan

    Menteri

    Perhubungan

    yang

    akan

    mengatur

    mengenai

    ka-

    pal

    jenis

    tertentu..

    I(apal

    yang

    diSunakan

    untuk

    kegiatan

    ekspo-

    rasi

    dan eksploitasi migas

    di

    perairan

    atau

    lepas

    pantai

    masih

    dapat

    menggunakan

    kapal

    asing.

    Kecelakaan

    Kapal

    Laut

    Membunuh

    Rakyat

    Transportasi

    laut

    mmjadi

    urat

    nadi bagi

    sebuah

    negara

    kepulauan.

    Indonesia yang

    memiliki

    jurnlah pulau

    tersebar luas

    membutuhkan

    sarana

    transportasi

    laut memadai.

    Ironisnya,

    sebagai

    negara

    maritim

    sistem

    transportasi

    laut

    Indonesia

    amburadul.

    Ini

    terbukti

    dengan

    banyaknya

    jumlah

    kasus

    kecelakaan

    di

    laut.

    Kecelakaankapal

    laut

    menyebabkan

    ratusan

    nyawa

    rakyat Indonesia

    melayang.

    Penyebab

    kecelakaan

    beragam,

    mulai

    dari

    kebakaran,

    kelebihan

    muatan

    sampai

    dengan

    usia kapal yang

    dimanipulasi.

    Kondisi

    ini

    diperparah

    oleh

    lemahnya

    tingkat

    Pengawasan

    dari

    para

    pemangku

    kebijakan.

    Kesalahan

    pemerintah

    dalam

    kebijakan

    pembangunan

    nasionalnya

    saat

    ini adalah

    lebih

    mengedepankan

    l-and

    base

    oriented.

    Sehingga

    strategiyang terkait

    denganurusanlaut

    tidakmendapatkanprioritas.

    Akibat dari strategi

    yang

    keliru,

    maka

    kebijakan

    dan

    implementasi

    di

    bidang

    transportasi

    laut

    anrburadul.

    Konse-kuensinya,

    transportasi

    laut

    yang

    seharusnya

    jadi

    andalan

    masyarakat

    justru

    menjadi

    angkutan

    yang

    menakutkan.

    126

    |

    e ncse*Af Uauiu

    M.s &p.n

    Mnirin

    lndffiia

  • 7/25/2019 5 Bab III Transportasi Laut

    37/60

    PELAYARAN

    NASIONAL TERPURUK

    Maraknya

    kecelakaan

    kapal

    akhir-akhir

    ini

    merupakan akumulasi

    dari kegagalan

    sistem transportasi

    laut

    Indonesia.

    Kita terlalu

    bangga

    dengan kebijakan

    pembangunan

    berbasis land

    base oriented.

    Selain

    itu,

    pada kasus kebakaran

    kapal

    Ro-Ro

    hampir

    semua

    disimpulkan

    disebabkan

    karena

    kendaraan

    roda

    empat

    yang

    diangkut

    terbakar.

    Hal

    ini menimbulkan

    kecurigaan

    banyak

    pihak.

    Secara

    logika,

    pada

    saat

    melaju

    di

    darat

    dengan beban mesin

    yang

    tinggi dan

    mesin

    panas, truk

    tidak

    terbakar. Pada

    saat naik di

    kapal

    dalam

    keadaan

    mati

    mesin

    justru

    terbakar.

    Ini

    di luar logika

    jangan-

    jangan

    ini hanya 'kambing

    hitam'yang

    disuarakan